Anda di halaman 1dari 16

1.

Memahami vital statistik di puskesmas


Vital statistik adalah statistik mengenai kesehatan dan bertujuan mempublikasikan data
kesehatan yang berguna sekali bagi evaluasi aktivitas, perencanaan, dasar tindak lanjut suatu
pemantauan dan penelitian.
Macam-macam statistik vital
1. Sertifikat Kematian:
* untuk memperoleh dan menginterpretasi informasi penyebab kematian.
*Informasi yang tercantum dalam sertifikat kematian adalah : orang yang meninggal (umur, jenis
kelamin, warna kulit,pekerjaan) dan penyebab kematian.
2. Sertifikat kelahiran
*Identitas umum/ informasi mengenai anak dan orang tuanya.
*Informasi untuk penggunaan medis dan kesehatan yang berperan dalam studi epidemiologi,
yaitu mengenai ras, pendidikan orang tua, kehamilan sebelumnya, jumlah pelayanan sebelum
kehamilan, berat badan lahir, komplikasi kehamilan dan kelahiran, serta janin yang tidak normal.
*Data mengenai berat lahir, luka lahir dan cacat janin untuk mengidentifikasi anak, misalnya
kebutuhan khusus terhadap kesehatan, pendidikan dan yankes juga untuk studi epidemiologi
menyangkut prematur dan cacat janin.
3. Sertifikat kematian janin (Tersedia informasi mengenai kematian janin)
*data morbiditas (Laporan penyakit yang harus dilaporkan. Sumber data : sarana pelayanan
kesehatan)
*Laporan mengenai penyakit sering diabaikan.(untuk mempelajari kecenderungan menurut
waktu dan tempat)
Statistik
a. Pencatatan Rumah Sakit
*Data base di RS memberikan gambaran yang baik mengenai penyakit dimasyarakat.
*Penyakit akut yang diobati di data dan kasus dimana orang tidak dapat perawatan medis tidak
akan tercatat di RS
*Statistik RS tindakan pada diagnosa dasar pada umumnya sulit untuk dikumpulkan
b. Faktor yang mempengaruhi vital statistik (Status gizi, Penyakit infeksi parasit, Sosial
ekonomi, Lingkungan, Pelayanan kesehatan)
2. Memahami angka kematian (mortality rate)
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) mendefinisikan kematian sebagai
suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi
setiap saat setelah kelahiran hidup.
a. Angka Kematian Neo-natal
kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran
hidup pada satu tahun tertentu.

D 0-<1 bulan
AKN =

X 1000
lahir hidup

Angka Kematian Neo-Natal angka kematian bayi umur 0-<1bulan.


D 0-<1bulan jumlah kematian bayi umur 0-<1bulan pada satu tahun tertentu di daerah
tertentu.
lahir hidup jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu
K (konstanta) 1000
b. Angka Kematian Post Neo-natal
kematian yang terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1
tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
D 1 bulan - <1 tahun
AKPN =

X 1000
lahir hidup

Angka Kematian Post Neo-Natal angka kematian bayi berumur 1 bulan sampai dengan
kurang dari 1 tahun.
D 1bulan-<1tahun jumlah kematian bayi berumur satu bulan sampai dengan kurang dari 1
tahun pada satu tahun tertentu dan daerah tertentu
lahir hidup jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu & daerah tertentu
K konstanta (1000)
c. Angka Kematian Bayi (AKB)
banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun AKB per 1000 kelahiran
hidup pada tahun yang sama.
Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi
sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan
kesehatannya. AKB cenderung lebih menggambarkan kesehatan reproduksi dari pada Akaba.
Meskipun target program terkait khusus dengan kematian balita, AKB relevan dipakai untuk
memonitor pencapaian target program karena mewakili komponen penting pada kematian balita.
Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya,
kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh
faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi
setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Banyaknya kematian bayi (di bawah 1 tahun) selama


tahun tertentu
AKB =

X 1000
Banyaknya kelahiran hidup

d. Angka Kematian Balita (AKBa 0-5 tahun)


jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5
tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Nilai normatif Akaba > 140
sangat tinggi, antara 71 140 sedang dan < 20 rendah.
Banyaknya penduduk yang meninggal pada usia
kurang dari 5 tahun
Akaba =

X 1000
Banyaknya balita

Jumlah Kematian Balita (0-4) th banyaknya kematian anak berusia 0-4 tahun pada satu tahun
tertentu di daerah tertentu.
Jumlah Penduduk Balita (0-4)th jumlah penduduk berusia 0-4 th pada pertengahan tahun
tertentu di daerah tertentu
K = Konstanta, umumnya 1000
e. Angka Kematian Anak (AKA 1-5 tahun)
jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur
yang sama pada pertengahan tahun itu. Sehingga angka kematian anak tidak termasuk
kematian bayi. Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang
berusia satu sampai menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11 bulan
29 hari.
Angka kematian anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang langsung
mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Meningkat bila terjadi keadaan gizi buruk, kebersihan
yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di
dalam atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985).
AKA =

Kematian anak (1-4) th

X 1000

Penduduk (1-4) th
Jumlah kematian Anak (1-4)th banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang belum tepat
berusia 5 tahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu.
Jumlah Penduduk (1-4) th jumlah penduduk berusia 1-4 th pada pertengahan tahun tertentu
didaerah tertentu.
K konstanta, umumnya 1000
Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Angka Kematian
1. Kematian obstetri langsung (direct obstetric death) yaitu kematian yang timbul
sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, yang disebabkan
oleh tindakan, kelalaian, ketidaktepatan penanganan, atau dari rangkaian
peristiwa yang timbul dari keadaan-keadaan tersebut di atas. Komplikasikomplikasi tersebut meliputi perdarahan, baik perdarahan antepartum
maupun postpartum, preeklamsia /eklamsia, infeksi, persalinan macet dan
kematian pada kehamilan muda.
Depkes RI membagi faktor faktor yang mempengaruhi kematian maternal
sebagai berikut :
1. Faktor medik
a. Faktor empat terlalu, yaitu :
- Usia ibu pada waktu hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun)
- Usia ibu pada waktu hamil terlalu tua (lebih dari 35 tahun)
- Jumlah anak terlalu banyak (lebih dari 4 orang)
- Jarak antar kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun)
b. Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang merupakan penyebab
langsung kematian maternal, yaitu :
- Perdarahan pervaginam, khususnya pada kehamilan trimester ketiga,
persalinan dan pasca persalinan.
- Infeksi.
- Keracunan kehamilan.
- Komplikasi akibat partus lama.
- Trauma persalinan.
c. Beberapa keadaan dan gangguan yang memperburuk derajat kesehatan
ibu selama hamil, antara lain : Kekurangan gizi dan anemia. Bekerja (fisik)
berat selama kehamilan.
2. Faktor non medik
Faktor non medik yang berkaitan dengan ibu, dan menghambat upaya
penurunan kesakitan dan kematian maternal adalah :
- Kurangnya kesadaran ibu untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
- Terbatasnya pengetahuan ibu tentang bahaya kehamilan risiko tinggi.
- Ketidakberdayaan sebagian besar ibu hamil di pedesaan dalam
pengambilan keputusan untuk dirujuk.

- Ketidakmampuan sebagian ibu hamil untuk membayar biaya transport dan


perawatan di rumah sakit.
3. Faktor pelayanan kesehatan
Faktor pelayanan kesehatan yang belum mendukung upaya penurunan
kesakitan dan kematian maternal antara lain berkaitan dengan cakupan
pelayanan KIA, yaitu :
- Belum mantapnya jangkauan pelayanan KIA dan penanganan kelompok
berisiko.
- Masih rendahnya (kurang lebih 30%) cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan.
- Masih seringnya (70 80%) pertolongan persalinan yang dilakukan di
rumah, oleh dukun bayi yang tidak mengetahui tanda tanda bahaya.
Pencegahan
Usaha promotif antara lain melalui promosi penggunaan air susu ibu, nutrisi adekuat, kebersihan
diri, dan lingkungan. Upaya preventif antara lain melalui imunisasi dasar. Selain itu, perlu pula
fasilitas pengobatan tingkat komunitas melalui fasilitas seperti puskesmas.
Program Pembangunan Nasional.
Selama ini upaya penurunan angka kematian bayi dan balita merupakan salah satu prioritas
dalam pembangunan kesehatan. 3 program kesehatan nasional, yaitu Program Lingkungan Sehat,
Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat; Program Upaya Kesehatan; serta Program
Perbaikan Gizi Masyarakat.
Strategi dan usaha.
Untuk mendukung upaya penurunan kematian bayi dan balita antara lain adalah meningkatkan
kebersihan (hygiene) dan sanitasi di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat melalui
penyediaan air bersih, meningkatkan perilaku hidup sehat, serta kepedulian terhadap
kelangsungan dan perkembangan dini anak; pemberantasan penyakit menular, meningkatkan
cakupan imunisasi dan, meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk pelayanan
kontrasepsi dan ibu, menanggulangi gizi buruk, kurang energi kronik dan anemi, serta promosi
pemberian ASI ekslusif dan pemantauan pertumbuhan.
Jaring Pengaman Sosial.
program Jaring Pengaman Sosial (JPS) bidang kesehatan, antara lain dengan pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan gratis bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi untuk keluarga
miskin, serta bantuan pembangunan sarana kesehatan.
Peraturan perundangan.
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, kesempatan anak Indonesia untuk hidup
sehat, tumbuh, dan berkembang secara optimal menjadi semakin terbuka. Dalam undang-undang
itu dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan social
sesuai dengan kebutuhan fisik, mental spiritual, dan sosial. Program Nasional bagi Anak
Indonesia. Merujuk pada kebijakan umum pembangunan kesehatan nasional, upaya penurunan
angka kematian bayi dan balita merupakan bagian penting dalam.
Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI)
Visi Anak Indonesia 2015 untuk menuju anak Indonesia yang sehat. Strategi nasional bagi upaya
penurunan kematian bayi dan balita adalah pemberdayaan keluarga, pemberdayan masyarakat,

meningkatkan kerja sama dan kordinasi lintas sektor, dan meningkatkan jangkauan pelayanan
kesehatan anak yang komprehensif dan berkualitas.
f. Angka Kematian IBU (AKI)
kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak
terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni
kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan
karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di daerah
tertentu.
Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.
AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar, mengingat
kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang.
3. Memahami angka kelahiran (birth rate)
Lahir hidup WHO (kelahiran adalah peristiwa keluarnya atau terpisahnya suatu hasil konsepsi
dari rahim ibunya, tanpa mempedulikan lama kehamilan, dan setelah itu bayi bernafas atau
menunjukkan tanda-tanda kehidupan yang lain seperti detak jantung, denyut nadi tali pusat atau
gerakan yang nyata disengaja, baik bila tali pusat dipotong atau masih melekat dengan plasenta;
oleh karena itu suatu kematian harus di dahului suatu kelahiran hidup)
*Crude Birth Rate (CBR) Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) adalah angka yang
menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan
tahun yang sama.
Rumus: CBR= B/P x1000 ( CBR= Angka Kelahiran Kasar, B = Jumlah kelahiran, P = Jumlah
penduduk pada pertengahan tahun, P = (P0 + P1)/2, Po = jumlah penduduk pada awal tahun dan
P1 = jumlah penduduk pada akhir tahun)

Age Specific Fertility Rate (ASFR) Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility
Rate/ASFR) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran per 1000 perempuan pada
kelompok umur tertentu antara 15-49 tahun.
ASFRi = Age Specific Fertility Rate untuk perempuan pada kelompok umur i, i = 1 untuk umur
15-19 tahun, yakni:
i = 2 untuk umur 20-24 tahun,
i = 3 untuk umur 25-29 tahun,
i = 4 untuk umur 30-34 tahun,
i = 5 untuk umur 35-9 tahun,
i = 6 untuk umur 40-44 tahun,
i = 7 untuk umur 45-49 tahun.
Bi = Jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur i.
Pif = Jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur i.
4. Memahami tentang akseptor KB

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan yang dapat bersifat
sementara ataupun bersifat permanen. Ciri kontrasepsi yang ideal ditentukan oleh beberapa
faktor antara lain : dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya
kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu koitus, tidak
memerlukan motivasi terus menerus, mudah pelaksanaannya, murah dan mudah diterima oleh
pasangan yang bersangkutan.
JENIS-JENIS KONTRASEPSI
a. Alami
1. Metode Suhu Basal Tubuh
Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun, biasanya diambil pada saat bangun
tidur dan belum meninggalkan tempat tidur. Suhu basal tubuh akan meningkat setelah ovulasi.
Pencatatan suhu dilakukan setiap hari pada sebuah tabel/kertas grafik.
2. Metode Lendir Serviks
Lendir ini dicek di vagina. Sesudah haid vagina biasanya kering. Setelah itu muncul lendir yang
lengket (sticky). Sesaat sebelum ovulasi, lendir berubah menjadi basah dan licin (wet and
slippery). Hari terakhir basah karena lendir ini biasanya bersamaan dengan ovulasi.
3. Metode Sympthotermal
Metode ini menggabungkan kedua metode diatas. Selanjutnya wanita disuruh mencari tanda
tanda ovulasi lainnya yaitu: nyeri perut (cramps), spotting dan perubahan posisi serta konsistensi
serviks. Metode ini sedikit lebih unggul karena mengkombinasi berbagai variabel. Tetapi tetap
juga memiliki keterbatasan.
4. Methode Kalender
Bila haid teratur (28 hari), Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa
subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid. Sedangkan, bila siklus haid tidak
teratur, harus dicatat siklus haid selama 6 bulan. Yang paling normal haid adalah 28 hari, tetapi
masih dianggap normal jika antara 21-35 hari. Masa subur awal didapatkan dengan siklus
terpendek dikurangi 18 dan akhir masa subur adalah siklus terpanjang dikurangi 11. Misalnya
siklus terpendek 25 hari dan terpanjang 35 hari, maka waktu subur adalah antara hari ke 7 s/d 24.
5. Metode Amenorea Laktasi
Pada periode menyususi sering wanita menjadi tidak haid akibat hormon laktasi. Ternyata
disamping haid, ovulasi juga ikut terhambat. Supaya methode ini bekerja dengan baik, ibu2 harus
memberikan ASI saja (eksklusif). Interval menyusui pada malam hari t idak melebihi 6 jam dan
interval siang tidak lebih 4 jam. Semakin sering dan lama bayi menyusui maka semakin kecil
ovulasi akan timbul. Dalam 6 bulan pertama jika diterapkan dengan benar angka kehamilannya
hanya 2 %. Jika perdarahan (haid) muncul maka kemungkinan hamil semakin muncul.
6. Coitus Interruptus (senggama terputus)
Ejakulasi dilakukan di luar vagina. Efektivitasnya 75-80%. Faktor kegagalan biasanya terjadi
karena ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau terlambat
menarik penis keluar.
b. Kontrasepsi Mekanik
1. Kondom
Efektif 75-80%. berfungsi sebagai pemblokir / barrier sperma. Kegagalan karena kondom tidak
dipasang sejak permulaan senggama atau terlambat menarik penis setelah ejakulasi sehingga

kondom terlepas dan cairan sperma tumpah di dalam vagina. Kekurangan metode ini: Mudah
robek bila tergores, Membutuhkan waktu untuk pemasangan, Mengurangi sensasi seksual
2. Spermatisida
Bahan kimia aktif untuk 'membunuh' sperma, berbentuk cairan, krim atau tisu vagina yang harus
dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum senggama. Efektivitasnya 70%. Sayangnya bisa
menyebabkan reaksi alergi. Kegagalan sering terjadi karena waktu larut yang belum cukup,
jumlah spermatisida yang digunakan terlalu sedikit atau vagina sudah dibilas dalam waktu < 6
jam setelah senggama.
3. Vaginal diafragma
Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim bila dipasang dalam
liang vagina 6 jam sebelum senggama. Efektivitasnya sangat kecil, harus digunakan bersama
spermatisida untuk mencapai efektivitas 80%. Cara ini bisa gagal bila ukuran diafragma tidak
pas, tergeser saat senggama, atau terlalu cepat dilepas (< 8 jam ) setelah senggama.
4. IUD (Intra Uterine Device) atau spiral
Jenis-jenis IUD di Indonesia
*Copper-T
*Copper-7: IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan.
fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
*Multi Load : IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel.
*Lippes Loop: IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.
Cara Kerja (Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, Mempengaruhi
fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, IUD bekerja terutama mencegah sperma dan
ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
dan mengurangi sperma untuk fertilisasi)
Yang boleh pake IUD: Usia reproduktif, nulipara, Menginginkan kontrasepsi jangka panjang,
menyusui pake kontrasepsi, Setelah melahirkan dan tidak menyusui, Setelah abortus dan tidak
terlihat adanya infeksi, Risiko rendah dari IMS, Tidak mau metoda hormonal, Tidak ingat minum
pil, Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama, perokok, Gemuk/ kurus.
Yang gak boleh pake IUD (Belum pernah melahirkan, perkiraan hamil, kelainan alat kandungan
bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher
rahim, dan kanker rahim., perdarahan vagina yang tidak diket, menderita infeksi alat genital
(vaginitis, servisitis), 3bulan terakhir sedang mengalami / menderita PRP atau abortus septic,
kelainan bawaan uterus abnormal/tumor jinak rahim yg dapat mempengaruhi kavum uteri,
penyakit trofoblas ganas, menderita TBC pelvic, ca genital, ukuran rongga rahim < 5 cm.
IUD mampu mengurangi risiko kanker endometrium hingga 40 persen. Perlindungan terhadap
kanker ini setara dengan menggunakan alat kontrasepsi secara oral.
*Sangat efektif. 0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam
125-170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling tidak 10 tahun
*IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
*Metode jangka panjang
*Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

*Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A


*Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
*Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
*Dapat digunakan sampai menopaus, Tidak ada interaksi dengan obat-obat, Membantu
mencegah kehamilan ektopik, Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur
Efek samping
*Perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih
sakit
*merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada
waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus
(sangat jarang apabila pemasangan benar)
*Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
*Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
*Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat
memicu infertilitas
*Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri,
*Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan normal
*Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
Waktu Pemasangan (2 sampai 4 hari setelah melahirkan, 40 hari setelah melahirkan, setelah
terjadinya keguguran, Hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid,
Menggantika metode KB )
Memeriksakan Diri (1 bulan pasca pemasangan, 3 bulan kemudian , Setiap 6 bulan berikutnya,
Bila terlambat haid 1 minggu, Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya)
c. Kontrasepsi hormonal
*KONTRASEPSI ORAL
1. Pil Kombinasi sediaan yang paling banyak digunakan, setiap tablet mengandung 20 100
getinilestradiol dan gestagen dalam dosis tertentu.
2. Pil Sekuensial (bifasik) Terdiri dari 14-16 pil yang mengandung derivat estrogendan 5-7 pil
selanjutnya mengandung kombinasi estrogendan gestagen. Cara kerjanya mirip dengan suatu
siklushaid normal.
3. Pil Mini
gestagen yang digunakan sangat rendah. Gestagen yang digunakan adalah turunan nortestosteron
seperti noretisteron 0,35mg, linestrerol 0,50 mg, levonorgestrel 0,03 mg. Ada juda yang
mengandung etinodral diasetat 0,35 mg ataukuingestanol 0,3 mg. Pil diminum tiap hari tanpa
perlu memperhatikan saat terjadinya haid. Dapat diberikan pada wanita menyusui, wanita dengan
hipertensi, wanita perokok dan yang mempunyai riwayat penyakit tromboemboli. Kerugiannya
dapat terjadi kehamilan ektopik.
4. Pil Pascasanggama
Sediaan yang mengandung dietilstilbestrol (DES) atau estrogen dosis tinggi, dapat mencegah
kehamilan jika diberikan segera setelah koitus yang tidak dilindungi. Dietilstilbestrol 50 mg/hari

atau etinilestradiol 1 mg/hari selama 5 hari, digunakan 24 jam atau selambat lambatnya 48 jam
pasca sanggama.
No Nama dagang
1. (jenis kombinasi)
Microgynon 30
Nordette 28
Nordial 28
Mercilon 28
Marvelon 28
Ovostat 28
Lyndiol
Gynera
Diane 35
2

(jenis
kombinasibertingkat)
Triquilar ED

Trinordial

Gestagen

Estrogen

150 mcg Levonorgestrel


150 mcg Levonorgestrel
250 mcg Levonorgestrel
150 mcg Levonorgestrel
150 mcg Desogestrel
1 mg Linestrenol
2,5 mg Linestrenol
75 mcg Gestroden
2 mg Siproterone asetat

30 mcg Etinilestradiol
30 mcg Etinilestradiol
50 mcg Etinilestradiol
20 mcg Etinilestradiol
30 mcg Etinilestradiol
50 mcg Etinilestradiol
50 mcg Etinilestradiol
30 mcg Etinilestradiol
35 mcg Etinilestradiol

50 mcg Levonorgestrel
75 mcg Levonorgestrel
125 mcg Levonorgestrel

30 mcg Etinilestradiol
40 mcg Etinilestradiol
30 mcg Etinilestradiol

50 mcg Levonorgestrel
75 mcg Levonorgestrel
125 mcg Levonorgestrel

30 mcg Etinilestradiol
40 mcg Etinilestradiol
30 mcg Etinilestradiol

3.
(Gestagen saja)
Exluton 28

0,5 mg Linestrenol

PIL KOMBINASI
1. Monofasik
Setiap tabletnya mengandung 30 -100 g etinilestradiol
2. Kombinasi bertingkat
Jenis ini dibuat dengan maksud lebih mengurangi efek samping yang ditimbulkan gestagen, yang
dikenal dengan jenis 2 tingkat dan 3 tingkat.
Mekanisme
Khasiat kontrasepsi suatu pil kombinasi berdasarkan hambatan ovulasi, dimana secara sinergis
estrogen dan gestagen bekerja dengan mekanisme umpan balik terhadap poros hipotalamushipofise sehingga tejadi hambatan sekresi gonadotropin-releasing hormon (GnRH) dengan akibat
tidak terjadi pelepasan FSH dan LH. Dengan tidak adanya FSH maka tidak terjadi maturasi
folikel yang berakibat juga tidak adanya produksi estrogen oleh folikel dalam ovarium sehingga

tidak terjadi pengeluaran LH. Akibat kurangnya FSH dan tidak adanya peningkatan kadar LH
pada tengah-tengah siklus haid menyebabkan gangguan dari ovulasi. Selain itu, estrogen dalam
dosis tinggi dapat mempercepat perjalanan ovum dan gangguan proliferasi endometrium
sehingga mengganggu implantasi ovum yang sudah dibuahi. Pengaruh gestagen dalam pil
kombinasi adalah memperkuat daya kerja estrogen dalam menghambat ovulasi akan tetapi
gestagen sendiri dalam dosis yang tinggi juga dapat menghambat ovulasi. Khasiat lain dari
gestagen adalah memperkental lendir serviks sehingga menghalangi penetrasi spermatosoon
masuk ke dalam uterus, mempengaruhi endometrium sehingga mengganggu implantasi ovum
yang telah dibuahi dan mengganggu motilitas tuba.
CARA PEMBERIAN
Pil kombinasi biasanya tersedia dalam kemasan berisi 21 pil dan ada juga yang berisi 28 pil
dimana 7 pil terakhir hanya berupa plasebo yang berisi preparat besi atau vitamin. Pil diminum
tiap hari 1 pil terus-menerus dan diminum saat-saat tertentu agar tidak mudah lupa misalnya
malam sebelum tidur, makan malam atau setelah menggosok gigi. Baik yang berisi 21 atau 28 pil
mempunyai prinsip minum yang sama yaitu 3 minggu minum dan 1 minggu istirahat minum pil.
Untuk mudahnya :
1) Bila menggunakan kemasan 21 pil. Setelah habis 1 kemasan, istirahat minum pil selama
7 hari kemudian minum pil kemasan baru.
2) Bila menggunakan kemasan 28 pil. Setelah habis 1 kemasan, langsung minum kemasan
baru tanpa fase istirahat.
Bila terjadi lupa minum pil :
1) Lupa 1 pil, maka segera minum pil yang terlupa dan pil yang selanjutnya diminum
seperti saat biasanya.
2) Lupa 2 pil
a) Terjadi selama minggu pertama atau kedua, maka akseptor harus minum 2 pil selama 2
hari berturutturut dan pil selanjutnya diminum seperti saat biasanya (belum diperlukan
tapi disarankan untuk memakai kontrasepsi tambahan misalnya kondom selama 7 hari).
b) Terjadi selama minggu ketiga, maka akseptor harus minum 1 pil sehari sampai hari
minggu berikutnya dan pada hari itu mulai dengan kemasan baru (atau bisa langsung saja
dengan pil kemasan baru) dan harus menggunakan kontrasepsi tambahan sampai
mulainya siklus haid berikutnya atau sekurangkurangnya 7 hari.
3) Lupa 3 pil
Sama dengan lupa 2 pil pada minggu ketiga atau dapat juga minum 2 pil selama 3 hari
berturut-turut dan disertai penggunaan kontrasepsi tambahan sampai mulainya siklus
haid berikutnya atau sekurang-kurangnya 7 hari.
4) Sedang diare atau muntah-muntah
Pil tetap diminum tiap hari seperti biasanya danmenggunakan kontrasepsi tambahan
sampai 7 hari setelahsembuh.
KONDISI-KONDISI DIMANA KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI DAPAT DIGUNAKAN MENURUT
WHO (kategori 1 dan 2) :

Kategori 1: Suatu kondisi dimana tidak ada larangan dalam penggunaan metode kontrasepsi
(metode dapat digunakan)

Kategori 2 : Suatu kondisi dimana keuntungan-keuntungan pada penggunaan metode ini lebih
besar dibanding dengan resiko teoritis atau terbukti (metode dapat digunakan)
*Menarke sampai diatas 40 tahun, Nulipara maupun multipara, > 6 bulan postpartum (meneteki)
dan > 21 hari postpartum (tidak meneteki), Pasca abortus dan pasca kehamilan ektopik terganggu
ataupun riwayat operasi daerah pelvis, Merokok dengan usia < 35 tahun, Kegemukan (IMT > 30
kg/m2), hipertensi kehamilan, Riwayat keluarga dengan penyakit trombosis vena
profunda/emboli paru ( ayah-ibu), Pasca bedah besar/kecil tanpa imobilisasi, trombosis vena
superficial, katup jantung tanpa komplikasi, Nyeri kepala bukan migren, epilepsy, Perdarahan
pervaginam teratur maupun tak teratur, endometriosis,tumor ovarim jinak, dismenore berat,
Penyakit trofoblas jinak/ganas, ektropion serviks, NIS, karsinoma serviks, Tumor jinak payudara,
riwayat keluarga ca payudara, ca endometrium, karsinoma, ovarium, mioma uteri, penyakit
menular seksual, HIV/AIDS, sistosomiasis, tuberkulosis, malaria, Diabetes tanpa komplikasi,
hipertiroid, hipotiroid, kandung empedu dengan gejala ataupun tidak atau yang telah dilakukan
kolesistektomi, riwayat kolestasis yang berhubungan dengan kehamilan, Talasemia, siklemia,
anemia kekurangan zat besi, Sedang memakai antibiotika (selain rifampicin dan griseofulvin)
KONDISI-KONDISI DIMANA KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI TIDAK DAPAT DIGUNAKAN
MENURUT WHO (kategori 3 dan 4) :

Kategori 3 : Suatu kondisi dimana risiko teoritis atau terbukti biasanya lebih besar dibanding
dengan keuntungan menggunakan metode tersebut (metode tidak dapat digunakan)
Kategori 4 : Suatu kondisi dimana memperlihatkan suatu resiko kesehatan yang tidak dapat
diterima jika metode kontrasepsi digunakan (metode tidak dapat digunakan)
< 6 bulan postpartum (meneteki), < 21 hari post partum (tidak meneteki), Merokok > 15 batang
sehari dengan usia > 35 tahun, Berisiko menderita penyakit arteri kardiovaskuler, Hipertensi,
penyakit pembuluh darah
Keuntungan : Efektivitas dapat dipercaya, siklus menstruasi teratur, frek koitus tidak perlu
diatur, berkurangnya keluhan dismenorea, reversible, sebagai kontrasepsi darurat, mencegah
terjadinya kehamilan ektopik, kanker ovarium dan endometrium, tumor jinak mamma, kista
ovarium fungsional, penyakit inflamasi pelvis, aterosklerosis dan artritis rematoid.
Efek Samping
a. Estrogen (mual dan muntah, rasa penuh/nyeri pada mamma, retensi cairan, cairan
menstruasi, keletihan, iritabilitas, keputihan, sekresi serviks/erosi serviks). Berikan pil
kombinasi dengan kandungan estrogen yang atau kandungan gestagen dengan aktivitas
androgenik yang rendah.
b. Gestagen (perdarahan tak teratur, pengecilan ukuran mamma, depresi, kelelahan, gairah
seksual, akne dan alopesia, sakit kepala, kram pada kaki dan kelemahan ligamentum). Berikan
pil kombinasi dengan kandungan gestagen yang rendah atau yang mengandung estrogen lebih
tinggi.
KOMPLIKASI PENGGUNAAN PIL KOMBINASI

*Tromboemboli vena (akibat pengaruh estrogen dimana etinilestradiol mempengaruhi faktor


pembekuan dan faktor fibrinolisis serta fungsi trombosit dan endotel sehingga terjadi
peningkatan aktifitas pembekuan dan fibrinolisis)
*Hipertensi (estrogen dimana etinilestradiol dapat meningkatkan angiotensinogen dan
angiotensin II 3-5 kali kadar normal, sedang gestagen mempunyai pengaruh minimal terhadap
terjadinya hipertensi. Risiko ini dapat meningkat bila disertai dengan faktor bertambahnya usia
dan merokok)
*Infark jantung (bertambahnya usia, merokok, obesitas, diabetes dan hipertensi sebelumnya. Hal
ini berkaitan dengan pengaruh gestagen dan dosisnya terhadap metabolisme lemak)
*Stroke (terjadinya trombosis serebral meningkat 2-3 kalilipat pada penggunaan pil kombinasi)
*Neoplasia (Estrogen dapat mempengaruhi timbulnya tumor jinak mamma, pertumbuhan mioma
uterus dan pada penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan hiperplasia endometrium yang
berupa hiperplasia simpleks, adenomatosa dan hiperplasia atipik)

Suntik
a. Keuntungan
1) Noristerat pemberiannya sederhana diberikan 200 mg sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan
pertama 3 x suntikan pertama kemudian selanjutnya sekali tiap 12 minggu.
2) DMPA pemberiannya diberikan sekali dalam 12 minggu dengan dosis 150 mg.
3) Tingkat efektifitasnya tinggi, tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
Suntikan tidak ada hubungannya dengan saat bersenggama. Kontrasepsi suntikan dapat
dihentikan setelah 3 bulan dengan cara tidak disuntik ulang, sedangkan IUD dan implant yang
non-bioderdable harus dikeluarkan oleh orang lain. Tidak ditemukan efek samping minor seperti
pada POK yang disebabkan estrogen, antara lain mual atau efek samping yang lebih serius
seperti timbulnya bekuan darah disamping estrogen juga dapat menekan produksi ASI.

b. Kerugian
Perdarahan yang tidak menentu, terjadinya amenorhoe yang berkepanjangan, BB, Sakit kepala,
Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan, side efek dari suntikan tidak dapat ditarik
lagi., mungkin terjadi kehamilan.

Saat Pemberian Yang Tepat


a. Pasca persalinan (ketika masih di RS/setelah 6 minggu post partum dan sebelum berkumpul
dengan suami. Tepat pada jadwal suntikan berikutnya)

b. Pasca Abortus (Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari. Jadwal waktu suntikan yang
diperhitungkan)
c. Interval (Hari kelima menstruasi, Jadwal waktu suntikan diperhitungkan)
Kontra Indikasi (hamil, Perdarahan ginekologi ( perdarahan melalui vagina yang tidak
diketahui penyebabnya, Tumor/keganasan, Penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, penyakit paruparu hebat)
Efek Samping dan Penanggulangannya
Gangguan Haid : Amenorhoe, Spoting.
Susuk KB (Implan) implant mekanisme kerjanya adalah menekan ovulasi membuat getah
serviks menjadi kental dan membuat endometrium tidak sempat menerima hasil konsepsi.
Keuntungan Implant: Efektifitas tinggi setelah dipasang, sistem 6 kapsul memberikan
perlindungan untuk 5 tahun, tidak mengandung estrogen, efek kontraseptif segera berakhir
setelah implantnya dikeluarkan,
Kerugian : Implant Insersi dan pengeluaran harus dikeluarkan oleh tenaga terlatih, Lebih mahal,
Sering timbul perubahan pola haid.

Kontrasepsi sterilisasi
a. Kontap Pada Wanita ( Tubektomi )
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang menyebabkan wanita
bersangkutan tidak hamila lagi.
Keuntungan: efektif, Permanen, tdk pengaruhi proses menyusui, tdk bergantung pada
senggama,tdk ada efek samping dalam jangka waktu panjang, tdk ada perubahan dalam fungsi
seksual, Berkurangnya resiko kanker ovarium
Yang Dapat Menjalani Tubektomi (Usia > 26 tahun, paritas > 2, kehamilannya akan
menimbulakan resiko kesehatan serius, Pasca persalinan, Pasca keguguran, suka rela.
Kapan dilakukan (Setiap waktu selama siklus menstrusi apabila diyakini secara rasional klien
tsb tidak hamil, Hari ke 6 13 siklus menstruasi ( fase proliferasi ), Pasca persalinan)
b. Kontap pada pria ( vasektomi )
prosedur klinik untuk menghenrtikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan
oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak
terjadi. Indikasi : Infeksi kulit pada daerah operasi, infeksi sistemik yang sangat mengganggu,
Hidrokel atau varikokel yang besar, hernia inguinalis, filariasis / elephantiasis, undesensus
testikularis.

5. Memahami dan menjelaskan masalah kependudukan


Masalah kependudukan di indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan distribusi yang
tidak merata. hal itu dibarengi dengan masalah lain yang lebih spesifik, yaitu angka fertilitas dan
angka mortalitas yang relatif tinggi.
Secara umum ada tiga cara pemecahan masalah :
*Pemecahan masalah secara otoritatif, yaitu pemecahan masalah yang dilakukan oleh pihak
berwenang (pejabat, guru, hakim, dll)
*Pemecahan masalah secara ilmiah, yaitu pemecahan masalah dengan menggunakan metode
ilmiah. Metode ilmiah adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran
suatu pengetahuan secara ilmiah.
*Pemecahan masalah secara metafisik, yaitu pemecahan masalah dengan menggunakan cara-cara
yang tidak rasional, contohnya secara gaib dan doa
Masalah masalah kependudukan di indonesia :
a. masalah akibat angka kelahiran
*total fertility rate (tfr): meningkatkan beban pemerintah dalam hal penyediaan aspek fisik
misalnya fasilitas kesehatan.
*age spesific fertility rate (asfr) : pertumbuhan penduduk semakin tinggi
b. masalah akibat angka kematian
angka harapan hidup: peran pemerintah dalam menyediakan fasilitas penampungan.
*perlunya perhatian keluarga dan pemerintah dalam penyediaan gizi yang memadai bagi anakanak (balita).
c. masalah komposisi jumlah penduduk (penumpukan jumlah penduduk yang tidak produktif)
*aspek ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.
*Aspek pemenuhan gizi, rawan atau kurang gizi (malnutrition) yang akan mengganggu
pertumbuhan otak bahkan dapat terbelakang mental (mental retardation) sehingga mengurangi
SDM yang akan datang.
*Aspek pendidikan
*Lapangan kerja.
d. masalah mobilitas penduduk di indonesia
Mobilitas antar pulau, mobilitas penduduk antar pulau propinsi, mobilitas penduduk dari desa ke
kota.
6. Memahami hukum KB menurut islam.
KB
menurut
Majelis
Ulama
Indonesia
(MUI),
sebagai
berikut:
*KB adalah ikhtiar manusia untuk mengatur kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan
hukum agama demi mendapat kesejahteraan keluarga dan bangsa.
*Islam membenarkan KB untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, menciptakan anak yang sehat,
cerdas, dan shaleh.
*KB harus didasarkan atas kesadaran dan sukarela dengan mempertimbangkan faktor agama dan
adat istiadat.
*Penggunaan kontrasepsi tidak dipaksakan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam, serta
harus berdasar kesepakatan suami-istri.
*Kontrasepsi dalam rahim dibenarkan jika pemasangan dilakukan oleh tenaga medis wanita. Jika
tenaga medisnya pria, harus didampingi sang suami.

*Aborsi dengan cara apapun haram karena merupakan pembunuhan terselubung yang dilarang
Islam, kecuali untuk menyelamatkan jiwa ibu. Vasektomi dan tubektomi juga dilarang.
Dalil kebolehannya antara lain hadits dari sahabat Jabir RA yang berkata,Dahulu kami
melakukan azl [senggama terputus] pada masa Rasulullah SAW sedangkan al-Qur`an masih
turun. (HR Bukhari).
Kebolehan pengaturan kelahiran juga terbatas pada pencegahan kehamilan yang temporal
(sementara), misalnya dengan pil KB dan kondom. Adapun pencegahan kehamilan yang
permanen (sterilisasi), seperti vasektomi atau tubektomi, hukumnya haram. Sebab Nabi SAW
telah melarang pengebirian (al-ikhtisha`), sebagai teknik mencegah kehamilan secara permanen
yang ada saat itu (Muttafaq alaih, dari Saad bin Abi Waqash RA).

Anda mungkin juga menyukai