Anda di halaman 1dari 25

Topik : Nyeri Punggung bawah ( Low Back Pain )

Tanggal (kasus) : Presenter : dr. Dhita Adhisti


Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Imelda JS Tampubolon
Tempat presentasi : Aula RSUD Bengkulu Tengah
Objektif Kasus:

Penyegaran

Keilmuan
Deskripsi : Laki-laki usia 56 tahun datang dengan keluhan nyeri punggung sejak 1 minggu yang
lalu. Nyeri menjalar ke tungkai kiri bawah, pasien mengeluh nyeri meningkat bila berjalan. Riwayat
demam (-). 3 hari sebelum masuk RS nyeri bertambah parah, pasien menghindari aktivitas jalan.
BAB dan BAK dalam batas normal.
Tujuan : Manajemen Kasus
Bahan bahasan : Kasus
Cara Membahas : Presentasi dan Diskusi
Data Pasien :
Nama : Tn. Ahm
No. registrasi : 04 90 21
Datang ke IGD RSUD Bengkulu Tengah
Data utama untuk diskusi
Diagnosis :

Low Back Pain / Nyeri Punggung Bawah

Riwayat Pengobatan

Minum obat parasetamol yang dibeli di warung untuk nyeri ,


namun keluhan tidak membaik.

Riwayat Kesehatan

Riwayat Keluhan Serupa sebelumnya (-), DM (-), Alergi (-),


Hipertensi (-), asma (-), demam (-), Batu ginjal atau batu saluran
kemih (-).
Riwayat keluhan serupa (-), alergi (-), riwayat malaria (-),
riwayat DBD (+)
Penebang pohon
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TTV
TD : 120/80 mmHg
RR : 22x/menit, torakoabdominal
N : 80x/menit, reguler, isi cukup
T : 37,8 C, axilla

Riwayat Keluarga
Riwayat Pekerjaan
Lain-lain

Status Gizi
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan :165 cm
IMT
: 20,2 normoweight (normal: 18,5 - 25)
Status gizi
: baik
Status Generalis
Kulit
: warna kulit sawo matang, petekie (-)
Kepala : normocephal, distribusi rambut merata
Mata : konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/Telinga : normotia, MAE lapang, serumen -/-, sekret -/Hidung : bentuk normal, deviasi septum (-), sekret -/-,
epistaksis(-)
Mulut : mukosa bibir lembab, gusi berdarah (-), lidah kotor (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1 tenang,
faringAdhisti
hiperemis
Dr. Dhita
1 (-)
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Toraks : Dinding thoraks simetris saat statis dan dinamis, tidak
ada retraksi.

Dr. Dhita Adhisti

LOW BACK PAIN


2.1 Definisi

Dalam bahasa kedokteran Inggris, nyeri pinggang dikenal sebagai low back pain.
Nyeri Punggung Bawah atau Nyeri Pinggang (Low Back Pain) adalah nyeri di daerah
lumbosakral dan sakroiliaka.
Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah, dapat berupa nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri
yang berasal dari punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain, atau sebaliknya nyeri yang
berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain). NPB pada
hakekatnya merupakan keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik.
Masalah NPB meliputi banyak aspek, bukan hanya penderitaan akibat nyeri yang
dialami, tapi juga menimbulkan pemborosan ekonomi dan peningkatan biaya kesehatan.

Gambar 1. Low Back Pain

2.2 Anatomi Punggung Bagian Bawah


Dr. Dhita Adhisti

Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas
korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain
oleh ligamen longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kokoh dan terdiri
atas masing-masing arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu sama lain oleh
berbagai ligament di antaranya ligament interspinal, ligament intertansversa dan ligament
flavum. Pada prosesus spinosus dan transverses melekat otot-otot yang turut menunjang dan
melindungi kolum vertebra.
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari segmen
anterior dan posterior.
a. Segmen anterior, sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai penyangga
badan. Segmen ini meliputi korpus vertebrata dan diskus intervebralis yang
diperkuat oleh ligamentum longitudinale anterior di bagian depan dan limentum
longitudinale posterior di bagian belakang. Sejak dari oksiput, ligament ini
menutup seluruh bagian belakang diskus. Mulai L1 gamen ini menyempit, hingga
pada daerah L5-S1 lebar ligament hanya tinggal separuh asalnya.
b. Segmen posterior, dibentuk oleh arkus, prosesus transverses dan prosesus
spinosus. Satu dengan lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat
oleh ligament serta otot.

Struktur lain yang tak kalah pentingnya dalam persoalan NPB adalah discus
intervertebra. Di samping berfungsi sebagai penyangga beban, discus berfungsi pula sebagai
peredam kejut. Diskus ini terbentuk oleh annulus fibrosus yang merupakan anyaman seratserat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip gentong. Tepi atas dan bawah gentong
melekat pada end plate vertebra, sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar vertebra.
Rongga ini berisi nukleus pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak
mengandung air.
Secara anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L1 sampai seluruh tulang
sacrum dan otot-otot sekitarnya. Dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Dr. Dhita Adhisti

Gbr 2. Tulang Belakang ( Kolumna Vertebralis )

Gambar 3. Tulang Belakang

Dr. Dhita Adhisti

Gbr 4. Struktur Tulang Belakang


2.3 Asal dan Sifat Nyeri Pinggang
Nyeri punggung bawah dapat dibagi dalam enam jenis, yaitu:
2.3.1. Nyeri punggung lokal.
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke
kanan dan ke kiri. Dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otototot paraspinal, korpus vertebra, artikulasio dan ligament.
2.3.2. Iritasi pada radiks.
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan terasa pada dermatom yang
bersangkutan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi
motoris. Iritasi dapat disebabkan proses desak ruang yang bias terletak pada foramen
intervertebra atau dalam kanalis vertebra.

Dr. Dhita Adhisti

2.3.3. Nyeri acuan somatik


Iritasi serabut-serabut sensoris di permukaan dapat dirasakan di bagian lebih dalam
pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian lebih dalam
dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.
2.3.4. Nyeri acuan
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitoneum, intraabdomen atau di dalam ruang
panggul yang dirasakan di daerah punggung.
2.3.5. Nyeri karena iskemia.
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat
dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Biasanya disebabkan
oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteria iliaka komunis.

2.3.6. Nyeri psikogen


Rasa nyeri tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom dengan
reaksi fasial yang sering berlebihan.
2.4. Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah
2.4.1. Klasifikasi Menurut Penyebabnya
Nyeri punggung bawah menurut penyebabnya diklasifikasikan sebagai berikut:
a. NPB traumatik
Lesi traumatik dapat disamakan dengan lesi mekanik. Pada daerah punggung bawah,
semua unsur susunan neuromuskoletal dapat terkena oleh trauma.

Dr. Dhita Adhisti

a.1. Trauma pada unsur miofasial


Setiap hari beribu-ribu orang mendapat trauma miofasial, mengingat banyaknya
pekerja kasar yang gizinya kurang baik dengan kondisi kesehatan badan yang kurang
optimal. Juga di kalangan sosial yang serba cukup atau berlebihan keadaan tubuh
tidak optimal karena kegemukan, terlalu banyak duduk dan terlalu kaku karena tidak
mengadakan gerakan-gerakan untuk mengendurkan urat dan ototnya. NPB jenis ini
disebabkan oleh lumbosakral strain dan pembebanan berkepanjangan yang mengenai
otot, fasia dan atau ligament.
a.2. Trauma pada komponen keras
Akibat trauma karena jatuh fraktur kompresi dapat terjadi di vertebrata torakal bawah
atau vertebra lumbal atas. Fraktur kompresi dapat terjadi juga pada kondisi tulang
belakang yang patalogik. Karena trauma yang ringan (misal jatuh terduduk dari kursi
pendek), kolumna vertebralis yang sudah osteoporotik mudah mendapat fraktur
kompresi.Akibat trauma dapat terjadi spondilolisis atau spondilolistesis. Pada
spondilolisis istmus pars interartikularis vertebrae patah tanpa terjadinya korpus
vertebra. Spondilolistesis adalah pergeseran korpus vertebra setempat karena fraktur
bilateral dari istmus pars interartikularis vertebra. Pergeserannya diderajatkan sampai
IV. Kalau hanya 25% dari korpus vertebra yang tergeser ke depan, maka
spondolistesisnya berderajat I. Pada pergeserannya secara mutlak, keadaannya dikenal
sebagai spondilolistesis derajat IV. Pada umumnya spondilolistesis terjadi pada L.4
atau L.5.

b.

NPB akibat proses degeneratif

b.1. Spondilosis
Perubahan degeneratif pada vertebra lumbosakralis dapat terjadi pada korpus vertebra
berikut arkus dan prosesus artikularis serta ligament yang menghubungkan bagianbagian ruas tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu proses ini dikenal sebagai
osteoatritis deformans, tapi kini dinamakan spondilosis.
Dr. Dhita Adhisti

Pada spondilosis terjadi rarefikasi korteks tulang belakang, penyempitan discus dan
osteofit-osteofit yang dapat menimbulkan penyempitan dariforamina intervetebralis.
b.2. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Perubahan degeneratif dapat juga mengenai annulus fibrosus discus intervertebralis
yang bila pada suatu saat terobek yang dapat disusul dengan protusio discus
intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus (HNP). HNP
paling sering mengenai discus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5.
b.3. Osteoatritis
Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif ialah kartilago
artikularisnya, yang dikenal sebagai osteoatritis. Pada osteoatritis terjadi degenerasi
akibat trauma kecil yang terjadi berulang-ulang selama bertahun-tahun. Terbatasnya
pergerakan sepanjang kolumna vertebralis pada osteoatritis akan menyebabkan
tarikan dan tekanan pada otot-otot/ ligament pada setiap gerakan sehingga
menimbulkan NPB.
b.4. Stenosis Spinal
Vertebrata lumbosakralis yang sudah banyak mengalami penekanan, penarikan,
benturan dan sebagainya dalam kehidupan sehari-hari seseorang, sudah tentu akan
memperlihatkan banyak kelainan degeneratif di sekitar discus intervertebralis dan
persendian fasetal posteriornya. Pada setiap tingkat terdapat tiga persendian, yaitu
satu di depan yang dibentuk oleh korpus vertebra dengan discus intervertebralis dan
dua di belakang yang dibentuk oleh prosesus artularis superior dan inferior kedua
korpus vertebra yang ada di atas dan di bawah discus intervertebralis tersebut.
Kelainan degeneratif yang terjadi di sekitar ketiga persendian itu berupa osteofit dan
profilerasi jaringan kapsel persendian yang kemudian mengeras (hard lesion).
Bangunan degeneratif itu menyempitkan lumen kanalis intervertebralis setempat dan
menyempitkan foramen intervertebra.

Dr. Dhita Adhisti

c. NPB akibat penyakit inflamasi


c.1. Artritis rematoid
Artritis rematoid termasuk penyakit autoimun yang menyerang persendian tulang.
Sendi yang terjangkit mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri
dan kemudian sendi mengalami kerusakan. Akibat sinovitis (radang pada sinovium)
yang menahun, akan terjadi kerusakan pada tulang rawan, sendi, tulang, tendon, dan
ligament di sendi.
c.2. Spondilitis angkilopoetika
Kelainan pada artikus sakroiliaka yang merupakan bagian dari poliartritis rematoid
yang juga didapatkan di tempat lain. Rasa nyeri timbul akibat terbatasnya gerakan
pada kolumna vertebralis , artikulus sakroiliaka, artikulus kostovertebralis dan
penyempitan foramen intervertebralis.
d. NPB akibat gangguan metabolisme.
Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik tulang yang ditandai oleh
menurunnya massa tulang, oleh karena berkurangnya matriks dan mineral tulang disertai
dengan kerusakan mikro arsitektur dari jaringan tulang, dengan akibat menurunnya kekuatan
tulang, sehingga terjadi kecenderungan tulang mudah patah. Menurunnya massa tulang dan
memburuknya arsitektur jaringan tulang ini, berhubungan erat dengan proses remodeling
tulang. Pada proses remodeling, tulang secara kontinyu mengalami penyerapan dan
pembentukan. Hal ini berarti bahwa pembentukan tulang tidak terbatas pada fase
pertumbuhan saja, akan tetapi pada kenyataannnya berlangsung seumur hidup. Sel yang
bertanggung jawab untuk pembentukan tulang disebut osteoblas, sedangkan osteoklas
bertanggung jawab untuk penyerapan tulang.
Pembentukan tulang terutama terjadi pada masa pertumbuhan. Pembentukan dan
penyerapan tulang berada dalam keseimbangan pada individu berusia sekitar 30 - 40 tahun.
Keseimbangan ini mulai terganggu dan lebih berat ke arah penyerapan tulang ketika wanita
mencapai menopause. Pada osteoporosis akan terjadi abnormalitas bone turnover, yaitu
Dr. Dhita Adhisti

10

terjadinya proses penyerapan tulang lebih banyak dari pada proses pembentukan tulang.
Peningkatan proses penyerapan tulang dibanding pembentukan tulang pada wanita
pascamenopause antara lain disebabkan oleh karena defisiensi hormon estrogen, yang lebih
lanjut akan merangsang keluarnya mediator-mediator yang berpengaruh terhadap aktivitas sel
osteoklas, yang berfungsi sebagai sel penyerap tulang. Jadi yang berperan dalam terjadinya
osteoporosis secara langsung adalah jumlah dan aktivitas dari sel osteoklas untuk menyerap
tulang, yang dipengaruhi oleh mediatormediator, yang mana timbulnya mediator-mediator ini
dipengaruhi oleh kadar estrogen.
NPB pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali disebabkan oleh
osteoporosis. Sakitnya bersifat pegal. Nyeri yang tajam atau radikular merupakan keluhan.
Dalam hal itu terdapat fraktur kompresi yang menjadi komplikasi osteoporosis tulang
belakang.

e. NPB akibat neoplasma.


e.1. Tumor benigna
Osteoma osteoid yang bersarang di pedikel atau lamina vertebra dapat mengakibatkan
nyeri hebat yang dirasakan terutama pada malam hari
Hemangioma merupakan tumor yang berada di dalam kanalis vertebralis dan dapat
membangkitkan NPB. Meningioma merupakan suatu tumor intadural namun
ekstramedular. Tumor ini dapat menjadi besar sehingga menekan pada radiks-radiks.
Maka dari itu tumor ini seringkali membangkitkan nyeri hebat pada daerah
lumbosakral.

e.2. Tumor maligna


Tumor ganas di vertebra lumbosakralis dapat bersifat primer dan sekunder. Tumor
primer yang sering dijumpai adalah mieloma multiple. Tumor sekunder yaitu tumor
metastatik mudah bersarang di tulang belakang, oleh karena tulang belakang kaya
Dr. Dhita Adhisti

11

akan pembuluh darah. Tumor primernya bisa berada di mama, prostate, ginjal, paru
dan glandula tiroidea.
f. NPB akibat kelainan kongenital.
Lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus vertebra lumbalis merupakan variasi
anatomik yang tidak mengandung arti patologik. Demikian juga sakralisasi, yaitu adanya 4
bukan 5 korpus vertebra lumbalis. Pada lumbalisasi lumbosakral strain lebih mudah terjadi
oleh karena adanya 6 ruas lumbosakral, bagian lumbal kolum vertebral seolah-olah menjadi
lebih panjang, hingga tekanan dan tarikan pada daerah lumbal pada tiap gerakan lebih besar
daripada orang normal. Beban yang lebih berat pada otot-otot dan ligament sering
menimbulkan NPB.
g. NPB sebagai referred pain.
Walaupun benar bahwa NPB dapat dirasakan seorang penderita ulkus peptikum,
pankreatitis, tumor lambung, penyakit ginjal dan seterusnya, namun penyakit penyakit
visceral menghasilkan juga nyeri abdominal dengan manifestasi masing-masing organ
yang terganggu.
NPB yang bersifar referred pain memiliki ciri-ciri khas yaitu:
g.1 Nyeri hanya dirasakan berlokasi di punggung bawah
g.2. Daerah lumbal setempat tidak memperlihatkan tanda-tanda abnormal, yakni tidak
ada nyeri tekan, tidak ada nyeri gerak, tidak ada nyeri isometrik dan motalitas
punggung tetap baik. Walaupun demikian sikap tubuh mempengaruhi bertambah atau
meredanya referred pain.
g.3. Referred pain lumbal ada kalanya merupakan ungkapan dini satu-satunya
penyakit visceral.
g.4. Dalam tahap klinis dan selanjutnya, penyakit visceral mengungkapkan adanya
keadaan patologik melalui manifestasi gangguan fungsi dan referred pain di daerah
lumbal.
h. NPB psikoneurotik.
Dr. Dhita Adhisti

12

Beban psikis yang dirasakan berat oleh penderita, dapat pula bermanifestasi sebagai
nyeri punggung karena menegangnya otot-ototnya. NPB karena problem psikoneuretik
misalnya disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah
psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan
kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitan NPB dengan patologi organik
maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya.
Ada 3 jenis keluhan NPB pada penderita psikoneurotik. Yang pertama ialah seorang
histerik. Ia sungguh-sungguh merasakan sakit di pinggang, tetapi sakit pinggangnya
merupakan ungkapan penderitaan mentalnya kepada dunia luar. Yang kedua ialah seorang
pengeluh . Dalam hidupnya banyak waktu terbuang untuk merengek rengek saja. Letaknya
nyerinya berubah ubah, misal di kepala, lain kali perutnya kembung, punggung bawah sakit
dan seterusnya. Penyakitnya adalah sekaligus hobinya. Dan yang ketiga adalah seorang yang
dengan keluhannya hendak memperoleh uang ganti rugi. Dan sakit pinggangnya dikenal
sebagai NPB kompensantorik.
j. Infeksi
Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan infeksi akut
misalnya kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus). NPB yang disebabkan infeksi kronik
misalnya spondilitis TB.

2.4.2. Diagnosis Banding


Berdasarkan penyebab NPB yang telah dijelaskan, masing-masing penyebab tersebut
dapat dikategorikan kedalam beberapa diagnosis banding antara lain:
a. NPB Mekanikal
NPB akibat kondisi mekanik antara lain: kongenital, degeneratif, trauma dan gangguan
mekanik, dan gangguan metabolik.
Dr. Dhita Adhisti

13

b. NPB Nonmekanikal
NPB akibat kondisi nonmekanik antara lain: radang, tumor, infeksi, dan problem
psikoneurotik.
c. NPB Penyakit Viseral
NPB karena penyakit viseral adalah penyakit yang berhubungan dengan organ pelvis dan
alat-alat dalam lain misal nephrolitiasis, pyelenopritis, aortic anyeurym, dll.
2.5. Epidemiologi NPB
2.5.1. Distribusi NPB
a. Menurut Orang

Pada umumnya sekitar 70-80% orang dewasa diestimasikan akan pernah menderita Nyeri
Punggung Bawah dalam hidup mereka. Insidensi nyeri pinggang di negara berkembang lebih
kurang 15-20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut
maupun kronik.
Hasil penelitian Perdossi (2001) pada 44 pasien penderita NPB di Jakarta diketahui
bahwa kelompok umur pria yang sering menderita NPB adalah kelompok umur 30-39 tahun,
sedangkan pada wanita adalah kelompok umur 50-59 tahun.
Berdasarkan penelitian Tavafian SS, et al (2004) pada 101 wanita penderita NBP di Iran
diperoleh umur rata-rata wanita yang menderita NPB adalah 44 tahun dengan berat badan
rata-rata 69 kg.
b. Menurut Tempat dan Waktu

Nyeri Punggung Bawah adalah masalah yang banyak dihadapi oleh banyak negara dan
menimbulkan banyak kerugian.16 Berdasarkan data dari penelitian Picavet dan Schouten
Dr. Dhita Adhisti

14

(2001) untuk melihat prevalensi nyeri muskoletal (termasuk NPB) pada beberapa negara di
dunia, diketahui prevalensi penderita NPB di Swedia pada tahun 1998 adalah sebesar 56%,
Norwegia pada tahun 1997 sebesar 21,6%, Spanyol pada tahun 1999 sebesar 23,7%, dan di
Belanda pada tahun 2001 adalah sebesar 26,9% dari total populasi.
Pada tahun 1998, prevalensi penderita NPB di Inggris adalah 40% dalam 1 tahun terakhir.
Ada sedikit peningkatan dibandingkan tahun 1996 dengan prevalensi NPB 35%. Pada tahun
1992 prevalensi NPB hanya 10%.
Menurut Altinel Levent, et al (2008), prevalensi penduduk Turki menderita NPB adalah
51% selama hidup mereka.
Di Rumah sakit Dr. Kariadi Semarang, proporsi pasien baru yang berkunjung di Divisi
Rehabilitasi Medik pada tahun 1995 adalah sebanyak 20% (276 orang) dengan keluhan NPB
dengan 5 orang harus menjalani operasi. Pada bulan Mei tahun 2000 di tempat yang sama
didapatkan 52 penderita (5%) NPB dari 1092 pasien baru yang berkunjung di RS ini. 23
Menurut Harsono (1991) di rawat jalan unit penyakit saraf RSUP Dr. Sardjito, penderita NPB
meliputi kurang dari 5,5% dari jumlah pengunjung, sementara proporsi NPB rawat inap 89%.
2.5.2. Determinan Nyeri Punggung Bawah
Faktor pencetus untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin, obesitas, pekerjaan,
faktor psikososial, riwayat cedera punggung sebelumnya, aktivitas/ olahraga dan kebiasaan
merokok.
a. Usia
Usia merupakan faktor yang memperberat terjadinya NPB, sehingga biasanya diderita
oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya
sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda. Penelitian telah memperlihatkan bahwa
resiko dari NPB meningkat pada pasien yang semakin tua, tetapi ketika mencapai usia
sekitar 65 tahun resiko akan berhenti meningkat. Tetapi saat ini sering ditemukan orang
berusia muda sudah terkena NPB. Bahkan anak-anak dan remaja saat ini ini semakin
Dr. Dhita Adhisti

15

beresiko mengalami nyeri punggung akibat menghabiskan terlalu banyak waktu


membungkuk di depan komputer atau membawa tas sekolah yang berat dari dan ke
sekolah.
Dalam penelitian Louw, Q.A, et al (2007) di Afrika ditemukan bahwa populasi yang
paling banyak menderita NPB meliputi kelompok usia pekerja/ produktif (48%).
Kelompok usia sekolah yang menderita NPB adalah 15% dari total penderita NPB.
Prevalensi anak-anak dan remaja untuk menderita NPB adalah 33% sedangkan prevalensi
orang dewasa menderita NBP adalah 50%.
Menurut penelitian Jones, G.T (2004) di Inggris ditemukan bahwa pada anak-anak
dan remaja memiliki resiko yang sama seperti orang dewasa dalam menderita NPB
dengan prevalensi 70-80%. Walaupun banyak kasus anak-anak yang dilaporkan aktivitas
sehari-harinya terhambat karena menderita NPB, namun gangguan serius/parah jarang
ditemukan sehingga konsultasi kesehatan dan rawat inap masih jarang dilakukan.
b. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri
punggung bawah sampai umur 60 tahun. Namun pada kenyataannya jenis kelamin
seseorang dapat mempengaruhi timbulnya NPB, karena pada wanita keluhan ini lebih
sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses
menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan
hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya NPB.
Berdasarkan penelitian Altinel, Levent, et al (2007) di Turki didapatkan bahwa
prevalensi NPB pada perempuan adalah 63,2% dan pada laki-laki sebesar 33,8%
setidaknya satu kali dalam hidup mereka untuk menderita NPB.
c. Obesitas
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih, risiko timbulnya NPB lebih
besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat
memungkinkan terjadinya NPB.
Obesitas dapat diukur dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan
rumus BB(kg)/TB2(m). WHO telah menetapkan standar obesitas pada orang Asia yaitu
dengan ukuran IMT 25kg/m2.
Dr. Dhita Adhisti

16

Inggris memiliki prevalensi obesitas yang pertumbuhannya paling cepat di negara


Barat dan hal ini mungkin berperan terhadap masalah punggung pada tahun-tahun yang
akan datang. Frekuensi obesitas orang dewasa hampir empat kali lipat dalam 25 tahun
terakhir. Tiga perempat orang Inggris memiliki berat badan berlebih. 25
Menurut penelitian Putri Perdani (2010) dengan desain penelitian kasus
kontrol terhadap 110 responden didapat orang yang mempunyai postur tubuh piknik
beresiko 6,9 kali (OR=6,9 ) untuk timbulnya nyeri punggung bawah. Dengan adanya
berat badan berlebih, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan
tekanan pada daerah tersebut meningkat.
d. Pekerjaan
Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka
terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan
berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis. Oleh
karena itu, riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab NPB.
Berdasarkan penelitian Punnet Laura, et al (2005) dengan desain Kohort pada 1.404
subjek, diperoleh bahwa kategori pekerjaan pekerja sales (RR=1,38) operator
(RR=2,39), pekerja pelayanan jasa (RR=2,67), dan petani (RR=5,17) memiliki
hubungan dalam menimbulkan NPB.
e. Faktor Psikososial
Berbagai faktor psikologis dan sosial dapat meningkatkan risiko NPB.
Kecemasan, depresi, stress, tanggung jawab, ketidakpuasan kerja, mental, stress di
tempat kerja dapat menempatkan orang-orang pada peningkatan risiko NPB kronis.
kali lipat dalam 25 tahun terakhir. Tiga perempat orang Inggris memiliki berat badan
berlebih.
Menurut penelitian Putri Perdani (2010) dengan desain penelitian kasus
kontrol terhadap 110 responden didapat orang yang mempunyai postur tubuh piknik
beresiko 6,9 kali (OR=6,9 ) untuk timbulnya nyeri punggung bawah. Dengan adanya
berat badan berlebih, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan
tekanan pada daerah tersebut meningkat.
Dr. Dhita Adhisti

17

Menurut penelitian Muto Shigeki et al (2005) di Jepang pada 975 subjek yang
bekerja sebagai guru sekolah dengan desain penelitian cross sectional didapatkan
bahwa jumlah kasus guru berjenis kelamin pria yang menderita NPB dan mengalami
depresi dalam pekerjaannya ada sebanyak 58 kasus (59,2% dibandingkan dengan
jumlah subjek pria seluruhnya), sedangkan guru perempuan penderita NPB yang
mengalami depresi dalam pekerjaan ada sebanyak 121 kasus (59,9% dibandingkan
dengan jumlah seluruh guru wanita yang diteliti). Berdasarkan penelitian tersebut,
kasus NPB yang dilaporkan dengan gejala depresi jumlahnya lebih banyak (proporsi
60%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami depresi.
f. Riwayat cedera/trauma
Satu-satunya alat prediksi terbaik NPB adalah riwayat cedera/trauma.
Seseorang yang pernah mengalami cedera/trauma sebelumnya beresiko untuk
mengalami NPB dikarenakan faktor kekambuhan atau karena cedera tersebut
berlangsung kronis.
g. Aktivitas/ olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab NPB yang sering tidak disadari
oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan
seseorang seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah
dapat menyebabkan NPB. Misalnya seorang pelajar/ mahasiswa yang seringkali
membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi tidur yang salah seperti
tidur pada kasur yang tidak menopang tulang belakang.
Posisi mengangkat beban dengan berdiri lalu langsung membungkuk
mengambil beban merupakan posisi yang salah.
Selain sikap tubuh yang salah yang sering kali menjadi kebiasaan, beberapa
aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam
sehari, melakukan aktivitas dengan duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam
sehari, dapat pula meningkatkan resiko timbulnya NPB.

Dr. Dhita Adhisti

18

Pada penelitian Putri Perdiani (2010) dengan desain penelitian kasus kontrol
terhadap 110 responden didapat bahwa posisi duduk memiliki hubungan yang
bermakna dengan nyeri punggung bawah (OR= 6,01), orang yang mempunyai posisi
duduk beresiko 6,01 kali untuk timbulnya NPB. 26
h. Merokok.
Perokok lebih beresiko terkena NPB dibandingkan dengan yang bukan
perokok. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen ke cakram
dan berkurangnya oksigen darah akibat nikotin terhadap penyempitan pembuluh
darah arteri.
Menurut penelitian Sarnad, Nurul I, dkk (2010) di Malaysia ditemukan bahwa
perokok beresiko 1,32 kali (OR=1,32) untuk menderita NPB dibandingkan dengan
yang bukan perokok.
2.6. Pencegahan Nyeri Punggung Bawah
2.6.1. Pencegahan Primer.
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang
sehat (tetap memiliki faktor resiko) agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi
sakit. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan:
a.

Lakukan aktivitas yang cukup yang tidak terlalu berat.

b. Selalu duduk dalam posisi yang tepat.Duduk harus tegap, sandaran tempat duduk
harus tegak lurus, tidak boleh melengkung. Posisi duduk berarti membebani tulang
belakang 3-4 kali berat badan, apalagi duduk dalam posisi yang tidak tepat. Sementara
pada posisi berdiri, punggung hanya dibebani satu setengah kali berat badan normal.
c.

Jangan terlalu lama duduk. Untuk orang normal, cukup satu setengah jam hingga dua
jam. Setelah itu, sebaiknya berdiri dan lakukan peregangan dan duduk lagi lima menit
kemudian.

Dr. Dhita Adhisti

19

d.

Jangan membungkuk ketika berdiri atau duduk. Ketika berdiri, jaga titik berat badan
agar seimbang pada kaki. Saat bekerja di rumah atau di kantor, pastikan permukaan
pekerjaan berada pada ketinggian yang nyaman untuk bekerja.

e.

Jika tidur, pilih tempat tidur yang baik, misalnya yang memiliki matras (kasur) yang
kuat (firm), sehingga posisi tidur tidak melengkung. Yang paling baik adalah tidur
miring dengan satu bantal di bawah kepala dan dengan lutut yang dibengkokkan. Bila
tidur terlentang sebaiknya diletakkan bantal kecil di bawah lutut.

f.

Lakukan olah raga teratur. Pilih olah raga yang berfungsi menguatkan otot-otot perut
dan tulang belakang, misalnya sit up. Postur tubuh yang baik akan melindungi dari
cedera sewaktu melakukan gerakan, karena beban disebarkan merata keseluruh bagian
tulang belakang.

g. Berjalan rileks dengan sikap tubuh tegak.


h. Bila mengendarai mobil, jok mobil jangan terlalu digeser ke belakang hingga posisi
tungkai hampir lurus
i. Kenakan sepatu yang nyaman dan bertumit rendah.
j. Jangan mengangkat dengan membungkuk. Angkat objek dengan menekuk lutut dan
berjongkok untuk mengambil objek. Jaga punggung lurus dan terus dekatkan objek ke
tubuh. Hindari memutar tubuh saat mengangkat. Lebih baik mendorong daripada
menarik ketika harus memindahkan benda berat. Minta bantuan orang lain bila
mengangkat benda yang berat.
k. Jaga nutrisi dan diet yang tepat untuk mengurangi dan mencegah berat badan
berlebihan, terutama lemak di sekitar pinggang. Diet harian yang cukup kalsium,
fosfor, dan vitamin D membantu menjaga pertumbuhan tulang baru.
l. Berhenti merokok. Merokok mengurangi aliran darah ke tulang punggung bagian
bawah dan menyebabkan cakram tulang belakang mengalami degenerasi.
2.6.2. Pencegahan Sekunder
`
Dr. Dhita Adhisti

20

Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghindarkan komplikasi dan


mengurangi ketidakmampuan pada orang yang telah sakit. Pencegahan sekunder ini dapat
dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan pengadaan pengobatan yang
cepat dan tepat.
a. Diagnosis Klinis NPB
Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan
umum, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.

a.1. Anamnesis
Mengingat struktur punggung bawah yang sangat berdekatan dengan organ lain yang
terletak di dalam rongga perut serta rongga pelvis, dan juga mengingat banyaknya
faktor penyebab NPB, maka anamnesis terhadap setiap keluhan NPB akan merupakan
sederetan daftar pertanyaan yang harus diajukan kepada penderita atau pengantarnya.
Daftar pertanyaan tersebut diharapkan dapat mengurangi adanya kemungkinan hal-hal
yang terlewatkan dalam anamnesis. Daftar pertanyaan tersebut antara lain apakah
terjadi secara akut atau kronis, disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung,
mengalami gangguan tidur, menstruasi atau libido, disertai nyeri pada tungkai atau
menjalar ke tungkai, diperberat oleh batuk/bersin, memiliki riwayat tuberkulosis,
keganasan/operasi tumor, kencing batu, klaudikasio intermitten, bekerja dengan sikap
yang salah atau mengejan kuat, memiliki perasaan cemas atau gelisah, memiliki
riwayat demam atau gangguan buang air kecil/besar, atau memiliki rasa kesemutan
pada tungkai.
Anamnesis NPB mempunyai kerangka acuan tertentu minimal harus meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

Letak atau lokasi nyeri


b) Penyebaran nyeri
Sifat nyeri
Pengaruh aktivitas terhadap nyeri
Pengaruh posisis tubuh atau anggota tubuh
Trauma
Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya
Obat-obat analgetika yang pernah diminum
Kemungkinan adanya proses keganasan
Dr. Dhita Adhisti

21

j) Riwayat menstruasi
k) Kondisi mental/emosional
a.2. Pemeriksaan Umum
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a) Inspeksi
b) Palpasi dan perkusi
c) Pemeriksaan tanda vital (vital sign).
a.3. Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan neurologik meliputi pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologik
dan patologik, serta percobaan-percobaan atau test untuk menentukan apakah sarafnya ada
yang mengalami kelainan.
a.4. Pemeriksaan dengan alat-alat
a) Yang dimaksud dengan pemeriksaan alat-alat disini ialah neuroimaging dengan
menggunakan alat-alat seperti foto polos vertebra lumbosakral, Bone scan,
mielografi, CT Scan (Computerized Tomography), MRI (MagneticResonance
Imaging), ultrasonografi, biopsi tertutup vertebra lumbal, densitometri tulang.
b. Pengobatan NPB
Pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi NPB: konservatif dan operatif.
a. Terapi konservatif meliputi rehat baring (bed rest), mobilisasi, medikamentosa,
fisioterapi, dan traksi pelvis.
1) Pada rehat baring, penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama
beberapa hari dengan sikap tertentu. Tidur di atas tempat tidur dengan alas
keras dan atau bisa juga dengan posisi semi Flowler. Posisi ini berguna untuk
mengelimir gravitasi, mempertahankan kurvatura anatomi vertebra, relaksasi
otot, mengurangi hiperlordosis lumbal, dan mengurangi tekanan intradiskal.
Dr. Dhita Adhisti

22

2) Mobilisasi, pada fase permulaan, mobilisasi dilakukan dengan bantuan korset.


Manfaat pemakaian korset adalah untuk membatasi gerak, mengurangi
aktivitas otot (relaksasi otot), membantu mengurangi beban terhadap vertebra
dan otot paraspinal, dan mendukung vertebra dengan peninggian tekanan intra
abdominal. Mobilisasi sebaiknya dimulai dengan gerakan-gerakan ringan
untuk jangka pendek. Kemudian diperberat dan diperlama.
3) Pada medikamentosa, ada dua jenis obat dalam tatalaksana NPB ini, ialah obat
yang bersifat simtomatik dan yang bersifat kausal.
4) Pada fisioterapi, biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan
jangkauan

permukaan yang lebih dalam). Terapi panas bertujuan untuk

memperbaiki sirkulasi lokal, merelaksasi otot, memperbaiki extensibilitas


jaringan ikat.
5) Traksi pelvis, bermanfaat untuk relaksasi otot, memperbaiki lordosis serta
memaksa penderita melakukan tirah baring total. Bukti-bukti menunjukkan
bahwa traksi tidak bermanfaat untuk meregangkan discus yang menyempit.
Traksi pelvis dilarang dilakukan jika ada infeksi tulang, keganasan tulang,
adanya kompresi mielum. Beban yang umum digunakan berkisar antara 10-25
kg.
b. Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif selama 2-3 minggu
tidak memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung
mengakibatkan defisit neurologik.
2.6.3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi komplikasi dan mengadakan
rehabilitasi. Rehabilitasi bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisik dan menolong
penderita NPB agar lebih memperhatikan cara mengatasi masalah dan dapat
menjalani kehidupan yang lebih normal.

Dr. Dhita Adhisti

23

a. Selama masa penyembuhan sebaiknya penderita NPB menghindari pekerjaan atau


aktivitas berat.
b. Menghindari masalah psikis misalnya depresi, kecemasan, atau stress yang dapat
memicu atau memperberat kembali terjadinya NPB.
c. Bagi penderita NPB yang mengalami obesitas sebaiknya melakukan diet untuk
menurunkan berat badan.
d. Untuk mengurangi dissabilitas dan perbaikan fungsional direkomendasikan
dengan program back exercise.
e. Membiasakan diri dengan postur tubuh dan sikap tubuh yang benar.
f.

Menggunakan perabotan yang dibuat berdasarkan prinsip ergonomik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adams and Victors Principle of Neurology, 9 th edition. US : MC-Graw Hill
2012.
2. America Fauci, Braunwald. Harrison Internal Medicine. 2007. US : McGraw
Hills Access Medicine
3. American Academy of Orthopaedics Surgeon. Lumbar Disk herniation. AAOS
Home : 2009.
4. Goldman, Ausiello. Cecil medicine 23rd Edition. Elsevier Saunders : 2006.
Dr. Dhita Adhisti

24

5. Hill Mc-Graw. Current medical Diagnosi & Treatment. 2006. UK.


6. Rempe Yosefina. Kesesuaian Derajat Penekanan Radiks Saraf Pada MRI
Lumbosakral Dengan Derajat Nyeri Skiatika Berdasarkan VAS Pada Penderita
hernia Nukleus Pulposus. Fakultas Kedokteran Hasanudin Sulawesi Utara : 2010.
7. Roenn Jaime, Paice Judith, Preodor Michael. Current Diagnosis and Treatment
Pain 1st edition. US : Mc-Graw Hill 2012.

Dr. Dhita Adhisti

25

Anda mungkin juga menyukai