Anda di halaman 1dari 19

Memahami dan Menjelaskan Tentang Plasmodium Penyebab Malaria pada Manusia

Plasmodium Vivax
termasuk ke dalam anggota filum Sporozoa yang tidak memiliki alat gerak dan bersifat
parasit, tubuh terbentuk bulat atau bulat panjang. Perkembangbiakan/siklus hidupnya dapat
dibagi atas tiga stadium:
a.

Schizogonia : terbentuk secara membelah dan terjadi setelah menginfeksi


inang

b.

Sporogoni : pembentukan spora di luar inang dan merupakan stadium efektif.

c.

Gamogoni : tahap pembentukan sel-sel gamet terjadi di dalam tubuh inang


perantara atau nyamuk.

Siklus hidup Plasmodiun Vivax

1.

Nyamuk Anopheles betina menggigit, menghisap darah manusia kemudian


mengeluarkan air liur yang mengandung sporozoit.

2.

Bersama aliran darah sporozoit menuju hati, selama 3 hari.

3.

Sporozoit membelah menjadi 8 32 merozoit, keluar dari hati kemudian


menginfeksi sel hati lain dan membentuk merozoit baru. Akibatnya sel hati
banyak yang rusak.

4.

Gejala demam terjadi ketika merozoit melisiskan sel darah merah dalam jumlah
banyak.

5.

Gejala demam terjadi ketika merozoit melisiskan sel darah merah dalam jumlah
banyak.

6.

Jika darah si penderita digigit nyamuk Anopheles dan menghisap darah penderita
tadi maka makrogametosit dan mikrogametosit akan ikut terhisap dan masuk ke
dalam usus nyamuk. Di dalam usus nyamuk makrogametosit danmikrogametosit
berkembang menjadi makrogamet (ovum) dan mikrogamet (sperma). Prosesnya
dinamakan gametogonia atau gametogenesis. Fertilisasi terjadi di dalam usus
sehingga terbentuklah zigot (ookinet).

7.

Zigot (ookinet) selanjutnya akan menembus dinding usus dan untuk sementara
akan menetap, terbungkus oleh otot dinding perut nyamuk (ookista)

8.

Di dalam ookista, zigot akan membelah berulang kali sehingga terbentuk sel-sel
yang lengkap dinamakan sporozoit.

9.

Jika ookista telah matang maka akan pecah sehingga sporozoit tersebar ke
seluruh tubuh nyamuk, diantaranya adalah ke dalam kelenjar ludah.

10.

Apabila nyamuk menghisap darah manusia bersamaan dengan itu nyamuk akan
melepaskan sporozoit ke dalam darah.

Plasmodium pada manusia : aseksual


Fase gametofit dan vegetatif
Plasmodium pada nyamuk : seksual
Fase sporofit dan generatif

Plasmodium falciparum
mempunyai sifat sifat tertentu yag berbeda dengan species lainnya, sehingga
diklasifikasikan dalam subgenus laveran.
Plasmodium falciparum mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Haemosporodia

Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : Falcifarum

A.Nama penyakit
P.falciparum menyebabkan penyakit malaria falsifarum.

B.Hospes
Manusia merupakan hospes perantara parasit ini dan nyamuk Anopheles betina
menjadi hopses definitifnya atau merupakan vektornya.

C.Distribusi geografik
Parasit ini ditemukan didaerah tropic, terutama di Afrika dan Asia Tenggara. Di
Indonesia parasit ini terbesar di seluruh kepulauan.

D.Morfologi dan daur hidup


Parasit ini merupakan species yang berbahaya karena penyakit
ditimbulkannya dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian.

yang

Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase preritrosit saja; tidak
ada fase ekso-eritrosit. Bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizom
yang berukuran 30 pada hari keempat setelah infeksi.
Jumlah morozoit pada skizon matang (matur) kira-kira 40.000 bentuk cacing
stadium trofosoit muda plasmodium falciparum sangat kecil dan halus dengan
ukuran 1/6 diameter eritrosit. Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir
kromatin; bentuk pinggir (marginal) dan bentuk accole sering ditemukan.
Beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu eritrosit (infeksi multipel).
Walaupun bentuk marginal, accole, cincin dengan kromatin ganda dan infeksi
multiple dapat juga ditemukan dalam eritrosit yang di infeksi oleh species
plasmodium lain pada manisia, kelainan-kelainan ini lebih sering ditemukan pada
Plasmodium Falciparum dan keadaan ini penting untuk membantu diagnosis
species.

Bentuk cincin Plasmodium falciparum kemudian menjadi lebih besar, berukuran


seperempat dan kadang-kadang setengah diameter eitrosit dan mungkin dapat
disangka parasit Plasmodium malariae. Sitoplasmanya dapat mengandung satu
atau dua butir pigmen. Stadium perkembangan siklus aseksual berikutnya pada
umumnya tidak berlangsumg dalam darah tepi, kecuali pada kasus brat
(perniseosa).
Adanya skizon muda dan matang Plasmodium falciparum dalam sediaan darah
tepi berarti keadaan infeksi yang berat sehingga merupakan indikasi untuk
tindakan pengobatan cepat.
Bentuk skizon muda Plasmodium falciparum dapat dikenal dengan mudah oleh
adanya satu atau dua butir pigmen yang menggumpal. Pada species parasit lain
pada manusia terdapat 20 atau lebih butir pigmen pada stadium skizon yang
lebih tua. Bentuk cincin da tofozoit tua menghilang dari darah tepi setelah 24
jam dan bertahan dikapiler alat-alat dalam, seperti otak, jantung, plasenta, usus
atau sumsum tulang; di tempat tempat ini parasit berkembang lebih lanjut.
Dalam waktu 24 jam parasit di dalam kapiler berkembang biak secara zkisogoni.
Bila skison sudah matang, akan mengisi kira-kira 2/3 eritrosit. Akhirnya
membelah-belah dan membentuk 8 24 morozoit, jumlah rata-rata adalah 16.
skizon matang Plasmodium falciparum lebih kecil dari skizon matang parasit
malaria yang lain. Derajat infeksi pada jenis malaria ini lebih tinggi dari jenisjenis lainnya, kadang-kadang melebihi 500.000/mm3 darah.
Dalam badan manusia parasit tidak tersebar merata dalam alat-alat dalam dan
jaringan sehingga gejala klinik pada malaria falciparum dapat berbeda-beda.
Sebagian besar kasus berat dan fatal disebabkan oleh karena eritrosit yang
dihinggapi parasit menggumpal dan menyumbat kapiler.
Pada malaria falciparum eritrosit yang diinfeksi tidak membesar selama stadium
perkembangan parasit. Eritrosit yang mengandung trofozoit tua dan skizon
mempunyai titik kasar berwarna merah (titik mauror) tersebar pada dua per tiga
bagian eritrosit. Pembentukan gametosit berlamgsung dalam alat-alat dalam,
tetapi kadang-kadang stadium mudah dapat ditentukan dalam darah tepi.
Gametosis muda mempunyai bentuk agak lonjong, kemudian menjadi lebih
panjang atau berbentuk elips; akhirnya mencapai bentuk khas seperti sabit atau
pisang sebagai gametosis matang. Gametosis untuk pertama k ali tampak dalam
darah tepi setelah beberapa generasi mengalami skizogoni biasanya kira-kira 10
hari setelah parasit pertama kali tampak dalam darah. Gametosis betina atau
makrogametosis biasanya lebih langsing dan lebih panjang dari gametosit
jantang atau mikrogametosit, dan sitoplasmanya lebih biru dengan pulasan
Romakonowsky. Intinya lebih lebih kecil dan padat, berwarna merah tua dan
butir-butir pigmen tersebar disekitar inti. Mikrogametozit membentuk lebih lebar
dan seperti sosis. Sitoplasmanya biru, pucat atau agak kemerah-merahan dan
intinya berwarna merah mudah, besar dan tidak padat, butir-butir pign\men
disekitan plasma sekitar inti.

Jumlah gametosit pada infeksi Falciparum berbeda-beda, kadang-kadang sampai


50.000 150.000/mm3 darah, jumlah ini tidak pernah dicapai oleh species
Plasmodium lain pada manusia. Walaupun skizogoni eritrosit pada Plasmodium
falciparum selesai dalam waktu 48 jam dan priodisitasnya khas terirana, sering
kali pada species ini terdapat 2 atau lebih kelompok-kelokpok parasit, dengan
sporolasi yang tidak singkron, sehingga priodesitas gejala pada penderita
menjadi tidak teratur, terutama pada stadium permulaan serangan malaria.
Siklus seksual Plasmodium falciparum dalam nyamuk sama seperti pada
Plasmodium yang lain. Siklus berlangsung 22 hari pada suhu 20o C, 15 17 hari
pada suhu 23o C dan 10 11 hari pada suhu 25o C 28o C. pigmen pada obkista
berwarna agak hitam dan butir butinya relative besar, membentuk pola pada
kista sebagai lingkaran ganda sekitar tepinya, tetapi dapat tersusun sebagai
lingkaran kecil dipusat atau sebagai garis lurus ganda. Pada hari ke- 8 pigmen
tidak tampak kecuali beberapa butir masih dapat dilihat.
Resistensi adalah kemampuan strain parasit untuk tetap hidup, berkembangbiak
dan menimbulkan gejala penyakit, walaupun diberi pengobatan terhadap parasit
dalam dosis standar atau dosis yang lebih tinggi yang masih dapat ditoleransi.
Resistensi P.falciparum terhadap obat malaria golongan 4 aminokuinolin
(klorokuin dan amodiakuin untuk pertama kali ditemukan pada tahun 1960 -1961
di Kolombia dan Brasil. Kemudian secara berturut-turut ditemukan di Asia
Tenggara, di Muangthai, Kamboja, Malaysia, Laos, Vietnam, Filifina. Di Indonesia
ditemukan di Kalimantan timur (1974), Irian Jaya (1976), Sumatera Selatan
(1978), Timor Timur (1974), Jawa Tengah (Jepara, 1981) dan Jawa Barat (1981).
Focus resistensi tidak mengcakup semua daerah, parasit masih sensitive
dibeberapa tempat di daerah tersebut.

Jenis Plasmodium lainnya :

Plasmodium malariae, penyebab penyakit malaria Quartana dengan gejala demam


(masa sporulasi) selang waktu 72 jam.

Plasmadium ovale, disebut malaria ovale tertiana, akan tetapi gejala demamnya lebih
ringan daripada malaria tertiana yang disebabkan Plasmodium
vivax.

Memahami dan Menjelaskan Tentang Malaria

Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit
yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui
gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di
wilayah
tropik,
misalnya
di
Amerika,
Asia
dan
Afrika.
Ada empat type plasmodium parasit yang dapat meng-infeksi manusia, namun
yang seringkali ditemui pada kasus penyakit malaria adalah Plasmodium
falciparum and Plasmodium vivax. Lainnya adalah Plasmodium ovale dan
Plasmodium malariae.

Epidemiologi Malaria
Secara parasitologis, dalam daur hidup Plasmodium, manusia diketahui sebagai
inang antara karena Plasmodium, parasit malaria dalam tubuh manusia masih
dalam stadium aseksual, maksimal sebagai mikrogametosit (jantan muda) dan
makrogametosit (betina muda) yang belum mampu melakukan singami.
Plasmodium, parasit malaria, pada manusia di Indonesia adalah: P. falciparum, P.
vivax, P. malariae dan P. ovale. Parasit malaria dalam tubuh manusia berhabitat
utama dalam sel darah merah (eritrosit) yang memakan hemoglobin.
Pada P. vivax ada bentuk hepatik yaitu dalam sel-sel hati yang memungkinkan
terjadi relaps atau kambuh.
Vektor malaria adalah Nyamuk Anopheles betina, yang merupakan inang
definitif. Dalam lambung nyamuk mikrogametosit dan makrogametosit
Plasmodium, masing-masing telah menjadi mikrogamet dan makrogamet yang
kemudian kawin (singami) zigot ookinet oosista (proses sprogoni) dalam
dinding lambung nyamuk pecah keluar puluhan ribu ratusan ribu sporozoit
yang akan menuju kelenjar liur nyamuk inangnya.
Keberadaan, kelimpahan, umur dan mungkin perilaku vektor sangat dipengaruhi
oleh lingkungan tanbiotik (fisik, kimia, hidrologis, klimatologis), biotik (tumbuhan,
biota predator), dan kondisi sosial ekonomi penduduk di daerah endemik

malaria. Spesies nyamuk yang berbeda segi genetiknya


dukungnya terhadap kelangsungan hidup parasit malaria.

berbeda

daya

Faktor lingkungan suhu udara geografis (ketinggian dari permukan laut, musim)
bisa berpengaruh pada kemampuan hidup parasit dalam nyamuk vektor.
Plasmodium tidak bisa hidup dan berkembang pada suhu < 16 derajat Celsius.
Kelembaban udara 60-80% optimal untuk hidup nyamuk dengan umur panjang.
Jika nyamuk vektor semakin padat (misalnya hitungan jumlah nyamuk vektor
rata-rata yang menggigit orang per jam), semakin antropofilik (lebih suka
menggigit dan mengisap darah manusia), semakin panjang umurnya (> 2
minggu), dan semakin rentan terhadap infeksi dengan parasit malaria setempat,
maka semakin besar potensinya terjadi KLB malaria, mungkin pada musim
tertentu.
Etiologi Malaria
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus
Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada
manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum,
Plasmodium malariaedan Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan
oleh nyamuk betinaAnopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusi
darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya.
(6,7)

Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai malaria
tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria
kuartana. P. ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum
menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling
berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab
dalam waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga
menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh

Patologi dan Patogenesis


Setelah melalui jaringan hati P.falcifarum melepaskan 18-24 merozoit kedalam
sirkulasi. Merozoit yang dilepaskan akan masuk ke dalam sel RES di limpa dan
mengalami fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lepas dari fagosit serta filtrasi.
Merozoit yang lepas dari filtrasi serta fagositosis dari limpa akan menginvasi
eritrosit . selanjutnya parasit berkembang biak secara aseksual dalam eritrosit.
Bentuk aseksual parasit dalam eritosit (EP) inilah yang bertanggung jawab dalam
patogenesa terjadinya malaria pada manusia. Patogenesa yang banyak di teliti
adalah patogenesa malaria yang disebabkan oleh malaria P.falcifarum.

Patogenesis malaria falcifarum di pengaruhi oleh factor parasit dan factor


penjamu (host). Yang termaksud dalam factor parasit adalah intensitas transmisi,
densitas parasit dan virulensi parasit. Sedangkan yang dimaksud dengan factor
penjamu adalah tingkat endemisitas daerah tempat tinggal, genetic, usia, status
nutrisi dan status immunologi. EP secara garis besar mengalami 2 stadium, yaitu
stadium cincin pada 24 jam I dan stadium matur pada 24 II. Permukaan stadium
cincin akan memampilkan antigen RESA (Ring-erythrocyte surgace antigen) yang
menghilang setelah parasit masuk stadium matur. Permukaan membrane EP
stadium matur akan mengalami penonjolan dan membentuk knob dengan
histidin rich-protein-1 (HRP-1) sebagai komponen utamanya. Selanjutnya bila EP
tersebut mengalami merogoni, akan dilepaskan toxin malaria berupa GPI yaitu
glikosilfosfatidilinasitol yang merangsang pelepasan TNF- dan interleukin-1 (IL1) dari makrofak.

Gejala
Manifestasi klinik malaria tergantung kepada immunitas penderita, tinggi nya
transmisi infeksi malaria. Berat ringan nya infeksi dipengaruhi oleh jenis
plasmodium (P. falcifarum sering memberikan komplikasi), daerah asal infeksi
(pola resistensi terhadap pengobatan), umur (usia lanjut dan bayi sering lebih
berat), ada dugaan konstitusi genetic, keadaan kesehatan dan nutrisi,
kemoprovilaksis dan pengobatan sebelumnya.

Gambaran klinik secara umum

Periode inkubasi bervariasi antar setiap species dari parasit, dan pada infeksi
alami (pada transmisi oleh nyamuk) adalah 12 (9-14) hari untuk falcifarum
malaria, 14 (8-17) hari untuk vivax malaria, 28 (18-40) hari untuk malariae
malaria dan 17 (16-18) hari untuk ovale malaria. Namun pada beberapa strain p.
vivax dapat melampaui durasi. Juga dapat berlangsung lama pada profilaksis,
yang mana tidak adekuat dalam menghambat parasit[4]. Malaria mempunyai
gambaran karakteristik demam periodic, anemia dan spleenomegali. Keluhan
prodormal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise,
sakit kepala, sakit belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang,
demam ringan, anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang kadang
dingin. Keluhan prodormal sering terjadi pada P. vivax dan Ovale, sedangkan
pada P.falcifarum dan malariae keluhal prodormal tidak jelas bahkan gejala dapat
mendadak.

Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias malaria secara berurutan : periode
dingin (15-60 menit): mulai menggigil, penderita sering membungkus diri
dengan selimut dan seluruh badan bergetar, diikuti dengan meningkatnya
temperature; diikuti dengan periode panas : penderita muka merah merah, nadi
cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan periode
berkeringat: penderita berkeringat banyak dan temperature turun dan penderita
merasa sehat. Trias malaria sering terjadi pada infeksi vivax, pada infeksi P.
falcifarum menggigil dapat berlangsung berat maupun tidak ada. Periode tidak
panas berlangsung 12 jam pada P. falcifarum, 36 jam pada P.vivax dan ovale, 60
jam pada P. Malariae.

beberapa keadaan klinik dalam infeksi malaria adalah:

serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai
terjadinya serangan paroksismal yang terdiri dari dingin atau menggigil; panas
dan berkeringat. Serangan paroksismal ini dapat pendek atau panjang
tergantung dari perbanyakan parasit dalam imunitas penderita.

Periode latent : periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya
infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara 2 keadaan paroksismal.

Recrudescense : yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24


minggu berakhirnya serangan primer.

Relapse atau rechute : ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang
lebih lama dari waktu diantara serangan periodiik dari infeksi primer yaitu
setelah infeksi lama dari masa latent (sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena
infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk di luar eritrosit (hati) pada malaria vivaks
atau ovale

Diagnosis Malaria
Diagnosis malaria secara tepat dan akurat adalah bagian yang sangat penting
dalam pengelolaan penyakit, jika implementasi ini efektive maka dapat
menolong mengurangi penggunaan OAM yang tidak berguna. Diagnosis malaria
secara sangat sensitive penting dalam semua keadaan. Khususnya bagi populasi
yang rentan, seperti anak anak, yang mana dapat menjadi sangat fatal jika
terlambat dan salah diagnosis. Diagnosis malaria secara specific dapat

mengurangi penggunaan anti malaria dan dapat menegakkan diagnosis banding


dari demam.

Diagnosis malaria berdasarkan criteria klinik (diagnosis klinik) dan mendeteksi


parasit di dalam darah (parasitologi atau komfirm diagnosis). Diagnosis klinik
spesifisitas sangat kurang dan pada beberapa area parasitology diagnosis belum
tersedia. Keputusan untuk memberikan pengobatan anti malaria pada situasi
tanpa diagnosis parasitology harus berdasarkan kemungkinan sakitnya
mengarah ke malaria. Satu hal yang perlu dipertimbangkan pemberian obat
malaria pada pasien tanpa malaria akan menimbulkan efek samping dari OAM
sehingga sangat merugikan pasien.

2.1 Diagnosa Klinis

Tanda dan gejala dari malaria tidak specific, diagnosis clinical malaria
kebanyakan
berdasarkan
gejala
demam
atau
pola
demam.
WHO
merekomendasikan untuk betul betul mempertimbangkan kebenaran diagnosis
secara klinik.

* Secara umum, keadaan yang cendrung terjadi malaria rendah, diagnosis


klinik malaria sebaiknya berdasarkan penemuan gejala malaria dan onset
deman 3 hari sebelumnya tanpa penyakit parah sebelumnya.
* Keaadaan yang cerdrung potensi terjadi malaria tinggi, diagnosis klinik
sebaiknya berdasarkan onset demam 24 jam dan ditemukannya anemia,.

Strategi dari WHO/UNISEF untuk pengelolaan Integrated Management of


Childhood Illness (IMCI). Juga mengembangkan praktek algoritma untuk
penanganan malaria pada anak dengan deman dimana tanpa tersedia fasilitas
diagnosis labolatorium.

2.2 Diagnosa Parasit


Penggunaan dari artemisinin base combination therapy (ACTs) harus berdasarkan
diagnosis specific secara parasitology. Biaya yang mahal dari obat tersebut
membuat pemborosan dari pasien tanpa parasitemia. keuntungan dari
parasitology diagnosis :

* Diagnosis pasti dengan parasit positif sehingga memastikan pasien malaria.


* Identifikasi parasit negative dengan sendirinya pasien di diagnosis penyakit
lainnya.
* Mencegah terpapar dengan OAM, sehingga mengurangi interaksi obat dan
efek samping.
* Meningkatkan informasi kesehatan
* Menghindandari kegagalan pengobatan.

Dua metode yang digunakan dalam diagnosis secara parasit yaitu secara
microscopy dan rapid diagnostic tests (RDTs).diagnosis secara Mikroskopy
memiliki keuntungan dari biaya yang rendah, sensitivitas dan spesifisitas tinggi
ketika digunakan oleh staf terlatih. RDTs untuk
mendeteksi antigen parasit umumnya lebih mahal, tapi harga dari beberapa
product ini mengalami penurunan harga sehingga penyebaran efektiv.
Sensitifitas dan spesifisitas sangat bervariasi, dan memiliki kendala dengan suhu
tinggi dan kelembaban.

Meskipun beberapa pernasalahan di atas, RDTs dapat di gunakan untuk


confirmasi diagnosis. Seperti mikroskop, Hasil tes ini harus di sertai dengan
jaminan kualitas. Oleh karena itu, pengenalan harus dipantau dan dievaluasi
dengan hati-hati. Hasil diagnosis parasitological harus tersedia dalam waktu
singkat (kurang dari 2 jam). Jika hal ini tidak mungkin, pasien harus diperlakukan
atas dasar diagnosis klinis.

Komplikasi Malaria
Komplikasi malaria disebabkan umumnya disebabkan oleh malaria falcifarum
dan sering di sebut pernicious manifestation, sering terjadi mendadak tanpa
gejala gejala sebelumnya dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun
seperti pada kehamilan dan orang pendatang. Penderita malaria dengan
komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO
didefinisikan sebagai infeksi P. falcifarum dengan satu atau lebih komplikasu
sebagai berikut:

1. Malaria cerebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih
dari 30 menit setelah serangan kejang; derajat penurunan kesadaran harus
dilakukan berdasarkan penilaian GCS.

2. Academia/acidosis: pH darah < 7.25 atau plasma bicarbonate <15 mmol/1,


kadar lactate vena <>5 mmol/1, klinis pernafasan dalam/respiratory distress.
3. Anemia berat (Hb < 5 g/dl atau hematokrit < 15% ) pada keadaan parasit >
10.000/ul; bila anemianya hipokromik dan/atau miktositik harus dikesampingkan
adanya anemia defisiensi besi, talasemia/hemoblobinopati lainya.
4. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400ml/24 jam pada orang dewasa atau
12ml/BB pada anak anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3
mg/dl
5. Edema paru non kardoigenic/ARDS
6. Hipoglikemi : gula darah < 40 ml/dl.
7. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistol < 70 mmHg (anak 1-5 tahun<50
mmHg); disertai keringat dingin atau perbedaan temperature kulit
mukosa>10C.
8. Pendarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan/atau disertai
kelainan labolatorik adanya gangguan koagulasi intravascular.
9. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam.
10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena
obat anti malaria/kelainan eritrosit(kekurangan G-6-PD)).
11. Diagnosis post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler pada jaingan otak. 4

Memahami dan Menjelaskan tentang Vektor Malaria


Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk
anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah
ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh
Indonesia. Dari species-species nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat
menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk
anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria.
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo
coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu:

1. Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria


yang berat.
2. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina.
3. Plasmodium malaria penyebab malaria quartana.
4. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena umumnya
banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis
plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Dari kejadian
infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara
plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax atau P. malariae. Kadang-kadang di
jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun hal ini jarang terjadi,. infeksi campuran ini
biasanya terjadi terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.
Siklus Hidup Nyamuk Anopheles
Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai tingkatantingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan tingkatan yang
berikutnya terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua tingkatan
kehidupan yaitu :
1. Tingkatan di dalam air.
2. Tingkatan di luar tempat berair (darat/udara).
Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup nyamuk akan
terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah: telur. jentik, kepompong.
Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air, maka telur akan menetas dan keluar
jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih sangat halus seperti jarum. Dalam
pertumbuhannya jentik anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali.
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung pada
suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh menjadi
kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan.
Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup
waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan
jenis kelaminnya.
Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut telah
mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk meneruskan
hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk betina
kebanyakan banya kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah
24 -48 jam dari saat keluarnya dari kepompong.
Beberapa Aspek Perilaku (Bionomik) Nyamuk
Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan,
umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi berupa lisan fisik (musim. kelembaban. angin. matahari, arus air).
lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau,
gangang vegetasi disekitar tempat perindukan dan musim alami.
Sebelum mempelajari aspek perilaku nyamuk atau makhluk hidup lainnya harus disadari
bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan biologik selalu ada variasinya. Variasi
tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal baik didaerah yang sama maupun
berbeda. Perilaku binatang akan mengalami perubahan jika ada rangsangan dari luar.
Rangsangan dari luar misalnya perubahan cuaca atau perubahan lingkungan baik yang
alami manpun karena ulah manusia.
Jika kita tinjau kehidupan nyamuk ada tiga macam tempat yang diperlukan untuk
kelangsungan hidupnya. Hubungan ketiga tempat tersebut dapat dilukiskan dengan
bagan sebagai berikut:

Untuk menujang program pemberantasan malaria perilaku vektor yang ada


hubungannya dengan ketiga macam tempat tersebut penting untuk diketahui seperti
terlihat dibawah ini:
1. Perilaku Mencari Darah.
Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
a. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu. Nyamuk anopheles pada umumnya
aktif mencari darah pada waktu malarn hari. apabila dipelajari dengan teliti. ternyata
tiap spesies mempunyai sifat yang tertentu, ada spesies yang aktif mulai senja hingga
menjelang tengah malam dan sampai pagi hari.
b. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat apabila dengan metode yang sama
kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah maka dari hasil
penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk, yaitu: eksofagik yang
lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik yang lebih senang mencari
darah didalam rumah.
c. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan macam darah
yang disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik apabila lebih senang darah
manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap darah binatang dan
golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu.
d. Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya kawin satu
kali selama hidupnya Untuk mempertahankan dan memperbanyak keturunannya,
nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap
sekian hari sekali nyamuk akan mencari darah. Interval tersebut tergantung pada
species, dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus
gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.
2. Perilaku Istirahat.
Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya selama
waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu
nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat
yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap
species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies yang halnya
hinggap tempat-tempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang
hinggap di tempat-tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu malam ada
nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap darah orang dan kemudian
langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang
akan hinggap pada dinding untuk beristirahat.
3. Perilaku Berkembang Biak.
Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau
tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada
species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung (an.
Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus). Species
yang satu berkembang dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut) misalnya
(An. Aconitus) dan seterusnya Oleh karena perilaku berkembang biak ini sangat
bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk inventarisasi tempat
perindukan, yang sangat diperlukan dalam program pemberantasan.
4. Keterangan mengenai vektor yang perlu dipelajari ialah:
a. Umur Populasi Vektor.

Umur nyamuk bervariasi tergantung pada species dan dipengaruhi keadaan lingkungan.
Ada banyak cara untuk mengukur unsur populasi nyamuk. Salah satu cara yang paling
praktis dan cukup memungkinkan ialah dengan melihat beberapa persen nyamuk porous
dari jumlah yang diperiksa. Nyamuk parous adalah nyamuk yang telah pernah bertelur,
yang dapat diperiksa dengan perbedahan indung telur (ovarium).
Misalnya dari 100 ekor nyamuk yang dibedah indung telurnya ternyata 80 ekor telah
parous, maka persentase parous populasi nyamuk tersebut adalah 80%. Penentuan
umur nyamuk ini sangat penting untuk mengetahui kecuali kaitannya dengan penularan
malaria data umur populasi nyamuk dapat juga digunakan sebagai para meter untuk
menilai dampak upaya pemberantasan vektor (penyemprotan, pengabutan dan lainlain).
b. Distribusi Musiman.
Distribusi musiman vektor sangat penting untuk diketahui. Data distribusi musiman ini
apabila dikombinasikan dengan data umur populasi vektor akan menerangkan musim
penularan yang tepat. Pada umumnya satu species yang berperan sebagai vektor,
memperlihatkan pola distribusi manusia tertentu. Untuk daerah tropis seperti di
Indonesia pada umumnya densitas atau kepadatan tinggi pada musim penghujan,
kecuali An.Sundaicus di pantai selatan Pulau Jawa dimana densitas tertinggi pada musim
kemarau
c. Penyebaran Vektor.
Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam epidemiologi penyakit yang ditularkan
serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan dua cara yaitu: cara aktif,
yang ditentukan oleh kekuatan terbang, dan cara pasif dengan perantaraan dan bantuan
alat transport atau angin.
CARA PENULARAN PENYAKIT MALARIA .
Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria:
1. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitan
nyamuk anopheles.
2. Penularan yang tidak alamiah.
a. Malaria bawaan (congenital).
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan
terjadi melalui tali pusat atau placenta.
b. Secara mekanik.
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui
jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah
satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan
mendapatkan suntikan intra vena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan
untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali
pakai (disposeble).

c. Secara oral (Melalui Mulut).


Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara
(P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain yang
sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Kecuali bagi simpanse di
Afrika yang dapat terinfeksi oleh Penyakit Malaria, belum diketahui ada hewan lain yang
dapat menjadi sumber bagi plasmodia yang biasanya menyerang manusia Infeksi
malaria pada waktu yang lalu sengaja dilakukan untuk mengobati penderita neurosifilis

yaitu penderita sifilis yang sudah mengalami kelainan pada susunan sarafnya cara ini
sekarang tidak pernah lagi dilakukan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penularan alamiah seperti adanya
gametosit pada penderita, umur nyamuk kontak antara manusia dengan nyamuk dan
lain-lain.

Memahami dan Menjelaskan Tentang Obat-obat Anti Malaria


Obat Malaria
Klorokuin
Kerja obat ini adalah:

- sizon darah: sangat efektif terhadap semua jenis parasit malaria dengan
menekan gejala klinis dan menyembuhkan secara klinis dan radikal; obat pilihan
terhadap serangan akut, demam hilang dalam 24 jam dan parasitemia hilang
dalam 48-72 jam; bila penyembuhan lambat dapat dicurigai terjadi resistensi
(gagal obat); terhadap p. falciparum yang resisten klorokuin masih dapat
mencegah kematian dan mengurangi penderitaan
- gametosit: tidak evektif terhadap gamet dewasa tetapi masih efektif terhadap
gamet muda
Farmokodinamikanya:
- menghambat sintesa enzim parasit membentuk DNA dan RDA
- obat bersenyawa dengan DNA sehingga proses pembelahan dan pembentukan
RNA terganggu
Toksisitasnya:
- Dosis toksis: 1500 mg basa (dewasa)
- Dosis lethal: 2000 mg basa (dewasa) atau 1000 mg basa pada anak-anak atau
lebih besar/sama dengan 30 mg basa/kg BB
Efek sampingnya:
- gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, diare terutama bila perut
dalam keadaan kosong
- pandangan kabur
- sakit kepala, pusing (vertigo)
- gangguan pendengaran
Formulasi obat:
- Tablet (tidak berlapis gula): Klorokuin difosfat 150 mg basa setara dengan 250
mg berntuk garam dan Klorokuin sulfat 150 mg basa setara dengan 204 mg
garam.
- Ampul: 1 ml berisi 100 ml basa klorokuin disulfat per ampul dan 2 ml berisi 200
ml basa klorokuin disulfat per ampul.

Primakuin
Kerja obat ini adalah:
- sizon jaringan: sangat efektif terhadap p.falciparum dan p.vivax, terhadap p.
malariae tidak diketahui

- sizon darah: aktif terhadap p.falciparum dan p.vivax tetapi memerlukan dosis
tinggi sehingga perlu hati-hati
- gametosit: sangat efektif terhadap semua spesies parasit
- hipnosoit: dapat memberikan kesembuhan radikal pada p.vivax dan p.ovale
Farmakodinamikanya adalah menghambat proses respirasi mitochondrial parasit
(sifat oksidan) sehingga lebih berefek pada parasit stadium jaringan dan
hipnosoit
Toksisitasnya:
- Dosis toksis 60-240 mg basa (dewasa) atau 1-4 mg/kgBB/hari
- Dosis lethal lebih besar 240 mg basa (dewasa) atau 4 mg/kg/BB/hari
Efek sampingnya:
- Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, anoreksia, sakit perut
terutama bila dalam keadaan kosong
- Kejang-kejang/gangguan kesadaran
- Gangguan sistem haemopoitik
- Pada penderita defisiensi G6 PD terjadi Hemolysis
Formulasi obat adalah tablet tidak berlapis gula, 15 mg basa per tablet

Kina
Kerja obat ini adalah:
- sizon darah: sangat efektif terhadap penyembuhan secara klinis dan radikal
- Gametosit: tidak berefek terhadap semua gamet dewasa P. falciparum dan
terhadap spesies lain cukup efektif
Farmakodinamikanya adalah terikat dengan DNA sehingga pembelahan RNA
terganggu yang kemudian menghambat sintesa protein parasit.
Toksisitasnya:
- dosis toksis: 2-8 gr/hari (dewasa)
- dosis lethal: lebih besar dari 8 gr/hari (dewasa)
Efek sampingnya adalah Chinchonisme Syndrom dengan keluhan: pusing, sakit
kepala, gangguan pendengaran telinga berdenging (tinuitis dll), mual dan
muntah, tremor dan penglihatan kabur.

Formulasi obat:
- Tablet (berlapis gula), 200 mg basa per tablet setara 220 mg bentuk garam.
- Injeksi: 1 ampul 2 cc kina HCl 25% berisi 500 mg basa (per 1 cc berisi 250 mg
basa)

Sulfadoksin Pirimetamin (SP)


Kerja obat ini adalah:
- sizon darah: sangat efektif terhadap semua p. falciparum dan kuang efektif
terhadap parasit lain dan menyembuhkan secara radikal. Efeknya bisa lambat
bila dipakai dosis tunggal sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain
(Pirimakuin)
- Gametosit: tidak efektif
mensterilkan gametosit

terhadap

gametosit tetapi

pirimetamin

dapat

Farmakodinamikanya:
- primetamin, terikat dengan enzym Dihidrofolat reduktase sehingga sintesa
asam folat terhambat sehingga pembelahan inti parasit terganggu
- SP menghambat PABA ekstraseluler membentuk asam folat merupakan bahan
inti sel dan sitoplasma parasit
Toksisitasnya:
- sulfadoksin, dosis toksis 4-7gr/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 7 gr/hari
(dewasa)
- pirimetamin, dosis toksis 100-250 mg/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar
250 mg/hari (dewasa)
Efek sampingnya:
- gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah
- pandangan kabur
- sakit kepala, pusing (vertigo)
- haemolisis, anemia aplastik, trombositopenia pada penderita defisiensi G6PD
Kontra indikasinya:
- idiosinkresi
- bayi kurang 1 tahun
- Defisiensi G6P

Anda mungkin juga menyukai