PEMBIMBING
: Endang Kusumawati, MT
Tanggal Praktikum
: 10 April 2013
: 17 April 2013
Oleh :
Kelompok : 5
Nama
Kelas
: Nevy Puspitasari
NIM. 111431020
NIM. 111431021
Nurul Latipah
NIM. 111431022
Octaviani Ratnasari
NIM. 111431023
: 2A
A. Tujuan Praktikum
Dapat menentukan nilai BOD dari suatu sampel limbah.
B. Teori Dasar
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang
diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik.
Pemecahan bahan organik diartikan bahwabahan organik ini digunakan oleh organisme
sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (PESCOD,1973).
Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air
buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari
tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur
bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh
organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu
perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang ada di alam. Selama
pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar untuk rnencegah
kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/sampel
tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga
supaya oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan
mengingat kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar 9 ppm pads suhu
20C (SAWYER & MC CARTY, 1978).
Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan bermacam-macam
organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir karbon dioksida (CO2) dan
air (H2O). Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu prosedur oksidasi dimana
organisme hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan organik menjadi
CO2 dan H2O. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktifitas
biologis dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat dipengaruhi oleh jumlah
populasi dan suhu. Karenanya selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan konstan
pada 20C yang merupakan suhu yang umum di alam. Secara teoritis, waktu yang
diperlukan untuk proses oksidasi yang sempurna sehingga bahan organik terurai menjadi
CO2 dan H2O adalah tidak terbatas. Dalam prakteknya dilaboratoriurn, biasanya
berlangsung selama 5 hari dengan anggapan bahwa selama waktu itu persentase reaksi
cukup besar dari total BOD. Nilai BOD 5 hari merupakan bagian dari total BOD dan
nilai BOD 5 hari merupakan 70 - 80% dari nilai BOD total (SAWYER & MC CARTY,
1978). Metoda penentuan yang dilakukan adalah dengan metoda titrasi dengan cara
WINKLER. Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak digunakan
untuk menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi
iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den
Na0H - KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan
HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul
iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini
selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203) dan menggunakan
indikator larutan amilum (kanji).
Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik yang terdekomposisi
dalam BOD adalah bahan organik yang siap terdekomposisi (readily decomposable
organic matter). Mays (1996) mengartikan BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen
yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon
terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari pengertianpengertian ini dapat
dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk
mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai
(biodegradable organics) yang ada di perairan. Faktor yang mempengaruhi hasil BOD
adalah :
mencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi air buangan/
sampel tersebut yang harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu. Hal ini untuk
menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting
diperhatikan mengingat kelarutan oksigen salam air terbatas dan hanya berkisar 9 ppm
pada suhu 200C (Salmin. 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi BOD adalah jumlah
senyawa organik yang diuraikan, tersedianya mirkoorganisme aerob dan tersedianya
sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian tersebut (barus,
1990 dalamSembiring, 2008). Oksidasi biokimia adalah proses yang lambat. Dalam
waktu 20 hari, oksidasi bahan organik karbon mencapai 95 99 %, dan dalam waktu 5
hari sekitar 60 70 % bahan organik telah terdekomposisi (Metcalf & Eddy, 1991). Lima
hari inkubasi adalah kesepakatan umum dalam penentuan BOD. Jika sampel air BOD
pada 20 0C diukur berdasarkan fungsi waktu, maka akan diperoleh kurva seperti gambar
7.8.10.untuk 10 sd 15 hari, kurva mendekati eksponensial, tapi sekitar 15 hari, kurva
meningkat tajam yang menurunkankan kestabilan laju BOD. Karena panjangnya waktu
dan kurvanya tidak datar, maka para engineer lingkungan mengambil secara universal
untuk test standar pada 5 hari untuk prosedur BOD.
Bahan
Batang pengaduk
Bola isap
Botol BOD
Buret
Erlenmeyer
Gelas kimia
Hot plate
Inkubator
Pipet seukuran
Aquadest
Indikator Amilum
Kertas isap
Lar. Buffer phosfat
Lar. CaCl2
Lar. FeCl3
Lar. H2SO4
Lar. KMnO4
Lar. MgSO4
Lar. Na2S2O3
Lar. NaOH
Sampel
Tissue
Bibit mikroba
D. Prosedur Kerja
-
5 mL H2SO4 6 N
Erlenmeyer
Pemanasan
10 menit
90 mL Aquadest
10 mL H2SO4 6 N
Erlenmeyer 250
Pemanasan
Sampai terjadi gelembung
Erlenmeyer 250
Titrasi dengan KMnO4
0,01 N
10 mL KMnO4 0,01
N
10 mL H2C2O4 0,01
N
Pembuatan Pengencer
1 mL buffer posfat
1 Liter aquadest
1 mL CaCl
1 mL FeCl3
1 mL
MgSO4
Penambahan 1 mL
bibit mikroba
Pengaerasian pada
kompresor selama 30
menit
Pemindahan
kedalam botol
BOD (blanko)
Pengambilan larutan
pengencer sebanyak
160,64 mL sampel1839,36 mL (diambil
P5)
DO0
Titrasi
winkler
Pemindahan kedalam
botol BOD (sebagai DO
sampel)
DO0
Titrasi
winkler
DO5
Inkubasi
pada
suhu 20oC
5 hari
DO5
Inkubasi
pada
suhu 20oC
5 hari
1 mL Pereaksi Oksigen
Membiarkan 10
Menuangkan cairan
dalam botol 3
1 mL H2SO4 pekat
E. Data Pengamatan
Prosedur
Pembebasan reduktor
Pengamatan
Setelah asam sulfat, batu didih, KMnO4, air kran dimasukan
dan setelah dipanaskan larutan tetap berwarna ungu dan
Angka KMnO4
tidak menghilang
Letika ditambahkan KMnO4 10 mL larutan menjadi
berwarna merah ungu, kemudian ketika ditambahkan 10 mL
larutan
H2C2O4
larutan
menjadi
bening.
Kemudian
Pembuatan pengencer
F. Perhitungan
Penetapan angka KMnO4
-
Standarisasi KMnO4
NH2C2O4
: 0,01 N
VH2C2O4
: 10 mL
V KMnO4
: 9,70 mL
N KMnO 4 x V KmnO 4 =N Oksalat x V Oksalat
N KMnO 4 x 9,70=0,01 x 10
N FAS =
0,01 x 10
9,70
N FAS =0,0103 N
II
Rata-Rata
9,1 mL
9,2 mL
9,15 mL
Faktor Ketelitian(f )=
10
9,15
10
mL KMnO 4
1,0929
Angka KMnO4
mg
O2
1000
KMnO 4 =
x [ (10+ mL titrasi ) x f 10 ] x 0,0103 x 31,6
L
mL sampel
62,25
mg
KMnO 4
L
Pengenceran
Pengenceran=
Angka KMnO 4
Hari
62,25
5
12,45
11,45
x 2000 mL=1839,36 mL pengencer
12,45
DO Metoda Winkler
1000
x N thiosulfat x 8
O2
mL thiosulfat
mg =
L
volume botol2 mL
Titrasi
Sampel DO0
Blanko DO0
Sampel DO5
Volume Na2S2O3
13 mL
13 mL
10,1 mL
24,45 mL
22,30 mL
Volume botol
327 mL
338 mL
335 mL
334 mL
340 mL
Blanko DO5
21,30 mL
21,15 mL
305 mL
335 mL
2. DO hari ke-0
1)
1000
x 0,01 x 8
(
O
13 )
O
mg =
=0,0189 mg
2)
1000
x 0,01 x 8
(
O
13 )
O
mg =
=0,0183 mg
3272mL
3382mL
Ratarata=
O2
0,0189+ 0,0183
=0,0186 mg
2
L
2)
1000
x 0,01 x 8
(
O
21,15 )
O
mg =
=0,0114mg
2
3352mL
Ratarata=
O
0,0124+0,0114
=0,0119 mg 2
2
L
4. DO hari ke-5
1)
1000
x 0,01 x 8
(
O
24,45 )
O
mg =
=0,0099mg
2
3342 mL
2)
1000
x 0,01 x 8
O2
22,30
O
mg =
=0,0106 mg 2
L
3402mL
L
Ratarata=
O
0,0099+ 0,0104
=0,0102 mg 2
2
L
% Selisih pengurangan =
Nilai BOD
BOD = P (DO0 sampel DO5 sampel ) (DO0 blanko DO5 blanko)
BOD = 12,45 (0,0186 mg/L - 0,0102 mg/L) (0,0238 mg/L - 0,0119 mg/L)
BOD = 12,45 = 0,0927 mg/L
Nilai BOD sebenarnya = nilai BOD x pengenceran
Nilai BOD sebenarnya = 0,0927 x 100 = 9,27 ppm
Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pengolahan limbah untuk mengetahui oksigen yang
diperlukan untuk mikroba dalam mengoksidasi bahan organik. Semakin banyak bahan
organik yang ada dalam sampel air limbah maka semakin banyak juga oksigen yang
diperlukan oleh mikroba. Untuk mengetahui oksigen yang diperlukan oleh mikroba maka
ditentukan DO awal dan DO setelah diinkubasi selama 5 hari, dimana selisih yang dihasilkan
adalah oksigen yang diperlukan oleh mikroba.
Sebelum dilakukan analisa BOD, agar hasil yang didapatkan sangat teliti maka
terlebih dahulu dilakukan pembebasan reduktor dari erlenmeyer. Hal ini dilakukan karena
apabila masih ada zat atau partikel yang tertinggal atau menempel pada dinding erlenmeyer
yang digunakan, maka kemungkinan zat tersebut mengganggu dan akan mempengaruhi hasil
analisa karena partikel yang bersifat reduktor akan ikut bereaksi dengan KMnO 4 pada titrasi
permanganimetri untuk penetapan angka KMnO4 sehingga volume KMnO4 lebih banyak dari
yang seharusnya. Sehingga Untuk pembebasan reduktor digunakan KMnO4 dalam keadaan
asam karena penambahan H2SO4 dan panas, sehingga dalam keadaan asam dan panas ini
KMnO4 akan mengoksidasi secara optimal zat/partikel reduktor
erlenmeyer, sehingga zat reduktor yang mungkin menempel pada erlenmeyer akan
teroksidasi. Adanya zat reduktor pada erlenmeyer akan membuat warna KMnO 4 menjadi
merah muda hingga bening. Apabila ditambahkan KMnO4 berlebih hingga warna KMnO4
tidak hilang maka dapat dipastikan semua zat/pertikel reduktor yang menempel pada
erlenmeyer telah habis berekasi dengan KMnO4 sehingga erlenmeyer telah bebas reduktor.
Setelah erlenmeyer bebas reduktor, kemudian dilakukan penetapan angka KMnO 4.
Penetapan angka KMnO4 ini digunakan untuk menentukan jumlah pengencer dan jumlah
sampel yang akan ditambahkan. Dimana angka KMnO4 ini untuk mengetahui zat organik
yang terkandung dalam sampel air limbah, dimana dengan mengetahui jumlah zat organik
dalam sampel maka kebutuhan oksigen yang diperlukan dapat ditentukan sehingga
didapatkan pengenceran yang mendekati. Sampel yang telah diasamkan dengan H2SO4
ditambahkan KMnO4 berlebih, sehingga bahan organik akan mengalami rekasi redoks dengan
KMnO4. KMnO4 sisa ini kemudian ditambahkan asam oksalat berlebih, dimana sisa asam
oksalat akan bereaksi dengan KMnO4 pada titrasi.
Agar hasil analisa yang didapat didapatkan ketelitian maka dilakukan faktor ketelitian
KMnO4, dimana hasil titrasi KMnO4 sebelumnya ditambahkan kembali dengan asam oksalat
dan dititrasi dengan KMnO4 dimana jumlah KMnO4 seharusnya 10 mL sesuai dengan
penambahan KMnO4 sebelumnya. Dari percobaan didapat angka KMnO4 yang dihasilkan
dari sampel adalah sebesar 62,25 mg/L. Dari angka ini maka didapat sebesar 62,25 mg
KMnO4 untuk mengoksidasi zat organik dalam tiap 1 Liter sampel. Sedangkan berdasarkan
literatur zat organik (KMnO4) tidak boleh lebih dari 10 mg/L (PP No. 20 tahun 1990),
sehingga air sampel limbah ini dapat dikatakan tercemar zat organik karena mengandung
angka KMnO4 yang melebihi seharusnya. Angka KMnO 4 yang didapat ini digunakan untuk
perhitungan jumlah sampel dan pengencer yang ditambahkan.
Pengenceran yang digunakan adalah P2 dikarenakan sampel BOD akan diinkubasikan
selama 5 hari, sedangkan angka KMnO4 yang didapat ialah sebesar 62,25 mg/L ini dihasilkan
nilai P2 sebesar 12,45 artinya 1 bagian sampel dan 11,45 bagian pengencer. Dari data
percobaan didapat
pengencer yang ditambahkan. Fungsi dari larutan pengencer adalah sebagai bahan
makanan/nutrien mikroba sehingga makanan mikroba ini sebagai sumber energi untuk
mikroba untuk mengoksidasi bahan organik yang ada dalam sampel. Pada larutan pengencer
ini terlebih dahulu dilakukan aerasi, fungsi dari aerasi adalah sebagai pengadukan serta untuk
menambahkan oksigen kedalam larutan pengencer dimana oksigen ini akan digunakan untuk
mikroba dalam mengoksidasi bahan organik karena dimungkinkan oksigen dalam sampel saja
tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan mikroba untuk mengoksidasi organik. Aerasi
dilakukan 30 menit agar mikroba mendapatkan oksigen yang cukup. Makanan mikroba serta
oksigen yang cukup untuk mikroba kemudian dicampurkan dengan sampel sebagai sumber
bahan organik, maka diharapkan akan didapatkan hasil kerja mikroba yang optimum dalam
mengoksidasi bahan organik sehingga diketahui berapa oksigen yang dibutuhkan. Dari
sampel yang telah tercampur, langsung ditetapkan DO serta blankonya (berisi pengencer saja)
dengan
metode winkler, sedangkan untuk sampel yang telah dicampur pengencer serta
Kesimpulan
Dari percobaan yang didapat, dapat disimpulkan bahwa nilai BOD pada sampel air limbah
adalah sebesar 9,27 ppm, sedangkan menurut literatur (Jobsheet modul BOD, program studi
D3-analis kimia) nilai BOD yang diperbolehkan untuk air bersih tidak boleh lebih dari 10
ppm, sehingga sampel air limbah dapat dikatakan tidak tercemar.
DAFTAR PUSTAKA
ANONIMOUS. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No. 5 1 Tahun 2004.
Tentang : Baku Mutu Air Laut. 2004. 11 hal.
PESCOD, M. D. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream Standards for Tropical
Countries. A.I.T. Bangkok, 59 pp
Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (Do) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (Bod) Sebagai Salah
Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan, (online),
(http://oseanografi.lipi.go.id diunduh 16 April 2013 pkl. 14.17)
SAWYER, C.N and P.L., MC CARTY, 1978. Chemistry for Environmental Engineering. 3rd
ed. Mc Graw Hill Kogakusha Ltd.: 405 - 486 pp.