Anda di halaman 1dari 22

Presentasi Kasus

Asthma

Disusun Oleh:
Raezia Olyvia Rachman
1111103000057
Yofara Maulidiah Muslihah
1111103000047
Yoga Eka Prayuda
11111030000

Pembimbing:
dr. Fordiastiko, SpP

STASE PULMONOLOGI
PERIODE 1 JUNI 28 JUNI 2015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah oleh karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah presentasi kasus pulmonologi mengenai
asthma ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
kepaniteraan klinik di stase Pulmonologi Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta. Dalam
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terutama
kepada:
1. dr. Fordiastiko, SpP, selaku pembimbing presentasi kasus ini,
2. Semua dokter dan staf pengajar di stase Pulmonologi RSPG Cisarua, serta
3. Rekan-rekan Kepaniteraan Pulmonologi RSPG Cisarua.
Penyusun menyadari bahwa makalah tidak terlepas dari kekurangan. Oleh
karena itu, semua kritik serta saran yang membangun sangat penyusun harapkan
dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
orang-orang yang terkait dalam pembuatannya, terutama dalam hal membuka
wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang Pulmonologi.

Jakarta, 21 Juni 2015

Penyusun

BAB I
LAPORAN KASUS

1. 1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien

: Tn. I

No. Rekam medik

: 189007

Status Perkawinan

: Menikah

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Cikaret, Bogor Selatan

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tanggal Lahir

: 1 Januari 1984

Umur

: 31 Tahun

Agama

: Islam

Pendidikan formal

: Tamat SMA

Ruang rawat

: Gedung Rawat Inap Mawar

Tanggal masuk IGD

: Minggu, 21 Juni 2015

Tanggal pemeriksaan

: Minggu, 21Juni 2015

1.2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan aloanamnesis dengan pasien
dan istrinya pada hari Minggu, 21 Juni 2015 di IGD RSPG.

Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak nafas memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang


Sesak terutama dipicu oleh udara dingin. Sesak disertai bunyi nafas
tambahan yaitu mengi. Sesak nafas tidak disertai dengan rasa nyeri pada dada
kiri yang menjalar hingga lengan kiri ataupun punggung. Sesak nafas juga

tidak disertai oleh rasa panas pada ulu hati yang menjalar hingga
tenggorokan.
Pasien mengeluh adanya demam yang tidak terlalu tinggi sejak 1 hari
bersamaan dengan gejala sesak muncul. Selain itu, pasien juga mengeluh
adanya batuk berdahak warna putih tanpa darah yang dimulai sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh pusing, mual, dan muntah
sebanyak 2 kali berisikan makanan. Pasien mengaku tidak mengalami
keluhan sering berkeringat di malam hari. Pasien tidak merasa berat badan
menurun dalam sebulan terakhir dan selera makan pasien tidak berkurang.
Sesak nafas mulai dirasakan ketika malam hari dan dirasa semakin
memberat hingga pagi hari. Saat pertama kali sesak dirasakan, pasien
menggunakan obat semprot yang diperolehnya dari dokter paru yaitu obat
semprot berbentuk bulat, kemasan berwarna ungu. Pasien kemudian di uap
dengan alat yang pasien miliki dengan salbutamol, namun setelah empat kali
dilakukan nebulisasi, pasien tidak merasakan adanya perbaikan. Malam hari,
karena dirasakan keluhan semakin memberat, pasien akhirnya dibawa ke
IGD. Keluhan sesak berulangkali dialami pasien, dalam sebulan pasien dapat
mengalami serangan 2-3 kali, dan kurang lebih 1 kali dalam seminggu
biasanya serangan pada malam hari dan pagi hari. Serangan asma,
mengganggu tidur pasien. Pasien tidak dapat tidur terlentang ketika sesak.
Aktivitas fisik seperti berjalan menjadi terbatas. Saat tidak terjadi serangan,
sehari-hari pasien dapat beraktivitas seperti biasa.
Saat ini, pasien masih merasakan sesak, pasien tidak dapat tidur terlentang,
pasien lebih nyaman dengan posisi duduk. Pasien masih mengeluhkan pusing
dan mual. Pasien setiap hari menggunakan obat yang pemakaiannya dihirup,
kemasan berbentuk bulat berwarna ungu.
Pasien mengakui adanya riwayat asthma dan sering pilek terutama saat
pagi hari dan saat udara dingin. Keluhan darah tinggi, maupun kencing manis
disangkal. Pasien juga menyangkal adanya riwayat alergi obat ataupun alergi
makanan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengaku pernah dirawat dengan keluhan yang serupa pada tahun
2012. Pasien belum pernah mengkonsumsi OAT sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien, yaitu ayah pasien mengalami keluhan serupa dengan
pasien. Ayah pasien memiliki riwayat penyakit asthma. Riwayat darah tinggi
dan kencing manis pada keluarga disangkal.

Riwayat Sosial dan Kebiasaan


Pasien memiliki kebiasaan merokok kurang lebih 1 bungkus per-hari sejak
usia 18 tahun. Namun, pasien sudah berhenti merokok sejak tahun 2012.
Pasien tidak pernah mngonsumsi alkohol ataupun NAPZA.

1.3.PEMERIKSAAN FISIK (21 Juni 2015)


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang dan gelisah
Posisi pasien duduk dan mampu menjawab dengan kata-kata.
Kesadaran

: Compos Mentis, E4 M6 V5

Status Gizi

: BB= 65 kg; TB= 170 cm; BMI= 22,49 kg/m2

Tanda Vital

TD

: 120/70 mmHg

Nadi

: 97 x/menit, regular, isi cukup

Suhu

: 37,1oC

Pernafasan

: 30x/menit

Status Generalis
Kepala

: Normocephal, rambut warna hitam menyebar merata,


rambut tidak mudah dicabut.

Mata

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil RCL


+/+, RCTL +/+, 3mm/3mm, visus ODS: 6/60,
shadow test -/-

THT
Telinga

:
Normotia, hiperemis -/-, nyeri tekan tragus -/-, liang
telinga lapang +/+, sekret -/-

Hidung

Deviasi septum -/-, cavum nasal lapang, sekret -/-,


concha nasal inferior hiperemis -/-, eutrofi/eutrofi,
concha nasal media hiperemis -/-, eutrofi/eutrofi

Tenggorok

Mukosa bukal normal, atrofi papil lidah (-), tonsil


T1/T1, dinding arkus posterior hiperemis (-), granul
(-)

Gigi dan Mulut

: Oral hygiene baik, caries gigi (-), gigi berlubang (-)

Leher

: Trakea di tengah, pembesaran KGB leher (-),


pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP 5 + 0 mmHg

Paru
Depan
I : Bentuk dada normal, pelebaran sela iga (-), pergerakan dada simetris, retraksi
m.intercostal (-), pelebaran vena (-), massa (-), penggunaan otot bantu nafas
(+)
P : Ekspansi dada cukup, pelebaran sela iga (-), massa (-), vocal fremitus +/ +
P : Sonor/ sonor
A : Vesikuler menurun pada lapang paru kanan, ronkhi -/-, wheezing +/+

Belakang
I : Bentuk dada normal, pelebaran sela iga (-),pergerakan dada simetris, retraksi
m.intercostal (-), pelebaran vena (-), massa (-)
P : Ekspansi dada cukup, pelebaran sela iga (-), massa (-),vocal fremitus +/ +
P : Sonor / sonor
A : Vesikuler menurun pada lapang paru kanan, ronkhi -/-, wheezing +/+

Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat.
P : Teraba ictus cordis pada 1 jari medial midklavikula ICS V sinistra
P : Pinggang jantung ICS II midklavikula sinistra, batas kanan parasternal ICS
IV dextra, batas kiri midklavikula ICS V sinistra
A : BJ I & II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
I : Datar, tidak buncit, spider navy (-), striae (-)
A : Bising usus (+) normal
P : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba
P : Bising usus (+) normal

Kulit

: lembab, berkeringat
Status dermatologikus

:-

Rektum/Anus : tidak dilakukan pemeriksaan


Punggung

: tidak dilakukan pemeriksaan

Alat Kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan

1.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Saturasi Oksigen
SaO2 92%

Pemeriksaan Laboratorium
Jenis
Pemeriksaan

20 Juni 2015

Hb

15,1 g/dL

Ht

40,7 %

Leukosit

9.890 /uL

Trombosit

229.000 /uL

Eritrosit

4,76 juta/uL

SGOT

14 U/I

SGPT

9 U/I

Albumin

3,40 g/dL

Ureum

20 mg/dL

Kreaitinin

1,2 mg/dL

GDS

119 mg/dL

Kekerasan

: Kurang

Kesimetrisan

: Tidak Simetris

Tulang dan Jaringan Lunak

: Normal

Sudut Kostofrenikus
Kanan

: Lancip

Kiri

: Lancip

Diafragma

: Normal

Paru

: Corakan bronkovaskuler normal

Jantung
CTR

: Normal (<50%)

Aorta

: Normal

Hilus

: Normal

Trakea

: Normal (di tengah)

1. 5. RESUME
Anamnesis
Pasien, laki-laki, 31 tahun, mengalami sesak nafas yang memberat sejak 1
hari SMRS. Keluhan disertai dengan batuk berdahak, dahak berwarna putih,
demam yang tidak terlalu tinggi, pusing, mual dan muntah sebanyak 2 kali

berisi makanan. Saat ini pasien masih merasakan sesak dan pusing. Pasien
juga mengeluh mual dan muntah sebanyak 2 kali berisikan makanan. Pasien
memiliki riwayat asma dan sering pilek saat pagi hari. Pasien riwayat di
rawat di rumah sakit dengan keluhan serupa. Ayah pasien memiliki riwayat
asma.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik: TSS, CM, E4M6V5, IMT 22,49 kg/m2, TD 120/ 70
mmHg, HR 90 x/ menit, RR 30 x/menit, dan T 37,1oC.
Pasien tampak gelisah, dengan posisi duduk dan mampu menjawab dengan
kata-kata.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya penggunaan otot bantu nafas dan
wheezing +/ +. Selain itu, didapatkan adanya nyeri tekan epigastrium.

1.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG ANJURAN


Pemeriksaan Analisa Gas Darah
Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi

1.7. DIAGNOSIS
Asthma Persisten Ringan Eksaserbasi Akut Sedang
Dispepsia Fungsional

1.8. TATALAKSANA
Terapi Awal
O2 Nasal Canule 4 lpm
Inhalasi Ventolin (Agonis Beta-2 Kerja Singkat) melalui nebulisasi
setiap 20 menit dalam 1 jam

Terapi Lanjut
Pasca-penanganan 1 jam, tidak adanya perbaikan (pasien tambah gelisah,
tanda vital tetap, dan SaO2 tetap 92%), maka

O2 Nasal Canule 4 lpm


Inhalasi Combivent (Ipratropium Br 0,52 mg + Salbutamol Sulphate
3,01 mg)
Methylprednisolone 20 mg
Pantau APE, SaO2, dan nadi
Pasien dirawat inap

Penatalaksanaan Janga Panjang


Budesonide Turbuhaler (Pulmicort) 2 x sehari
Ventolin (Salbutamol) 3 4 x sehari (bila gejala timbul)

Penatalaksanaan Lain
Ranitidine 2 x 150 mg PO

1.8. PROGNOSIS
Ad vitam

: Bonam

Ad functionam

: Bonam

Ad sanationam

: Dubia ad malam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.

Asma
1.1. Definisi
Penyakit inflamasi kronis pada saluran pernafasan karena
hiperresponsif yang ditandai oleh mengi dan/atau batuk berulang
dengan karakteristik:
a. Timbulsecara periodik
b. Cenderung pada malam/dini hari
c. Bersifat musiman
d. Timbul setelah aktivitas fisik
e. Terdapat riwayat asma dan/atau atopi pada pasien atau keluarga
Eksaserbasi asma merupakan episode perburukan gejala-gejala
asma secara progresif yang umumnya ditandai dengan distres
pernafasan. Dapaaat itmbul gejala sesak nafas, batuk, mengi,
dan dada terasa tertekan.

1.2. Epidemiologi
Berdasarkan data CDC Asthma Surveillance Survey
prevalensi asmasebesar 6,7% pada dewasa dan 8,5% pada anakanak. Sebelum pubertas, prevalensi asma lebih tinggi pada laki-laki
daripada perempuan (3:1). Prevalensi menjadi seimbang antara
laki-laki dan perempuan pada masa remaja. Pada anak, paling
sering terjadi pada usia 13-14 tahun.

1.3. Etiologi
Serangan akut umumnya timbul akibat pajanan terhadap
faktor pencetus, seperti infeksi virus atau alergen. Selain itu, asma
dapat pula dicetuskan oleh cuaca dingin, kegiatan jasmani,
gastroesofageal refluks, dan ketidakstabilan emosi.

1.4. Patogenesis
Alergen yang masuk ke dalam tubuh akan merangasang
pengeluaran IgE oleh sel plasma, yang kemudian akan menempel
pada reseptor dinding sel mast. Pada pajanan berikutnya, alergen
serupa akan menempel pada sel mast yang telah tersensitisasi. Sel
mast akan mengalami degranulasi dan mengeluarkan mendiator
kimia

seperti

prostaglandin.

histamin,
Mediator

leukotrin,
tersebut

Paf,

bradikinin,

menyebabkan

dan

peningkatan

permeabilitas kapiler, peningkatan sekresi mukus dan kontraksi


otot polos bronkial.

1.5. Klasifikasi
Asma diklasifikasikan berdasarkan derajat penyakitnya dan derajat
serangannya. Berdasarkan derajat penyakitnya, asama dibagi
menjadi asma episodik jarang, asmaepisodik sering, dan asma
persisten. Berdasarkan serangannya terdapat tiga kelompok, yaitu
serangan asma ringan,serangan asma sedang, dan serangan asma
berat.

No

Parameter

Frekuensi
Serangan
Lama
Serangan
Diantara
Serangan
Tidur
dan
Aktivitas
Pemeriksaan
Fisik
Obat
Pengendali

2
3
4
5
6

Uji faal paru

Variabilitas
faal paru

Asma
Ringan
<1x/bln

Asma Sedang

Asma Berat

>1x/bln

Sering

<1 minggu

>1 minggu

Sering

Gejala -

Sering gejala

Terganggu -

Sering
terganggu
Mungkin
terganggu
Inhalasi nonsteroid/steroid
dosis rendah
PEF/FEV1
>60-80%
>30%

Siang
dan
malam gejala
Sangat
terganggu
Tidak normal

Normal
Tidak perlu

PEF/FEV1>
80%
>15%

Inhalasi/oral
steroid
PEF/FEV1>6
0%
>50%

Parameter

Ringan

Sedang

Berat

Mengancam
jiwa

Sesak

berjalan

berbicara

istirahat

Posisi

berbaring

duduk

duduk

Bicara

kalimat

Bbrp kata

Per kata

Kesadaran

-/+ gelisah

gelisah

gelisah

Kebingunga
n

Sianosis

Nyata

Mengi

Sedang

Keras

Keras

Sulit

(ekspirasi)

(ekspirasi)

(eks,

terdengar

ins)
Otot bantu

-/+

Retraksi

Dangkal

Sedang

Dalam

(interkostal

(suprasternal

(cuping

hid)

Laju nafas

<20x/m

20-30x/m

>30x/m

Bradipneu

Nadi

<100x/m

100-120x/m

>120x/

Bradikardi

Dangkal

m
Pulsus

10-25 mmhg

paradoksu

>25
mmhg

s
APE pasca >80%

60-80%

<60%

SaO2

>95%

91-95%

<90%

PaO2

N >83

>60 mmhg

<60
mmhg

PaCO2

<45 mmhg

<45 mmhg

>45
mmhg

1.6. Diagnosis
Diagnosis asma ditegakkna dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Selain penegakan diagnosis asma, tanyakan mengenai
frekuensi serangan asma untuk menentukan klasifikasi asma.
Gejala, tanda, dan faktor resiko yang mengarah ke diagnosis asma,
diantaranya
a. Mengi saat ekspirasi
b. Riwayat: batuk lebih berat saat malam, mengi berulang, sulit
bernafas, dada seperti diikat
c. Timbul atau berat saat malam hari
d. Gejala semakin memberat pada musim tertentu
e. Riwayat eksim, keluarga ada riwayat asma atau atopi
f. Semakin memberat saat terpapar alergen
g. Perbaikan setelah pemberian bronkodilator
-

Spirometri
Menilai hambatan aliran udara dan reversibilitas. Jika
peningkatan FEV1 >12% dan >200 cc setelah pemberian
bronkodilator, hasilnya reversibel. Dilakukan pada saat
awak, setelah stabil pasca tatalaksana eksaserbasi dan
berkala 1-2 tahun. Spirometri hanya dilakuakn pada pasien
diatas 5 tahun.

PEF
Diagnosis asma jika didapatkan hasil:

Peningkatan

60

bronkodilator

atau

cc/menit
>20%

setelah

inhalasi

dibandingkan

PEF

sebelum pemberian bronkodilator.

Variasi diurnal, PEF>20%

Pemeriksaan tambahan
Skin test dengan mengukur IgE spesifik di serum unutk
menentukan ada alergi dan identifikasi faktor resiko.

1.7. Terapi
Tujuan

tatalaksana

anatara

lain

untuk

mencapai

dan

mempertahankan kendali gejala klinis asma dalam jangkan


panjang. Terdapat 4 komponen penatalaksaan asma untuk
mencapai kondisi terkontrol, yaitu:
a. Hubungan yang baik antar pasien dan dokter
b. Identifikasi dan kurangi paparan terhadap faktor resiko
c. Penilaian, terapi,dan pengawasan asma
d. Terapi serangan akut asma
Terapi medikamentoas asma dapat dibagi menjadi 2 kelompok
berdasarkan fungsinya, yaitu
a. Controller
Terapi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya gejala atau
serangan akut, serta meningkatkan fungsi paru.
b. Reliever
Mengatasi gejala akut, seperti sesak, mengi, dada terasa berat,
atau batuk.
Regimen terapi untuk pasien yang belum memiliki riwayat
pengobatan asma sebelumnya, yaitu

Derajat

gejala

asma
Intermitten

Gejala

Faal paru

terapi

VEP/APE

SABA

malam
<1x/mgg

<2x/bln

Eksaserbasi

>80%

ringan
Persisten

1x/bln-

ringan

1x/mgg

>2x/bln

VEP/APE

SABA,

>80%

KSI

Eksaserbasi

dosis

mengganggu

rendah

aktivitas
Persisten

Setiap hari

>1x/mgg

VEP/APE

SABA,

sedang

Eksaserbasi

>60-80%

KSI

mengganggu

dosis

aktivitas,

rendah,

butuh reliver

LABA

setiap hari
Persisten

Setiap hari

berat

Eksaserbasi

sering

VEP/APE

SABA,

<60%

KSI

mengganggu

dosis

aktivitas

tinggi,

Aktivitas

LABA,

terbatas

KSO

Anjurkan pasien untuk kontrol ke dokter dalam 1-3 hari setelah


kunjungan pertama dan setiap 3 bulan untuk pertemuan
selanjutnya. Pasca penanganan eksaserbasi akut pasien dianjurkan
untuk kontrol 2-4 minggu setelahnya.
Tatalaksana eksaserbasi akut
Eksaserbasi adalah episode yang mana terjadi peningkatan
progresif dari gejala: nafas pendek, batuk, mengi,atau dada terasa
berat. Pasien dengan eksaserbasi akut memiliki resiko tinggi
mengancam jiwa, jika
a. Terdapat riwayat asma hampir fatal hingga membutuhkan
intubasi dan ventilasi mekanik
b. Riwayat rawat inap atau IGDs
c. Pasien sedang menggunakan atau baru saja berhentu memakai
glukokortikoid oral
d. Tidak sedang menggunakan glukokortikoid inhalasi
e. Ketergantungan terhadapat SABA, terutama lebih dari 1
canister/bulan
f. Riwayat gangguan psikiatri

g. Tidak komplians terhadap terapi asma


Asma eksaserbasi ringan adalah penurunan peak flow<20%,
terbangun saat malam hari, peningkatan pemakaian SABA, masih
dapat diterapi dirumah. Asma eksaserbasi sedang dan berat perlu
dibawa ke dokter.
Terapi serangan asma yang tepat
Pemberian SABA dengan dosis adekuat. Dimulai dengan 24 puff setiap 20 menit dalam 1 jam pertama/ eksaserbasi
sedang 6-10 puff setiap 1-2 jam.
Glukokortikoid oral diindikasikan pada asma eksaserbasi
sedang atau berat, riwayat penggunaan steroid sebagai obat
rutin,

tidak

responsif

dengan

bronkodilator.

Dosis

prednisolon 0,5-1 kg/BB/hari


Pemakaian oksigen
Kombinasi SABA-Antikolonergik
Metilsantin tidak direkomendasikan, digunakan jika SABA
inhalasi tidak ada
Eksaserbasi berat yang tidak berespon dengan bronkodilator
dan glukokortikoid sistemik berikan 2 gram MgSO4.

BAB III
ANALISIS KASUS
1. Asma Persisten Ringan
Dasar Diagnosis
a. Anamnesis
Sesak nafas memberat sejak 1 hari SMRS
Terdapat bunyi nafas tambahan, yaitu mengi
Pasien memiliki riwayat asma dan pilek terutama saat pagi hari dan
udara dingin
Pasien riwayat dirawat di rumah sakit dengan keluhan serupa
Ayah riwayat asma
Gejala >1x/minggu, tapi <1x/hari, >2x/bulan
Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
Faal paru normal diluar serangan

b. Pemeriksaan Fisik (21 Juni 2015)


Pada auskultasi didapatkan wheezing +/+

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi

d. Tata Laksana
Terapi Awal
O2 Nasal Canule 4 lpm
Inhalasi Ventolin (Agonis Beta-2 Kerja Singkat) melalui nebulisasi
setiap 20 menit dalam 1 jam

Terapi Lanjut
Pasca-penanganan 1 jam, tidak adanya perbaikan (pasien tambah
gelisah, tanda vital tetap, dan SaO2 tetap 92%), maka
O2 Nasal Canule 4 lpm

Inhalasi Combivent (Ipratropium Br 0,52 mg + Salbutamol


Sulphate 3,01 mg)
Methylprednisolone 20 mg
Pantau APE, SaO2, dan nadi
Pasien dirawat inap

e. Pembahasan
Asma merupakan suatu gangguan inflamasi kronik saluran nafas
yang melibatkan banyak sel dan elemennya yang menyebabkan
peningkatan hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala
episodik berulang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat dan
batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Dimana episodik
tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas,
bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan.
Beberapa klasifikasi berat derajat asma antara lain intermitten,
persisten ringan, persisten sedang, dan persisten berat. Gejala klinis
yang didapatkan pada pasien ini berupa sesak nafas yang memberat
sejak 1 hari SMRS, disertai suara mengi, dan batuk berdahak. Keluhan
dialami terutama saat malam hari dan pagi hari. Pasien mengalami
serangan 2-3 kali dalam satu bulan, dan 1 kali dalam 1 minggu, saat
gejala muncul pasien mengalami sulit tidur dan aktivitas pasien
terbatas. Hal ini sesuai dengan kriteria asma persiten ringan.
Pemeriksaan fisik didapatkan saat sesak nafas, pasien mampu
berbicara beberapa kata, posisi pasien duduk pasien sadar, namun
tampak gelisah, frekuensi nafas : 30x/menit, otot bantu nafas (+).

2. Asma Eksaserbasi Akut Derajat Sedang


Dasar Diagnosis
a.

Anamnesis
Sesak nafas memberat sejak 1 hari SMRS

Pasien lebih nyaman dengan posisi duduk

b.

Pemeriksaan Fisik (21 Juni 2015)


Saat sesak nafas, pasien mampu berbicara beberapa kata
Posisi pasien duduk
Pasien sadar, namun tampak gelisah
Frekuensi nafas: 30x/menit
Otot bantu nafas (+)

c.

Pemeriksaan Penunjang
SaO2 : 92%

d.

Pemeriksaan Penunjang Anjuran


Pemeriksaan Analisa Gas Darah

e.

Tata Laksana
Budesonide Turbuhaler (Pulmicort) 2 x sehari
Ventolin (Salbutamol) 3 4 x sehari (bila gejala timbul)

DAFTAR PUSTAKA
Tanto, C., et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius.
PDPI. 2004. Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta:
FKUI.
DAI. 2011. Pedoman Tatalaksana Asma. Jakarta: Mahkota Dirfan.
Kasper, D.L, et al. 2005. Harrisons Principles of Internal Medicine. US:
McGrawHill

Anda mungkin juga menyukai