PENDAHULUAN
Sindroma nefrotik, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak,
merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif,
hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia serta sembab. Yang dimaksud proteinuria masif adalah
apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kg berat badan/hari atau lebih. Albumin
dalam darah biasanya menurun hingga kurang dari 2,5 gram/dl. 1,2,3,4,5
Pada anak-anak (< 16 tahun) paling sering ditemukan nefropati lesi minimal (75%85%) dengan umur rata-rata 2,5 tahun, 80% < 6 tahun saat diagnosis dibuat dan laki-laki dua
kali lebih banyak daripada wanita. Pada orang dewasa paling banyak nefropati membranosa
(30%-50%), umur rata-rata 30-50 tahun dan perbandingan laki-laki dan wanita 2 : 1.
Kejadian
SN
idiopatik
2-3
kasus/100.000
anak/tahun
sedangkan
pada
dewasa
3/1000.000/tahun. 1,2,4,6
Sindrom nefrotik yang tidak menyertai penyakit sistemik disebut sindroma nefrotik
primer. Penyakit ini ditemukan 90% pada kasus anak. Apabila ini timbul sebagai bagian
daripada penyakit sistemik atau berhubungan dengan obat atau toksin maka disebut sindroma
nefrotik sekunder. Insidens penyakit sindrom nefrotik primer ini 2 kasus per-tahun tiap
100.000 anak berumur kurang dari 16 tahun, dengan angka prevalensi kumulatif 16 tiap
100.000 anak. Insidens di Indonesia diperkirakan 6 kasus per-tahun tiap 100.000 anak kurang
dari 14 tahun. Rasio antara lelaki dan perempuan pada anak sekitar 2:1. Laporan dari luar
negeri menunjukkan 2/3 kasus anak dengan SN dijumpai pada umur kurang dari 5 tahun.
BAB II
LAPORAN KASUS
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
1
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. N
Umur
: 9 tahun
Tempat / tanggal lahir : Karawang, 14/12/2006
Alamat
: Mekarjati
Pendidikan
: SMP
Orang tua / Wali
Ayah
Ibu
Nama
Tn. Y
Ny. A
Umur
49 tahun
44 tahun
Alamat
Mekarjati
Mekarjati
Pekerjaan
Karyawan swasta
Pendidikan
Tamat SMP
Tamat SMP
Suku
Sunda
Sunda
Agama
Islam
Islam
I. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. A (ibu kandung pasien)
Lokasi
: Bangsal Rawamerta
Tanggal / waktu
: 16 Desember 2015 pukul 10.30 WIB
Tanggal masuk
: 14 Desember 2015 pukul 18.42 (di IGD)
Keluhan utama
: Bengkak sejak 1 minggu SMRS
Keluhan tambahan : Sesak
A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien datang dengan keluhan bengkak sejak 1 minggu SMRS. Bengkak timbul
awalnya pada kedua mata, lalu menjalar ke perut dan kedua tungkai. Bengkak dirasakan
muncul tiba-tiba, muncul saat pasien bangun tidur. Selain itu, os juga mengeluh sesak sejak 1
minggu SMRS, yaitu sejak bengkak mulai dirasakan oleh pasien. Keluhan mual juga
dikatakan orang tua pasien. Mual dan perut terasa sakit dirasakan sejak 1 hari SMRS.
2
Orang tua pasien juga menambahkan, BAK pasien sedikit, dalam 1 hari pasien BAK
sebanyak 2x, volume sedikit (kurang lebih 100cc/kali), warna kuning jernih. Hal tersebut
dirasakan sudah 1 minggu. Riwayat BAK berwarna merah disangkal. Riwayat demam
disangkal. Riwayat infeksi saluran napas sebelumnya dan riwayat infeksi kulit juga
disangkal.
B. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN
Morbiditas kehamilan
KEHAMILAN
Perawatan antenatal
saat
menginjak
usia
tujuh
bulan
Puskesmas
Penolong persalinan
Bidan
Cara persalinan
Masa gestasi
Spontan
Penyulit : Cukup Bulan (39 minggu)
Berat lahir : 3300 gram
KELAHIRAN
Keadaan bayi
C. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I
: Umur 8 bulan
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap
: Umur 3 bulan
Duduk
: Umur 7 bulan
Berdiri
: Umur 10 bulan
Berjalan
: Umur 12 bulan
: Umur 11 bulan
Pengucapan kata-kata
Tinggi badan pasien normal yaitu pertumbuhan tinggi badan + 5cm, tinggi badan
rata-rata 116-150cm
Berat badan pasien termasuk dalam kategori normal dimana adanya penambahan
ASI/PASI
Buah /
Biskuit
Bubur Susu
Nasi Tim
02
ASI
24
ASI
46
ASI
68
8 10
10 -12
12-24
Susu formula
Usia 5 th-9 th
Jenis makanan
Nasi/ pengganti karbohidrat
Ikan/ayam
Telur
Sayur
Buah
Susu
Jumlah
3x /hari (2-3 sendok nasi)
2x/hari (@1 potong)
2x/hari (@1 buah)
3x/hari(@ 1 mangkuk)
1x/minggu (@1 potong)
2x/seminggu (@1 gelas)
Kesimpulan riwayat makan : pasien mendapat ASI eksklusif dan mendapat PASI tepat
pada waktunya. Asupan makanan pasien sehari-hari cukup baik.
E. RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin
Dasar ( umur )
Hepatitis B 0 bulan 1 bulan
Polio
0 bulan 2 bulan
BCG
1 bulan
DPT / PT
Campak
2 bulan
9 bulan
4 bulan
-
6 bulan
4 bulan
Ulangan ( umur )
-
6 bulan
6 bulan
-
Kesimpulan riwayat imunisasi : Imunisasi dasar tidak lengkap dan sesuai jadwal. Tidak
dilakukan imunisasi tambahan.
F. RIWAYAT KELUARGA
a. Corak Reproduksi
No
Tanggal lahir
Jenis
(umur)
kelamin
Hidup
Lahir
mati
Abortus
Mati
Keterangan
(sebab)
kesehatan
1.
22 tahun
Laki-laki
Ya
Sehat
2.
18 tahun
Perempuan
Ya
Sehat
3.
15 tahun
Laki-laki
Ya
Sehat
An. N (9 tahun)
Perempuan
Ya
Pasien
b. Riwayat Pernikahan
Nama
Perkawinan keUmur saat menikah
Pendidikan terakhir
Agama
Suku bangsa
Keadaan kesehatan
Kosanguinitas
Penyakit, bila ada
Ayah / Wali
Tn.Y
1
26 tahun
Tamat SMP
Islam
Sunda
Sehat
-
Ibu / Wali
Ny. A
1
21 tahun
Tamat SMP
Islam
Sunda
Sehat
-
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Pada anggota keluarga pasien, tidak ada yang
menderita gejala atau penyakit yang sama seperti yang dialami oleh pasien.
5
d. Riwayat Kebiasaan Keluarga : Kebiasaan minum minuman beralkohol, jamujamuan dan penggunaan obat-obatan terlarang disangkal.
Kesimpulan Riwayat Keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala dan
penyakit yang serupa dengan pasien.
G. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Penyakit
Umur
Penyakit
Umur
Penyakit
Penyakit
Alergi
(-)
Difteria
(-)
Cacingan
(-)
Diare
(-)
Penyakit ginjal
(-)
DBD
(-)
Kejang
(-)
Radang paru
(-)
Otitis
(-)
Rubeola
(-)
TBC
(-)
Parotitis
(-)
Operasi
(-)
Lain-lain:
(-)
jantung
Umur
(-)
Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita : Pasien belum pernah mengalami
keluhan yang serupa sebelumnya.
H. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN
Menurut pengakuan ibu pasien keadaan lingkungan rumah padat penduduk, di kanan
kiri rumah pasien adalah rumah penduduk lainnya. Ventilasi dan pencahayaan cukup. Rumah
dan kamar mandi sering dibersihkan. Sampah rumah tangga dibuang setiap hari ke tempat
sampah yang letaknya didepan rumah. Untuk sehari-hari seperti mandi, cuci dengan air
ledeng.
Kesimpulan Keadaan Lingkungan : Lingkungan rumah padat penduduk, ventilasi dan
pencahayaan cukup. Kebersihan lingkungan dan pribadi cukup.
II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 16 Desember 2015 jam 10.30 WIB)
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
Kesan Sakit
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Kesan Gizi
: Gizi normal
Keadaan lain
: Pucat (-), ikterik (-), sesak (-), sianosis (-)
Data Antropometri
Berat Badan sekarang
: 27 kg
Koreksi Berat Badan
: 27 kg x 20% = 21.6 kg
Tinggi Badan
: 120 cm
Status Gizi
BB / U = 21.6/28 x 100 % = 77.14 (gizi kurang)
TB / U = 120/133 x 100 % = 90.22 (tinggi normal)
6
: tidak dilakukan
: -/: -/: -/: -/-
Ptosis
Lagofthalmus
Cekung
Kornea jernih
Strabismus
Nistagmus
: -/Lensa jernih : +/+
Pupil
: bulat, isokor
Oedem palpebra: +/+
Refleks cahaya
: langsung +/+ , tidak langsung +/+
TELINGA :
Bentuk
: normotia
Tuli
: -/Nyeri tarik aurikula : -/Nyeri tekan tragus
: -/Liang telinga
: lapang
Membran timpani
: sulit dinilai
Serumen
: -/Refleks cahaya
: sulit dinilai
Cairan
: -/Ruam merah
: -/HIDUNG :
Bentuk
: simetris
Napas cuping hidung : -/Sekret
: -/Deviasi septum
:Mukosa hiperemis
: -/BIBIR
: mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-), pucat (-)
MULUT
: trismus (-), oral hygiene cukup baik, halitosis (-), mukosa gusi berwarna
merah muda, mukosa pipi berwarna merah muda, arcus palatum simetris
LIDAH
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ABDOMEN :
Inspeksi : warna kulit sawo matang, ruam merah (-), kulit keriput (-), umbilicus
normal, gerak dinding perut saat pernapasan simetris, gerakan peristaltik (-)
Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 4x / menit
Perkusi : timpani dominan pada seluruh lapang perut, bising usus (+) normal, shifting
dullness (+)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-) pada epigastrium, hepar tidak teraba membesar, lien
Kimia
GDS
Cholesterol Total
Albumin
Ureum
Kreatinin
Urinalisis Fisik/Kimiawi
Warna
Kejernihan
Sedimen
Epitel
Leukosit
Eritrosit
Hasil
13 g/ dL
4.64 juta / L
12.31 ribu / L
416 ribu / L
37.7 %
0
2
55
37
6
81 fL
28 pg
35 g/dL
13%
Hasil
108 mg/dL
865 mg/dL*
1.13 g/dL*
14.8 mg/dL*
0.29 mg/dL*
Hasil
Kuning
Keruh
Positif 1/lpk
5 10/lpb
1 2/lpb
Nilai Normal
13 18 mg/dL
4.5 6.5 juta / L
4.5 13.5 ribu / L
150 440
40 52 %
0-1
1-3
40-70
20-40
2-8
80 100
26 34
35 36
Nilai Normal
<140
<200
3.5 5.00
15.0 50.0
0.5 0.90
Nilai Normal
Kuning
Jernih
0-5
0-1
9
Kristal
Silinder
Bakteri
Berat Jenis
pH
Protein
Glukosa
Keton
Bilirubin
Urobilinogen
Nitrit
Leukosit Esterase
1002 - 1030
4.5 8.0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0.2 - 1
Negatif
Negatif
Urinalisis Fisik/Kimiawi
Warna
Kejernihan
Sedimen
Epitel
Leukosit
Eritrosit
Kristal
Silinder
Bakteri
Berat Jenis
Protein
Glukosa
Keton
Bilirubin
Urobilinogen
Nitrit
Leukosit Esterase
Negatif
(+) Sil. granuler
Negatif
1025
4
Positif 3*
Negatif
Negatif
Negatif
0.2 E.U/dL
Negatif
Negatif
Hasil
Kuning muda
Keruh
Positif 1/lpk
1 2/lpb
0 1/lpb
Negatif
(+) C. Hyaline
Negatif
1025
Positif 3*
Negatif
Negatif
Negatif
0.2 E.U/dL
Negatif
Negatif
Nilai Normal
Kuning
Jernih
05
01
1002 - 1030
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0.2 - 1
Negatif
Negatif
Urinalisis Fisik/Kimiawi
Protein
Hasil
Positif 2*
Nilai Normal
Negatif
10
Urinalisis Fisik/Kimiawi
Warna
Kejernihan
Sedimen
Epitel
Leukosit
Eritrosit
Kristal
Silinder
Bakteri
Berat Jenis
pH
Protein
Glukosa
Keton
Bilirubin
Urobilinogen
Nitrit
Leukosit Esterase
Hasil
Kuning muda
Keruh
Positif 1/lpk
1 2/lpb
1 2/lpb
Negatif
Negatif
Negatif
1015
5
Positif 2*
Negatif
Negatif
Negatif
0.2 E.U/dL
Negatif
Negatif
Nilai Normal
Kuning
Jernih
05
01
1002 - 1030
4.5 8.0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0.2 - 1
Negatif
Negatif
11
Albumin
Urinalisis Fisik/Kimiawi
Warna
Kejernihan
Epitel
Leukosit
Eritrosit
Kristal
Silinder
Berat Jenis
pH
Protein
Glukosa
Urobilinogen
Hasil
1.43* g/dL
Hasil
Kuning
Jernih
+/lpk
0 1/lpb
0 1/lpb
Negatif
Negatif
1010
6.0
Positif 2*
Negatif
0.2 E.U/dL
Nilai Normal
3.50 5.00
Nilai Normal
Kuning
Jernih
05
01
1002 - 1030
4.5 8.0
Negatif
Negatif
0.2 - 1
Urinalisis Fisik/Kimiawi
Warna
Kejernihan
Epitel
Leukosit
Eritrosit
Kristal
Silinder
Bakteri
Berat Jenis
pH
Protein
Glukosa
Keton
Bilirubin
Urobilinogen
Nitrit
Hasil
Kuning
Jernih
Positif/lpk
0 1/lpb
0 1/lpb
Negatif
Negatif
Negatif
1020
7.0
Positif 2*
Negatif
Negatif
Negatif
0.2 E.U/dL
Negatif
Nilai Normal
Kuning
Jernih
05
01
1002 - 1030
4.5 8.0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0.2 - 1
Negatif
12
Leukosit Esterase
Negatif
Urinalisis Fisik/Kimiawi
Warna
Kejernihan
Epitel
Leukosit
Eritrosit
Kristal
Silinder
Bakteri
Berat Jenis
pH
Protein
Glukosa
Keton
Bilirubin
Urobilinogen
Nitrit
Leukosit Esterase
Negatif
Hasil
Kuning
Jernih
Positif/lpk
0 1/lpb
0 1/lpb
Negatif
Negatif
Negatif
1010
7.0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0.2 E.U/dL
Negatif
Negatif
Nilai Normal
Kuning
Jernih
05
01
1002 1030
4.5 8.0
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0.2 1
Negatif
Negatif
Urinalisis Fisik/Kimiawi
Warna
Kejernihan
Sedimen
Epitel
Leukosit
Eritrosit
Kristal
Silinder
Bakteri
Berat Jenis
pH
Hasil
Kuning
Jernih
6.5
Positif/lpk
0 1/lpb
0 1/lpb
Negatif
Negatif
Negatif
1020
6.5
Nilai Normal
Kuning
Jernih
05
01
1002 - 1030
4.5 8.0
13
Protein
Glukosa
Keton
Bilirubin
Urobilinogen
Nitrit
Leukosit Esterase
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0.2 E.U/dL
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
0.2 - 1
Negatif
Negatif
Urinalisis Fisik/Kimiawi
Protein
Hasil
Negatif
Nilai Normal
Negatif
IV. RESUME
Pasien datang dengan keluhan bengkak sejak 1 minggu SMRS. Bengkak timbul
awalnya pada kedua mata, lalu menjalar ke perut dan kedua tungkai. Bengkak dirasakan
14
muncul tiba-tiba, muncul saat pasien bangun tidur.Keluhan mual juga dikatakan orang tua
pasien. Mual dan perut terasa sakit dirasakan sejak 1 hari SMRS.
Orang tua pasien juga menambahkan, BAK pasien sedikit, dalam 1 hari pasien BAK
sebanyak 2x, warna kuning jernih. Hal tersebut dirasakan sudah 1 minggu. Riwayat demam
disangkal. Oleh ibu pasien, pasien di bawa berobat ke RS Proklamasi namun belum ada
perbaikan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien compos mentis, kesan sakit yaitu
sakit sedang dan kesan gizi normal. Tidak tampak adanya pucat, ikterik, sianosis dan dispnea.
Dari tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70, HR 110 x/menit, reguler, kuat, isi cukup
ekual, RR 35 x/menit ,reguler tipe abdominal-thoracal dan suhu pasien 37.2 oC.
Dari status generalis mulai dari kepala dbn, pada mata didapatkan adanya oedem
palpebra, telinga dbn, hidung: epistaksis (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-), tenggorokan
dalam batas normal. Leher tidak teraba pembesaran tiroid ataupun KGB, pemeriksaan thoraks
tidak ditemukan kelainan, pemeriksaan abdomen supel, bising usus didapatkan normal,
didapatkan adanya shifting dullness, pemeriksaan ekstremitas akral hangat pada keempat
ekstremitas, pitting oedem pada kedua ekstremitas bawah.
Pada pemeriksaan laboratorium hematologi didapatkan adanya hiperkolesterolemia,
hipoalbuminemia, dan pada pemeriksaan laboratorium urinalisis didapatkan adanya
proteinuria.
V. DIAGNOSIS KERJA
Sindroma Nefrotik
Ro Thorax
Titer ASTO
VIII. PENATALAKSANAAN
Non medika Mentosa
1. Tirah baring
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Monitor balance cairan
4. Komunikasi, informasi, dan edukasi orang tua pasien tentang penyakit pasien
5. Diet protein normal (2 g/kgBB/hari) dan rendah garam (1-2 g/kgBB/hari)
Medika Mentosa
Prednisone 60mg/m2/hari, dimana luas permukaan badan (body surface area) pasien
ini adalah 0.849m2 sehingga total dosis per hari adalah 50.94 mg terbagi dalam 3 kali
pemberian, sehingga diberikan 4 tablet pagi hari, 4 tablet siang hari, dan 3 tablet
malam hari
IX. PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanationam
: Ad Bonam
: Dubia Ad Bonam
: Dubia Ad Bonam
16
FOLLOW-UP
Tanggal
15/12/15
Perawatan
S
Bengkak (+)
Sesak (+)
O
A
Tampak sakit sedang, compos mentis
Sindroma
TTV :
Nefrotik
TD 100/70 mmHg, N 100x/m, RR 34x/m,
hari 1
Balance cairan =
S 36 0C
Input (minum+makan + Kepala: normosefali
BB = 27kg
Mata : CA -/-, SI -/-, oedem palbebra +/+
obat+ air metabolisme)
THT : dbn, napas cuping hidung (-)
Output (urin + BAB + IWL) Leher : KGB ttm
Tho : SN vesikuler, rh -/-, wh -/-,
= +17cc
BJ I-II reguler, m (-), g (-)
Abd : BU (+) 4x/menit, NT(-), turgor baik,
shifting dullness (+)
Ext : akral hangat ++/++, pitting oedem
-+/-+
16/12/15
- Bengkak (+)
Tampak sakit sedang, compos mentis
Perawatan - Sesak (+)
TTV :
TD 100/70 mmHg, N 100x/m, RR 30x/m,
hari 2
Balance cairan =
S 36.5 0C
Input (minum+makan + Kepala: normosefali
BB = 27kg
Mata : CA -/-, SI -/-, oedem palbebra +/+
obat + air metabolisme)
THT : dbn, napas cuping hidung (-)
Output (urin + BAB + IWL) Leher : KGB ttm
Tho : SN vesikuler, rh -/-, wh -/-,
= +17cc
BJ I-II reguler, m (-), g (-)
Sindroma
Nefrotik
P
Prednisone 4 4 3
Diet
protein
normal
garam (1-2g/kgBB/hari)
Urinalisis lengkap
Cek serum albumin
Prednisone 4 4 3
Diet
protein
normal
garam (1-2g/kgBB/hari)
Urinalisis lengkap
Cek serum albumin
17
17/12/15
Perawatan
hari 3
Bengkak (+)
Sesak
(+)
sudah
berkurang
Sindroma
Nefrotik
Prednisone 4 4 3
Diet
protein
normal
garam (1-2g/kgBB/hari)
Urinalisis lengkap
Cek serum albumin
Prednisone 4 4 3
Diet
protein
normal
garam (1-2g/kgBB/hari)
Urinalisis lengkap
Cek serum albumin
18
= -217cc
19/12/15
Perawatan
Bengkak
(+)
namun
hari 5
Sindroma
Nefrotik
Prednisone 4 4 3
Diet
protein
normal
garam (1-2g/kgBB/hari)
Urinalisis lengkap
Cek serum albumin
Prednisone 4 4 3
Diet
protein
normal
garam (1-2g/kgBB/hari)
Urinalisis lengkap
Cek serum albumin
19
Sindroma
Nefrotik
Prednisone 4 4 3
Diet
protein
normal
garam (1-2g/kgBB/hari)
Urinalisis lengkap
Cek serum albumin
Prednisone 4 4 3
Diet
protein
normal
garam (1-2g/kgBB/hari)
Urinalisis lengkap
Cek serum albumin
20
23/12/15
Perawatan
hari 9
BB =
25kg
Rawat Jalan
Prednisone 4 4 3
Kontrol Poli Rawat Jalan
21
22
BAB III
ANALISIS KASUS
Sindroma nefrotik adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai
pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari
proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia serta edema. Yang
dimaksud proteinuria masif adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100
mg/kg berat badan/hari atau lebih. Albumin dalam darah biasanya menurun
hingga kurang dari 2,5 gram/dl. Selain gejala-gejala klinis di atas, kadang-kadang
dijumpai pula hipertensi, hematuri, bahkan kadang-kadang azotemia.
Secara klinis sindroma nefrotik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Sindroma nefrotik primer, faktor etiologinya tidak diketahui. Dikatakan
sindroma nefrotik primer oleh karena sindroma nefrotik ini secara primer terjadi
akibat kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab lain. Golongan ini
paling sering dijumpai pada anak. Termasuk dalam sindroma nefrotik primer
adalah sindroma nefrotik kongenital, yaitu salah satu jenis sindroma nefrotik yang
ditemukan sejak anak itu lahir atau usia di bawah 1 tahun.
Kelainan histopatologik glomerulus pada sindroma nefrotik primer
dikelompokkan menurut rekomendasi dari ISKDC (International Study of Kidney
Disease in Children). Kelainan glomerulus ini sebagian besar ditegakkan melalui
pemeriksaan mikroskop cahaya, dan apabila diperlukan, disempurnakan dengan
pemeriksaan mikroskop elektron dan imunofluoresensi. Tabel di bawah ini
menggambarkan
klasifikasi
histopatologik
sindrom
nefrotik
pada
anak
23
24
25
kadang-kadang berat, dapat terjadi pada sindroma nefrotik yang sedang kambuh
karena sembab dinding perut atau pembengkakan hati. Oleh karena adanya
distensi abdomen baik disertai efusi pleura atau tidak, maka pernapasan sering
terganggu, bahkan kadang-kadang menjadi gawat.
Manifestasi klinik yang paling sering dijumpai adalah sembab, didapatkan
pada 95% penderita. Sembab paling parah biasanya dijumpai pada sindroma
nefrotik tipe kelainan minimal (SNKM). Bila ringan, sembab biasanya terbatas
pada daerah yang mempunyai resistensi jaringan yang rendah, misal daerah
periorbita, skrotum, labia. Sembab bersifat menyeluruh, dependen dan pitting.
Asites umum dijumpai, dan sering menjadi anasarka. Anak-anak dengan asites
akan mengalami restriksi pernafasan, dengan kompensasi berupa tachypnea.
Akibat sembab kulit, anak tampak lebih pucat.
Diagnosis sindroma nefrotik pada kasus ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis yaitu bengkak di kedua kelopak mata, perut, dan tungkai, juga adanya
jumlah urin yang berkurang. Selain itu, pada kasus anak juga mengeluh sesak. Hal
ini dapat disebabkan karena adanya ascites. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya oedem palpebra pada kedua mata, shifting dullness (+) pada abdomen, dan
pitting oedem pada kedua tungkai. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan
adanya hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan proteinuria masif. Hal ini
sesuai dengan teori yaitu tanda utama sindroma nefrotik adalah proteinuria yang
masif yaitu > 40 mg/m2/jam atau > 50 mg/kg/24 jam; biasanya berkisar antara 110 gram per hari dan adanya hipoalbuminemia yang merupakan tanda utama
kedua. Kadar albumin serum < 2.5 g/dL.
Proteinuria (albuminuria) masif merupakan penyebab utama terjadinya
sindrom nefrotik, sedangkan gejala klinis lainnya dianggap sebagai manifestasi
sekunder. Penyebab terjadinya proteinuria belum diketahui benar, salah satu teori
yang dapat menjelaskan adalah hilangnya muatan negatif yang biasanya terdapat
di sepanjang endotel kapiler glomerulus dan membran basal. Hilangnya muatan
negatif tersebut menyebabkan albumin yang bermuatan negatif tertarik keluar
26
tetap
normal.
Retensi
cairan
selanjutnya
mengakibatkan
27
Teori Overfilled
merupakan
suatu
kombinasi
Kelainan Glomerolus
Kelainan Glomerolus
Albuminuria
Hipoalbuminemia
Volume Plasma >>>
Tek.Onkotik koloid plasma <<<
Edema
28
Edema
Diagnosis banding pada kasus ini adalah sindroma nefritik akut atau
dikenal juga sebagai glomerulonefritis akut. Perbedaannya adalah pada
glomerulonefritis akut biasanya didahului oleh infeksi yang disebabkan oleh
streptokokus, berbeda dengan sindroma nefrotik yang biasanya idiopatik. Dari
gejala klinis, yang menonjol pada glomerulonefritis akut adalah adanya gross
hematuria. Edema, hipertensi, dan azotemia dapat ditemukan baik pada
glomerulonefritis akut maupun sindroma nefrotik. Pada pemeriksaan penunjang
glomerulonefritis akut dari urinalisis menunjukkan adanya proteinuria, hematuria,
dan adanya silinder eritrosit, kreatinin dan ureum darah juga umumnya
meningkat, serta dapat ditemukan titer ASTO yang meningkat pada 75-80%
kasus.
International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC) menganjurkan
untuk memulai dengan pemberian prednison oral (induksi) sebesar 60 mg/m 2/hari
dengan dosis maksimal 80 mg/hari selama 4 minggu, kemudian dilanjutkan
dengan dosis rumatan sebesar 40 mg/m2/hari secara selang sehari dengan dosis
tunggal pagi hari selama 4 minggu, lalu setelah itu pengobatan dihentikan.
A.
29
e. Berikan terapi suportif yang diperlukan: Tirah baring bila ada edema
anasarka.
Diuretik
mengganggu
diberikan
aktivitas.
bila
biasanya
ada
edema
furosemid
anasarka
atau
mg/kgBB/kali,
30
2. Rumatan
Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 40 mg/m2/48 jam, diberikan
selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah
4 minggu, prednison dihentikan.
b. Sindroma nefrotik kambuh sering
Adalah sindroma nefrotik yang kambuh > 2 kali dalam masa 6 bulan atau
> 4 kali dalam masa 12 bulan
1. Induksi
Prednison dengan dosis 60 mg/m2/hari (2 mg/kg BB/hari) maksimal 80
mg/hari, diberikan dalam 3 dosis terbagi setiap hari selama 3 minggu
2. Rumatan
Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 60 mg/m2/48 jam, diberikan
selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah
4 minggu, dosis prednison diturunkan menjadi 40 mg/m 2/48 jam
diberikan selama 1 minggu, kemudian 30 mg/m2/48 jam selama 1
minggu, kemudian 20 mg/m2/48 jam selama 1 minggu, akhirnya 10
mg/m2/48 jam selama 6 minggu, kemudian prednison dihentikan.
Pada saat prednison mulai diberikan selang sehari, siklofosfamid oral 2-3
mg/kg/hari diberikan setiap pagi hari selama 8 minggu. Setelah 8 minggu
siklofosfamid dihentikan. Indikasi untuk merujuk ke dokter spesialis nefrologi
anak adalah bila pasien tidak respons terhadap pengobatan awal, relapse frekuen,
terdapat komplikasi, terdapat indikasi kontra steroid, atau untuk biopsi ginjal.
31
DAFTAR PUSTAKA
32