Stroke
Disusun Oleh :
KELOMPOK ---------Foni Seviana
260110110113
Nita Yesita
260110110114
260110110115
260110110116
Fadli Apriliandy
260110110117
Terry Terrawati
260110100118
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014
STROKE
I.
DEFINISI
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang
ditandai dengan kematian jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya aliran darah
dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan
adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi
susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak
II.
PATOFISIOLOGI
A. FAKTOR RISIKO UNTUK STROKE
Faktor risiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi meliputi peningkatan usia,
jenis kelamin laki-laki, ras (Afrika Amerika, Asia, Hispanik), riwayat keluarga
stroke, dan rendah berat lahir.
Faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi meliputi hipertensi dan penyakit
jantung (terutama fibrilasi atrium).
Faktor risiko utama lainnya termasuk diabetes mellitus, dislipidemia, dan
merokok.
B. STROKE ISCHEMIC
Stroke iskemik menyebabkan 88% dari semua stroke dan baik yang sebabkan
pembentukan lokal trombus atau emboli yang menyumbat arteri serebral.
Cerebral aterosklerosis merupakan faktor penyebab pada kebanyakan kasus
stroke iskemik, meskipun 30% etiologi tidak diketahui. Emboli dapat timbul
baik dari intra ekstrakranial arteri. Dua puluh persen dari stroke emboli timbul
dari hati.
Dalam aterosklerosis karotid, plak dapat pecah, menghasilkan paparan
kolagen, agregasi platelet, dan pembentukan trombus. Bekuan dapat
menyebabkan lokal oklusi atau dapat mengeluarkan dan melintasi distal,
akhirnya menyumbat pembuluh darah cerebral.
Dalam kasus emboli kardiogenik, aliran darah statis di atrium atau ventrikel
menyebabkan pembentukan gumpalan lokal yang dapat mengeluarkan dan
melintas melalui aorta menuju sirkulasi serebral
Hasil akhir dari kedua pembentukan trombus dan emboli arteri adalah oklusi,
penurunan aliran darah otak dan menyebabkan iskemia dan akhirnya infark
distal sampai oklusi tersebut .
C. HEMORRHAGIC STROKE
Hemorrhagic stroke menyebabkan 12% dari stroke. Macam-macam
hemorrhagic stroke yaitu subarachnoid hemorrhagic, intraserebral
hemorrhagic, dan hematoma subdural. Subarachnoid hemorrhage bisa terjadi
akibat trauma atau pecahnya intrakranial aneurisma atau kesalahan formasi
arteriovenous. Intraserebral hemorrhagic terjadi bila pembuluh darah pecah di
dalam parenkim otak menyebabkan pembentukan hematoma. Hematoma
subdural yang paling sering disebabkan oleh trauma.
Adanya darah dalam parenkim otak menyebabkan kerusakan jaringan di
sekitarnya melalui efek massa dan neurotoksisitas darah komponen dan
produk degradasi mereka. Kompresi jaringan sekitar hematoma dapat
menyebabkan iskemia sekunder. Banyak dari awal kematian stroke hemoragik
adalah karena peningkatan mendadak tekanan dalam intrakranial yang dapat
menyebabkan herniasi dan kematian.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
IV.
DESIRED OUTCOME
Tujuan Pengobatan
Stroke merupakan penyakit yang memerlukan perawatan jangka panjang,
sehingga untuk mendapatkan therapeutic outcome yang baik perlu kerjasama antara
dokter, perawat, apoteker, pasien dan keluarga pasien. Kejadian drug related problems
sangat umum terjadi pada pasien rawat inap yang beresiko meningkatkan kesakitan,
kematian dan biaya (Takrouri, 2004).
Tujuan pengobatan untuk stroke akut adalah (Wells, 2009) :
(1) Untuk mengurangi cedera neurologis berkelanjutan dan mengurangi angka
kematian dan kecacatan jangka panjang
(2) mencegah komplikasi sekunder imobilitas dan disfungsi neurologis, dan
(3) mencegah kambuhnya kembali penyakit stroke pada penderita yang sudah
sembuh
V.
TREATMENT
Treatment stroke terbagi menjadi treatment non farmaklogis dan farmakologis.
1. Terapi non farmakologis
2. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis untuk penyakit stroke terbagi menjadi dua yaitu :
a) Terapi Farmakologis untuk Stroke Iskemik
The American Heart Association / American Stroke Association (AHA/ASA)
merekomendasi kan dua terapi farmakologis Stroke iskemik yaitu:
1. Alteplase. Alteplase dilakukan dalam waktu 3 jam dari onset gejala .
Telah terbukti mengurangi kecacatan utama karena stroke iskemik.
Sebelum diberikan alteplase dilakukan CT scan terlebih dahulu untuk
memeriksa denyut jantung dan pernapasan pasien. Memenuhi kriteria
inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Dosis yang digunakan
adalah 0,9 mg / kg ( maksimal 90 mg ) infus IV selama 1 jam. Penggunaan
antikoagulan dan antiplatelet harus dihindari selama 24 jam dan pasien
harus dimonitor untuk mencegah perdarahan .
2. Aspirin dalam waktu 48 jam dari onset . Dosis yang digunakan 50-325 mg
/ hari dimulai antara 24 dan 48 jam setelah selesai dari alteplase. Aspirin
juga telah terbukti mengurangi kematian akibat stroke. AHA / ASA
merekomendasikan penggunaan antiplatelet untuk pencegahan sekunder
stroke iskemik dan harus digunakan dalam stroke noncardioembolic.
Penggunaan kombinasi aspirin dengan clopidogrel atau dipyridamole
VI.
STUDI KASUS
1.
2.
3.
Presentasion
<5
= ringan
5-15
= sedang
16-25
= berat
> 25
= sangat berat
Berikut merupakan jumlah NIHSS dari studi kasus ini :
Faktor Penilaian
Bahasa
Lapangan pandang
Neglek
Disartria
Nilai
NIHSS
0
1
2
1
Paresis wajah
Kekuatan motoric
Sensorik
Ataksia
Total NIHSS
4.
2
5
1
0
12
Lab test
INR (International Normalized Ratio) : 1.0
PTT (Waktu Tromboplastin Parsial) : 29,3
detik
Glukosa : 110 mg/dL
5.
Diagnosis
Arteri karotis tengah bagian kanan mengalami stroke iskemik. Hal ini disebabkan
oleh adanya sumbatan bekuan darah yang terjebak di pembuluh darah otak yang
lebih kecil dan biasanya di daerah percabangan lumen yang menyempit.
Didiagnosis setelah 1 jam 30 menit setelah kejadian gejala stroke.
6.
Terapi
Pasien tidak memiliki kontraindikasi dengan tPA (Tissue Plasminogen Activator).
Sehingga setelah didiskusikan dengan keluarga pasien tentang risiko dan
keuntungannya menggunakan obat ini maka pasien diterapi dengan
menggunakan obat tPA, yaitu obat penghancur bekuan darah. Obat tPA diberikan
setelah 2 jam 10 menit gejala stroke muncul. Obat tPA yang diberikan dosisnya
adalah 73 mg karena pasien memiliki berat badan 81,1 kg sedangkan dosis obat
tPA 0,9mg/kg BB.
7.
Hasil Terapi
Sesudah 36 jam diberikan obat tPA maka kondisi pasien :
Kaki dan lengannya sudah bisa digerakan meski hanya sedikit, tidak
mengalami kelumpuhan total.
8.
Follow Up
Hari ke-30, pasien masuk ke rehabilitas penderita stroke dan selama
rehabilitas memberikan hasil dan perkembangan yang baik secara fisik dan
terapi.
Hari ke-90, pasien keluar dari rehabilitas dengan kekuatan kaki dan tangan
yang baik.
Pusat terapi stroke harus tetap mengontrol dan mengawasi pasien setelah
keluar dari rehabilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Seri Gaya Hidup Sehat: Cara Bijak Hadapi Stroke, Jantung & Pembuluh Darah,
Agustus 2007, PT Gramedia.
Takrouri. 2004. The Internet Journal of Health: Intensive Care Unit. Volume 3
Number 2.Department of Anesthesia College Of Medicine King Saud
University.