Anda di halaman 1dari 10

STUDI KUALILATIF TENTANG PROSES ADAPTASI ORANGTUA

YANG MEMILIKI ANAK ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY

DISORDER (ADHD) DI SLB FAJAR HARAPAN SURABAYA

DIANA RACHMAWATI

131411131060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar orangtua mengharapkan memiliki anak yang sehat baik

dari segi fisik maupun mental. Namun, beberapa orangtua mendapatkan

titipan khusus dari Tuhan, yaitu anak dengan kebutuhan khusus yang salah

satunya adalah Activity Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Anak ADHD adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan

perhatian. Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik, yaitu

suatu gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini

sebelum anak berusia 7 tahun, dengan ciri utama tidak mampu memusatkan

perhatian (inatentif), hiperaktif, dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai

berbagai situasi dan dapat berlanjut sampai dewasa (Davidson, Neale, dan

Kring, 2006). Menurut Davidson, Neale, dan Kring (2006) anak-anak

dengan ADHD sering kali dijauhi dan ditolak atau diabaikan oleh teman-

teman seusia mereka karena anak ADHD menunjukan sejumlah perilaku

agresi yang tampak jelas dan perilaku ketidakpatuhan.

Menurut organisasi Children and Adults with Attention-

Deficit/Hyperactivity Disorder (CHADD) (2013), terdapat 7,2% anak dalam

rentang usia 519 tahun mengalami ADHD. Dari total populasi, ada

kurang lebih 129 juta anak di seluruh dunia yang memiliki ADHD. Di

Amerika Serikat, sekitar 9,5% anak mengalami ADHD. Data Diagnotic and

Statistic Manual (DSM IV) menyatakan bahwa prevalensi anak dengan

ADHD pada usia sekolah dasar berkisar antara 15,5% (Rowland et al.
2015). Sementara di Indonesia dalam populasi sekolah ada 2%-4% anak

yang menderita ADHD (Wirrawani, 2007).

Penyebab ADHD memang belum diketahui pasti, tetapi ada dugaan

faktor genetik, kerusakan otak, faktor neurokimia, faktor neurofisiologis dan

faktor psikososial ikut berperan (Sadock & Virginia, 2010). Adanya

gangguan pada fungsi neurotransmisi dopamin di lobus prefrontal dan

daerah limbik menyebabkan anak dengan ADHD mempunyai keterbatasan

untuk menganalisis perilaku, ketidakmampuan menyimpan informasi di

dalam otaknya dan mempunyai persepsi yang tidak sesuai terhadap suatu

obyek/kejadian (Wiguna, 2010).

Pada awalnya orangtua akan merasa sedih dan bingung saat mengetahui

anaknya mengalami ADHD. Kebingungan tersebut disebabkan oleh

kurangnya informasi dan pemahaman orangtua mengenai ADHD. Bahkan,

ada pula orangtua yang merasa bersalah akan kondisi anaknya. Mereka

berpikir bahwa kondisi anaknya tersebut disebabkan karena dosa-dosanya.

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Proses Adaptasi Orangtua yang Memiliki

Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) di SLB Fajar

Harapan Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik ingin mengetahui

bagaimana proses adaptasi orangtua yang memiliki anak dengan Attention

Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) hingga mecapai tahap acceptance

(penerimaan).
1.3 Tujuan

A. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses adaptasi orangtua

yang memiliki anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder

(ADHD)

B. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran sikap orangtua terhadap anaknya yang

memiliki ADHD.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan orangtua dalam mengasuh anak

dengan ADHD.

1.4 Manfaat Penelitian

2.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam

ranah ilmu keperawatan mengenai tingkat pemahaman dan penerapan

ilmu perawat terhadap adaptasi orangtua yang memiliki anak ADHD di

Surabaya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

tentang tentang topik terkait.

2.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan tentang proses adaptasi, gambaran

sikap, serta tingkat pengetahuan orangtua dalam mengasuh anak

dengan ADHD serta sebagai sarana mengaplikasikan ilmu

keperawatan bidang anak dan sarana melatih ketrampilan

komunikasi keperawatan.
2. Bagi Keperawatan

Memberikan dorongan pada perawat agar dapat berpartisipasi

dalam memberikan informasi yang luas khususnya kepada orangtua

tentang cara beradaptasi dan mengasuh anak dengan ADHD.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Adaptasi

Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian. Dalam hal

ini respon individu terhadap suatu perubahan yang ada di lingkungan yang

dapat memengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun

psikologis dalam perilaku adaptif. Hasil dari perilaku ini dapat berupa usaha

untuk mempertahankan keseimbangan dari suatu keadaan agar dapat

kembali pada keadaan normal, namun setiap orang akan berbeda dalam

perilaku adaptif ada yang dapat berjalan dengan cepat namun ada pula yang

memerlukan waktu lama tergantung dari kematangan mental orang tersebut.

2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh

bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Perkembangan adalah

bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui

tumbuh, kematangan dan belajar. Pertumbuhan dan perkembangan berjalan

menurut norma-norma tertentu. Walaupun demikian seorang anak dalam

banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya mengkunsumsi

makanan, perawatan, bimbingan, perasaana aman, pencegahan penyakit dan


sebaginya. Oleh karena itu semua orang-orang yang mendapat tugas

mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan

berkembang.

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan,

diantaranya adlah faktor lingkungan. Bila lingkungan karena suatu hal

menjadi buruk, maka keadaan tersebut hendaknya dimodifikasi sehingga

pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berjalan dengan sebaik-

baiknya.

2.3 Definisi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kondisi

perilaku yang ditandai dengan kurangnya perhatian, impulsif, dan/atau

hiperaktif. Diperkirakan 5% anak di Amerika Serikat menderita gangguan

hiperaktif.

2.4 Gejala Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Tiga gejala utama ADHD adalah hiperaktif, impulsif, dan kekurangan

perhatian. Gejala ini biasanya mengganggu fungsi anak dalam peraturan

sosial dan akademis, seperti menaruh perhatian pada tugas-tugas di rumah

atau sekolah, membuat kesalahan ceroboh, mudah terganggu, tidak

konsentrasi, mudah bosan, kehilangan barang, mengalami kesulian duduk

diam, dan beberapa anak berbicara berlebihan.

2.5 Peran Orangtua Terhadap Tumbuh Kembang Anak

Sebagai orangtua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus

(ABK), maka sikap yang harus dimiliki saat mengetahui anaknya menderita

ADHD adalah sebagai berikut:


1. Berkonsultasi pada psikiater, psikolog, ahli saraf atau dokter spesialis anak

untuk meminta saran yang terbaik.

2. Bersabar ketika menghadapi anak ADHD dan perlu waktu yang lama untuk

memperoleh kemajuan bagi anak.

3. Yakin bahwa anak masih mempunyai kelebihan dan beri dukungan pada

anak dan bangkitkan perasaan dalam diri anak bahwa dia berharga bagi

keluarga dan lingkungan di sekitarnya.

4. Bertukar pendapat dengan keluarga lain yang sama memiliki anak ADHD.

Sedangkan Sikap yang harus dimiliki orangtua dalam menghadapi anak

ADHD adalah sebagai berikut:

1. Bersikap Sabar

Sabar adalah modal utama dalam mengasuh anak berkebutuhan

khusus (ABK). Pada saat anak ADHD beranjak remaja meningkatkan

kesabaran perlu kita miliki karena anak ADHD memiliki emosi yang

tidak terkontrol. Kita harus mengendalikan emosi ketika anak ADHD

melakukan hal yang menyimpang.

2. Bersikap Kreatif

Sikap seperti ini sangat penting karena bisa menjadi pembelajaran

dan area bermain bagi anak ADHD. Dengan cara memodifikasi dan

memanfaatkan sarana yang ada disekitar rumah dengan harga yang lebih

murah untuk merangsang saraf-saraf anak berkebutuhan khusus (ABK).

3. Bersikap Tanggap

Hal yang paling penting adalah tanggap terhadap keinginan,

ungkapan, atau perilaku anak . sifat anak yang cepat meniru, dapat
mengakibatkan penyimpangan karena anak tersebut mudah sekali

melakukan hanya dengan melihat dan mendengar.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif

fenomenologi. Pendekatan fenomenologi membantu peneliti memahami

pengalaman hidup seseorang dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya

(Morse & Field, 1995). Penelitian ini mengkaji mengenai fenomena peran

orang tua dalam mengatasi self-caredeficit pada anak downsyndrome.

3.2 Populasi dan Informan/Sampling

Penelitian ini menggunakan purposive sampling untuk memilih

partisipanya. Pemilihan partisipan menjadi sample harus berdasarkan kriteria

tertentu dan partisipan sample dipilih berdasarkan kriteria tersebut. Partisipan

penelitian ini yaitu orang tua anak dengan downsyndrome dengan jumlah 3

orang, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Partisipan ialah orang tua dari anak ADHD yang bersekolah di SLB Fajar

Harapan Surabaya.

2. Partisipan berusia 18 tahun, karena dianggap sudah dewasa dan

mampu bertanggung jawab atas informasi yang disampaikan selama

penelitian.

3. Bersedia menjadi partisipan.


3.3 Metode

3.3.1 Mendapatkan Data

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober-November

2017 dengan narasumber orang tua dari anak ADHD yang

bersekolah di SLB Fajar Harapan Surabaya. Pengumpulan data

dilakukan dengan wawancara semi berstruktur berdasarkan

pendoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan bantuan alat

perekam dan alat tulis.

3.3.2 Metode

Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam

kepada partisipan yang ditujukan untuk medapatkan informasi dari

individu yang diwawancarai. Peneliti melakukan wawancara

mendalam kepada partisipan selama 30 menit. Wawancara

dilakukan dengan 3 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama (fase

orientasi), peneliti melakukan perkenalan, pendekatan dengan

partisipan dan menjelaskan maksud serta tujuan dan meminta ijin

mengambil data dengan mengunakan alat bantu perekam suara.

Pertemuan kedua (fase kerja), peneliti menggali pengamalan

partisipan dengan bantuan beberapa pertanyaan yang telah disusun

sebelumnya dan pada pertemuan ketiga peneliti memvalidasi data

yang diperoleh.

3.3.3 Analisis Data


Penelitian ini menggunakan teknik Colaizzi (1978) untuk

menganalisa data. Berikut langkah-langkahnya :

1. Membaca dan menyalin seluruh deskripsi wawancara yang telah

diungkapkan oleh partisipan.

2. Melakukan ekstraksi terhadap pernyataan yang signifikan

(pertanyaan yang secara langsung berhubungan dengan fenomena

yang diteliti).

3. Menguraikan makna yang terkandung dalam pernyataan signifikan

serta menggabungkan makna yang dirumuskan ke dalam kelompok

tema.

DAFTAR PUSTAKA

Rowland, Andrew et al. (September 2015). The Prevalence of ADHD in a

Population-Based Sample. Journal of Attention Disorders v19(9):741754.

Sadock J, Virginia.(2010) Kaplan & Sadock Buku Ajar psikiatriklinis. Ed 2.

Jakarta: EGC, hal 597

Wiguna.T, (2010), Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:Badan Penerbit FKUI.

Wirawanni A.(2007). Efek Penerapan Konsep Sensori Integrasi Yang Dilakukan

Di Rumah Untuk Menurunkan Hiperaktifitas Pada Anak ADHD, tesis

Magister, Universitas Katolik Soegijapranta, Semarang.

http://www.chadd.org/understanding-adhd/about-adhd/data-and-statistics/general-

prevalence.aspx. Diakses tanggal 19 September 2017 pukul 20.00.

http://medicinet.com/ADHD_pictures_slideshow_parenting_tips/article.htm.

Diakses tanggal 21 September 2017 pukul 13.30.

Anda mungkin juga menyukai