Anda di halaman 1dari 39

Gangguan Mental dan Perilaku

Akibat Penggunaan Zat


Jasmine Ariesta
Psikoaktif
FK TRISAKTI 10
PEMBIMBING:
dr. Ayesha Devina, Sp.KJ

Gangguan penggunaan zat adalah suatu gangguan jiwa


berupa penyimpangan perilaku yang berhubungan
dengan pemakaian zat yang dapat mempengaruhi
sususan saraf pusat secara kurang lebih teratur
sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial.

Identifikasi Dari Zat Psikoaktif Yang Digunakan


Dapat Dilakukan Berdasarkan
1.Data laporan individu
2.Analisis objektif dari spesimen urin, darah, dan
sebagainya
3.Bukti lain(adanya sampel obat yang ditemukan
pada pasein, tanda dan gejala klinis, atau dari
laporan pihak ketiga)

PPDGJ III Gangguan mental dan perilaku


akibat penggunaan zat Psikoaktif

1. Intoksikasi Akut/F1x.0
Adalah suatu kondisi peralihan yang timbul
akibat menggunakan alkohol atau zat psikoaktif
lainnya sehingga terjadi gangguan kesadaran,
fungsi kognitif persepsi, afek atau perilaku,
atau fungsi dan respon psikofisiologis lainnya.
Ini merupakan diagnosis utama intoksikasi akut
yang terjadi tanpa berkaitan dengan alkohol
atau penggunaan zat yang menetap

Pedoman Diagnostik
Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan dosis
yang digunakan, namun pengecualian pada
pasien dengan suatu keadaan yg mendasari
seperti insufisiensi ginjal atau hati
Intensitas intoksikasi bekurang dengan
berlalunya waktu & akhirnya menghilang bila
tidak ada penggunaan zat lagi jika terjadi
komplikasi lainnya

2. Penggunaan yg Merugikan/F1x.1
Pedoman Diagnostik
Adalah pola penggunaan zat psikoaktif yang
merusak kesehatan
Kerusakan dapat berupa fisik maupun mental

3. Sindrom Ketergantungan/F1x.2
Gambaran utama yang khas dari sindrom
ketergantungan adalah keinginan yang kuat
untuk menggunakan obat psikoaktif, alkohol,
dan tembakau

Pedoman Diagnostik
Diagnostik ditegakkan jika ditemukan 3/lebih
tanda dibawah ini dalam setahun terakhir :
Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang
memaksa (kompulsi) untuk menggunakan zat
Kesulitan mengendalikan perilaku menggunakan
zat sejak awal
Keadaan putus zat secara fisiologis ketika
penghentian/pengurangan zat

Adanya bukti toleransi, berupa peningkatan dosis


zat psikoaktif yang diperlukan guna memperoleh
efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan
dosis lebih rendah
Meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan
untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau
pulih dari akibatnya
Terus menggunakan zat walaupun ia sadar akan
akibat yang merugikan

4. Keadaan Putus Zat/F1x.3


Pedoman Diagnostik
Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari
sindrom ketergantungan dan diagnosis sindrom
ketergantungan harus dipertimbangkan
Gambaran umum : gangguan psikologis (anxietas,
depresi, gangguan tidur)
Khas : gejala putus zat akan mereda dengan meneruskan
penggunaan zat

5. Keadaan Putus Zat dengan


Delirium / F1x.4
Termasuk: Delirium tremens
Delirium tremens merupakan suatu keadaan gaduh gelisah
toksik yang berlangsung singkat tapi adakalanya
membahayakan jiwa yang disertai gang.somatik
Biasanya merupakan akibat dari putus alkohol pada
pengguna yang ketergantungan berat dan onsetnya terjadi
setelah putus alkohol

Panduan Diagnosis
Onset dapat didahului oleh kejang akibat putus
zat
Gejala prodromal khas: insomnia, gemetar,
ketakutan
Gejala klasik:
kesadaran berkabut dan kebingungan
halusinasi, ilusi salah satu sensorik
tremor berat

6. Gangguan Psikotik/F1x.5
Pedoman Diagnostik
Gangguan psikotik yang terjadi selama atau
segera sesudah penggunaan obat (dalam waktu
48 jam)
Gangguan psikotik akibat zat psikoaktif tampil
dengan pola gejala bervariasi tergantung zat dan
kepribadian pengguna

7. Sindrom Amnesik/F1x.6
Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria sindrom amnesik organik
(F04)
Syarat utama :
Gangguan daya ingat jangka pendek, gangguan
sensasi waktu
Tidak ada gangguan daya ingat segera, gangguan
kesadaran, gangguan kognitif secara umum
Ada riwayat atau bukti objektif penggunaan
alkohol dan obat yang kronis

8. Gangguan Psikotik Residual dan


Onset Lambat / F1x.7
Pedoman Diagnostik
Gangguan fungsi kognitif, afek, dan kepribadian,
atau perilaku yang disebabkan oleh alkohol atau
zat psikoaktif yang berlangsung melampaui
jangka waktu khasiat psikoaktifnya
Gangguan memperlihatkan suatu perubahan
atau peningkatan yang nyata dari fungsi normal

9. Gangguan Mental dan Perilaku


Lainnya/F1x.8
Akibat penggunaan zat yang dapat diidentifikasi
psikotik tapi tidak memenuhi kriteria untuk
dimasukkan ke dalam salah satu gangguan di
atas

10. Gangguan Mental dan Perilaku YTT


Kategori untuk yang tidak tergolongkan

NAPZA
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya
Narkotika

Tanaman papaver, opium mentah, opium masak, opium obat,


morfina, Tanaman koka, daun koka, kokain mentah, kokaina,
ekgonina,Tanaman ganja, damar ganja.
Garam dan turunan dari morfin dan kokain
Bahan alam atau sintetik lain yang memiliki efek yang sama
dengan kokain dan morfin.
Campuran atau seduan yang mengandung opium, morfin,
kokain, ganja

Psikotropika
Zat atau obat, alamiah maupun sintetik yang bukan
narkotika, berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat adiktif lainnya

Efek psikotropika
1. Golongan Depresan (Downer)
Jenis ini membuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan
bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini
termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif
(penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan
lain-lain.
2. Golongan Stimulan (Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya
menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini
adalah : Amfetamin (shabu,esktasi), Kafein, Kokain
3. Golongan Halusinogen
Menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan
pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda
sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak
digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis
(ganja), LSD, Mescalin.

Gangguan penggunaan NAPZA, terdiri atas 2


bentuk:
Penyalahgunaan : mempunyai harmful effects
terhadap kehidupan orang, menimbulkan problem
kerja, mengganggu hubungan dengan orang lain
serta mempunyai aspek legal.
Adiksi atau ketergantungan : mengalami toleransi,
putus zat, tidak mampu menghentikan kebiasaan
menggunakan, menggunakan dosis NAPZA lebih
dari yang diinginkan.

Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan


NAPZA
ZAT
ALKOHOL

TANDA / GEJALA
INTOKSIKASI
Ringan : Euforia, cadel,
kantuk, Ataksia
Berat : Stupor, Koma,
Bradikardia, Hipotensi,
Hipotermia, Kejang
Sangat Berat : Reflek
negatif
G. Kesadaran
G. Kognitif
G. Afektif dan Perilaku

PUTUS ZAT
Halusinasi, ilusi
Kejang
Gemetar
Mual / Muntah
Muka Merah
Konjungtiva Merah
Kelemahan umum
Insomnia
Lemas, marah (Iritabel)
Berkeringat
Hipertensi
Rindu dengan minuman
alkohol

Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan


NAPZA
ZAT
OPIOIDA
(Heroin, Putauw)

TANDA / GEJALA
INTOKSIKASI
Penekanan SSP,
Sedasi
Motilitas GastroIntestinal
Menurun Sampai
Konstipasi
Analgesia
Mual Muntah
Bicara Cadel
Bradikardia
Kontriksi Pupil
Kejang

PUTUS ZAT
Mengantuk, disertai Pilek /
Bersin
Lakrimasi
Dilatasi Pupil
Pilo Ereksi
Takikardi
Tekanan Darah Naik
Respirasi dan Suhu Badan Naik
Mual-Muntah
Diare
Insomia
Gemetar / Tremor
Mengeluh Sugesti
Ansietas , Gelisah
Tidak Selera Makan

Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan


NAPZA
ZAT
KANABIS
(Ganja,
Marijuana,
Hashis)

TANDA / GEJALA
INTOKSIKASI
Tremor
Takhikardi
Mulut Kering
Nistagmus
Keringat Banyak
Gelisah
Mata Merah
Ataksia
Sering Kencing
Fungsi
Sosial/pekerjaan
terganggu
Percaya diri
meningkat
Perasaan melambung
Disorientasi
Depersonalisasi

Gangguan daya ingat jangka


pendek
Halusinasi
visual/pendengaran
Emosi labil, bingung
Waham kejar dan paranoia,
ilusi, cemas, depresi, panik
serta takut mati
Pusing, mual, diare, haus
dan nafsu makan meningkat
Perubahan proses pikir,
inkoheren dan asosiasi
longgar
Merasa identitas diri
berubah

PUTUS ZAT
Insomia
Mual
Mialgia
Cemas
Gelisah
Mudah tersinggung
Demam
Berkeringat
Nafsu makan menurun
Foto fobia
Depresif
Bingung
Menguap
Diare
Kehilangan berat badan
Tremor

Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan


NAPZA
ZAT
SEDATIF
HIPNOTIKA
(obat tidur /
penenang,
misalnya : BK,
Rohyp, MG)

TANDA / GEJALA
INTOKSIKASI
Neurologis :
Bicara cadel, Gangguan
koordinasi motorik, cara jalan
tidak stabil, Nistagmus
Psikologis :
Afek labil
Hilangnya hambatan impuls
seksual
Agresif
Iritabel
Banyak bicara
G. Pemusatan perhatian
G. Daya ingat
G. Daya nilai

PUTUS ZAT
Mual, muntah
Lemah, letih
Takhikardia
Berkeringat
Tekanan darah tinggi
Ansietas
Depresi
Iritabel
Tremor kasar pada
tangan, lidah
Kadang- kadang
hipotensi ortostatik

Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan


NAPZA
ZAT
KOKAIN

TANDA / GEJALA
INTOKSIKASI
Takhikardia
Dilatasi Pupil
Meningkatnya
Tekanan Darah
Berkeringat
Tremor
Mual , Muntah
Menungkatnya
Suhu Tubuh
Aritnia
Halusinasi Visual
Sinkope

Nyeri Dada
Euforia
Agitasi Psikomotor
Agresif
Waham Kebesaran
Halusinasi
Mulut Kering
Percaya Diri
Meningkat
Nafsu Makan
Menurun
Panik

PUTUS ZAT
Keletihan
Insomnia atau
Hypersomnia
Agitasi
Psikomotor
Ide Bunuh Diri
dan Paranoid
Mudah
Tersinggung atau
Iritabel Perasaan
depresif

Tanda Dan Gejala Klinis Penggunaan


NAPZA
ZAT
AMFETAMIN
(Ekstasi,
Shabu)

TANDA / GEJALA
INTOKSIKASI
PUTUS ZAT
Kardio Vaskuler :
Palpitasi
Angina
Aritmia
Hiper/ Hipotensi
Keringat banyak
Muka pucat/Merah
Perilaku maladaptif
Gangguan daya nilai
Gangguan fungsi sosial
Pernafasan Bronko-dilatasi
Gastro-Intestinal Mual, diare, kram
Ginjal Diuresis
Endokrin Libido berubah, impotensi

Fase Awal
Depresi
Ansietas
Anergia
Capek

Sasaran Terapi
Abstinensia (mengurangi penggunaan NAPZA
bertahap sampai abstinensia total)
Mengurangi frekuensi dan keparahan relaps.
Perbaikan dalam fungsi sosial dalam masyarakat

Tahapan Terapi
Fase Penilaian

Diperoleh informasi mengenai Napza yang digunakan


dan keparahannya, riwayat medik dan psikiatri,
riwayat terapi Napza sebelumnya, riwayat
penggunaan Napza sebelumnya, riwayat
sosioekonomi, penapisan urin dan darah, skrining
penyakit infeksi

Fase Terapi Detoksifikasi

Rawat inap dan rawat jalan


Intensive out-patient treatment
Cold turkey, Terapi simptomatik
Detoksifikasi dengan menggunakan : kodein dan
ibuprofen, klontrex (klonidin dan naltrekson),
buprenorfin, metadon

Fase Terapi lanjutan

Terapi Substitusi
Karakteristik obat yang ideal :

Rendah potensi untuk didiversikan


Lamanya aksi cukup panjang
Potensi rendah menggunakan zat lain selama terapi
Toksisitas rendah untuk terjadi overdose
Fase detoksifikasi harus singkat, sederhana, dan gejala
withdrawl syndrome minimal
Memfasilitasi abstinensia terhadap opioid ilegal
Pasien menerimanya dengan ikhlas dan baik

Untuk ketergantungan opioid dapat digunakan :

Agonis : Metadon
Partial agonis : buprenorfin SL untuk adiksi heroin
Antagonis : Naltrekson (tidak ada di Indonesia)

Relaps dan Pencegahannya


Relaps didahului oleh faktor pencetus atau
trigger yang disebut sebagai warning sign.
Tanda warning sign:

Berbohong
Mempersalahkan orang lain
Perasaan malu
Euforia

Anda mungkin juga menyukai