Anda di halaman 1dari 30

PERSAMAAN DIFERENSIAL

ELEMENTER
Lecture Notes

YULIAWAN RIZKA SYAFAAT


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Definisi Persamaan Diferensial


Persamaan Diferensial adalah suatu persamaan yang memuat dari satu atau lebih variabel tak bebas
terhadap satu atau lebih variabel bebas.

Persamaan Diferensial Separabel


Mempunyai bentuk umum :

= ()()

Diperoleh

= ()
()

= ()
()

Contoh :
( + ) =
Untuk menyelesaikan, persamaan di atas
dibagi dengan (1 + ) sehingga menjadi

=0
1+

ln |

|=
1+

Untuk menyederhanakan, ruas kiri dan ruas


kanan diubah menjadi pangkat dari sehingga
menjadi

ln |1+| =

1+

=
1+

ln || ln|1 + | =

= (1 + )

Contoh lainnya :
( + ) + ( + ) =

+
=0
1 + 4 2 1 + 4

+
=
2
1 + 4
1 + 4
1
1
tan 2 + tan 2 =
2
2

tan 2 + tan 2 =
tan 2 = tan 2
Lalu, kedua ruas dikalikan dengan
( tan 2) = ( tan 2 )
2 = ( tan 2 )
=

( tan 2 )
2

Contoh lainnya lagi :


( + ) + ( + ) =

+
=0
( + 1)3 ( + 1)2

+
=
3

+ 1)
( + 1)2

( + 1)
( + 1)
+

=
( + 1)3
( + 1)2

1
( + 1)2 ( + 1)1 =
2

=
( + 1)3
( + 1)2

1
1
=

1
2( + 1)2

Persamaan Diferensial Linear Homogen


Memiliki bentuk umum :
1 ()

+ 0 () = 0

Dengan penyelesaian :
0 ()
+
= 0

1 ()

+ () = , () =

0 ()
1 ()

ln|| = ()
= ()
= . ()

ln|| + () =

= ()

Contoh :
( )

+ =

() =

( 2

9)

() = 2

( 9)
1 ( 2 9)
= 2
2 ( 9)

1
= ln| 2 9| +
2
Penyelesaian :
1

= 2ln |

2 9|

= ( 2 9)2

Persamaan Diferensial Linear Homogen dengan bentuk


(1 + 1 + 1 ) + (2 + 2 + 2 ) = 0

Memiliki 2 cara penyelesaian yang berbeda, yang tergantung dari nilai 1 sama atau tidak
sama dengan

nilai 1
2

Jika
1 1
=
2 2
Maka substitusikan
= 1 + 1
Contoh :
( + + ) + ( + + ) =
1 1
=
2 2

( + 3) + (

1 2
=
2 4

1
2 + 1
( + 3 ) + (
) = 0
2
2

maka

5
2 + 1
+ (
) = 0
2
2

= + 2

5 + (2 + 1) = 0

5 + (2 + 1) =

=
=

2 + 1
2 + 1
) (
) = 0
2
2

5 + 2 + =

Disubstitusikan ke soal sehingga


menjadi
( + 3) + (2 + 1)

5 + ( + 2)2 + ( + 2) =


=0
2

Jika
1 1

2 2
Maka substitusikan
=+
=+

Dengan (, ) adalah solusi dari persamaan


1 + 1 + 1 = 0
2 + 2 + 2 = 0
Contoh soal yang bisa dicoba :
( + ) + ( ) =

Persamaan Diferensial Eksak


Derivatif Parsial
(,) = sin() + 2 + 2 + 5

= cos() + 2

= cos() + 2

disebut derivatif parsial. Fungsi F berturut-turut diturunkan terhadap variabel x dan y.

Derivatif parsial F terhadap x diperoleh dengan menurunkan F terhadap x dengan menganggap y

sebagai konstan, dinotasikan sebagai .


Derivatif total dari suatu fungsi F dinyatakan sebagai

Suatu ekspresi
(,) + (,)
disebut diferensial eksak jika ekspresi tersebut mempunyai diferensial total dari suatu fungsi F. Jika
ekspresi di atas mempunyai diferensial eksak, maka
(,) + (,) = 0
adalah persamaan diferensial eksak.
Penyelesaian Persamaan Diferensial Eksak memiliki syarat :

=

Contoh :
+ ( ) =

= 2

= 2

Maka bisa dilakukan 2 cara, yaitu:


(,) = (,) + ()

(,) = (,) + ()

= 2 + ()

= ( 2 1) + ()

= 2 + ()

= 2 + ()

2 + () = 2 1

2 + () = 2

() = 1

() = 0

() =

() =

Maka :

Maka :

2 = atau 2 = 0

2 = atau 2 = 0

Contoh lainnya :
( ) + ( + ) =

= 2 2 cos + sin

= 2 2 cos + sin

PD di atas adalah PD Eksak


(,) = (,) + ()
= ( 2 ) + ()
= 2 sin + ()

2 2 + () = 2 2 + 2
() = 2 () = 2
Maka:
2 sin + 2 + = 0

Persamaan Diferensial Linear Non Homogen


Memiliki bentuk umum
1 ()

+ 0 () = ()

Dan persamaan tersebut dibagi dengan 1 () dengan 1 () 0 sehingga menjadi

0 ()
()
+ () = (), () =
, () =

1 ()
1 ()
Sebelum penyelesaian, kita akan membahas tentang faktor integral dahulu

Faktor Integral
Pada PD linear homogen, diketahui

+ () = 0

= ()
Dua persamaan ini dikalikan, menjadi

() + () () = 0

. . . (1)

Sebenarnya persamaan ini hampir mirip dengan turunan dari

( () ) = 0

Yaitu

() + (()) () = 0

. . . (2)

Namun, persamaan (1) dan persamaan (2) memiliki perbedaan yang cukup signifikan, yaitu pada
nilai P(x), sehingga kita akan mencoba mengubah pangkatnya dari () menjadi ()
sehingga akan menjadi

()

+ () () = () ( + ())
( () ) =

Selanjutnya, () disebut dengan faktor integral. Faktor integral ini hanya berlaku untuk PD
linear non homogen.
Untuk menyelesaikan PD linear non homogen, digunakanlah faktor integral dengan cara mengalikan
setiap ruas dengan faktor integral.

() ( + ()) = () ()

( () ) = () ()

( () ) = () ()
() = () ()
Contoh :

+ = ; () =

() = 1 () = Faktor integral
=

+ =

( ) =

Jadi, persamaan umumnya adalah


=

Dari soal, jika x = 0, maka y = 4, sehingga


persamaan khususnya adalah
0 0 0 +
4=
0
4=

1 +
1

=5

=
= +

Maka, persamaan khususnya adalah


=

+ 5

Persamaan Diferensial Non Eksak


Persamaan Diferensial Non Eksak memiliki bentuk umum yang sama dengan Persamaan Diferensial
Eksak, yaitu
(,) + (,) = 0
Namun dengan perbedaan syarat yaitu

Untuk menyelesaikan PD di atas, kita harus menjadikan PD tersebut menjadi eksak dengan cara
mengalikan kedua ruas itu dengan faktor integral, namun faktor integral ini berbeda dengan faktor
integral yang telah dibahas sebelumnya.
Kita namakan faktor integral ini dengan (,)
Maka akan diperoleh persamaan baru yaitu
(,) (,) + (,) (,) = 0
Dengan (,) memenuhi persamaan
() ()
=

+
=
+

)=

PD di atas merupakan PD parsial, di mana tidak dibahas dalam perkuliahan PDE. Maka dilakukan
penyederhanaan dengan menganggap adalah fungsi dari x saja atau fungsi dari y saja.
Jika (,) = () , maka

=0

Sehingga dapat diperoleh


)=

1
= (

1
( )

Dengan cara yang sama, jika (,) = () , maka dapat diperoleh


=

1
( )

Untuk kemudahan, kita dapat tuliskan

=
=

Contoh :
+ ( + ) =

(,) = 4 + ()

= ; = 4

1
= 2 3 + ()
2


4
= 2

2 + 3 2 20

= 2 3 +3 5 20 3

4 3
=
=

2 3 + () = 2 3 +3 5 20 3

() = 3 5 20 3

() = (3 5 20 3 )

= 3

1
= 6 5 4 +
2

= 3
Solusi

PD di atas dapat ditulis

1 2 3 1 6
+ 5 4 + = 0
2
2

3 [ + (2 2 + 3 2 20)] = 0
4 + (2 3 +3 5 20 3 ) = 0

Persamaan Diferensial Bernoulli


Memiliki bentuk umum

+ () = ()

Cara menyelesaikan persamaan ini adalah dengan melakukan substitusi


1

= 1 = 1

Kita tahu bahwa



=

Kita masukkan nilai substitusi y


1

=
11
1

1
=
1
1

Kita substitusikan nilai yang bisa disubstitusikan, yaitu nilai dan . Maka persamaan tersebut
menjadi

1

1
1
+ ()1 = ()1
1

Persamaan di atas dibagi kedua ruasnya dengan 1 1 menjadi

+ (1 )() = (1 )()

Persamaan di atas menjadi berbentuk PD Linear non homogen


Contoh :

+ = , = 2

Substitusikan

Persamaan tersebut menjadi


1 1
+ = 1
2
1
( ) = 1

= 1 = 1 = 1

= 2

(2 )

+ 1 = 2 (1 )2

dapat dibagi dengan (2 )



+
=

cara PD linear non homogen


() =

1
1
1
() = =

1
( ) = 1

1
= +

= 2 +

Kita kembalikan nilai y


1
= 2 +

1
2

Persamaan Diferensial bentuk = ( + + )


PD dengan bentuk

= ( + + ) dapat diselesaikan dengan mensubstitusikan


= + +

Contoh :

=

=
1 2
= +
2

Substitusikan dengan
=+

1
( + )2 = +
2


=
1

+ = 2 +

Masukkan ke persamaan

= 2 +

1
1 =

1
=

=

Persamaan Diferensial Order Tinggi


Adalah persamaan diferensial dengan bentuk umum
()

()
+

+ . + 1 ()
+ 0 () = ()
1

Teorema : Diketahui 0 (), 1 (), , () dan () kontinu pada interval , dan () 0,


. Jika = 0 adalah titik di , maka suatu solusi () untuk PD diatas ada dan tunggal.
Cara menyelesaikan PD Order tinggi adalah dengan menggunakan Reduksi Order.
Contohnya jika diberikan PD order dua 2 () + 1 () + 0 () = 0, dan 1 () adalah suatu
solusi PD tersebut, dan yang akan dicari adalah solusi lain, katakanlah 2 () yang independen
terhadap 1 (), maka lakukan substitusi 2 () = ()1 ().
Contoh :
=
Salah satu solusi adalah 1 () = ,
(, )
2 () = ()1 ()
2 () = ()

2 () = +
2 () = ( + ) + ( + )
Substitusikan 2 ke persamaan diatas
( + 2 + ) () = 0

+ 2 =

Diperoleh
= 2

+ 2 = 0

= 2

Dimisalkan () = (), maka PD diatas


menjadi

1
= 2 = 2
2

+ 2 = 0

= 2

Jadi
2 = 1

= 2

2 = 2 .

ln|| = 2 +

2 =

= 2

Solusi PD di atas adalah


= 1 + 2

Persamaan Linear Homogen dengan koefisien konstan


() + 1 (1) + . + 3 (3) + 2 + 1 + 0 = 0
Dengan 0 , 1 , 2 , . . . ,
= 1 1 + 2 2 + 3 3
= 1 1 1 + 2 2 2 + 3 3 3
= 1 2 1 1 + 2 2 2 2 + 3 2 3 3
= 1 3 1 1 + 2 3 2 2 + 3 3 3 3

3 + 2 + 1 + 0
= (3 1 + 2 1 + 1 1 + 0 )1 1 + (3 2 + 2 2 + 1 2 + 0 )2 2
+ (3 3 + 2 3 + 1 3 + 0 )3 3
Jika dapat ditemukan 0 , 1 , 2 , dan 3 sehingga persamaan diatas berlaku, maka
= 1 1 + 2 2 + 3 3
Untuk n = 2
2 + 1 + 0 = 0
Misalkan = adalah suatu solusi dari persamaan diferensial di atas, diperoleh
= ; = 2
Diperoleh

(2 2 + 1 + 0 ) = 0
2 2 + 1 + 0 = 0
Persamaan di atas disebut Persamaan Bantu.
Ada 3 kemungkinan hasil yaitu
I.
II.
III.

1 , 2 dan 1 2
1 , 2 dan 1 = 2
1 , 2

Kasus I 1 , 2 dan 1 2
Contoh :
+ + =
Persamaan bantu dari PD di atas adalah
2 + 3 + 3 = 0

1 = 2; 2 = 1
Jadi 1 = 1 2 dan 2 = 2 adalah
solusi dari PD di atas. Jadi, persamaan umum
PD di atas adalah = 1 2 + 2

( + 2)( + 1) = 0
Order n?
Katakan = adalah solusi dari
() + 1 (1) + . + 2 + 1 + 0 = 0
Persamaan bantunya
+ 1 (1) + . + 2 2 + 1 + 0 = 0
( 1 )( 2 ) ( ) = 0
Dengan 1 2
Contoh :
+ =
Persamaan bantu
3 2 4 + 4 = 0
( 1)(2 4) = 0

( 1)( 2)( + 2) = 0
1 = 1; 2 = 2; 3 = 2
Solusi PD di atas
= 1 + 2 2 + 3 2

Kasus II 1 , 2 dan 1 = 2
Contoh :
+ + =

1 = 1 2
Lalu, bagaimana cara mencari 2 ? Gunakan
Reduksi Order.

Persamaan bantu
2 + 4 + 4 = 0

Setelah dicari, akan ketemu 2 = 2 2

( + 2) = 0

Jadi solusinya adalah = 1 2 + 2 2

1 = 2 = 2
Secara umum, solusinya akan berbentuk

= 1 + 2
Order n?
Jika 1 = 2 = 3 = = ; 0 <
Maka solusi persamaan diferensial di atas adalah
= 1 1 + 2 1 + + (1) 1
Contoh :
+ + =

( 1)( + 2)2 = 0

3 + 32 + 4 = 0

Solusi PD

( 1)(2 + 4 + 4) = 0

= 1 + 2 2 + 3 2

Kasus III 1 , 2
Contoh :
+ + =

( + 1)2 = 3
( + 1) = 3

Persamaan bantunya
2 + 2 + 4 = 0

= 1 3

RUMUS
= +
Katakanlah, akar-akar persamaan bantu
adalah

Maka, solusi umum dari PD dengan akar-akar


persamaan bantu di atas adalah

1 = +

= 1 1 + 2 2

1 =

= 1 (+) + 2 ()
= 1 ( ) + 2 ( )

= 1 (cos + sin )
+ 2 (cos()
+ sin())

= (1 + 2 ) cos
+ (1 2 ) sin
= 1 cos + 2 sin
= 1 cos 3 + 2 3

Jadi, solusi dari soal adalah

Metode Koefisien Tak Tentu


Diberikan PD Linear Non Homogen
() + 1 (1) + + 1 + 0 = ()
Langkah-langkah penyelesaian PD di atas adalah :
1. Tentukan Solusi Komplementer, (ex : () = 0)
2. Tentukan Solusi Khusus, dari PD diatas
Solusi Umum : = +
Bentuk () yang bisa diselesaikan dengan metode tebak :
Polinomial : () = + 1 1 + + 1 + 0
Eksponensial :
Trigonometri : sin ; cos
Kombinasi linear dari perkalian fungsi-fungsi di atas. Contoh : 2 sin + 2 2 cos 3

Contoh :
+ = +
Cari

+ 4 2 = 0 + 4 2 = 0
12 = 2 6
= 1

(2+6)

+ 2

2 + 4(2 + ) 2( 2 + + )
= 2 2 3 + 6
2 2 + (8 2) + (2 + 4 2)
= 2 2 3 + 6
2 = 2 = 1

(26)
8 2 = 3 =

Cari
= 2 + +
= 2 +
= 2
+ 4 2 = 2 2 3 + 6

5
2

2 + 4 2 = 6 = 9
Solusi Umum
5
= 1 (2+6) + 2 (26) 2
2
9

Contoh Lainnya :
+ =
2 + 1 = 0 12 =

1 3
2

8
3 8 = 0 =
3
64
+ 3 = 2
3

= sin 3 + cos 3

73
=2
3

= 3 cos 3 3 sin 3
= 9 sin 3 9 cos 3
(9 sin 3 9 cos 3)
(3 cos 3 3 sin 3)
+ ( sin 3 + cos 3)
= 2 sin 3

6
16
=
73
73

=
Solusi Umum
= 1

1+3
( 2 )

(8 + 3) sin 3 + (3 8) cos 3
= 2 sin 3

+ 2

13
( 2 )

6
cos 3
73

16
sin 3
73

Contoh Lainnya lagi :


+ =

= 2 +

2 5 + 4 = 0

2 + 5 5 + 4
= 8

( 1)( 4) = 0
= 1 + 2 4
=
= +

8
8
3 = 8 = =
3
3
Solusi Umum
8
= 1 + 2 4
3

Metode Variasi Parameter


Diberikan PD linear Non Homogen
() () + 1 () (1) + + 1 () + 0 = ()
Dengan () adalah fungsi sembarang.
Untuk orde 2 ( = 2) dengan koefisien
konstan
2 + 1 + 0 = ()
Misalkan penyelesaian komplementernya
= 1 1+ 2 2
Maka, adalah

= 1 1 + 2 2
Dengan 1 & 2 yang memenuhi
1 1 + 2 2 = 0
1 1 + 2 2 = ()

Untuk orde 3 ( = 3) dengan koefisien


konstan

Maka, adalah
= 1 1 + 2 2 + 3 3

3 + 2 + 1 + 0 = ()

Dengan 1 , 2 , 3 yang memenuhi

Misalkan penyelesaian komplementernya

1 1 + 2 2 + 3 3 = 0
1 1 + 2 2 + 3 3 = 0
1 1 + 2 2 + 3 3 = ()

= 1 1+ 2 2 + 3 3

Persamaan Diferensial Cauchy-Euler


PD Cauchy-Euler memiliki bentuk umum
() + 1 1 (1) + + 1 + 0 = 0
Untuk = 2 2 2 + 1 + 0 = 0
Kita misalkan
=
= 1
= ( 1) 2
Maka, PD di atas menjadi
(2 ( 1) + 1 + 0 ) = 0
2 ( 1) + 1 + 0 = 0
2 2 + (1 2 ) + 0 = 0

Kasus I 1 , 2 dan 1 2

1 = 1 ; 1 = 2 = 1 1 + 2 2 = 1 1 + 2 2

Contoh :

2 = 1 ; 1 = 2 ; 0 = 4
2 + (2 1) + (4) = 0

2 3 4 = 0
( + 1)( 4) = 0
= 1 1 + 2 4

Kasus II 1 , 2 dan 1 = 2

1 = ; 1 = ln = 1 1 + 2 2 = 1 + 2 ln

Contoh :

(22 + 1)2 = 0

+
+ =

2 = 4 ; 1 = 8 ; 0 = 1

42 + (8 4) + 1 = 0

1
2
1

= 1 2 + 2 2 ln

42 + 4 + 1 = 0

Kasus III 1 , 2
1 = + 1 = (+)

2 = 2 = ()
RUMUS
= +
= ln

= ln = cos( ln ) + sin( ln )

Solusi Umum :
= 1 1 + 2 2
= 1 (+) + 2 ()
= 1 (cos( ln ) + sin( ln )) + 2 (cos( ln ) sin( ln ))
= (1 + 2 ) cos( ln ) + (1 2 ) sin( ln )
= (1 cos( ln ) + 2 sin( ln ))

Solusi dengan Deret Pangkat


Bentuk Umum

( ) = 0 + 1 ( ) + 2 ( )2 + + ( ) +
=0

Suatu Deret Pangkat dikatakan konvergen jika

lim ( ) = <

=0

Tes Rasio :
lim |

( )

| = | | lim |
|=
1
1
1 ( )

Jika < 1, maka deret pangkat konvergen

Operasi Deret Pangkat


Misalkan

1 = ( 1 )
=0

2 = ( 2 )
=2

1 2 = (0 + 1 ( 1 ) + 2 ( 1 )2 + 3 ( 1 )3 + ) (2 ( 2 )2 + 3 ( 2 )3
+ 4 ( 2 )4 +
= 0 2 ( 2 )2 + [0 3 ( 2 )3 + 1 2 ( 1 )( 2 )2 ]
+ [0 4 ( 2 )4 + 1 3 ( 1 )( 2 )3 + 2 2 ( 1 )2 ( 2 )2 ] +

1 + 2 = 0 + 1 ( 1 ) + [ ( 1 ) + ( 2 ) ]
=2

Deret Mc-Laurin

() =
=0

() (0)
; 0! = 1
!

2 3

= 1++ + +=
2! 3!
!

=0

3 5 7
2+1
sin = + + =
3! 5! 7!
(2 + 1)!
=0

1 1
1 1
3 5
sin = + 2 + ( ) 3 + ( ) 4 + = + 2 + + +
2! 3!
3! 3!
3
5!
+ sin = 1 + 2 +

2 4 2 5 6 8 2 9
+ +
+ + +
+
2! 4!
5!
6! 8!
9!

Dengan menggunakan deret pangkat, akan diselesaikan PD dengan bentuk :


+ () + () = 0
Jika untuk = 0 , () dan () analitis (ada nilainya), maka titik 0 disebut titik ordiner. Selain itu,
maka 0 disebut titik singular.

Teorema : Jika = 0 , suatu titik ordiner dari PD + () + () = 0, maka selalu dapat


ditemukan 2 solusi dalam bentuk deret pangkat yang linear independen yang berpusat di 0 , =

=0 ( 0 ) , terdapat minimal pada interval | 0 | <


Contoh :
3 =

0
0
=
(3)(2)
6

4 =

1
1
=
(4)(3)
12

+ =
Deret Pangkat :

= , || <
=0

5 =

= 1
=1

6 =

3
1
0
0
= ( ) =
(6)(5)
30
6
180

7 =

4
1
1
1
= ( ) =
(7)(6)
42
12
504

= ( 1) 2
=2

Maka, Penyelesaian Umum PD adalah

PD di atas menjadi

( 1)

2
=0
(5)(4)

+ = 0

=2

=0

( + 2)( + 1)+2 + 1
=0

= 0 + 1 + 2 2 + 3 + 4 4 + 5 5
+ 6 6 + 7 7 +
0 3 1 4
0 6
+

6
12
180
1 7
+
+
504

= 0 + 1

=0

=0

22 + [( + 2)( + 1)+2 + 1 ]
=1

=0

1
1 6
= 0 (1 3 +
+ )
6
180
1
1 7
+ 1 ( 4 +

12
504
+ )

Diperoleh 2 = 0
1 +2 =

1
( + 2)( + 1)

Solusi di sekitar titik singular


Sebuah PD
+ () + () = 0
Di sekitar = 0 , dengan 0 adalah titik singular ()/() (()/() tidak ada nilainya)

Klasifikasi titik singular


Titik singular = 0 , adalah titik singular biasa jika ( 0 )() dan ( 0 )2 () bersifat
analitis.
Contoh :
( ) + ( ) + =
+
+

3( 2)
5
+ 2
=0
2
2
( 4)
( 4)2

3
5
+
=0
2
2
( 2)( + 2)
( 2) ( + 2)2

Untuk = 2, diperoleh
() ( 2)
() ( 2)2

3
2
=
2
( 2)( + 2)
( + 2)2
5
(

2)2 (

+ 2)2

5
( + 2)2

Titik = 2 adalah titik singular biasa

Metode Penyelesaian
Teorema : Teori Frobenius
Jika = 0 adalah sebuah titik singular biasa dari PD + () + () = 0, maka terdapat
paling tidak satu solusi berbentuk

= ( 0 ) ( 0 )
=0

Dengan r adalah suatu nilai yang harus ditentukan. Deret pangkat tersebut konvergen paling tidak
pada interval 0 < 0 <
Contoh :
+
= , =
3 + = 0

Titik = 0 adalah titik singular biasa. Karena


= 0 adalah titik singular biasa, maka solusi
dalam deret pangkat berbentuk

=0
3 3
1
1
() ( ) =
3
3
1
1
2
() ( ) =
3
3

= = +
=0

=0

Maka

= ( + ) +1
=0

= 3 4 =

= ( + 1)( + ) +2
=0

6720 0

1
1
1 = 0 + 0 + 0 2 +
3
8
168 0
1
+
4 +
6720 0

Sehingga PD di atas dapat ditulis menjadi

3 ( + 1)( + ) +2

=0

Untuk = 3

+ ( + ) +1
=0

+ = 0

8
1
= 1 ( . 6) 2 1 = 0 2 =

3
16 1
1
=

80 0

=0

[3( + )( + 1)(
=0

+ )]

+1

5
1
= 0 ( . 3) 1 0 = 0 1 = 0
3
5

=0

=0
(3 2)0 1

11
1
= 2 ( . 9) 3 2 = 0 3 =

3
33 2
1
=

2640 0
=3 (

+ ( + + 1)(3 + 3
=0

+ 1)+1

+
=0

=0
Maka

14
. 12) 4 3 = 0 4
3
1
1
=
3 =

56
147840 0

2
5
8
11
1
1
1
2 = 0 3 + 0 3 + 0 3 +
0 3
5
80
2640
14
1
+
3 +
147840 0

Solusi PD
(3 2)0

=0|| =

=0

2
3

Untuk = 0
= 0 1 = 0
1
= 1 2 = 0
8
= 2 3 =

168 0

1
1 3
1
= 1 (1 + + 2 +
+
4
8
168
6720
+ )
2
1 5 1 8
+ 2 ( 3 + 3 + 3
5
80
11
14
1
1
+
3 +
3
2640
147840

+ )

Sistem Persamaan Diferensial

= + + + 1 ()

= 2 + 2 + 2 ()

= + 3 + 3 ()

Sistem persamaan di atas disebut dengan Sistem Persamaan Diferensial


Jika,
11 1 + 12 2 + 13 3 = 1
21 1 + 22 2 + 23 3 = 2
31 1 + 32 2 + 33 3 = 3
Didefinisikan sebagai
1
11
= (2 ) ; = (21
3
31

12
22
32

13
1
23 ) ; = (2 )
33
3

Sehingga SPL dapat ditulis menjadi


11
(21
31

12
22
32

13 1
1
23 ) (2 ) = (2 )
33 3
3

Maka, Sistem PD di atas juga bisa didefinisikan sebagai


()
1
()
=(
) ; = (2
()
1

1 ()
1 1

1 2) ; = ( 2 ())
3 ()
1 3

Sehingga, Sistem PD dapat ditulis sebagai


= +

Menyelesaikan Sistem Persamaan Diferensial


Jika diketahui
1
2
=( )

11
21
=(
1

12
22

1
2
)

Akan diselesaikan Sistem Persamaan Diferensial Linear Homogen =


Katakanlah, Solusi PD
1
2
= ( ) =

=
Jadi,
= = 0
= 0
= 0
( ) = 0
Dengan
1 0
= (0 1

0 0

0
0)

1

Agar diperoleh solusi non trivial ( 0), maka harus dipenuhi det( ) = 0. Nilai-nilai yang
memenuhi persamaan det( ) = 0 disebut nilai Eigen, dan Nilai yang ditentukan dari nilai
Eigen disebut Vektor Eigen.
Nilai Eigen dapat bernilai Real dan Berbeda, Real kembar dan Kompleks.

Kasus I 1 , 2 dan 1 2
Contoh :

= +

0 = (2 )(1 ) 6
0 = (2 3 + 2 ) 6

= +

0 = 2 3 4
( + 1)( 4)

Solusi :

2 3
= () ; = (
)
2 1
2
= (
2

3
1 0
)(
)
1
0 1
2
3
=(
)
2
1

2
det( ) = |
2

3
|
1

= 1| | = 4

Katakanlah = ( 1 ), dan harus dipenuhi


2
( ) = 0

Untuk = 1

3 3
= (
)
2 2
3
(
2

2 3
(
) ( 1) = 0
2 3 2

3 1
)( ) = 0
2 2

3
21 + 32 = 0
{
} 1 = 2
21 32 = 0
2

3 + 32 = 0
{ 1
} 1 = 2
21 + 22 = 0
Diambil 2 = 1, maka 1 = 1. Jadi, salah
1
satu solusinya adalah 1 = ( )
1

Diambil 2 = 2, maka 1 = 3. Jadi, salah satu


3
solusinya adalah 2 = ( ) 4
2
Maka, Solusi Umumnya adalah
1
3
= 1 ( ) + 2 ( ) 4
1
2

Untuk = 4
2 3
= (
)
2 3

Kasus II 1 , 2 dan 1 = 2
Jika terdapat 2 nilai Eigen real yang sama, maka
1 = 1
2 = 1 + 1
Dengan memenuhi
( 1 ) =
Contoh :

= (
)

3
=(
2

18
)
9

( ) = (3
2

18
)
9

3
( ) = 0 |
2

18
|=0
9

(3 )(9 ) 2(18) = 0
2 + 6 + 9 = 0
( + 3)2 = 0
= 3

=(

1
) ( ) = 0
2
6 18 1
(
)( )
2 6 2
6 182
=( 1
)=0
21 62

Jadi 1 32 = 0, ambil 2 = 1, maka 1 =


3
3, sehingga diperoleh = ( ), dan 1 =
1
3 3
( )
1
1
Selanjutnya, akan dicari = ( ) yang
2

memenuhi ( 1 ) =
6 18 1
3
(
)( ) = ( )
2 6 2
1
6 182
3
( 1
)=( )
21 62
1

3
= 1 ( ) 3
1

Jadi 21 62 = 1, ambil 2 = 1, diperoleh


7
7
1 = 2, maka = ( 2), dan 2 =
1
7
3
( ) 3 + ( 2) 3
1
1

3
+ 2 [( ) 3
1
7
+ ( 2) 3 ]
1

Solusi Umumnya

Kasus III 1 , 2
Contoh :
= (

( ) = (6
5
6
det( ) = |
5

1
)
4
1
|
4

0 = (6 )(4 ) + 5
2 10 + 29 = 0
12 =

10 100 4 29
2

= 5 4 = 5 2
Untuk = 5 + 2
1 2
( ) = 0 (
5

(1 2)1 2

1
) ( 1) = (
)=0

5
1 2
2
1 (1 + 2)2

Jadi

1
) (5+2)
1 2

1 = (
Untuk = 5 2
1 + 2
( ) = 0 (
5

(1 + 2)1 2

1
) ( 1) = (
)=0
51 + (1 + 2)2
1 + 2 2

Jadi

1
) (52)
1 + 2

1 = (

Dengan rumus = + , diperoleh solusi umum


1
0
0
1
= 1 [( ) cos 2 + ( ) sin 2] 5 + 2 [( ) cos 2 + ( ) sin 2] 5
1
2
2
1

Transformasi Laplace
Definisi
Diberikan fungsi f yang didefinisikan sebagai
() ; > 0
Transformasi Laplace didefinisikan dengan

(() = ()
0

Contoh :
1

= lim [ ]

() =

(1) = 1


0
= lim [
( )]

= lim

1
; > 0

Ingat :

(() + ())

= () + ()

= [()
0

= (()) + (())

+ ()]

Invers Transformasi Laplace


Jika F(s) adalah Transformasi Laplace dari f(t), maka
() = (())
Sehingga f(t) disebut invers Transformasi Laplace dari F(s), dan ditulis
() = 1 (())
Contoh :
(

+
)
+

2 + 6
2
6
= 2
+ 2
2
+4
+4 +4
= 2 cos 2 + 3 sin 2

Beberapa Rumus Dasar


Persamaan Dasar
1

Persamaan Transformasi Laplace


1

; = 1, 2, 3,
(+1)
1

sin
2
+ 2

cos
2
+ 2

sinh
2
2

cosh
2
2
Menyelesaikan Persamaan Diferensial dengan Transformasi Laplace
= ()

= (0) + () = () (0)

(()) = ()

= ()

= ()
(

())

( ()) = ()
0

= ()

= ()

lim [ ()] ()

0
0
= (0) + [() (0)]

= 2 () (0) (0)

lim [ ()] ()

0
0
Teorema :

( () ()) = () 1 (0) 2 (0) 3 (0) 4 (0) (1) (0)


Contoh :

+ = ; () =

( + 3) = (13 sin 2)

() (0) + 3() = 13
() ( 3) 6 =
() =

( 2

2
+4

26
2
+4

26
6
+
+ 4)( + 3) + 3

Dari F(s) akan dicari f(t) yang merupakan


solusi dari PD tersebut
( 2

26
+

= 2
+
+ 4)( + 3)
+4 +3

Jadi, ( + )( + 3) + ( 2 + 4) = 26
Jika s = -3
26 = ((3)2 + 4) = 2
Jika s = 0

26 = (3) + 2(4) = 6
Jika s = 1
26 = ( + 6)(4) + 2(5) = 2
Jadi,

= 2

2
1
+3 2
+8
+4
+4
+3

1 (()) = 2 cos 2 + 3 sin 2


+ 8 3
Jadi, solusinya adalah

() =

2 + 6
2
6
+
+
2 + 4
+3 +3

= 2 cos 2 + 3 sin 2 + 8 3

Anda mungkin juga menyukai