Anda di halaman 1dari 9

FISIOLOGI T3 & T4

I.

PENDAHULUAN
Sistem endokrin merupakan sistem dan organ yang memproduksi

hormon. Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran


keluar

(ductus

exkretorius).

Yang

termasuk

susunan

endokrin

ialah:

hipotalamus, kelenjar hipofisis (pituitaria), kelenjar pineal, kelenjar tiroid,


kelenjar paratiroid, kelenjar timus, pulau-pulau langerhans pankreas, korteks
dan medula anak ginjal, ovarium, testis dan sel endokrin di saluran cerna yang
disebut sel Amine Precursor uptake and Decarboxylation (sel APUD).
Hormon yang dihasilkan hipofise dapat bersifat tropik. Hormon ini
tidak langsung mempengaruhi sel-sel tubuh tapi mempengaruhi hormon
endokrin lain (target gland). Ilmu bedah endokrin adalah ilmu bedah yang
mempelajari pemeriksaan, diagnosis, teknik pembedahan, dan perawatan pasca
bedah kelenjar. Kelenjar tiroid merupakan salah satu organ dari sistem
endokrin.
Kelenjar tiroid berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolism di
berbagai jaringan agar optimal, merangsang konsumsi oksigen pada sebagian
besar sel ditubuh, mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting
untuk pertumbuhan dan pematangan normal.
Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid ( Thyroid Stimulating
Hormone = TSH = Tirotropin) dari hipofisis anterior. Kelenjar tiroid
merupakan

organ

terbesar

dari

sistem

endokrin.

Gangguan

organ

ini

memberikan manifestasi klinik tersering dibandingkan dengan organ lainnya


dari sistem endokrin.
II.

ANATOMI
Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang kecil, berbentuk seperti kupu-kupu

dan terletak di leher tepat di bawah jakun ( Adams Apple ), yaitu antara fasia
koli media dan fasia prevertebralis dengan banyak pembuluh darah. terdiri atas
dua lobus, terletak setinggi tulang vertebra servikal kelima sampai vertebra
torakalis pertama. Kelenjar tiroid dihubungkan oleh istmus yang menutupi
1

cincin trakea 2 dan 3. Setiap lobus tiroid yang berbentuk lonjong berukuran
panjang 2,5 4 cm, lebar 1,5 2 cm dan tebal 1 1,5 cm. Berat kelenjar
tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan yodium. Pada orang dewasa
beratnya bervariasi sekitar 25 30 gram (lebih berat pada wanita). Kelenjar
tiroid membesar saat menstruasi dan hamil.

Dibawah lapisan tengah dari fasia bagian dalam servikal, kelenjar tiroid
memiliki kapsul dalam yang sesungguhnya, yang tipis dan melekat erat pada
kelenjar. Kapsul ini membagi kelenjar tiroid menjadi lobus dan lobulus.
Lobulus terdiri dari folikel dengan epitel yang sederhana yang berisi koloid.
Folikel bervariasi dalam ukuran tergantung derajat keaktifannya dan mereka
dikelilingi oleh pleksus yang berisi kapiler yang menyusup, pembuluh limfe,
dan saraf simpatis.
Kelenjar tiroid terdiri dari dua tipe sel, yaitu sel principal (folikuler
tiroid) yang bertanggung jawab terhadap formasi dari koloid dan sel
parafolikuler (C-cell) yang menghasilkan hormon kalsitonin (bertanggung
jawab terhadap homeostasis kalsium).
Kelenjar tiroid dilapisi oleh fasia viseralis yang membagi lapisan tengah
dari fasia servikal bagian dalam yang melekat secara halus pada tulang
laryngeal. Ligamentum suspensorim anterior dimulai dari bagian superiormedial dari kelenjar tiroid yang melekat pada krikoid dan kartilago tiroid.
2

Bagian postero-medial dari kelenjar melekat pada samping dari


kartilago

krikoid,

cincin

trakea

pertama

dan

kedua

oleh

ligamentum

suspensorium posterior (ligamentum Berry). Melalui cara ini menuju laring,


nervus laringeal rekuren biasanya melewati ligamentum Berry atau antara
ligament utama dengan sisi lateralnya.
Lapisan-lapisan inilah yang bertanggung jawab pada pergerakan dari
kelenjar tiroid dan struktur yang berhubungan dengan proses menelan. Pada
setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar
kearah cranial, yang merupakan ciri khas kelenjar tiroid. Sifat inilah yang
digunakan di klinik untuk menentukan apakah suatu bentukan di leher
berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak.

Vaskularisasi dari kelenjar tiroid berasal dari 4 arteri yang utama,yaitu :

2 dari atas yaitu dari a. tiroidea superior kanan dan kiri, (cabang

a.karotis eksterna)
2 dari bawah yaitu a. tiroidea inferior kanan dan kiri (cabang
a.subclavia)
Sistem vena berasal dari plexus perifolikular terdiri atas:
3

III.

v. tiroidea superior
v.tiroidea media
v. tiroidea inferior
FISIOLOGI
Fungsi

utama

hormon

tiroid

adalah

mempertahankan

laju

metabolisme. Kelenjar tiroid termasuk salah satu alat tubuh yang


sensitif dan dapat bereaksi terhadap berbagai rangsang.
Pada masa pubertas, kehamilan, dan stress, kelenjar dapat
membesar dan berfungsi lebih aktif. Fungsi tiroid juga dipengaruhi oleh
hipofise. Yodium dari makanan dan minunan diabsorpsi oleh usus halus
bagian atas dan lambung dan kira-kira sepertiga hingga setengahnya
ditangkap oleh kelenjar tiroid, sisanya dikeluarkan melalui urin. Tiroid
mempunyai daya yang kuat untuk menarik yodida secara selektif,
kemudian dikonsentrasi.
Iodium yang ditangkap oleh sel tiroid akan diubah menjadi
hormon melalui 7 tahap yaitu: (1) tahap trapping, (2) tahap oksidasi, (3)
tahap coupling, (4) tahap penimbunan storage, (5) tahap deidonasi, (6)
tahap proteolisis, (7) tahap pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid.
Dalam

keadaan

fisiologik,

trapped

iodine

akan

dioksidasi

menjadi bentuk dengan valensi yang lebih tinggi. Yodium dengan cepat
terikat pada tirosin, membentuk MIT (mono-yodo-tirosin ) dan DIT ( diyodotirosin ). Dua DIT atau satu MIT dan satu DIT digabung dalam
reaksi

oksidatif

kedua

sehingga

terbentuk

Tiroksin

(T4)

dan

Triiodotironin (T3). Tetapi T3 juga dapat dibuat dengan jalan deiodinasi


thyroxin dalam jaringan non tiroid. Tiroksin dan Triiodotironin
disimpan dalam folikel tiroid sebagai tiroglobulin yang pada keadaan
fisiologik tidak termasuk dalam sirkulasi darah. Enzim proteolitik akan
menghidrolisis tiroglobulin menjadi MIT, DIT, T3, dan T4.
T4 yang beredar, diproduksi dan diseksresikan secara prime oleh
kelenjar tiroid, dan T3 , yang kebanyakan berasal dari perubahan T4
menjadi T3 di hati, diikat oleh protein plasma, sebagian besar ikatan
tersebut adalah tiroksin yang berikatan dengan globulin ( thyroxine
binding-globulin, TBG) dan sebagian kecil menjadi tiroksin yang
berikatan dengan prealbumin (thyroxine binding pre-albumin TBPA),
4

dan sebagian kecil lagi hormon yang dalam keadaan bebas inilah yang
secara fisiologis berperan penting, termasuk yang berfungsi dalam
proses umpan balik.
Pada kelenjar tiroid juga didapatkan sel parafolikuler, yang
menghasilkan kalsitonin. Kalsitonin adalah suatu polipeptida yang turut
mengatur metabolism kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum,
melalui pengaruhnya terhadap tulang.
T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodium yang
terkandung (tiga untuk T3 dan empat untuk T4 ). Sebagian besar (90%)
hormon tiroid yang dilepaskan ke dalam darah adalah T4, tetapi T3
secara fisiologis lebih bermakna. Baik T3 maupun T4 dibawa ke selsel
sasaran mereka oleh suatu protein plasma.
Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid Ada 7 tahap, yaitu:
1. Trapping
Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat
pada bagian basal sel folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap
berhubungan dengan pompa Na/K tetapi belum dalam keadaan aktif.
Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan membutuhkan ATP.
Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat mencapai 20100 kali kadar dalam serum darah. Pompa Na/K yang menjadi perantara
dalam transport aktif iodide ini dirangsang oleh TSH.
2. Oksidasi
Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodide
tersebut harus dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh
suatu enzim peroksidase. Bentuk aktif ini adalah iodium. Iodium ini
kemudian

akan

bergabung

dengan

residu

tirosin

membentuk

monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul tiroglobulin


(proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar
iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi kadar iodium intrasel
maka akan makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya makin
sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga
pembentukan T3 akan lebih banyak daripada T4.
3. Coupling
5

Dalam

molekul

tiroglobulin,

monoiodotirosin

(MIT)

dan

diiodotirosin (DIT) yang terbentuk dari proses iodinasi akan saling


bergandengan (coupling) sehingga akan membentuk triiodotironin (T3)
dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta tirosin dan iodium ini
disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul tirosin
yang terikat pada ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk
oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke dalam koloid melalui proses
eksositosis granula.
4. Penimbunan (storage)
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut
kemudian akan disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di
dalamnya mengandung T3 dan T4), baru akan dikeluarkan apabila ada
stimulasi TSH.
5. Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin.
Residu ini kemudian akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin
dan residu tirosin serta iodida. Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih
menghemat pemakaian iodium.
6. Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang
pembentukan vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas
pengaruh TSH, lisosom akan mendekati tetes koloid dan mengaktifkan
enzim protease yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi
MIT dan DIT.
7. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid ( releasing)
Proses

ini

dipengaruhi TSH.

Hormon

tiroid

ini

melewati

membrane basal dan kemudian ditangkap oleh protein pembawa yang


telah tersedia di sirkulasi darah yaitu Thyroid Binding Protein (TBP)
dan Thyroid Binding Pre Albumin (TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total
dan 0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3
dengan TBP kurang kuat daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan
normal kadar T3 dan T4 total menggambarkan kadar hormon bebas.
Namun dalam keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah.
Pada seorang lansia yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu
6

penyakit kronik cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas


karena jumlah protein pembawa yang meningkat. Sebaliknya pada
seorang lansia yang menderita pemyakit ginjal dan hati yang kronik
maka kadar protein binding akan berkurang sehingga kadar T3 dan T4
bebas akan meningkat.

Kontrol Faal Kelenjar Tiroid


1. TRH (thyrotrophin releasing hormone)
Hormon ini merupakan tripeptida yang telah dapat disintesis, dan
dibuat di hipotalamus. TRH ini melewati median eminence, tempat ia
disimpan dan kemudian dikeluarkan lewat system hipotalamohipofiseal
ke sel tirotrop hipofisis. Akibatnya TSH meningkat. Belum jelas apakah
ada short negative feedback TSH pada TRH ini. Meskipun tidak ikut
menstimulasi

keluarnya

prolaktin,

kadangkadang

juga

follicle
7

stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Apabila TSH


naik dengan sendirinya kelenjar tiroid terangsang menjadi hiperplasi
dan hiperfungsi.
2. TSH (thyroid stimulating hormone)
Suatu glikoprotein yang terbentuk oleh dua subunit (alfa dan
beta). Subunit alfa sama seperti hormone glikoprotein (TSH, LH, FSH
dan human chorionig gonadotropin/HCG) dan penting untuk kerja
hormon secara aktif, tetapi subunit beta adalah khusus untuk setiap
hormon. TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat teseptor di
permukaan

sel

tiroid

(TSH-receptor-TSH-R)

dan

terjadilah

efek

hormonal sebagai kenaikan traping, peningkatan yodinasi, coupling,


proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi hormon meningkat.
3. Umpan balik sekresi hormon
Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat
hipofisis. Khususnya hormon bebaslah yang berperan dan bukannya
hormone yang terikat. T3 di samping berefek pada hipofisis juga pada
tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipofisis
juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi
kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.
4. Pengaturan di tingkat kelenjar tiroid sendiri
Produksi hormon juga diatur oleh kadar yodium intra tiroid.
Gangguan yodinasi tirosin dengan pemberian yodium banyak disebut
fenomena wolf-chaikoff escape, yang terjadi karena mengurangnya
afinitas trap yodium sehingga kadar intra tiroid pun mengurang. Escape
ini terganggu pada penyakit tiroid imun.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta 1999: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
8

2. Sylvia, A. Lorraine, M. Patofisiologi : Konsep Klinis proses-proses


Penyakit, Jakarta 2006: Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta 2001: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
4. Putz,R.Atlas Anatomi Manusia Sobotta jilid 2. Jakarta 2007 : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
5. Swartz, Mark H. Buku Ajar Diagnostik Fisik: alih bahasa Lukmanto, Petrus
dkk. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai