Skenario 2
BLOK CAIRAN
EDEMA
Kelompok
: A-2
Ketua
1102014048
Sekretaris
: Desy Indriani
1102014069
Anggota
: Ahmad Sibli
1102014007
Alsabaravi Ghiffari
1102013021
Antania Saraswati H
1102014036
Alvin Ariano
1102014014
Bianca Caterinalisendra
1102014058
Fildzah Fitriani
1102014100
Kurnia Hasanah
1102014146
Daftar Isi
Daftar Isi ..1
Skenario
2
Kata Sulit
.3
Brain
Storming4
Hipotesa
...7
Learning Objective
.8
Pembahasan
1.Memahami dan menjelaskan perpindahan aliran darah didalam dan diluar kapiler darah
.9
1.1. Menjelaskan pengertian kapiler dara
1.2 Menjelaskan struktur kapiler darah
1.3 Menjelaskan sirkulasi kapiler darah
1.4. Menjelaskan tentang hubungan tekanan koloid dengan tekanan
hidrostatik
1.5. Menjelaskan tentang fungsi kapiler darah
2. Memahami dan menjelaskan keseimbangan CES dan CIS berdasarkan biokimia dan
fisiologi
12
2.1. Menjelaskan pengertian CES dan CIS
2.2. Menjelaskan macam macam gangguan keseimbangan CES dan CIS
3. Memahami dan menjelaskan gangguan keseimbangan cairan tubuh (Edma dan
Asites)
.15
3.1.1. Menjelaskan definisi edema
3.1.2. Menjelaskan klasifikasi edema
3.1.3. Menjelaskan etiologi edema
3.1.4. Menjelaskan manifestasi edema
3.1.5. Menjelaskan penyakit penyebab edema
3.1.6. Menjelaskan pemeriksaan laboratorium dan fisik edema
3.1.7. Menjelaskan penatalaksanaan edema
3.2.1. Menjelaskan definisi asites
3.2.2. Menjelaskan klasifikasi asites
3.2.3. Menjelaskan etiologi asites
3.2.4. Menjelaskan manifestasi asites
3.2.5. Menjelaskan penyakit penyabab asites
3.2.6. Menjelaskan pemeriksaan laboratorium dan fisik asites
1
34
SKENARIO :
EDEMA
Seorang laki-laki berumur 60 tahun berobat kedokter dengan keluhan perut membesar dan tungkai
bawah bengkak sejak satu bulan yang lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya asites pada
abdomen dan edema pada kedua tungkai bawah. Dokter menyatakan pasien mengalami kelebihan
cairan tubuh. Pemeriksaan laboratorium: kadar protein albumin didalam plasma darah 2,0 g/l
(normal > 3,5 g/l). Keadaan ini menyebabakan gangguan tekanan koloid osmotik dan tekanan
hidrostatik didalam tubuh.
Kata Sulit :
1. Albumin
beberapa hormon.
2. Asites
3. Edema
5. Tekanan Hidrostatik
Brainstorming
1. Apa penyebab terjadinya edema ?
2. Jelaskan gambaran Edema ?
3. Mengapa perubahan kadar protein Albumin dalam Plasma mempengaruhi tekanan osmotik dan
tekanan hidrostatik ?
4. Mengapa terjadi pembengkakan tungkai bawah ?
5. Apa penyebab Asites pada Abdomen ?
6. Jenis jenis edema ?
7. Mekanisme edema ?
8. Apa saja faktor yang mempengaruhi pembengkakan pada tubuh ?
9. Perbedaan Edema dan Asites ?
10. Cara penanganan Asites ?
11. Pencegahan Asites ?
12. Ciri -ciri pasien Asites ?
13. Apa fungsi Albumin ?
Jawaban
1. Tekanan koloid osmotik turun dan tekanan venaporta turun, perubahan elektrolit seperti Na,
H2O,
K serta ada gangguan saluran limfa dan adanya peningkatan permeabilitas membran
kapiler.
2. 1. Berat badan bertambah secara cepat.
2. Meningkatnya tekanan darah, serta denyut nadi
3. Terjadinya pembengkakan pada kelopak mata, ekskremitas bawah
3. Karena albuminnnya turun, tekanan hidrostatiknya meningkat tekanan onkotik menurun,
sehingga menyebabkan cairan masuk di interstitium.
4
4. Karena adanya gaya gravitasi, dan terdapat jaringan ikat longgar pada tungkai bawah
5. Karena adanya gangguan di hati, karena tidak bisa menghasilkan albumin, sehingga plasma
keluar dan masuk kedalam interstisial.
6. Edema pitting/ ekstraselular : edema yang meninggalkan sedikit depresi/cekungan setelah
dilakukan penekanan pada area yang membengkak. Biasanya disebabkan oleh gangguan natrium
atau yang paling sering dijupai yaitu karena kebocoran abnormal cairan dalam plasma ke ruang
interstitial dengan melintas kapiler dan kegagalan limfatik untuk mengembalikkan cairan dari
interstitial ke dalam darah
edema dibagu berdasarkan penyebabnya:
1. penurunan konsentrasi protein plasma. Ex: gagal ginjal, penyakit hati, luka bakar dan
malnutrisi.
2. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler. Ex: kerusakan jaringan, reaksi alergi.
3. Peningkatan tekanan vena. Ex: gagal jantung kongestif, kehamilan.
4. Penyumbatan saluran limfe. Ex: filiariasis.
Edema non pitting/ intraseluler: terjadi karena gangguan proses metabolic jaringan dan tidak
adanya nutrisi sel yang adekuat, kegagalan memenuhi kebutuhan nutrisi sel yang di sebabkan
aliran darah yang kurang mengakibatkan gangguan kerja pompa ion. Kelebihan elektrolit dalam
sel meningkatkan tekanan osmotic dan menyebabkan terjadinya pergerakan cairan dari luar ke
dalam sel. (fisiologi kardiovaskular berbasisi masalah keperawatan.)
Asites eksudat : memiliki kandungan protein tinggi dan terjadi pada peradangan (infeksi/TB)
atau proses keganasan.
Asites transudat : terjadi pada sirosis akibat hipertensi portal dan perubahan bersihan natrium
ginjal. Penyebabnya adalah konsentrasi pericardium dan sindrom nefrotik.
7. Ada 5 mekanisme yang berhubungan dangan edema secara umum:
a. peningkatan tekanan/hidrostatik kapiler : krn gagal jantung kongestif dimana peningkatan
tekanan vena siskemik di kombinasi dengan peningkatan volume darah, juga dapat
disebabkan oleh gagal ginjal dengan peningkatan volume darah total, peningkatan kekuatan
gravitasi akibat berdiri terlalu lama, kerusakan sirkulasi vena dan obstruksi hati.
b. Peningkatan permeabilitas kapiler : inflasi menyebabkan hyperemia dan vasodilatasi yang
menyebabkan akumulasi cairan, protein, dan sel pada area yang sakit yang menyebabkan
edema.
c. Obstruktif limfatik : karena menimbulkan kelebihan cairan dan protein plasma dalam cairan
interstitial. Pada saat protein mengumpul dalam ruang interstitial lebih banyak air yang
bergerak ke dalam area dan menyebabkan edema.
d. Kelebihan air tubuh dan natrium : pada gagal jantung kongestif curah jantung menurun dan
kontraksi menurun. Untuk mengkompensasi dilakukan peningkatan aldosterone yang
menyebabkan retesi air dan natrium, volume plasma meningkat, tekanan kapiler
intravascular vena juga meningkat. Jantung gagal tidak mampu memompa peningkatan
aliran vena dan cairan dipaksa masuk kedalam ruang interstitial dan menyebabkan edema.
8.
9.
Edema adalah penimbunan cairan berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di dalam berbagai
rongga tubuh. (teknik prosedual konsep dan aplikasi kebutuhan dasar
klien)
Asites adalah keadaan patologis berupa terkumpulnya cairan dalam rongga peritoneal
abdomen, biasanya merupakan tanda dari proses penyakit kronis yang mungkin sebelumnya
bersifat subklinis.
10. Diuretik dan diet rendah garam sangat efektif pada asites karena hipertensi portal.
11. pemberiaan diuretik dan modifikasi pola makan
12. Terjadinya infeksi perut dan herniaumilikas
13. Fungsi albumin yang merupakan protein plasma adalah sebagai berikut:
1.
Mempertahankan tekanan onkotik plasma agar tidak terjadi ascites;
2.
Membantu metabolisme dan tranportasi berbagai obat-obatan dan senyawa
endogen dalam tubuh terutama substansi lipofilik (fungsi metabolit,
pengikatan zat dan transport carrier);
3.
Anti inflamasi;
4.
Membantu keseimbangan asam basa karena banyak memiliki anoda
bermuatan listrik;
5.
Antioksidan dengan cara menghambat produksi radikal bebas eksogen oleh
leukosit polimorfonuklear;
6.
Mempertahankan integritas mikrovaskuler sehingga dapat mencegah
masuknya kuman-kuman usus ke dalam pembuluh darah, agar tidak terjadi
peritonitis bakterialis spontan;
7.
Memiliki efek antikoagulan dalam kapasitas kecil melalui banyak gugus
bermuatan negatif yang dapat mengikat gugus bermuatan positif pada
antitrombin III (heparin like effect). Hal ini terlihat pada korelasi negatif
antara kadar albumin dan kebutuhan heparin pada pasien hemodialisis;
8.
Inhibisi agregrasi trombosit, menghambat kemampuan darah untuk
menggumpal. Biasanya hasil pemeriksaan laboratorium mengatakan
aggregasi meningkat, normal atau menurun.
Hipotesa :
Dengan adanya tekanan osmotik koloid rendah dan tekanan hidrostatiknya tinggi,
menjadikan cairan keluar dari intravaskuler menuju interstisial yang jika terjadi obstruksi
vena maupun limfatik akan terjadi pembengkakan yang disebut dengan Edema. Edema
terbagi menjadi beberapa jenis yaitu, Edema anasarka adalah penimbunan cairan pada
jaringan sub-cutan, biasanya terjadi pada hampir sebagian tubuh, Edema hidrotoraks adalah
penimbunan cairan berlebih di torax, Edema hidropericardium adalah penimbunan cairan
berlebih di perocardium dan Edema hidroperitoneum adalah penimbunan cairan berlebih di
ruang perut (asites). Penanganan pada edema ini dapat dilakukan dengan cara mengurangi
asupan Natrium, memakai obat diuretik, diet rendah garam, enjauhkan diri dari alkohol, dan
transplantasi hati bagi yang terkena edema dengan penyebab sirosis hati.
Learning Objective :
LI 1.
Memahami dan menjelaskan perpindahan aliran darah didalam dan diluar kapiler darah
1.1. Menjelaskan pengertian kapiler darah
1.2. Menjelaskan struktur kapiler darah
1.3. Menjelaskan sirkulasi kapiler darah
1.4. Menjelaskan tentang hubungan tekanan koloid dengan tekanan
hidrostatik
1.5. Menjelaskan tentang fungsi kapiler darah
LI 2.
Memahami dan menjelaskan keseimbangan CES dan CIS berdasarkan biokimia dan
fisiologi
2.1. Menjelaskan pengertian CES dan CIS
2.2. Menjelaskan macam macam gangguan keseimbangan CES dan CIS
LI 3.
LI 1. Memahami dan menjelaskan perpindahan aliran darah didalam dan diluar kapiler
darah
1.1. Menjelaskan pengertian kapiler darah
Kapiler adalah pembuluh darah paling halus yang berdinding tipis dan berpori, tempat
terjadinya pertukaran antara darah dan jaringan sekitar melalui dindingnya. (Fisiologi
Manusia, Sherwood)
Kapiler adalah setiap pembuluh halus yang menghubungkan arteriol dan venula.
dindingnya berlaku sebagai membran semipermiable untuk pertukaran berbagai substansi
antar darah dan cairan di jaringan (Kamus Dorland)
Kapiler darah adalah pembuluh darah yang halus dan berukuran kecil yang berhubungan
langsung dengan sel-sel jaringan tubuh. Kapiler merupakan saluran mikroskopik untuk
pertukaran nutrien dan zat sisa diantara darah dan jaringan. Dindingnya bersifat
semipermeable untuk pertukaran berbagai substansi. (Fisiologi Ganong)
Pada rangkaian mesentrium, darah memasuki kapiler melalui arteriol dan meninggalkan
arteri melalui venula. Darah yang berasal dari arteriol akan memasuki metarteriol atau
arteriol terminalis dan yang mempunyai struktur pertengahan antara arteriol dan kapiler.
Sesudah meninggalkan metarteriol , darah memasuki kapiler yang berukuran besar disebut
saluran istimewa dan yang berukuran kecil disebut kapiler murni. Sesudah melalui kapiler,
darah kembali ke dalam sistemik melalui venula.
Arteriol sangat berotot dan diameternya dapat berubah beberapa kali lipat. Metarteriol tidak
mempunyai lapisan otot yang bersambungan, namun mempunyai serat-serat otot polos yang
mengelilingi pembuluh darah pada titik-titik yang bersambungan.
Pada titik dimana kapiler murni berasal dari metarteriol, serat otot polos mengelilingi kapiler
yang disebut dengan Sfingter prekapiler yang dapat membuka dan menutup jalan masuk ke
kapiler.
Venula ukurannya jauh lebih besar daripada arteriol tapi lapisan ototnya lebih lemah.
Definisi Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari cabang terhalus
dariarteriol sehingga tidak tampak kecuali dibawah mikroskop, kapiler juga merupakan
tempat pertukaran antara darah dan jaringan , memiliki percabangan yang luas sehingga
terjangkauke semua sel.1.2
Sirkulasi kapiler Pertukaran zat antara darah dan jaringan melalui dua tahap yaitu :Difusi
pasif : dinding kapiler tidak ada system transportasi , sehingga zat terlarut berpindahmelalui proses
difusi menuruni gradient konsentrasi mereka, gradient konsentrasi adalah perbedaan konsentrasi
antara 2 zat yang berdampingan, difusi zat terlarut terus berlangsung independen hingga tidak ada
lagi perbedaan konsentrasi antara darah dan sel di sekitarnya.
Bulk flow : terjadinya filtrasi suatu volume plasma bebas protein, yang kemudian bercampurdengan
cairan interstisium (pada saat tekanan dalam kapiler melebihi tekanan di luar makacairan terdorong
keluar melalui pori) dan kemudian di reabsorpsi (saat tekanan kedalammelebihi tekanan keluar
maka terjadi perpindahan netto cairan masuk dari cairaninterstisium ke dalam kapiler melalui
pori)Gaya yang mempengaruhi bulk flow :
1. Tekanan darah kapiler :tekanan cairan atau hidrostatik yang dihasilkan oleh darah pada bagian
dalam dinding kapiler, tekanan ini cendrung mendorong cairan
keluar darikapiler kedalam cairan interstisium.
10
2. Tekanan osmotic koloid plasma :dikenal sebagai tekanan onkotik yang disebabkan olehdisperse
koloidal protein-protein plasma, tekanan ini
mendorong perpindahan cairanke dalam kapiler.
3.Tekanan hidrostatik cairan interstisium : tekanan yang ditimbulkan oleh cairaninterstisium pada
bagian luar dinding kapiler.
Tekanan ini cendrung mendorong cairanmasuk ke dalam kapiler.
4 Terkanan osmotic koloid cairan interstisium : tidak berperan signifikan pada bulkflow ,
cendrung mendorong perpindahan cairan keluar kapiler dan masuk ke cairaninterstisium.
pada intinya tekanan yang mendorong cairan ke luar dari kapiler adalah
tekanan osmotickoloid interstisium dan tekanan darah kapiler,
sedangkan yang mendorong cairanmasuk ke dalam kapiler adalah
tekanan hidrostatik cairan interstisium dan tekananosmotic koloid plasma.
(Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, edisi 6. Jakarta ; EGC Corwin EJ. (2009).
11
Tekanan ini bekerja di bagian luar dinding kapiler oleh cairan interstisium. Tekanan ini
mendorong cairan masuk ke dalam kapiler. Tekanan hidrostatik cairan interstisium
dianggap 1 mmHg.
Tek. hid.
Kapiler
Tek. hid.
Interstitial
Tek.osmo
kapiler
Tek. osmo.
Interstitial
Jadi yang difiltrasi per hari sebanyak 24 liter/hari, 85% diserap kembali dan 15% masuk
saluran limfe.
Pada jaringan yang tidak aktif, kapiler kolaps dan aliran darah mengambil jalan pintas dari
arteriol langsung ke venula.
LI 2. Memahami dan menjelaskan keseimbangan CES dan CIS berdasarkan biokimia dan
fisiologi
2.1. Menjelaskan pengertian CES dan CIS
A. Definisi Cairan intraseluler (CIS)
Semua cairan didalam sel secara keseluruhan disebut cairan intraseluler
sekitar 28 dari 42 L cairan tubuh ada didalam 75 triliun sel dan disebut CIS,
jadi CIS merupakan 40 % dari berat badan total pada orang rata-rata.
B. Definisi cairan ekstrasel
Semua cairan dikuar sel secara keseluruhan disebut CES. Cairan ini
merupakan 20 % dari berat badan atau sekitar 14 L pada orang dewasa
normal dengan berat badan 70 kg. 2 kompartemen terbesar dari cairan
ekstrasel adalah cairan intersisial yang berjumlah lebih dari 3/4 bagian
cairan ekstrasel dan plasma yang berjumlah hampir 1/4 atau 3 L.
2.2. Menjelaskan macam macam gangguan keseimbangan CES
dan CIS
A. Cairan ekstrasel terdiri dari:
Cairan intra-vaskular, yang berada dalam pembuluh darah yang merupakan bagian air dari
plasma darah.
Cairan trans-seluler, yang berada dalam rongga-rongga khusus, misalnya cairan otak (likuor
serebrospinal), bola mata, sendi. Jumlah cairan transeluler relatif sedikit.
Pengatur keperluan semua sel (nutrien, oksigen, berbagai ion, trace minerals, dan regulator
hormon/molekul)
Pengangkut CO2, sisa metabolisme, bahan toksik atau bahan yang telah mengalami
detoksifikasi dari sekitar lingkungan sel.
Cairan intrasel adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh. Cairan intrasel berperan
pada proses perbaikan sel.selain itu, cairan intra sel juga berperan dalam proses replikasi dan
berfungsi khusus antaralain sebagai cadangan air untuk mempertahankan volume dan
osmolalitas cairan ekstrasel. Dalam cairan intrasel, kation utama adalah kalium, sedangkan
anion utama adalah fosfat dan protein.
FAKTOR
AKIBAT
KONDISI KLINIS
Tekanan
hidrostatik
plasma kapiler
meningkat
Gagal jantung
Gagal ginjal
Obstruksi vena
Kehamilan
Tekanan
osmotik
koloid plasma
menurun
Konsentrasi plasma
protein berkurang
tekanan osmotik koloid
plasma menurun air
berpindah dari plasma
masuk ke dalam jaringan
edema
Malnutrisi
Diare kronik
Luka bakar
Sindroma nefrotik
Sirosis
Permeabilitas
kapiler
meningkat
Peningkatan
permeabilitas kapiler
menyebabkan terjadinya
kebocoran membran
kapiler sehingga protein
dapat berpindah dari
kapiler masuk ke ruang
interstitial
Infeksi bakteri
Reaksi alergi
Luka bakar
Penyakit ginjal akut
: nefriris
Drainase
limfatik
menurun
Gagal jantung
Gagal ginjal
Sirosis hati
Trauma (fraktur,
operasi, luka bakar)
Peningkatan
produksi hormon
kortikoadrenal :
(aldosteron,
kortison,
hidrokortison)
Drainase limfatik
Obstruksi limfatik
berfungsi untuk
(kanker sistem
mencegah kembalinya
limfatik)
protein ke sirkulasi. Bila
terjadi gangguan limfatik
maka protein akan
masuk ke sirkulasi,
akibatnya tekanan koloid
osmotik plasma akan
menurun edema
1.
Edema di kapiler terjadi bila terjadi peningkatan permeabilitas dinding kapiler yang
memungkinkan lebih banyak protein plasma keluar dari kapiler ke cairan intersitium di
sekitarnya terjadi penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan tekanan cairan
intersitium yang menurunkan tekanan ke arah dalam sementara peningkatan tekanan osmotik
koloid cairan intersitium yang disebabkan oleh kelebihan protein di cairan intersitium
meningkatkan tekanan ke arah luar edema lokal.
Edema terjadi di limfe bila terjadi penyumbatan pembuluh limfe karena kelebihan cairan yang
difiltrasi keluar tertahan di cairan intersisium dan tidak dapat dikembalikan ke dalam melalui
sistem limfe.
DEFINISI
Asites merupakan penumpukan cairan yang dapat ditemukan dalam cavum peritoneal. Cairan asites
umumnya berasal dari kompartemen yang mendukung visera hepatosplanik. Dua faktor yang
penting dalam pembentukan asites meliputi : peningkatan total sodium dalam cairan tubuh, serta
peningkatan tekanan sinusoid portal.
pada
16
Hipoproteinemia
Gagal hati
Malnutrisi protein
Nefrosis
Luka bakar
Flebotrombosis
Vasodilatasi
17
Inflamasi
Reaksi alergis
Obstruksi limfatik
-
Filariasis
Gagal ginjal
Aldosteronisme
Edema kardial terjadi karena tekanan vena meningkat akibat sirkulasi darah
terganggu pada penderita payah jantung. Peningkatan ke arah luar dinding
kapiler ini terutama berperan pada edema yang terjadi pada gagal jantung
kongestif. Kegagalan jantung ini sering dikaitkan dengan pengurangan curah
jantung dan pengurangan aliran darah ginjal. Pengurangan tekanan perfusi
mengawali aksis renin angiotensi aldosteron yang mengakibatkan ion retensi
air natrium dan air dalam ginjal.
Edema postural terjadi pada orang yang terus menerus berdiri untuk waktu
yang cukup lama maka terjadi edema pada kaki dan pergelangan kaki.
Edema ini terjadi jika orang bergerak aktif karena aktivitas otot ikut
memperlancar aliran dalam pembuluh.
Edema regional juga dapat terjadi karena restriksi lokal aliran balik vena.
contoh : pembengkakan di tungkai dan kaki yang pada masa kehamilan.
Uterus membesar menekan vena yang mengalirkan darah dari ekstremitas
bawah
vena masuk ke rongga abdomen.
Pembendungan darah di vena
kaki terjadi edema regional di
ekstremitas bawah.
peningkatan OPi
Permeabilitas kapiler
20
Selisih antara tekanan onkotik dalam plasma dengan tekanan onkotik dalam
intertisium
Mekanisme:
1. Pembentukan Edema pada Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik adalah kelainan glomerulus dengan karakteristik protenuria
( kehilangan protein melalui urin 3,5 g/hari , hipoproteinemia, edema, dan
hiperlipidemia.
Proteinuria hipoalbumin ( kehilangan protein ) penurunan tekanan osmotik
pindah cairan dari intravaskular ke interstitium edema
Penurunan volume darah efektif retensi Na di ginjal
Gangguan fungsi ginjal
Proteinuria
Hipoalbuminemia
Penurunan VDAE
21
22
Proteinuria
Hipoalbuminemia
Tekanan osmotik plasma
Volume plasma
ADH
ANP
Retensi Na
RETENSI AIR
RETENSI
EDEMA
2. Mekanisme Overfilling
Pada pasien sindrom nefrotik
terganggu ekskresi Natrium tubulus distalis
tingginya volume darah (overfilling)
penekanan sistem renin-angiotensin
dan vasopressin.
ADH
Aldosteron
ANP
Tubulus Resisten
terhadap ANP
EDEMA
23
24
4. Edema Idiopatik
Pada edema idiopatik ini terdapat perbedaan berat badan yang dipengaruhi oleh
posisi tubuh. Pada posisi berdiri terjadi retensi natrium dan air sehingga terjadi
peningkatan berat badan, ini diduga karena terjadi peningkatan permeabilitas
kapiler pada posisi berdiri. Pada kondisi tertentu dapat disertai penurunan
volume plasma yang kemudian mengaktivasi SRAA sehingga edema akan
memberat.
Kulit lembab
Efusi pleura
Asites
26
Asites merupakan tanda prognosis yang kurang baik pada beberapa penyakit. Asites juga
menyebabkan pengelolaan penyakit dasarnya menjadi semakin kompleks. Infeksi pada cairan asites
akan lebih memperberat perjalanan penyakit dasarnya oleh karena itu asites harus dikelola dengan
baik
28
Serum-
Asites
Human
immunodeficiency
virus
(HIV)-terkait
o Kondisi ganas
Peritoneal carcinomatosis
Primer mesothelioma
Pseudomyxoma peritonei
Hepatocellular carcinoma
o Other rare conditions Kondisi langka lainnya
Vaskulitis
Peritonitis granulomatosa
Eosinofilik peritonitis
Patofisiologi
Pertukaran cairan antara darah dan cairan interstitial dikontrol oleh
keseimbangan antara tekanan darah kapiler yang mendorong
cairan masuk ke dalam jaringan interstitial, dan tekanan osmotik
dari plasma protein yang menarik cairan tetap tinggal di dalam
kapiler.
Faktor yang mempengaruhi terbentuknya asites :
1. Tekanan koloid osmotik plasma
Biasanya bergantung pada kadar albumin. Pada keadaan normal albumin
dibentuk di hati. Bila hati terganggu fungsinya, maka pembentukan albumin juga
terganggu. Akibatnya kadar albumin akan berkurang, sehingga tekanan koloid
osmotik plasma juga menurun. Ada tidaknya asites pada penderita sirosis
terutama tegantung dari tekanan koloid osmotik plasma. Terdapatnya kadar
albumin kurang dari 3 g %, sudah merupakan tanda kritis untuk terjadinya asites.
30
Perubahan elektrolit
Retensi air
Gangguan ekskresi air pada penderita sirosis disebabkan oleh
aktivitas hormon anti diuretik (ADH). Gangguan tersebut kemungkinan
besar merupakan akibat dari peningkatan absorbsi Na di tubulus ginjal
bagian proksimal, sehingga tak ada lagi yang melewati bagian distal.
1. Teori underfilling :
Asites
volume cairan plasma turun (hipertensi porta dan hipoalbuminemia)
Hipertensi porta
meningkatkan
tekanan
hidrostatik
venosa
hipoalbuminemia
transudasi volume cairan intravaskular menurun
2. Teori overfilling
Asites
31
Faktor patogenesis
Pembengkakan abdomen
Sirosis hati
Dispnea
Edema tungkai
Distensi abdomen
(Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta. EGC)
Gradien nilai albumin serum dan asites, pemeriksaan ini sangat penting untuk
membedakan asites yang ada hubungannya dengan hypertensi porta atau asites
eksudat. Disepakati bahwa gradian dikatakan tinggi bila nilainya > 1,1 gr/dL.
Kurang dari itu disebut rebdah. Gradien tinggi terdapat pada asites transudasi dan
berhubungan dengan hypertensi porta, gradien rendah terdapat pada asites
eksudat.
Hitung sel
Biakan kuman, biakan kuman sebaiknya dilakukan pada setiap pasien asites yang
dicurigai terinfeksi
Pemeriksaan fisik :
Inspeksi abdomen
Pemeriksaan penunjang :
CT scan untuk
retroperitoneum.
Film polos abdomen (sering disebut BNO, buik nuchter oversicht) dapat
menunjukkan kolon yang berdistensi dari kolitis ulserativa yang tidak
terduga, dan memberikan informasi berharga seperti terhadap ukuran hati
dan limfe.
Tes darah
memvisualisasikan
limfonodus,
pancreas,
dan
akibat pemberian diuretic adalah hipokalemia dan hal ini dapat mencetuskan
encepalophaty hepatic, maka pilihan utama diuretic adalah spironolacton,
dengan dosis 100-200 mg sekali sehari. Respon diuretik dapat dimonitor
dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari (tanpa oedem kaki) atau 1 kg/hari
(dengan oedem kaki). Apabila dengan dosis maksimal diuresinya belum
tercapai maka dapat kita kombinasikan furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari.
Bila tidak ada respon dosis dapat dinaikkan maksimal 160 mg/hari.
Parasintesis. Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan
konservatif. Pada keadaan demikian pilihan kita adalah parasintesis. Mengenai
parasintesis cairan asites dapat dilakukan 5-10 liter/hari, dengan catatan harus
dilakukan infus albumin sebanyak 6 8 gr/liter cairan asites yang dikeluarkan.
Ternyata parasintesis dapat menurunkan masa opname pasien. Prosedur ini
tidak dianjurkan pada Childs C, Protrombin < 40%, serum bilirubin > dari 10
mg/dl, trombosit < 40.000/mm3, creatinin > 3 mg/dl dan natrium urin < 10
mmol/24 jam.
(http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=Penggunaan+Diuretik+sebagai+Penatalaksanaan+Ascites
+pada+Kasus+Sirosis+Hepatis)
34
DAFTAR PUSTAKA
Isselbacher, Harrison . 2006 . Prinsip - prinsip Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta :
EGC
Tambayong, Jan . 2000 . Patofisiologi untuk Keperawatan . Jakarta : EGC
Horne MM, Swearingen PL . 2000 . Keseimbangan Cairan, Asam Basa . Jakarta :
EGC
Sabiston, David. C . 1994 . Buku Ajar Bedah . Jakarta : EGC
Utama, Hendra . 2008 . Gangguan Keseimbangan air - elektrolit dan asam basa . Jakarta : Penerbit FKUI
Sherwood, Lauralee . 2001 . Fisiologi Manusia dari Sel ke sistem edisi 2 . Jakarta
: EGC
35
36