Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi yang semakin canggih
menyebabkan tuntutan akan kemudahan dan ketepatan. Demikian halnya
perkembangan ilmu dan teknologi di bidang alat alat dan obat-obat kesehatan.
Salah satu obat yang ada di rumah sakit yang digunakan adalah infus atau
perawatan intravena[2]. Dalam penggunaan infus secara manual untuk mengetahui
jumlah tetesan yang akan diberikan kepada pasien, perawat harus menghitung
tetesan infuse sambil melihat jam tangan selama beberapa menit. Cara ini tentu
memiliki tingkat ketelitian yang rendah dan bahkan bisa saja mengakibatkan
kesalahan jika perawat tidak teliti dalam melihat arah putaran jam. Dalam
pemberian infus dibutuhkan pengamatan yang sangat akurat dan perhitungan yang
teliti berdasarkan aturan yang sudah ada untuk mencegah gejala penurunan suhu
tubuh pasien secara drastis (Hypotermia) dan kelebihan cairan pada tubuh
pasien[3].
Pada tugas akhir ini kami berusaha merancang dan membuat alat pengaturan
jumlah tetesan infus pada pasien untuk mencatat banyaknya tetesan infus yang
diberikan kepada pasien dalam suatu periode dan monitoring jarak jauh kondisi
infus dengan menggunakan buzzer/alarm. Alat ini menggunakan mikrokontroller
arduino uno untuk mengatur putaran motor servo saat membuka atau menutup
selang infus serta pengiriman data untuk monitoring jarak jauh.
Pada alat infus juga dipasang rangkaian penghitung tetesan. Rangkaian laju
aliran/tetesan digunakan untuk menghitung berapa jumlah tetesan infus yang telah
masuk ke dalam tubuh pasien berdasarkan putarran pada servo dan juga jenis
cairan infus yang dipilih pada user interface.

Diharapkan alat ini dapat mempermudah paramedis dalam pengaturan tetesan


infus yang diberikan kepada pasien. Sehingga dalam mengatur jumlah tetesan
infus, dokter atau perawat tidak secara manual sehingga menimbulkan kesalahan
dan meningkatkan pelayanan kepada pasien.
I.2 Rumusan Masalah
Ada pun rumusan masalah dari kasus di atas antara lain
1. Bagaimana merancang dan merealisasikan sebuah perangkat yang dapat
mengendalikan tetesan

infus pada tabung infus agar dapat membantu

paramedis dalam menjalankan tugasnya (dengan Arduino).


2. Bagaimana menganalisis kinerja system yang telah diuji.
3. Bagaimana merancang dan merealisasikan prototype alat infus dengan user
interface dari arduino agar paramedis dapat mengatur jumlah tetesan.
4. Bagaimana merancang system proteksi yang terhubung dengan ruang perawat.
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini, yaitu
1. Merancang dan merealisasikan sebuah perangkat yang dapat mengendalikan
tetesan infus pada tabung infus agar dapat membantu paramedis dalam
menjalankan tugasnya.
2. Menganalisis dan membandingkan kinerja sistem yang telah diuji dengan
pengujian manual yang dilakukan oleh paramedic.
3. Merancang dan merealisasikan prototype alat infus dengan user interface dari
arduino agar paramedis dapat mengatur jumlah tetesan.
4. Merancang system proteksi yang terhubung dengan ruang perawat.
I.4 Ruang Lingkup
Pada Tugas akhir ini terdapat beberapa batasan masalah sebagai berikut
1. Prototipe perangkat yang dapat mengendalikan tetesan infus ini hanya
digunakan pada system infus makro.
2. Mikrokontroler yang digunakan adalah Arduino Uno.
3. Menggunakan infuse pack milik Terumo dan Otsuka
4. Prototipe Pengatur tetesan infus otomatis dapat terhubung pada ruang perawat
hanya berlaku pada Rumah Sakit yang memiliki line dari ruang pasien ke
ruang perawat.
5. Algoritma yang digunakan adalah Fuzzy Logic.
2

6. Kondisi psikologis pasien diabaikan.


I.5 Manfaat
1. Bagi masyarakat
a. Pemberian tetesan infus menjadi lebih tepat dan efisien.
b. Mengurangi keresahan karena tetesan infus telah ter-otomatisasi.
2. Instansi kesehatan, Dokter dan Perawat
a. Mengurangi faktor kelalaian dari manusia, sehingga mengakibatkan
gangguan kesehatan pada pasien.
b. Mengurangi resiko kekurangan cairan infus pada pasien.
c. Keefisienan dalam mengatur tetesan infus
3. Peneliti
a. Sebagai bahan penelitian lebih lanjut dibidang instrumentasi medis.
b. Mengaplikasikan pelajaran yang telah di dapat sebelumnya.
I.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini meliputi
1. Studi literatur
Studi literatur merupakan pembelajaran dari sumber bacaan yang mendukung
pengerjaan tugas akhir ini. Adapun referensi yang digunakan meliputi jurnal,
buku, paper, laporan penelitian sebelumnya yang terkait dengan instrumentasi
medis.
2. Pencarian dan Pengumpulan Data
Pencarian dan Pengumpulan Data dilakukan untuk mengisi database jumlah
tetesan yang nantinya akan disimpan di arduino.
3. Perancangan dan Simulasi
Perancangan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu membuat rancang bangun
pada pengatur tetesan infus, rancang bangun user interface pada arduino, dan
perancangan system yang terhubung ke ruang perawat. Setelah itu, membuat
program yang nantinya akan diupload ke arduino untuk memutar pengatur
tetesan infus.
4. Pengujian dan Analisis
Pengujian dilakukan dengan menguji system dengan masukan jumlah
kebutuhan cairan pasien yang berbeda tiap menit. Pengukuran ketepatan

dilakukan dengan membandingkan hasil pengaturan manual dengan


pengaturan otomatis berbasis database yang ada di Arduino.
5. Penyusunan Laporan
Setelah dilakukan pengujian dan analisis, hasil keluaran rancang bangun
system pakar pengaturan tetesan infus otomatis berbasis fuzzy logic yang
dadidapat ditulis dalam bentuk laporan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1 Arduino Uno
Arduino Uno adalah salah satu kit mikrokontroler yang berbasis pada
ATmega28. Modul ini sudah dilengkapi dengan berbagai hal yang dibutuhkan untuk
mendukung mikrokontroler untuk bekerja dengan masukan dari power suply atau
sambungkan melalui kabel USB ke PC Arduino Uno ini sudah siap sedia. Arduino
Uno ini memilki 14 pin digital input/output, 6 analog input, sebuah resonator keramik
16MHz, koneksi USB, konektor power input, ICSP header, dan sebuah tombol
reset[4].

Berikut adalah spesifikasi Arduino Uno :

Gambar II.1
ARDUINO UNO

a.

Catu Daya 5V

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Teganan Input (rekomendasi) 7-12V


Teganan Input (batasan) 6-20V
Pin I/O Digital 14 (of which 6 provide PWM output)
Pin Input Analog 6
Arus DC per Pin I/O 40 mA
Arus DC per Pin I/O untuk PIN III.IIIV 50 mA
Flash Memory III2 KB (ATmegaIII28) dimana 0.5 KB digunakan oleh

bootloader
i.
SRAM 2 KB (ATmegaIII28)
j.
EEPROM 1 KB (ATmegaIII28)
k. Clock Speed 16 MHz
II.2 Fuzzy Logic (Logika Fuzzy)
Pada sistem infus kali ini sakan menggunakan Logika Fuzzy sebagai penentu
yang menggerakkan servo. Logika Fuzzy akan menentukan besar sudut bukaan pada
servo. Logika Fuzzy adalah peningkatan dari logika Boolean yang berhadapan
dengan konsep kebenaran sebagian. Saat logika klasik menyatakan bahwa segala hal
dapat diekspresikan dalam istilah biner (0 atau 1, hitam atau putih, ya atau tidak),
5

logika fuzzy menggantikan kebenaran boolean dengan tingkat kebenaran. Logika


Fuzzy memungkinkan nilai keanggotaan antara 0 dan 1, tingkat keabuan dan juga
hitam dan putih, dan dalam bentuk linguistik, konsep tidak pasti seperti "sedikit",
"lumayan", dan "sangat". Logika ini berhubungan dengan set fuzzy dan teori
kemungkinan. Logika fuzzy diperkenalkan oleh Dr. Lotfi Zadeh dari Universitas
California, Berkeley pada 1965.
II.3 Motor Servo
Motor servo adalah sebuah perangkat atau aktuator putar (motor) yang dirancang
dengan sistem kontrol umpan balik loop tertutup (servo), sehingga dapat di set-up
atau di atur untuk menentukan dan memastikan posisi sudut dari poros output motor.
motor servo merupakan perangkat yang terdiri dari motor DC, serangkaian gear,
rangkaian kontrol dan potensiometer. Serangkaian gear yang melekat pada poros
motor DC akan memperlambat putaran poros dan meningkatkan torsi motor servo,
sedangkan potensiometer dengan perubahan resistansinya saat motor berputar
berfungsi sebagai penentu batas posisi putaran poros motor servo [5]. Motor servo
nantinya akan menjadi actuator penggerak valve infus.

Gambar II.3
Motor Servo

II.4 Sistem Pakar (Expert System)


A. Gambaran Umum
Sistem pakar adalah suatu sistem yang memanfaatkan pengetahuan
manusia yang ditangkap di sebuah komputer untuk memecahkan masalah
yang biasanya membutuhkan keahlian manusia[6]. Sistem pakar adalah sistem
yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer yang dirancang
untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya
seorang pakar. Sistem pakar mencari dan memanfaatkan informasi yang
relevan dari pengguna dan dari basis pengetahuan yang tersedia untuk
membuat rekomendasi. Sistem pakar juga dapat didefinisikan sebagai sistem
berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan tehnik
penalaran dalam

memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat

dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut[7]. Sistem pakar


memberikan nilai tambah pada teknologi untuk membantu dalam menangani
era informasi yang semakin canggih . Sistem pakar yang baik dirancang agar
dapat menyelesaikan suatu permasalahan tertentu dengan meniru kerja dari
para ahli [8].
Konsep dasar suatu sistem pakar mengandung beberapa unsur,
diantaranya adalah keahlian, ahli, pengalihan keahlian, inferensi, aturan, dan
kemampuan

menjelaskan.

Keahlian

adalah

salah

satu

penguasaan

pengetahuan di bidang tertentu dan mempunyai keinginan untuk belajar


memperbaharui pengetahuan dalam bidangnya. Pengalihan keahlian adalah
mengalihkan keahlian dari seorang pakar dan kemudian dialihkan lagi ke
orang yang bukan ahli atau orang awam yang membutuhkan. Pengalihan
keahlian ini adalah tujuan utama dari sistem pakar. Inferensi merupakan suatu
rangkaian proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui atau
diasumsikan. Kemampuan menjelaskan merupakan salah satu fitur yang harus
dimiliki oleh sistem pakar setelah tersedia program di dalam computer[9].

Tujuan

pengembangan

sistem

pakar

sebenarnya

tidak

untuk

menggantikan peran para pakar, namun untuk mengimplementasikan


pengetahuan para pakar ke dalam bentuk perangkat lunak, sehingga dapat
digunakan oleh banyak orang dan tanpa biaya yang besar. Selain itu, bagi para
ahli, sistem pakar ini justru akan membantu aktifitasnya sebagai asisten yang
sangat berpengalaman.
Kelebihan:
Adapun

banyak

manfaat

yang

dapat

diperoleh

dengan

mengembangkan sistem pakar, antara lain [10]:


1. Masyarakat awam non-pakar dapat memanfaatkan keahlian di dalam bidang
tertentu tanpa kesadaran langsung seorang pakar
2. Meningkatkan produktivitas kerja, yaitu bertambahnya efisiensi pekerjaan
tertentu serta hasil solusi kerja
3. Penghematan waktu dalam menyelesaikan masalah yang kompleks
4. Memberikan penyederhanaan solusi untuk kasus-kasus yang kompleks dan
berulang-ulang
5. Pengetahuan dari seorang pakar dapat dikombinasikan tanpa ada batas
waktu
6. Memungkinkan penggabungan berbagai bidang pengetahuan dari berbagai
pakar untuk dikombinasikan.
Selain banyak manfaat yang diperoleh, ada juga kelemahan
pengembangan sistem pakar, yaitu :
1. Daya kerja dan produktivitas manusia menjadi berkurang karena semuanya
dilakukan secara otomatis oleh sistem
2. Pengembangan perangkat lunak sistem pakar lebih sulit dibandingkan
dengan perangkat lunak konvensional.
Untuk membangun sistem yang difungsikan untuk menirukan seorang
pakar manusia harus bisa melakukan hal-hal yang dapat dikerjakan oleh para
pakar. Untuk membangun sistem yang seperti itu, maka dibutuhkan
komponen-komponen sebagai berikut[11] :

1. Basis pengetahuan (Knowledge base).


Berisi pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami,
memformulasikan dan memecahkan persoalan. Bentuk basis pengetahuan
yang umum digunakan ada 2, yaitu: penalaran berbasis aturan dan
penalaran berbasis kasus.
2. Motor inferensi (inference engine).
Ada 2 cara yang dapat dikerjakan dalam melakukan inferensi, yaitu:
a. Forward chaining merupakan grup dari multiple inferensi yang
melakukan pencarian dari suatu masalah kepada solusinya. Forward
chaining adalah data-driven karena inferensi dimulai dengan informasi
yang tersedia dan baru konklusi diperoleh.
b. Backward chaining menggunakan pendekatan goal-driven, dimulai dari
ekspektasi apa yang diinginkan terjadi (hipotesis), kemudian mencari
bukti yang mendukung (atau kontradiktif) dari ekspektasi tersebut.

3. Blackboard.
Merupakan area kerja memori yang disimpan sebagai database untuk
deskripsi persoalan terbaru yang ditetapkan oleh data input dan digunakan
juga untuk perekaman hipotesis dan keputusan sementara.
4. Subsistem akuisisi pengetahuan.
Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi, transfer, dan transformasi
keahlian pemecahan masalah dari pakar atau sumber pengetahuan
terdokumentasi

ke

program

komputer

untuk

membangun

atau

memperluas basis pengetahuan.


5. Antarmuka pengguna (User Interface).
Digunakan untuk media komunikasi antara user dan program.
6. Subsistem penjelasan.
Digunakan untuk melacak respon dan memberikan penjelasan tentang
kelakuan sistem pakar secara interaktif melalui pertanyaan.
7.

Sistem penyaring pengetahuan.

B. Implementasi Pada dunia Medis


Salah satu masalah di dalam dunia medis atau kedokteran adalah
adanya ketidakseimbangan antara pasien dan dokter. Selain itu, sebagian
besar dari masyarakat tidak terlatih secara medis sehingga apabila mengalami
gejala penyakit yang diderita belum tentu dapat memahami cara-cara
penanggulangannya[12]. Sangat disayangkan apabila gejala-gejala yang
sebenarnya dapat ditangani lebih awal menjadi penyakit yang lebih serius
akibat kurangnya pengetahuan.
Pengetahuan sebenarnya dapat diperoleh dari buku-buku atau situssitus internet yang membahas tentang kesehatan. Akan tetapi, untuk
mempelajari hal tersebut tidaklah mudah karena selain memerlukan waktu
yang cukup lama untuk memahaminya, sumber-sumber tersebut juga belum
tentu dapat mendiagnosis jenis penyakit seperti yang dilakukan oleh seorang
dokter.
Oleh karena itu, di dunia kedokteran, sudah banyak bermunculan
aplikasi sistem pakar. Sistem pakar ini mampu mendiagnosis berbagai jenis
penyakit pada manusia, baik penyakit mata, THT (telinga, hidung,
tenggorokan), mulut, organ dalam (jantung, hati, ginjal), maupun AIDS [13].
Dengan adanya sistem pakar ini, orang awam mampu mendeteksi
adanya penyakit pada dirinya berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan oleh
orang tersebut dengan menjawab pertanyaan pada aplikasi seperti halnya
konsultasi ke dokter. Dengan demikian, orang awam dapat mendeteksi
penyakit beserta solusi pengobatannya sejak dini sehingga bisa dilakukan
penanganan segera, bahkan dapat dilakukan upaya pencegahan terhadap
penyakit tertentu [14].
Jadi, dengan pengembangan sistem pakar, diharapkan bahwa orang
awam pun dapat menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang sebenarnya
hanya dapat diselesaikan dengan bantuan para ahli.
II.5 AutoCAD
Dalam pembuatan proyek yang menghasilkan perangkat keras membutuhkan
desain IIID, karena hal tersebut merupakan pedoman rancangan dan gambaran awal
10

yang merepresentsikan produk jadi. Dalam pembuatan Prototipe Hovercraft patroli,


kami menggunakan perangkat lunak AutoCAD besutan Autodesk yang memang
dikhususkan dalam perancangan desain 2D maupun 3D.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Gambaran Umum Sistem

Gambar III.1
Gambaran Umum Sistem

Gambar III.1 merupakan gambaran umum pada rancang bangun system pakar
pengatur tetesan infus otomatis secara umum teerbagi menjadi beberapa komponen
utama, yaitu Arduino Uno, LCD Display, catu daya, sensor LED, motor servo dan
buzzer.

11

Untuk pengolahan data pasien, database jumlah tetesan dan pengambilan


keputusan pada motor servo dilakukan di Arduino Uno dengan masukan catu daya,
sinyal yang diberikan oleh sensor LED dan data masukan dari user interface. User
memasukkan data 9pasien pada user interface, kemudian data diolah berdasarkan
kebutuhan cairan pada pasien. Selanjutnya saat push button ditekan proses
peregangan dan penegangan pada selang menggunakan motor servo dimulai.
Sensor LED akan mendeteksi jumlah tetesan tiap menitnya. Jika sensor telah
mendapat jumlah tetesan yang sesuai, sensor akan mengirim sinyal ke arduino uno
dan kemudian arduino uno akan men-drive motor servo untuk menentukan jumlah
tetesan yang sesuai. Apabila jumlah tetesan sesuai dengan set poin, maka motor servo
akan mempertahankan posisi putarannya, tetapi jika jumlah tetesan tidak sesuai
dengan set poin yang ditentukan maka motor akan berputar ke arah kiri untuk
melonggarkan selang sampai jumlah tetesan sesuai dengan jumlah tetesan yang
diinginkan.
Jumlah tetesan tiap menitnya akan ditampilkan pada LCD yang ditanam pada box
user interface. Pada box user interface paramedis akan memantau jumlah tetesan tiap
menitnya. Pengamatan juga dilakukan di ruang paramedic menggunakan line yang
terhubung dengan masing-masing alat infus otomatis di ruang pasien. Saat volume
pada tabung infus kurang dari 10% sensor akan mengirim sinyal ke arduino, lalu
arduino akan menyalakan buzzer yang ada di ruang paramedis dan ruang pasien.
III.2 Analisis Kebutuhan
Pada implementasi system infus otomatis ini dibutuhkan aspek pendukung yaitu
perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).
III.2.1 Perangkat Keras
Tahap pengerjaan dari system ini adalah rancang mekanik dan rancang
system elektronik. Berikut adalah penjelasan prosedur tersebut.
III.2.1.1 Perancangan Mekanik
Perancangan mekanik pada rancang bangun alat pengaturan
jumlah tetesan infuse ini terdiri dari perancangan penjepit tempat
jatuhnya tetesan infuse, dan perancangan letak motor servo untuk

12

menjepit selang infus. Penjepit selang infus menggunakan satu set


gear box dan motor servo dengan torsi yang tinggi dan respon yang
halus. Motor yang digunakan adalah motor servo yang diberi
tegangan 9V.
Driver motor menggunakan H-bridge yang mempunyai table
kebenaran seperti pada table III.2.1.1.
Tabel III.2.1.1 Tabel Kebenaran Motor

Input 1
High
Low
High
Low

Input 2
Low
High
High
Low

Force
Putar kanan
Putar kiri
Stop
Stop

Keterangan
Tegangan High = 4.8V
Tegangan Low = 0V/
ground

III.2.1.2 Perancangan Sistem Elektronik


Perangkat sistem elektronika pada rancang bangun pengatur
jumlah tetesan infus pada pasien.ini diantaranya adalah pembuatan
catu daya, rangkaian, rangkaian sensor photo dioda, rangkaian
minimum system Aduino, dan serial komunikasi RF Moduls.
III.2.1.2.1 Catu daya

Gambar III.2.1.2.1
Skematik Catu Daya

13

III.2.1.2.2 Rangkaian Sensor Photodioda


Rangkaian sensor photodioda pada rancang bangun
pengatur jumlah tetesan infus pada pasien ini digunakan
sebagai sensor untuk mendeteksi adanya tetesan. Selain itu
sensor photodioda juga berfungsi sebagai sensor level cairan
infus [6] .Berikut ini merupakan gambar rangkaian sensor
photodioda.

Gambar III.2.1.2.2
Rangkaian Sensor Photodioda

III.2.1.2.3 Rangkaian Sistem Minimum Motor Driver


Motor Servo tidak dapat bekerja tanpa adanya komponen
dasar pendukung. Motor DC tipe H-Bridge menggunakan
power driver berupa transistor. Rangkaian driver motor ini
dapat mengendalikan arah putaran motor DC dalam 2 arah dan
dapat di kontrol dengan metode PWM

(Pulse With

Modulation). Rangkaian driver motor ini menggunakan


rangkaian jembatan transistor 4 unit dengan potensi impuls
tegangan induksi motor DC berupa dioda yang dipasang
paralel dengan masing-masing transistor secara reverse bias .
III.3 Perancangan Perangkat Lunak (Software)

14

Perancangan perangkat lunak dalam sistem ini bertujuan agar diperoleh putaran
dari motor servo sehingga tetesan infuse dapat disesuaikan. Selain itu kami juga
melakukan proses penamaan port arduino tujuannya adalah agar arduino dan keypad
pada user interface dapat terkonfigurasi dengan baik.
III.4 Diagram Alir Sistem Keseluruhan

15

Gambar III.4
Diagram Alir Sistem Keseluruhan

16

Gambar III.4 merupakan diagram alir system keseluruhan. Perangkat infus


otomatis ini akan melalui beberapa tahap sebelum dapat menentukan tetesan infus
yang diinginkan. Paramedic akan memasukkan jumlah tetesan yang diinginkan
pada UI, ketika tombol start ditekan maka arduino akan mulai mengolah data
tersebut.
Sensor akan membaca jumlah tetesan yang terekam tiap menit nya. Jika
cairan telah menetes, maka motor servo akan memutar untuk melonggarkan dan
menegangkan selang agar jumlah tetesan sesuai dengan set point dan jika cairan
tidak menetes maka sensor akan mengirim sinyal balik ke arduino lalu arduino
akan menyalakan alarm/buzzer.
Jika caiaran telah sesuai dengan set point yang diinginkan, maka motor akan
mempertahankan putarannya, akan tetapi jiha tetesan belum mencapai set point
maka motor akan terus melakukan putaran hingga jumlah tetesan sesuai dengan set
point yang diinginkan.
Seluruh proses tersebut akan ditampilkan pada LCD sehingga memudahkan
paramedic dalam melakukan pemantauan.

III.5 Diagram Alir Pengambilan Keputusan

17

18

Gambar III.5 merupakan diagram


pengambilan
keputusan sistem ini, dimana
Gambar
III.5
Diagram Alir Pengambilan Keputsan L dan P
paramedis akan memasukkan
data pasien berdasarkan kategori yang telah ada.
19

Selanjutnya saat tombol start ditekan sistem secara otomatis akan menyesuaikan
jumlah tetesan sesuai kategori dan set point yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Han PY, Coombes ID, Green B., Factors

predictive of intravenous fluid


administration errors in Australian surgical care wards, QualSaf Health Care 2010;
14: 179-184

[2] Altman D.G, Bland J.M , Measurement in Medicine: the Analysis of Method
Comparison Studies, The Statistician 32 (1983) 307-317

[3] KEPERAWATAN :Cairan infuse, Arya WITL Diakses tanggal 13september 2014
http://aryawitl.blogspot.com/2009/02/cairan-infus.html

[4] Arduino, Diakses tanggal 13 september 2014


http://team-ichibot.com/arduino
20

[5] Robot Indonesia : Jenis jenis motor, Paulus Andi Nalwan Diakses tanggal 13
september 2014 http://www.robotindonesia.com/article/an0012.pdf

[6] Daniel dan Virginia, G. 2010. Implementasi Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis
Penyakit Dengan Gejala Demam Menggunakan Metode Certainty Factor. Jurnal
Informatika, Volume 6, Nomor 1.

[7] Fatta, H. dan Wibowo, S. 2010. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit
Telinga Hidung Tenggorokan Pada Manusia. Yogyakarta: AMIKOM.

[8] Hamdani. 2010. Sistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Mata Pada Manusia.
Jurnal Informatika Mulawarman, Volume 5, Nomor 2.

[9] Handayani, L dan Sutikno, T. 2008. Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit THT
Berbasis Web dengan e2gLite Expert System Shell. Jurnal Teknologi Industri,
Volume 12, Nomor 1.

[10] Kumar, S dan Prava, D. 2010. An Expert System for Diagnosis of Human
Diseases. International Journal of Computer Applications, Volume 1, Nomor 13.

[11] Naser, A. dan Zaiter, A. 2008. An Expert System For Diagnosing Eye Disease
Using Clips. Journal of Theoretical and Applied Information Technology.
[12] Prabowo, W. ,dkk. 2008. Sistem Pakar Berbasis Web Untuk Diagnosa Awal
Penyakit THT. Proceeding of SNASTI.

[13] Setiawan, Anton. 2009. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Telinga
Hidung Tenggorokan Pada Manusia. Jurnal Telkomnika, Volume 7, Nomor 3.

[14] Sulistyohati, A. dan Hidayat, T. 2008. Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit
Ginjal Dengan Metode Dempster-Shafer. Proceeding of SNASTI.

[15] Muhammad H. Rashid, Power Electronics Handbook, Academic Press,


Pensacola Florida, 2001
Adil, Ratna, M.T. Pengembangan Sistem Monitoring Tetesan Infus Pada Ruang
Perawatan Rumah Sakit, Karya Tulis Ilmiah. PENS-ITS Sukolilo, Surabaya, 2011
Kokoh, Bagus. Rancang Bangun Pengaturan Jumlah Tetesan Infus pada Pasien,
Karya Tulis Ilmiah. PENS-ITS Sukolilo, Surabaya, 2011

21

Sabarudin, Gufron ,Dual Infus Pump Berbasis Mikrokontroller, Karya Tulis Ilmiah.
POLTEKES Surabaya, 2008

LAMPIRAN
1. Berikut merupakan rencana kegiatan ygn kami rencanakan
Bulan ke
1
2
III
4
5
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

No Agenda

1
2

Identifikasi Masalah
Pengumpulan

dan

Pengolahan data

Belanja Bahan

Pengerjaan Produk

Percobaan Produk

Evaluasi

Perbaikan

Penyusunan

Tugas

Akhir

22

23

Anda mungkin juga menyukai