Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan fisiologi mata


Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek
yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan
segera dihantarkan ke otak. Di sini akan di bahas struktur dan fungsi mata. Mata
kita terdiri dari bermacam-macam struktur sekaligus dengan fungsinya.

Struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi mata meliputi
kelopak mata, sklera, konjungtiva, kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus,
humor aqueus, serta humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau
kerjanya sendiri.

Kelopak mata : kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian
depan sedang di bagian belakang di tutupi selaput lendir tarsus yang
disebut konjungtiva tarsal. Konjungtiva tarsal hanya dapat dilihat
dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks
menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang

mempunyai sel goblet yang menghasilkan musin.


Konjungtiva : merupakan membrane yang menutupi sclera dan
kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin
yang dihasilkan oleh sel goblet yang berfungsi membasahi bola mata
terutama kornea.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :

Konjungtiva tarsal yang meutupi tarsus, sukar digerakkan dari


tarsus.
Konjungtiva bulbi menutupi sclera dan mudah digerakkan dari
sclera di bawahnya.
Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan
tempat peralihan konjungtiva tarsal dan konjungtiva bulbi
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar
dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. bola
mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih
tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.
Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:
1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor
aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di
dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik
anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari
iris sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di
bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian
keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.
Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke
retina, berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola
mata.
Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :
1. Sklera (bagian putih mata) : Sklera merupakan jaringan ikat yang
kenyal dan memberikan bentuk pada mata,merupakan bagian
terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut
kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke
dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding
sclera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan
uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah
bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan
suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid.
Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat
mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator

dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar di


persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan
siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan
cairan bilik mata (akuoshumor), yang dikeluarkan melalui
trabekulum yang terletak pada pangkal iris di bataskornea dan
sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam
dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan
lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi
rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat
rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina
dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat
gelatin yang hanya menempel pupil saraf optik, makula dan pars
plans. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai
dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi
retina.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah
ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata
mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekatsehingga
sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea. Terdapat 6 otot
penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak
didaerah temporal atas di dalam rongga orbita

Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata,


bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang
menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis :
1. Epitel
- Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak
bertanduk yang sating tumpang tindih; satu lapis sel basal,
-

sel poligonal dan sel gepeng..


Pada sel basal Bering terlihat mitosis sel, dan sel muds ini
terdorong ke depan menjadi lapissel sayap dan semakin maju ke
depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan

sel basal di sampingya dan sel poligonal di depannya


melalui desmosom dan

makula

okluden;ikatan

ini

menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang


-

merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat
kepadanya. Bila terjadi gangguanakan mengakibatkan erosi

rekuren.
- Epitel berasal dari ektoderm permukaan
2. Membran Bowman
- Terletak di bawah membran basal epitel komea yang
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti
stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3 . S t r o m a
- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar
-

satu

dengan

lainnya,

pada p e r m u k a a n t e r l i h a t a n y a m a n y a n g t e r a t u r
s e d a n g d i b a g i a n p e r i f e r s e r a t k o l a g e n i n i be
rcabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan
waktu lama yang kadang-kadangsampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas
terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk

bahan

dasar

dan

serat

kolagen

dalam

perkembangan embrio atau sesudah trauma.


4. Membran Descement
- Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang
stroma komea dihasilkan selendotel dan merupakan membran
-

basalnya.
Bersifat sangat elastik dan berkembang terns seumur hidup,

mempunyai tebal 40 m.5.


5. Endotel
- Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar
20-40

pm.

Endotel

melekat pada

membran

descement

melalui hemidesmosom dan zonula okluden.


Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus,saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan
suprakoroid, masuk ke dalam stromakornea, menembus membran Bowman

melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai


pada kedua lapis

terdepan tanpa

ada akhir

saraf.

Bulbul

Krause

untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah
dipotong di daerahlimbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan
m e n g a k i b a t k a n s i s t e m p o m p a endotel terganggu
dekompensasi

endotel dan

sehingga

terjadi edema

kornea.

Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.


Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan
m e n u t u p b o l a m a t a d i sebelah

depan.

Pembiasan

sinar

terkuat

dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar


masuk kornea dilakukan oleh kornea.
Otot Mata, Saraf Mata, dan Pembuluh Darah :
Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja
sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu.
Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya,
yaitu :
-

Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan

di dalam retina ke otak


Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh

kelenjar air mata


Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang
lain dan merangsang otot pada tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan
mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena
retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
Fotoreseptor Mata.
Sel-sel fotoreseptor di dalam mata terdiri atas dua jenis, yaitu sel-sel
batang dan sel-sel kerucut. Pada manusia, terdapat sekitar 7 juta sel kerucut dan
kurang lebih 125 juta sel batang untuk setiap mata. Sel-sel batang merupakan selsel yang sangat peka terhadap cahaya dengan intensitas rendah. Sel-sel batang

berperan dalam proses penglihatan di malam hari atau tempat-tempat gelap untuk
menghasilkan ketajaman pengelihatan yang rendah. Sayangnya, sel-sel batang
tidak mampu mendeteksi warna. Sel-sel ini tersebar di seluruh retina, kecuali di
fovea. Di dalam sel-sel batang terdapat pigmen fotosensitif rodopsin (warna
merah muda atau ungu). Rodopsin hanya 1 jenis, sehingga hanya ada 1 jenis sel
batang. Jika rodopsin terpapar atau menyerap cahaya, rodopsin akan terurai
menjadi opsin dan retinal. Sebaliknya, jika tidak ada cahaya atau gelap, rodopsin
akan terbentuk kembali.
Perlu diketahui bahwa penguraian rodopsin menjadi opsin dan retinal jauh
lebih

cepat

ketimbang

pembentukannya

kembali.

Pada

saat

rodopsin

menghilang, sel-sel kerucutlah yang digunakan untuk proses melihat. Dalam


keadaan gelap total, butuh sekitar 30 menit untuk membentuk kembali rodopsin
sehingga kita dapat melihat. Itulah sebabnya kita tidak dapat langsung melihat
dengan jelas ketika beralih dari tempat terang ke tempat yang sangat gelap.
Berbeda dengan sel-sel batang, sel-sel kerucut peka terhadap intensitas cahaya
yang tinggi dan perbedaan panjang gelombang sehingga berperan dalam proses
penglihatan di siang hari atau di tempat-tempat terang.
Sel-sel kerucut menghasilkan penglihatan dengan ketajaman yang tinggi.
Sel kerucut hanya terdapat di fovea. Di dalam sel-sel kerucut terdapat pigmen
fotosensitif iodopsin. Berdasarkan bentuknya, iodopsin dibagi 3. Masing-masing
peka terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda. Ketiga jenis iodopsin
tersebut peka terhadap warna merah, miru dan hijau. Karena itu maka sel-sel
kerucut mampu mendeteksi warna. Berdasarkan iodopsin yang dikandungnya, selsel kerucut terbagi atas tiga jenis, yaitu sel kerucut biru, sel kerucut hijau, dan sel
kerucut merah. Nama-nama tersebut berdasarkan warna cahaya yang diserap oleh
sel-sel kerucut. Jika ketiga sel kerucut tersebut mendapatkan stimulasi yang sama,
maka kita akan melihat warna putih.
Uvea
Walaupun dibicarakan sebagai isi, sesungguhnya uvea merupakan dinding
kedua bola mata yang lunak, terdiri atas 3 bagian, yaitu iris, badan siliar, dan
koroid.

Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2


buah arterisiliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan
nasal dekat tempatmasuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat
2 pada setiap otot superior,medial inferior, satu pada otot rektus lateral. Arteri
siliar anterior dan posterior ini bergabungmenjadi satu membentuk arteri sirkularis
mayor pada badan siliar. Uvae posterior mendapat perdarahan dari 15 - 20 buah
arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf
optik.
Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola
mata denganotot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3
akar saraf di bagian posterior yaitu :
1. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut
sensoris untuk komea, iris, dan badan siliar.
2. Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf
simpatis yangmelingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah uvea
dan untuk dilatasi pupil.
3. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk
mengecilkan pupil.
Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan sinaps. Iris
terdiri atas bagian pupil dan bagian tepi siliar, dan badan siliar terletak antara iris
dan koroid. Batasantara korneosklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm
temporal dan 7 mm nasal. Didalam badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu
longitudinal, radiar, dan sirkular.
Ditengah iris terdapat lubang yang dinamakan pupil, yang mengatur
banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata. Iris berpangkal pada badan
siliar danmemisahkan bilik mata depan dengan bilik mata belakang. Permukaan
depan iris warnanya sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan kecil
terutama sekitar pupil yang disebutkripti.
Badan siliar dimulai dari basis iris kebelakang sampai koroid, yang terdiri
atas otot-otot siliar dan proses siliar. Otot-otot siliar berfungsi untuk akomodasi.
Jika otot-otot ini berkontraksi ia menarik proses siliar dan koroid kedepan dan
kedalam, mengendorkan zonula Zinn sehingga lensamenjadi lebih cembung.

Fungsi proses siliar adalah memproduksi Humor Akuos. Koroid adalah


suatu membran yang berwarna coklat tua, yang letaknya diantara skleradan. retina
terbentang dari ora serata sampai kepapil saraf optik. Koroid kaya pembuluh
darahdan berfungsi terutama memberi nutrisi kepada retina
Pupil
Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya
cahaya yangmasuk.
Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf
simpatis. Orangdewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil
akibat rasa silau yangdibangkitkan oleh lensa yang sklerosis Pupil waktu tidur
kecil , hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi, koma dan tidur
sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari :
1. Berkurangnya rangsangan simpatis
2. Kurang rangsangan hambatan miosis
Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun
korteksmenghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur
hambatan subkortekshilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang
akan menjadikan miosis.
Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada
akomodasi danuntuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang
difragmanya dikecilkan.
Sudut bilik mata depan
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris.
Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan
pengalirankeluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam
bola mata sehingatekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan
sudut ini didapatkan jaringantrabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis
Schwalbe dan jonjot iris.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan
disiniditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan
merupakan batas belakang sudut filtrasi Berta tempat insersi otot siliar
longitudinal. Anyaman trabekulamengisi kelengkungan sudut filtrasi yang
mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.

pada sudut fitrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer
endotel danmembran descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan
mata keluar kesalurannya.
Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma
sudut tertutup,hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia
posterior perifer.
Lensa mata
Lensa merupakan badan yang bening, bikonveks 5 mm tebalnya
dan berdiameter 9mm pada orang dewasa. Permukaan lensa bagian
posterior lebih melengkung daripada bagiananterior. Kedua permukaan
tersebut

bertemu

pada

tepi

lensa

yang

dinamakan

ekuator.

Lensamempunyai kapsul yang bening dan pada ekuator difiksasi oleh


zonula Zinn pada badansiliar. Lensa pada orang dewasa terdiri atas
bagian inti (nukleus) dan bagian tepi (korteks). Nukleus lebih keras
daripada korteks.
Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedang
korteks makinmenipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai
konsistensi nukleus.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
-

Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam

akomodasi untuk menjadi cembung


Jernih atau transparan karena

diperlukan

sebagai

media

penglihatan,
- Terletak di tempatnya.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :
- Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan
-

presbiopia,
Keruh atau spa yang disebut katarak,
Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.
Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi

bertambah besar dan berat.Fungsi lensa adalah untuk membias cahaya,


sehingga difokuskan pada retina.Peningkatan kekuatan pembiasan
lensa disebut akomodasi.
Badan kaca

Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak
antara lensadengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata.
Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air.
Sesungguhnya fungsi badan kaca sama denganfungsi cairan mata, yaitu
mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisiruang untuk
meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu
jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata,
pars plana,dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak
terdapatnya pembuluh darahdan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya
kekeruhan badan kaca akan memudahkanmelihat bagian retina pada pemeriksaan
oftalmoskopi.
Struktur badan kaca merupakan anyaman yang bening dengan diantaranya
cairan bening. Badan kaca tidak mempunyai pembuluh darah dan menerima
nutrisinya dari jaringan sekitarnya: koroid, badan siliar dan retina.
Retina
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas
penyebaran daripadaserabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan
koroid. Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya
sesuai dengan sumbu penglihatanterdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira
berdiameter 1 - 2 mm yang berperan pentinguntuk tajam penglihatan. Ditengah
makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakanreflek fovea.
Kira-kira 3 mm kearah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah
bulat putihkemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang ditengahnya agak
melekuk dinamakanekskavasi faali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk
kedalam bola mata ditengah papil saraf optik. Arteri retina merupakan pembuluh
darah terminal. Retina terdiri atas lapisan:
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
Ketigalapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis selfotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel

Muller Lapisini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.

6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps

sel bipolar,sel amakrin dengan sel ganglion.


7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch saraf
optik. Didalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retina.
9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan
kaca.
Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari
koroid. Batanglebih banyak daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana
kerucut lebih banyak.Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf
optik dan tidak mempunyai daya penglihatan (bintik buta
Rongga Orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang
yangmembentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan
dasar orbita yangterutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang
palatinum dan zigomatikus.
Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga
hidung.Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding
medialnya.
Dinding orbita terdiri atas tulang :
1. Atap atau superior : os.frontal
2. Lateral : os.frontal. os. zigomatik, ala magna os. Fenoid
3. Inferior : os. zigomatik, os. maksila, os. Palatine
4. Nasal : os. maksila, os. lakrimal, os. Etmoid
Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf optik,
arteri, vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid.
Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf
lakrimal (V),saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf
nasosiliar (V), abdusen(VI), dan arteri vena oftalmik.
Fisura orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui oleh
saraf infra-orbita dan zigomatik dan arteri infra orbita.
Fosa lakrimal terletak di sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar
lakrimal. Rongga orbita tidak mengandung pembuluh atau kelenjar limfa.
Otot Penggerak Mata

Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakkan
matatergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot.1 Otot
penggerak mata terdiriatas 6 otot yaitu :
1. Oblik inferior, aksi primer
- ekstorsi dalam abduksi sekunder
- elevasi dalam aduksi
- abduksi dalam elevasi
2. Oblik superior, aksi primer
- intorsi pada abduksisekunder
- depresi dalam aduksi
- abduksi dalam depresi
3. Rektus inferior, aksi primer
- depresi pada abduksisekunder
- ekstorsi pada abduksi
- aduksi pada depresi
4. Rektus lateral, aksi- abduksi
5. Rektus medius, aksi- aduksi
6. Rektus superior, aksi primer
- elevasi dalam abduksisekunder
- intorsi dalam aduksi
- aduksi dalam elevasi
1. Otot Oblik Inferior
Oblik inferior mempunyai origo pada foss lakrimal tulang lakrimal,
berinsersi padasklera posterior 2 mm dari kedudukan makula, dipersarafi saraf
okulomotor, bekerja untuk menggerakkan mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi.
2. Otot Oblik Superior
Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfenodi di
atas foramenoptik, berjalan menuju troklea dan dikatrol batik dan kemudian
berjalan di atas otot rektussuperior, yang kemudian berinsersi pada sklera dibagian
temporal belakang bola mata. Oblik superior dipersarafi saraf ke IV atau saraf
troklear yang keluar dari bagian dorsal susunansaraf pusat.
Mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea pada bola mata dengan
kerja utamaterjadi bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan search atau mata
melihat ke arch nasal.Berfungsi menggerakkan bola mata untuk depresi (primer)
terutama bila mata melihat kenasal, abduksi dan insiklotorsi. Oblik superior
merupakan otot penggerak mata yang terpanjang dan tertipis.
3. Otot Rektus Inferior

Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik
inferior dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada
persilangan denganoblik inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood.
Rektus inferior dipersarafi oleh n. IIIFungsi menggerakkan mata- depresi
(gerak primer)- eksoklotorsi (gerak sekunder)- aduksi (gerak sekunder)Rektus
inferior membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan.
4. Otot Rektus Lateral
Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah
foramen optik.Rektus lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan
menggerakkan mata terutamaabduksi.
5. Otot Rektus Medius
Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura
saraf optik yang sering memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan mata bila
terdapat neuritisretrobulbar, dan berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus
medius merupakan otot matayang paling tebal dengan tendon terpendek.
Menggerakkan mata untuk aduksi (gerak primer).
6. Otot Rektus Superior
Rektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita
superior beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada
pergerakkan bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7 mm
di belakang limbus dandipersarafi cabang superior N.III.
2.2 Definisi Katarak
2.3 Epidemiologi
2.4 Patofisiologi
Patogenesis katarak belum diketahui dengan pasti. Yang jelas, di lensa
yang mengalami katarak terdapat agregasi protein sehingga menghalangi
masuknya cahaya ke media optik mata. Perubahan protein juga dapat
menghasilkan kesalahan warna menjadi kuning ataupun coklat. Selain itu,
ditemukan adanya vesikel di antara serat-serat lensa atau pembesaran dan
perpindahan sel-sel epitel lensa. Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi
dalam pembentukan agregasi ini, yaitu kerusakan oleh radikal bebas, sinar

ultraviolet, dan juga malnutrisi. Reaksi-reaksi ini tidak dapat dikembalikan ke


bentuk semula, hanya dapat dicegah misalnya dengan karotenoid/lutein sebagai
antioksidan untuk melawan radikal bebas (Vaughan, 2005).
Berdasarkan keparahannya, katarak dibagi menjadi (Vaugan, 2005):

Katarak matur: seluruh bagian lensa menjadi opak

Katarak imatur: protein yang teragregasi transparan. Jika lensa ini


dimasuki/terkena air, penglihatan akan menjadi intumesen.

Katarak hipermatur: sel-sel korteks lensa mencair. Sel yang mencair ini
dapat keluar dari kapsul yang intak sehingga lensa mengkerut.

Katarak Morgagni: nukleus lensa pada katarak hipermatur terapung-apung


di dalam kapsul lensa.

2.5 Etiologi

2.6 Klasifikasi
Menurut Ilyas 2013, berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam:
2.6.1. Katarak Kongenital
Katarak congenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak congenital
merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat.
Katarak congenital digolongkan dalam katarak:

Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular


dan katarak Polaris.

Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang


mengenai korteks atau nucleus lensa saja.

Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai


kejadian primer atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin local atau
umum.
2.6.2. Katarak juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak
juvenile biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
Katarak juvenile biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun
metabolic dan penyakit lainnya seperti:

Katarak Metabolik
Katarak diabet dan galaktosemik (gula)
Katarak hipokalsemik (tetanik)
Katarak defisiensi gizi
Katarak

aminoasiduria

(termasuk

sindrom

Lowe

dan

homosistinuria)
Penyakit Wilson
Katarak berhubungan dengan kelainan metabolic lain.

Otot
Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)

Katarak Traumatika

Katarak Komplikata

2.6.3. Katarak Sensil


Katarak senile adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.

Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang
biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.
Pada katarak senile sebaiknya disingkirkan penyakit mata local dan
penyakit sistemik seperti diabetes mellitus yang dapat menimbulkan katarak
komplikata.
Katarak senile secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipient,
imatur, intumesen, matur, hipermatur, dan morgagni.

Katarak insipient. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:


kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal); Vakuol mulai terlihat di dalam
korteks; Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat
anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan
korteks berisi jaringan degenerative (benda Morgogni) pada katarak
insipient; kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena
indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa, bentuk ini
kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.

Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa


akibat lensa yang degenerative menyerap air. Masuknya air kedalam
celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan
mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal disbanding
dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi
pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan myopia
lentikuler. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa
akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang
memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada
lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat
bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotic bahan

lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat


menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.

Katarak matur. Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh


masa lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga
uji bayangan iris negative.

Katarak hipermatur. Katarak hipermatur, katarak yang mengalami


proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair.

2.7 Penatalaksanaan

Anda mungkin juga menyukai