KELAS A3 (A14)
ANGGOTA KELOMPOK 1:
Irsa Alfiani
131411131003
131411131021
Aviati Faradhika
131411131039
Diana Rachmawati
131411131060
131411131078
131411131096
Marissa Ulfah
131411133010
Savira Octaviana
131411133016
Fasilitator :
Ilya Krisnana, S.Kep. Ns., M.Kep.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa, yang telah
memberikan
rahmat,
taufik,
serta
hidayah-Nya
sehingga
kami
dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dengan dibuatnya
makalah ini sebagai syarat untuk mengikuti mata kuliah Keperawatan Respirasi I.
Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak dapat terlepas dari
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1) Ibu Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku fasilitator mata kuliah
Keperawatan Respirasi I;
2) teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan tugas makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi kami pada khususnya.
Kami menyadari masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun akan kami terima dengan
senang hati.
Penulis
NIM
131411131003
131411131021
131411131039
131411131060
131411131078
131411131096
131411133010
131411133016
TANDA TANGAN
Aspek yang
Dinilai
Kemampua
n penyajian
Kemampua
n berdiskusi
Bobot
40%
40%
Kriteria Penilaian
Soft skills
10%
Manajemen
10%
1.
Nama
Irsa Alfiani
Natalia Haris
NIM
131411131003
131411131021
Krisprimada
Aviati Faradhika
Diana Rachmawati
Soraya Salma Rahmadita
Desy Ratna Sari
Marissa Ulfah
Savira Octaviana
131411131039
131411131060
131411131078
131411131096
131411133010
131411133016
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
DAFTAR ISI
Halaman Sampul...............................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Lampiran 1. Lembar Pernyataan.......................................................................iii
Lampiran 2. Lembar Penilaian Makalah dan Presentasi Kelompok.................iv
Lampiran 3. Penilaian Presentasi Kelompok....................................................v
Daftar Isi...........................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................1
1.3 Manfaat..................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3
2.1 Pemeriksaan Sputum..............................................................................3
2.1.1 Pemeriksaan Makroskopi.............................................................3
2.1.2 Pemeriksaan Mikroskopi.............................................................5
2.1.2a Sediaan Natif....................................................................5
2.1.2b Sediaan Pulasan................................................................6
2.1.3 Penatalaksanaan Pengambilan Spesimen.....................................8
2.1.4 Metode SPS..................................................................................10
2.1.5 Peran Perawat dalam Pemeriksaan Sputum.................................11
2.2 Pemeriksaan Analisa Gas Darah............................................................12
2.2.1 Mengukur Oksigen dalam Darah.................................................13
2.2.2 Mengukur pH dalam Darah.........................................................13
2.2.3 Mengukur Karbon Dioksida dalam Darah...................................14
2.2.4 Mengukur Bikarbonat dalam Darah.............................................15
2.2.5 Menafsirkan Hasil Gas Darah Arteri............................................15
2.3 Pemeriksaan Radiologi..........................................................................19
2.3.1 Pemeriksaan Radiograf Dada.......................................................19
2.3.1a Prosedur............................................................................20
2.3.1b Perawatan Praprosedur.....................................................20
2.3.2 Pembacaan Radiologi Dada.........................................................20
2.3.3 Pemeriksaan Ultrasonografi.........................................................22
2.3.4 Computed Temograf (CT)............................................................26
2.3.5 Pemeriksaan Fluroskopi...............................................................26
2.3.5a Prosedur Pemeriksaan.......................................................26
2.3.6 Pemeriksaan Angiografi Pulmonal..............................................26
2.3.6a Prosedur............................................................................24
2.3.6b Perawatan peaposedur......................................................24
2.3.6c Perawatan Pascaprosedur..................................................24
2.3.7 Pemeriksan Endoskopi.................................................................24
2.3.8 Pemeriksaan Bronkoskopi...........................................................25
2.3.8a Perawatan Praposedur.......................................................25
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi
klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik atau bidang lain yang berkaitan
dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya
diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Selain
itu, laboratorium klinik dan kesehatan pun memilki klasifikasi tertentu sesuai
dengan kebutuhan masing-masing laboratorium (metode total Architecture
Syntsis, 2009).
Menurut Kep. Menkes No. 943/Menkes/SK/VIII/2002 yang dimaksud
dengan laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari
manusia atau bahan bukan berasal manusia untuk penentuan jenis penyakit,
kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan masyarakat. Sebagai bagian yang integral dari pelayanan
kesehatan, pelayanan laboratorium sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan
berbagai program dan upaya kesehatan, dan dimanfaatkan untuk keperluan
penegakan diagnosis, pemberian pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan
serta pengambilan keputusan lainnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui serta memahami tentang pemeriksaan laboratorium
dan penunjang yang berkaitan dengan sistem respirasi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan pemeriksaan sputum.
b. Menjelaskan pemeriksaan analisa gas darah.
c. Menjelaskan pemeriksaan radiologi.
d. Menjelaskan monitoring ETCO2..
1.3 Manfaat
a. Menjelaskan pemeriksaan sputum.
b. Menjelaskan pemeriksaan analisa gas darah.
c. Menjelaskan pemeriksaan radiologi.
d. Menjelaskan monitoring ETCO2..
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemeriksaan Sputum
Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui
mulut. Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian. (Dorland, 1992)
2.1.1
Pemeriksaan Makroskopi
Pemeriksaan makroskopi adalah pemerikasaan yang terpenting.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan sputum secara
makroskopi antara lain:
1. Banyaknya
Dalam keadaan sehat, orang tidak mengeluarkan sputum.
Jika ada, maka jumlahnya sangat sedikit. Banyaknya sputum
yang dikeluarkan dapat menunjukkan penyakit yang sedang
diderita dan stadium penyakit tersebut. Jumlah sputum yang
lebih dari 100 ml per 24 jam dapat ditemukan pada klien
dengan edema pulmonari, abses paru-paru, bronkitaksis,
tuberkulosis pulmonum lanjut dan pada abses yang pecah
menembus paru-paru.
2. Bau
Sputum harus diuji dalam keadaan segar. Sputum yang
dibiarkan terlalu lama dapat membusuk. Pada gangren, abses
pulmonal, tumor yang mengalami nekrosis, dan empyema
sputum segar dapat berbau busuk.
3. Warna
Warna pada sputum dapat berbeda-beda bergantung pada
stadium penyakit yang sedang diderita. Warna abu-abu atau
kuning biasanya disebabkan oleh pus dan sel epitel, merah
disebabkan oleh perdarahan, merah kecokelatan disebabkan
oleh darah tua dan biasanya didapatkan pada penderita
pneumonia lobaris dan gangrena, warna hitam disebabkan oleh
debu hitam yang masuk jalan pernapasan.
Jika ada warna merah oleh darah, perhatikan apakan darah
itu bercampur dengan dahak atau hanya melapisi secara tidak
merata pada bagian luarnya saja. Perhatikan pula apakah darah
Curschmann:
benang-benang
berulir,
diperlukan
1.
Pengecatan Gram
a. Metode pemeriksaan: Pemeriksaan sputum dengan
pengecatan Gram
b. Prinsip percobaan: Untuk melihat unsur dalam
sputum
secara
mikroskopis
perlu
dilakukan
Akuades 30 cc
Gram C, Alkohol 90%
Gram D, Safranin 1 gram, Alkohol 96%, Akuades
99 cc
f. Tata cara pemeriksaan:
Preparat tipis yang telah direkat, digenangi larutan
Gram selama 5 menit. Tanpa dicuci dimasukkan ke
dalam larutan Gram B selama 30 40 detik. Segera
cuci dengan air lalu memasukkan larutan gram C
sampai warnanya mulai luntur. Tepat pada waktu
luntur, masukkan ke dalam larutan gram D selama 5
menit. Cuci dengan air, biarkan kering, kemudian
diperiksa.
g. Tata cara pembacaan hasil:
Bakteri Gram positif berwarna ungu
Bakteri Gram negative berwarna merah
1. Gram positif (+):
3.
Streptococcus
Diplococcus
Staphylococcus
Mycobacterium tuberculose
2. Gram negatif (-):
Neisseria catharralis
Hemopylus influenza
Neissera gonorrhoe
Bacillus friedlander
Ziehl Neelsen
secara
mikroskopis
perlu
dilakukan
2.1.3
asam
Pelaksanaan Pengambilan Spesimen
1. Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal
tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama.
Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan
atau terapi selanjutnya. Berikan informasi dan instruksi berikut
pada klien:
analisis),
untuk
Metode SPS
yang
dibatukkan,
bila
ternyata
yang
menghakimi
dan
sensitive
terhadap
kemungkinan
10
klien
untuk
dalam
pengumpulan
spesimen.
2. Jelaskan tujuan pengumpulan spesimen dan prosedur pengambilan
spesimen. Klien mungkin cemas terhadap prosedur, terutama bila
dirasakan oleh klien sebagai gangguan atau klien takut terhadap
hasil pemeriksaan yang belum diketahuinya. Keterangan yang
jelas akan membuat klien mau bekerja sama dalam pengumpulan
spesimen. Dengan intruksi yang tepat, banyak klien yang mampu
mengumpulkan spesimen mereka sendiri, yang meningkatkan
kemandirian dan mengurangi atau menghindari rasa malu.
3. Gunakan prosedur yang benar untuk mendapatkan spesimen atau
pastikan klien atau staf mengikuti prosedur yang benar. Teknik
aseptik
digunakan
dalam
mengumpulkan
spesimen
untuk
relevan
pada
slip
permintaan
yang
ditujukan
ketika
dibutuhkan
informasi
yang
11
dapat
PaO2
diukur
dan
menggunakan
SaO2.
Seperti
AGD
yang
dengan
disebutkan
Asam ini dipecah menjadi karbon dioksida dan air oleh enzim yang
diproduksi di ginjal.
Asam nonvolatil ("tetap") adalah asam yang tidak dapat
berubah menjadi bentuk gas dan karena itu tidak dapat
diekskresikan oleh ginjal (proses metabolisme). Contoh asam
nonvolatile adalah asam laktat dan ketoacids.
Gangguan asam-basa dapat berupa gangguan pernapasan atau
metabolik. Kelebihan asam akan mengakibatkan asidemia. Jika
karbon dioksida dari asam volatil menumpuk, maka terjadi
asidosis. Jika asam nonvolatile menumpuk, maka terjadi asidosis
metabolik.
Alkalemia merupakan kehilangan terlalu banyak asam dari
serum. Jika terlalu banyak karbon dioksida yang hilang, hasilnya
adalah alkalosis pernapasan. Jika asam nonvolatile kurang dari
jumlah normal, maka akan mengakibatkan alkalosis metabolik.
Basa adalah zat yang dapat menerima ion hidrogen (H +). Basa
utama yang ditemukan dalam serum adalah bikarbonat (HCO3).
Jumlah bikarbonat yang tersedia dalam serum diatur oleh ginjal
(proses metabolisme). Jika terlalu sedikit bikarbonat dalam serum,
maka akan menyebabkan asidosis metabolik. Jika ada terlalu
banyak bikarbonat dalam serum, maka akan menyebabkan
alkalosis metabolik .
Kondisi
yang
menyebabkan
asidemia
atau
alkalemia
13
14
sekali
untuk
melakukan
hiperekstensi
gelembung udara.
e. Arteri brakialis atau radialis dilokalisasi dengan palpasi
dengan jari tengah dan jari telunjuk, dan titik maksimum
denyut ditemukan. Bersihkan tempat tersebut dengan
kapas alcohol.
f. Jarum dimasukkan dengan perlahan kedalam area yang
mempunyai pulsasi penuh. Ini akan paling mudah dengan
memasukkan jarum dan spuit kurang lebih 45-90 derajat
terhadap kulit.
15
2.2.6
16
Jika SaO2 kurang dari 93%, jumlah oksigen yang terikat pada
hemoglobin tidak memadai.
2. Mengevaluasi Status Asam-Basa.
a. Langkah pertama dalam mengevaluasi Status asam-basa
adalah pemeriksaan pH arteri. Jika pH kurang dari 7.35,
terjadi asidemia. Jika pH lebih besar dari 7.45, terjadi
alkalemia.
b. Langkah kedua dalam mengevaluasi status asam-basa adalah
pemeriksaan
PaCO2.
PaCO2
kurang
dari
35
mmHg
17
kateter
arteri
pulmonal
atau
selang
dada
dan
pada
saat
ekspirasi
kadang
dilakukan
untuk
Klavikula
Tulang iga
Mediastinum
Jantung
Keterangan
Dewasa
Struktur garis tengah, Deviasi dari garis tengh
seperti selang, tembus
diduga ada tegangan,
cahaya
ditemukan
pneumotoraks,
pada rongga anterior
atelektasis,
efusi
mediastinal
plerual, massa, atau
paru kolaps
Ada pada bagian atas Perubahan posisi atau
toraks dan jarak setara
patah
menunjukkan
sternum.
fraktur
Pembungkus
rongga Pelebaran
area
toraks
interkostal
menunjukkan
area
emfisema.
Malignan
atau
patah
mengindikasikan
fraktur sternum atau
iga
Area yang tampak Deviasi pada sisi yang
seperti
bayangan
laindapat mengindikasi
antara paru-paru yang
efusi pleural, fibrosis,
melebar hingga hilum
atau kolaps paru
Struktur tampak padat Penyimpangan
dengan tepi-tepi jelas
mengindikasikan
tampak pada rongga
atelektasis
atau
mediastinal anterior
tegangan
kiri,
jantung
pneumotoraks;
bila
seharusnya
kurang
jantung lebih besar dari
dari satu setengah
satu setengah lebar
19
Bronkus
Truktur
transparan,
seperti selang tampak
sekitar 2,5 cm dari
hilum
Hilum
Tampak
densitas Penyimpanan ke salah
bilateral, putih, kecil
satu sisi menunjukkan
di mana bronkus
atelektasis; bayangan
bergabung
dengan
menonjol
dapat
paru-paru; hilum kiri
mengindikasikan
seharusnya 2 3 cm
emfidema atau abses
lebih tinggi daripada
paru
hilum kanan
Bronkiolus
Biasanya tidak tampak
Bila
terlihat,
dapat
mengindikasikan
pneumonia bronkial
Luas
paru- Biasanya tidak benar- Bila
tampak,
paru
benar terlihat kecuali
mengindikaikan
area putih halus dari
atelektasis;
densitas
hilum; area ini harus
tidak
sempurna
jelas seperti jaringan
menunjukkan
paru normal disebut
pemulihan
dari
sabagai radiolucent;
pneumonia, silikosis,
tanda paru normal
atau fibrosis; selang
harus ada pada bagian
nasogasrik,
selang
perifer
arteri pulmonal, dan
selang
dada
akan
tampak bayangan dan
perhatikan posisinya
Diafragma
Tampak struktur bulat Peninggian
diafragma
pada dasar lapand
dapat mengindikasikan
paru; sisi kanan 1 2
adanya
pneumonia,
cm lebih tinggi dari
pleuritis, bronkitis akut,
kiri; sudut kostofrenik
atau
atelektasis;
harus jelas dan tajam
diafragma yang datar
mrnunjukkan PPOK,
20
peninggian unilateral
mengindikasikan
pneumotoraks
atau
infeksi paru; adanya
jaringan parut atau
cairan
menyebabkan
penumpulan pada sudut
kostofrenik; 300 500
ml dari cairan pleura
harus ada sebelum
terlihat penumpulan
2.3.3
Pemeriksaan Ultrasonografi
Dalam pemeriksaan ini terjadi emisi dan penetrasi gelombang suara
berfrekuensi tinggi. Pemeriksaan ini relatif tidak membahayakan.
Gelombang suara dipantulkan kembali dan diubah oleh suatu transduser
untuk menghasilkan image piktorial dari area yang sedang diperiksa.
Ultrasonografi toraks dapat memberikan informasi tentang efusi pleural
Prosedur
Media kontas disuntikkan ke dalam sistem vaskular
melalui kateter inwelling. Selama angiografi pulmonal, kateter
dimasukkan baik melalui perifer atau langsung ke dalam arteri
22
tindakan
laringoskopi
termasuk: (1) pasien dalam status puasa sampai refleks muntah pulih
(sekitar 2 jam), (2) periksa refleks muntah dengan menyentuh bagian
belakang lidah secara perlahan menggunakan bilah lidah, dan (3) jika
reflek muntah positif, beri klien sedikit air sebelum cairan atau makanan
2.3.8
memasukkan
23
reflek
batuk
dan
menghilangkan
ansietas.
pengukuran
yang
tidak
akurat.
Perawat
harus
2.4.1
Kapnografi
Kapnografi termasuk prosedur noninfasif lain yang mengukur
konsentasi karbon dioksida untk klien dengan ventilasi mekanik.
Jumlah karbon dioksida yang didapatkan dalam udara ekshalasi
(ETCO2) sangat berhubungan dengan tekanan parsial karbon dioksida
arteri (PaCO2) pada klien dengan fungsi pernapasan, kardiovaskular,
dan metabolik yang normal. Gradien normal PaCO 2 ETCO2 sekitar 5
mmHg. Dengan peningkatan PaCO2 pada hipovolemia, atau penurunan
pada hipovolemia, perubahan yang berkaitan akan terlihat pada
ETCO2. Kapnografi membutuhkan sampel kontinu udara ekshalasi.
Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan. Klien yang menjalani
kapnografi akan terpasang selang endotrakeal atau trakeostomi unuk
ventilasi mekanik atau penatalaksanaan jalan napas. Sensor akan
ditempelkan pada selang tersebut untuk mengukur ETCO2.
26
BAB 3
KESIMPULAN
Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik,
parasitologi klinik, imunologi klinik atau bidang lain yang berkaitan dengan
kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis
penyakit,
penyembuhan
penyakit
dan
pemulihan
kesehatan. Selain
itu,
laboratorium klinik dan kesehatan pun memilki klasifikasi tertentu sesuai dengan
kebutuhan masing-masing laboratorium.
Ada beberapa pemeriksaan laboratorium, diantaranya pemeriksaan sputum,
analisa gas darah, pemeriksaan radiologi, dan monitoring EtCO2.
Sebagai bagian yang integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan
laboratorium sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan berbagai program dan upaya
kesehatan, dan dimanfaatkan untuk keperluan penegakan diagnosis, pemberian
pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan serta pengambilan keputusan lainnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Morton, Patricia Gonce & Dorrie K. Fontaine. (2009). Critical Care Nursing: A
Holistic Approach (9th ed.). China: Lippincott Williams & Wilkins.
Gandasoebrata, R. (2008). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
Talbot, Laura A & Mary Mayers-Marquardt.(1997). Pengkajian Keperawatan
Kritis. Jakarta: EGC.
Asih, Nilum Gede Yasmin & Christantie Effendy. (2004). Keperawatan Medikal
Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: EGC.
28