PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia, sehingga komunikasi perlu dikembangkan dan dipelihara terus-menerus.
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat harus menggunakan tehnik
pendekatan khusus agar tercapai pengertian dan perubahan perilaku klien.
Kondisi lansia yang telah mengalami penurunan dalam struktur anatomis
maupun fungsi dari organ tubuhnya menuntut pemahaman dan kesadaran
tersendiri bagi tenaga kesehatan selama memberikan pelayanan kesehatan.
Perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikis/emosi, interaksi social, maupun
spiritual dari lansia membutuhkan pendekatan dan tehnik tersendiri. Untuk
interaksi dalam berkomunikasi dengan lansia secara baik, perawat perlu
memahami tentang karakteristik lansia, penggunaan tehnik komunikasi yang
tepat, dan model-model komunikasi yang memungkinkan dapat diterapkan sesuai
dengan kondisi klien.
Menurut data PBB, Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan jumlah
warga lanjut usia yang tertinggi di dunia, yaitu 414%, hanya dalam waktu 35
tahun (1990-2025), sedangkan di tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk lanjut
usia akan mencapai 25,5 juta. Menurut Lembaga Demografi Universitas
Indonesia, presentase jumlah penduduk berusia lanjut tahun 1985 adalah 3,4%
dari total penduduk, tahun 1990 meningkat menjadi 5,8% dan di tahun 2000
mencapai 7,4%.
Tenaga kesehatan yang berpraktek perlu memahami kebutuhan yang unik
pada populasi pasien lanjut usia ini sehingga mereka akan lebih siap
berkomunikasi secara efektif selama kunjungan pasien lanjut usia tersebut (Hingle
dan Sherry, 2009). Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada
pasien lanjut usia tidak hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi
juga tergantung dari perhatian terhadap keadaan sosial, ekonomi, cultural,
dan psikologis pasien tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan secara medis pada
pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi
1 | Page
yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan
kesehatan mereka.Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam
keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada
pasien lanjut usia (William et al., 2007).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep komunikasi?
2. Bagaimanakah konsep lansia?
3. Bagaimana konsep komunikasi pada lansia?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep komunikasi
2. Mengetahui konsep lansia
3. Mengetahui konsep komunikasi pada lansia
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu dan mengerti tentang konsep komunikasi pada lansia
2. Mahasiswa mampu menerapkan komunikasi yang efektif pada lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2 | Page
2.1. Komunikasi
2.1.1 Definisi
Proses pertukaran informasi atau proses yang menimbulkan dan
meneruskan makna atau arti (Taylor, dkk 1993). Proses penyampaian
informasi, makna, dan pemahaman dari pengirim pesan kepada
penerima pesan (Burgess,1988).
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan
meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005 : 301).
Proses
tukar
menukar
perasaan,
keinginan,
kebutuhan
dan
3 | Page
dan
keterampilan
yang
memadai
untuk
menerima pesan.
b. Atensi untuk menerima pesan.
c. Keterampilan dalam merespon pesan.
3. Pesan
Pesan dapat berupa ide/gagasan, perintah, informasi, dan
ungkapan perasaan. Pesan yang efektif adalah pesan yang dapat
dipahami oleh komunikan secara utuh, tidak menimbulkan
distorsi.
Syarat pesan yang baik:
a.
b.
c.
d.
4. Media
Media dapat berupa media lisan, tulisan, gerakan tubuh,
mimik wajah, sentuhan, dll.
Syarat media yang baik:
a. Dipahami/ dimengerti oleh komunikator dan komunikan.
b. Meminimalkan kesalahan persepsi.
c. Menggunakan tekhnik yang merangsang lebih dari satu
indera.
5.
Feed Back
Sarana
evaluasi
komunikator,
apakah
pesan
yang
dan
psikomotor.
2.2.Lansia
2.2.1 Definisi
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60
tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999:8). Pada lanjut usia
akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap
infeksi
dan
memperbaiki
kerusakan
yang
terjadi
5 | Page
usianya,
organisasi
kesehatan
dunia
(WHO)
diterima keliru
Menolak membicarakan perawatannya di rumah sakit
Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum,
6 | Page
dalam
keperawatan
gerontik
adalah
komunikasi
yang
7 | Page
2) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang
keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat
harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini
terutama
tentang
keberhasilan
hal-hal
perorangan
yang
berhubunga
(personal
hygiene)
dengan
untuk
mempertahankan kesehatannya.
2. Pendekatan Psikologis
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan adukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan
sebagai supporter, interpreter terhaadap segala sesuatu yang asing,
sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab. Perawat hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam
memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk
menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas.
Perawat harus selalu memegang prinsip Triple S, yaitu sabar,
simpatik, dan service.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka
terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan
bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah
pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini
mereka dapat merasa puas dan bahagia.
3. Pendekatan Social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah
satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan
untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia berarti
menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan social ini merupakan
suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah
makhluk social yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya
perawat dapat menciptakan hubungan social antara lanjut usia dan
lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat sendiri.
8 | Page
memberikan
kepuasan
batin
dalam
kegelisahan
untuk
tidak
kumpul
lagi
dengan
keluarga/lingkungan sekitarnya.
2.3.2 Teknik Komunikasi pada Lansia
Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada
lansia, selain pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia,
petugas kesehatan atau perawat juga harus mempunya teknik-teknik
khusus agar komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung lancar dan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Beberapa tehnik komunikasi
yang dapat diterapkan anatara lain:
1. Tenik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat di terima, memahami pasangan
bicara dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan
dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi
9 | Page
materi
mengungkapkan
diinginkan,
komunikasi
yang
diingkan.
pernyataan-pernyataan
maka
perawat
hendaknya
di
luar
Ketika
klien
materi
yang
mengarahkan
maksud
bagi
keluarganya,
dengan
demikian
diharapkan
klien
10 | P a g e
yang
terkadang
merepotkan
dan
kekanak-kanakan.
Perubahan ini bila tidak di sikapi dengan sabar dan ikhlas dapat
menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi
yang di lakukan tidak terapeutik, solutif, namun dapat berakibat
berkomunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan
hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.
2.3.3 Kondisi Penurunan Sensori pada Lansia
Pancaindera mungkin menjadi kurang efisien dengan proses
penuaan, bahaya bagi keselamatan, aktivitas kehidupan sehari-hari
(AKS) yang normal, dan harga diri secara keseluruhan. (Mickey
Stanley, Buku Ajar Keperawatan gerontik edisi 2. 2006)
Gangguan sensorik indera adalah perubahan dalam persepsi
derajat serta jenis reaksi seseorang yang diakibatkan oleh meningkat
menurun atau hilangnya rangsangan indera. Meskipun semua lansia
mengalami kehilangan sensorik dan sebagai akibatnya berisiko
mengalami deprivasi sensorik, namun tidak semua akan mengalami
deprivasi sensorik. Salah satu indra dapat mengganti indera lain dalam
11 | P a g e
perubahan
penglihatan)
dapat
akomodatif.
Ini
karena
sel-sel
baru
terbentuk
dipermukaan luar lensa mata, maka sel tengah yang tua akan
menumpuk dan menjadi kuning, tidak elastis, kaku, padat dan
berkabut. Jadi, hanya bagian luar lensa yang masih elastic untuk
berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada jarak jauh dan dekat.
Karena lensa menjadi kurang fleksibel, maka titik dekat fokus
berpindah lebih jauh. Kondisi ini disebut presbiopi, biasa bermula
pada usia 40-an. (Smeltzer, Suzanne C, buku ajar medical beda, edisi
8, 2001 hal: 179-180)
Kerusakan kemampuan akomodasi terjadi karena otot-otot siliaris
menjadi lebih lemah dan lebih kendur dan lensa kristalin mengalami
sklerosis, dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk
memusatkan pada (penglihatan jarak dekat). Kondisi ini dapat
dikoreksi dengan lensa seperti kacamata jauh dekat (bifokal).
Ukuran pupil menurun (miosis pupil) dengan penuaan karena
sfinkter
pupil
mengalami
sklerosis.
Miosis
pupil
ini
dapat
12 | P a g e
kuning,
oranye,
dan
merah
direkomendasikan
untuk
13 | P a g e
14 | P a g e
Perubahan Morfologis
Perubahan Fisiologis
Pengelihatan
Penuurunan
jaringan
lemak Penurunanan
Pengelihatan
disekitar mata
jarak dekat
Enurunan elastisitas dan tonus Penurunan koordinasi gerak
jaringan
bola mata
Penurunan kekuatan otot mata
Distorsi bayangan
Penurunan ketajaman kornea
Pandangan biru merah
Degenerasi pada sklera, pupil, Comprimised night vision
dan iris
Peningkatan frekuensi proses Penurunan
ketajaman
terjadinyya penyakit
mengenali warna hijau, biru
dan ungu
Peningkatan densitas dan rigiditas Kesulitan mengenali benda
lensa
yang bergerak
Perlambatan proses informasi dari
sistem saraf pusat
Pendengaran
Penurunan sel rambut koklea
Kesulitan mendengar suara
berfrekuensi tinggi
Perubahan telinga dalam
Penurunan
kemampuan
membedakan pola titik nada
Degenerasi pusat pendengaran
Penurunan kemampuan dan
penerimaan bicara
Hilangnyya
fungsi Penurunan fungsi membedakan
neuratransmiter
ucapan
Pengecap
Penurunan
pengecapan
16 | P a g e
Penglihatan
Pengkajian pada lansia dengan gangguan penglihatan meliputi
(menyilaukan)
9) Minta pasien mengidentifikasi warna pada grafik berwarna
atau crayon
10) Kesulitan memasukan benang ke lubang jarum.
11) Kesulitan/kebergantungan dalam melakukan
aktivitas
Pendengaran
Pengkajian pada lansia yang mengalami gangguan pada sistem
17 | P a g e
pada
saluran
pendengaran
Pengecapan
Pengkajian pada lansia yang mengalami gangguan pada sistem
Penciuman
Pengkajian pada lansia yang mengalami gangguan pada sistem
Peraba
Pengkajian pada lansia yang mengalami gangguan pada sistem
18 | P a g e
1) Posisi yang dapat dilihat oleh klien, jika buta parsial maka
beri tahu secara verbal keberadaan perawat
2) Perawat menyebutkan identitas diri (nama dan perannya)
3) Perawat menggunakan nada normal (kondisi lansia tidak
mungkin menerima pesan non-verbal secara visual)
4) Nada suara perawat memberikan peranan besar dan bermakna
bagi lansia
5) Jelaskan tujuan dari asuhan keperawatan yang diberikan
(sebelum melakukan sentuhan)
6) Orientasikan lansia dengan suara-suara yang didengar di
sekitarnya
7) Orientasikan lansia pada lingkungan bila lansia dipindahkan
ke lingkungan yang asing baginya
8) Ketika perawat akan meninggalkan/mengakhiri komunikasi,
informasikan kepada klien
menggunakan
dengan
keras,
bahasa
jelas,
yang
dan
sederhana
perlahan
dan
untuk
dikomunikasikan maka
bicara)
Meremehkan orang lain
Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
Menonjolkan diri sendiri
Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan
perkataan maupun tindakan
2. Non Asertif
Tanda-tanda dari sikap non aserti ini adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
dirinya
6) Tampil diam
7) Mengikuti kehendak orang lain
20 | P a g e
mulai
komunikasi
dengan
mengecek
fungsi
pendengaran klien.
2) Keraskan suara anda jika perlu.
3) Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia
sehingga ia dapat melihat mulut anda.
4) Atur lingkungan sehingga menjadi
kondusif
untuk
kelemahannya.
Jangan
menganggap
kemacetan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi
dalam
keperawatan
gerontik
adalah
komunikasi
yang
Namun makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan
kami. Oleh karena itu, besar harapan kami agar pembaca memberikan saran dan
kritik yang bersifat membangun, guna memperbaiki makalah ini agar lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hudaya, Rina Nur. 2012. Tugas Makalah ASKEP Gangguan Pendengaran pada
Lansia.
http://rinaraka.blogspot.co.id/2012/11/tugas-makalah-askep-
24 | P a g e