Anda di halaman 1dari 34

DEMAM BERDARAH

DENGUE
Mauren Lusi Selfiana (0961050115)

Definisi

Penyakit yang ditularkan yanng disebabkanoleh


Arbovirus (arthro podborn virus) dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

Penyakit demam akut yang disertai dengan


adanya manifestasi perdarahan, yang
bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian

Infeksi yang disebabkan oleh virus dengue


dengan tipe I-IV dengan investasi klinis 5-7 hari
disertai dengan gejala perdarahan

Etiologi

Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini


termasuk dalam Arbovirus (Arthtropodborn virus) tipe B.
Dengue termasuk dalam genus flavivirus
Diameter : 40 nanometer

Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, 4 ditularkan melalui vektor


nyamuk, yaitu aedes aegypty (aedes albopictus sangat
jarang)
Nyamuk aedes berkembang biak pada genangan air bersih
Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah pada
siang hari, terutama pada pagi hari dan senja hari

Patofisiologi

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui


gigitan nyamuk aedes aegypty.
Pertama-tama yang terjadi adalah viremia
yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegalpegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik
merah pada kulit (petekie), hyperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali)

Kemudian virus akan bereaksi dengan


antibody dan terbentuklah kompleks virusantibody.
Mengaktivasi system komplemen (C3 dan C5
C3a dan C5a)
C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya
untuk melepaskan histamine dan merupakan
mediator kuat sebagai factor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah
yang mengakibatkan terjadinya perembesan
plasma ke ruang ekstra seluler

Perembesan plasma ke ruang ekstra


seluler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia
serta efusi dan renjatan (syok).

Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit


> 20 %) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran
(perembesan) plasma sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk

Terjadinya trombositopenia, menurunnya


fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan fibrinogen)
merupakan faktor penyebab terjadinya
perdarahan hebat, terutama perdarahan
saluran gastrointestinal pada DHF

Patofisiologi

Tanda dan Gejala Klinik

Meningkatnya suhu tubuh (Demam tinggi selama 5 7 hari


Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita,
retroorbita
Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie,
echymosis, hematoma.
Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
Pembengkakan sekitar mata.
Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin,
tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari
dua detik, nadi cepat dan lemah).

Klasifikasi

Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever


(DHF) dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :
Derajat I
Panas 2 7 hari , gejala umum tidak khas, uji tourniquet
hasilnya positif
Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala gejala
pendarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa,
epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga
dan sebagainya.
Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran
darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan
nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80
mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
Derajat IV

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat


penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :

Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan.
Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan
hemokonsentrasi.

Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala
perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis,
melena, perdarahan gusi.

Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( 120
mmHg ), tekanan darah menurun, (120/80 120/100
120/110 90/70 80/70 80/0 0/0 )

Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung

Derajat (WHO 1997):

Derajat I : Demam dengan test rumple leed


positif.
Derajat II : Derajat I disertai dengan
perdarahan spontan dikulit atau perdarahan
lain.
Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi,
yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin
lembab dan pasien menjadi gelisah.
Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak
teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

Pemeriksaan Penunjang

Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV


meningkat (> 20%) leukopenia (mungkin normal
atau leukositosis), isolasi virus, serologis

Pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement


fixation) dan anti bodi HI (Haemaglutination
ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya adalah

Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI


adalah kurang dari 1/20 dan akan meningkat sampai <
1/1280 pada stadium rekovalensensi pada infeksi kedua
atau selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut > 1/20
dan akan meningkat dalam stadium rekovalensi sampai
lebih dari pada 1/2560.
Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang

Pada renjatan yang berat maka diperiksa


: Hb, PCV berulangkali (setiap jam atau
4-6 jam apabila sudah menunjukan
tanda perbaikan) faal haemostasis x-foto
dada, elektro kardio gram, kreatinin
serum.
Laboratorium:

Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan


terjadi hemokonsentrasi lebih dari 20%.

Penatalaksanaan

Indikasi rawat tinggal pada dugaan


infeksi virus dengue (UPF IKA, 1994 ;
203) yaitu:

Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena


panas, muntah, masukan kurang) atau
kejangkejang.
Panas 3-5 hari disertai nyeri perut,
pembesaran hati uji torniquet
positif/negatif, kesan sakit keras (tidak mau
bermain), Hb dan Ht/PCV meningkat.
Panas disertai perdarahan- perdarahan.
Panas disertai renjatan

Belum atau Tanpa Renjatan


1. Pemberian cairan pada derajat I & II

Penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever


(DHF) menurut UPF IKA, 1994 ; 203 206
adalah:

Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi


dengan antipiretika dan surface cooling.
Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan
asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan
Umur 6 12 bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehari
Umur 1 5 tahun : 50 100 mg, 4 sehari
Umur 5 10 tahun : 100 200 mg, 4 kali sehari
Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari.

Oral ad libitum atau


Infus cairan ringer laktat dengan dosis
75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan
BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari
untuk anak dengan BB < 10 10 kg
bersama sama di berikan minuman
oralit, air bauh susu secukupnya
Untuk kasus yang menunjukan gejala
dehidrasi disarankan minum sebanyak
banyaknya dan sesering mungkin.

Apabila anak tidak suka minum sama sekali


sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan
sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam
kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai
berikut :
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25
Kg
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg

Dengan Renjatan
2. Pemberian cairan pada derajat III

Sedangkan penatalaksanaan Dengue


Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA,
1994 adalah
Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam

Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih


dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi
kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan
dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan
tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah
cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam
kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi
waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ).

Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24


jm diperhitungkan sebagai berikut :

100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan


BB < 25 Kg
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat
badan 26-30 Kg.
60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB
31-40 Kg.
50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB
41-50 Kg.

Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20


mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih terukur
kurang dari 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral
dingin maka penderita tersebut memperoleh
plasma atau plasma ekspander (dextran L atau
yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan
dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun
waktu 24 jam.

Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan


RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa
waktu setelah dapat mengatasi renjatan.

Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer


Laktat 10 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi,
tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat
lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus
memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran
L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/ 1 jam.
Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam
kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membaik
dilanjutkan dengan cairan RL dengan perhitungan
sebagai berikut : kebutuhan cairan selama 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu
setelah dapat mengatasi renjatan.

Pemberian Cairan DHF


Derajat IV

penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever


(DHF) menurut UPF IKA :
Berikan cairan RL sebanyak 30 ml/Kg BB/1
jam, bila keadaan baik (T > 80 mmHg dan nadi
< 120 x/menit, akral hangat lanjutkan dengan
RL sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam. Jika keadaan
umum tidak stabil infus RL dilanjutkan sampai
perhitungan sebagai berikut :
Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan
yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah
dapat mengatasi renjatan

Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam


keadaan umum masih buruk. Tensi tak terukur dan
nadi tak teraba maka klien harus dipasang infus 2
tempat dengan maksud satu tempat untuk RL 10ml/Kg
BB/1 jam dan tempat lain untuk pemberian plasma
atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya)
sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam selama 1 jam

Jika keadaan umum membaik lanjutkan pemberian


RL dengan perhitungan sebagai berikut :
Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang
sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat
mengatasi renjatan.

Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1


jam keadaan umum masih buruk. Tensi tak
terukur secara palpasi dan nadi teraba cepat
lemah, akral dingin maka klien ini sebaiknya
diberikan plasma atau plasma ekspander
(dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg
BB/1 jam. Jika keadaan umum membaik
lanjutkan pemberian RL dengan perhitungan
sebagai berikut :
Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan
yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat
mengatasi renjatan.

Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam


keadaan umum membaik tetapi tensi terukur
kurang dari 80 mmHg dan nadi > 120 x/menit akral
hangat atau akral dingin maka klien ini sebaiknya
diberikan plasma atau plasma ekspander (dextran L
atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan
dapat diulangi maksimal sampai 30 ml/Kg BB/24
jam. Jika keadaan umum membaik lanjutkan
pemberian RL dengan perhitungan sebagai berikut :
Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang
sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi
renjatan.

Jika tata laksana grade IV setelah 2 jam


sesudah plasma atau plasma ekspander
(dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg
BB/1 jam dan RL 10 ml/Kg BB/1 jam tidak
menunjukkan perbaikan T = 0, N = 0 maka
klien ini perlu dikonsultasikan ke bagian
anestesi untuk dievaluasi kebenaran cairan
yang dibutuhkan apabila sudah sesuai dengan
yang masuk. Dalam hal ini perlu monitor
dengan pemasangan CVP, gunakan obat
Dopamin, Kortikosteroid dan perbaiki kelainan
yang lain

Jika tata laksana grade IV setelah 2 jam sesudah


plasma atau plasma ekspander (dextran L atau
lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam dan RL 30
ml/Kg BB/1 jam belum menunjukkan perbaikan
yang optimal (T < 80, N > 120 x/menit), maka
klien ini perlu diberikan lagi plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10
ml/Kg BB/1 jam. Jika reaksi perbaikan tidak
tampak, maka klien ini perlu dikonsultasikan ke
bagian anestesi.

Jika tata laksana grade IV sesudah memperoleh plasma atau


plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10
ml/Kg BB/1 jam dan RL 30 ml/Kg BB/1 jam belum
menunjukkan perbaikan yang optimal (T > 80, N < 120
x/menit), akral dingin maka klien ini perlu diberikan lagi
plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya)
sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan dapat diulangi maksimal
sampai 30 ml/Kg BB/24 jam. Jika reaksi perbaikan tidak
tampak, maka klien ini perlu dikonsultasikan ke bagian
anestesi.

Untuk kasus kasus yang sudah memperoleh cairan 60


mg/Kg BB/2 jam pikirkan bahaya overload dan
kemampuan kontraksi yang kurang. Dalam hal ini klien
perlu diberikan Lasix 1 mg/Kg BB/kali dan Dopamin

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai