DATA SPASIAL
DALAM UNIT KERJA KNLH
Laporan ini berisi analisis deskriptif dan kuantitatif yang ditunjang oleh kajian literatur yang dapat digunakan bagi
para pengambil kebijakan dalam mengkaji dan memperbaiki sinergi berbagai unit pengguna dan pengolah data
spasial. Analisis didahului oleh analisis deskriptif dan pengelompokan unit terhadap tugas dan kapabilitas
pengolahan data spasial.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, tim peneliti telah menyelesaikan kajian manajemen
data spasial yang saat ini telah sangat berkembang di lingkungan unit kerja
Kementerian Negara Lingkungan hidup, baik di Pusat (Jakarta) maupun pada tingkat
regional.
Laporan ini berisi analisis deskriptif dan kuantitatif yang ditunjang oleh kajian
literatur yang dapat digunakan bagi para pengambil kebijakan dalam mengkaji dan
memperbaiki sinergi berbagai unit pengguna dan pengolah data spasial. Analisis
didahului oleh analisis deskriptif dan pengelompokan unit terhadap tugas dan
kapabilitas pengolahan data spasial. Analisis tersebut kemudian dikomparasikan
terhadap perkembangan teknologi serta pengolahan data yang sesuai dengan aspek
yang dikaji melalui penyampaian kotak (box) yang berisi perkembangan terakhir suatu
aplikasi lingkungan. Selanjutnya, analisis diarahkan pada metode-metode yang lebih
kuantitatif dengan tujuan memberikan gambaran dari sisi statistika data kuesioner.
Akhir kata, tim pengkaji mengucapkan terima kasih kepada Bapak Asisten
Deputi Data dan Informasi Lingkungan yang telah memberikan bantuan akses pada
saat kajian ini dilaksanakan. Untuk perkembangan lebih lanjut, tim menerima segala
masukan konstruktif terhadap laporan ini sehingga diharapkan hasil kajian ini dapat
dimanfaatkan pada seluruh unit teknis pengguna dan pengolah data spasial dalam
upaya membangun suatu protokol pertukaran data dan informasi bersama dalam
lingkup KNLH.
Tim Kajian
Halaman ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
1. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2. Tujuan Kajian ............................................................................................................... 2
2. METODOLOGI .......................................................................................................... 3
3. DESKRIPSI UNIT DAN ANALISIS ................................................................................ 4
3.1. Unit Pemanfaat Data Spasial........................................................................................ 4
3.2. Unit Pengolah Data Spasial ........................................................................................ 15
3.3. Isu Penting ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 29
LAMPIRAN 1. Kuesioner ............................................................................................ 32
Halaman iii
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Data spasial merupakan salah satu jenis data yang sangat khas yaitu
menyimpan informasi lokasional. Data ini merupakan komplemen data tabular atau
data statistik yang sampai saat ini masih mendominasi sebagian besar basis data di
Indonesia. Dengan komplementasi ini, kelemahan lokasional data tabular dapat
dikurangi sehingga pengguna dapat memperoleh gambaran suatu fenomena yang
lebih utuh.
Data spasial telah mulai dimanfaatkan dengan luas pada berbagai aspek
kehidupan
manusia,
termasuk
diantaranya
pertanian,
kehutanan
bahkan
Halaman 1
Halaman 2
2. METODOLOGI
Kajian ini utamanya dilakukan dengan menggali informasi yang terkait
dengan proses koleksi, jenis data dan besaran anggaran untuk pembelian dana di
berbagai unit KNLH. Terkait dengan berbagai tujuan yang telah dirumuskan
tersebut, selanjutnya dapat diidentifikasi jenis data yang sangat berperan serta
proses analisis yang dilakukan untuk menghasilkan rekomendasi terkait dengan
koleksi data di KNLH. Secara ringkas tujuan, data dan teknik analisis disajikan pada
tabel berikut.
Jenis data
- Hasil wawancara
- Dokumen laporan kajian
Teknik Analisis
Deskriptif
Studi Literatur
Halaman 3
Selalu
Sering
Kadang-kadang
0%
100%
0%
0%
100%
0%
Bidang Pemulihan
Deputi 3 MENLH
Deputi Bidang Pencemaran
Deputi Bidang Tata Lingkungan
Deputi Bidang Peningkatan Konservasi SDA dan
Pengendalian Kerusakan Lingkungan
100%
33%
0%
100%
0%
0%
33%
0%
0%
0%
0%
33%
100%
0%
100%
0%
0%
0%
100%
0%
100%
0%
100%
0%
25%
19%
56%
MIH
PPLH Regional
Sistem Informasi Geografis
Rataan Berbagai Unit di KNLH
Halaman 4
Pemulihan dan Asdep Bidang Tata Lingkungan. MIH dan unit Sistem Informasi
Geografis merupakan unit yang menyatakan sering memanfaatkan data spasial.
Sementara itu, kantor regional secara umum (100%) hanya kadang-kadang
saja memanfaatkan data spasial. Hal ini menunjukkan bahwa kantor regional
memiliki persepsi bahwa data spasial belum menjadi salah satu data utama yang
patut dipergunakan dalam setiap analisis yang dilakukan. Kondisi tersebut dapat
bermula dari kekurangan sumberdaya, baik fisik maupun sumberdaya manusia.
Merujuk pada kondisi tersebut, telihat ketimpangan kemampuan analisis yang
nyata antara kantor pusat dan regional.
Untuk mengurangi kesenjangan tersebut, beberapa kantor regional
melakukan kerjasama dengan pihal institusi luar, dalam hal ini adalah LAPAN.
Walaupun dalam hasil kuesioner terlihat bahwa kapasitas analisis unit kegiatan
utama seperti Tim Menuju Indonesia Hijau (MIH) dan Data dan Informasi (DATIN)
cukup menonjol, analisis kuesioner menujukkan kurangnya komunikasi antara pusat
yang memiliki kapasitas SDM yang lebih baik dengan kantor regional yang
membutuhkan beberapa teknik analisis yang cukup sederhana.
Penguatan kerjasama dengan institusi luar dapat berdampak positif bagi staf
bagian spasial dalam kantor regional bila alih pengetahuan dan teknologi dapat
dilakukan di antara kedua belah pihak yang bekerjasama. Namun demikian, peluang
untuk duplikasi penggunaan data cukup tinggi bila kebutuhan data ini tidak
dikomunikasikan dalam suatu desain forum komunikasi yang jelas. Di sini terlihat
bahwa sistem pertukaran informasi (metadata) mendesak diperlukan, tidak hanya
sebagai jembatan antar unit di KNLH pusat tetapi juga antara pusat dengan daerah.
Secara lebih detil perlu dipahami struktur dan pola pemanfaatan data spasial
pada unit teknis KNLH. Hal ini juga dapat digunakan sebagai identifikasi awal
updating pengetahuan terkait dengan pemrosesan data spasial di berbagai unit di
KLH. Ringkasan hasil identifikasi disajikan pada Gambar 1.
Halaman 5
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
Selalu
Sering
Kadangkadang
Tidak
pernah
Selalu
Sering
Kadangkadang
Rata-rata
b.
a.
Aspek tertentu
dengan fokus kajian setiap unit saat ini, maupun pandangan umum setiap unit
terkait dengan keterkaitan fokus kajiannya dan perlu tidaknya pendekatan spasial
untuk kajian di unitnya. Namun demikian, dengan berbagai pencapaian
pengetahuan terkini, sebagian masalah lingkungan yang dikonotasikan sebagai
masalah a-spasial saat ini telah dapat mulai dipahami dengan memanfaatkan data
spasial.
Selanjutnya dari seluruh unit kerja yang menyatakan memanfaatkan penuh
data spasial, secara umum hanya 50% unit yang menyatakan bahwa pemrosesan
data spasial dilakukan oleh internal unit dan 50% lainnya menyatakan bahwa
pemrosesan dilakukan bekerjasama dengan unit lain.
Berdasarkan gambaran
tersebut, unit-unit teknis KNLH secara umum telah memiliki kemampuan dasar
dalam analisis data spasial. Proporsi tersebut juga menggambarkan kondisi bahwa
peningkatan kapasitas masih sangat diperlukan, baik melalui pendidikan formal atau
Halaman 6
informal dalam bentuk pelatihan, magang atau melakukan penelitian bersama yang
memungkinkan alih teknologi dan pengetahuan. Proses updating pengetahuan juga
dapat diperoleh dengan membuka akses terhadap jurnal-jurnal ilmiah internasional,
atau bila prosedur ini tidak dapat diakomodasi, bekerjasama dengan universitas
atau lembaga penelitian lainnya.
Analisis terhadap kuesioner juga mengindikasikan ketimpangan kemampuan
analisis pada berbagai unit teknis KNLH. Unit MIH dan DATIN tergambarkan
memiliki kemampuan fisik dan sumberdaya manusia yang cukup memadai untuk
berbagai proses yang diemban unit tersebut. Namun demikian, perbaikan secara
menyeluruh masih diperlukan terhadap berbagai unit teknis lainnya.
Berikutnya, pemetaaan detil tentang jenis data yang dikoleksi dan kelompok
kajian yang dilakukan di setiap unit akan menggambarkan tingkat kedetilan serta
keterkinian metode yang diadopsi.
80%
80%
70%
70%
60%
60%
50%
50%
40%
40%
30%
30%
20%
20%
10%
10%
0%
Landsat
SPOT
ALOS
ASTER
Quickbird
IKONOS
NOAA
AVHRR
MODIS
(a)
RADAR
Peta Rupa
Bumi
Peta
Penggunaan
Lahan
Peta Geologi
Peta
Infrasturktur
Tematik Lain
Peta Admin
0%
(b)
Gambar tersebut menunjukkan terdapat beberapa jenis peta yang saat ini
telah dikoleksi oleh berbagai unit teknis KNLH. Secara umum, peta yang digunakan
dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu peta dasar dan peta tematik. Peta
dasar yang umum dikoleksi (70%) adalah peta rupabumi (RBI) BAKOSURTANAL. Peta
administrasi dikoleksi hanya oleh kurang dari 10% unit (dari 17 responden). Yang
perlu digarisbawahi adalah apakah setiap unit mengalokasikan dalam setiap
anggarannya pos pembelian dana atau tidak. Jika ya, maka indikasi redundansi dan
Halaman 7
inefisiensi alokasi dana sangat besar. Hal tersebut dapat dicek secara lebih detil dari
alokasi dana untuk pembelian data spasial di setiap unit.
Secara umum, peta tematik yang banyak dimanfaatkan adalah peta
penggunaan lahan. Hal ini banyak terkait dengan ranah KNLH yaitu bidang
lingkungan yang sangat luas. Hasil telaah kuesioner menunjukkan kapabilitas yang
cukup dari beberapa unit teknis di KNLH dalam mengekstrak informasi
penutupan/penggunaan lahan, utamanya dari citra penginderaan jauh.
Sementara itu, citra yang paling banyak dikoleksi adalah peta Landsat (70%),
SPOT (55%) dan ketiga ALOS (30%).
literatur,
Landsat
merupakan
sistem
penginderaan
jauh
yang
mendapatkan perhatian besar bagi berbagai aspek observasi bumi. Berbagai fungsi
operasional termasuk di Indonesia telah memanfaatkan citra ini mengingat sistem
sensor ini telah dikembangkan selama beberapa dekade. Dengan demikian,
keberlangsungan penyediaan data sampai pertengahan-akhir dekade 2000-an
masih dapat dipertahankan. Namun demikian, kendala muncul dengan tidak
beroperasinya Landsat-7 secara normal. Saat ini, pengguna umum seperti juga KNLH
hanya memiliki pilihan yang terbatas yaitu dengan menggunakan Landsat-5.
Kendala lain dari sistem satelit ini adalah usia yang telah melewati masa layaknya,
sehingga data observasi bumi kurang dapat disediakan secara berkesinambungan.
Data SPOT juga telah dimanfaatkan secara luas, namun demikian kendala
harga
data
yang
relatif
mahal
merupakan
kendala
tersendiri
dalam
pemanfaatannya. Sistem lain yang dapat menjadi pilihan dengan rasio harga/kinerja
yang relatif baik adalah sensor-sensor ALOS. Walaupun belum digunakan secara
luas, data ALOS telah mulai digunakan di kalangan KNLH dengan popularitas yang
lebih baik dibandingkan dengan sistem optik terdahulu yang setara yaitu ASTER.
Secara terperinci, berbagai sistem sensor ALOS beserta aplikasinya disajikan pada
Kotak 1.
Secara umum terdapat kecenderungan bahwa data yang dimanfaatkan unitunit teknis KNLH hanya terbatas pada data dengan skala informasi semi detil
Halaman 8
(Landsat, SPOT, ALOS) sampai detil (IKONOS, QuickBird, dan lain-lain). Terdapat
sedikit petunjuk bahwa potensi data resolusi medium seperti MODIS dan NOAA
AVHRR telah termanfaatkan dengan baik. Pada berbagai kasus, telah ditunjukkan
bahwa data resolusi medium sangat penting dimanfaatkan mengingat kemampuan
revisit yang sangat tinggi. Berbagai aplikasi seperti kebakaran hutan dan lahan
memerlukan kemampuan revisit satelit yang tinggi mengingat sifat kebakaran yang
sangat dinamis. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa unit KHL dapat
berkonsentrasi pada akuisisi data MODIS dalam penyampaian informasi yang
diperlukan. Kelebihan lain yang penting disampaikan di sini adalah sifat
perolehannya yang tanpa berbayar, sehingga memungkinkan koleksi dan analisis
secara simultan dengan meminimumkan penggunaan sumber dana yang tersedia.
Berbagai telaah literatur disajikan pada Kotak 2.
Halaman 9
Halaman 10
Halaman 11
Hasil analisis data kuesioner juga menunjukkan temuan yang menarik. Data
Radar (Synthetic Aperture Radar, SAR) ditemukan tidak pernah digunakan pada unit
teknis apapun. Sebagai salah satu sensor penginderaan jauh aktif, sensor SAR
memiliki keunggulan utama yaitu tidak/kurang terkendala oleh sifat atmosfer
setempat. Dengan demikian, sensor ini sangat cocok diterapkan untuk sebagian
wilayah Indonesia yang memiliki cakupan awan atau haze yang tinggi, seperti
Kalimantan dan Papua. Mengingat sifat pencitraannya yang aktif, sensor SAR dapat
dimanfaatkan pada siang atau malam hari. Sifat ini sangat bermanfaat untuk
aplikasi penginderaan yang sensitif waktu seperti pertanian tanaman semusim atau
bencana alam.
Namun demikian kendala terbesar pemanfaatan data ini adalah kebutuhan
interpreter yang spesifik. Kondisi ini dapat ditelusuri dengan minimnya program
pendidikan formal yang mempelajari sifat dan karakteristik data SAR serta berbagai
aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pemantauan. Situasi tersebut juga
dihambat oleh masih minimnya jumlah dan kualitas peneliti/kelompok peneliti yang
berminat pada bidang ini. Kendala lain yang mungkin berperan adalah perbedaan
sifat interpretasi antara penginderaan jauh optik (yang banyak didukung oleh
program studi formal) dengan penginderaan jauh SAR, yang menyebabkan
interpretasi SAR tidak dapat dilakukan secara masal. Kelemahan ini dapat
bersumber dari data SAR yang umum digunakan sampai pada dekade ini lebih
banyak bersifat monokrom (hitam-putih). Kelemahan ini diperbaiki dengan
munculnya data SAR polarisasi ganda (2 kanal). Penggunaan data polarisasi penuh
masih terkendala oleh jumlah sensor angkasa (spaceborne SAR) yang saat ini
beroperasi. Pada saat ini hanya terdapat dua vendor yang mampu menyediakan
data polarisasi penuh. Khasanah penelitian aplikasi data SAR terakhir dapat dilihat
pada Kotak 3.
Halaman 12
(TerraSAR) serta Uni Eropa (Envisat ASAR) pada berbagai pilihan frekuensi misalnya
X-, C- atau L-band.
Pada awal perkembangannya, sensor SAR dirgantara hanya menyediakan satu
pilihan polarisasi saja. Lembaga Antariksa Eropa (ESA) memiliki dua satelit SAR yang
identik yaitu ERS-1 dan ERS-2 yang menggunakan polarisasi VV (transmisi dan
penerimaan pada polarisasi linier vertikal) pada C-band. Jepang, walaupun cukup
singkat, juga telah berkontribusi pada penyediaan data SAR L-band dengan
polarisasi HH. Dengan hanya tersedianya citra tunggal, maka pilihan teknik analisis
cukup terbatas. Pilihan utama yang paling banyak dimanfaatkan untuk pemantauan
penutupan lahan atau lingkungan adalah dengan melakukan akuisisi pada 3 waktu
yang berbeda atau lebih. Alternatif lain yang dapat digunakan adalah analisis
berbasis tekstural. Pada ranah analisis sinyal, analisis backscattering menjadi pilihan
utama, disamping analisis interferometri (Raimadoya et al. 2004).
Pada tahun 2003, era baru SAR dimulai dengan diluncurkannya satelit Envisat yang
terdiri dari beberapa sensor, diantaranya adalah sensor Advanced SAR (ASAR).
Sensor ini memiliki keunggulan dengan kemampuannya mengakuisisi dua dari tiga
pilihan polarisasi linier yaitu VV, HH dan VH. Kemampuan polarisasi ganda ini
memberikan khasanah baru pada analisis dan pemanfaatan data SAR. Berbagai
telaah pada wilayah tropis telah ditemukan pada literatur, diantaranya adalah pada
bidang kehutanan (Raimadoya dan Trisasongko 2008) dan perkebunan (Raimadoya
dan Trisasongko 2008). Walaupun telah ditunjukkan memiliki keterbatasan inheren
dalam ekstraksi informasi, jenis data polarisasi ganda cukup berhasilguna untuk
pemisahan areal perkebunan (kelapa sawit) dengan hutan alami, utamanya dengan
menggunakan polarisasi VV dan VH. Pemisahan ini sangat penting bagi pemantauan
kebun kelapa sawit yang ditengarai menyebabkan perubahan pada wilayah
perbatasan dengan hutan alam.
Polarisasi penuh menjadi puncak bagi teknologi SAR angkasa saat ini. Sensor dengan
kapabilitas polarisasi penuh dapat menyediakan berbagai macam data, baik dalam
bentuk polarisasi linier, elips maupun polar. Hal ini menjadikan jumlah citra turunan
yang dihasilkan cukup banyak untuk mendukung berbagai analisis atau ekstraksi
informasi yang kompleks. Walaupun masih cukup terbatas, pemanfaatan citra
polarisasi penuh telah dilakukan. Trisasongko (2010) menunjukkan bahwa teknik
dekomposisi matriks dapat digunakan untuk mempelajari dan memetakan berbagai
kondisi tambak di Balikpapan. Demikian pula dengan pemantauan lingkungan
wilayah pertambangan, Trisasongko et al. (2006; 2007) menunjukkan efektivitas
data SAR multi-polarisasi. Beberapa spesies mangrove (bakau) juga telah
ditunjukkan mampu dideteksi oleh data SAR polarisasi penuh (Trisasongko 2009).
Menggunakan kombinasi data SAR polarisasi penuh dan dekomposisi matriks
Cloude-Pottier, Trisasongko (2010) juga menunjukkan bahwa berbagai tingkat
degradasi hutan dapat diindera dan dipetakan dengan cukup meyakinkan.
Berikutnya disajikan hasil pemetaan terkait dengan besaran alokasi dana berbagai
unit di KNLH. Hasil ringkasan pemetaan alokasi dana di berbagai unit tersebut
disajikan pada Gambar 3.
Halaman 13
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
>100 juta
25-100
juta
10-25 juta
5-10 juta
< 5 juta
Tidak ada
dana
Gambar 3.
Halaman 14
untuk dipertukarkan yang dihasilkan oleh unit yang memiliki dana pengadaan cukup
besar tersebut.
Pencacahan unit juga menunjukkan gambaran bahwa data spasial masih
belum menjadi ranah (domain) utama pada sebagian unit kerja KNLH Pusat dan
pada seluruh kantor regional. Beberapa unit ditengarai masih tetap mengandalkan
data tabular dengan kendala skala pemantauan pada data spasial atau hanya
menggunakan data spasial sebagai visualisasi informasi tabular. Beberapa indikasi
yang diperoleh dari analisis kuesioner menunjukkan bahwa unit-unit kerja di
lingkungan KNLH masih belum dioptimalkan dalam memanfaatkan data spasial,
terutama dalam kerangka pengembangan aplikasi. Contoh kasus pada masalah ini
adalah pada unit Konservasi Keanekaragaman Hayati (KEHATI).
Halaman 15
60%
50%
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
50%
40%
30%
20%
10%
Dikerjakan sendiri
Tidak menjawab
a.
0%
ASDEP DATIN
Program MIH
Asdep Sunda
Asdep Pesisir
b.
Gambar 4. (a) Modus Pengerjaan Analisis Spasial, (b) Counterpart untuk Analisis Non Internal Unit
Gambar 4 juga menunjukkan bahwa diantara berbagai unit teknis KNLH yang
menjadi responden, terdapat 4 unit teknis utama yang paling sering bekerjasama
yaitu DATIN, MIH, Asdep Sunda dan Asdep Pesisir. Hal ini mengindikasikan bahwa
keempat unit tersebut memiliki sumberdaya yang lebih baik dibandingkan dengan
unit teknis lainnya, baik dalam segi SDM maupun pada perangkat yang dimiliki.
Walaupun pada gambar di atas ditunjukkan bahwa kerjasama telah terjalin antar
unit teknis, gambar tersebut juga mengindikasikan bahwa rekanan utama pada
analisis data spasial masih bertumpu pada dua unit teknis utama yaitu Tim MIH dan
unit GIS DATIN. Telaah lebih lanjut tentang fungsi dan peran kedua unit teknis
tersebut disajikan pada bagian berikut.
Halaman 16
pelaksanaanya yaitu (i) unit pengguna data; dan (ii) unit penganalisis atau penghasil
data.
Pengelompokan tersebut menekankan pentingnya dua unit teknis KNLH
dalam penyediaan data atau informasi spasial yaitu MIH dan GIS DATIN. Tingkat
ketergantungan data terhadap kedua unit tersebut cukup tinggi. Beberapa unit yang
tidak dapat mengakses data dari institusi eksternal melalui pembelian data hanya
memungkinkan perolehan data melalui akses langsung kepada kedua unit tersebut.
Pada hubungan ini, tingkat redundansi pembelian data tentu saja cukup rendah.
Potensi redundansi terbesar dapat terjadi pada MIH an GIS DATIN.
Telaah selanjutnya menunjukkan bahwa redundansi pembelian cenderung
belum signifikan pada kedua bank data tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh kecilnya
pengeluaran unit GIS DATIN. Secara aktual, unit teknis yang dapat mengakses data
baru adalah Tim MIH. Namun demikian, forum kerjasama yang melibatkan berbagai
unit teknis KNLH masih sangat relevan untuk mencegah pembelian data yang tidak
perlu. Forum tersebut dapat digunakan pula sebagai media pertukaran informasi
data tematik yang diturunkan dari data asli. Dengan demikian tidak hanya
redundansi pembelian data saja yang menjadi isu sentral pada KNLH, tetapi juga
redundansi pengolahan data karena melibatkan sumberdaya fisik dan manusia yang
cukup tersebar.
Isu yang terlihat lebih penting adalah tingginya kebutuhan data yang harus
disuplai oleh MIH dan DATIN. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan tingginya
ketergantungan data yang ditujukan terhadap kedua unit tersebut. Secara lebih
spesifik, kebutuhan data yang sering disampaikan kepada kedua unit tersebut
merupakan data dengan resolusi yang tinggi. Hal ini perlu mendapatkan perhatian
lebih mengingat tidak semua aplikasi yang diemban oleh unit teknis memerlukan
data pada resolusi tinggi.
Diversivikasi data untuk pemanfaatan yang sesuai sangat diperlukan saat ini
di berbagai unit KNLH. Pemahaman yang kurang terbaharui mungkin menjadi
penyebab lemahnya diversifikasi data dan informasi yang dapat diekstrak dari data
tersebut. Seperti telah dijelaskan pada Kotak 2 sebelumnya, terdapat berbagai
Halaman 17
pilihan yang telah dibuktikan sangat bermanfaat untuk tingkat pemantauan tinjau
(reconnaissance). Diversifikasi ini tidak hanya memberikan pilihan lain yang sesuai
untuk tujuan tertentu tetapi juga mengurangi tekanan terhadap dua unit bank data
KNLH.
Namun demikian potensi keuntungan diversifikasi data membawa dampak
yang serius bagi unit teknis yang mengimplementasikannya. Isu utama pada bagian
ini adalah kurangnya SDM yang berkemampuan atau terlatih dalam pengolahan
data, terutama bila analisis diarahkan pada ekstraksi bidang biofisik, bukan
klasifikasi. Menilik kemampuan SDM dari berbagai unit kerja, secara umum setiap
unit kerja masih sangat membutuhkan personil yang terlatih dalam pemrosesan. Isu
ini menurut tim pengkaji lebih penting dibandingkan dengan isu sebelumnya
tentang pembelian data berganda. Secara lebih spesifik pada data MODIS, isu
perolehan data secara mandiri oleh unit teknis masih terkendala oleh perangkat
kerja, terutama akses internet mengingat data MODIS tersedia secara online.
Berikutnya pada Gambar 5 disajikan popularitas berbagai perangkat lunak
untuk pemrosesan data di berbagai unit di KNLH. Gambar tersebut dimaksudkan
untuk menunjukkan isu penting terkait dengan ketergantungan yang cukup tinggi
terhadap perangkat lunak berlisensi.
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
Arc View
Arc Gis
Open
source
ER
Mapper
Map Info
ILWIS
ENVI/PCI
ERDAS
Auto Cad
Gambar 5.
Pada umumnya, jenis perangkat lunak yang digunakan oleh setiap unit kerja
KNLH adalah jenis berlisensi utamanya ArcView (38%) atau ArcGIS (18%).
Halaman 18
IKONOS
Quick bird
SPOT
ASTER
ALOS
LANDSAT
MODIS
NOAA
Penggunaan Lahan
Kerusakan Lahan
Kerusakan Hutan
Tata Ruang
Halaman 19
Secara lebih detil dapat kita perhatikan dari tabel tersebut bahwa
nampaknya untuk berbagai tema, jenis data yang digunakan cukup bervariasi,
misalnya:
Tema kajian kualitas air dan udara, kerusakan lahan dan hutan serta
perencanaan pesisir dan lautan memanfaatkan seluruh jenis data.
Kesetimbangan
air
dan
pengelolaan
DAS
serta
penggunaan
lahan
Halaman 20
tinggi justru tidak memanfaatkan citra tersebut. Isu ini menggambarkan perlunya
pemetaan kesesuaian data dan konteks kajian yang dilakukan.
Berbagai isu yang penting tersebut dapat bersumber dari satu isu besar yang
saat ini dihadapi berbagai unit teknis KNLH, yaitu peningkatan jumlah dan kapasitas
sumberdaya manusia.
Halaman 21
Halaman 22
Halaman 23
dalam
mengkaji
ranah
lingkungan
yang
terkait
dan
Jumlah Publikasi
14.839
418
129
66
60
31
10
3
2. Membantu unit-unit teknis lain dalam bentuk saran analisis atau dengan
menyebarluaskan ringkasan hasil-hasil kajian yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Sarana penting yang saat ini tersedia di KNLH adalah Forum
GIS. Sarana ini perlu dipertahankan dan diselenggarakan secara terjadwal
dengan pembicara yang bervariasi sesuai dengan ranah lingkungan KNLH.
Forum GIS juga dapat menjadi media berbagai unit-unit KNLH yang sedang
melakukan penelitian atau kajian. Komunitas juga dapat menyelenggarakan
Halaman 24
sebuah mailing-list sebagai wadah berdiskusi dan tukar pikiran dengan pihak
GIS-DATIN sebagai moderator. Mailing list ini dapat bertaraf internal KNLH
atau juga mengundang berbagai pihak mitra kerjasama penelitian.
3. Membangun dokumen SOP (Standard Operating Procedures) secara spesifik
(terutama terkait dengan perangkat lunak) serta membangun prosedur
pemutakhirannya. Perlu diperhatikan pada bagian ini bahwa SOP merupakan
dokumen yang dinamis, bukan menetap, yang perlu ditunjang oleh hasil
kajian terakhir agar optimalisasi selalu dapat dilakukan. Pada komponen ini,
peran GIS-DATIN perlu ditonjolkan, mengingat sumberdaya manusia yang
relatif lebih baik dibandingkan dengan unit kerja lain serta desain GIS-DATIN
sebagai unit penelitian (think tank). Contoh standar SOP yang dapat
dijadikan patokan adalah Trisasongko et al. (2009).
4. Memelihara jaringan/kolaborasi dengan universitas atau lembaga-lembaga
penelitian lainnya. Pada saat ini KNLH telah banyak berkomunikasi dengan
universitas atau lembaga penelitian melalui penelitian bersama dan jaringan
pada umumnya telah terbangun dengan baik. Namun demikian, upaya
mempertahankan komunikasi tersebut masih perlu dilakukan. KNLH saat ini
juga telah mengembangkan kerjasama dengan institusi internasional, seperti
JAXA pada ALOS Project Phase II, yang perlu dipertahankan dan
dikembangkan. Penting diupayakan juga upaya publikasi bersama bagi
penelitian yang telah dilakukan, agar mendorong sosialisasi produk
penelitian (terkait dengan komponen pertama).
Halaman 25
Ditinjau dari produk utamanya yaitu kualitas air dan udara, hal ini kurang mengena
(match) terhadap unit spasial yang digunakan.
Bila dibandingkan dengan data yang digunakan, kecenderungan terhadap
skala mikro (detil) tampak lebih menonjol dimana unit teknis tersebut hanya
bertumpu pada data IKONOS dengan tingkat resolusi sangat tinggi. Bila ditinjau dari
informasi bahwa unit ini tidak mendapatkan dana untuk pengadaan data, maka
dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan oleh unit ini merupakan data arsip
yang ditinjau dari usia data, kurang seimbang dengan kebutuhan kekinian dari unit
teknis tersebut.
Pola pemahaman yang kurang cocok ini mungkin disebabkan oleh tingginya
porsi bidang agroindustri pada fungsi dan cakupan kerja unit teknis tersebut.
Menilik keragaman fungsi data spasial dalam aplikasi pencemaran yang diasjikan
pada kotak berikut, terlihat bahwa updating informasi tentang kemampuan data
spasial dan pengolahannya menjadi sangat penting. Percepatan terobosan baru
yang cukup tinggi pada bidang ini juga menunjukkan perlunya dibangun bagian
forensik lingkungan (environmental forensics) yang saat ini mulai dikembangkan di
berbagai wilayah di dunia.
Halaman 26
ataupun dari kapal laut. Berbagai telaah literatur menunjukkan kepekaan citra SAR
dalam mendeteksi pencemaran minyak tersebut. Walaupun kurang banyak ditelaah
karena hambatan inheren, sensor optik juga telah diujicobakan. Ma et al. (2009)
misalnya, menunjukkan bukti bahwa sensor MODIS dapat dimanfaatkan untuk
mendeteksi tumpahan minyak skala besar.
Pencemaran lain yang penting adalah pencemaran tanah yang terkait dengan
pertanian (non-point source pollution). Berbagai metodologi telah ditemukan di
literatur. Salah satu metode yang saat ini banyak dibahas adalah metode SWAT
seperti yang disampaikan oleh Zhang et al. (2010). Pencemaran yang terkait dengan
sampah juga telah dimodelkan dengan memanfaatkan sistem informasi geografi
(Geneletti 2010). Aspek lain yang saat ini juga menarik dikaji adalah pencemaran
pada air tanah, baik pada akuifer dangkal maupun dalam (Sener et al. 2009) atau
efek perubahan penggunaan lahan terhadap kualitas air (Tu 2009).
Pencemaran lain yang saat ini mulai menjadi perhatian bagi khalayak luas adalah
pencemaran cahaya. Peneliti seperti Gallaway et al. (2010) menunjukkan bahwa
polusi cahaya dapat berdampak tidak hanya pada fauna, bidang astronomi dan
kesehatan, tatapi juga sangat berdampak pada pemanfaatan energi yang boros
yang selanjutnya berdampak pada sektor perekonomian.
Halaman 27
Halaman 28
DAFTAR PUSTAKA
Almeida-Filho R, Shimabukuro YE, Rosenqvist A, Snchez GA. 2009. Using dual-polarized
ALOS PALSAR data for detecting new fronts of deforestation in the Brazilian
Amaznia. International Journal of Remote Sensing 30: 3735-3743.
Babu DSS, Prasad BKJ, Rajeev VS. 1999. A Terrain Evaluation Using Remote Sensing and GIS
- Case Study of Neyyar Wild Life Sanctuary, Kerala. Photonirvachak, Journal of the
Indian Society of Remote Sensing 27: 253-267.
Boschetti L, Roy D, Barbosa P, Boca R, Justice C. 2008. A MODIS assessment of the summer
2007 extent burned in Greece. International Journal of Remote Sensing 29: 2433
2436.
Chen X, Wu J, Zhang Y. 2008. Comparison of Fusion Algorithms for ALOS Panchromatic and
Multispectral Images. 2008 International Workshop on Education Technology and
Training & 2008 International Workshop on Geoscience and Remote Sensing. DOI
10.1109/ETTandGRS.2008.194.
Coops NC, Catling PC. 2002. Prediction of the spatial distribution and relative abundance of
ground-dwelling mammals using remote sensing imagery and simulation models.
Landscape Ecology 17: 173188.
Ferreira NC, Ferreira LG, Huete AR, Ferreira ME. 2007. An operational deforestation
mapping system using MODIS data and spatial context analysis. International
Journal of Remote Sensing 28: 4762.
Gallaway T, Olsen RN, Mitchell DM. 2010. The economics of global light pollution. Ecological
Economics 69: 658665.
Geneletti D. 2010. Combining stakeholder analysis and spatial multicriteria evaluation to
select and rank inert landll sites. Waste Management 30: 328337.
Joice KE, Samsonov S, Manville V, Jongens R, Graetingger A, Cronin SJ. 2009. Remote
sensing data types and techniques for lahar path detection: A case study at Mt.
Ruapehu, New Zealand. Remote Sensing of Environment 113: 17781786.
Koltunov A, Ustin SL. 2007. Early fire detection using non-linear multitemporal prediction of
thermal imagery. Remote Sensing of Environment 110: 1828.
Lotsch A, Tian Y, Friedl MA, Myneni RB. 2003. Land cover mapping in support of LAI and
FPAR retrievals from EOS-MODIS and MISR: classification methods and sensitivities
to errors. International Journal of Remote Sensing 24: 19972016.
Ma L, Li Y, Liu Y. Oil Spill Monitoring Based on Its Spectral Characteristics. Environmental
Forensics 10: 317323.
Radiarta IN, Saitoh S-I, Miyazono A. 2008. GIS-based multi-criteria evaluation models for
identifying suitable sites for Japanese scallop (Mizuhopecten yessoensis)
aquaculture in Funka Bay, southwestern Hokkaido, Japan. Aquaculture 284: 127135
Sanchez JM, Caselles V, Niclos R, Valor E, Coll C, Laurila T. 2007. Evaluation of the B-method
for determining actual evapotranspiration in a boreal forest from MODIS data.
International Journal of Remote Sensing 28: 12311250.
Halaman 29
Shad R, Mesgari MS, Abkar A, Shad A. 2009. Predicting air pollution using fuzzy genetic
linear membership kriging in GIS. Computers, Environment and Urban Systems 33:
472481.
Sener E, Sener S, Davraz A. 2009. Assessment of aquifer vulnerability based on GIS and
DRASTIC methods: a case study of the Senirkent-Uluborlu Basin (Isparta, Turkey).
Hydrogeology Journal 17:20232035.
Raimadoya MA, Trisasongko B, Shiddiq D, Panuju DR, Maulida R. 2004. Pengolahan DSM
dengan Interferometri SAR (InSAR) Antariksa untuk Mekanisme Pembangunan
Bersih (MPB) Protokol Kyoto. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6: 39-45.
Raimadoya MA, Trisasongko B. 2008. Kontribusi radar pencitra dalam implementasi
Protokol Kyoto. Jurnal Ilmiah Geomatika 14(2): 17-27.
Taft OW, Haig SM, Kiilsgaard C. 2004. Use of radar remote sensing (RADARSAT) to map
winter wetland habitat for shorebirds in an agricultural landscape. Environmental
Management 33: 750763.
Takaku J, Tadono T, Shimada M. 2008. High Resolution DSM Generation from ALOS PRISM Calibration Updates. IEEE International Geoscience and Remote Sensing
Symposium, IGARSS. Vol. 1: I-181 - I-184, 7-11 July 2008. DOI
10.1109/IGARSS.2008.4778823.
Thapa RB, Murayama Y. 2009. Urban mapping, accuracy, & image classification: A
comparison of multiple approaches in Tsukuba City, Japan. Applied Geography 29:
135-144.
Trisasongko B, Lees B, Paull D. 2006. Polarimetric classification in a tailings deposition area
at the Timika mine site, Indonesia. Mine Water and the Environment 25: 246-250.
Trisasongko B, Lees B, Paull D. 2007. Discrimination of scatterer responses on tailings
deposition zone. Sensing and Imaging 8: 111-120. DOI:10.1007/s11220-007-0037-8.
Trisasongko BH. 2009. Tropical mangrove mapping using fully-polarimetric radar data. ITB
Journal of Science 41A: 98-109.
Trisasongko BH, Panuju DR, Iman LS, Harimurti, Ramly AF, Anjani V, Subroto H. 2009.
Analisis Dinamika Konversi Lahan di Sekitar Jalur Tol Cikampek. Publikasi Teknis
DATIN. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.
Trisasongko BH. 2010. Autonomous Wetland Assessment Using Polarimetric Decomposition
of SAR Data. Submitted (ITB Journal of Engineering Science).
Trisasongko B. 2010. The use of polarimetric SAR data on forest disturbance monitoring.
Submitted (Sensing and Imaging).
Tu J. 2009. Combined impact of climate and land use changes on stream ow and water
quality in eastern Massachusetts, USA. Journal of Hydrology 379: 268283.
Vienneau D, de Hoogh K, Briggs D. 2009. A GIS-based method for modelling air pollution
exposures across Europe. Science of the Total Environment 408: 255266.
Wang L, Qu JJ,Zhang S, Hao X, Dasgupta S. 2007. Soil moisture estimation using MODIS and
ground measurements in eastern China. International Journal of Remote Sensing
28: 14131418.
Halaman 30
Wang Y, Allen TR. 2008. Estuarine shoreline change detection using Japanese ALOS PALSAR
HH and JERS-1 L-HH SAR data in the Albemarle-Pamlico Sounds, North Carolina,
USA. International Journal of Remote Sensing 29: 4429 4442.
Ye Q, Chen F, Stein A, Zhong Z. 2009. Use of a multi-temporal grid method to analyze
changes in glacier coverage in the Tibetan Plateau. Progress in Natural Science 19:
861-872.
Zeng Y, Zhang J, Wang G, Li Y. 2008. Optimum Image Fusion Technique for ALOS Data.
International Conference on Microwave and Millimeter Wave Technology ICMMT
2008. Vol. 4: 1784 1787, 21-24 April 2008. DOI: 10.1109/ICMMT.2008.4540823.
Zhang Y, Wang C, Wu J, Qi J, Salas WA. 2009. Mapping paddy rice with multitemporal
ALOS/PALSAR imagery in southeast China. International Journal of Remote Sensing
30: 63016315.
Zhang Q-L, Chen Y-X, Jilani G, Shamsi IH, Yu Q-G. 2010. Model AVSWAT apropos of
simulating non-point source pollution in Taihu lake basin. Journal of Hazardous
Materials 174: 824830.
Halaman 31
LAMPIRAN 1. Kuesioner
Nama
Jabatan
Bagian/Asdep
Unit Kerja
KUESIONER
: . ...................................................................................................................
: . ...................................................................................................................
: . ...................................................................................................................
: . ...................................................................................................................
A. Tugas Utama
1. Apakah tugas utama unit kerja Ibu/Bapak memanfaatkan data spasial?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
2. Apakah pemrosesan data spasial tersebut dilakukan sendiri oleh staf di unit kerja
Ibu/Bapak?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
3. Jika jawaban pertanyaan sebelumnya sering atau kadang-kadang, berapa persen
pekerjaan yang dikerjakan sendiri oleh staf di unit Ibu/Bapak? ..........................persen.
Jumlah komputer yang khusus digunakan: .............. buah. Jumlah komputer yang
digunakan untuk analisis data spasial dan tugas-tugas lainnya: ............... buah.
4. Berapa orang staf di unit kerja Ibu/Bapak yang terlibat dalam pengerjaan data spasial
tersebut? ............................ orang. Uraikan jumlah staf tersebut pada tabel berikut.
Pendidikan
Bidang Terkait (geografi, geodesi, Bidang Tidak Terkait (orang)
pertanian, dll) (orang)
S2/S3
S1
Diploma
SMK Survei
5. Jika tidak pernah, counterpart yang selama ini berperan dengan unit kerja adalah:
a. Swasta/Konsultan Teknis
b. Unit kerja KLH lain, yaitu .............................................
6. Jika sebagian pekerjaan dialihkan ke counterpart, adakah staf Bapak/Ibu yang ditugaskan
untuk membantu pekerjaan tersebut (magang/transfer pengetahuan) ?
a. Ya, jumlah staf .............orang
b. Tidak
B. Tema
7. Bagaimana perbandingan koleksi data tabular dan spasial di unit kerja Ibu/Bapak?
a. Tabular
....................%
b. Spasial
....................%
8. Peta apa saja yang sudah dikoleksi di unit kerja Ibu/Bapak?
a. Peta Rupa Bumi
(Ya/Tidak)
e. Peta
b. Peta Geologi
(Ya/Tidak)
f. Peta
c. Peta Infrastruktur
(Ya/Tidak)
g. Peta
d. Peta Penggunaan Lahan
(Ya/Tidak)
h. Peta
9. Apakah citra berikut dikoleksi dan digunakan di unit kerja Ibu/Bapak?
(Ya/Tidak)
(Ya/Tidak)
(Ya/Tidak)
(Ya/Tidak)
Halaman 32
a. IKONOS
b. Quickbird
c. SPOT
d. ASTER
e. ALOS
(Ya/Tidak)
(Ya/Tidak)
(Ya/Tidak)
(Ya/Tidak)
(Ya/Tidak)
(Ya/Tidak)
(Ya/Tidak)
(Ya/Tidak)
(Ya/Tidak)
10. Apakah unit kerja Bapak/Ibu mengerjakan berbagai tema berikut (5 tahun terakhir) ?
a. Kualitas air dan udara
Ya/Tidak
b. Kesetimbangan air dan pengelolaan DAS
Ya/Tidak
c. Penggunaan lahan
Ya/Tidak
d. Kerusakan lahan
Ya/Tidak
e. Kerusakan hutan
Ya/Tidak
f. Perencanaan kawasan/pulau
Ya/Tidak
g. Kebakaran hutan/ lahan
Ya/Tidak
h. Pencemaran pesisir dan lautan
Ya/Tidak
i. .....................................................................
Keterangan: coret yang tidak perlu, tuliskan topik yang tidak tersedia di pilihan
11. Apakah berbagai tema yang dikerjakan tersebut memanfaatkan data spasial?
a. Kualitas air dan udara
Ya/Tidak
b. Kesetimbangan air dan pengelolaan DAS
Ya/Tidak
c. Penggunaan lahan
Ya/Tidak
d. Kerusakan lahan
Ya/Tidak
e. Kerusakan hutan
Ya/Tidak
f. Perencanaan kawasan/pulau
Ya/Tidak
g. Kebakaran hutan/ lahan
Ya/Tidak
h. Pencemaran pesisir dan lautan
Ya/Tidak
i. .....................................................................
Keterangan: coret yang tidak perlu, tuliskan topik yang tidak tersedia di pilihan
12. Jika berbagai tema tersebut memanfaatkan data spasial, bagaimana skala data dan
outputnya?
a. Kualitas air dan udara
Detil, Semi detil, Tinjau mendalam, Tinjau
b. Kesetimbangan air dan pengelolaan DAS
Detil, Semi detil, Tinjau mendalam, Tinjau
c. Penggunaan lahan
Detil, Semi detil, Tinjau mendalam, Tinjau
d. Kerusakan lahan
Detil, Semi detil, Tinjau mendalam, Tinjau
e. Kerusakan hutan
Detil, Semi detil, Tinjau mendalam, Tinjau
f. Perencanaan kawasan/pulau
Detil, Semi detil, Tinjau mendalam, Tinjau
g. Kebakaran hutan/ lahan
Detil, Semi detil, Tinjau mendalam, Tinjau
h. Pencemaran pesisir dan lautan
Detil, Semi detil, Tinjau mendalam, Tinjau
i. .....................................................................
Detil, Semi detil, Tinjau mendalam, Tinjau
Keterangan: coret yang tidak perlu, tuliskan topik yang tidak tersedia di pilihan;
Detil: (<10.000), Semi Detil (1:10.000 1:50.000),
Tinjau Mendalam (1:50.000-1:250.000), Tinjau (>1:250.000)
Halaman 33
13. Apakah jenis data spasial yang dikoleksi untuk berbagai tema tersebut ?
a. Kualitas air dan udara
Titik koordinat, peta, foto udara, citra satelit
b. Kesetimbangan air dan pengelolaan DAS
Titik koordinat, peta, foto udara, citra satelit
c. Penggunaan lahan
Titik koordinat, peta, foto udara, citra satelit
d. Kerusakan lahan
Titik koordinat, peta, foto udara, citra satelit
e. Kerusakan hutan
Titik koordinat, peta, foto udara, citra satelit
f. Perencanaan kawasan/pulau
Titik koordinat, peta, foto udara, citra satelit
g. Kebakaran hutan/ lahan
Titik koordinat, peta, foto udara, citra satelit
h. Pencemaran pesisir dan lautan
Titik koordinat, peta, foto udara, citra satelit
i. .....................................................................
Titik koordinat, peta, foto udara, citra satelit
Keterangan: coret yang tidak perlu, tuliskan topik yang tidak tersedia di pilihan
14. Jika salah satu jenis data adalah citra satelit, apakah jenis citra yang dibeli tersebut ?
a. Kualitas air dan udara
NOAA, GOME, MODIS, Landsat
b. Kesetimbangan air dan pengelolaan DAS
Landsat, SPOT, ALOS, IKONOS, Quickbird
c. Penggunaan lahan
Landsat, SPOT, ALOS, IKONOS, Quickbird
d. Kerusakan lahan
NOAA, MODIS, Landsat, SPOT, ALOS,
IKONOS, Quickbird
e. Kerusakan hutan
NOAA, MODIS, Landsat, SPOT, ALOS,
IKONOS, Quickbird
f. Perencanaan kawasan/pulau
Landsat, SPOT, ALOS, IKONOS, Quickbird
g. Kebakaran hutan/ lahan
NOAA, MODIS, Landsat, SPOT, ALOS,
IKONOS, Quickbird
h. Pencemaran pesisir dan lautan
Landsat, SPOT, ALOS, IKONOS, Quickbird
i. .....................................................................
Citra:
Keterangan: coret yang tidak perlu, tuliskan topik yang tidak tersedia di pilihan
15. Bagaimana cakupan wilayah kajian yang dilakukan?
a. Kualitas air dan udara
Nasional, Provinsi, Kabupaten, Spesifik Lokal
b. Kesetimbangan air dan pengelolaan DAS
Nasional, Provinsi, Kabupaten, Spesifik Lokal
c. Penggunaan lahan
Nasional, Provinsi, Kabupaten, Spesifik Lokal
d. Kerusakan lahan
Nasional, Provinsi, Kabupaten, Spesifik Lokal
e. Kerusakan hutan
Nasional, Provinsi, Kabupaten, Spesifik Lokal
f. Perencanaan kawasan/pulau
Nasional, Provinsi, Kabupaten, Spesifik Lokal
g. Kebakaran hutan/ lahan
Nasional, Provinsi, Kabupaten, Spesifik Lokal
h. Pencemaran pesisir dan lautan
Nasional, Provinsi, Kabupaten, Spesifik Lokal
i. .................................................................
Nasional, Provinsi, Kabupaten, Spesifik Lokal
Keterangan: coret yang tidak perlu, tuliskan topik yang tidak tersedia di pilihan
Halaman 34
16. Lokasi/ daerah mana saja yang menjadi perhatian utama unit kerja Bapak/Ibu dalam lima
tahun terakhir?
Pulau
Provinsi
Kabupaten
Nama Lokal
Jawa
Sumatera
Kalimantan
Sulawesi
Papua
..............................
17. Data spasial apa saja yang dikoleksi untuk berbagai lokasi tersebut?
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
18. Apakah unit kerja Ibu/Bapak menggunakan perangkat lunak berikut?
a. Arc View
(Ya/Tidak)
e. ERDAS
b. Arc GIS
(Ya/Tidak)
g. ER Mapper
c. Map Info
(Ya/Tidak)
g. ENVI atau PCI
d. Auto CAD
(Ya/Tidak)
h. MS Access
Lainnya (sebutkan)
.....................
(Ya/Tidak)
(Ya/Tidak)
(Ya/Tidak)
(Ya/Tidak)
19. Berapa orang yang mengoperasikan berbagai perangkat lunak tersebut di unit kerja
Bapak/Ibu?
a. Arc View
orang
e. ERDAS
orang
b. Arc GIS
orang
f. ER Mapper
orang
c. Map Info
orang
g. ENVI atau PCI
orang
d. Auto CAD
orang
h. MS Access
orang
Lainnya (sebutkan)
...............
Output Unit Kerja
20. Apakah salah satu atau beberapa output spasial dari unit kerja Ibu/Bapak berskala
a. 1: 10.000
(Ya/Tidak)
d. 1: 100.000
(Ya/Tidak)
b. 1: 25.000
(Ya/Tidak)
e. 1: 250.000
(Ya/Tidak)
c. 1: 50.000
(Ya/Tidak)
f. 1: 1.000.000
(Ya/Tidak)
Halaman 35
21. Apakah output unit kerja dan data dapat diakses oleh unit lain dalam KLH? (Ya/Tidak).
Nama unit yang sering memanfaatkan:
(1) ...............................................................................
(2) ...............................................................................
(3) ...............................................................................
22. Apakah output unit kerja dan data dapat diakses oleh publik? (Ya/Tidak)
23. Dalam bentuk apakah output dan data tersebut dapat diakses oleh publik?
a. Buku cetak
(Ya/Tidak)
d. JPG file
b. PDF file
(Ya/Tidak)
e. HTML file
Lainnya
..
(Ya/Tidak)
(Ya/Tidak)
Anggaran
24. Apakah setiap tahun anggaran selalu ada alokasi untuk pengadaan data spasial (dalam 5
tahun terakhir)?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak ada
25. Berapa besar anggaran dialokasikan untuk pengadaan data spasial tahun lalu?
a. Rp. <5 juta b. Rp. 5-10 juta
c. Rp.10-25 juta
d. Rp. 25-100 juta
26. Jenis data spasial apa saja yang dikoleksi selama 5 tahun terakhir?
a. Citra .................
Scene
Lokasi ....................
b. Foto udara ........
Scene
Lokasi .
c. ............................
Lokasi .
.............................
.............................
.............................
Halaman 36