Anda di halaman 1dari 12

Nama : Ariella Noor Azyyati

NRP : 123.13.00.10
Prodi : Perencanaan Wilayah dan Kota
Tugas 11. Pengantar Perencanaan Wilayah
Ulasan tentang Analisis KLHS

Pengertian KLHS menurut KLHS Indonesia

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan kebijakan, rencana dan
program (definisi KLHS dalam RUU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).
Secara prinsip sebenarnya KLHS adalah suatu self assessment untuk melihat sejauh mana
Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) yang diusulkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah
telah mempertimbangkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Dengan KLHS ini pula
diharapkan KRP yang dihasilkan dan ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah menjadi
lebih baik.
Pengertian KLHS menurut Wikipedia
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah kajian yang harus dilakukan pemerintah
daerah sebelum memberikan izin pengelolaan lahan maupun hutan. KLHS tertuang dalam UU
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pembuatan KLHS
ditujukan untuk memastikan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan
suatu wilayah, serta penyusunan kebijakan dan program pemerintah. Menurut undang-undang
tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, KLHS harus dilakukan dalam
penyusunan dan evaluasi rencana tata ruang wilayah, rencana pembangunan jangka menengah
dan panjang, kebijakan dan program yang berpotensi menimbulkan dampak dan risiko terhadap
lingkungan hidup. Mekanisme pelaksanaan KLHS meliputi :
o Pengkajian pengaruh kebijakan
o Rencana
o Program terhadap kondisi lingkungan hidup suatu wilayah

o Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan dan program


o Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan dan program yang
mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.
KLHS sendiri menurut ketentuan harus memuat kajian mengenai kapasitas daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan, perkiraan mengenai dampak dan risiko
terhadap lingkungan hidup.
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dilaksanakan dengan asas-asas sebagai berikut :
o Tanggung jawab negara
o Kelestarian dan keberlanjutan
o Keserasian dan keseimbangan
o Keterpaduan
o Manfaat
o Kehati-hatian
o Keadilan
o Ekoregion
o Keanekaragaman hayati
o Pencemar membayar
o Tata kelola pemerintahan yang baik
o Kearifan lokal
o Partisipatif
o Otonomi daerah

Manfaat yang diperoleh dengan melakukan KLHS

KLHS merupakan salah satu instrumen pengelolaan lingkungan hidup yang diterapkan pada
tingkat/tataran hulu. Dengan dilakukannya KLHS pada tataran hulu KRP maka potensi
dihasilkannya KRP yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang
pada akhirnya berimplikasi pada terjadinya kerusakan lingkungan hidup dapat diantisipasi sejak
dini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manfaat yang diperoleh dengan melakukan KLHS
adalah dihasilkannya KRP yang lebih baik dan sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan.

Pendekatan KLHS

KLHS dibangun melalui pendekatan pengambilan keputusan berdasarkan masukan berbagai


kepentingan. Makna pendekatan tersebut adalah bahwa penyelenggaran KLHS tidak ditujukan
untuk menolak atau sekedar mengkritisi KRP, melainkan untuk meningkatkan kualitas proses
dan produk KRP, khususnya dari perspektif pembangunan berkelanjutan. KLHS bersifat
persuasif dalam pemahaman para pemangku kepentingan yang terlibat dalam penyusunan dan
evaluasi KRP agar lebih memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Tujuan dan Manfaat KLHS


o Tujuan KLHS
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) bertujuan untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan.
KLHS digunakan untuk merencanakan dan mengevaluasi KRP agar dampak dan risiko
lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan, sedangkan dalam evaluasi KRP,
KLHS digunakan untuk mengidentifikasi dan memberikan alternatif penyempurnaan KRP
yang menimbulkan dampak dan risiko negatif terhadap lingkungan.
o Manfaat KLHS
KLHS bermanfaat untuk memfasilitasi dan menjadi media proses belajar bersama antara
pelaku pembangunan, dimana seluruh pihak yang terkait penyusunan dan evaluasi KRP
dapat secara aktif mendiskusikan seberapa jauh substansi KRP yang dirumuskan telah
mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Melalui proses KLHS,
diharapkan pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan dan evaluasi KRP dapat mengetahui
dan memahami pentingnya menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam
setiap penyusunan dan evaluasi KRP.
o Manfaat KLHS di Dunia
KLHS sampai saat ini secara luas dimanfaatkan untuk bidang-bidang, diantaranya :
Perjanjian Internasional
Privatisasi
Program Operasi Terstruktur
Anggaran Nasional
Rencana Investasi Jangka Panjang
Proposal Legislatif
Kebijakan Global dan Sektoral
Kebijakan Strategi Pengentasan Kemiskinan
Penataan Ruang dan Perencanaan Tata Guna Tanah
Perencanaan Sektoral (pertanian, pariwisata, pertambangan, infrastruktur, dll)

Alat pendukung dalam menyusun KLHS

Berikut beberapa alat pendukung dalam penyusunan KLHS, diantaranya yaitu :


o
o
o
o
o

Tingkat kerentanan dan adaptasi perubahan iklim


Daya dukung dan daya tampung lingkungan
Kondisi jasa ekosistem
Neraca SDA dan valuasi ekonomi
Potensi keanekaregaman hayati

Prinsip KLHS
Tiga prinsip dasar KLHS, yaitu:
1) Keterkaitan/holistik: Keterkaitan kebijakan pusat dan daerah, global dan lokal,
keterkaitan sektor, keterkaitan kelembagaan, sebab-akibat dampak.
2) Keseimbangan: Keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan konservasi hayati,
fungsi ekonomi dan fungsi sosial, kepentingan jangka pendek dan jangka panjang.
3) Keadilan: Distribusi akses dan kontrol terhadap sumber daya alam dan lingkungan yang
lebih baik, distribusi kegiatan ekonomi yang lebih merata.

Selain itu, ada juga beberapa prinsip dalam KLHS, diantaranya yaitu:
1. Penilaian Diri (Self Assessment)
Makna prinsip ini adalah sikap dan kesadaran yang muncul dari diri pemangku kepentingan
yang terlibat dalam proses penyusunan dan/atau evaluasi KRP agar lebih memperhatikan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip tersebut
dalam setiap keputusannya. Prinsip ini berasumsi bahwa setiap pengambil keputusan
mempunyai tingkat kesadaran dan kepedulian atas lingkungan. KLHS menjadi media atau
katalis agar kesadaran dan kepedulian tersebut terefleksikan dalam proses dan
terformulasikan dalam produk pengambilan keputusan untuk setiap KRP.
2. Penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
Prinsip ini menekankan pada upaya penyempurnaan pengambilan keputusan suatu KRP.
Berdasarkan prinsip ini, KLHS tidak dimaksudkan untuk menghambat proses perencanaan
KRP. Prinsip ini berasumsi bahwa perencanaan KRP di Indonesia selama ini belum
mempertimbangkan pembangunan berkelanjutan secara optimal.
3. Peningkatan Kapasitas dan Pembelajaran Sosial
Prinsip ini menekankan bahwa intergrasi KLHS dalam perencanaan kebijakan, rencana,
dan/atau program menjadi media untuk belajar bersama khususnya tentang isu-isu
pembangunan berkelanjutan, baik bagi masyarakat umum maupun para birokrat dan

pengambil keputusan. Dengan prinsip ini, pelaksanaan KLHS memungkinkan seluruh


pemangku kepentingan yang terlibat dalam perencanaan KRP untuk meningkatkan
kapasitasnya mengapresiasi lingkungan hidup dalam keputusannya.
Melalui KLHS diharapkan masyarakat, birokrat, dan pengambil keputusan lebih cerdas dan
kritis dalam menentukan keputusan pembangunan agar berkelanjutan.
4. Memberi Pengaruh pada Pengambilan Keputusan
Prinsip ini menekankan bahwa KLHS memberikan pengaruh positif pada pengambilan
keputusan. Dengan prinsip ini, KLHS akan mempunyai makna apabila pada akhirnya dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan, khususnya untuk memilih atau menetapkan KRP
yang lebih menjamin pembangunan yang berkelanjutan.
5. Akuntabel
Prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus diselenggarakan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik. Prinsip akuntabel KLHS sejalan dengan prinsip tata
pemerintahan yang baik (good governance). KLHS tidak ditujukan untuk menjawab
tuntutan para pihak. Dengan prinsip ini, pelaksanaan KLHS dapat lebih menjamin
akuntabilitas perumusan KRP bagi seluruh pihak.
6. Partisipatif
Sejalan dengan amanat UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, prinsip ini menekankan bahwa KLHS harus dilakukan secara terbuka
dan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya yang terkait dengan KRP.
Dengan prinsip ini diharapkan proses dan produk KRP semakin mendapatkan legitimasi atau
kepercayaan publik.

Tipe Aplikasi KLHS


Menurut KLH (2007), sejauh ini ada 6 tipe aplikasi KLHS, yaitu:

1.

Integrasi KLHS dalam perencanaan ruang/regional

2.

Integrasi KLHS dalam RPJPD dan RPJMD

3.

Integrasi KLHS dalam penapisan RPJPN dan RPJMN

4.

KLHS program perkotaan

5.

KLHS sektor

6.

KLHS kebijakan

Perbedaan antara AMDAL dan KLHS


Atribut

AMDAL

KLHS

Posisi

Akhir

siklus

pengambilan

Pendekatan
Fokus Analisis

keputusan
Cenderung bersifat reaktif
Identifikasi, prakiraan & evaluasi

Cenderung pro-aktif
Evaluasi implikasi lingkungan dan

Dampak Kumulatif

dampak lingkungan
Amat terbatas

pembangunan berkelanjutan
Peringatan dini atas adanya dampak

Titik berat telaahan

Mengendalikan

kumulatif
Memelihara

Alternatif
Kedalaman

meminimumkan dampak negatif


Alternatif terbatas jumlahnya
Sempit, dalam dan rinci

dan

Hulu siklus pengambilan keputusan

keseimbangan

alam,

pembangunan berkelanjutan
Banyak alternatif
Luas dan tidak rinci sebagai landasan
untuk mengarahkan visi & kerangka

Deskripsi proses

Fokus

Pengendalian

Dampak

Proses dideskripsikan dengan jelas,

umum
Proses multi-pihak, tumpang tindih

mempunyai awal dan akhir

komponen, KRP merupakan proses

Menangani simptomp kerusakan

iteratif & kontinyu


Fokus pada agenda pembangunan

lingkungan

berkelanjutan terutama ditujukan untuk


menelaah agenda berkelanjutan

Saat Penyelenggaraan KLHS

Formulasi rancangan KRP

KRP yang tengah berjalan ingin

baru

diperbaiki

Dihasilkan KRP yang bermuatan lingkungan hidup


(LH) & pembangunan berkelanjutan (PB)

Pengaruh KLHS dalam RTRW

Tipe RTRW
RTRW berskala luas, memuat

Pengaruh KLHS Tujuan KLHS dalam Penataan Ruang


Instrumental Mengidentifikasi pengaruh atau konsekuensi

kebijakan dasar dan norma acuan

dari Rencana Tata Ruang Wilayah terhadap

bagi daerah (misal RTRW Nasional

lingkungan hidup sebagai upaya untuk

atau Pulau)

mendukung proses pengambilan keputusan


Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan
ke dalam substansi Rencana Tata Ruang

RTRW yang memuat substansi

Transformatif

khusus wilayah tertentu harus

Wilayah
Memperbaiki mutu dan proses formulasi
substansi RTRW
Memfasilitasi proses pengambilan keputusan

memadukan kepentingan antar


wilayah dan stakeholder, termasuk

dalam proses perencanaan agar dapat

masyarakat (misal RTRW Provinsi

menyeimbangkan tujuan lingkungan hidup

atau Kawasan tertentu setingkat

dengan tujuan sosial dan ekonomi

Nasional atau Provinsi)


RTRW dengan cakupan luas

Substantif

Meminimalisasi potensi dampak penting

terkecil berisi arahan

negatif yang akan timbul sebagai akibat dari

operasional/programatik, sangat

usulan substansi RTRW (tingkat

diwarnai kekhasan situasi lokal dan


aspirasi masyarakat setempat
(misal RTRW Kabupaten/Kota,
Kawasan tertentu atau Rencana
Detail Tata Ruang)

keberlanjutan substansi RTRW rendah)


Melakukan langkah-langkah perlindungan
lingkungan yang tangguh (tingkat
keberlanjutan substansi RTRW moderat)
Memelihara potensi sumberdaya alam dan
daya dukung air, udara, tanah dan ekosistem
(tingkat keberlanjutan substansi RTRW
moderat sampai tinggi)

Posisi KLHS dalam Perencanaan Kebijakan, Rencana, dan Program

Pasal 16 UU 32
Tahun 2009

RPJP/RPJM
NASIONAL/PROVINSI/
KABUPATEN/KOTA

KLHS

RTRW
NASIONAL/PROVINSI/
KABUPATEN/KOTA

1. Daya dukung dan


daya
tampung
lingkungan
2. Pelayanan
jasa
ekosistem
3. Efisiensi
pemanfaatan SDA
4. Potensi
keanekaragaman
hayati
5. Dampak dan risiko
lingkungan
6. Kapasitas adaptasi
terhadap

1. Daya dukung dan


daya
tampung
lingkungan
2. Pelayanan
jasa
ekosistem
3. Efisiensi
pemanfaatan SDA
4. Potensi
keanekaragaman
hayati
5. Dampak dan risiko
lingkungan
6. Kapasitas adaptasi
terhadap

PEMBANGUNAN
LINTAS SEKTOR
DAN WILAYAH
PENGEMBANGAN

PENGEMBANGAN
WILAYAH
ALOKASI INVESTASI
PUBLIK
ARAHAN INVESTASI
SWASTA
ARAHAN LAIN-LAIN

ALOKASI
RUANG DAN
PERUNTUKAN
LAHAN

PROYEK
PEMBANGUNAN
AMDAL/UKL/U

Studi kasus KLHS dalam RTRW Kab/Kota (Kabupaten Ketapang, Kalimantan)

Hasil kajian awal terhadap KRP RTRW Kabupaten Ketapang terdapat beberapa KRP
yang dipandang perlu untuk dikaji lebih lanjut karena ada implikasi terhadap aspekaspek yang disebutkan sebelumnya. Dengan adanya hasil identifikasi terhadap KRP
yang memiliki implikasi terhadap aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi, maka
perlu kajian analitis yang lebih rinci pada setiap KRP yang dimaksud untuk dapat
mengukur dampak/implikasi/pengaruhnya. Temuan hasil identifikasi ini juga secara
tidak langsung menyatakan bahwa KRP dalam RTRW Kabupaten Ketapang perlu
adanya keseimbangan antar aspek seperti tampak pada hasil kajian strategi
pembangunan baik di dalam RPJM maupun RTRW, dimana orientasi pembangunan
yang lebih cenderung mengutamakan pertumbuhan ekonomi (Growth) dan kurang
mengakomodir prinsip-prinsip keberlanjutan (sustainability).

Pembangunan yang fokus pada aspek pertumbuhan ekonomi akan sejalan dengan
kebutuhan pemanfaatan lahan secara maksimal dan dampak pembangunan akan
menghasilkan emisi pembuangan yang berdampak secara luas (global). Perlunya
pertimbangan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan serta strategi pembangunan
yang berorientasi rendah emisi menuntut optimasi pada pemanfaatan lahan secara
bijak serta inovasi alternatif-alternatif solusi agar tujuan dan sasaran dari substansi
dan muatan pembangunan semula tetap dapat tercapai.

Berkenaan dengan itu, bagian ini akan mengkaji dampak/implikasi KRP terhadap isuisu strategis LH dan Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Ketapang. Demi
melakukan kajian tersebut, bagian ini juga akan memprakirakan dampak dan resiko
lingkungan hidup/pembangunan berkelanjutan sebagai konsekuensi dari implementasi
perencanaan tata ruang. Untuk kepentingan memprakirakan dampak dan resiko
tersebut, KRP (kebijakan-rencana-program) strategis yang termuat dalam Raperda
RTRW Kabupaten Ketapang akan diberikan penilaian (assessment) yang dikaitkan
dengan keberpihakannya pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Hasil
diskusi stakeholder, baik pada lokakarya ke-3, ke-4 maupun ke-5 telah menghasilkan
kesepakatan mengenai KRP prioritas yang akan dikaji dalam kegiatan KLHS ini baik
yang terkait dengan rencana struktur ruang maupun rencana pola ruang.

Adapun KRP prioritas yang terkait dengan rencana struktur ruang RTRW Kabupaten
Ketapang terdiri dari :

1) Rencana Transportasi Udara (Pemindahan), alternatif lokasi Kecamatan Muara Pawan,

Delta Pawan dan Matan Hilir Selatan (Pasal 15 ayat 2 huruf b)


Pengembangan transportasi udara di wilayah Kabupaten Ketapang mengacu kepada

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam RTRWN dan RTRWP. Dalam RTRWN,
Bandara di Kota Ketapang ditetapkan sebagai bandara pengumpul tersier. Dengan demikian,
Bandara Rahadi Osman difungsikan untuk mendukung jaringan pelayanan transportasi
tersier, yaitu jaringan pelayanan yang menghubungkan bandara tersier dan sekunder. Bandara
pengumpul sekunder yang berjarak dekat dengan Bandara Rahadi Osman adalah Pontianak
(di utara), Palangkaraya (di timur), Semarang (di selatan) dan Palembang (di barat).
Sedangkan bandara pengumpul tersier yang relatif dekat dengan Bandara Rahadi Osman
adalah bandara Sintang di sebelah timur laut, Bandara Pangkalan Bun dan Bandara Sampit di
sebelah tenggara serta Bandara Tanjung Pandan (Pulau Belitung) dan Bandara Pangkal
Pinang (Pulau Bangka) di sebelah barat.

Dalam masa rencana, Bandara Rahadi Osman memiliki potensi untuk menambah rute
layanan penerbangan selain kota Pontianak, Pangkalan Bun, Semarang dan Banjarmasin.
Peningkatan jumlah rute dan frekuensi penerbangan di Bandara Rahadi Osman pada masa
mendatang diantisipasi dengan rencana pemindahan lokasi Bandara ke Desa Tempurukan
Kecamatan Muara Pawan.

Saat ini Kabupaten Ketapang telah memiliki Bandara pengumpul yaitu Bandara
Rahadi Osman yang berlokasi di Desa Kalinilam Kecamatan Delta Pawan yang akan
ditingkatkan menjadi :
a) Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier yaitu Bandar Udara Rahadi
Osman di Kota Ketapang.
b) Bandar udara pengumpan yang direncanakan pengembangannya untuk pemindahan
Bandar Udara Rahadi Osman dengan alternatif lokasi di kecamatan Muara Pawan,
Delta Pawan dan Matan Hilir Selatan, Benua Kayong dan Kendawangan
c) Bandar udara yang dikembangkan untuk melayani penerbangan perintis/khusus
berada di Kecamatan Sandai, Simpang Hulu, Singkup, Marau dan Kecamatan Manis
Mata.

Sementara itu, ditinjau dari rencana pola ruangnya, salah satu tujuan rencana penataan
ruang Kabupaten Ketapang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
pembangunan berbasis sektor pertanian, perkebunan, pertambangan, kehutanan,

perikanan, industri dan pariwisata terutama di daerah bagian selatan provinsi; dengan
menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan tujuan tersebut,
pengembangan kegiatan budidaya yang produktif tidak dilakukan semena-mena
sehingga mengganggu keseimbangan alam (lingkungan). Melalui kegiatan KLHS ini
adalah penetapan KRP Prioritas merupakan bagian dari upaya untuk mengalokasikan
lahan di Kabupaten Ketapang agar tidak seluruhnya dimanfaatkan untuk kegiatan
ekonomi berskala besar yang cenderung ekspansif dan eksploitatif, tetapi juga yang

dipertahankan untuk kawasan lindung atau pelestarian alam.


Berdasarkan pada kajian dan hasil workshop yang dilakukan dalam penyusunan
kegiatan KLHS ditetapkan KRP RTRW Kabupaten Ketapang untuk pola ruangnya

adalah sebagai berikut :


2) Rencana Peruntukan Kawasan Perkebunan tanaman komoditi unggulan kelapa
sawitseluas 495,228,30 Ha serta karet, kelapa, lada, kakao, tebu dan kopi di seluruh

kecamatan(Pasal 36 Ayat 5)
Pembangunan Perkebunan memiliki tiga fungsi yaitu meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi daerah dan nasional (fungsi
ekonomi), sebagai perekat dan pemersatu bangsa (fungsi sosial dan budaya), dan
untuk konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga
kawasan (fungsi ekologis).

3) Rencana Kawasan Peruntukan HPK seluas 72.911 Ha yang tersebar di Kecamatan

Matan Hilir Utara, Matan Hilir Selatan, dan Simpang Hulu (Pasal 35 ayat 4).
Pertambahan jumlah penduduk serta berkembangnya kegiatan perekonomian
menyebabkan permintaan terhadap lahan semakin tinggi untuk berbagai keperluan
seperti pertanian, perkebunan, pemukiman, industri, dan sebagainya. Dalam kondisi
ini, keterbatasan lahan merupakan hambatan dalam pembangunan di beberapa
Daerah, dimana ketersediaan lahan bersifat tetap sedangkan kebutuhan lahan
cenderung selalu bertambah. Saat ini berdasarkan SK.936/Menhut-II/2013 tentang
Perubahan penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Kalimantan Barat dari
Kementrian Kehutanan, Kabupaten Ketapang mempunyai Kawasan Hutan Produksi
Konversi seluas 84.706,16 Ha, yang dimana untuk kedepannya Kabupaten Ketapang
mempunyai rencana menggunakan Kawasan Hutan Produksi Konversi tersebut seluas
72.911 Ha, Kawasan Hutan Produksi Konversi adalah Kawasan Hutan yang secara
ruang digunakan untuk Pembangunan diluar Kehutanan, berdasarkan Permenhut R.I

No. P.50/Menhut-II/2009 tentang Penegasan Status dan Fungsi Kawasan Hutan.


Kawasan HPK ini biasanya digunakan untuk Pengembangan Perkebunan, Kegiatan
Pertanian, Kegiatan Perikanan dan kegiatan lainnya, dimana kegiatan-kegiatan
tersebut hampir pasti dilaksanakan dengan sistem pembukaan lahan.

4) Rencana Kawasan Peruntukan Pertambangan yang tersebar di seluruh Kecamatan

di Kabupaten Ketapang (Pasal 38 ayat 2)


Sektor pertambangan merupakan sektor yang diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang signifikan dalam memacu perkembangan perekonomian di Kabupaten
Ketapang. Di Kabupaten Ketapang ada empat golongan sumber daya mineral yang
potensial dieksploitasi, yaitu (1) mineral radio aktif, (2) mineral logam, (3) mineral
bukan logam, dan (4) batuan. Kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten

Ketapang, antara lain :


1. Kawasan pertambangan mineral radioaktif di Kecamatan Hulu Sungai dan Nanga

Tayap.
2. Kawasan pertambangan bauksit di Kecamatan Simpang Hulu dan Simpang Dua.
Kawasan tersebut perlu dikembangkan secara terpadu dengan kawasan pertambangan
bauksit di sekitar Tayan dan rencana pengembangan industri pengolahan bauksit baik

di Tayan maupun di Sungai Kunyit dan Kendawangan.


3. Kawasan Pertambangan di Marau, Sukaraja dan Air Upas.
4. Kawasan Pertambangan di Tumbang Titi, Pebihingan dan Sungai Melayu.

Sumber :

www.klhsindonesia.org

www.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai