Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN INFEKSI VIRUS PADA KULIT:

VARISELA

1. Definisi

Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal
dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chickenpox..

Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan
oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah
yang kemudian mengandung cairan.

Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan
selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi akut prime
yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox
(Kapita Selekta, 2000).

2. Klasifikasi

1. Varisela Kongenital
Varisela kongenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial artrofi
eksremitas serta kelainan mata dan susunan saraf pusat. Sering terjadi ensephalitis
sehingga menyebabkan kerusakan neuropatik. Resiko terjadinya varisela kongenital
sangat rendah. Walaupun pada kehamilan trimeseter pertama ibu menderita varisela.
Varisela pada kehamilan paruh kedua, jarang sekali menyebabkan kematian bayi pada
saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin.

2. Varisela Neonatal
Terjadi bila varisela maternal antara lima hari sebelum sampai dua hari setelah
kelahiran, kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan menderita varisela neonatal.
Sebelum penggunaan varisela-zooster immuneglobulin kematian varisela neonatal
sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam lima hari pertama
sejak lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat antibodi dari ibunya.
Nenotaus dapat pula dapat tertular dari anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus
yang terlahir dalam masa resiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIg pada saat lahir
atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam masa dua hari setelah lahir. Varisela

1
neonatal biasanya timbul dalam lima sampai sepuluh hari walaupun telah diberi VZIg,
bila terjadi varisela progresif (ensephalitis, pneumonia varisela, diatessis pendarahan)
harus diobati dengan asiklovir IV. Bayi yang terpajan dengan varisela maternal dalam
dua bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk memberikan
antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila terpajan varisela maternal.

3. Etiologi

VZV merupakan famili human (alpha) Herpesvirus. Dinamakan Varicella-zoster


virus (VZV) karena memiliki 2 penyakit yang berbeda, varicella dan zoster. Infeksi
utama VZV menyebabkan varicella, biasanya mengarah ke chickenpox. Setelah infeksi
utama, VZV terbentuk di dorsal akar saraf ganglion dan dapat reaktif, biasanya bertahun-
tahun kemudian, menyebabkan herpes zoster, juga disebut sebagai shingles.

4. Patofisiologi
Menyebar hematogen virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di
sekitar neuron pada ganglion akar dorsal sumsum tulang belakang. Dari sini virus bisa
kembali menimbulkan gejala dalam bentuk herpeszoster. Sekitar 250- 500 benjolan
akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh tidak terkecuali pada muka, kulit
kepala, mulut bagian dalam, mata, termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun
dalam waktu kurang dari seminggu, lesi tersebut akan mongering dan bersamaan
dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1-3 minggu bekas pada kulit yang mongering
akan terlepas.
Virus varicella zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu
orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin
penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang
terinfeksi. Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian
tubuh melalui kelenjar getah bening. Setelah melewati prosesperiode 14 hari virus ini
akan menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyait ini
dialami pada masa kana-kanak. Sebab seringkali orang tua membiarkan anak-
anaknya terkena cacar air lebih dini.Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ;
dinegara-negara bermusim empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun.
Pada anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat. Namun di negara-
negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan orang dewasa yang
terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatasusia 15 tahun.

2
Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dandewasa, gejala varisela
semakin bertambah berat.

Gejalanya mulai timbul 10-21 hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak yang
usianya berkisar 10 tahun gejala pertamanya adalah sakit kepala, demam sedang, dan
rasa tidak enak di badan.Gejala tersebut tidak ditemukan pada anak-anak di bawah
usia 10 tahun dan akan menjadi gejala yang berat jika menyerang anak yang lebih
dewasa. 24-36 jam pertama setelah timbulnya gejala awal, muncul ruam di badan dan
kemudian tersebar ke wajah, tangan, dan kaki. Selain itu ruam juga akan muncul di
selaput mukosa seperti di bagian dalam mulut atau vagina. Ruam yang awalnya
berbentuk bintik bintik merah datar (makula), akan menjadi bintik-bintik menonjol
(papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel), yang terasa gatal, dan pada
akhirnya mengering. Proses ini memakan waktu 6-8 jam, selanjutnya akan terbentuk
bintik-bintik dan lepuhan baru. Pada hari kelima biasanya tidak terbentuk lepuhan
baru, seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam, dan akan menghilang dalam
waktu kurang dari 20 hari.

5. Manifestasi Klinis

Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh. Pusing, demam dan kadang
kadang diiringi batuk. Dalam 24 jam timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi
(mirip kulit yang terangkat karena terbakar). Terakhir menjadi benjolan benjolan kecil
berisi cairan. Sebelum munculnya erupsi pada kulit, penderita biasanya mengeluhkan
adanya rasa tidak enak badan, lesu, tidak nafsu makan, dan sakit kepala. Satu atau dua
hari kemudian muncul erupsi kulit yang khas. Munculnya erupsi pada kulit diawali
dengan bintik-bintik berwarna kemerahan (makula), yang kemudian berubah menjadi
papula (penonjolan kecil pada kulit), papula kemudian berubah menjadi vesikel
(gelembung kecil berisi cairan jernih) dan akhirnya cairan dalam gelembung tersebut
menjadi keruh (pustula). Bila tidak terjadiinfeksi, biasanya pustel akan mengering tanpa
meninggalkan abses.

Masa inkubasi Varicella bervariasi antara 1021 hari, rata-rata 1014 hari.
Penyebaran varicella terutama secara langsung melalui udara dengan
perantaraan percikan liur [ CITATION Ram08 \l 1057 ]

3
6. Komplikasi

Pada penderita yang memiliki kekebalan tubuh lemah, infeksi ini bisa berlangsung
lama dan gejala yang diperlihatkan lebih berat daripada orang dengan kekebalan tubuh
biasa. Demikian juga, apabila penanganan infeksi ini tidak dilakukan dengan seksama,
komplikasi bisa terjadi. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi antara lain:

1. Lesi kulit menjadi berdarah

2. Peradangan selaput otak

3. Peradangan selaput paru-paru

4. Peradangan sendi, otot, dan tulang

5. Munculnya infeksi sekunder misalnya infeksi bakteri dan parasit lainnya [ CITATION
AKh17 \l 1057 ].

4
Percikan ludah/bersin
penderita varisela
WOC Varicella
Masuk melalui paru-
paru

Infeksi virus Varicella Kontak dengan kulit


zoster penderita varisela
Glumerulonefritis Hepatitis

VARISELA Tubuh memiliki Menekan


kekebalan akar saraf
Ginjal Hati
Tersebar melalui KGB ke
Kuman dorman di saraf Penurunan
seluruh tubuh
sensorik sensori kulit

Otak Paru Jantung Berkembang biak di sel


Suatu saat dorman
retikulo endothelial
teraktivasi
Ensefalitis Karditis
Menyebar melalui
Herpes Zoster
Pneumolitis pembuluh darah

Infeksi merangsang Menyebar pesat ke


Metabolisme akumulasi monosit, jaringan kulit
meningkat makrofag, sel T helper,
dan fibroblas
Terbentuk makula
Cadangan energi
menurun Menggigil,
meningkatkan suhu Papula
tubuh basal
Menyebar ke perifer
menuju ekstremitas, 5
Vesikel
wajah, mulut bagian
dalam, kulit kepala, dan
Meninggalkan
MK: Gangguan bekas
bagian tubuh yang
Lesicitra
menjadi lain
krusta Pustula
hitam
tubuh
MK: Intoleransi
aktivitas
MK: Hipertermi

Terbentuk lesi yang


bermula pada bagian Kerusakan sel
tengah tubuh

Pelepasan mediator
Terjadi ulkus pada Menyebar ke perifer menuju nyeri (histamin,
bagian dalam ekstremitas, wajah, mulut bagian bradikinin, Penumpukan
dalam, kulit kepala, mata. prostaglandin, histamin
serotonin)

Kehilangan nafsu makan Lesi menjadi krusta Gatal


Merangsang
nosireseeptor
Anoreksia Krusta mengelupas Respons
menggaruk
Otak
Penurunan berat Meninggalkan bekas
badan hitam Timbul
Persepsi nyeri luka

MK: MK: Gangguan


Ketidaakseimbangan citra tubuh Port de entry
MK: Nyeri akut
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
MK: Risiko
infeksi

6
MK:
Gangguan rasa
nyaman
7. Asuhan Keperawatan Kasus

Tn A , 20 tahun datang ke poli kulit rumah sakit. Ia mengeluhkan badannya terasa


demam seperti akan flu, karena menyangka akan flu akhirnya ia meminum obat flu untuk
menyembuhkan flunya tersebut. Namun setelah beberapa hari di area sekitar tubuhnya
muncul ruam yang berisi air, pertama kali muncul adit mengira bahwa ia terkena alergi,
tetapi setelah dibiarkan beberapa hari ruam yang muncul diarea sekitar tubuh semakin
bertambah banyak, ruam tersebut berwarna merah, berisi air, dan ketika dipegang terasa
nyeri. Setelah beberapa hari badannya mengalami demam tinggi dan ruam yang muncul
semakin bertambah banyak, ruam tersebut muncul di area tubuh,wajah, leher, tangan,
dan kepala.
Pengkajian
Nama : TnA
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Alamat : Jombang

Keluhan utama
Klien mengeluh badanya terasa demam seperti akan flu dan terdapat ruam yang berisi air
disekitar tubuhnya.

Riwayat penyakit sekarang


Saat ini klien merasa badanya terasa panas seperti akan flu dan terdapat ruam merah pada
bagian tubuhnya dan tersa nyeri apabila di pegang. Sebelumnya klien belum pernah
periksa kesehatan ke pusat kesehatan. Klien mengonsumsi obat dari warung berupa obat
flu karena klien menyangka dirinya akan terkena flu.

7
Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit kulit sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga


Sebelumnya tetengga dari klien pernah mengalami penyakit cacar air dan klien sering
berkunjung ke tetangganya saat cacarnya sudah mulai kering. Tidak ada anggota
keluarganya yang mengalami keluhan sama seperti dia.

Riwayat psikososial
Dengan keadaannya sekarang klien merasa malu karena bagian dari tubuhnya terdapar
ruam yang berisi air terutama klien mengeluhkan bagian dari wajahnya yang banyak
terdapat ruam.

Kebiasaan sehari-hari
Klien mengaku jarang memakan sayur-sayuran namun lebih suka memakan makanan
instan. Klien adalah seorang petani yang aktivitas sehari-harinya bekerja di sawah.

Pemeriksaan fisik
Terdapat lesi dan ruam pada kulit dan peningkatan suhu tubuh atau demam serta terdapat
perubahan tanda-tanda vital. Pada pengkajian kulit di temukan adanya vesikel-
vesikel yang nyeri pada saat di pegang. Ketika di palpasi terdapat tonjolan yang tidak
rata dengan permukaan kulit.

Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (mis tekanan,
koyakan, friksi)
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.
5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.

Intervensi Keperawatan

8
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1 Hipertermi Setelah dilakukan1. Observasi TTV: TTV merupakan
berhubungan tindakan suhu, nadi, tekanan
acuan untuk
dengan penyakit keperawatan darah, pernapasan
mengetahui keadaan
selama 1 x 24 jam2. Berikan penjelasan
umum pasien
menujukan tentang penyebab
keterlibatan
temperatur dalan demam atau
keluarga sangat berarti
batas peningkatan suhu
dalam proses
tubuh
penyembuhan pasien di
3. Beri kompres
rumah sakit
hangat di daerah
ketiak dan dahi
kompres hangat

memberikan efek
vasodilatasi pembuluh
darah sehingga dapat
4. Anjurkan klien meningkatkan
untuk istirahat di pengeluaran panas
tempat tidur / tirah tubuh melalui pori-pori
baring mencegah

terjadinya peningkatan
5. Anjurkan untuk
metabolisme tubuh dan
menggunakan
membantu proses
pakaian yang tipis
penyembuhan
dan menyerap
pakaian yang tipis
keringat
6. Monitor dan catat akan membantu

intake dan output mengurangi penguapan


dan berikan cairan tubuh
intravena sesuai
program medic
7. Kolaborasi dengan peningkatan intake

dokter dalam cairan perlu untuk

9
pemberian obat mencegah dehidrasi
antipiretik

antipiretik

berfungsi dalam
menurunkan suhu
tubuh
2 Kerusakan Setelah dilakukan1. Terapkan prinsip prinsip
integritas tindakan pencegahan luka
pencegahan luka
jaringan keperawatan dekubitus.
dekubitus, meliputi
berhubungan selama 2 x 24 jam
mengurangi atau
dengan faktor mencapai
merotasi tekanan dari
mekanik (mis penyembuhan 2. Atur posis pasien
jaringan lunak.
tekanan, tepat waktu dan senyaman mungkinn
meminimalkan
koyakan, friksi) adanya regenerasi
terjadinya jaringan
jaringan 3. Balut luka dengan
yang terkena dekubitus
balutan yang
luka yang lembab
mempertahankan
kelembaban dapat mempercepat
lingkungan diatas kesembuhan.
dasar luka.

3 Gangguan citra Setelah dilakukan1. Bantu memanfaatkan


tubuh tindakan memaksimalkan
kemampuan dapat
berhubungan keperawatan kemampuan yang
menutupi kekurangan.
dengan luka pada selama 1 x 24 dimiliki pasien saat
kulit jam pasien dapat ini.
menerima keadaan2. Eksplorasi aktivitas
memfasilitasi
tubuhnya baru yang dapat
dengan memanfaatkan
dilakukan.
keletihan.

4 Kurang Setelah dilakukan1. Jelaskan kembali Memberikan


pengetahuan tindakan mengenai
kesempatan

10
tentang kondisi keperawatan patofisiologi / mengklarifikasi
dan kebutuhan selama 1 x 24 prognosis penyakit kesalahan persepsi dan
pengobatan jam terjadiadanya keadaan penyakit yang
pemahaman ada sesuai dengan yang
kondisi dan ditangani
kebutuhan Tidak ada
pengobatan 2. Tinjau kembali
pemahaman terhadap
obat-obat yang
obat-obatan yang dapat
didapat
merupakan penyebab
kecemasan keluarga

5 Resiko tinggi Setelah dilakukan1. Tekankan mencegah


terjadi infeksi tindakan pentingnya teknik
kontaminasi silang,
berhubungan keperawatan cuci tangan yang
menurunkan resiko
dengan selama 1 x 24 jam baik untuk semua
infeksi
kerusakan di individu yang
jaringan kulit harapkan mencapa datang kontak
i penyembuhan dengan pasien.
mencegah
luka tepat waktu2. Gunakan skort,
masuknya organisme
dan tidak demam sarung tangan,
infeksius
masker dan teknik
aseptic, selama
mencegah
perawatan kulit.
3. Awasi atau batasi kontaminasi silang dari
pengunjung bila pengunjung.
perlu. rambut merupakan
4. Cukur atau ikat
media yang baik untuk
rambut di sekitar
pertumbuhan bakteri.
daerah yang terdapat
erupsi.
meningkatkan
5. Bersihkan jaringan
nekrotik / yang penyembuhan.
lepas (termasuk

11
pecahnya lepuh) Indikator
6. Awasi tanda vital
terjadinya infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Alberta Health, Public Health Notifiable Disease Management Guidelines. November 2014.
Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta: EGC.
Elzouki, Abdelaziz Y. 2012. Textbook of Clinical Pediatrics Second Edition. London:
Springer.
Khrisna, A. (2017). Infeksi dan Kehamilan: Seri Buku Kesehatan Informasi Medika. Jakarta:
Informasi Medika.

Lubis, Ramona D. 2008. Makalah Varicella dan Herpes Zoster. Univeritas Sumatera Utara.
Rampengan. (2008). Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan:
Jakarta: Salemba Medika.

12
13
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN INFEKSI VIRUS PADA KULIT:
HERPES

1. Definisi
Herpes zoster adalah penyakit virus yang ditandai dengan ruam kulit yang nyeri
dengan gelembung berisi cairan di daerah yang terbatas padasatu sisi tubuh, sering
berada dalam sebuah garis. Infeksi awal dengan virus varicella zoster (VZV)
menyebabkan penyakit akut (jangka pendek) yaitu cacar air yang umumnya terjadi pada
anak-anak dan orang muda. Setelah episode cacar air sembuh, virus ini tidak hilang
seluruhnya dari tubuh tetapi dapat menyebabkan penyakit herpes zoster yaitu penyakit
dengan gejala yang sangat berbeda beberapa tahun setelah infeksi awal. (Handoko, 2005)

Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan virus herpes simpleks (virus
heper hominis) tipe I atau tipe II ditandai oleh vesikel berkelompok di atas kulit yang
sembab dan eritematosa daerah mukokutan,sedangkan infeksi dapat berlangsung primer
maupun rekurens. (Handoko, 2010)

2. Etiologi
a.) Herpes Zoster (Shingles)
Chickenpox (varisella) dan herpes zoster keduanya disebabkan oleh virus varicella
zoster. Shingles merupakan distorsi dari nama latin cingulum yang berarti korset.
Sebagai kelanjutan dari serangan varicella, virus yang tertinggal di bagian dorsal dari
akar ganglia dorman sampai suatu stimulus menyebabkan reaktivasi dan
menyebabkan herpes zoster. Usia pertengahan dan usia lanjut adalah yang paling
sering terkena, walau kadang-kadang bisa timbul sewaktu kanak-kanak. Keadaan ini
lebih sering terjadi pada orang-orang dengan imunosupresi. Herpes zoster biasanya
mengenai satu dermatom, dimana yang paling sering biasanya adalah padadada dan
perut. Timbulnya erupsi mungkin didahului oleh rasa nyeri di daerah dermatom, di
mana hal ini bisa menyebabkan terjadinya kesalahan diagnosis sebagai kelainan di
bagian dalam. Lesi berupa sederetan kelompok vesikel unilateral dengan dasar kulit
yang eritematosa. Isi vesikel pada mulanya jernih, kemudian menjadi keruh. Bisa
berupa vesikel-vesikel yang menyebar menjauhi bagian tengah tubuh dan pada usia
lanjut cenderung lebih banyak. Selain itu, vesikel yang menyebar luas (zoster
desiminata) juga terdapat pada orang-orang dengan imunosupresi, dan pada keadaan
ini sebaiknya segera dilakukan penelususan lebih lanjut terhadap pasien. Sesudah
beberapa hari vesikel mongering dan membentuk krusta dimana pada kebanyakan

14
kasus erupsi hilang dalam 2 minggu. Pada pasien usia lanjut penyakit ini bisa
berkembang menjadi parah, sehingga perlu waktu yang jauh lebih lama untuk
sembuh. Bahkan pada kasus-kasus yan lebih ringan biasanya meninggalkan beberapa
jaringan parut. Keadaan yang paling mengganggu pada herpes zoster adalah adanya
rasa nyeri yang persisten walau lesi sudah hilang (postherpetic neuralgia). Gangguan
ini bisa hebat, dan terutama bisa menimbulkan kesusahan pada orang-orang yang
berusia lanjut.

b.) Herpes Simpleks


Herpes simpleks disebabkan oleh herpes virus hominis (HSV). Berdasarkan
antigennya ada dua tipe yaitu tipe I merupakan tipe klasik yang berhubungan dengan
yang biasa dikenal sebagai sariawan (coldsore/somatitis) dan tipe 2 berhubungan
dengan herpes genitalis. Tetapi keduanya tidak mempunyai batas yang jelas, dan lesi
yang timbul dimanapun bisa disebabkan oleh salah satu tipe antigen tersebut.
Kemudian sangat ringan sehingga tidak diperhatikan. Kadanga-kadang bisa timbul
suatu gingivostomatisis herpetik primer yang hebat, dengan erosi yang terasa nyeri
pada mukosa dan bibir. Herpes simpleks primer pada kulit bisa juga terjadi , dan pada
eksema atopic bisa menjadi sangat hebat dan bahkan bisa mengancam jiwa. Herpes
genitalis bisa disebabkan oleh transmisi seksual HSV tipe 2 atau transmisi urogenital
hsv tipe I. Kontak fisik saat olahraga merupakan cara lain dari transmisi HSV.
Sesudah terjadinya infeksi primer, virus akan berdiam pada ganglia sensoris. Hal ini
bisa menimbulkan lesi yang sering kambuh karena dipicu oleh berbagai stimuli. Pada
orang-orang dengan imunosupresi akibat dilakukannya transplantasi organ atau yang
berkaitan dengan HIV, herpes simpleks secara klinis bisa menjadi atipik dan
berlangsung lama.

c.) Herpes Genitalia


Herpes genital adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang
disebabkan virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) atau Tipe 2 (HSV-2). Penularan
infeksi lebih sering terjadi dari laki-laki ke pasangan wanitanya, dibanding dari wanita
ke pasangan laki-laki. Karenanya, infeksi HSV-2 lebih sering ditemukan pada wanita.
Herpes genital dapat terjadi dari satu orang ke orang lain saat melakukan hubungan
seks (vagina, anal, dan oral). Herpes genital bisa dikenali dengan kemunculan luka
melepuh berwarna kemerahan dan terasa sakit di sekitar area kelamin. Luka ini bisa
pecah dan menjadi luka terbuka.

15
Herpes genital dapat menimbulkan luka atau menembus kulit maupun maupun
mukosa(lapisan vagina, dan rektumi). Luka pada kelamin yang disebabkan oleh
herpes sifatnya rentan dan mudah berdarah. Bila terjadi kontak dengan vagina atau
rekum saat berhubungan seks, maka risiko penularan HIV meningkat.
Bila seseorang dengan herpes genital menyentuh luka atau cairan dari luka,
mereka dapat memindahkan virus herpes ke bagian tubuh lainnya. Beberapa orang
dengan herpes genital memikirkan dampak penyakitnya terhadap kesehatan,
kehidupan seksual dan hubungan dengan pasangannya.

d.) Herpes Oftalmikus

Herpes zoster oftalmikus adalah infeksi virus herpes zoster yang menyerang bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus saraf
trigeminus (N.V) yang ditandai dengan erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Insidensi herpers zoster terjadi pada 20 % populasi dunia dan 10 % diantaranya
adalah herpes zoster oftalmikus. Insidensi herpers zoster terjadi pada 20 % populasi
dunia dan 10 % diantaranya adalah herpes zoster oftalmikus

3. Patofisiologi

a.) Herpes Simpleks

16
Infeksi virus herpes simpleks adalah infeksi virusl umum yang cenderung
kambuh berulang kali. ada dua jenis herpes simpleks: yang disebabkan oleh tipe 1
virus (HSV-1), yang terjadi di atas pinggang dan menyebabkan kulit melepuh,
demam, atau dingin sakit, sedangkanyang disebabkan oleh tipe 2 virus (HSV2),terjadi
di bawah pinggang dan menyebabkan herpes genital.
Infeksi primer terjadi melalui kontak langsung, droplet pernapasan, atau paparan
cairan dari orang lain yang terinfeksi. setelah infeksi awal, virus tertidur di ganglia
saraf dekat tulang belakang, di mana sistem kekebalan tubuh tidak dapat
menghancurkannya. Saat ini pasien asimtomatik.
Kambuhnya gejala infeksi dapat terjadi secara spontan atau mungkin dipicu oleh
stres seperti demam, kulit terbakar, sakit, menstruasi, kelelahan, atau cedera. Lesi
sekunder dapat muncul berkelompok dapat juga sebagai vesikel kecil atau pustula
pada dasar eritematosa. Kerak akhirnya membentuk, dan lesi sembuh dalam waktu
sekitar 1 minggu. Lesi menular selama 2 sampai 4 hari sebelum bentuk kerak kering.

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis herpes antara lain:

1. Kelainan dasar, timbul bercak kulit mengelompok kecil-kecil melepuh dengan


dasar kulit kemerahan (eritematous) yang nyeri.

17
2. Lesi herpes timbul pada bibir, sekitar mulut, kulit wajah, daerah kelamin, kulit
pinggul, dan daerah sekitar mata.

3. Lesi kulit daerah kelamin sering menjadi masalah pada penyakit kelamin.

4. Lesi pada kornea mata merupakan jenis penyakit herpes yang berat.

5. Kejadian infeksi virus herpes dirangsang oleh beberapa faktor (triger factor)
seperti:

a. Demam

b. Terik matahari

c. Trauma (misalnya pinggiran gigi yang tajam, melukai pinggiran gusi dan
bibir).

d. Ovulasi

e. Kecapaian habis bersenggama

f. Gangguan saluran cerna

5. Komplikasi
a.) Herpes Zoster

Herpes zoster adalah penyakit virus yang ditandai dengan ruam kulit yang nyeri
dengan gelembung berisi cairan di daerah yang terbatas padasatu sisi tubuh, sering
berada dalam sebuah garis. Infeksi awal dengan virus varicella zoster (VZV)
menyebabkan penyakit akut (jangka pendek) yaitu cacar air yang umumnya terjadi
pada anak-anak dan orang muda. Setelah episode cacar air sembuh, virus ini tidak
hilang seluruhnya dari tubuh tetapi dapat menyebabkan penyakit herpes zoster yaitu
penyakit dengan gejala yang sangat berbeda beberapa tahun setelah infeksi awal.
(Handoko, 2005)

Komplikasi

1. Neuralgia Pasca Herpes Zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic
(singkat dan tidak terus-menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di
dermatom yang terkena setelah erupsi.

18
2. Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu
bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan
menghilang spontan setelah 16 bulan
3. Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan
hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
4. Komplikasi mata, antara lain: keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma sekunder,
ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata.
5. Herpes zoster diseminata/generalisata
6. Komplikasi sitemik, antara lain: endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf
motorik, progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral
granulomatosa disertai hemiplegi (2 terkahir ini merupakan komplikasi herpes zoster
optalmik).
b.) Herpes Simplex

Infeksi akut yang disebabkan virus herpes simpleks (virus heper hominis) tipe I atau
tipe II ditandai oleh vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa
daerah mukokutan,sedangkan infeksi dapat berlangsung primer maupun rekurens.
(Handoko, 2010)

Komplikasi

1. Ensefalitis: meupakan kasus fatal sekitar 60-80%.


2. HSV dapat muncul sebagai penyakit menular seperti pneumonia, colitis, atau
esofagitis pada pasien AIDS.
3. Infeksi primer atau rekuren selama hamil dapat menimbulkan infeksi kongenital
janin dan bayi baru lahir.
4. Komplikasi herpes simpleks genitalis dapat berupa perluasan lesi lokal dan
penyebaran virus ke lokasi ekstragenital, susunan saraf pusat dan bahkan bisa juga
terjadi superinfeksi jamur.
5. Impotensia pada pria
6. Gingivostomatiti (peradangan pada gusi dan mukosa mulut) sampai
keratokonjungtivitis (peradangan pada kornea dan konjungtiva)
7. Penyakit genital, dan infeksi pada bayi baru lahir, abortus, eritema nodusa.
8. Herpes simplek menjadi penginfeksi yang laten pada sel saraf, dan umumnya terjadi
rekurensi (kekambuhan).
c.) Herpes Oftalmik

Herpes zoster oftalmikus adalah infeksi virus herpes zoster yang menyerang bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus saraf
trigeminus (N.V) yang ditandai dengan erupsi herpetik unilateral pada kulit.

19
Siregar RS.Penyakit Virus. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC, 2005;84-7.

Komplikasi

1. Myelitis. Merupakan komplikasi di luar mata. Demikian juga encephalitis dan


hemiplegi walaupun jarang ditemukan tetapi pernah dilaporkan. Hal ini diperkirakan
karena penjalaran virus ke otak.
2. Konjungtiva. Pada mata komplikasi yang dapat timbul adalah kemosis yang ada
hubungannya dengan pembengkakan palpebra. Pada saat ini biasanya disertai
dengan penurunan sensibilitas kornea dan kadang-kadang edema kornea yang
ringan. Dapat juga timbul vesikel-vesikel di konjunctiva tetapi jarang terjadi
ulserasi. Pernah dilaporkan adanya kanaliculitis yang ada hubungannya dengan
zoster.
3. Kornea. Bila kornea terkena maka akan timbul infiltrat yang berbentuk tidak khas
dengan batas yang tidak tegas, tetapi kadang-kadang infiltratnya dapat menyerupai
herpes simplex. Proses yang terjadi pada dasamya berupa keratitis profunda yang
bersifat kronis dan dapat bertahan beberapa minggu setelah kelainan kulit sembuh.
Akibat kekeruhan comea yang terjadi maka visus akan menurun.
4. Iris. Adanya lesi di ujung hidung sangat penting untuk diperhatikan karena
kemungkinan besar iris akan ikut terkena mengingat N. Nasociliaris merupakan
cabang dari N. oftalmikus yang juga menginervasi daerah iris, korpus ciliaze dan
kornea. Iritis/iridocyclitis dapat merupakan penjalaran dari keratitis ataupun berdiri
sendiri. Iritis biasanya ringan,jarang menimbulkan eksudat, pada yang berat kadang-
kadang disertai dengan hypopion atau secundair glaucoma. Akibat dari iritis ini
sering timbul sequele berupa iris atropi yang biasanya sektoral. Pada beberapa kasus
dapat disertai massive iris atropi dengan kerusakan sfingter pupilae.

20
5. Sklera. Skleritis merupakan komplikasi yang jarang ditemukan, biasanya merupakan
lanjutan dari iridocyclitis.
6. Ocular palsy. Dapat timbul bila mengenai N III, N IV, N V1, N III dan N IV dapat
sekaligus terkena. Pernah pula dilaporkan timbulnya ophthalmoplegi totalis dua
bulan setelah menderita herpes zoster oftalmicus. Paralisis dari otot-otot ekstra
okular ini mungkin karena perluasan peradangan dari N Trigeminus di daerah sinus
kavemosus. Timbulnya paralisis biasanya dua sampai tiga minggu setelah gejala
permulaan dari zoster dirasakan, walaupun ada juga yang timbul sebelumnya.
Prognosa otot-otot yang paralisis pada umumnya baik dan akan kembali normal
kira-kira dua bulan kemudian.
7. Retina. Kelainan retina yang ada hubungannya dengan zoster jarang ditemukan.
Kelainan tersebut berupa koroiditis dan perdarahan retina, yang umumnya
disebabkan adanya retinal vaskulitis.
8. Optic neuritis. Optic neuritis juga jazang ditemukan; tetapi bila ada dapat
menyebabkan kebutaan karena timbulnya atropi N. Optikus. Gejalanya berupa
skotoma sentral yang dalam beberapa minggu akan terjadi penurunan visus sampai
menjadi buta.

d.) Herpes Genitalia

Herpes genital adalah infeksi pada alat kelamin yang bisa terjadi pada pria dan
wanita. Penyakit ini termasuk salah satu infeksi menular seksual (IMS) karena
umumnya ditularkan melalui hubungan seksual (vagina, anal, dan oral). Herpes
genital bisa dikenali dengan kemunculan luka melepuh berwarna kemerahan dan
terasa sakit di sekitar area kelamin. Luka ini bisa pecah dan menjadi luka terbuka.

Komplikasi

Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius
pada orang dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja
baik, bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam
waktu yang lama. Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes
pada mata yang disebut herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan oleh
HSV-1 namun terkadang dapat juga disebabkan HSV-2. Herpes dapat menyebabkan
penyakit mata yang serius termasuk kebutaan.

21
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir
dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau
mata. Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian
serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat
menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai
angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau
kelainan pada mata.

22
HSV 1/ HSV 2
Kontak langsung
WOC HERPES
dengan lesi aktif
Sistem Respiratorik
penderita herpes

Nasofaring
Lesi di permukaan
kulit dan mukosa
Replika di sel getah bening

Saraf sensori
Reticula Endotalial System Menyebar melalui aliran
(RES) darah dan limfe
Ganglion sensori
laten
Replikasi Viremia

Viremia
Reaktivasi Imunitas
dinetralisir
Ganglion sensori laten
Herpes

Imunitas Reaktivasi dinetralisir


Saraf sensori

Kulit

Reaksi Inflamasi Multiplikasi di sel epidermal

Suhu Tubuh Makula

MK. Hipertermi Papula

MK. Resiko Penularan Vesikel


Infeksi
Pustula

MK. Gangguan Kenyamanan Nyeri Erupsi Dermal

Krusta
MK. Gang. Integritas
Kulit

MK. Harga Diri Rendah

5.Asuhan Keperawatan

23
A. Pengkajian

1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan
lain-lain.

2. Keluhan Utama
Keluhan sangat bergantung di mana tumor tersebut tumbuh. Keluhan utama
pasien SJL daerah ekstremitas tersering adalah benjolan yang umumnya tidak
nyeri dan sering dikeluhkan muncul setelah terjadi trauma didaerah tersebut.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Perlu ditanyakan kapan terjadi dan bagaimana sifat pertumbuhannya, keluhan
yang berhubungan dengan infiltrasi dan penekanan terhadap jaringan sekitar, dan
ketuhan yang berhubungan dengan metastasis jauh.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Ditanyakan riwayat kesehatan klien, tertama untuk penyakit penyakit yang
dapat memperberat kondisinya saat ini, misalnya memiliki DM. Dapatkan juga
informasi sejak mulai kapan dan bagaimana riwayat pengobatannya.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Ditanyakan apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama ataupun
menderita tumor atau kanker jenis yang lain. Ditanyakan juga penyakitpenyakit
menular dan menurun yang diderita oleh keluarga yang lain seperti hipertensi,
DM, Gangguan Jantung, Ama, TBC, dll.

6. Kebutuhan psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau
yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri. Hal itu
meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri,penampilan
peran, atau identitas diri.

Reaksi yang mungkin timbul adalah:


1) Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
2) Menarik diri dari kontak sosial.
3) Kemampuan untuk mengurus diri berkurang
.

24
7. Kebiasaan sehari-hari
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat
mengalamigangguan, terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi
gangguan BABdan BAK pada herpes simpleks genitalis. Penyakit ini sering
diderita olehklien yang mempunyai kebiasaan menggunakan alat-alat pribadi
secarabersama-sama atau klien yang mempunyai kebiasaan melakukan
hubunganseksual dengan berganti ganti pasangan.

B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dandaya
tahan tubuh klien. Pada kondisi awal/saat proses peradangan,dapat
terjadipeningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang
lain.

Pada pengkajian kulit,ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang


nyeri,edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksisekunder.

Perhatikan mukosa mulut, hidung, dan penglihatan klien. Pada pemeriksaan


genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian penis, batang penis,
uretra, dan daerah anus.

Sedangkan pada wanita,daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora


dan minora, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis,
bentuk, ukuran / luas,warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional,
periksa adanya pembesaran

Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu terhadap
nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku.

Secara fisiologis,terjadi diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatan


pernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat juga dijumpai
menangis, merintih, atau marah.Lakukan pengukuran nyeri denganmenggunakan
skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa.

Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia perkembangannya kita
bisa menggunakan skala wajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak
dalam pemilihan

25
Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan umum penderita dan tanda-
tanda metastasis pada paru, hati dan tulang.

Pemeriksaan status lokalis meliputi:


a. Tumor primer
1) Lokasi tumor
2) Ukuran tumor
3) Batas tumor, tegas atau tidak
4) Konsistensi dan mobilitas
5) Tanda-tanda infiltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik/sensorik dan
tanda-tanda bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan lain-lain sesuai
dengan lokasi lesi.

b. Metastasis regional
Perlu diperiksa ada atau tidaknya pembesaran kelenjar getah bening regional.

C. Pengkajian Fungsional
Pengkajian selanjutnya adalah untuk mengkaji kebutuhan klien dapat
menggunakan dasar kebutuhan manusia berdsarkan Henderson atau dengan adaptasi
dari Calista Roy.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pemajanan melalui kontak ( kontak langsung &
tidak langsung)
3. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan penurunan imunologis
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan, sekunder akibat
penyakit herpes simpleks

N DX NOC NIC
O
1 Nyeri berhubungan Pain level Pain Management
dengan inflamasi Pain control Lakukan pengkajian nyeri secara
jaringan Comfort level komprehensif ( lokasi, karakteristik,
Kriteria Hasil : durasi, frekuensi,kualitas dan faktor
Mampu mengontrol pesipitasi)
nyeri (tahu penyebab nyeri, Observasi reaksi non verbal dari
mampu menggunakan ketidaknyamanan
teknik nonfarmakologi Ginakan teknik komunikasi

26
untuk mengurangi nyeri, teraipetik untuk mengetahui
mencari bantuan) pengalaman nyeri klien
Melaporkan bahwa nyeri Kontrol lingkungan yang dapat
berkurang dengan mempengaruhi nyeri seperti suhu
menggunakan manajemen ruangan, pencahayaan, kebisingan
nyeri Ajarkan tentang teknik pernafasan /
Mampu mengenali nyeri relaksasi
(skala intensitas, frekuensi, Berikan analgetik untuk
dan tanda nyeri) menguranggi nyeri
Menyatakan rasa nyaman Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
setelah nyeri berkurang Anjurkan klien untuk beristirahat
Kolaborasi dengan dokter jika
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
2 Resiko infeksi Immune Status Infection Control
berhubungan dengan Knowledge : infection Bersihkan lingkungan setelah
pemajanan melalui control dipakai pasien lain
kontak ( kontak Risk control Pertahankan teknik isolasi
langsung & tidak Batasi pengunjung bila perlu
langsung) Kriteria Hasil : Instruksikan pengunjung untuk
Klien bebas dari tanda dan mencuci tangan saat berkunjung dan
gejala infeksi setelah berkunjung meninggalkan
Mendeskripsikan proses pasien
penularan penyakit, faktor Gunakan sabun anti mikroba
yang mempengaruhi untuk cuci tangan
penularan serta Cuci tangan sebelum dan
pelaksanaannya sesudah tindakan keperawatan
Menunjukkan kemampuan Gunakan baju, sarug tangan
untuk mencegah timbulnya sebagai pelindung
infeksi Berikan terapi antibiotic bila
Jumlah leukosit dalam batas perlu
normal
Menunjukkan perilaku Infection Protection
hidup sehat Monitor tanda dan gejala

27
infeksi iskemik dan local
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Berikan perawatan kulit pada
area epidema
Inspeksi kulit dan membrane
mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotic sesuai resep
3 Kerusakan integritas Tissue Integrity : Skin and Pressure Management
kulit berhubungan Mocous Membranes Anjurkan pasien menggunakan
dengan perubahan pakaian yang longgar
imunologis Kriteria Hasil : Hindari kerutan pada tempat tidur
Integritas kulit yang baik Jaga kebersihan kulit agar tetap
bisa dipertahankan (sensasi, bersih dan tetap kering
elastisitas, temperature, Mobilisasi pasien
hidrasi, pigmentasi) Monitor kulit akan adanya
Tidak ada luka / lesi pada kemerahan
kulit Mandikan pasien dengan sabun
Perfusi jaringan baik dan air hangat
Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera berulang
Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

28
4. Gangguan citra tubuh Body image Body image enchancement
berhubungan dengan Self esteem Kaji secara verbal dan non verbal
perubahan penampilan, respon klien terhadap tubuhnya
sekunder akibat Kriteria Hasil : Monitor frekuensi mengkritik
penyakit herpes Body image positif dirinya
simpleks Mampu mengidentifikasi Jelaskan tentang pengobatan,
kekuatan personal perawatan, kemajuan, dan prognosis
Mendeskripsikan secara penyakit
factual perubahan fungsi Dorong klien mengungkapkan
tubuh perasaannya
Mempertahankan interaksi Fasilitasi kontak dengan individu
sosial lain dalam kelompok kecil

DAFTAR PUSTAKA

29
Hardi, Kusuma & Amin, Nurain Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC (jilid 2). Yogyakarta: Media Action Publishing.

Williams, Linda S dan Paula.2011.Understanding Medical Surgical Nursing. Philadelphia:


Davis Company.

Yatim, Faisal. 2001. Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya. Jakarta: Pustaka Deor
Populer.

Siregar RS.Penyakit Virus. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-2. Jakarta: EGC,
2005;84-7.

Herpes zoster from http://www.emedicine.com/oph[disc257.htm,2006


Herpes zoster from www.optometry.co.uk
Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2000
Khurana AK. Comprehensive Ophtalmology. Fourth edition, India; 2007:103-106

30

Anda mungkin juga menyukai