Hidung Luar
Hidung Dalam
(Kavum Nasi)
Kavum Nasi
Sinus Paranasal
Sinus Frontal
Terletak di os frontal
Terbentuk sejak bulan ke 4 fetus
Sinus Maxillaris
Sinus paranasal yang terbesar
Volume maksimal : 15 ml saat dewasa
Dinding :
Anterior :
Posterior :
maksila
Superior
Inferior :
fosa kanina
infra temporal
: dasar orbita
Arti Klinik
1. Gigi P1, P2, M1, M2, kadang-kadang C/M3,puncaknya
sangat dekat dengan dasar sinus maksila menimbulkan
sinusitis
2. Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi
orbita.
Sinus Etmoid
Dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus
lainnya
berongga-rongga menyerupai sarang tawon
Sinus Sfenoid
Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut
septum intersfenoid
Suplai Darah
Bagian atas :
Suplai Saraf
Saraf sensoris
Bagian depan dan atas:
saraf sensoris n. ethmoid anterior
(cabang n. nasosiliaris, cabang N. oftalmikus )
Saraf vasomotor :
melalui ganglion sfenopalatinum, posterior
superior ujung posterior konka media
Fisiologi Hidung
Hidung mempunyai empat fungsi utama yaitu :
Sebagai lokasi epitel olfaktorius
Saluran udara yang kokoh menuju traktus
respiratorius bagian bawah
Organ yang mempersiapkan udara inspirasi
Sebagai organ yang dapat membersihkan dirinya
sendiri
FISIOLOGI
HIDUNG
Penghidu
RHINITIS
Rinitis Spesifik
Klasifikasi Rhinitis
2
1. RHINITIS ALERGIKA
Definisi
suatu respon imunologi pada hidung, khususnya
diperantarai oleh imunoglobulin E (igE) setelah
terpapar alergen
Gejala Klinis
Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its
Impact on Asthma) 2007 :
Persisten
*
minggu atau
Minggu dan
Ringan (Mild)
Sedang (Moderate)
*
Tidur normal
tidur terganggu
Istirahat
saat istirahat
Normal
Tidak ada
sangat menganggu
gangguan)
Faktor Etilogi
(Menurut Allergic Rhinitis and its Impact on
Asthma)
Alergen
Rinitis yang Berhubungan dengan Pekerjaan
Alergi Latex
Polusi
Aspirin
Patofisiologi
Terdiri dari 3 fase, yaitu :
Fase sensitisasi
Reaksi Alergi Fase Cepat
Reaksi Alergi Fase Lambat
IgE
Th2
Fragment
MH
C
IgE-bearing B-cells
Mastosit
IgE antibody
IgE
Rhinorea
Sneezing
Congestion
IgE
Th2
Fragment
MH
C
IgE
IgE-bearing B-cells
IgE antibody
IgE
Rhinorea
Sneezing
Congestion
IgE
IgE-bearing B-cells
CHRONIC
Th2
INFLAMMATION
MHC
-
Rhinorea
Sneezing
Fragment
Congestion
Pemeriksaan
Beberapa tanda yang dapat dijumpai pada
penderita rinitis alergi
Allergic salute
Allergic shiners
Laboratorium
In Vitro
eosinofil dalam sel darah tepi
pemeriksaan IgE
In Vivo
Skin Prick Test
Skin End-point Titration/SET
Penatalaksanaan
Hindari faktor pencetus alergi / alergen (jika
memungkinkan)
Medikamentosa (Farmakoterapi)
Imunoterapi spesifik
Edukasi, meningkatkan stamina tubuh
Operatif
2. RHINITIS VASOMOTOR
Definisi
Etiologi
Induksi obat yang menekan dan menghambat
kerja saraf simpatis
Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok,
udara dingin, dan bau yang merangsang.
Faktor Endokrin
Faktor psikis
Patofisiologi
1.
Patofisiologi
Gejala klinis
Klasifikasi (gejala)
1.
Diagnosis
1.
Pemeriksaan THT
- Struktur abnormal ( - )
- Tanda tanda infeksi ( - )
- Pembengkakan pada mukosa ( + )
- Hipertrofi konka inferior sering dijumpai
Bakteriologi
Test alergi
Rinitis bakterial ( - )
Ig E total
Normal
Prick Test
RAST
Mulai serangan
Riwayat terpapar allergen
Etiologi
Rinitis alergi
Rinitis vasomotor
Belasan tahun
Dekade ke 3 4
( +)
(-)
Reaksi Ag - Ab terhadap
rangsangan spesifik
Menonjol
Tidak menonjol
Sering dijumpai
Tidak dijumpai
Positif
Negatif
Sekret hidung
Peningkatan eosinofil
Eosinofil darah
Meningkat
Normal
IgE darah
Meningkat
Tidak meningkat
Tidak membantu
Membantu
Gatal dimata
Test kulit
Neurektomi
n. vidianus
Penatalaksanaan
1. Hindari penyebab
2. Simptomatis
3. Operasi:
bedah beku, elektrokauter, konkotomi konka
inferior
4. Neurektomi n. vidianus
RHINITIS
MEDIKAMENTOSA
Definisi
Kelainan pada hidung berupa gangguan respon normal
vasomotor, sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor topikal
dalam waktu lama dan berlebihan (drug abuse), > 7 10 hari,
menyebabkan sumbatan hidung yang menetap.
Etiologi
1. Agen antihypertensive
Methyldopa
Guanethidine
Reserpin
Hydralazine
Prazosin
2. -Blockers
3. Kontrasepsi oral
4. NSAID
5. Obat anti tiroid
6. Anti depresant
7. Tranquilizers
Thioridazine
Alprazolam
Chordiazepoxide
8. Penghambat phospodiesterase tipe 5
Sildenafil sitrat
Tadalafil
Topikal
1. Vasokonstriktor
Oxymetazoline
Xylometazoline
Phenylephrine
Ephedrine
2. Cocaine
Patofisiologi
Pemakaian obat Vasokonstriktor lama
Vasodilatasi
(Rebound dilatation)
jaringan mukosa
dan rangsangan
sel-sel mukoid
Obstruksi
hidung
Sekret
Obstruksi
hidung
pH hidung berubah
dan aktifitas
silia terganggu
Silia rusak
Sel goblet berubah ukurannya
Membran basal menebal
Pembuluh darah melebar
Stroma tampak edema
Hipersekresi kelenjar mukus dan perubahan pH
sekret hidung
Lapisan sub mukosa menebal
Lapisan periostium menebal
Penatalaksanaan
Untuk mengatasi sumbatan berulang (rebound
congestion) dapat diberikan
Kortikosteroid oral dapat juga dengan pemberian
kortikosteroid topikal selama minimal 2
minggu
RHINITIS INFEKSI
RINITIS AKUT
1. RINITIS SIMPLEKS
Etiologi :
Rhinovirus, Myxovirus, virus Coxsackie dan
virus ECHO
Gejala klinis
Sumbatan
Nyeri
Bersin-bersin
Demam
Beringus
kepala
hidung
Tanda Klinis
Mukosa hidung: hiperemi dan membengkak
Sekret: Mula-mula encer dan bayak mukoid, lebih
kental dan lengket
Penatalaksanaan
Terapi
RINITIS KRONIK
Etiologi
1. RINITIS HIPERTROFI
Etiologi
lanjutan dari rinitis alergi dan vasomotor
infeksi hidung berulang,
sinusitis kronis,
iritasi kronis mukosa hidung karena rokok dan
bahan-bahan iritan industri.
Penggunaan tetes hidung yang berkepanjangan
Gejala
Nyeri Kepala
Sumbatan
Sekret
Tanda Klinis
Terapi
2. RINITIS SIKA
Biasanya mengenai orang tua, individu yang bekerja
dalam lingkungan panas, kering, dan berdebu seperti
pekerja pabrik karet, alat rumah tangga, pabrik roti,
perokok berat, pasca tindakan operasi daerah hidung,
alkoholis, penderita anemia, dan yang menderita gizi
buruk.
Terapi
Mengatasi faktor penyebab
RINITIS SPESIFIK
Rinitis difteri
Rinitis atrofi
Rinitis tuberkulosa
Rinitis Jamur
1. RINITIS DIFTERI
Etiologi
Corynebacterium dipteriae Primer hidung/sekunder
tenggorok
Gejala dan Tanda
Ingus berdarah
Pseudomembran putih kotor, bila dilepas
mudah berdarah
Krusta coklat di nares dan kavum nasi
Terapi : penisilin/derivat penisilin;
salep antibiotika; bila perlu ADS
2. RINITIS ATROFI
Definisi
Rinitis atrofi merupakan penyakit infeksi hidung
kronik, yang ditandai oleh adanya atrofi
progresif pada mukosa dan tulang konka.
Etiologi
Gejala Klinis
Napaskepala
Ingus
Gangguan
Sakit
Hidung
kental
bau
tersumbat
penghidu
hijau
1.
2.
3.
4.
Histopatologik :
Penipisan mukosa hidung
Destruksi silia/hilang
Metaplasia epitel torak kubik/gepeng berlapis
Degenerasi kelenjar/atrofi/kecil dan
jumlahnya berkurang
.Pengobatan
Antibiotik
3. RINITIS TUBERKULOSA
Tuberkolosis pada hidung berbentuk noduler atau
ulkus, terutama mengenai tulang rawan septum dan
dapat mengakibatkan perforasi.
Pemeriksaan klinis
Sekret mukopurulen dan krusta, sehingga
menimbulkan keluhan hidung tersumbat.
Diagnosis ditegakan dengan ditemukannya BTA pada
sekret hidung.
THANK YOU...