PENDAHULUAN
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi jika tekanan darah sistolik lebih besar
daripada 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih besar daripada 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk
sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Dalam banyak kasus, kedua tekanan itu mengalami kenaikan. Faktor resiko terjadinya
stroke sangat rentan terhadap penderita hipertensi. Tekanan darah sistolik (angka atas) adalah tekanan puncak yang tercapai
ketika jantung berkontraksi dan mempompakan darah keluar melalui arteri. Sementara tekanan darah diastolik (angka bawah)
diambil ketika tekanan jatuh ke titik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali. Peningkatan tekanan pada
hipertensi paru (pulmonary hypertension) erat kaitannya dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau
meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah lembut (periferal). Meski faktor penyebabnya
bermacam-macam, tapi pusatnya adalah ketidakseimbangan sistem renin-angio-tensin, yang berperan penting dalam
pengaturan tekanan darah. Hipertensi, yang umumnya berkembang saat umur paruh baya, lebih banyak menyerang pria dan
wanita pascamenopause. Sejarah keluarga yang memiliki hipertensi mempertinggi risiko; sama seperti merokok, dislipidemia,
diabetes mellitus, kegemukan, pendidikan, dan status sosioekonomi rendah Berbagai studi menunjukkan bahwa hipertensi
meningkatkan risiko kematian dan penyakit. Bila tidak dilakukan penanganan, sekitar 70% pasien hipertensi kronis akan
meninggal karena jantung koroner / gagal jantung, 15% terkena kerusakan jaringan otak, dan 10% mengalami gagal ginjal.
Jantung, otak dan ginjal sanggup menahan tekanan darah tinggi untuk waktu yang cukup lama. Itulah sebabnya mengapa
pengidap tekanan darah tinggi umumnya merasa sehat. Tetapi ini tidak berarti tidak membahayakan mereka. Tekanan darah
semakin tinggi, semakin berat pula kerja jantung.
Jika tekanan darah tinggi tidak segera diobati, jantung akan menjadi lemah untuk melaksanakan beban tambahan ini yang
memungkinkan penyempitan pembuluh darah dan kegagalan jantung dengan gejala-gejala: keletihan, nafas pendek
(terengah-engah) dan mungkin juga pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki.
Tekanan darah tinggi juga mempercepat penyumbatan pada arteri yang mengarah pada serangan jantung atau stroke, jika
arteri yang mengalirkan darah ke jantung atau ke otak tersumbat. Stroke juga dapat terjadi karena melemahnya dinding
pembuluh darah di otak karena tekanan darah tinggi.
.
HIPERTENSI
Pengertian
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan
suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering
kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejalagejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny Sustrani, dkk, 2004).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah
normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%)
penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan
denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah
(Kurniawan, 2002).
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh meningkatnya tekanan darah dalam
tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan
penyakit jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah
menjadi naik karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Klasifikasi
Beberapa klasifikasi hipertensi:
Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46
professionalm sukarelawan, dan agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional
Amerika Serikat (Sani, 2008).
Tabel 1 : Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood
Pressure)
Kategori Tekanan
Darah menurut JNC
7
Kategori Tekanan
Darah Menurut JNC
6
Tekanan Darah
Sistol (mmhg)
Dan
/atau
Tekanan Darah
Diastol (Mmhg)
Normal
Optimal
< 120
dan
< 80
120-139
atau
80-89
< 130
dan
< 85
Pra-Hipertensi
Nornal
Normal-Tinggi
130-139
atau
85-89
Hipertensi:
Hipertensi:
Tahap 1
Tahap 1
140-159
atau
90-99
Tahap 2
160
atau
100
Tahap 2
160-179
atau
100-109
Tahap 3
180
atau
110
TEKANAN DARAH
(MMHG)
DIATOL (MMHG)
Optimal
< 120
< 80
Normal
< 130
< 85
Normal-Tinggi
130-139
85-89
140-159
90-99
Sub-group: perbatasan
140-149
90-94
160-179
100-109
180
110
KATEGORI
8
Hipertensi sistol terisolasi
140
< 90
140-149
<90
120-129
80-84
130-139
85-89
Normal-Tinggi
90-99
Tingkat 1
160-179
100-109
Tingkat 2
180
110
Tingkat 3
140
90
Hypertensi
Sistol
Terisolasi
(Sumber: Shimamoto, 2006)
Tekanan Darah
Diastol
(mmHg)
Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
< 120
dan
< 80
10
Normal
120-129
dan/atau
80-84
Normal-Tinggi
130-139
dan/atau
85-89
Hipertensi tahap 1
140-159
dan/atau
90-99
Hipertensi tahap 2
160-179
dan/atau
100-109
Hipertensi tahap 3
180
dan/atau
110
Dan
< 90
Hipertensi
sistol 140
terisolasi
11
Klasifikasi menurut International Society on Hypertension in Blcks (ISHIB) (Douglas JG, 2003)
Klasifikasi yang dibuat oleh ISHIB adalah:
1)
Jika tekanan darah sistol dan diastole pasien termasuk ke dalam dua kategori yang berbeda, maka klasifikasi yang
dipilih adalah berdasarkan kategori yang lebih tinggi.
2)
Diagnosa hipertensi pada dasarnya adalah rata-rata dari dua kali atau lebih pengukuran yang diambil pada setiap
kunjunga.
3)
Hipertensi sistol terisolasi dikelompokkan pada hipertensi tingkat 1 sampai 3 berdasarkan tekanan darah sistol ( 140
mmHg) dan diastole ( < 90 mmHg).
4)
Peningkatan tekanan darah yang melebihi target bersifat kritis karena setiap peningkatan tekanan darah menyebabkan
resiko kejadian kardiovaskuler.
Tekanan
Darah Sistol
(mmHg)
< 120
dan
Tekanan
Darah Diastol
(mmHg)
< 80
Normal
< 130
dan/atau
< 85
Normal-Tinggi
130-139
dan/atau
85-89
dan/atau
90-99
12
1
Hipertensi Tahap 160-179
dan/atau
100-109
dan/atau
110
dan
< 90
2
Hipertensi Tahap 180
3
Hipertensi Sistol 140
terisolasi
(Sumber: Douglas JG, 2003)
13
3. Penentuan stratifikasi resiko hipertensi dilakukan berdasarkan tingginya tekanan darah, adanya faktor resiko lain,
kerusakan organ target dan penyakit penyerta tertentu.
Tabel 6 : Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori
Dan/atau
Normal
Tekanan Darah
Sistol (mmHg)
<120
Dan
Tekanan Darah
Diastol (mmHg)
<80
Prehipertensi
120-139
Atau
80-89
Atau
90-99
Atau
100
Dan
<90
Klasifikasi hipertensi menurut bentuknya ada dua yaitu hipertensi sistolik dan hipertensi diastolik (Smith, Tom, 1986:7).
Pertama yaitu hipertensi sistolik adalah jantung berdenyut terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan angka sistolik. Tekanan
sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi (denyut jantung). Ini adalah tekanan
maksimum dalam arteri pada suatu saat dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
nilainya lebih besar.
Kedua yaitu hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar
tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan
dengan tekanan dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi diantara dua denyutan. Sedangkan menurut
14
Arjatmo T dan Hendra U (2001) faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi antara lain ras, umur, obesitas, asupan
garam yang tinggi, adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.
Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu sekunder dan primer.
Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab spesifiknya dapat diketahui (Lanny Ssustrani, dkk, 2004).
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna.
Hipertensi Benigna adalah keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan pada saat penderita
dicek up.
Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan keadaan kegawatan yang
merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal (Mahalul Azam,2005).
15
16
PATOFISIOLOGI
Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang
memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah (Anggraini, 2008).
Renin
Angiotensin I
Angiotensin II
17
Mengentalkan
Volume darah
Tekanan darah
Konsentrasi NaCl
di pembuluh darah
Volume darah
Tekanan darah
18
Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung
(cardiac output/CO) dan dukungan dari arteri (peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah
ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas dari
faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah jantung dan / atau ketahanan periferal. Selengkapnya dapat
dilihat pada bagan.
19
PENGOBATAN HIPERTENSI
Kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan darah adalah :
Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis. Pengurangan volume plasma dan Stroke Volume (SV)
berhubungan dengan dieresis dalam penurunan curah jantung (Cardiac Output, CO) dan tekanan darah pada akhirnya.
Penurunan curah jantung yang utama menyebabkan resitensi perifer. Pada terapi diuretik pada hipertensi kronik volume
cairan ekstraseluler dan volume plasma hampir kembali kondisi pretreatment.
Thiazide
Thiazide adalah golongan yang dipilih untuk menangani hipertensi, golongan lainnya efektif juga untuk menurunkan tekanan
darah. Penderita dengan fungsi ginjal yang kurang baik Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) diatas 30 mL/menit, thiazide
merupakan agen diuretik yang paling efektif untuk menurunkan tekanan darah. Dengan menurunnya fungsi ginjal, natrium dan
cairan akan terakumulasi maka diuretik jerat Henle perlu digunakan untuk mengatasi efek dari peningkatan volume dan
natrium tersebut. Hal ini akan mempengaruhi tekanan darah arteri. Thiazide menurunkan tekanan darah dengan cara
memobilisasi natrium dan air dari dinding arteriolar yang berperan dalam penurunan resistensi vascular perifer.
20
21
b. Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol memiliki aktivitas intrinsik simpatomimetik (ISA) atau sebagian
aktivitas agonis reseptor .
22
dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium dihidropiridini dapat menyebbakan aktibasi refleks
simpatetik dan semua golongan ini (kecuali amilodipin) memberikan efek inotropik negative.
Verapamil menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi nodus AV, dan menghasilkan efek inotropik negative yang
dapat memicu gagal jantung pada penderita lemah jantung yang parah. Diltiazem menurunkan konduksi AV dan denyut
jantung dalam level yang lebih rendah daripada verapamil.
Alpha blocker
Prasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat reseptor 1 yang menginhibisi katekolamin pada sel otot polos
vascular perifer yang memberikan efek vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah aktivitas reseptor 2 sehingga tidak
menimbulkan efek takikardia.
VASO-dilator langsung
Hedralazine dan Minokxidil menyebabkan relaksasi langsung otot polos arteriol. Aktivitasi refleks baroreseptor dapat
meningkatkan aliran simpatetik dari pusat fasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan renin. Oleh
karena itu efek hipotensi dari vasodilator langsung berkurang pada penderita yang juga mendapatkan pengobatan inhibitor
simpatetik dan diuretik.
23
24
25
Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat tekanan darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium dan
serat tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk
membantu mencegah tekanan darah tinggi.
Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan. Salah satunya adalah menurunkan kolesterol jahat
dan tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya memang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan potasium
pada kentang sangat tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan tekanan darah.
Cokelat pekat (dark chocolate)
Karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat
oksida. Nitrat oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan menyebabkan aliran darah
meningkat.
26
Avokad
Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi kolesterol. Selain itu, kandungan kalium dan asam folat, sangat
penting untuk kesehatan jantung
27
28
29
30
Serelia, dan umbi-umbian serta hasil olahannya: beras, jagung, sorgum, cantle, jail, sagu, ubi, singkong, kentang, talas,
mie, roti, bihun, oat.
2.
Sayuran: Sayur daun: kangkung, bayam, pucuk labu, sawi, katuk, daun singkong, daun pepaya, daun kacang, daun
mengkudu, dan sebagainya. Sayur buah: kacang panjang, labu, mentimun, kecipir, tomat, nangka muda, dan
sebagainya. Sayur akar: wortel, lobak, bit, dan sebagainya.
3.
Buah: jambu biji, pepaya, jeruk, nanas, alpukat, belimbing, salak, mengkudu, semangka, melon, sawo, mangga.
4.
5.
6.
7.
8.
Gula, garam.
31
32
33
34
kadar kolesterol HDL. Sehingga dianjurkan mengkonsumsi protein kedelai (20 50 gram/hari) dengan modifikasi diet pada
penderita dengan kadar kolesterol (total dan LDL) yang tinggi. Tempe adalah hasil pengolahan kedelai yang melalui proses
fermentasi, dengan kandungan gizi lebih baik dari kedelai. Sehingga tempe dianjurkan untuk di konsumsi oleh penderita
hipertensi sebagai sumber protein nabati.
Tempe : Tempe adalah salah satu makanan tradisional Indonesia, hasil fermentasi kaping rhizopus ohgosporis atau
rhizopusoryzal pada biji kedelai yang telah direbus. Ada berbagai macam tempe, yang dibicarakan disini adalah tempe yang
terbuat dari kedelai, yang merupakan produk kompak, terbungkus rata oleh miselium kaping sehingga nampak berwarna
putih, dan bila diiris kelihatan keping biji kedelai berwarna kuning pucat, diantara miselium. Fermentasi kaping menghasilkan
perubahan pada tekstur kedelai, menjadi empuk dan nilai zat gizi tempe lebih baik dari kacang kedelai.
Manfaat Tempe :
1. Tempe merupakan sumber zat gizi yang baik, terutama bagi penderita hiper kolesterolemia. Dari berbagai penelitian
ternyata tempe dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta mencegah timbulnya penyempitan pembuluh
darah, karena tempe mengandung asam lemak tidak jenuh ganda. Sehingga penderita hipertensi dianjurkan untuk
mengkonsumsi tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak jenuh. Tempe juga mengandung zat anti bakteri yang
dapat
2. Menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri granpositif serta penyebab diare (salmonella sp dan shigella sp).
Oleh karena itu, tempe juga dianjurkan untuk dikonsumsi balita yang menderita diare.
35
36
Proses fermentasi dapat meningkatkan kadar vitamin B2 (Riboferum), Vitamin Bb (Piridoksin), asam folat, asam panthotenat,
dan asam nikotinat. Sedangkan kadar vitamin B1 menurun karena untuk pertumbuhan kaping dan terbentuk pula vitamin B12
oleh bakteri yang tidak ada dalam produk nabati lainnya.
Asam lemak omega 3
Mengkonsumsi satu porsi ikan yang tinggi lemak (atau minyak ikan ) tiap hari dapat menjadi asupan asam lemak omega 3
(EPA dan DHA) sekitar 900 mg/dl, dan dilaporkan dapat menurunkan kadar kolesterol dan mencegah penyakit jantung koroner
Serat :
Walaupun berbagi studi menunjukkan adanya hubungan antara beberapapa jenis serat dengan penurunan kolesterol lDDL
dan atau kolesterol total, namun belum ada bukti langsung yang menunjukkan hubungan antara suplemen serat dengan
penurunan penyakit kardio vaskular.
TERAPI PENUNJANG selain pengobatan dan pengaturan menu makanan pada penderita hipertensi, diperlukan
juga terapi khusus lain seperti konseling masalah kejiwaan dan fisioterapi, terutama pada penderita pasca stroke atau infark
penting. Pengertian juga diberikan kepada keluarga atau pengasuh untuk membantu menyiapkan makanan khusus serta
mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi.
37
GARAM NATRIUM terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan
mengolah makanan. Makanan berasal dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam natrium dari yang berasal dari
tumbuh tumbuhan. Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan, yaitu :
1. Natrium Chlorida atau garam dapur
2. Mono-Natrium Glutamat atau vetsin
3. Natrium Bikarbonat atau soda kue
4. Natrium Benzoat untuk mengawetkan buah
5. Natrium Bisulfit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti Corned beef.
Cara memasak untuk mengeluarkan garam Natrium antara lain :
1. Pada ikan asin di rendam dan di cuci terlebih dahulu.
2. Untuk mengeluarkan garam natrium dari margarine dengan mencampur margarine dengan air, lalu masak
sampai mendidih, margarine akan mencair dan garam natrium akan larut dalam air. Dinginkan cairan
kembali dengan memasukkan panci kedalam kulkas. Margarine akan keras kembali dan buang air yang
mengandung garam natrium. Lakukan ini 2 kali.
38
39
40
41
42
43
Hindari stress
Serta tidak mengkonsumsi narkoba/zat adiktif termasuk
Monosodium Glutamate (penyedap rasa), pewarna
makanan pada makanan secara berlebih.
44
45
DAFTAR PUSTAKA
id) Siregar TGM. Hipertensi Esensial. Dalam: Rilantono LI, Barass F, Karo SK, Roebiono PS, editor. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2003. ISBN 979-496-077-2. h. 197 205.
(en) JNC-VII Classification and management of blood pressure for adults. Medicalcriteria.com.
(en) The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure: the JNC 7 report.
(en) The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure
Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara Klinis, Maria C. Linder, Ph.D, Department of Chemistry, Fullertor,
diterjemahkan oleh Aminudin Parakkasi; Penerbit UI Press, 1992
Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia, Depkes RI, 1998
Dr. Achmad Djaeni S. M.Sc, Ilmu Gizi, Jakarta, 1985
Makanan Formula Untuk Mengatasi Masalah Kurang Energi Protein (KEP), Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta, 1994
Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, Depkes RI; Jakarta, 1995
Pedoman Makan Untuk Kesehatan Jantung Indonesia, PERKI Pusat dan Yayasan Jantung Indonesia; Jakarta, 2002
46
Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi Edisi II, Mary Courtney Moore, diterjemahkan oleh Dr. Liniyanti D. Oswari M. N. S. MSc;
Hipokrates Tahun I, 1992
Penuntun Diet, Bagian Gizi RSCM dan PERSAGI; Jakarta, 1996
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, LIPI Jakarta 1998
47