Penyegaran
Keilmuan
Deskripsi :
Pasien seorang wanita berusia 23 tahun datang ke UGD RSUD Bengkulu Tengah
dengan keluhan demam sejak empat hari SMRS. Demam tinggi dirasakan terus menerus
sepanjang hari. pasien mengatakan satu hari SMRS gusi tiba-tiba berdarah. keluhan
mimisan dan batuk pilek disangkal.
Saat demam pasien merasa lemas, dan disertai nafsu makan berkurang dan kurang
istirahat. Buang air kecil tidak ada keluhan. Buang air besar berwarna hitam disangkal.
pasien mengatakan beberapa hari yang lalu tetangga ada yang menderita keluhan
yang sama dengan pasien. Selama ini pasien belum pernah berobat dan baru pertama kali
datang ke RSUD Bengkulu Tengah.
Tujuan : Manajemen Kasus
Bahan bahasan : Kasus
Cara Membahas : Presentasi dan Diskusi
Data Pasien :
Nama : Nn. E
No. registrasi : 01 03 77
Datang UGD RSUD Bengkulu Tengah pada tanggal 13 Januari 2015
Data utama untuk diskusi
Diagnosis :
Demam Berdarah Dengue Grade II
Riwayat
Pengobatan
Riwayat
Kesehatan
Riwayat
Keluarga
Riwayat
Pekerjaan
Lain-lain
Keadaan umum
Kesadaran
Nadi
Respirasi
Suhu
Tekanan darah
BB
Status gizi
: 22 x/menit
: 38,9 C
: : 57 kg
: Cukup
Status Generalis
Kelainan mukosa kulit /subkutan yang menyeluruh
- Eritema makulopapular
: (-)
- Pucat
: (-)
- Sianosis
: (-)
- Ikterus
: (-)
- Perdarahan
: (-)
- Oedem tungkai
: (-)
- Turgor
: Cukup
- Lemak bawah kulit
: Cukup
- Pembesaran kelenjar getah bening generalisata : (-)
KEPALA
- Bentuk
: Bulat, simetris
- Rambut
: Hitam, tebal, tidak mudah dicabut
- Mata
: Kelopak mata oedem +/+, konjungtiva
anemis, sklera anikterik, kornea jernih
- Telinga
: Bentuk normal, simetris, liang sempit,
serumen (-/-), pus (-/-)
- Hidung
: Bentuk normal, septum deviasi (-),
pernafasan cuping hidung
(-), sekret (-)
- Mulut
: Bibir basah, lidah kotor (-), Gusi
berdarah(+), tonsil T1-T1 tenang, faring tidak hiperemis
LEHER
- Bentuk
- Trakhea
- KGB
- JVP
: Simetris
: Di tengah
: Tidak membesar
: Tidak meningkat
THORAKS
-
Inspeksi
PARU
dr. Winda Amelia
JANTUNG
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi
: Iktus kordis teraba sela iga IV garis midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal sinistra
Batas jantung kanan sela iga IV garis parasternal dextra
Batas jantung kiri sela iga IV garis midclavicula sinistra
- Auskultasi
: Bunyi jantung I-II murni, murmur (-)
ABDOMEN
- Inspeksi
- Palpasi
tidak teraba.
- Perkusi
- Auskultasi
GENITALIA EXTERNA
- Kelamin
: Perempuan, tidak ada kelainan
EKSTREMITAS
-
Superior
: Edema (-/-), Sianosis (-), ikterik (-),
petekhi(+/+)
Inferior
: Edema (-/-), Pitting Edema (-/-), Sianosis
(-), ikterik (-), petekhi(-)
Tirah baring
Medikamentosa
Daftar pustaka
IVFD RL 30 Tpm
Parasetamol 3 x 500 po
for
diagnosis,treatment,prevention
and
Indonesia.
Indonesia
Direktorat
Departemen
Jenderal
Kesehatan
Pemberantasan
TINJAUAN PUSTAKA
DEMAM BERDARAH DENGUE
Pendahuluan
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diates hemoragik. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi atau penumpukan
cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan atau syok.[1]
Demam Berdarah Dengue (DBD), satu komplikasi potensial, pertama kali
ditemukan pada tahun 1950an dalam epidemi dengue di Filipina dan Thailand. Pada hari
ini, DBD ditemukan hampir di seluruh negara Asia dan telah menjadi penyebab utama
perawatan di rumah sakit dan kematian anak di daerah tersebut. [1]
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat
kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2) Urbanisasi yang tidak
terencana dan tidak terkendali, (3) Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di
daerah endemis, dan (4) Peningkatan sarana transportasi. [1]
Terdapat empat tipe virus yang berhubungan erat yang dapat menyebabkan demam
dengue. Penyembuhan dari infeksi akan memberikan kekebalan seumur hidup terhadap
tipe virus tersebut tetapi hanya proteksi sebagian dan sementara untuk ketiga tipe lain virus
pada infeksi selanjutnya. Terdapat bukti yang menyatakan infeksi sekuensial meningkatkan
resiko berkembangnya DBD. [1]
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui definisi,
epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis, pemeriksaan penunjang dan
pengobatan demam berdarah dengue.
Epidemiologi
Demam dengue atau demam berdarah dengue adalah penyakit viral arthropodborne yang paling sering, dapat mengenai berbagai dekade kehidupan. Penyakit ini
tersebar di seluruh dunia dengan interval epidemik 3-5 tahun. 50-100 juta kasus demam
dengue dan 250-500 ribu kasus demam berdarah dengue terjadi tiap tahunnya.
Di Indonesia, hampir semua propinsi pernah mengalami wabah. Wabah terakhir
terjadi tahun 1996-1997. Di RSHS, bulan Januari sampai pertengahan Februari 2001,
dr. Winda Amelia
tercatat 112 kasus demam berdarah dengue ataupun demam dengue, dan 27 kasus dengue
shock syndrome.[1]
Etiologi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus
dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe,
yaitu: DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai
terhadap serotipe lain tersebut.[1]
Patogenesis
Patogenesis DBD dan SSD (Sindrom Syok Dengue) masih merupakan masalah
yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan SSD adalah hipotesis
infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau hipotesis immune
enhancement. Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang
mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog
mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD/Berat. Antibodi heterolog
yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian
membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari
membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak
dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag.
Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent enhancement (ADE), suatu proses yang
akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai
tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian
menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan
keadaan hipovolemia dan syok. [2,3]
Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary heterologous
infection dapat dilihat pada Gambar 1 yang dirumuskan oleh Suvatte, tahun 1977. Sebagai
akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang pasien, respons
antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan
proliferasi dan transformasi limfosit dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti
dengue. Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang
bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan
dr. Winda Amelia
Komplemen
Permeabilitas kapiler
> 30% pada
kasus syok 24-48 jam
Ht
Perembesan plasma
Natrium
Hipovolemia
Syok
Anoksia
Asidosis
Meninggal
sistem
komplemen,
juga
menyebabkan
8
agregasi
trombosit
dan
mengaktivitasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah (gambar 2).
Kedua faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit
terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-antibodi pada membran trombosit
mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin di phosphat), sehingga trombosit melekat satu
sama iain. Hal ini akan menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo
endothelial system) sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan
menyebabkan pengeluaran platelet faktor III mengakibatkan terjadinya koagulopati
konsumtif (KID = koagulasi intravaskular deseminata), ditandai dengan peningkatan FDP
(fibrinogen degredation product) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan. [2,4]
Secondary heterologous dengue infection
Replikasi virus
Anamnestic antibody
Aktivasi koagulasi
Pengeluaran
platelet faktor III
Aktivasi komplemen
Trombositopenia
Gangguan
fungsi trombosit
Koagulopati
konsumtif
Sistem kinin
Kinin
penurunan faktor
pembekuan
Peningkatan
permeabilitas
kapiler
FDP meningkat
Perdarahan massif
syok
penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan
dinding endotel kapiler. Akhirnya, perdarahan akan memperberat syok yang terjadi.[1,2,4]
The Immunological Enhancement Hypothesis.
Antibodi yang terbentuk pada infeksi dengue terdiri dari IgG yang berfungsi
menghambat peningkatan replikasi virus dalam monosit, yaitu enhancing-antibody dan
neutralizing antibody . pada saat ini dikenal 2 jenis tipe antibodi yaitu :
1. Kelompok monoklonal reaktif yang tidak mempunyai sifat menetralisasi tetapi
memacu replikasi virus
2. Antibodi yang dapat menetralisasi secara spesifik tanpa disertai daya memacu
replikasi virus.
Perbedaan ini didasarkan adanya virion determinant spesificity. Antibodi non
neutralisasi yang dibentuk pada infeksi primer akan menyebabkan terbentuknya komplek
imun pada infeksi sekunder dengan akibat memacu proses replikasi virus. Teori inipula
yang mendasari pendapat bahwa infeksi sekunder virus dengue oleh serotipe dengue yang
berbeda cenderung menyebabkan manifestasi berat. Dasar utama hipotesis adalah
meningkatnya reaksi imunologis (The Immunological Enhancement Hypothesis). Yang
berlangsung sebagai berikut:
a. sel fagosit monuklear yaitu : monosit, makrofag, histiosit, dan sel kupffer merupakan
tempat utama terjadinya infeksi virus dengue primer.
b. Non neutralizing antibody baik yang bebas dalam sirkulasi maupun yang melekat
(sitofilik) pada sel,bertindak sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus dengue
pada permukaan sel fagosit mononuklear. Mekanisme pertama ini disebut aferen
c. Virus dengue kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit mononuklear yang telah
terinfeksi
d. Selanjutnya sel monosit yang mengandung kompleks imun akan menyebar ke usus,
hati, limpa dan sum sum tulang. Mekanisme ini disebut eferen. Parameter perbedaan
terjadinya DBD dengan atau tanpa renjatanialah jumlah sel yang terkena infeksi.
e. Sel monosit yang telah teraktivasi akan mengadakan interaksi dengan sistem humoral
dan sistem komplemen dengan akibat dilepaskannya mediator yang mempengaruhi
permeabilitas kapiler dan mengaktivasi sistem koagulasi. Mekenisme ini disebut
mekanisme efektor. berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a ( merupakan
mediator kuat peningkatan permeabilitas kapiler ) sehingga permeabilitas dinding
pembuluh darah meningkat dan dapat terjadi kebocoran plasma. Gangguan pada
dr. Winda Amelia
10
11
12
Fase Demam
Pasien biasanya demam tinggi tiba-tiba. fase demam akut biasanya berlangsung 2-7
hari dan sering disertai dengan kemerahan pada wajah, kulit eritema, tubuh sakit,
mialgia, artralgia dan sakit kepala . Beberapa pasien mungkin memiliki sakit
tenggorokan faring. Anoreksia, mual dan muntah yang umum.
Perdarahan
Sebuah tes tourniquet positif dalam fase ini meningkatkan kemungkinan demam
dengue . dengan mempertahankan manset manset tensimeter pada tekanan antara
sistole dan diastole selama 5 menit, kemudian dilihat apakah timbul petechie atau
tidak didaerah voler lengan bawah.
Kriteria : (+) bila jumlah petechia > 20
() bila jumlah petechia > 10-20
(-) bila jumlah petechie < 10
Selain itu, gambaran klinis yang bisa dibedakan antara kasus demam berdarah yang
berat dan tidak berat. Oleh karena itu pemantauan tanda-tanda peringatan dan
parameter klinis lainnya.2
13
Pembesaran hepar
Hepar sering membesar dan melunak setelah beberapa hari demam .Itu paling awal
kelainan pada hitung darah lengkap adalah penurunan progresif dalam jumlah sel
darah putih, yang harus waspada dokter untuk probabilitas tinggi dengue .6,8
Fase Kritis
Sekitar waktu penurunan suhu badan sampai yg normal, saat suhu turun menjadi
37,5-38oC atau kurang dan tetap di bawah tingkat ini, biasanya pada hari 3-7 sakit,
peningkatan kapiler permeabilitas secara paralel dengan tingkat kenaikan hematokrit
dapat terjadi .Ini tanda awal fase kritis. Periode kebocoran plasma klinis yang
signifikan biasanya berlangsung 24-48 jam. Leukopenia progresif diikuti oleh
penurunan cepat dalam jumlah trombosit biasanya mendahului plasma kebocoran.
Pada pasien tanpa peningkatan permeabilitas kapiler akan meningkatkan permeabilitas
kapiler, sementara mereka dengan peningkatan permeabilitas kapiler dapat menjadi
lebih buruk sebagai hasil dari volume plasma yang hilang. Tingkat kebocoran plasma
bervariasi. Efusi pleura dan asites mungkin secara klinis terdeteksi tergantung pada
derajat kebocoran plasma dan volume terapi cairan. Oleh karena x-ray dada dan USG
abdomen dapat bermanfaat alat untuk diagnosis. Tingkat kenaikan hematokrit dasar di
atas sering mencerminkan keparahan kebocoran plasma. Syok terjadi ketika volume
kritis plasma hilang melalui kebocoran. Hal ini sering didahului oleh tanda-tanda
peringatan. Suhu tubuh di bawah normal ketika mungkin terjadi syok. Dengan syok
berkepanjangan,terjadi hipoperfusi organ progresif organ, asidosis metabolik dan
14
Fase Pemulihan
Jika pasien bertahan 24-48 jam fase kritis, reabsorpsi bertahap cairan kompartemen
ekstravaskuler terjadi dalam 48-72 jam berikutnya. kesejahteraan Umum membaik,
nafsu makan kembali, gejala gastrointestinal membaik, Status hemodinamik stabil dan
diuresis terjadi. Beberapa pasien mungkin mengalami pruritus umum. Bradikardia dan
perubahan elektrokardiografi yang umum selama tahap ini. Hematokrit stabil atau
mungkin lebih rendah karena efek pengenceran dari diserap kembali cairan. Jumlah
sel darah putih biasanya mulai naik segera setelah penurunan suhu badan sampai yg
normal tetapi pemulihan jumlah trombosit biasanya kemudian dibandingkan dengan
jumlah sel darah putih. Gangguan pernapasan dari efusi pleura dan asites masif akan
terjadi setiap waktu bilamana cairan intravena yang berlebihan telah diberikan. Selama
dan kritis / atau pemulihan fase, terapi cairan berlebihan berhubungan dengan edema
paru atau gagal jantung kongestif. Masalah klinis selama berbagai fase yang berbeda
dari demam berdarah dapat diringkas seperti pada Tabel 1.
15
Plasma kebocoran yang mungkin menyebabkan shock (shock dengue) dan / atau
Akumulasi cairan, dengan atau tanpa pernapasan kesusahan, dan / atau
Pendarahan berat
16
Ada
perdarahan
yang
signifikan.
Ada tingkat kesadaran yang berubah (letargi atau gelisah, koma, kejang-kejang).
Ada gangguan pencernaan berat (muntah terus-menerus, meningkatkan atau intens
nyeri
perut,
jaundice).
Ada kerusakan organ berat (kegagalan hati akut, gagal ginjal akut, ensefalopati
atau ensefalitis, atau manifestasi yang tidak biasa lainnya, kardiomiopati) atau
manifestasi yang tidak biasa lainnya.3
Diagnosis
o Diagnosa demam Dengue ditegakkan berdasarkan :
Demam akut selama 2-7 hari, bifasik
Ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sbb :
1.
Nyeri kepala
2.
Nyeri retroorbital
3.
Myalgia / arthralgia
4.
Ruam kulit
5.
Manifestasi
perdarahan
Leukopenia
17
Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD
ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi :
1.
2.
Perdarahan mukosa
(tersering epistaksis atau perdarahan gusi).
3.
Trombositopenia
(Trombosit < 100.000/UI)
4.
peningkatan Hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan
jenis kelamin.
Penurunan HT > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai
hematokrit sebelumnya.
18
Gejala
Laboratorium
Derajat I
Derajat II
Trombositopenia
Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit
(< 100.000) bukti ada
dan atau perdarahan lain
kebocoran plasma
Derajat III
Trombositopenia
Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan
Derajat IV
(< 100.000) bukti ada
tekanan darah tidak dapat diukur
kebocoran plasma
DBD derajat III dan IV disebut juga Sindrom Syok Dengue (SSD)
19
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
-
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (Cel Culture) ataupun
deteksi antigen virus RNA Dengue dengan tehnik RT-PCR ( Reverse Transkriptase
Polymerase Chain Reaction ), namun karena tekhnik yang lebih rumit, saat ini tes
serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue berupa antibody
total, IgM maupun IgG.
Parameter Laboratoris :
Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemui
limfositosis relatif ( > 45% dari total leukosit ) disertai adanya limfosit plasma biru
(LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
o
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein atau albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran
o
plasma.
o
Golongan darah dan cross match ( uji cocok serasi ): bila akan di berikan
transfusi darah atau komponen darah.
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan Ig M dan Ig G terhadap dengue.
Ig M : terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah
60-90 hari.
o Ig G: pada infeksi primer, Ig G mulai terdeteksi pada hari ke 14, pada infeksi sekunder
Ig G mulai terdeteksi hari ke 2.
20
Uji HI: dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini di gunakan untuk kepentingan surveilance.
Diagnosis banding
Demam pada fase akut mencakup spektrum infeksi bakteri dan virus yang
luas.pada hari hari pertama diagnosis DBD sulit dibedakan dari morbili dan Idiopathic
trombositiphenia purpura (ITP) yang disertai demam. Pada hari demam ke 3-4
,kemungkinan diagnosis DBD
manifestasi perdarahan dan pembesaran hati menjadi nyata. Kesulitan kadang kadang
dialami dalam membedakan syok pada DBD dengan sepsis, dalam hal ini trombositopenia
dan hemokonsentrasi disamping penilaian gejala klinis lain seperti tipe lama demam dapat
membantu.
Pada awal perjalanan penyakit dapat mencakup infeksi bakteri, virus atau infeksi
protozoa, seperti demam typhoid, campak, influenza, hepatitis demam chikungunya,
leptospirosis dan malaria. Adanya trombositopenia yang jelas dengan atau tanpa
hemokosentrasi dapat membedakan antara DBD dengan penyakit lain.
Pendarahan seperti petekie dan ekimosis juga ditemukan pada beberapa penyakit infeksi
misalnya sepsis, meningitis meningtokokus. Pendarahan dapat juga terjadi pada
leukemia atau anemia aplastik.
21
Pada sepsis penderita tampak sakit berat, demam naik turun dan ditemukan tanda-tanda
infeksi.
Idiopatic thrombocytopenic purpura (ITP) sulit dibedakan dari DBD derajat II, tetap
pada ITP demam cepat menghilang, tidak dijumpai homokonsentrasi, dan pada fase
penyembuhan DBD jumlah trombosit lebih cepat kembali normal dari ITP.
Pada leukemia demam tidak teratur, kalenjer limfe dapat teraba dan pasien sangat
anemis.
Demam dengue :
22
Penatalaksanaan
Mengingat pada saat awal pasien datang, kita belum selalu dapat menentukan
diagnosis DD/DBD dengan tepat, maka sebagai pedoman tatalaksana awal dapat dibagi
dalam 3 bagian, yaitu:[2]
1. Tatalaksana kasus tersangka DBD, termasuk kasus DD, DBD derajat I dan DBD
derajat II tanpa peningkatan kadar hematokrit.
2. Tatalaksana kasus DBD, termasuk kasus DBD derajat II dengan peningkatan kadar
hematokrit.
3. Tatalaksana kasus sindrom syok dengue, termasuk DBD derajat III dan IV.
23
24
Ensefalopati dengue
Terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat
juga terjadi pada DBD ang tidak di sertai syok. Gangguan metabolic seperti
hipoksemua, hiponatremia atau pendarahan dapat menjadi penyebab terjadinya
ensefalopati.
Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal sebagai akibat dari syok
yang tidak teratasi dengan baik.
Udema paru
Udema adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian cairan yang
berlebihan
25
Pencegahan
Demam berdarah dapat dicegah dengan memberantas jentik-jentik nyamuk Demam
Berdarah (Aedes aegypti) dengan cara melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk. Upaya ini
merupakan cara yang terbaik, ampuh, murah, mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat,
dengan cara sebagai berikut:
1. Kewaspadaan dini penyakit DBD, guna mencegah dan membatasi terjadinya
KLB/wabah penyakit dengan kegiatan 3M, yaitu
-
agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat itu.
Mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan,
seperti kaleng bekas, plastik dll. agar tidak menjadi tempat berkembang biak
nyamuk. Potongan bambu, tempurung kelapa, dan lain-lain agar dibakar bersama
sampah lainnya.
Lipatlah pakaian/kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap
disitu.
2. Pemberantasan vektor
-
ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal
ini setiap 2-3 bulan sekali.5
26
27
APRIL
2014
APRIL
2014
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, Balai penerbit FKUI, Jakarta 2008 : hal 155180
2. Guidelines for diagnosis,treatment,prevention and control,WHO,pdf, 2009: page 3-48
3. Hadinegoro S.R.H, Soegijanto S, dkk. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Direktorat
Jenderal
H.Prof.Dr.Sp
A.
Penyakit
Infeksi
tropik
pada
anak,Edisi
keduaEGC,2008: 122-147
7. Soeparman. Ilmu Penyakit Dalam Jilid l, edisi Kedua. Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
1993:16-24
8. Sutarya, Djajadiman Gatot, Hariarti S. Pramuljo. Demam Berdarah Dengue. Dalam Sri
Rezeki H. Hadinegoro, Hindra Irawan satari (penyunting). Naskah Lengkap Pelatihan
bagi Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Tatalaksana Kasus
DBD. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1999:32 124.
28
29
APRIL
2014