Asthma
Disusun Oleh:
Raezia Olyvia Rachman
1111103000057
Yofara Maulidiah Muslihah
1111103000047
Yoga Eka Prayuda
11111030000
Pembimbing:
dr. Fordiastiko, SpP
STASE PULMONOLOGI
PERIODE 1 JUNI 28 JUNI 2015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah oleh karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah presentasi kasus pulmonologi mengenai
asthma ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
kepaniteraan klinik di stase Pulmonologi Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta. Dalam
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama
kepada:
1. dr. Fordiastiko, SpP, selaku pembimbing presentasi kasus ini,
2. Semua dokter dan staf pengajar di stase Pulmonologi RSPG Cisarua, serta
3. Rekan-rekan Kepaniteraan Pulmonologi RSPG Cisarua.
Penyusun menyadari bahwa makalah tidak terlepas dari kekurangan. Oleh
karena itu, semua kritik serta saran yang membangun sangat penyusun harapkan
dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
orang-orang yang terkait dalam pembuatannya, terutama dalam hal membuka
wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang Pulmonologi.
Penyusun
BAB I
LAPORAN KASUS
1. 1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien
: Tn. I
: 189007
Status Perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal Lahir
: 1 Januari 1984
Umur
: 31 Tahun
Agama
: Islam
Pendidikan formal
: Tamat SMA
Ruang rawat
Tanggal pemeriksaan
1.2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan aloanamnesis dengan pasien
dan istrinya pada hari Minggu, 21 Juni 2015 di IGD RSPG.
Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak nafas memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit.
tidak disertai oleh rasa panas pada ulu hati yang menjalar hingga
tenggorokan.
Pasien mengeluh adanya demam yang tidak terlalu tinggi sejak 1 hari
bersamaan dengan gejala sesak muncul. Selain itu, pasien juga mengeluh
adanya batuk berdahak warna putih tanpa darah yang dimulai sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh pusing, mual, dan muntah
sebanyak 2 kali berisikan makanan. Pasien mengaku tidak mengalami
keluhan sering berkeringat di malam hari. Pasien tidak merasa berat badan
menurun dalam sebulan terakhir dan selera makan pasien tidak berkurang.
Sesak nafas mulai dirasakan ketika malam hari dan dirasa semakin
memberat hingga pagi hari. Saat pertama kali sesak dirasakan, pasien
menggunakan obat semprot yang diperolehnya dari dokter paru yaitu obat
semprot berbentuk bulat, kemasan berwarna ungu. Pasien kemudian di uap
dengan alat yang pasien miliki dengan salbutamol, namun setelah empat kali
dilakukan nebulisasi, pasien tidak merasakan adanya perbaikan. Malam hari,
karena dirasakan keluhan semakin memberat, pasien akhirnya dibawa ke
IGD. Keluhan sesak berulangkali dialami pasien, dalam sebulan pasien dapat
mengalami serangan 2-3 kali, dan kurang lebih 1 kali dalam seminggu
biasanya serangan pada malam hari dan pagi hari. Serangan asma,
mengganggu tidur pasien. Pasien tidak dapat tidur terlentang ketika sesak.
Aktivitas fisik seperti berjalan menjadi terbatas. Saat tidak terjadi serangan,
sehari-hari pasien dapat beraktivitas seperti biasa.
Saat ini, pasien masih merasakan sesak, pasien tidak dapat tidur terlentang,
pasien lebih nyaman dengan posisi duduk. Pasien masih mengeluhkan pusing
dan mual. Pasien setiap hari menggunakan obat yang pemakaiannya dihirup,
kemasan berbentuk bulat berwarna ungu.
Pasien mengakui adanya riwayat asthma dan sering pilek terutama saat
pagi hari dan saat udara dingin. Keluhan darah tinggi, maupun kencing manis
disangkal. Pasien juga menyangkal adanya riwayat alergi obat ataupun alergi
makanan.
: Compos Mentis, E4 M6 V5
Status Gizi
Tanda Vital
TD
: 120/70 mmHg
Nadi
Suhu
: 37,1oC
Pernafasan
: 30x/menit
Status Generalis
Kepala
Mata
THT
Telinga
:
Normotia, hiperemis -/-, nyeri tekan tragus -/-, liang
telinga lapang +/+, sekret -/-
Hidung
Tenggorok
Leher
Paru
Depan
I : Bentuk dada normal, pelebaran sela iga (-), pergerakan dada simetris, retraksi
m.intercostal (-), pelebaran vena (-), massa (-), penggunaan otot bantu nafas
(+)
P : Ekspansi dada cukup, pelebaran sela iga (-), massa (-), vocal fremitus +/ +
P : Sonor/ sonor
A : Vesikuler menurun pada lapang paru kanan, ronkhi -/-, wheezing +/+
Belakang
I : Bentuk dada normal, pelebaran sela iga (-),pergerakan dada simetris, retraksi
m.intercostal (-), pelebaran vena (-), massa (-)
P : Ekspansi dada cukup, pelebaran sela iga (-), massa (-),vocal fremitus +/ +
P : Sonor / sonor
A : Vesikuler menurun pada lapang paru kanan, ronkhi -/-, wheezing +/+
Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat.
P : Teraba ictus cordis pada 1 jari medial midklavikula ICS V sinistra
P : Pinggang jantung ICS II midklavikula sinistra, batas kanan parasternal ICS
IV dextra, batas kiri midklavikula ICS V sinistra
A : BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : Datar, tidak buncit, spider navy (-), striae (-)
A : Bising usus (+) normal
P : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba
P : Bising usus (+) normal
Kulit
: lembab, berkeringat
Status dermatologikus
:-
Pemeriksaan Laboratorium
Jenis
Pemeriksaan
20 Juni 2015
Hb
15,1 g/dL
Ht
40,7 %
Leukosit
9.890 /uL
Trombosit
229.000 /uL
Eritrosit
4,76 juta/uL
SGOT
14 U/I
SGPT
9 U/I
Albumin
3,40 g/dL
Ureum
20 mg/dL
Kreaitinin
1,2 mg/dL
GDS
119 mg/dL
Kekerasan
: Kurang
Kesimetrisan
: Tidak Simetris
: Normal
Sudut Kostofrenikus
Kanan
: Lancip
Kiri
: Lancip
Diafragma
: Normal
Paru
Jantung
CTR
: Normal (<50%)
Aorta
: Normal
Hilus
: Normal
Trakea
1. 5. RESUME
Anamnesis
Pasien, laki-laki, 31 tahun, mengalami sesak nafas yang memberat sejak 1
hari SMRS. Keluhan disertai dengan batuk berdahak, dahak berwarna putih,
demam yang tidak terlalu tinggi, pusing, mual dan muntah sebanyak 2 kali
berisi makanan. Saat ini pasien masih merasakan sesak dan pusing. Pasien
juga mengeluh mual dan muntah sebanyak 2 kali berisikan makanan. Pasien
memiliki riwayat asma dan sering pilek saat pagi hari. Pasien riwayat di
rawat di rumah sakit dengan keluhan serupa. Ayah pasien memiliki riwayat
asma.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik: TSS, CM, E4M6V5, IMT 22,49 kg/m2, TD 120/ 70
mmHg, HR 90 x/ menit, RR 30 x/menit, dan T 37,1oC.
Pasien tampak gelisah, dengan posisi duduk dan mampu menjawab dengan
kata-kata.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya penggunaan otot bantu nafas dan
wheezing +/ +. Selain itu, didapatkan adanya nyeri tekan epigastrium.
1.7. DIAGNOSIS
Asthma Persisten Ringan Eksaserbasi Akut Sedang
Dispepsia Fungsional
1.8. TATALAKSANA
Terapi Awal
O2 Nasal Canule 4 lpm
Inhalasi Ventolin (Agonis Beta-2 Kerja Singkat) melalui nebulisasi
setiap 20 menit dalam 1 jam
Terapi Lanjut
Pasca-penanganan 1 jam, tidak adanya perbaikan (pasien tambah gelisah,
tanda vital tetap, dan SaO2 tetap 92%), maka
Penatalaksanaan Lain
Ranitidine 2 x 150 mg PO
1.8. PROGNOSIS
Ad vitam
: Bonam
Ad functionam
: Bonam
Ad sanationam
: Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Asma
1.1. Definisi
Penyakit inflamasi kronis pada saluran pernafasan karena
hiperresponsif yang ditandai oleh mengi dan/atau batuk berulang
dengan karakteristik:
a. Timbulsecara periodik
b. Cenderung pada malam/dini hari
c. Bersifat musiman
d. Timbul setelah aktivitas fisik
e. Terdapat riwayat asma dan/atau atopi pada pasien atau keluarga
Eksaserbasi asma merupakan episode perburukan gejala-gejala
asma secara progresif yang umumnya ditandai dengan distres
pernafasan. Dapaaat itmbul gejala sesak nafas, batuk, mengi,
dan dada terasa tertekan.
1.2. Epidemiologi
Berdasarkan data CDC Asthma Surveillance Survey
prevalensi asmasebesar 6,7% pada dewasa dan 8,5% pada anakanak. Sebelum pubertas, prevalensi asma lebih tinggi pada laki-laki
daripada perempuan (3:1). Prevalensi menjadi seimbang antara
laki-laki dan perempuan pada masa remaja. Pada anak, paling
sering terjadi pada usia 13-14 tahun.
1.3. Etiologi
Serangan akut umumnya timbul akibat pajanan terhadap
faktor pencetus, seperti infeksi virus atau alergen. Selain itu, asma
dapat pula dicetuskan oleh cuaca dingin, kegiatan jasmani,
gastroesofageal refluks, dan ketidakstabilan emosi.
1.4. Patogenesis
Alergen yang masuk ke dalam tubuh akan merangasang
pengeluaran IgE oleh sel plasma, yang kemudian akan menempel
pada reseptor dinding sel mast. Pada pajanan berikutnya, alergen
serupa akan menempel pada sel mast yang telah tersensitisasi. Sel
mast akan mengalami degranulasi dan mengeluarkan mendiator
kimia
seperti
prostaglandin.
histamin,
Mediator
leukotrin,
tersebut
Paf,
bradikinin,
menyebabkan
dan
peningkatan
1.5. Klasifikasi
Asma diklasifikasikan berdasarkan derajat penyakitnya dan derajat
serangannya. Berdasarkan derajat penyakitnya, asama dibagi
menjadi asma episodik jarang, asmaepisodik sering, dan asma
persisten. Berdasarkan serangannya terdapat tiga kelompok, yaitu
serangan asma ringan,serangan asma sedang, dan serangan asma
berat.
No
Parameter
Frekuensi
Serangan
Lama
Serangan
Diantara
Serangan
Tidur
dan
Aktivitas
Pemeriksaan
Fisik
Obat
Pengendali
2
3
4
5
6
Variabilitas
faal paru
Asma
Ringan
<1x/bln
Asma Sedang
Asma Berat
>1x/bln
Sering
<1 minggu
>1 minggu
Sering
Gejala -
Sering gejala
Terganggu -
Sering
terganggu
Mungkin
terganggu
Inhalasi nonsteroid/steroid
dosis rendah
PEF/FEV1
>60-80%
>30%
Siang
dan
malam gejala
Sangat
terganggu
Tidak normal
Normal
Tidak perlu
PEF/FEV1>
80%
>15%
Inhalasi/oral
steroid
PEF/FEV1>6
0%
>50%
Parameter
Ringan
Sedang
Berat
Mengancam
jiwa
Sesak
berjalan
berbicara
istirahat
Posisi
berbaring
duduk
duduk
Bicara
kalimat
Bbrp kata
Per kata
Kesadaran
-/+ gelisah
gelisah
gelisah
Kebingunga
n
Sianosis
Nyata
Mengi
Sedang
Keras
Keras
Sulit
(ekspirasi)
(ekspirasi)
(eks,
terdengar
ins)
Otot bantu
-/+
Retraksi
Dangkal
Sedang
Dalam
(interkostal
(suprasternal
(cuping
hid)
Laju nafas
<20x/m
20-30x/m
>30x/m
Bradipneu
Nadi
<100x/m
100-120x/m
>120x/
Bradikardi
Dangkal
m
Pulsus
10-25 mmhg
paradoksu
>25
mmhg
s
APE pasca >80%
60-80%
<60%
SaO2
>95%
91-95%
<90%
PaO2
N >83
>60 mmhg
<60
mmhg
PaCO2
<45 mmhg
<45 mmhg
>45
mmhg
1.6. Diagnosis
Diagnosis asma ditegakkna dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Selain penegakan diagnosis asma, tanyakan mengenai
frekuensi serangan asma untuk menentukan klasifikasi asma.
Gejala, tanda, dan faktor resiko yang mengarah ke diagnosis asma,
diantaranya
a. Mengi saat ekspirasi
b. Riwayat: batuk lebih berat saat malam, mengi berulang, sulit
bernafas, dada seperti diikat
c. Timbul atau berat saat malam hari
d. Gejala semakin memberat pada musim tertentu
e. Riwayat eksim, keluarga ada riwayat asma atau atopi
f. Semakin memberat saat terpapar alergen
g. Perbaikan setelah pemberian bronkodilator
-
Spirometri
Menilai hambatan aliran udara dan reversibilitas. Jika
peningkatan FEV1 >12% dan >200 cc setelah pemberian
bronkodilator, hasilnya reversibel. Dilakukan pada saat
awak, setelah stabil pasca tatalaksana eksaserbasi dan
berkala 1-2 tahun. Spirometri hanya dilakuakn pada pasien
diatas 5 tahun.
PEF
Diagnosis asma jika didapatkan hasil:
Peningkatan
60
bronkodilator
atau
cc/menit
>20%
setelah
inhalasi
dibandingkan
PEF
Pemeriksaan tambahan
Skin test dengan mengukur IgE spesifik di serum unutk
menentukan ada alergi dan identifikasi faktor resiko.
1.7. Terapi
Tujuan
tatalaksana
anatara
lain
untuk
mencapai
dan
Derajat
gejala
asma
Intermitten
Gejala
Faal paru
terapi
VEP/APE
SABA
malam
<1x/mgg
<2x/bln
Eksaserbasi
>80%
ringan
Persisten
1x/bln-
ringan
1x/mgg
>2x/bln
VEP/APE
SABA,
>80%
KSI
Eksaserbasi
dosis
mengganggu
rendah
aktivitas
Persisten
Setiap hari
>1x/mgg
VEP/APE
SABA,
sedang
Eksaserbasi
>60-80%
KSI
mengganggu
dosis
aktivitas,
rendah,
butuh reliver
LABA
setiap hari
Persisten
Setiap hari
berat
Eksaserbasi
sering
VEP/APE
SABA,
<60%
KSI
mengganggu
dosis
aktivitas
tinggi,
Aktivitas
LABA,
terbatas
KSO
tidak
responsif
dengan
bronkodilator.
Dosis
BAB III
ANALISIS KASUS
1. Asma Persisten Ringan
Dasar Diagnosis
a. Anamnesis
Sesak nafas memberat sejak 1 hari SMRS
Terdapat bunyi nafas tambahan, yaitu mengi
Pasien memiliki riwayat asma dan pilek terutama saat pagi hari dan
udara dingin
Pasien riwayat dirawat di rumah sakit dengan keluhan serupa
Ayah riwayat asma
Gejala >1x/minggu, tapi <1x/hari, >2x/bulan
Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
Faal paru normal diluar serangan
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi
d. Tata Laksana
Terapi Awal
O2 Nasal Canule 4 lpm
Inhalasi Ventolin (Agonis Beta-2 Kerja Singkat) melalui nebulisasi
setiap 20 menit dalam 1 jam
Terapi Lanjut
Pasca-penanganan 1 jam, tidak adanya perbaikan (pasien tambah
gelisah, tanda vital tetap, dan SaO2 tetap 92%), maka
O2 Nasal Canule 4 lpm
e. Pembahasan
Asma merupakan suatu gangguan inflamasi kronik saluran nafas
yang melibatkan banyak sel dan elemennya yang menyebabkan
peningkatan hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala
episodik berulang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat dan
batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Dimana episodik
tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas,
bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan.
Beberapa klasifikasi berat derajat asma antara lain intermitten,
persisten ringan, persisten sedang, dan persisten berat. Gejala klinis
yang didapatkan pada pasien ini berupa sesak nafas yang memberat
sejak 1 hari SMRS, disertai suara mengi, dan batuk berdahak. Keluhan
dialami terutama saat malam hari dan pagi hari. Pasien mengalami
serangan 2-3 kali dalam satu bulan, dan 1 kali dalam 1 minggu, saat
gejala muncul pasien mengalami sulit tidur dan aktivitas pasien
terbatas. Hal ini sesuai dengan kriteria asma persiten ringan.
Pemeriksaan fisik didapatkan saat sesak nafas, pasien mampu
berbicara beberapa kata, posisi pasien duduk pasien sadar, namun
tampak gelisah, frekuensi nafas : 30x/menit, otot bantu nafas (+).
Anamnesis
Sesak nafas memberat sejak 1 hari SMRS
b.
c.
Pemeriksaan Penunjang
SaO2 : 92%
d.
e.
Tata Laksana
Budesonide Turbuhaler (Pulmicort) 2 x sehari
Ventolin (Salbutamol) 3 4 x sehari (bila gejala timbul)
DAFTAR PUSTAKA
Tanto, C., et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius.
PDPI. 2004. Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta:
FKUI.
DAI. 2011. Pedoman Tatalaksana Asma. Jakarta: Mahkota Dirfan.
Kasper, D.L, et al. 2005. Harrisons Principles of Internal Medicine. US:
McGrawHill