PENDAHULUAN
Luka bakar adalah luka yang kompleks. Sejumlah fungsi organ tubuh mungkin ikut
terpengaruh. Luka bakar bisa mempengaruhi otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah. Sistem
pernapasan dapat juga rusak, kemungkinan adanya penyumbatan udara, gagal nafas dan henti
nafas. Karena luka bakar mengenai kulit, maka luka tersebut dapat merusak keseimbangan
cairan atau elektrolit normal tubuh, temperatur tubuh, pengaturan suhu tubuh, fungsi sendi,
dan penampilan fisik. Sebagai tambahan terhadap kerusakan fisik yang disebabkan oleh luka
bakar, pasien juga bisa menderita permasalahan psikologis dan emosional yang dimulai sejak
peristiwa terjadi dan bisa bertahan / berlangsung untuk jangka waktu yang lama.(1)
Mencegah timbulnya bekas luka adalah merupakan tujuan utama dari penatalaksanaan
luka bakar. Edukasi pasien secara konsisten dan berulang adalah suatu bagian yang penting
dalam terapi pasien. Penatalaksanaan terhadap edema, penatalaksanaan gangguan nafas,
memposisikan, dan melibatkan pasien dalam aktivitas fungsional dan pergerakan harus
dimulai sejak dini. Pasien perlu dimotivasi untuk bekerja sesuai dengan kemampuan mereka
dan menerima tanggung jawab untuk merawat diri mereka sendiri. Kemampuan fungsional
pasien setelah terapi tidak akan maksimal jika pasien tidak secara teratur terlibat dalam
pergerakan.(2)
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
: 11 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: Sekolah Dasar
Kebangsaan
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
RIWAYAT PENYAKIT
ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu kandung pasien
Lokasi
Tanggal/Waktu
Tanggal masuk
Keluhan utama
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 6 Januari 2015 pukul 06.30 WIB dengan hasil
sebagai berikut:
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesan Sakit
Kesadaran
Kesan gizi
Data Antropometri
Berat Badan
Tinggi Badan
Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Napas
KEPALA
RAMBUT
WAJAH
MATA
TELINGA
HIDUNG
BIBIR
MULUT
LEHER
THORAKS
ABDOMEN
EXTREMITAS
Status Lokalis
: 110/70 mmHg
: 84x/m
: 36,5C
: 24x/m
: normocephali
: warna hitam, distribusi merata
: simetris, tidak ada pembengkakan, luka atau jaringan
parut
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
: normotia
: septum deviasi (-), sekret (-)
: mukosa bibir kering, sianosis (-)
: oral hygiene baik
: tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB
: Pulmo: vesikuler (+/+), ronkhi (-/-) , wheezing (-/-)
Cor: BJ I-II reg, gallop (-), murmur (-)
: supel, BU (+), NT (-)
: akral hangat ++/++
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pada tanggal 6 Januari 2015
Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
MCV
MCH
Hasil
Nilai Normal
17.8 gr/dl*
26.300 / l*
55 %*
269.000 / l
7.2*
77.0*
24.7*
MCHC
32.3
32 36
RDW
13.2
<14
Kimia
Glukosa Darah Sewaktu
139*
60-100 mg/dl
DIAGNOSIS KERJA
Combustio grade IIA
DIAGNOSIS BANDING
Combustio Grade IIB
Combustio Grade III
PENATALAKSANAAN AWAL
Ringer Laktat 6 jam / kolf
Inj. Ceftriaxone 2x750 mg
Redressing luka
PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: ad bonam
FOLLOW UP
Selasa, 6 Januari 2015
S
P
5
Nyeri di
seluruh
kulit yang
terkena
luka bakar
Combustio
grade IIA
(25%)
IVFD RL/6
jam
Inj.
Ceftriaxone
2x1g
Kaltropen
supp (extra)
1/2
Ranitidin
2x1amp
Tramal 2x1g
Status Lokalis:
Luka melepuh +
Nyeri +
Bullae +, dasar kemerahan
S
Nyeri di
seluruh
kulit yang
terkena
luka bakar
O
Kesadaran: compos mentis
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Tanda Vital:
TD: 110/70 mmHg
N: 80x/m
RR: 20x/m
T: 36C
Status Generalis:
Mata: ca -/-, si -/Leher: kgb ttm
Thorax:
Cor: BJ I-II reg, gal -, mur Pul: SNV +/+, rh -/-, wh -/Abdomen: supel, NT -, BU +
Extremitas:
A
Combustio
grade IIA
(25%)
P
IVFD RL/6
jam
Inj.
Ceftriaxone
2x1g
Kaltropen
supp (extra)
1/2
Ranitidin
2x1amp
Tramal 2x1g
Status Lokalis:
Luka melepuh +
Nyeri +
Bullae +, dasar kemerahan
O
Kesadaran: compos mentis
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Tanda Vital:
TD: 110/80 mmHg
N: 80x/m
RR: 20x/m
T: 36,6C
Status Generalis:
Mata: ca -/-, si -/Leher: kgb ttm
Thorax:
Cor: BJ I-II reg, gal -, mur Pul: SNV +/+, rh -/-, wh -/Abdomen: supel, NT -, BU +
Extremitas:
A
Combustio
grade IIA
(25%)
P
IVFD RL/6
jam
Inj.
Ceftriaxone
2x1g
Kaltropen
supp (extra)
1/2
Ranitidin
2x1amp
Tramal 2x1g
Status Lokalis:
Luka melepuh +
Nyeri +
Bullae +, dasar kemerahan
O
Kesadaran: compos mentis
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Tanda Vital:
TD: 110/70 mmHg
N: 84x/m
RR: 20x/m
T: 36,3C
Status Generalis:
Mata: ca -/-, si -/Leher: kgb ttm
Thorax:
Cor: BJ I-II reg, gal -, mur Pul: SNV +/+, rh -/-, wh -/Abdomen: supel, NT -, BU +
Extremitas:
A
Combustio
grade IIA
(25%)
P
IVFD RL/6
jam
Inj.
Ceftriaxone
2x1g
Kaltropen
supp (extra)
1/2
Ranitidin
2x1amp
Tramal 2x1g
Status Lokalis:
Luka melepuh +
Nyeri +
Bullae +, dasar kemerahan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. Batasan
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,
air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan.
Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah sambaran petir, sengatan listrik, sinar X dan
bahan korosif. Kerusakan kulit yang terjadi tergantung pada tinggi suhu dan lama kontak.
Suhu minimal untuk dapat menghasilkan luka bakar adalah sekitar 44C dengan kontak
sekurang-kurangnya 5-6 jam. Suhu 65C dengan kontak selama 2 detik sudah cukup
menghasilkan luka bakar. Kontak kulit dengan uap air panas selama 2 detik mengakibatkan
suhu kulit pada kedalaman 1 mm dapat mencapai suhu 47C, air panas yang mempunyai suhu
60C yang kontak dengan kulit dalam waktu 10 detik akan menyebabkan kehilangan
sebagian ketebalan kulit dan diatas 70C akan menyebabkan kehilangan seluruh kulit.
Temperatur air yang digunakan untuk mandi adalah berkisar 36C-42C. Pelebaran kapiler
dibawah kulit mulai terjadi pada saat suhu mencapai 35C selama 120 detik, vesikel terjadi
pada suhu 53C-57C selama kontak 30-120 detik.(3)
Panas. Termasuk api, radiasi, atau pajanan panas dari api, uap dan cairan panas
serta benda benda yang panas
10
Cahaya. Luka bakar yang disebabkan oleh sumber cahaya yang kuat atau cahaya
ultra violet, juga termasuk sinar matahari
Radiasi. Seperti radiasi nuklir, cahaya ultra violet juga termasuk salah satu sumber
penyebab luka bakar karena radiasi
Berdasarkan penyebabnya, luka bakar secara kasar dapat dibagi dalam enam kategori (4)
A. Luka Bakar Api
Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan api
1.
2.
Disebabkan oleh ledakan yang berasal dari gas, atau berupa partikel-partikel
halus suatu benda panas.
Menyebabkan luka bakar derajat dua dan tiga pada seluruh daerah kulit yang
terkena, termasuk rambut.
Luka imersi, yang mana bisa saja karena ketidak sengajaan atau
kecerobohan dirumah. Luka bakar imersi akibat kecerobohan dirumah sering
11
terjadi karena anak kecil ditempatkan didalam kolam atau bak mandi yang
dipenuhi air panas membara, dengan tujuan untuk mendisiplinkan atau
menghukum si anak. Bentuk khas luka bakar dapat terlihat, sebagai anak yang
terrefleksi tenggelam di dalam air. Disekeliling area dari kulit yang melingkari
tiap-tiap daerah lutut tidak terkena karena anak tersebut dipaksa berjongkok di
dalam air. Anak biasanya dipegang diantara tangannya dan ke bawah pada air
membara. Hasil luka bakar menunjukkan bentuk khas dengan tidak terdapat
luka di bawah lututnya, fosa poplitea dan daerah inguinal
b)
c)
12
F. Luka bakar kimia adalah diproduksi oleh agen kimia seperti asam kuat dan alkali, sama
seperti agen lain seperti fosfor dan fenol. Luka bakar menghasilkan perbaikan yang lebih
lambat daripada luka bakar akibat agen panas.
1. Ekstensi luka tergantung dari :
a. Agen kimianya
b. Kekuatan atau konsentrasi dari agen kimianya
c. Durasi kontak dengan agen tersebut
2. Agen alkalin :
a. Cenderung lebih menjadi luka berat dibanding agen asam
b. Yang dapat menyebabkan luka bakar umumnya memiliki pH >11,5
c. Sering menghasilkan luka yang cukup tebal
d. Menghasilkan luka yang menimbulkan nyeri, dan merusak kulit dan
licin
3. Agen asam biasanya menghasilkan hanya sebagian dari ketebalan luka, yang mana
diikuti dengan eritema dan erosi yang superfisial saja.
Klasifikasi derajat luka bakar berbeda-beda untuk masing-masing negara oleh karena
ini sangat bergantung terhadap manajemen pengobatan yang digunakan oleh negara tersebut.
Klasifikasi lama yang diperkenalkan oleh Dupuytren adalah pembagian derajat luka bakar
dalam 6 derajat (3)
1.
Luka bakar derajat 1. Luka akibat terkena panas dari api, benda panas dan cairan panas
yang suhunya tidak mencapai titik didih, atau akibat cairan kimia. Biasanya bentuk luka
berupa kemerahan dan proses penyembuhan terjadi tanpa meninggalkan parut. Waktu
penyembuhan antara beberapa jam sampai beberapa hari.
2.
Luka bakar derajat 2. Luka diakibatkan terkena benda panas atau cairan panas yang
suhunya mencapai titik didih atau lebih tinggi. Lapisan kulit superfisial hanya sedikit
yang rusak dan penyembuhannya tanpa meninggalkan jaringan parut. Pada awalnya
terdapat vesikel yang kemudian akan terasa sakit dan warnanya menjadi hitam.
13
3.
Luka bakar derajat 3. Luka bakar ini adalah akibat cairan yang suhunya diatas titik
didih. Pada keadaan ini lapisan superfisial kulit seluruhnya rusak sehingga pada
penyembuhan akan meninggalkan jaringan parut. Ujung persyarafan juga terbakar dan
hal ini mengakibatkan rasa nyeri yang hebat. Pada proses penyembuhan dapat terjadi
jaringan parut yang mengandung semua elemen kulit, sehingga tidak mengalami
kontraktur.
4.
Luka bakar derajat 4. Seluruh jaringan kulit mengalami kerusakan. Ujung saraf juga
ikut rusak, sehingga pada luka bakar ini rasa nyeri tidak ada. Jaringan parut yang
terbentuk akan mengalami kontraksi dan deformitas. Luka terkelupas pada hari ke 5
atau ke 6 dan penyembuhan akan berjalan lambat.
5.
Luka bakar derajat 5. Pada keadaan ini kerusakan juga meliputi fasia otot dan hampir
selalu mengalami deformitas.
6.
Luka bakar derajat 6. Keadaan ini biasanya fatal, jika tidak meninggal maka biasanya
mengakibatkan kerusakan anggota badan.
Luka bakar derajat satu (derajat satu dan dua, Dupuytren) Terjadi eritema dan blister
tanpa kehilangan epidermis. Disini kapiler mengalami dilatasi dan terjadi transudasi
cairan kedalam jaringan ikat, yang menyebabkan edema. Secara umum blister diliputi
oleh kulit yang berwarna keputihan diatasnya, epidermis yang avaskuler dan dibatasi
oleh zona yang berwarna hiperemi. Bila besar blister kurang dari 1 cm maka blister ini
akan diresorbsi, sebaliknya bila blister ini pecah maka akan meninggalkan daerah
dengan dasar yang berwarna kemerahan. Luka bakar derajat satu ini akan sembuh tanpa
meninggalkan jaringan parut. Walaupun luka bakar yang terjadi adalah derajat satu akan
tetapi bila meliputi lebih dari sepertiga permukaan tubuh terutama yang terletak pada
daerah kepala, leher, badan, atau dinding depan dari abdomen maka akan menyebabkan
kefatalan.
2.
Luka bakar derajat dua (derajat tiga dan empat, Dupuytren) Terjadi destruksi dari seluruh
ketebalan kulit. Epidermis dapat mengalami koagulasi, pengerutan, berupa daerah yang
dibatasi oleh zona yang berwarna kemerahan, dan blister kulit. Dalam beberapa hari,
14
biasanya dalam beberapa minggu jaringan yang nekrosis akan mengelupas dan
meninggalkan ulkus yang lambat menyembuh. Luka bakar derajat dua sering
memerlukan koreksi bedah plastik untuk mengatasi jaringan parut yang terbetuk selama
penyembuhan.
3. Luka bakar derajat tiga (derajat lima dan enam, Dupuytren) Yang karakteristik dari luka
bakar ini adalah destruksi yang luas tidak hanya pada kulit dan subkutis tetapi juga pada
otot dan tulang. Destruksi pada ujung-ujung saraf juga dapat terjadi yang mengakibatkan
kehilangan rasa nyeri yang relatif. Devitalisasi jaringan pada area luka bakar
menyebabkan mudah terkenanya infeksi dan penyembuhan yang berjalan lambat. Bila
paparannya berkepanjangan, maka kulit dan jaringan ikat dibawah kulit akan terbakar dan
menjadi arang. Sedangkan paparan yang luas dari tubuh setelah kematian oleh karena
panas dan asap menyebabkan seluruh tubuhh menjadi arang dengan otot-otot dan organorgan dalam yang terpanggang, dan akhirnya menghanguskan bagian-bagian tubuh
terutama ekstremitas, genitalia dan telinga.
2.
3.
Nomenklatur
Tradisional
Kedalaman
Penemuan Klinis
Epidermis
Erythema, nyeri
Ketebalan
sebagian
dangkal
Derajat 2
Ketebalan
Derajat 2
Sebagian dalam
1.
Luka bakar derajat 1 (luka bakar superfisial). Luka bakar hanya terbatas pada lapisan
epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh
tanpa jaringan parut dalam waktu 5 7 hari.
Gambar 1. Luka Bakar Derajat I
17
18
untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus tersebut adalah luas telapak
tangan dianggap seluas 1%.
Derajat dan luas luka bakar tergantung pada banyak faktor seperti jarak korban
dengan api, lamanya pajanan, bahkan pakaian yang digunakan korban pada waktu terjadinya
kebakaran. Komposisi pakaian dapat menentukan derajat keparahan dan luasnya luka bakar.
Kain katun murni akan mentransmisi lebih banyak energi panas ke kulit dibandingkan dengan
bahan katun polyester. Bahan katun terbakar lebih cepat dan dapat menghasilkan luka bakar
yang besar dan dalam. Bila bahan yang dipakai kandungan poliesternya lebih banyak akan
menyebabkan luka bakar yang relatif ringan atau kurang berat. Bahan rajutan akan
menghasilkan daerah luka bakar yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan bahan
pintalan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bila bahan yang dipakai bertambah berat maka
daerah yang terbakar akan berkurang. Selain itu derajat luka bakar akan berkurang bila
pakaian yang dipakai korban ketat dan mengelilingi tubuh.
19
Tabel 2. Rule of Nines untuk Penatalaksanaan Luka Bakar Pada Permukaan Tubuh
Struktur Anatomi
Area Permukaan
9%
Badan Depan
18%
Punggung
18%
18%
18%
9%
9%
Genitalia/perineum
1%
20
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi, rusak dan permeabilitasnya meningkat. Sel darah yang ada
didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu
menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula
yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar
derajat tiga.
Bila luas luka bakar <25%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh, masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang
khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun,
dan produksi urin yang berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi
setelah 8 jam.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Edema laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan nafas dengan gejala sesak nafas,
takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon monoksida
akan mengikat hemoglobin dengan kuat, sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat
oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada
keracunan yang berat terjadi koma. Bila dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat
meninggal.
Setelah 12 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit untuk
diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis.
Padahal pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab
infeksi pada luka bakar selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi
kuman saluran atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial
21
ini biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap
berbagai macam antibiotik. Perubahan luka bakar derajat 2 menjadi derajat 3 akibat infeksi,
dapat dicegah dengan mencegah infeksi.
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari
kulit sendiri atau dari saluran nafas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram negatif.
Peudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lain yang
berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi Pseudomonas
dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim
penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk
nanah.
Infeksi ringan dan non invasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah
terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan perubahan jaringan
di tepi keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula
sehat menjadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat 2 menjadi derajat 3.
Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan
menimbulkan trombosis sehingga jaringan yang diperdarahinya mati.
Bila luka bakar di biopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman dan
terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut luka
bakar septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif, seperti Staphylococcus atau basil Gram
negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat
menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok septik dan kematian dapat terjadi karena toksin
kuman yang menyumbat di darah.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat 2 dapat sembuh dengan
meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang
masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal
rambut. Luka bakar derajat 2 yang dalam mungkin menimbulkan parut hipertrofik yang nyeri,
gatal, kaku, dan secara estetik sangat jelek.
Luka bakar derajat 3 yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila
ini terjadi dipersendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
22
Pada luka bakar dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltik usus
menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis dapat
menurun karena kekurangan ion kalium.
Stress atau beban faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat
menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama
dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling. Yang di khawatirkan
pada tukak Curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan/atau
melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan
protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi,
dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan.
Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari
otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil dan berat badan
menurun. Dengan demikian, korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut
penyakit luka bakar. Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka bakar mengenai
wajah sehingga rusak berat, penderita mungkin menderita beban kejiwaan berat. Jadi,
prognosis luka bakar terutama ditentukan oleh luasnya luka bakar.
III.5. Komplikasi(9)
Segera
Awal
Hiperkalemia (dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati dengan insulin dan
dekstrosa
Gagal ginjal akut (kombinasi dari hipovolemia, sepsis, toksin jaringan). Cegah
dengan resusitasi dini agresif, pastikan GFR tinggi pada pemberian cairan dan
diuretik, obati sepsis
Infeksi (waspadai Streptococcus). Obati infeksi yang timbul dengan antibiotik
sistemik
Ulkus akibat stres (ulkus Curling) (cegah dengan antasid, bloker H2 atau inhibitor
pompa proton profilaksis
23
Lanjut
Kontraktur
Keloid
Keloid adalah suatu pertumbuhan yang terlalu cepat dari jaringan parut. Parut akan
tumbuh di luar lokasi luka. Parut ini biasanya berwarna merah muda atau merah dan pada
akhirnya akan menjadi berwarna coklat gelap. Keloid terjadi ketika tubuh melanjutkan
prosesnya untuk menghasilkan kolagen suatu protein berserat kuat, setelah luka telah
disembuhkan. Parut keloid biasanya tebal, bersimpai, kaku dan gatal selama proses
pembentukan dan perkembangannya. Keloid yang luas bisa membatasi pergerakan. Apalagi,
gesekan dari pakaian atau jenis friksi lain bisa mengiritasi keloid. Orang-orang berkulit gelap
lebih mudah untuk mengalami Keloid dibanding mereka yang mempunyai kulit berwarna
putih dan angka kejadian terjadinya Keloid berkurang sesuai dengan umur.
Keloid bisa dikurangi ukurannya dengan cryotherapy (pembekuan), tekanan dari luar,
suntikan kortison, suntikan steroid, radiasi atau dengan pembedahan. Jika suntikan dan
tekanan dari luar seperti balut tekan tidak cukup, jaringan parut dapat dioperasi, hal ini
biasanya dilakukan pada pasien dengan anestesi lokal dan mereka bisa kembali ke pekerjaan
atau sekolah dalam beberapa hari. Dokter anda boleh merekomendasikan bahwa kamu
memakai balut tekan di atas area yang atas selama satu tahun untuk mencegah Keloid dari
kekambuhan. adalah mungkin bahwa prosedur ini akan perlu untuk diulangi sedikitnya tiap
tahun sebab Keloid mempunyai suatu kecenderungan untuk timbul kembali.
24
Gambar 7. Keloid
2. Parut Hipertrofik
Parut Hipertrofik biasanya berwarna merah, tebal dan timbul, bagaimanapun juga
mereka berbeda dengan Keloid karena mereka tumbuh di bawah jaringan yang mengalami
luka. Apalagi, Parut Hipertrofik akan tumbuh dari waktu ke waktu. Pertumbuhannya ini
bagaimanapun juga dapat dikurangi dengan bantuan steroid atau suntikan.
Gambar 8. Parut Hipertrofik
Permulaan
Invasi
Keloid
Parut Hipertrofik
tahun
minggu
Penyembuha
Hilang sendiri
Sternum,bahu,pipi,telinga,pinggang
Dapat timbul
n
Predileksi
dimanapun
25
3.
Ras/bangsa
Luka bakar
Mungkin
Sering
Gatal
Jarang hebat
Sangat mengganggu
Kontraktur
Suatu parut kontraktur adalah suatu pengencangan kulit yang permanen yang bisa
mempengaruhi otot dan tendon dibawahnya sehingga membatasi pergerakan dan mungkin
merusak atau mengurangi fungsi saraf. Kontraktur terjadi ketika jaringan elastis normal
digantikan dengan jaringan berserat yang tidak elastis. Hal ini membuat jaringan tersebut
resisten terhadap regangan dan mencegah pergerakan normal area yang terpengaruh.
Fisioterapi, tekanan dan memperbanyak berlatih dapat membantu mengendalikan
kontraktur. Jika perawatan ini tidak bisa mengendalikan efek kontraktur, pembedahan
mungkin diperlukan. Suatu skin graft atau suatu prosedur penutupan mungkin bisa dilakukan.
Apalagi dokter anda bisa merekomendasikan suatu teknik baru seperti Z-Plasty atau
perluasan jaringan.
Gambar 9. Kontraktur
Sumber luka bakar. Luka bakar minor yang disebabkan oleh radiasi nuklir lebih parah
dibandingkan dengan suatu luka bakar termal. Luka bakar yang disebabkan oleh
bahan kimia adalah berbahaya sebab bahan kimia mungkin masih terdapat pada kulit.
Bagian tubuh yang terbakar luka bakar yang terdapat pada wajah lebih berbahaya
sebab bisa mempengaruhi jalan nafas atau mata. Luka bakar pada telapak tangan dan
26
kaki juga membutuhkan perhatian khusus sebab bisa membatasi pergerakan jari dan
jari kaki.
Derajat luka bakar. Derajat luka bakar adalah penting untuk ditentukan sebab bisa
menyebabkan infeksi/peradangan jaringan yang terbakar dan memudahkan invasi
kuman ke sistem sirkulasi.
Luas daerah luka bakar. Adalah penting untuk mengetahui persentase dari jumlah
permukaan kulit yang terbakar. Tubuh orang dewasa dibagi menjadi beberapa regio,
masing-masing mewakili sembilan persen dari total permukaan tubuh. Regio ini
adalah kepala dan leher, masing-masing ekstremitas bagian atas, dada, abdomen,
punggung bagian atas, pantat dan punggung bagian bawah, bagian depan dari masingmasing ekstremitas bawah, dan bagian belakang dari masing-masing ektremitas
bagian bawah. Jumlahnya 99 persen. 1 persen sisanya adalah area genital. Pada bayi
atau anak kecil, persentase yang lebih besar ditempatkan pada kepala dan batang
tubuh.
Umur pasien. Ini sangat penting sebab anak-anak kecil dan orang tua pada umumnya
mempunyai reaksi yang lebih berat terhadap luka bakar dan berbeda proses
penyembuhannya.
Kondisi fisik dan mental sebelum terjadinya luka bakar. Pasien dengan penyakit
saluran pernapasan, kelainan jantung, diabetes atau penyakit ginjal berada dalam
bahaya yang lebih besar dibanding orang-orang yang sehat.
27
2. Sedang
a. Luka bakar derajat II 15 25%
b. Luka bakar derajat III 2 10% kecuali pada muka, tangan dan kaki
3. Ringan
a. Luka bakar derajat II <15%
b. Luka bakat derajat III <2%
Intensitas panas
Pada kebakaran rumah, biasanya suhu berada pada kisaran di bawah 1200
16000F
Pada pelaksanaan pembakaran jenazah (kremasi) orang dewasa, alat yang digunakan
harus dipanaskan terlebih dahulu selama 1,5 jam dengan suhu 15000F
III.10. Terapi
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutupi bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada
api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan cepat menjatuhkan diri dan
berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan yang panas
28
juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau
menceburkan diri ke air dingin atau melepaskan baju yang tersiram air panas.
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka
bakar dengan air atau menyiraminya dengan air mengalir selama sekurang kurangnya lima
belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung
terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan
dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam
pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama 15 menit pertama dalam air
sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan
diperkecil. Dengan demikian luka yang sebenarnya menuju derajat dua dapat berhenti pada
derajat satu, atau luka yang akan menjadi derajat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu.
Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin, tidak usah
steril.
Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang
terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk
berploriferasi dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka.
Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau
perlu dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita
menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen.
Kalau terjadi edema laring, dipasang endotrakeal tube atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi
berfungsi untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi ruang mati dan memudahkan
pembersihan jalan nafas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, diberikan
oksigen murni.
Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya
terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan
tertutup. Kalau perlu, penderita dimandikan terlebih dahulu. Selanjutnya diberikan
pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid. Analgesik diberikan bila penderita
kesakitan.(6)
Secara singkat, berikut adalah hal hal yang bisa dilakukan untuk menolong korban
luka bakar di tempat kejadian.(7)
A. Bantuan Pertama untuk Luka Bakar Derajat Pertama
29
1.
Jika kulit tidak rusak, siram air dingin di atas area yang terbakar atau rendam
dengan air dingin (bukan air es). Lakukan hal tersebut untuk beberapa menit. Jika
luka bakar terjadi karena suatu lingkungan dingin, Jangan gunakan air. Suatu
handuk basah yang dingin dapat juga membantu mengurangi sakit.
2.
Luka bakar dapat sangat menyakitkan, tenteramkan hati korban dan jaga ia agar
tetap tenang.
3.
Setelah membilas atau merendam luka bakar untuk beberapa menit, tutup luka bakar
dengan suatu perban yang steril, tidak mudah lengket atau kain bersih.
4.
5.
Pemberian analgesik mungkin diperlukan untuk mengurangi sakit, mereka juga bisa
membantu mengurangi peradangan dan pembengkakan.
6.
Luka bakar ringan pada umumnya sembuh tanpa perawatan lebih lanjut.
Jangan lepas atau tanggalkan pakaian yang terbakar; (kecuali jika pakaian itu lepas
dengan mudah), tetapi pastikan bahwa korban tidak kontak dengan bahan atau
material yang terbakar.
2.
Pastikan bahwa korban masih bernafas. Jika nafasnya berhenti atau airway korban
terhalang kemudian buka airway dan jika perlu mulai resusitasi.
3.
Jika korban bernafas, tutup luka bakar dengan suatu perban yang steril, lembab,
dingin atau kain bersih. Jangan menggunakan suatu selimut atau handuk; suatu
seprai yang mudah terbakar. Jangan gunakan obat salep dan hindari terjadinya
lepuh.
4.
Jika jari tangan atau jari kaki telah dibakar, pisahkan mereka dengan pembalut luka
yang tidak mudah lengket steril, kering.
5.
Angkat area yang terbakar dan lindungi dari tekanan atau gesekan.
6.
Lakukan tindakan untuk mencegah syok. Letakkan korban pada tempat yang datar,
angkat kaki setinggi 12 inci, dan tutup korban dengan suatu mantel atau selimut.
Jangan tempatkan korban pada posisi syok bila dicurigai ada kepala, leher,
30
punggung, atau kaki yang luka atau jika posisi tersebut membuat korban tidak
nyaman.
7.
Lanjutkan dengan memonitor tanda vital korban (nafas, denyut nadi, tekanan darah).
31
Gangguan nafas karena eschar yang melingkar dada, trauma thorax dlllakukan
escharotomi atau penanganan trauma thorax yang lain
C = Circulation
Dilakukan resusitasi cairan. Bila penderita syok maka diatasi dulu syoknya dengan infus
RL diguyur sampai nadi teraba atau tekanan darah >90mmHg. Baru kemudian lakukan
resusitasi cairan. Cairan yang dibutuhkan dalam penanganan syok tidak dihitung.
Resusitasi cairan yang sering digunakan adalah cara Baxter.
Baxter dengan rumus :
4cc x kgBB x %luka bakar
Setengah dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan
selama 16 jam berikutnya. Cairan yang diberikan biasanya RL karena terjadi defisit ion
Na.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah cara Evans :
1. %luka bakar x kgBB menjadi NaCl per 24 jam
2. %luka bakar x kgBB menjadi ml plasma per 24 jam
Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edema. Plasma diperlukan
untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh darah dan meninggikan tekanan
osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah
keluar.
3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2000cc glukosa
5% per 24jam.
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya dalam 16 jam
berikutnya.
- Pasang kateter untuk memonitor produksi urin. Diharapkan produksi urin 1cc/KgBB/jam
32
- Pasang CVP pada luka bakar >/=40% dan pada penderita yang mengalami kesulitan
untuk mengukur tekanan darah.
Survei Sekunder
Penilaian luas luka bakar dan derajat kedalamannya. Biasanya dihitung sebelum
resusitasi cairan definitive
Pasang NGT. Untuk dekompresi penderita yang mengalami ileus paralitik dan untuk
memasukkan makanan
Cuci luka dengan NaCl dan savlon, keringkan, olesi dengan salep (Dermazin)
kemudian rawat luka secara tertutup
yang berbeda. Terapi farmakologi memiliki peran yang terbatas dalam penatalaksanaan luka
bakar kimia. Disisi lain kunci dari penanganan luka bakar listrik adalah pada rehidrasi
sementara luka bakar termal memerlukan analgetik dan antibiotik topikal. Pastikan pasien
memberi informasi tentang alergi obat yang mereka miliki, obat obatan yang sedang
diminum atau kondisi kesehatan lain.(7)
33
3. Antibiotik Topikal
Antibiotik topikal digunakan untuk mencegah infeksi dan pertumbuhan bakteri. Neo
sporin digunakan untuk infeksi minor dan dioleskan ke kulit 1 3x sehari.
Silvadene adalah krim topikal yang digunakan untuk luka bakar yang lebih berat.
Silvadene adalah obat golongan sulfa yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi
bakteri atau jamur. Silvadene harus dioleskan menggunakan teknik steril ke tempat luka
bakar dan tempat luka bakar tersebut harus dicuci bersih sebelum pemakaian. Hindari
menggunakan silvadene pada wajah dan silvadene tidak boleh digunakan pada neonatus, bayi
berumur kurang dari 2 tahun atau pada kehamilan trimester akhir.
34
Diet sudah mulai 8 jam pasca trauma bila tidak terjadi ileus, melalui NGT
Selain penatalaksanaan secara farmakologik, perawatan luka bakar juga tak lepas
dengan masalah nutrisi. Nutrisi bagi penderita luka bakar tak kalah pentingnya dalam proses
penyembuhan luka.(7)
35
Memperkirakan jumlah kebutuhan nutrisi pada pasien luka bakar sangat penting
dalam proses penyembuhan. Terdapat beberapa rumus untuk menghitung kebutuhan nutrisi
pasien kula bakar. Persamaan Harris-Benedict dibuat untuk menghitung kebutuhan kalori
orang dewasa sementara Galvaston digunakan pada anak-anak. Rumus Curreri digunakan
untuk menghitung kebutuhan kalori dewasa dan anak-anak. Studi terbaru menunjukkan
bahwa rumus ini cenderung bersifat berlebihan (over estimate) sebesar kira kira 150% dari
kebutuhan kalori. Karena tidak ada satupun rumus yang dapat memperhitungkan secara
akurat berapa banyak kalori yang dibutuhkan oleh pasien, adalah penting bagi dokter dan ahli
gizi untuk memonitor secara ketat kondisi nutrisi pasien.(7)
Kebutuhan protein pada umumnya meningkat daripada kebutuhan energi dan
tampaknya berhubungan dengan besarnya massa tubuh. Tubuh kehilangan protein melalui
luka dan karena hal ini tubuh meningkatkan kebutuhan kalori untuk penyembuhan.
Bagaimanapun juga mayoritas dari peningkatan kebutuhan protein berasal dari adanya
kerusakan otot dan terkait penggunaannya dalam memproduksi energi. Memberikan indeks
protein yang lebih tinggi tidak dapat menghentikan proses perusakan ini akan tetapi protein
penting untuk menyediakan bahan untuk sintesis jaringan yang rusak atau hilang. Pemberian
protein yang direkomendasikan adalah 23-25% dari total kalori dengan perbandingan kalori
berbanding nitrogen sebesar 80:1 atau 2,5-4 g protein/kg.(11) Pendapat lain membagi
kebutuhan protein menurut usia yaitu 2-3 g/kg/hari untuk usia 0-2 tahun, 1,5-2 g/kg/hari
untuk usia 2-13 tahun, dan 1,5 g/kg/hari untuk usia 13-18 tahun.(10)
Karbohidrat merupakan penyuplai kalori terbesar pada kebanyakan kondisi terrmasuk
stress pada luka bakar. Memberikan kalori yang adekuat dari karbohidrat dapat mengurangi
penggunaan protein sebagai bahan bakar. Tubuh memecah karbohidrat menjadi glukosa yang
akan digunakan sebagai energi. Luka bakar membutuhkan glukosa untuk energi dan tidak
dapat menggunakan sumber energi lain.(7) Komposisi karbohidrat adalah 50-60% dari total
kalori. Pemberian glukosa secara parenteral tidak melebihi 5-7 mg/kg/menit. Bila glukosa
diberikan berlebihan dapat menyebabkan intoleransi glukosa, peningkatan produksi
karbondioksida, peningkatan sintesis lemak, dan terjadinya infiltrasi lemak di hepar.(10)
Lemak dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan juga
sebagai sumber kalori. Rekomendasi umum memberikan 30% kalori dalam bentuk lemak,
dan jumlah ini bisa lebih besar jika diperlukan. Kekurangan asupan lemak berimplikasi pada
36
penurunan fungsi imun.(7) Kebutuhan lemak adalah 15-25 g/kg/hari dengan komposisi 20%
atau kurang dari total kalori. (10)
37
Mencegah timbulnya bekas luka adalah merupakan tujuan utama dari penatalaksanaan
luka bakar. Edukasi pasien secara konsisten dan berulang adalah suatu bagian yang penting
dalam terapi pasien. Penatalaksanaan terhadap edema, penatalaksanaan gangguan nafas,
memposisikan, dan melibatkan pasien dalam aktivitas fungsional dan pergerakan harus
dimulai sejak dini. Pasien perlu dimotivasi untuk bekerja sesuai dengan kemampuan mereka
dan menerima tanggung jawab untuk merawat diri mereka sendiri. Kemampuan fungsional
pasien setelah terapi tidak akan maksimal jika pasien tidak secara teratur terlibat dalam
pergerakan.
A. Pengendalian Nyeri(2)
Dalam rangka mencapai hasil akhir yang diinginkan, adalah sangat penting untu
memberikan penghilang nyeri yang adekuat. Tujuan dari pemberian obat penghilang sakit
adalah untuk memberikan dasar yang baik pada penatalaksanaan nyeri agar baik aktifitas dan
pergerakan fungsional hidup sehari-hari dapat dilakukan oleh pasien setiap waktu.
Penggunaan obat penghilang sakit kombinasi seperti paracetamol, AINS, tramadol, dan obat
narkotika lepas lambat dapat menurunkan kebutuhan akan dosis narkotika untuk nyeri yang
sangat hebat. Kodein harus dihindarkan jika mungkin oleh karena efek negatifnya
mempengaruhi motilitas usus. Metode penatalaksanaan yang mungkin dapat membantu
adalah Stimulasi Listrik Syaraf Transkutaneus (TENS)
B. Trauma Inhalasi(2,7)
Penata laksanaan agresif dan profilaksis terhadap saluran pernafasan harus dimulai
bila ada kecurigaan adanya suatu trauma inhalasi. Jika terdapat riwayat luka bakar pada suatu
ruang tertutup atau pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran maka perawatan harus
dimulai secepatnya. Perawatan harus diarahkan pada menghilangkan sekresi paru-paru
(oedema), menormalisasi mekanisme pernafasan, dan mencegah komplikasi lain seperti
pneumonia.
Penatalaksanaan awal meliputi:
39
40
D. Penatalaksanaan Oedema(2)
Menghilangkan Oedema harus dilakukan sejak awal masuk rumah sakit. Satu-satunya
sistem tubuh yang dapat dengan aktif memindahkan kelebihan cairan dan debris dari jaringan
interstitium adalah sistem limfatik. Oedema yang terkumpul pada zona stasis suatu luka bakar
dapat menyebabkan penambahan kedalaman luka bakar secara progresif. Prinsip
pengurangan oedema merupakan bagian yang holistic dalam penata laksanaan luka bakar.
Rehabilitasi Yang dimulai pada saat terjadinya luka bakar meliputi:
Pergerakan-Ritmik
E. Imobilisasi(2)
Penghentian pergerakan, fungsi, dan ambulasi mempunyai indikasi masing-masing.
Imobilisasi hanya boleh dilakukan apabila terdapat kerusakan tendon atau tulang atau apabila
jaringan yang rusak telah diperbaiki (termasuk rekonstruksi kulit). Apabila bagian tubuh
harus diimobilisasi, misalnya untuk membuat skin graft menempel, maka bagian tersebut
harus dipasang bidai atau diposisikan pada posisi antideformitas (mencegah adanya
deformitas dikemudian hari) untuk jangka waktu yang sesingkat mungkin.
F. Rekonstruksi Kulit(2)
41
Rekonstruksi Kulit dirancang sesuai dengan kedalaman luka bakar yang dinilai pada
saat operasi. Teknik rekonstruksi dan perkiraan waktu pelaksanaan rekonstruksi sepenuhnya
tergantung pada masing-masing ahli bedah. Faktor lain yang mempengaruhi metode
pemilihan rekonstruksi kulit ini meliputi ketersediaan dan biaya produk bioteknologi.
b. Skin Graft
43
Skin graft adalah prosedur bedah dimana sepotong kulit yang berasal dari tubuh
pasien di transplantasikan ke daerah lain dari tubuh. Kulit dari orang lain atau dari binatang
mungkin digunakan sebagai penutup sementara pada luka bakar luas untuk menghindari
kehilangan cairan. Kulit yang diambil dari donor haruslah kulit yang sehat dan diiplantasikan
ke daerah kulit yang rusak dari resipien.
Skin graft merupakan prosedur bedah yang lebih rumit daripada dermabrasi. Skin
graft biasanya dilakukan di rumah sakit besar di bawah anestesi umum. Waktu yang
dibutuhkan untuk penyembuhan tergantung dari luas dan keparahan luka, antara 6 minggu
sampai beberapa bulan. Dalam 36 jam pertama setelah pembedahan, pembuluh darah yang
baru akan mulai terbentuk pada kulit yang ditransplantasi. Pada umumnya skin graft berhasil,
tetapi ada beberapa yang membutuhkan pembedahan tambahan jika proses penyembuhan
tidak berjalan dengan sempurna.
Ada beberapa tipe dari skin graft: pinch,split - thickness,full thickness dan pedicle
graft.
Pinch Graft : potongan kulit sebesar inchi dipasang pada donor. Bagian kulit yang
kecil ini kemudian akan tumbuh menutup area yang terluka. Kulit ini akan tumbuh
bahkan didaerah dengan suplai darah yang terbatas dan dapat mencegah infeksi.
Split thickness graft : terdiri dari lapisan superficial dan lapisan dalam dari kulit
yang berbentuk helaian. Graft yang diambil dari daerah donor dapat mencapai lebar 4
inchi dan panjang 10 12 inchi. Graft ini kemudian ditempel pada area resipien.
Segera setelah graft ditanam daerah tersebut dapat ditutup dengan balut tekan atau
dibiarkan terbuka. Split thickness graft digunakan pada bagian tubuh yang tidak
BioBrane adalah bahan nilon yang mengandung gelatin yang berinteraksi dengan
factor pembekuan pada luka. Interaksi ini menyebabkan perban menempel dengan baik
membentuk lapisan pelindung yang lebih kuat.
Integra adalah perban 2 lapis. Lapisan paling atas berperan sebagai lapisan epidermis
sintetik, lapisan di bawahnya berperan sebagai dasar pertumbuhan kembali jaringan kulit.
Lapisan yang bawah terbuat dari serat kolagen dan berperan sebagai penghubung bagi sel
tubuh untuk mulai membentuk jaringan kulitnya sendiri.
Produk pengganti kulit lain banyak muncul di pasaran. Organogenesis inc. menjual
Apilgra, suatu bahan yang ekuivalen dengan kulit manusia hidup untuk merawat luka dan
ulcus. Lifecell corporation membuat jaringan kulit manusia yang dapat di implantasi untuk
keperluan bedah rekonstruksi dan perawatan luka bakar.
Sebagai tambahan dari kulit buatan adalah kulit kultur. Dokter dapat mengambil
potongan kulit sebesar perangko dari pasien dan menumbuhkannya di media kultur khusus.
Dari bagian kulit yang kecil ini, para ahli dapat menumbuhkan cukup kulit untuk menutup
hampir seluruh tubuh dalam jangka waktu 3 minggu. Kultur kulit sudah tersedia di Amerika
sejak 10 tahun yang lalu. Kulit buatan hanya merupakan perbaikan sementara;pasien akan
tetap membutuhkan skin graft bagaimanapun juga dengan penggunaan kulit buatan berarti
skin graft yang akan di gunakan semakin tipis yang membantu daerah donor dan resipien
menyembuh secara lebih cepat dan akan lebih sedikit operasi yang dibutuhkan.
Penggunaan kulit buatan belum sepenuhnya sempurna dan mungkin tidak cocok bagi
semua pasien luka bakar. Jaringan parut masih akan tetap tampak akan tetapi jauh lebih
ringan.
Gambar 15. Kulit Buatan
3. Balut Tekan(2,7)
46
Kulit normal yang tidak mengalami kerusakan terdiri dari jaringan ikat yang terdapat
pada lapisan dermis yang membentuk serabut kolagen 3 dimensi yang menyatu secara pararel
pada permukaan kulit. Kulit memerlukan tekanan yang berlawanan dengan lapisan di
bawahnya. Pada keadaan normal, tekanan yang diberikan kulit terhadap tubuh memastikan
setiap kulit yang terluka digantikan ke bentuknya semula tanpa adanya jaringan parut.
Ketika luka bakar merusak kulit, tekanan papilla dermis yang normal pada lapisan ini
tidak ada lagi. Tanpa tekanan ini jaringan parut hipertrofik akan mulai terbentuk
menyebabkan berbagai macam deformitas. Perban balut tekan menyediakan dan mengontrol
pembentukan dari jaringan parut hipertrofik dengan memberikan reaksi titik topang pada
daerah luka. Pembalut takan berperan dalam menurunkan pembentukan jaringan parut
hipertrofik dengan menurunkan pembentukan jaringan parut dan deformitas.
Sangatlah penting bagi pasien luka bakar menggunakan balut tekan pada saat jaringan
parut masih in aktif dan belum matur. Jaringan parut sangat responsif pada awal
pembentukannya dan penggunaan balut tekan secara dini sangat membantu. Balut tekan
sebaiknya dipakai paling tidak 23 jam sehari dan hanya dibuka pada saat mandi atau
membersihkan balut tekan tersebut. Pada umumnya pasien harus memakai balut tekan ini
selama 12-18 bulan. Penggunaan lanjut balut tekan mencegah penebalan, pemadatan dan
pembentukan nodul yang biasa terlihat pada jaringan parut hipertrofik. Diharapkan hanya
akan terbentuk jaringan parut tipis yang elastis yang masih memungkinkan pergerakan semi
normal. Tekanan eksternal yang diberikan oleh balut tekan dapat menurunkan respon
inflamasi dan jumlah darah dalam jaringan parut, mengurangi rasa gatal dan mencegah
sintesis kolagen. Sebagai tambahan, balut tekan memberikan perlindungan terhadap trauma.
Gambar 16. Balut Tekan
Pemasangan balut tekan adalah intervensi yang utama di dalam penata laksanaan
jaringan parut. Pemberian tekanan pada luka bakar bertujuan untuk mengurangi pembentukan
jaringan parut dengan menghalangi maturasi jaringan parut dan memudahkan reorientasi serat
47
kolagen menjadi seragam, dan tersusun paralel sebagai kebalikan dari pola melingkar yang
terlihat di jaringan parut tidak dirawat.
Bahan pembalut tekan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan sering kali
dipengaruhi oleh jenis pembedahan yang telah di jalani. Pasien harus diukur pada hari ke
lima atau ke tujuh setelah operasi transplantasi dan bahan pembalut tekan ini harus langsung
digunakan secepatnya setelah mereka selesai dibuat. Balut tekan bisa digunakan untuk 3
bulan, setelah masa itu diharapkan diadakan pengukuran kembali terhadap pasien untuk
menyesuaikan dengan perubahan dimensi jaringan parut.
Pada orang-orang dengan luka bakar derajat sedang sampai berat di daerah muka atau
leher, masker wajah yang terbuat dari akrilic harus dipertimbangkan untuk digunakan.
Masker ini memberikan tekanan yang cukup untuk daerah wajah dan leher. Masker ini juga
bisa dibuat untuk dipakai pasien pada malam hari. Pada daerah dengan jaringan parut yang
persisten yang tidak responsive terhadap pemasangan balut tekan, teknik perawatan jaringan
parut lain harus di pertimbangkan. Teknik ini termasuk dengan pijatan, krim pelembab.
Edukasi tentang perlindungan terhadap sinar matahari juga penting bagi pasien.
Pasien harus mengetahui bahwa mereka harus melindungi kulit mereka dari sinar matahari
sampai 2 tahun dan mereka juga harus melindungi dan menutup kulit mereka tidak hanya
dengan tabir surya tapi juga pakaian yang baik pada saat bekerja atau beraktivitas di luar
ruangan.
I.
BAB III
RESUME
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,
air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan.
Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah sambaran petir, sengatan listrik, sinar X dan
bahan korosif.(3)
Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan 2 cara: sumber penyebab dan derajat atau
kedalaman luka bakar. Berdasarkan sumber di bedakan atas panas, bahan kimia, listrik,
cahaya dan radiasi. Berdasarkan derajat dibagi menjadi derajat satu, dua dan tiga.(1)
Luas luka bakar dihitung berdasarkan rumus Rule Of Nine atau Rule of Wallace. Bila
permukaan tubuh dihitung sebagai 100%, maka kepala adalah 9%, tiap-tiap ekstremitas
bagian atas adalah 9%, dada bagian depan adalah 18%, bagian belakang adalah 18 5, tiap-tiap
ekstremitas bagian bawah adalah 18% dan leher 1%. Rumus tersebut tidak dapat digunakan
pada anak dan bayi karena relatif luas permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, digunakan `Rule of ten` untuk bayi dan `Rule of
10-15-20` dari Lund and Browder untuk anak. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus
tersebut adalah luas telapak tangan dianggap seluas 1 %.(3)
50
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de Jong. 2010. Bab 5: Luka, Luka Bakar: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. EGC.
Jakarta. p.103-110.
2. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia. p.
118-129.
3. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGraw-Hill
Companies. New York. p. 245-259.
4. Jerome FX Naradzay. In: http://www.emedicine.com/med/Burns, Thermal. November
2006.
5. Mayo clinic staff. Burns First Aids. In: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus. January
2008.
6. Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. In: http://www.medicinenet.com. August
2008.
7. James H. Holmes., David M. Heimbach. 2005. Burns, in: Schwartzs Principles of
Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p. 189-216.
8. St. John Ambulance. First Aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19.
9. Grace P, Borley N. 2005. Luka Bakar, dalam: At A Glance Ilmu Bedah. Edisi Ketiga.
p. 87.
10. Prelack K, Dylewski M, Sheridan RL. Practical guidelines for nutritional management
of burn injury and recovery. Burns. 2007;33:14-24.
11. Prins. Nutritional management of the burn patient. S Afr J clin Nutr. 2009;22(1):9-15.
12. Mehta NM, Compher C. A.S.P.E.N. Clinical guidelines: Nutrition support of the
critically ill child. Journal of parenteral and enteral nutrition. 2009;33(3):260-76.
13. Guyton A. C., Hall J. E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta :
EGC.
51