Partograf
Partograf
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
PARTOGRAF APN
2.1.1. Pengertian
Partograf adalah catatan grafik mengenai kemajuan persalinan untuk
memantau keadaan ibu dan janin, untuk menentukan adanya persalinan abnormal
yang menjadi petunjuk untuk tindakan bedah kebidanan dan menemukan
disproporsi kepala panggul (CPD) jauh sebelum persalinan menjadi macet
(Sumapraja,1993).13 Sedangkan menurut (WHO,1994) partograf merupakan suatu
sistem yang tepat untuk memantau keadaan ibu dan janin dari yang dikandung
selama dalam persalinan waktu ke waktu. Partograf WHO dapat membedakan
dengan jelas perlu atau tidaknya intervensi dalam persalinan. Partograf WHO
dengan
jelas
dapat
membedakan
persalinan
normal
dan
abnormal
dan
keputusan klinik dan jika digunakan dengan tepat maka partograf akan membantu
penolong persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin,
mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran, sebagai informasi
untuk identifikasi dini penyulit persalinan serta informasi mengambil keputusan klinik
yang sesuai dan tepat waktu. Penggunaan partograf baru ini mulai digunakan hanya
pada pembukaan serviks 4 sentimeter (fase aktif) pada ibu yang sedang bersalin
tanpa memandang apakah persalinan itu normal atau dengan komplikasi (Saifuddin,
2002).11,14,16
Penggunaan partograf merupakan Indikasi untuk semua ibu dalam fase aktif
kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Secara rutin oleh
semua tenaga penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama
persalinan dan kelahiran. Kontraindikasi dari partograf tidak boleh digunakan untuk
memantau persalinan yang tidak mungkin berlangsung secara normal seperti;
plasenta previa, panggul sempit, letak lintang dan lain-lain. Untuk mencegah
terjadinya partus lama, APN mengandalkan penggunaan partograf sebagai salah
satu praktek pencegahan dan deteksi dini. Menurut WHO (1994) pengenalan
partograf sebagai protokol dalam manjemen persalinan terbukti dapat mengurangi
persalinan lama dari (6,4%) menjadi (3,4%). Kegawatan bedah sesaria turun dari
(9,9%) menjadi (8,3%), dan lahir mati intrapartum dari (0,5%) menjadi (0,3%).
Kehamilan tunggal tanpa komplikasi mengalami perbaikan, kejadian bedah sesaria
turun dari (6,2%) menjadi (4,5%).18,19,20
2.1.2. Sejarah dan perkembangan partograf
Sejak Friedman memperkenalkan kurva servikogram pada tahun 1954,
banyak peneliti yang menggunakannya sebagai dasar dalam penatalaksanaan
persalinan. Rosa dan Ghilaini (1959), menggunakan grafik kemajuan persalinan
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan persalinan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta
membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa
mereka.11,20,21
Partograf APN dapat digunakan:
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan
elemen penting dari asuhan persalinan.
(1) Hasil pemeriksaan DJJ setiap 30 menit atau lebih sering jika ada tanda-tanda
gawat janin. Setiap kotak menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di
sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. DJJ dicatat dengan memberi
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.
Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak
terputus;
(2) Warna dan adanya air ketuban, penilaian air ketuban setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
Mencatat temuan-temuan ke dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ,
menggunakan lambang-lambang seperti berikut: (a) U jika ketuban utuh atau
belum pecah; (b) J jika ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih; (c) M jika
ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium; (d) D jika
ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah; (e) K jika ketuban
sudah pecah dan tidak ada air ketuban atau "kering";
(3) Molase atau penyusupan tulang-tulang kepala janin, menggunakan lambanglambang berikut ini: (a) 0 jika tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura
dengan mudah dapat dipalpasi; (b) 1 jika tulang-tulang kepala janin hanya
saling bersentuhan; (c) 2 jika tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih,
tapi masih dapat dipisahkan; (d) 3 jika tulang-tulang kepala janin tumpang
tindih dan tidak dapat dipisahkan. Hasil pemeriksaan dicatat pada kotak yang
sesuai di bawah lajur air ketuban.14
C. Kemajuan persalinan
kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya
dilatasi serviks. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan
serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya,
menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5
menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin. Masing-masing kotak di
bagian ini menyatakan waktu 30 menit. Kemajuan persalinan meliputi:
(1) Pembukaan serviks, penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan
setiap 4 jam atau lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit. Saat
ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari
setiap pemeriksaan dengan simbol "X". Simbol ini harus ditulis di garis waktu
yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks di garis waspada.
Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh atau tidak
terputus;
(2) Pencatatan penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, setiap kali
melakukan pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam, atau lebih sering jika ada
tanda-tanda penyulit. Kata-kata "turunnya kepala" dan garis tidak terputus
dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan
tanda "--" pada garis waktu yang sesuai. Hubungkan tanda "
(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan, di bagian bawah pembukaan serviks
dan penurunan, tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak
menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan;
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan, dibawah lajur kotak untuk waktu
mulainya fase aktif, tertera kctak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan
berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di
atasnya ataii lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif
persalinan, catat pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catat waktu
aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Bidan mencatat kontraksi
uterus pada bawah lajur waktu yaitu ada lima lajur kotak dengan tulisan
"kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak
menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi
daiam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah
kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit menggunakan simbol:a). bila
kontraksi lamanya kurang dari 20 menit; b)
Menurut Azwar (1996) evaluasi / penilaian pada tahap akhir adalah evaluasi
yang dilakukan pada saat program telah selesai dilaksanakan (summative
evaluation) yang tujuan Utamanya secara umum dapat dibedakan menjadi 2 macam
yaitu untuk mengukur keluaran serta untuk mengukur dampak yang dihasilkan.13,23
2.3.
BIDAN
Menurut WHO bidan adalah seorang yang telah diakui secara regular dalam
program pendidikan kebidanan, sebagaimana yang telah diakui secara yuridis,
dimana dia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan serta telah
memperoleh ijin melaksanakan praktek kebidanan. Menurut ICM (international
Confederation of midwives) bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan
program pendidikan bidan yang diakui oleh Negara serta memiliki kewajiban dan
menjalankan praktek kebidanan di Negara itu. Kelahiran harus disertai pendamping
ahli kelahiran, bidan berfungsi sebagai indikator kemajuan dalam menurunkan
kematian ibu diseluruh dunia,(MDGs). 13,22,29
2.3.2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi bidan
A. Umur
Menurut Thomas (1995), umur merupakan salah satu yang mempengaruhi
keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Usia 40-60 tahun
merupakan usia madia, usia masa transisi, masa berprestasi dan merupakan masa
evaluasi diri. Pada masa ini terjadi penyesuaian diri terhadap minat, nilai dan pola
perilaku baru (Hurlock, 1997). Karyawan muda umumnya mempunyai fisik yang
lebih kuat, dinamis, dan kreatif tetapi cepat bosan, kurang bertanggung jawab,
cenderung absensi, dan turnover-nya tinggi. Sedangkan karyawan yang umurnya
lebih tua kondisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet, tanggung jawabnya besar, serta
jarang absensi dan turnover nya rendah (Hasibuan, 2005).13,39
B. Pendidikan
Pendidikan merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk
dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Menurut Depkes (2004), latar belakang
pendidikan merupakan masalah mendasar yang dapat menentukan keberhasilan
pelaksanaan suatu program. Menurut Gammon & Gould (2005), untuk memenuhi
kerja
merupakan
indikator
yang
dapat
mempengaruhi
peningkatan
pemberi
pelayanan
harus
ditetapkan
dengan
tepat
berdasarkan
2.4.
Dalam asuhan persalinan normal harus ada alasan yang kuat dan terbukti
bermanfaat bila akan melakukan intervensi terhadap proses persalinan yang
fisiologis / alamiah (WHO).12,31
2.4.2. Pemeriksaan Persalinan 14,31,40
a. Menentukan Tinggi Fundus
b. Memantau kontraksi uterus
c. Memantau Denyut Jantung Janin
d. Menentukan Presentasi
e. Menentukan Penurunan Janin
f. Pemeriksaan Vagina
2.4.3. Mengkaji Permulaan Persalinan
Mengkaji permulaan persalinan adalah salah satu aspek yang paling penting
pada penatalaksanaan persalinan. Tanda-tanda permulaan persalinan adalah:
1. Kontraksi yang menyakitkan dengan keteraturan tertentu
2. Pendataran dan dilatasi serviks
3. Keluarnya lendir bercampur darah
4. Cairan amnion bocor
Pecahnya selaput ketuban ialah tanda yang jelas bahwa sesuatu yang
ireversibel telah terjadi. Gejala lain dari persalinan adalah kontraksi mungkin
dirasakan jauh sebelum persalinan yang sebenarnya dimulai dan dilatasi serviks
mungkin terjadi berminggu-minggu sebelum akhir kehamilan dan berkembang
secara perlahan sampai waktu persalinan. Meskipun hal ini sangat sulit, penolong
persalinan harus mampu membedakan antara persalinan palsu dan permulaan
persalinan. Biasanya dilakukan pemeriksaan vagina untuk mendeteksi perubahan
serviks. Penentuan awitan persalinan, tanpa dapat dihindarkan, merupakan dasar
teorinya tentang
2.5.
PERILAKU
2.5.1. PENGETAHUAN
2.5.2. SIKAP
Pembentukan
sikap
sangat
dipengaruhi
oleh
pengalaman
pribadi,
kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi dan lembaga
tertentu serta faktor emosi dalam diri individu yang bersangkutan (Azwar,2003).
Menurut Purwanto (1999), sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai
kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek.13,32,35
2.5.3. TINDAKAN (Praktek).
Praktek, yaitu suatu tindakan yang mempunyai frekuensi dan lama, serta
tujuan khusus, baik yang dilakukan sadar maupun tanpa sadar (Green & Kreuter,
1991).45 Menurut Sarwono (1997), mendefinisikan bahwa perilaku manusia
merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Tindakan merupakan respon mekanis terhadap suatu stimulus yang diketahui.
Tindakan yang didasarkan pada pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang
tidak didasari oieh pengetahuan (Sarwono, 2004).15,35
2.5.4.
PENGGUNAAN (Penerapan)
Adalah suatu tindakan atau praktek dengan prosedur yang sudah ada, Artinya
apa yang dilakukan seseorang tidak sekedar saja, tetapi sudah dilakukan tepat
sesuai prosedur / diterapkan dengan modifikasi, misalnya seorang instruktur dari
pelatihan APN, sewaktu memantau persalinan kala I, penggunaan partograf bukan
sekedar saja tetapi sudah tepat dengan langkah dan urutan yang benar bahkan
dengan tekhnik terbaru. Penggunaan partograf merupakan salah satu kewajiban
yang harus dipenuhi oleh seluruh anggota bidan ( Depkes ).2,32