BSD CITY
TUGAS 2
Mata Kuliah Pengantar Perencanaan Kota
Semester Genap Pada Tahun Akademik 2014/2015
Oleh :
Ariella Noor Azyyati
(123.13.0010)
eksternal dalam pertumbuhan wilayah dari luar lebih menekankan perhatian pada keterkaitan
suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Faktor utama pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi wilayah adalah investasi, inovasi dan sumberdaya alam. Ketiga faktor ini
mempunyai ciri sebagai faktor yang terpengaruh secara parsial (partially induced factor) dan
faktor bebas secara parsial (partially autonomous factor). Faktor yang relatif paling bebas
adalah sumberdaya alam (Adisasmita, 2008).
Kondisi awal dari lokasi BSD yang merupakan lahan non produktif, relatif tidak
terdapat sawah dengan irigasi teknis, kepadatan rendah berkisar 10 jiwa / ha, telah ada
infrastruktur dasar seperti sungai, jalan regional, kereta api, gas dan bandara yang
mampu menunjang perkembangan permukiman ini selanjutnya.
Potensi perekonomian dengan adanya PUSPITEK, LAPAN, ITI, pusat pendidikan
penerbangan di Curug serta kawasan industri manufaktur di Tangerang yang mampu
membantu pembentukan perekonomian kota baru ini.
Kondisi tapak yang mendukung, salah satunya adalah dengan adanya Sungai
Cisadane serta beberapa sungai lainnya memperlihatkan beragam variasi kekayaan
visual yang khas untuk daerah ini.
Terdapat lahan pertanian produktif yang lokasinya tidak jauh dari wilayah ini.
Potensi permintaan perumahan.
Tujuan Pengembangan Lahan Kawasan BSD
Atas dasar pertimbangan atau latar belakang tersebut maka dibangunlah BSD dengan konsep
kota baru yang dapat dijadikan sebagai alternatif tempat bermukim, bekerja, rekreasi, dengan
semua kebutuhan dapat terpenuhi di dalamnya. BSD dikembangkan atas kerjasama
pemerintah swasta masyarakat, untuk membentuk kota citra abad 21, sekaligus juga
memberikan solusi bagi masalah perkotaan dan mengurangi tekanan bagi kota Jakarta dengan
membangun 53 pusat-pusat kegiatan baru. BSD juga diupayakan sebagai suatu kota mandiri
yang terencana, terintegrasi dan berwawasan lingkungan. Hal itu membuat peruntukkan lahan
yang sudah ada berubah seiring dengan pengembangan lahan yang dilakukan dan membuat
fungsi serta peran dari kota tersebut ikut berubah. Berdasarkan Buku Data dan Penjelasan
Proyek Kota Baru Bumi Serpong Damai (Mei 1997 : 11) tujuan pembangunan BSD ini antara
lain adalah :
Pengembangan kota baru yang mandiri, tempat orang-orang dapat bermukim, bekerja,
berekreasi dan memenuhi segala kebutuhan hidupnya mulai lahir sampai meninggal.
Pengembangan kota abad 21 yang dapat memenuhi citra hidup manusia Indonesia
menghadapi era globalisasi dan persaingan bebas.
Pengembangan kota yang dapat memberikan solusi terhadap masalah urbanisasi dan
tekanan terhadap kota Jakarta.
Pengembangan kota yang inovatif dengan menciptakan standar perencanaan dan pola
permukiman yang dapat menciptakan keseimbangan sosial dalam permukiman demi
mencapai hubungan sosial yang harmonis.
Pengembangan kota yang terencana dan terintegrasi dengan kawasan sekitarnya serta
memperhatikan wawasan lingkungan.
Area Pengembangan Lahan BSD
Kawasan BSD diresmikan pada tanggal 16 Januari 1989, dengan luas keseluruhan lahan BSD
adalah 6.000 Ha, meliputi 20 desa/kelurahan (Prasidha, 1999 dan PT. BSD, 2006) yang ada
pada empat kecamatan di Kabupaten Tangerang. Keempat kecamatan tersebut adalah
(Harmanurjeni, 2006) : Kecamatan Serpong, Cisauk, Pagedangan dan Legok. Sedangkan
kelurahan-kelurahan yang termasuk dalam area pengembangan BSD ini adalah sebagai
berikut (Prasidha, 1999 dan PT. BSD, 2006) : 1) Lengkong Gudang Barat 2) Lengkong
Gudang Timur 3) Lengkong Wetan 4) Serpong 5) Cilenggang 6) Rawabuntu 7) Sampora 8)
Setu 9) Ciater 10) Buaran 11) Kademangan 12) Cisauk 13) Situgadung 14) Kadusirung 15)
Lengkong Kulon 16) Pagedangan 17) Cijantra 18) Cicalengka 19) Jatake 20) Legok. Adapun
untuk Kelurahan Jelupang Kecamatan Serpong tidak termasuk dalam SK Ijin Lokasi, namun
termasuk dalam wilayah pengembangan BSD (Harmanurjeni, 2006). BSD terletak di daerah
Kabupaten Tangerang, sekitar 27 km sebelah barat daya Jakarta, dan akan merupakan bagian
dari Kota Serpong yang baru, seperti yang tercantum dalam Revisi RUTRK Serpong (Perda
Kabupaten Tangerang No. 4 Tahun 1996 tentang Revisi Rencana Umum Tata Ruang Kota
Serpong). Sesuai dengan Pola Dasar Pembangunan Nasional di Kabupaten Tangerang, Kota
Serpong berperan sebagai pusat pengembangan utama Wilayah Pengembangan V Kabupaten
Tangerang dengan fungsi utama sebagai pusat permukiman, pusat perdagangan dan jasa, kota
ilmu pengetahuan, serta pusat budaya dan rekreasi, sedangkan Kabupaten Tangerang sendiri
berfungsi untuk menampung limpahan penduduk DKI Jakarta, menampung kegiatan industri
dan menampung kegiatan 55 perdagangan. Sementara itu pengembangan BSD termasuk
dalam wilayah BWK V dan BWK VI di Kota Serpong. Wilayah ini merupakan wilayah
terluas dari seluruh wilayah pengembangan Kota Serpong (sekitar 40%), dengan luas 6.000
ha dari total 15.302,6 ha (Harmanurjeni, 2006). Orientasi BSD Sumber: PT. BSD, 2006.
Wilayah pengembangan BSD (kawasan Serpong) ini sebelumnya merupakan lahan tidak
produktif yang dikelilingi oleh kebun karet, sepi dan jauh dari keramaian, namun sejak tahun
1990 ketika BSD mulai dihuni, kawasan ini pun jadi ramai. Dulunya BSD juga sempat
dikenal sebagai kota BTN, karena pada awal kemunculannya BSD ingin membangun
population base terlebih dahulu dengan menjual rumah-rumah kecil.
d) Tahap IV atau Tahap Pematangan (2005-seterusnya) Pada tahap ini BSD diharapkan telah
memiliki peran yang lebih dominan di wilayah JABOTABEK serta memiliki dinamika
pertumbuhannya sendiri. Adapun untuk pembangunannya sendiri terdapat tiga tahapan yang
akan dilaksanakan, yaitu (Perda Kabupaten Tangerang No. 4/1989 dalam Prasidha, 1999;
69) :
1) Tahap I (Persiapan), seluas 1.300 Ha (1988-1999)
2) Tahap II (Akselerasi), seluas 2.000 Ha (1996-2006)
3) Tahap III (Konsolidasi), seluas 2.700 Ha (2003-2013) Rencana Guna Lahan
Pengembangan BSD Sumber: Master Plan PT. BSD, Rencana Guna Lahan Pengembangan
BSD 58 Tahap Pengembangan BSD. Akan tetapi oleh karena adanya faktor-faktor lain yang
juga turut mempengaruhi pelaksanaan pengembangan ini, salah satunya adalah faktor kondisi
perekonomian Indonesia yang pernah terpuruk karena krisis moneter, sehingga tahap-tahap
pembangunan BSD diperbaharui lagi menjadi (PT. BSD, 2006 dalam Harmanurjeni, 2006) :
1) Tahap I (Persiapan), seluas 1.300 Ha (1989-2006) 2) Tahap II (Akselerasi), seluas 2.000
Ha (2006-2012) 3) Tahap III (Konsolidasi), seluas 2.700 Ha (2012-2019).
melakukan usaha / wiraswasta dan sebagainya. Untuk unsur karya, BSD memiliki kawasan
industri yang berada di Kelurahan Setu dan Buaran. Kawasan yang telah dikembangkan
sesuai dengan ijin lokasi ini dikenal dengan nama Taman Tekno (Techno Park), dengan luas
lahan terbangun sebesar 158 ha. Kawasan ini merupakan kawasan industri bebas polusi yang
terletak di belahan selatan BSD, berupa pabrik-pabrik yang dilengkapi dengan fasilitas
pergudangan, infrastruktur yang baik dan peduli lingkungan. Terdapat 15 perusahaan yang
telah beraktivitas di kawasan ini. Selain itu unsur karya di BSD ini juga didukung oleh
adanya kawasan komersial dan perkantoran yang terdapat di Kelurahan Lengkong Wetan,
Lengkong Gudang Barat dan Lengkong Gudang Timur. Kawasan komersial BSD terbagi
menjadi tiga, yaitu Kawasan Niaga Terpadu, Kawasan Pusat 60 Perbelanjaan serta Kawasan
Ruko. Kawasan Niaga Terpadu masih dalam proses perencanaan, yang di dalamnya akan
terdapat Water Parks, hotel, superstores, dan perkantoran. Sementara itu Kawasan Pusat
Perbelanjaan sebagian telah terbangun, yaitu BSD Plaza, ITC, Carefour, serta BSD Time
Square yang masih dalam proses pembangunan (PT. BSD, 2005 dalam Harmanurjeni, 2006).
Sedangkan Kawasan Ruko tersebar di area pengembangan BSD, khususnya di jalan-jalan
arteri dan kolektor.
C. Suka (Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial)
Berbagai jenis fasilitas disediakan dalam pengembangan BSD, mulai dari fasilitas
pendidikan, kesehatan, peribadatan, keamanan, olahraga sampai 61 dengan rekreasi. Beragam
fasilitas tersebar di seluruh area pengembangan yang kini telah terbangun. Khusus untuk area
rekreasi terdapat di Kelurahan Lengkong Gudang Barat dan Lengkong Gudang Timur
D. Marga (Infrastruktur)
BSD didukung dengan berbagai infrastruktur pendukung, di antaranya adalah jalan tol Jakarta
Serpong dan Jakarta Merak, jaringan jalan, jembatan, jembatan penyeberangan orang,
halte, terminal bis, overpass, underpass, sistem drainase, saluran air hujan, manajemen air
around-the-block, listrik, jaringan TV kabel, sistem telekomunikasi dengan fiber-optic dan
berbagai fasilitas lainnya.
E. Penyempurna (Pelengkap)
Untuk unsur terakhir ini BSD berupaya untuk peduli terhadap masalah sosial dan lingkungan,
salah satunya melalui penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang-ruang interaksi sosial
(Buletin BSD, 1995 dalam Prasidha, 1999). Adapun realisasi pengembangan yang
berhubungan dengan unsur ini di antaranya adalah kolam-kolam yang dibangun teratur agar
dapat mencegah banjir, area pembuangan dan pendaur-ulangan sampah, Taman Kota dan
sebagainya. BSD merupakan hunian skala besar yang ditujukan menjadi sebuah kota mandiri
dengan ciri kelengkapan sarana-prasarana dan fasilitas bagi warganya, termasuk adanya basis
ekonomi kota yang memungkinkan 60-70% angkatan kerja yang ada di BSD juga bekerja di
kawasan BSD. Berdasarkan data yang diperoleh, sampai dengan tahun 2006 terdapat 40%
penduduk BSD yang bekerja di BSD (PT. BSD, 2006 dalam Harmanurjeni, 2006). BSD
dibangun untuk memenuhi segala kebutuhan manusia mulai lahir hingga meninggal dengan
berbagai fasilitas yang disediakan.
Dampak dari Pengembangan Lahan Kawasan BSD
Akibat daripada adanya perubahan struktur lahan (land use) dalam pengembangan kawasan
yang terjadi pada kota BSD maka dampak yang ditimbulkan seperti banyaknya dan beragam
peluang kerja yang tersedia yaitu dengan mengembangkan mata pencaharian yang ada atau
sampingan bagi kebutuhan rumah tangga. Selain itu, struktur mata pencaharian semakin
bergeser dari sekunder ke tersier. Dan hal itu sudah mencerminkan karakteristik urban dengan
keadaan ekonomi yang semakin membaik.
Adanya perkembangan titik konsentrasi baik dari segi fisik maupun psikologis. Secara fisik
dapat dilihat dari jumlah penduduk yang terus mengalami peningkatan tiap tahunnya
terutama karena faktor migrasi, pembangunan sarana prasarana, tumbuhnya kawasankawasan industri maupun perdagangan yang kemudian membawa perubahan pada struktur
mata pencaharian rumah tangga dan sebagainya. Secara psikologis, salah satunya dapat
dilihat dari perubahan kebiasaan rumah tangga, khususnya dalam hal pengeluaran. Menjadi
lebih cenderung memperhatikan kebutuhan non-primer seperti kebutuhan akan hiburan. Maka
dibangunlah sarana-sarana tempat hiburan yang menarik minat orang. Sehingga peruntukkan
lahan di kota BSD ini ada beragam macam dan fungsinya.
Sumber :
Bourne, B.L. Internal Structure of the City.
Hoover dan Giarranti. Introduction of Regional Economics. Ch. 6 Hal 131-160.
http://www.imazu.wordpress.com
http://www.rhynaafriana22.blogspot.com