Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

PARTOGRAF APN

2.1.1. Pengertian
Partograf adalah catatan grafik mengenai kemajuan persalinan untuk
memantau keadaan ibu dan janin, untuk menentukan adanya persalinan abnormal
yang menjadi petunjuk untuk tindakan bedah kebidanan dan menemukan
disproporsi kepala panggul (CPD) jauh sebelum persalinan menjadi macet
(Sumapraja,1993).13 Sedangkan menurut (WHO,1994) partograf merupakan suatu
sistem yang tepat untuk memantau keadaan ibu dan janin dari yang dikandung
selama dalam persalinan waktu ke waktu. Partograf WHO dapat membedakan
dengan jelas perlu atau tidaknya intervensi dalam persalinan. Partograf WHO
dengan

jelas

dapat

membedakan

persalinan

normal

dan

abnormal

dan

mengidentifikasi wanita yang membutuhkan intervensi. Partograf APN (partograf


WHO yang dimodifikasi / disederhanakan) adalah alat bantu yang digunakan hanya
selama fase aktif persalinan.25,37 Tujuan utama dari penggunaannya adalah untuk
mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks dengan pemeriksaan dalam. Disamping itu untuk mandeteksi apakah proses
persalinan berjalan secara normal sehingga dapat mendeteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya partus lama. Partograf juga dipakai untuk memantau
kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan (Spesialis Obgin, bidan,
dokter umum, residen/PPDS obgin dan mahasiswa kedokteran).dalam mengambil

Universitas Sumatera Utara

keputusan klinik dan jika digunakan dengan tepat maka partograf akan membantu
penolong persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin,
mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran, sebagai informasi
untuk identifikasi dini penyulit persalinan serta informasi mengambil keputusan klinik
yang sesuai dan tepat waktu. Penggunaan partograf baru ini mulai digunakan hanya
pada pembukaan serviks 4 sentimeter (fase aktif) pada ibu yang sedang bersalin
tanpa memandang apakah persalinan itu normal atau dengan komplikasi (Saifuddin,
2002).11,14,16
Penggunaan partograf merupakan Indikasi untuk semua ibu dalam fase aktif
kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Secara rutin oleh
semua tenaga penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama
persalinan dan kelahiran. Kontraindikasi dari partograf tidak boleh digunakan untuk
memantau persalinan yang tidak mungkin berlangsung secara normal seperti;
plasenta previa, panggul sempit, letak lintang dan lain-lain. Untuk mencegah
terjadinya partus lama, APN mengandalkan penggunaan partograf sebagai salah
satu praktek pencegahan dan deteksi dini. Menurut WHO (1994) pengenalan
partograf sebagai protokol dalam manjemen persalinan terbukti dapat mengurangi
persalinan lama dari (6,4%) menjadi (3,4%). Kegawatan bedah sesaria turun dari
(9,9%) menjadi (8,3%), dan lahir mati intrapartum dari (0,5%) menjadi (0,3%).
Kehamilan tunggal tanpa komplikasi mengalami perbaikan, kejadian bedah sesaria
turun dari (6,2%) menjadi (4,5%).18,19,20
2.1.2. Sejarah dan perkembangan partograf
Sejak Friedman memperkenalkan kurva servikogram pada tahun 1954,
banyak peneliti yang menggunakannya sebagai dasar dalam penatalaksanaan
persalinan. Rosa dan Ghilaini (1959), menggunakan grafik kemajuan persalinan

Universitas Sumatera Utara

sederhana dengan memodifikasi cara pengukuran pembukaan serviks. Friedman


(1967), mulai mengembangkan grafik analisa statistik dari berbagai tipe persalinan.
Beazly dan Kurjak (1972), merancang suatu partograf berdasarkan data dari
persalinan normal dengan cara periksa dalam yang dilakukan pada awal dan akhir
persalinan. Dimana partograf ini tidak mengenal adanya fase laten. Phillpot (1972),
membuat perobahan dalam merancang grafik catatan persalinan yang lebih detail,
dengan memasukkan keadaan ibu dan janin pada selembar kertas. Dengan
membuat dua garis skrining, yaitu garis waspada (ALERT LINE) dan garis aksi
(ACTION LINE),yang sejajar dan terpisah empat jam setelah garis waspada.
Partograf WHO (1988) merupakan sintesa dan implikasi dari berbagai model
partograf dengan menelaah semua jenis partograf yang ada di dunia. Dalam
perkembangan selanjutnya, tahun 2000 partograf WHO dimodifikasi, untuk lebih
sederhana dan lebih mudah digunakan. Dimana pada partograf yang dimodifikasi,
fase laten dihilangkan dan penggambaran partograf dimulai dari fase aktif, pada saat
pembukaan serviks 4 cm. Pada fase aktif persalinan, grafik pembukaan
dihubungkan dengan waktu yang biasanya dimulai di sebelah kiri garis waspada,
dan apabila grafiknya memotong garis ini, itu merupakan tanda peringatan bahwa
persalinan mungkin akan berlangsung lama. Garis tindakan adalah 4 jam ke sebelah
kanan garis waspada, jika grafik mencapai garis tindakan harusnya diambil
keputusan tentang penyebab kemajuan persalinan yang lambat dan mesti diambil
tindakan yang tepat, kecuali wanita sudah menjelang melahirkan partograf ini tidak
diindikasikan. Pada akhirnya, partograf WHO yang dimodifikasi inilah yang menjadi
acuan dari partograf APN. 11,21,24
2.1.3 Penggunaan partograf APN

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan persalinan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta
membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa
mereka.11,20,21
Partograf APN dapat digunakan:

Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan
elemen penting dari asuhan persalinan.

Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas,


klinik bidan swasta, rumah sakit, dan lain-lain).

Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan


persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (dokter spesialis
obstetrik, bidan, dokter umum, PPDS obgin dan mahasiswa kedokteran).3,4,12

2.1.4 Cara pengisian partograf APN


Menurut WHO (2000) dan Depkes (2004) cara pengisian partograf modifikasi WHO
atau yang dikenal dengan partograf APN meliputi11 :
Informasi tentang ibu
A. Identitas pasien. Bidan mencatat nama pasien, riwayat kehamilan, riwayat
persalinan, nomor register pasien, tanggal dan waktu kedatangan dalam
"jam" mulai dirawat, waktu pecahnya selaput ketuban. Selain itu juga
mencatat waktu terjadinya pecah ketuban, pada bagian atas partograf secara
teliti.14
B. Kesehatan dan kenyamanan janin
Bidan mencatat pada kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk
pencatatan:

Universitas Sumatera Utara

(1) Hasil pemeriksaan DJJ setiap 30 menit atau lebih sering jika ada tanda-tanda
gawat janin. Setiap kotak menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di
sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. DJJ dicatat dengan memberi
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.
Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak
terputus;
(2) Warna dan adanya air ketuban, penilaian air ketuban setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
Mencatat temuan-temuan ke dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ,
menggunakan lambang-lambang seperti berikut: (a) U jika ketuban utuh atau
belum pecah; (b) J jika ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih; (c) M jika
ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium; (d) D jika
ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah; (e) K jika ketuban
sudah pecah dan tidak ada air ketuban atau "kering";
(3) Molase atau penyusupan tulang-tulang kepala janin, menggunakan lambanglambang berikut ini: (a) 0 jika tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura
dengan mudah dapat dipalpasi; (b) 1 jika tulang-tulang kepala janin hanya
saling bersentuhan; (c) 2 jika tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih,
tapi masih dapat dipisahkan; (d) 3 jika tulang-tulang kepala janin tumpang
tindih dan tidak dapat dipisahkan. Hasil pemeriksaan dicatat pada kotak yang
sesuai di bawah lajur air ketuban.14
C. Kemajuan persalinan
kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya
dilatasi serviks. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan

Universitas Sumatera Utara

serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya,
menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5
menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin. Masing-masing kotak di
bagian ini menyatakan waktu 30 menit. Kemajuan persalinan meliputi:
(1) Pembukaan serviks, penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan
setiap 4 jam atau lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit. Saat
ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari
setiap pemeriksaan dengan simbol "X". Simbol ini harus ditulis di garis waktu
yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks di garis waspada.
Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh atau tidak
terputus;
(2) Pencatatan penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, setiap kali
melakukan pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam, atau lebih sering jika ada
tanda-tanda penyulit. Kata-kata "turunnya kepala" dan garis tidak terputus
dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan
tanda "--" pada garis waktu yang sesuai. Hubungkan tanda "

" dari setiap

pemeriksaan dengan garis tidak terputus.


(3) Garis waspada dan garis bertindak, garis waspada dimulai pada pembukaan
serviks 4 cm. dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap, diharapkan
terjadi laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan
harus dimulai di garis waspada.14
D. Pencatatan jam dan waktu, meliputi:

Universitas Sumatera Utara

(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan, di bagian bawah pembukaan serviks
dan penurunan, tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak
menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan;
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan, dibawah lajur kotak untuk waktu
mulainya fase aktif, tertera kctak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan
berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di
atasnya ataii lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif
persalinan, catat pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catat waktu
aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Bidan mencatat kontraksi
uterus pada bawah lajur waktu yaitu ada lima lajur kotak dengan tulisan
"kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak
menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi
daiam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah
kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit menggunakan simbol:a). bila
kontraksi lamanya kurang dari 20 menit; b)

bila kontraksi lamanya 20 menit

sampai dengan 40 menit; c) bila kontraksi lamanya lebih dari 40 menit.14,19


E. Mencatat obat-obatan dan cairan intravena (IV)
yang diberikan dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktu. Untuk setiap
pemberian oksitosin drip, bidan harus mendokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitoksin yang diberikan per volume cairan (IV) dan dalam
satuan tetesan per menit (atas kolaborasi dokter), catat semua pemberian
obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV.14
F. Kesehatan dan kenyamanan ibu

Universitas Sumatera Utara

ditulis dibagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan


kesehatan dan kenyamanan ibu, meliputi:
(1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, angka di sebelah kiri bagian
partograf berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu. Nilai dan catat nadi
ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan atau lebih sering jika dicurigai
adanya penyulit menggunakan simbol titik (). Pencatatan tekanan darah ibu
dilakukan setiap 4 jam selama fase aktif persalinan atau lebih sering jika
dianggap akan adanya penyulit menggunakan simbol pencatatan temperatur
tubuh ibu setiap 2 jam atau lebih sering jika suhu tubuh meningkat ataupun
dianggap adanya infeksi dalam kotak yang sesuai.
(2) Volume urin, protein atau aseton, ukur dan catat jumlah produksi urin ibu
sedikitnya setiap 2 jam atau setiap kali ibu berkemih spontan atau dengan
kateter. Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan
adanya aseton atau protein dalam urin.20
G. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar
kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan.
Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik mencakup: 1) jumlah cairan per
oral yang diberikan; 2) keluhan sakit kepala atau pengelihatan kabur; 3)
konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (spesialis obgin, ataupun
dokter umurn); 4) persiapan sebelum melakukan rujukan; 5) upaya rujukan.
Formulir partograf yang digunakan di Puskesmas PONED kota Medan adalah
partograf WHO yang dimodifikasi (APN). 14,16

Universitas Sumatera Utara

Bidan dikatakan kompeten dalam melaksanakan suatu prosedur apabila


penampilan keterampilan klinik mencapai (85% - 100%). Makin dipatuhi suatu
protokol, maka indikator pencapaian yang ditetapkan adalah dengan
pencatatan secara konsisten dan benar sesuai prosedur standar pelayanan
obstetrik dan neonatal diatas pada formulir partograf sewaktu pemantauan
kemajuan persalinan.13
2.2.

EVALUASI / PENILAIAN PENERAPAN PARTOGRAF

2.2.1. Pengertian Evaluasi ( Penilaian ).


Pengertian evaluasi menurut WHO (1990), adalah: 1) suatu cara yang
sistematis untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan dengan
cara menyeleksi alternatif tindakan yang akan diambil; 2) suatu proses yang
berlanjut sehingga kegiatan menjadi lebih relevan, efisien dan efektif; 3) suatu
proses untuk mengukur pencapaian tujuan dengan cara membandingkan terhadap
standar nilai yang telah ditentukan; 4) suatu tindakan yang harus didukung oleh
informasi yang sahih, relevan dan peka.11
Tujuan utama adalah mengukur keluaran (output) dan mengukur dampak (impact)
yang dihasilkan.24,35
Menurut Mangkunegara (2006), evaluasi kinerja merupakan penilaian
secara sistematis dengan tujuan untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan
kinerja organisasi, menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan
tanggung jawab yang sesuai kepada karyawan, sebagai dasar untuk menentukan
kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan, melalui peningkatan
kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) organisasi sehingga karyawan dapat
melaksanakan pekerjaan dengan baik di masa mendatang.16

Universitas Sumatera Utara

Menurut Azwar (1996) evaluasi / penilaian pada tahap akhir adalah evaluasi
yang dilakukan pada saat program telah selesai dilaksanakan (summative
evaluation) yang tujuan Utamanya secara umum dapat dibedakan menjadi 2 macam
yaitu untuk mengukur keluaran serta untuk mengukur dampak yang dihasilkan.13,23

2.3.

BIDAN

2.3.1. Pengertian dan Tugas Bidan


Bidan berasal dari kata OBSTO yang artinya mendampingi, sebab wanita
yang hendak melahirkan selalu harus didampingi wanita lain. Untuk menjadi bidan,
setelah menyelesaikan SMU atau SPK seseorang harus menempuh pendidikan
formal melalui program Diploma I dan III kebidanan dengan lama pendidikan 3
tahun. Dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 009/U/ 1996
tentang kurikulum pendidikan bidan, disebutkan bahwa bidan tersebut diharapkan
mampu untuk melaksanakan tugas-tugasnya terutama dalam melaksanakan asuhan
pelayanan kebidanan. Bidan adalah orang yang telah mengikuti program pendidikan
yang diakui oleh negara, telah menyelesaikan serangkaian pelatihan dan pendidikan
kebidanan, menerima kualifikasi dan terdaftar secara legal serta mempunyai ijin
praktek kebidanan (WHO, 2004). Bidan dapat melaksanakan praktek di rumah sakit,
Klinik maupun unit-unit kesehatan lingkungan di-pemukiman dan unit pelayanan
lainnya. Dalam menjalankan praktek bidan berwenang untuk memberikan pelayanan
yang meliputi: a) pelayanan kebidanan; b) pelayanan keluarga berencana; c)
pelayanan kesehatan masyarakat.6,22,24

Universitas Sumatera Utara

Menurut WHO bidan adalah seorang yang telah diakui secara regular dalam
program pendidikan kebidanan, sebagaimana yang telah diakui secara yuridis,
dimana dia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan serta telah
memperoleh ijin melaksanakan praktek kebidanan. Menurut ICM (international
Confederation of midwives) bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan
program pendidikan bidan yang diakui oleh Negara serta memiliki kewajiban dan
menjalankan praktek kebidanan di Negara itu. Kelahiran harus disertai pendamping
ahli kelahiran, bidan berfungsi sebagai indikator kemajuan dalam menurunkan
kematian ibu diseluruh dunia,(MDGs). 13,22,29
2.3.2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi bidan
A. Umur
Menurut Thomas (1995), umur merupakan salah satu yang mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Usia 40-60 tahun
merupakan usia madia, usia masa transisi, masa berprestasi dan merupakan masa
evaluasi diri. Pada masa ini terjadi penyesuaian diri terhadap minat, nilai dan pola
perilaku baru (Hurlock, 1997). Karyawan muda umumnya mempunyai fisik yang
lebih kuat, dinamis, dan kreatif tetapi cepat bosan, kurang bertanggung jawab,
cenderung absensi, dan turnover-nya tinggi. Sedangkan karyawan yang umurnya
lebih tua kondisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet, tanggung jawabnya besar, serta
jarang absensi dan turnover nya rendah (Hasibuan, 2005).13,39
B. Pendidikan
Pendidikan merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk
dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Menurut Depkes (2004), latar belakang
pendidikan merupakan masalah mendasar yang dapat menentukan keberhasilan
pelaksanaan suatu program. Menurut Gammon & Gould (2005), untuk memenuhi

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan dalam pelaksanaan praktek, peningkatan pengetahuan dan pendidikan


saja tidaklah cukup tetapi harus disertai adanya perubahan kepercayaan, sikap dan
konsep berfikir dari personal.22,44
C. Masa kerja
Masa

kerja

merupakan

indikator

yang

dapat

mempengaruhi

peningkatan

kemampuan keterampilan seseorang. Semakin lama masa kerja seseorang,


biasanya tingkat keterampilan mengenai bidang pekerjaannya akan semakin
meningkat. Produktivitas seseorang yang sudah lama bekerja di suatu perusahaan,
artinya dengan bertambahnya usia, mungkin bisa mengalami peningkatan karena
lebih banyak pengalaman dan lebih bijaksana dalam rnengambil keputusan
(Muchlas, 2005).13,32
D. Pelatihan
Pelatihan merupakan pengembangan secara formal yang dilakukan oleh organisasi
karena adanya tuntutan pekerjaan saat ini ataupun masa yang akan datang yang
bersifat non karier atau peningkatan karier seseorang. Pelatihan APN merupakan
pelatihan berbasis kompetensi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan
kemahiran bidan dalam melakukan deteksi dini. Menurut Sullivan dan Gaffiksin
(1997), kompetensi berarti bidan yang telah dilatih akan mengetahui langkah, urutan
yang benar dan dibutuhkan dalam melaksanakan suatu prosedur. Kompetensi
petugas

pemberi

pelayanan

harus

ditetapkan

dengan

tepat

berdasarkan

pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan,(Anonim


2006),13,27,38

2.4.

ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)

Universitas Sumatera Utara

Fokus utama asuhan persalinan normal telah mengalami pergeseran


paradigma. Dahulu fokus utamanya adalah menunggu dan menangani komplikasi
namun sekarang fokus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi selama
persalinan dan setelah bayi lahir sehingga akan mengurangi kesakitan dan kematian
ibu serta bayi baru lahir.30
2.4.1. Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup
dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal. Selain itu APN
juga bertujuan meningkatkan sikap positif terhadap keramahan dan keamanan
dalam memberikan pelayanan persalinan normal dan penanganan awal penyulit
beserta rujukannya dan memberikan pengetahuan dan keterampilan pelayanan
persalinan normal dan penanganan awal penyulit beserta rujukan yang berkualitas
dan sesuai dengan prosedur standar.14 :
Melalui praktek asuhan persalinan normal secara rutin dan benar, diharapkan lebih
banyak ibu dan bayi baru lahir dapat diselamatkan dari risiko atau bahaya yang
dapat mengancam keselamatan jiwa mereka. 26,30
Fokus Asuhan Persalinan Normal (APN) mencegah :
1. Perdarahan pasca melahirkan.
2. Asfiksia bayi baru lahir/hipotermi
3. Infeksi
4. Partus lama

Universitas Sumatera Utara

Dalam asuhan persalinan normal harus ada alasan yang kuat dan terbukti
bermanfaat bila akan melakukan intervensi terhadap proses persalinan yang
fisiologis / alamiah (WHO).12,31
2.4.2. Pemeriksaan Persalinan 14,31,40
a. Menentukan Tinggi Fundus
b. Memantau kontraksi uterus
c. Memantau Denyut Jantung Janin
d. Menentukan Presentasi
e. Menentukan Penurunan Janin
f. Pemeriksaan Vagina
2.4.3. Mengkaji Permulaan Persalinan
Mengkaji permulaan persalinan adalah salah satu aspek yang paling penting
pada penatalaksanaan persalinan. Tanda-tanda permulaan persalinan adalah:
1. Kontraksi yang menyakitkan dengan keteraturan tertentu
2. Pendataran dan dilatasi serviks
3. Keluarnya lendir bercampur darah
4. Cairan amnion bocor
Pecahnya selaput ketuban ialah tanda yang jelas bahwa sesuatu yang
ireversibel telah terjadi. Gejala lain dari persalinan adalah kontraksi mungkin
dirasakan jauh sebelum persalinan yang sebenarnya dimulai dan dilatasi serviks
mungkin terjadi berminggu-minggu sebelum akhir kehamilan dan berkembang
secara perlahan sampai waktu persalinan. Meskipun hal ini sangat sulit, penolong
persalinan harus mampu membedakan antara persalinan palsu dan permulaan
persalinan. Biasanya dilakukan pemeriksaan vagina untuk mendeteksi perubahan
serviks. Penentuan awitan persalinan, tanpa dapat dihindarkan, merupakan dasar

Universitas Sumatera Utara

untuk mengidentifikasi persalinan lama yang membutuhkan tindakan (Subekti,


2003).14,28,31
2.4.4. Kala I Persalinan
Persalinan dimulai dengan kala I sejak onset persalinan sampai serviks
mencapai pembukaaan lengkap,

Friedman (1978) dalam

teorinya tentang

persalinan, menyatakan: "Gambaran klinis kontraksi uterus, yaitu frekuensi,


Intensitas dan lamanya saja tidak dapat diandalkan sebagai ukuran untuk menilai
kemajuan persalinan juga bukan petunjuk untuk kenormalannya, kecuali dilatasi
serviks dan penurunan janin, selain itu tidak ada gambaran klinis pasien bersalin
yang dapat menjadi ukuran kemajuan persalinan.31
Rata-rata lamanya kala satu 812 jam untuk nullipara dan 6-8 jam untuk
multipara. Pada fase aktif kala I dilatasi servik 1.2 cm / jam pada primipara dan 1.5
cm / jam pada multipara. Kemajuan dilatasi servik 1 cm / jam pada fase aktif
persalinan sering dipakai sebagai batas untuk menentukan suatu persalinan normal
atau abnormal.17,37
2.4.5. Asuhan Sayang Ibu
Asuhan yang dapat diberikan bidan kepada ibu adalah : dengan memberikan
informasi, memberikan dorongan semangat, menyiapkan ruangan untuk persalinan,
teman yang mendukung, mobilisasi, makan dan minum selama persalinan, buang air
kecil dan besar, kenyamanan, dan kebersihan.14,20.30

2.5.

PERILAKU
2.5.1. PENGETAHUAN

Universitas Sumatera Utara

Green dan kreuter 1991, menjelaskan bahwa peningkatan pengetahuan


seseorang tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku. Tidak ada hubungan yang
positif antara kedua variabel tersebut. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka
akan semakin berkembang pula kemampuan untuk mencerna informasi yang akan
ia terima dan inilah dasar dari pertimbangan apakah informasi tersebut akan menjadi
dasar bagi praktek penerapan partograf terhadap pertolongan persalinan yang
mereka lakukan, ia mengidentifikasi tentang pengetahuan seseorang terhadap suatu
objek meliputi tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.9.32,45

2.5.2. SIKAP
Pembentukan

sikap

sangat

dipengaruhi

oleh

pengalaman

pribadi,

kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi dan lembaga
tertentu serta faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan (Azwar,2003).
Menurut Purwanto (1999), sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai
kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek.13,32,35
2.5.3. TINDAKAN (Praktek).
Praktek, yaitu suatu tindakan yang mempunyai frekuensi dan lama, serta
tujuan khusus, baik yang dilakukan sadar maupun tanpa sadar (Green & Kreuter,
1991).45 Menurut Sarwono (1997), mendefinisikan bahwa perilaku manusia
merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Tindakan merupakan respon mekanis terhadap suatu stimulus yang diketahui.
Tindakan yang didasarkan pada pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang
tidak didasari oieh pengetahuan (Sarwono, 2004).15,35

Universitas Sumatera Utara

2.5.4.

PENGGUNAAN (Penerapan)

Adalah suatu tindakan atau praktek dengan prosedur yang sudah ada, Artinya
apa yang dilakukan seseorang tidak sekedar saja, tetapi sudah dilakukan tepat
sesuai prosedur / diterapkan dengan modifikasi, misalnya seorang instruktur dari
pelatihan APN, sewaktu memantau persalinan kala I, penggunaan partograf bukan
sekedar saja tetapi sudah tepat dengan langkah dan urutan yang benar bahkan
dengan tekhnik terbaru. Penggunaan partograf merupakan salah satu kewajiban
yang harus dipenuhi oleh seluruh anggota bidan ( Depkes ).2,32

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai