BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Spirometry ( Maksud/Arti mengukur nafas) adalah [yang] yang paling umum untuk Test
Fungsi Yang berkenaan dengan paru-paru ( PFTS), mengukur fungsi paru-paru/tempat terbuka,
[yang] secara rinci pengukuran jumlah ( volume) dan/atau kecepatan ( arus) tentang udara yang
dapat dihirup/dihisap dan dihembuskan. Spirometry adalah suatu alat penting menggunakan
untuk membangitkan pneumotachographs yang adalah sangat menolong menaksir kondisikondisi seperti sakit asma, berkenaan dengan paru-paru fibrosis, cystic fibrosis, dan COPD
(http://en.wikipedia.org/, 2009).
Spirometer adalah suatu piranti untuk mengukur volume udara yang diilhami dan yang
berakhir oleh paru-paru [itu]. [Ini] merupakan suatu ketepatan tekanan diferensial transducer
untuk pengukuran laju alir pernapasan. Spirometer arsip jumlah udara dan tingkat udara yang
ditiupkan keluar masuk (di) atas suatu waktu ditetapkan. Spirometer dan arus yang dipasang
memimpin fungsi bersama-sama sebagai pneumotachometer, dengan suatu isyarat keluaran yang
sebanding ke airflow. [Itu] telah ditemukan oleh Yohanes Hutchinson di (dalam) 1846
(http://en.wikipedia.org/, 2009).
Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan
napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia, kekuatan
otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin (www.id.wikipedia.org, 2009).
Peak Flow Meter adalah alat ukur kecil, dpat digenggam, digunakan untuk memonitor
kemampuan untuk menggerakkan udara, dengan menghitung aliran udara bronki dan sekarang
digunakan untuk mengetahui adanya obtruksi jalan napas (www.id.wikipedia.org, 2008).
Peak Flow Meter (PFM) mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas. Peak Flow
Rate (PFR) adalah kecepatan (laju) aliran udara ketika seseorang menarik napas penuh, dan
mengeluarkannya secepat mungkin. Agar uji (tes) ini menjadi bermakna, orang yang melakukan
uji ini harus mampu mengulangnya dalam kelajuan yang sama, minimal sebanyak tiga kali
(www.id.wikipedia.org, 2008).
Volume paru-paru
Sebagian daripada volume statis daripada paru-paru ini dapat diukur dengan spirometer
yaitu: (1) tidal volume dan (2) kapasitas vital (vital capacity). Tidal volume adalah volume
pernapasan normal yaitu dengan menghembuskan udara ekspirasi biasa ke dalam spirometer
setelah inspirasi biasa. Kapasitas vital adalah volume ekspirasi maksimal setelah inspirasi
maksimal (Siregar, 2002).
Walaupun ekspirasi sudah maksimal, tetapi masih tetap ada udara yang tersisa dalam
paru-paru disebut volume residu (residual volume). Volume udara dalam paru-paru setelah
ekspirasi normal disebut kapasitas residu fungsional (Functional Residual capacity). Kedua
volume paru-paru yang terakhir ini tidak dapat diukur dengan spirometer. Volume ini dapat
diukur dengan menggunakan tekhnik pengenceran gas (gas dilution) atau dengan Pletismograf.
Kapasitas paru-paru (Total Lung Capacity) adalah kapasitas vital + volume residu (Siregar,
2002).
Ventilasi
Ventilasi adalah proses dimana udara respirasi masuk sampai ke alveoli. Branchi yang
membentuk jalan udara pernapasan konduktif digambarkan sebagai suatu tabung yang
dinamakan ruang rugi anatomis (anatomic dead space). Tabung ini masuk ke dalam daerah
pertukaran gas pada paru-paru (alveoli) yang dibatasi oleh barier gas darah (blood gas barier) dan
daerah kapiler. Setiap inspirasi kira-kira 500 ml udara memasuki paru-paru (tidal volume)
(Siregar, 2002).
pada waktu satu detik dibagi dengan kekuatan kapasitas vital (FEV1/FVC) biasanya normal atau
meningkat dari normal yang seharusnya mengalami penurunan karena tekanan keelastisan paru
menurun
(Odhemila,2008).
Karena tekanan pleura drop memaksa paru menjadii nflamasi, kedalaman pernapasan
pada orang yang mengalami restriktif berbda dibandingkan pada orang yang normal, dan meraka
mengakhiri pernapasan dengan pernapasan dangkal dan cepat (Odhemila,2008).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Hasil dari percobaan ini, sebagai berikut:
Nama orang coba
Dedi
Jenis kelamin
Laki-laki
Umur
19 Tahun
: 410 L/menit
Perlakuan 2
: 450 L/menit
Perlakuan 3
: 400 L/menit
Posisi juga berpengaruh terhadap nilai PFR. Nilai PFR pada posisi berbaring terlentang
lebih besar dibandingkan pada saat duduk karena ketika duduk diafragma akan mendorong
rongga dada keatasa sehingga ketoka menghirup udara, udara akan lebih sedikit masuk ke paruparudibandingkan ketika berbaring dimana diafragma tidak mendorong rongga dada sehingga
udara yang masuk lebih banyak dan yang akan diekspirasika juga lebih banyak.
Selain usia dan posisi, tinggi badan atau ukuran tubuh setiap orang juga berpengaruh
terhadap nilai PFR dimana tubuh yang lebih besar akan memiliki PFR lebih besar karena orang
ini membutuhkan lebih banyak oksigen dari udara untuk memenuhi kebutuhan jaringan di dalam
tubuhnya. Selain itu. Orang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar juga memilki kekuatan
menghirup udara lebih banyak.PFR pada laki-laki juga lebih besar dibandingkan perempuan
karena kekuatan otot-otot pernapasan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan sehingga
udara yang dihirup dan dihembuskan lebih banyak dibandingkan perempuan.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam percobaan ini, yaitu:
Volume dan kapasitas paru dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut
spirometer. Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan
napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia, kekuatan
otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin.
V.2. saran
Untuk asisten
Dalam memberikan penjelasan kepada praktikan lebih ditingkatkan, agar praktikan lebih
mudah memahamimateri yang dijelaskan.
Untuk laboratorium
Sebaiknya bagian laboratorium melengkapi alat-alat di laboratorium yang akan
digunakan sehingga pratikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Spirometry. http://en.wikipedia.org/. (23 Juni 2009)
Anonim. 2009. Spirometer. http://id.wikipedia.org/. (23 Juni 2009)
Odhemila. 2008. Laporan Tekanan Darah Arteri. http://odhemila.blogspot.com/. (23 Juni 2009)
Siregar Dkk. 2002. Fisiologi respirasi edisi Revisi. Bagian ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin. Makassar.