Penyegaran
Keilmuan
Deskripsi : Laki-laki usia 56 tahun datang dengan keluhan nyeri punggung sejak 1 minggu yang
lalu. Nyeri menjalar ke tungkai kiri bawah, pasien mengeluh nyeri meningkat bila berjalan. Riwayat
demam (-). 3 hari sebelum masuk RS nyeri bertambah parah, pasien menghindari aktivitas jalan.
BAB dan BAK dalam batas normal.
Tujuan : Manajemen Kasus
Bahan bahasan : Kasus
Cara Membahas : Presentasi dan Diskusi
Data Pasien :
Nama : Tn. Ahm
No. registrasi : 04 90 21
Datang ke IGD RSUD Bengkulu Tengah
Data utama untuk diskusi
Diagnosis :
Riwayat Pengobatan
Riwayat Kesehatan
Riwayat Keluarga
Riwayat Pekerjaan
Lain-lain
Status Gizi
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan :165 cm
IMT
: 20,2 normoweight (normal: 18,5 - 25)
Status gizi
: baik
Status Generalis
Kulit
: warna kulit sawo matang, petekie (-)
Kepala : normocephal, distribusi rambut merata
Mata : konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/Telinga : normotia, MAE lapang, serumen -/-, sekret -/Hidung : bentuk normal, deviasi septum (-), sekret -/-,
epistaksis(-)
Mulut : mukosa bibir lembab, gusi berdarah (-), lidah kotor (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1 tenang,
faringAdhisti
hiperemis
Dr. Dhita
1 (-)
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Toraks : Dinding thoraks simetris saat statis dan dinamis, tidak
ada retraksi.
Dalam bahasa kedokteran Inggris, nyeri pinggang dikenal sebagai low back pain.
Nyeri Punggung Bawah atau Nyeri Pinggang (Low Back Pain) adalah nyeri di daerah
lumbosakral dan sakroiliaka.
Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah, dapat berupa nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri
yang berasal dari punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain, atau sebaliknya nyeri yang
berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain). NPB pada
hakekatnya merupakan keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik.
Masalah NPB meliputi banyak aspek, bukan hanya penderitaan akibat nyeri yang
dialami, tapi juga menimbulkan pemborosan ekonomi dan peningkatan biaya kesehatan.
Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas
korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain
oleh ligamen longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kokoh dan terdiri
atas masing-masing arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu sama lain oleh
berbagai ligament di antaranya ligament interspinal, ligament intertansversa dan ligament
flavum. Pada prosesus spinosus dan transverses melekat otot-otot yang turut menunjang dan
melindungi kolum vertebra.
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari segmen
anterior dan posterior.
a. Segmen anterior, sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai penyangga
badan. Segmen ini meliputi korpus vertebrata dan diskus intervebralis yang
diperkuat oleh ligamentum longitudinale anterior di bagian depan dan limentum
longitudinale posterior di bagian belakang. Sejak dari oksiput, ligament ini
menutup seluruh bagian belakang diskus. Mulai L1 gamen ini menyempit, hingga
pada daerah L5-S1 lebar ligament hanya tinggal separuh asalnya.
b. Segmen posterior, dibentuk oleh arkus, prosesus transverses dan prosesus
spinosus. Satu dengan lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat
oleh ligament serta otot.
Struktur lain yang tak kalah pentingnya dalam persoalan NPB adalah discus
intervertebra. Di samping berfungsi sebagai penyangga beban, discus berfungsi pula sebagai
peredam kejut. Diskus ini terbentuk oleh annulus fibrosus yang merupakan anyaman seratserat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip gentong. Tepi atas dan bawah gentong
melekat pada end plate vertebra, sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar vertebra.
Rongga ini berisi nukleus pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak
mengandung air.
Secara anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L1 sampai seluruh tulang
sacrum dan otot-otot sekitarnya. Dapat dilihat pada gambar berikut ini:
b.
b.1. Spondilosis
Perubahan degeneratif pada vertebra lumbosakralis dapat terjadi pada korpus vertebra
berikut arkus dan prosesus artikularis serta ligament yang menghubungkan bagianbagian ruas tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu proses ini dikenal sebagai
osteoatritis deformans, tapi kini dinamakan spondilosis.
Dr. Dhita Adhisti
Pada spondilosis terjadi rarefikasi korteks tulang belakang, penyempitan discus dan
osteofit-osteofit yang dapat menimbulkan penyempitan dariforamina intervetebralis.
b.2. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Perubahan degeneratif dapat juga mengenai annulus fibrosus discus intervertebralis
yang bila pada suatu saat terobek yang dapat disusul dengan protusio discus
intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus (HNP). HNP
paling sering mengenai discus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5.
b.3. Osteoatritis
Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif ialah kartilago
artikularisnya, yang dikenal sebagai osteoatritis. Pada osteoatritis terjadi degenerasi
akibat trauma kecil yang terjadi berulang-ulang selama bertahun-tahun. Terbatasnya
pergerakan sepanjang kolumna vertebralis pada osteoatritis akan menyebabkan
tarikan dan tekanan pada otot-otot/ ligament pada setiap gerakan sehingga
menimbulkan NPB.
b.4. Stenosis Spinal
Vertebrata lumbosakralis yang sudah banyak mengalami penekanan, penarikan,
benturan dan sebagainya dalam kehidupan sehari-hari seseorang, sudah tentu akan
memperlihatkan banyak kelainan degeneratif di sekitar discus intervertebralis dan
persendian fasetal posteriornya. Pada setiap tingkat terdapat tiga persendian, yaitu
satu di depan yang dibentuk oleh korpus vertebra dengan discus intervertebralis dan
dua di belakang yang dibentuk oleh prosesus artularis superior dan inferior kedua
korpus vertebra yang ada di atas dan di bawah discus intervertebralis tersebut.
Kelainan degeneratif yang terjadi di sekitar ketiga persendian itu berupa osteofit dan
profilerasi jaringan kapsel persendian yang kemudian mengeras (hard lesion).
Bangunan degeneratif itu menyempitkan lumen kanalis intervertebralis setempat dan
menyempitkan foramen intervertebra.
10
terjadinya proses penyerapan tulang lebih banyak dari pada proses pembentukan tulang.
Peningkatan proses penyerapan tulang dibanding pembentukan tulang pada wanita
pascamenopause antara lain disebabkan oleh karena defisiensi hormon estrogen, yang lebih
lanjut akan merangsang keluarnya mediator-mediator yang berpengaruh terhadap aktivitas sel
osteoklas, yang berfungsi sebagai sel penyerap tulang. Jadi yang berperan dalam terjadinya
osteoporosis secara langsung adalah jumlah dan aktivitas dari sel osteoklas untuk menyerap
tulang, yang dipengaruhi oleh mediatormediator, yang mana timbulnya mediator-mediator ini
dipengaruhi oleh kadar estrogen.
NPB pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali disebabkan oleh
osteoporosis. Sakitnya bersifat pegal. Nyeri yang tajam atau radikular merupakan keluhan.
Dalam hal itu terdapat fraktur kompresi yang menjadi komplikasi osteoporosis tulang
belakang.
11
akan pembuluh darah. Tumor primernya bisa berada di mama, prostate, ginjal, paru
dan glandula tiroidea.
f. NPB akibat kelainan kongenital.
Lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus vertebra lumbalis merupakan variasi
anatomik yang tidak mengandung arti patologik. Demikian juga sakralisasi, yaitu adanya 4
bukan 5 korpus vertebra lumbalis. Pada lumbalisasi lumbosakral strain lebih mudah terjadi
oleh karena adanya 6 ruas lumbosakral, bagian lumbal kolum vertebral seolah-olah menjadi
lebih panjang, hingga tekanan dan tarikan pada daerah lumbal pada tiap gerakan lebih besar
daripada orang normal. Beban yang lebih berat pada otot-otot dan ligament sering
menimbulkan NPB.
g. NPB sebagai referred pain.
Walaupun benar bahwa NPB dapat dirasakan seorang penderita ulkus peptikum,
pankreatitis, tumor lambung, penyakit ginjal dan seterusnya, namun penyakit penyakit
visceral menghasilkan juga nyeri abdominal dengan manifestasi masing-masing organ
yang terganggu.
NPB yang bersifar referred pain memiliki ciri-ciri khas yaitu:
g.1 Nyeri hanya dirasakan berlokasi di punggung bawah
g.2. Daerah lumbal setempat tidak memperlihatkan tanda-tanda abnormal, yakni tidak
ada nyeri tekan, tidak ada nyeri gerak, tidak ada nyeri isometrik dan motalitas
punggung tetap baik. Walaupun demikian sikap tubuh mempengaruhi bertambah atau
meredanya referred pain.
g.3. Referred pain lumbal ada kalanya merupakan ungkapan dini satu-satunya
penyakit visceral.
g.4. Dalam tahap klinis dan selanjutnya, penyakit visceral mengungkapkan adanya
keadaan patologik melalui manifestasi gangguan fungsi dan referred pain di daerah
lumbal.
h. NPB psikoneurotik.
Dr. Dhita Adhisti
12
Beban psikis yang dirasakan berat oleh penderita, dapat pula bermanifestasi sebagai
nyeri punggung karena menegangnya otot-ototnya. NPB karena problem psikoneuretik
misalnya disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. NPB karena masalah
psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan
kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada kaitan NPB dengan patologi organik
maka nyeri yang dirasakan tidak sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya.
Ada 3 jenis keluhan NPB pada penderita psikoneurotik. Yang pertama ialah seorang
histerik. Ia sungguh-sungguh merasakan sakit di pinggang, tetapi sakit pinggangnya
merupakan ungkapan penderitaan mentalnya kepada dunia luar. Yang kedua ialah seorang
pengeluh . Dalam hidupnya banyak waktu terbuang untuk merengek rengek saja. Letaknya
nyerinya berubah ubah, misal di kepala, lain kali perutnya kembung, punggung bawah sakit
dan seterusnya. Penyakitnya adalah sekaligus hobinya. Dan yang ketiga adalah seorang yang
dengan keluhannya hendak memperoleh uang ganti rugi. Dan sakit pinggangnya dikenal
sebagai NPB kompensantorik.
j. Infeksi
Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan infeksi akut
misalnya kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus). NPB yang disebabkan infeksi kronik
misalnya spondilitis TB.
13
b. NPB Nonmekanikal
NPB akibat kondisi nonmekanik antara lain: radang, tumor, infeksi, dan problem
psikoneurotik.
c. NPB Penyakit Viseral
NPB karena penyakit viseral adalah penyakit yang berhubungan dengan organ pelvis dan
alat-alat dalam lain misal nephrolitiasis, pyelenopritis, aortic anyeurym, dll.
2.5. Epidemiologi NPB
2.5.1. Distribusi NPB
a. Menurut Orang
Pada umumnya sekitar 70-80% orang dewasa diestimasikan akan pernah menderita Nyeri
Punggung Bawah dalam hidup mereka. Insidensi nyeri pinggang di negara berkembang lebih
kurang 15-20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut
maupun kronik.
Hasil penelitian Perdossi (2001) pada 44 pasien penderita NPB di Jakarta diketahui
bahwa kelompok umur pria yang sering menderita NPB adalah kelompok umur 30-39 tahun,
sedangkan pada wanita adalah kelompok umur 50-59 tahun.
Berdasarkan penelitian Tavafian SS, et al (2004) pada 101 wanita penderita NBP di Iran
diperoleh umur rata-rata wanita yang menderita NPB adalah 44 tahun dengan berat badan
rata-rata 69 kg.
b. Menurut Tempat dan Waktu
Nyeri Punggung Bawah adalah masalah yang banyak dihadapi oleh banyak negara dan
menimbulkan banyak kerugian.16 Berdasarkan data dari penelitian Picavet dan Schouten
Dr. Dhita Adhisti
14
(2001) untuk melihat prevalensi nyeri muskoletal (termasuk NPB) pada beberapa negara di
dunia, diketahui prevalensi penderita NPB di Swedia pada tahun 1998 adalah sebesar 56%,
Norwegia pada tahun 1997 sebesar 21,6%, Spanyol pada tahun 1999 sebesar 23,7%, dan di
Belanda pada tahun 2001 adalah sebesar 26,9% dari total populasi.
Pada tahun 1998, prevalensi penderita NPB di Inggris adalah 40% dalam 1 tahun terakhir.
Ada sedikit peningkatan dibandingkan tahun 1996 dengan prevalensi NPB 35%. Pada tahun
1992 prevalensi NPB hanya 10%.
Menurut Altinel Levent, et al (2008), prevalensi penduduk Turki menderita NPB adalah
51% selama hidup mereka.
Di Rumah sakit Dr. Kariadi Semarang, proporsi pasien baru yang berkunjung di Divisi
Rehabilitasi Medik pada tahun 1995 adalah sebanyak 20% (276 orang) dengan keluhan NPB
dengan 5 orang harus menjalani operasi. Pada bulan Mei tahun 2000 di tempat yang sama
didapatkan 52 penderita (5%) NPB dari 1092 pasien baru yang berkunjung di RS ini. 23
Menurut Harsono (1991) di rawat jalan unit penyakit saraf RSUP Dr. Sardjito, penderita NPB
meliputi kurang dari 5,5% dari jumlah pengunjung, sementara proporsi NPB rawat inap 89%.
2.5.2. Determinan Nyeri Punggung Bawah
Faktor pencetus untuk NPB antara lain adalah: usia, jenis kelamin, obesitas, pekerjaan,
faktor psikososial, riwayat cedera punggung sebelumnya, aktivitas/ olahraga dan kebiasaan
merokok.
a. Usia
Usia merupakan faktor yang memperberat terjadinya NPB, sehingga biasanya diderita
oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya
sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda. Penelitian telah memperlihatkan bahwa
resiko dari NPB meningkat pada pasien yang semakin tua, tetapi ketika mencapai usia
sekitar 65 tahun resiko akan berhenti meningkat. Tetapi saat ini sering ditemukan orang
berusia muda sudah terkena NPB. Bahkan anak-anak dan remaja saat ini ini semakin
Dr. Dhita Adhisti
15
16
17
Menurut penelitian Muto Shigeki et al (2005) di Jepang pada 975 subjek yang
bekerja sebagai guru sekolah dengan desain penelitian cross sectional didapatkan
bahwa jumlah kasus guru berjenis kelamin pria yang menderita NPB dan mengalami
depresi dalam pekerjaannya ada sebanyak 58 kasus (59,2% dibandingkan dengan
jumlah subjek pria seluruhnya), sedangkan guru perempuan penderita NPB yang
mengalami depresi dalam pekerjaan ada sebanyak 121 kasus (59,9% dibandingkan
dengan jumlah seluruh guru wanita yang diteliti). Berdasarkan penelitian tersebut,
kasus NPB yang dilaporkan dengan gejala depresi jumlahnya lebih banyak (proporsi
60%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami depresi.
f. Riwayat cedera/trauma
Satu-satunya alat prediksi terbaik NPB adalah riwayat cedera/trauma.
Seseorang yang pernah mengalami cedera/trauma sebelumnya beresiko untuk
mengalami NPB dikarenakan faktor kekambuhan atau karena cedera tersebut
berlangsung kronis.
g. Aktivitas/ olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab NPB yang sering tidak disadari
oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan
seseorang seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah
dapat menyebabkan NPB. Misalnya seorang pelajar/ mahasiswa yang seringkali
membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi tidur yang salah seperti
tidur pada kasur yang tidak menopang tulang belakang.
Posisi mengangkat beban dengan berdiri lalu langsung membungkuk
mengambil beban merupakan posisi yang salah.
Selain sikap tubuh yang salah yang sering kali menjadi kebiasaan, beberapa
aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam
sehari, melakukan aktivitas dengan duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam
sehari, dapat pula meningkatkan resiko timbulnya NPB.
18
Pada penelitian Putri Perdiani (2010) dengan desain penelitian kasus kontrol
terhadap 110 responden didapat bahwa posisi duduk memiliki hubungan yang
bermakna dengan nyeri punggung bawah (OR= 6,01), orang yang mempunyai posisi
duduk beresiko 6,01 kali untuk timbulnya NPB. 26
h. Merokok.
Perokok lebih beresiko terkena NPB dibandingkan dengan yang bukan
perokok. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen ke cakram
dan berkurangnya oksigen darah akibat nikotin terhadap penyempitan pembuluh
darah arteri.
Menurut penelitian Sarnad, Nurul I, dkk (2010) di Malaysia ditemukan bahwa
perokok beresiko 1,32 kali (OR=1,32) untuk menderita NPB dibandingkan dengan
yang bukan perokok.
2.6. Pencegahan Nyeri Punggung Bawah
2.6.1. Pencegahan Primer.
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang
sehat (tetap memiliki faktor resiko) agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi
sakit. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan:
a.
b. Selalu duduk dalam posisi yang tepat.Duduk harus tegap, sandaran tempat duduk
harus tegak lurus, tidak boleh melengkung. Posisi duduk berarti membebani tulang
belakang 3-4 kali berat badan, apalagi duduk dalam posisi yang tidak tepat. Sementara
pada posisi berdiri, punggung hanya dibebani satu setengah kali berat badan normal.
c.
Jangan terlalu lama duduk. Untuk orang normal, cukup satu setengah jam hingga dua
jam. Setelah itu, sebaiknya berdiri dan lakukan peregangan dan duduk lagi lima menit
kemudian.
19
d.
Jangan membungkuk ketika berdiri atau duduk. Ketika berdiri, jaga titik berat badan
agar seimbang pada kaki. Saat bekerja di rumah atau di kantor, pastikan permukaan
pekerjaan berada pada ketinggian yang nyaman untuk bekerja.
e.
Jika tidur, pilih tempat tidur yang baik, misalnya yang memiliki matras (kasur) yang
kuat (firm), sehingga posisi tidur tidak melengkung. Yang paling baik adalah tidur
miring dengan satu bantal di bawah kepala dan dengan lutut yang dibengkokkan. Bila
tidur terlentang sebaiknya diletakkan bantal kecil di bawah lutut.
f.
Lakukan olah raga teratur. Pilih olah raga yang berfungsi menguatkan otot-otot perut
dan tulang belakang, misalnya sit up. Postur tubuh yang baik akan melindungi dari
cedera sewaktu melakukan gerakan, karena beban disebarkan merata keseluruh bagian
tulang belakang.
20
a.1. Anamnesis
Mengingat struktur punggung bawah yang sangat berdekatan dengan organ lain yang
terletak di dalam rongga perut serta rongga pelvis, dan juga mengingat banyaknya
faktor penyebab NPB, maka anamnesis terhadap setiap keluhan NPB akan merupakan
sederetan daftar pertanyaan yang harus diajukan kepada penderita atau pengantarnya.
Daftar pertanyaan tersebut diharapkan dapat mengurangi adanya kemungkinan hal-hal
yang terlewatkan dalam anamnesis. Daftar pertanyaan tersebut antara lain apakah
terjadi secara akut atau kronis, disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung,
mengalami gangguan tidur, menstruasi atau libido, disertai nyeri pada tungkai atau
menjalar ke tungkai, diperberat oleh batuk/bersin, memiliki riwayat tuberkulosis,
keganasan/operasi tumor, kencing batu, klaudikasio intermitten, bekerja dengan sikap
yang salah atau mengejan kuat, memiliki perasaan cemas atau gelisah, memiliki
riwayat demam atau gangguan buang air kecil/besar, atau memiliki rasa kesemutan
pada tungkai.
Anamnesis NPB mempunyai kerangka acuan tertentu minimal harus meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
21
j) Riwayat menstruasi
k) Kondisi mental/emosional
a.2. Pemeriksaan Umum
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a) Inspeksi
b) Palpasi dan perkusi
c) Pemeriksaan tanda vital (vital sign).
a.3. Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan neurologik meliputi pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologik
dan patologik, serta percobaan-percobaan atau test untuk menentukan apakah sarafnya ada
yang mengalami kelainan.
a.4. Pemeriksaan dengan alat-alat
a) Yang dimaksud dengan pemeriksaan alat-alat disini ialah neuroimaging dengan
menggunakan alat-alat seperti foto polos vertebra lumbosakral, Bone scan,
mielografi, CT Scan (Computerized Tomography), MRI (MagneticResonance
Imaging), ultrasonografi, biopsi tertutup vertebra lumbal, densitometri tulang.
b. Pengobatan NPB
Pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi NPB: konservatif dan operatif.
a. Terapi konservatif meliputi rehat baring (bed rest), mobilisasi, medikamentosa,
fisioterapi, dan traksi pelvis.
1) Pada rehat baring, penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama
beberapa hari dengan sikap tertentu. Tidur di atas tempat tidur dengan alas
keras dan atau bisa juga dengan posisi semi Flowler. Posisi ini berguna untuk
mengelimir gravitasi, mempertahankan kurvatura anatomi vertebra, relaksasi
otot, mengurangi hiperlordosis lumbal, dan mengurangi tekanan intradiskal.
Dr. Dhita Adhisti
22
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams and Victors Principle of Neurology, 9 th edition. US : MC-Graw Hill
2012.
2. America Fauci, Braunwald. Harrison Internal Medicine. 2007. US : McGraw
Hills Access Medicine
3. American Academy of Orthopaedics Surgeon. Lumbar Disk herniation. AAOS
Home : 2009.
4. Goldman, Ausiello. Cecil medicine 23rd Edition. Elsevier Saunders : 2006.
Dr. Dhita Adhisti
24
25