Anda di halaman 1dari 7

WRAP UP

TEXTBOOK READING
BLOK MEDIKOLEGAL

“Virtopsy & Pencitraan forensik: Legal Paramaters


and Impact”

Kelompok A-2
Ketua : Dhana Fitria Sari (1102014071)
Sekertaris : Dinda Kemala Rantih (1102014075)
Anggota : Adec Iriani Cheristine H (1102014002)
Amelina Ratih Listyaningrum (1102014018)
Aulia Asa Karlos (1102014048)
Citra Dinanti Amanda (1102014063)
Esti Puji Lestari (1102014087)
Khansadhia Hasmaradhana M (1102014143)
Alifia Amanda C (1102012017)
Intan Nurul H (1102011128)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2017
Abstrak
Projek virtopsy telah dimulai oleh institusi kesehatan forensik di Bern,
Switzerland, lebih dari 15 tahun silam dengan tujuan mengganti atau menambahkan
autopsi forensik yang tradisional yang sangat invasif. Kelebihan virtopsy dan
pencitraan forensik adalah dapat menentukan penyebab kematian tanpa
pembedahan, serta dapat memberikan gambaran 3D yang sangat kompleks untuk
dapat menyimpan data tubuh korban tanpa dipengaruhi waktu.
Jurnal ini membahas legal yang berhubungan dalam menerapkan virtopsy
dalam studi hukum terutama di Australia dan Swiss. Fokus utamanya adalah
dampak dari virtopsy pada sistem investigasi yang berbeda dalam kedua negara dan
meliputi investigasi kriminal, prosedur criminal sama seperti hukum yang berlaku
serta memberikan pembahasan mengenai hokum yang relevan, tidak hanya pada
investigasi kematian tetapi juga memikirkan dampak dari pencitraan forensik secara
klinik.

1. Latar belakang: pendekatan Swiss Virtopsy


Virtopsy diambil dari Bahasa latin “virtual” dan “autopsi” yang berarti
“untuk melihat lebih baik atau lebih efisien”. virtopsy mengombinasikan teknologi
survei, patologi, radiologi, pengolahan gambar, ilmu sains komputer, telematika,
fisika dan biomekanika.
Virtopsy terdiri atas alat-alat berikut:
1. 3D surface digitizing : Dokumentasi seluruh pola cidera atau luka dan
objek yang memiliki nilai forensik.
2. pmCT : Untuk penilaian tulang dengan hasil yang baik,
sistem fraktur, imbunan gas patologik 9emboli udara), cedera jaringan besar,
dan trauma hiperbarik.
3. pmMRI : Untuk cidera jaringan lunak, trauma organ dan non-
trauma. Merupakan pemeriksaan yang ideal untuk korban yang tercekik.
4. pmCT angio : Untuk melihat sistem pembuluh darah.
5. pmBiopsi : Untuk pemeriksaan histologik dan toksikologik
Kunci dari proyek ini adalah penggabungan dari 3D surface scan, pmCT,
dan pmMRI. Tujuan dari proyek Swiss virtopsy ini adalah untuk menggantikan
autopsi forensik yang sangat invasif dengan teknologi baru invasif minimal ini
dikemudian hari. Seperti pada saat ini sekitar 80% penyebab kematian yang relevan
dengan kasus forensik. Terdapat beberapa kekurangan dari teknologi pencitraan ini
seperti resolusi jaringan yang terbatas, tidak dapat terlihat warna organ dan biaya
yang tinggi tergantung dari penggunaan prosedur non/minimally invasif dan jumlah
prosedur yang dikerjakan.
Kelebihannya antara lain:
1. Ilustrasi 3D dan dokumentasi dalam ukuran sebenarnya yang memudahkan
komunikasi misalnya antara pengacara dan ahli forensik.
2. Data tersimpan secara digital (gambar 3D) pada komputer dan dapat diakses
kapan saja. Memungkinkan untuk pemeriksaan kembali secara digital dan
kemungkinan kejahatan misalnya pada kasus percobaan kembali/persidangan
ulang atau pengajuan bukti de novo.
3. Tidak adanya risiko infeksi (misalnya tuberkulosis, bahan toksik).
4. Dapat diterima bagi kalangan yang menolak autopsi tradisional dengan bedah
mayat karena berbenturan dengan norma agama seperti pada orang muslim
dan yahudi.

2. Praktik saat ini dalam Virtopsy/pencitraan forensik: sebuah ringkasan


Di seluruh dunia, kelompok riset telah dan sedang menginvestigasi dampak
dari pencitraan forensik dalam investigasi kematian dan autopsi forensik dan alat
pencitraan terkait, terutama pmCT, pm CT angio dan pmMRI. Terdapat perbedaan
penggunaan virtopsy di setiap negara, seperti berikut:
1. Virtopsy sebagai tambahan autopsi
 Swiss
 Denmark
 Swedia
 Prancis
2. Virtopsy sebagai triase autopsi
 Victoria, Australia
 Jerman
 Jepang
 Inggris
 Italia

3. Sisi legal dari Virtopsy/forensik imaging:


a) Pengenalan
Tidak ada keputusan persidangan tertentu yang membahas penerimaan
Virtopsy atau pencitraan forensik sebagai bukti dibandingkan dengan autopsi
tradisional atau penerimaan secara umum Virtopsy atau pencitraan forensik sebagai
bukti persidangan. Lebih jauh penggunaan Virtopsy/pencitraan forensik, seperti
pmCT, sebagai bukti persidangan maupun permintaan penyidik sebagi pemeriksaan
tambahan untuk melengkapi hasil autopsi, dan sangat jarang berdiri sendiri kecuali
dinegara Australia, Swiss atau Jepang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan apakah laporan prosedur non invasive
pmCT dapat sesuai dengan kebutuhan pengguna seperti polisi, jaksa penuntut,
penyidik dan pengacara. Dengan tujuan itu, hanya laporan pmCT yang disediakan
kepada 5 orang hukum (hakim, pengacara, dan jaksa penuntut, penyidik, dan
petugas polisi senior) yang menjawab kuesioner (termasuk kemungkinan jawaban
bebas). Dari hasil ditemukan tidak ada kekhawatiran berarti mengenai penerimaan
dan kelengkapan dari laporan pmCT pada siding pidana mengenai trauma yang
secara langsung menyebabkan kematian seperti kasus kecelakaan beruntun yang
timbul dari transportasi.
Perlindungan hukum terhadap pribadi serts hak kebebasan individu dan
serta batasan akhir hak individu (juga disebut perlindungan terhadap individu post
mortem pada undang- undang pertanyaan mengenai informed consent pada
pencitraan forensik secara klinis, pertanyaan mengenai masalah kerahasiaan data
penyimpanan dan bukti hukum, seperti penerimaan laporan Virtopsy/pm pencitraan
forensik tanpa perlu meyediakan bukti autopsi tambahan pada proses persidangan,
dan masalah utama yaitu mencari dasar hukum pada undang- undang agar dapat
dilaksanakan Virtopsy/pencitraan forensik pada penuntutan kasus criminal serta
pada investigasi oleh penyidik dan pemeriksa secara medis.

b) Perbedaan Investigasi Kematian di Australia dan Switzerland.


Perbedaan yurisdiksi yang ada telah menyediakan sistem investigasi
kematian yang berbeda-beda. Harus ada system untuk persetujuan terhadap
keperluan autopsi ini dengan pihak keluarga yang bersangkutan (contoh dokter
yang melakukan autopsi dan administrasi untuk autopsi ini). Ada investigasi
kematian yang tidak memerlukan persetujuan untuk dilakukannya pemeriksaan
autopsi. Pemeriksa mayat, dokter yang memeriksa atau otoritas pengadilan seperti
polisi atau jaksa atau pengacara dapat memerintahkan agar dilakukan pemeriksaan
termasuk autopsi tanpa persetujuan (tetapi kebanyakan hak untuk objek biasanya
diperlukan). Sistem investigasi kematian yang wajib telah banyak diterapkan pada
Negara berkembang (seperti Australia, Japan, USA, dan Eropa).

c) Virtopsy and pencitraan forensik post mortem pada legislasi


Australia dan Swiss:
Tidak pernah disebutkan dimanapun “Virtopsy” diatur oleh hukum. Seperti
yang disebutkan diatas, hanya beberapa literature dan keputusan pengadilan yang
menyebutkan pmCT (atau pmMRI atau photogrammmetry/3D surface scan) dapat
digunakan sebagai bukti pemeriksaan forensik atau pengadilan criminal (atau
perdata). Namun keputusan pengadilan juga tidak membahas secara detail
mengenai Virtopsy/pm forensik. Tidak ada keputusan pengadilan sebelumnya yang
dapat dijadikan contoh atau kasus yang mengarah kepertanyaan mengenai
pencitraan untuk forensik.

Kesimpulan
Virtopsy/pencitraan forensik dengan segala kelebihannya dapat digunakan
dalam penyelidikan kematian modern, sebagai tambahan untuk pemeriksaan
tradisional seperti autopsi maupun triase. Tidak ada penolakan atau hambatan
terhadap virtopsy/pencitraan forensik sebagai pemeriksaan autopsi atau
postmortem atau pemeriksaan/investigasi/pengujian/sebagai studi dll. Ada pula
alasan yang berbeda seperti untuk menjamin keamanan hukum (pembunuhan yang
tersamar dan malpraktik medis), untuk menggantikan autopsi tradisional yang
sangan invasif dan berbenturan dengan norma agama dan budaya merupakal
beberapa kelebihan virtopsy.
Kegunaan virtopsy/pencitraan forensik harus menjadi pertimbangan untuk
amandemen undang-undang saat ini, misalnya di negara bagian dan teritori
Australia kecuali VIC dan NSW. Sebuah peraturan untuk pemeriksaan inspeksi
termasuk virtopsy/pencitraan forensik mungkin dapat mencontoh dari the
‘preliminary examinations’ in the Coroners Act 2008 VIC, Sect 88, 89 of the
Coroners Act 2009 NSW, the Swiss Virtopsy®-project dan bagus untuk diikuti
salah satunya adalah:
■ Dalam laporan penyebab kematian dari pihak yang berwenang (Coroner /
Jaksa / Polisi / Pemeriksa Medis) harus mendapat izin dari lembaga forensik
atau dokter forensik yang memenuhi syarat atau ahli patologi untuk
melakukan pemeriksaan untuk mencari sebab kematian, cara atau keadaan
kematian dan identitas jenazah, sebelum ia memutuskan, apakah autopsi
harus dilakukan untuk tujuan yang sama atau tidak.
Pada dasarnya, virtopsy atau CT atau MRI dll gambar dapat digunakan
sebagai bukti dan diterima di pengadilan. Penilaian saksi ahli dalam persidangan
perlu mengikuti aturan mengenai saksi ahli. Untuk melengkapi hasil autopsi dalam
kasus kematian dan secara umum pada orang yang hidup, virtopsy/pencitraan
forensik dapat diterima di pengadilan sebagai alat bukti. Virtopsy/pencitran
forensik dapat pula disertai dengan hasil pemeriksaan toksikologi dan histologi
tetapi tanpa hasil autopsi bisa virtopsy/pencitraan forensik dapat berfungsi sebagai
bukti yang relevan dan diterima dalam kasus2 tertentu. Hakim sebagai “gatekeeper”
harus mempertimbangkan kelengkapan, relevansi bukti, aturan eksklusif, misalnya
aturan pendapat dan standar yang relevan (bukti) yang tergantung pada yurisdiksi
dan jenis pengadilannya.
Temuan autopsi penuh invasif maupun oleh virtopsy/pencitraan forensik
dilihat sebagai bagian dari keseluruhan proses terhadap semua bukti yang tersedia
dan dapat diterima (misalnya saksi, video , dokumen, hasil pemeriksaan
laboratorium kejahatan 'seperti balistik senjata atau noda darah dll).

Anda mungkin juga menyukai