Anda di halaman 1dari 6

Tugas Pengelolaan DAS

Nama : Chintia Dewi


NPM : 0606071273

Wilayah Aliran Kali Brantas

Gambaran Umum
Wilayah Sungai Brantas merupakan wilayah sungai strategis nasional dan menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat berdasarkan Permen PU No. 11A Tahun 2006. Luas
WS Kali Brantas adalah 14.103 km2 melintasi 15 Kab/Kota, terdiri dari 4 DAS yaitu:
1. DAS Kali Brantas seluas 11.988 km2, terdiri dari 6 Sub DAS, 32 Basin Block;
2. DAS Tengah seluas 596 km2, terdiri dari Kali Ngampo, Kali Tengah, danKali
Tumpak Nongko;
3. DAS Ringin Bandulan seluas 595 km2, terdiri dari Kali Klathak, Kali
Kedungbanteng, Kali Ngrejo, dan Kali Sidorejo;
4. DAS Kondang Merak seluas 924 km2, terdiri dari Kali Glidik dan Kali

Berikut adalah daftar bendungan besar di WS Brantas


Bendungan Wonorejo
Bendungan Wlingi
Bendungan Selore
Bendungan Karangkates/Sutami

Kali Brantas
Kali Brantas (sekitar 320 km) adalah sebuah sungai di Jawa Timur yang
merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. DAS Kali
Brantas seluas 11.988 km2, terdiri dari 6 Sub DAS, 32 Basin Block.
Kali Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu), lalu mengalir
ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Di Kabupaten
Mojokerto sungai ini bercabang dua manjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali
Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo). Sungai ini yang diduga kuat disebut
sebagai Ci Ronabaya dalam naskah Bujangga Manik.

Kali Brantas memiliki fungsi yang sangat penting bagi Jawa Timur mengingat
60% produksi padi berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran sungai ini.
Akibat pendangkalan dan debit air yang terus menurun sungai ini tidak bisa dilayari
lagi. Fungsinya kini beralih sebagai irigasi dan bahan baku air minum bagi sejumlah
kota disepanjang alirannya. Adanya beberapa gunung berapi yang aktif di bagian hulu
sungai, yaitu Gunung Kelud dan Gunung Semeru menyebabkan banyak material
vulkanik yang mengalir ke sungai ini. Hal ini menyebabkan tingkat sedimentasi
bendungan-bendungan yang ada di aliran sungai ini sangat tinggi.
a. Topografi
Wilayah aliran Kali Brantas berada di 0-500m yang meliputi hampir 83% dari luas
wilayah Jawa Timur. Curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun dengan total potensi air
permukaan sebesar 373,64 m3/detik atau 11.783,2 juta m3/tahun.
b. Geologi
Jenis batuan yang tersebar di wilayah aliran Kali Brantas adalah batuan alluvium.
Batuan ini sekitar 44,5% dari luas wilayah darat. Hal ini mengakibatkan wilayah ini
menjadi wilayah yang subur.
c. Sosial Ekonomi
Permasalahan
1. Penurunan dasar sungai Kali Brantas mulai dari Ploso sampai Mojokerto serta di
Kali Porong yang disebabkan penggalian pasir secara liar.
2. Kerusakan prasarana pengairan yang disebabkan antara lain oleh penggalian pasir
secara liar.
3. Sedimentasi waduk yang diakibatkan kerusakan pada daerah tangkapan hujan oleh
perambahan hutan, penebangan lindungan dan pola pertanian yang tidak sesuai.
4. Pencemaran air akibat pembuangan limbah yang melampaui daya dukung.
5. Pemukiman penduduk di daerah sempadan

Batas administrasi WS Kali Brantas meliputi 9 Kabupaten dan 6 Kota atau sebesar
26,5% dari wilayah Prop. Jatim

Jumlah penduduk
WS Kali Brantas tahun 2005 adalah sebesar 15.884.000 jiwa (43% Jawa Timur),
dengan pertumbuhan rata-rata 0,99 % dan kepadatan 1.272 jiwa/km2

Potensi Sumber Daya Air di Hutan Lindung Hulu DAS Brantas


Hutan lindung di wilayah KPH Malang ini berada pada ketinggian 1100 dpl,
saat ini sebagian kawasan hutan lindung berubah fungsi menjadi kawasan Tahura R
Soeryo yang merupakan salah satu hulu DAS Brantas. Hasil wawancara dengan tokoh
masyarakat desa Tulung Rejo yang sudah cukup lama bermukim bahwa sumber mata
air yang ada di kawasan hutan lindung sebanyak 69 titik dimana 43 titik belum
dimanfaatkan dan ada 16 titik berada pada petak-petak yang berbeda dan dibawah
pengawasan RPH Punten, volume air setiap titik berbeda-beda dengan kisaran antara
6 sampai 85 liter / detik. Setiap bulan tokoh tersebut memperoleh insentif dari
perusahaan pemakai air antara lain usaha peternakan dan perkebunan sebesar Rp 450
000 sebagai imbalan jasa telah menemukan titik sumber mata air. Lokasi sumber mata
air yang terdekat berjarak 2,5 km yaitu Sumber Rejeki / Watu Pecah dan yang terjauh
30 km adalah Sumber Singo dari pintu gerbang tempat persemaian RPH Punten.
Pemanfaatan sumber mata air di kawasan ini meliputi 3 Kecamatan yaitu Kec Bumi
Aji, Kec. Singosari dan Kec. Karang Ploso. dan 9 Desa yaitu Tulung Rejo, Sumber
Gondo, Bulu Kerto, Punten, Supiturang, Burograyang, Giri runo, Gandon dan
Morodadi. Awalnya pada tahun 1983 pemanfaatan air dari kawasan hutan untuk
masyarakat dilakukan secara swadaya yang dikoordinir oleh tokoh masyarakat
kemudian disalurkan dengan menggunakan bambu ke rumah-rumah penduduk secara
bergotong royong. Selanjutnya pada awal tahun 1990 pemanfaatan air berkembang
dengan sistim penyaluran air menggunakan pipa paralon 2- 5 inch, dimana untuk
biaya pemasangan pipa setiap warga dipungut biaya Rp 50 000 bagi warga yang
memelihara ternak dan Rp35 000 untuk warga biasa. Setiap bulan dipungut biaya
untuk pemeliharaan saluran air (jika ada yang bocor ) sebesar Rp 3 500 / KK sedang
untuk yang mempunyai ternak Rp 4000 termasuk untuk kas desa. Disamping swadaya
ada juga masyarakat yang memanfaatkan air dari HL dengan membuat saluran air
sendiri langsung dari sumbermata air dengan menggunakan bambu terutama bagi

mereka yang mempunyai sebidanglahan perkebunan di sekitar pekarangan misalnya


sayuran, apel.
Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Brantas
Pemanfaatan air permukaan bagi masyarakat umum dan lainnya (terutama
yang berada di wilayah hilir) baik yang bersumber langsung dari HL maupun dari
Kali Brantas dilakukan melalui prosedur dan proses perijinan berupa Surat Ijin
Pemanfaatan Mata Air ( SIPMA ). Surat ijin diterbitkan melalui Keputusan Dinas
Pekerjaan Umum Pengairan Propinsi Jawa Timur Nomor 1 tahun 2003. Surat ijin
pengambilan, pemanfaatan, pengambilan dan pemanfaatan air permukaan diterbitkan
oleh Dinas PU dan Pengairan setelah ada Rekomendasi Teknis (Rekomtek) dari
Kepala Balai Pengelolan Sumberdaya air Wilayah Sungai (BPSDAWS) setempat
apabila sumbersumber air berada di bawah kewenangan Pemerintah Propinsi, dan
Rekomendasi Teknis dari PERUM Jasa Tirta I apabila sumber air berada di wilayah
kerja Perusahaan Umum Jasa Tirta.
Aturan lain yang mengatur tentang pengelolaan sumberdaya air adalah
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 67/ PRT/ 1993 tentang Panitia Tata
Pengaturan Air Propinsi Daerah Tingkat I yang mengatur pembinaan tentang
pemilikan, penguasaan, pengelolaan ,penggunaan, pengusahaan dan pengawasan atas
air beserta sumbersumbernya termasuk kekayaan alam di dalamnya. Selanjutnya
aturan ini ditindaklanjuti dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa
Timur No 59 tahun 1994 tentang Pembentukan Panitia Tata Pengaturan Air Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Timur. Tugas dan fungsi pokok dari Dinas Pekerjaan Umum
dan Pengairan dituangkan dalam Perda Propinsi Jawa Timur No 23 tahun 2000.
Pengelolaan sumber daya air melibatkan beberapa instansi dimana masing-masing
mempunyai tugas pokok dan fungsi yang berbeda. Manajemen pengelolaan SDA
dapat berjalan dengan baik apabila masing-masing instansi terkait melaksanakan tugas
sesuai dengan fungsinya baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun dalam
monitoring dan evaluasi serta ada koordinasi yang baik diantara para stakeholder
Tugas pokok dari masing-masing instansi yang terkait dalam pemanfaatan dan
pengambilan air permukaan.

Anda mungkin juga menyukai