DI INDONESIA
Oleh : Sufrensi A. Manan, SH. MH
Advokat & Legal Konsultan
(intensional),
kecerobohan
(reklessness)
atau
kealpaan
(negligence).
Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional) misalnya
melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan
(pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP),
melakukan aborsi tanpa indikasi medis (pasal 299 KUHP).
Criminal Malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya
melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent.
Criminal Malpractice yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang
hati-hati yang mengakibatkan luka, carat atau meninggalnya pasien.
Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah
bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada
orang lain atau kepada rumah sakit/ sarana kesehatan.
2. Civil Malpractive
Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila
tak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya tidak
memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji).
Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice
1
antara lain :
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
terlambat melakukannya.
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi
tidak sempurna.
d. Melakukan apa
yang
menurut
kesepakatannya
tidak
seharusnya
dilakukan.
Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau
korporasi dan dapat pula dialihkan kepada pihak lain berdasarkan principle
of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan
dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya
(tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka
melaksanakan tugas kewajibannya.
3.
Administrative malpractice
Tenaga bidan dikatakan telah melakukan
administrative malpractice
menerbitkan
berbagai
ketentuan
di
bidang
kesehatan,
bidan
menghadapi
tuntutan
hukum,
maka
tenaga
bidan
defence.
yakni
dengan
mengajukan
bukti
untuk
pembelaan
untuk
membebaskan
din
dan
pertanggung
rusaknya
kesehatan
pasien
(damage),
sedangkan
yang
harus
patut dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda
orang lain.
C. INFORMED CONSENT
PENGERTIAN
Informed Consent terdiri dari dua kata yaitu "informed" yang berarti telah
mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan "consent" yang berarti
persetujuan
atau
memberi
izin.
Jadi
"informed
consent"
mengandung
berarti
telah
diberitahukan,
telah
disampaikan,
telah
diinformasikan.
pasien
kepada
bidan
atau
tenaga
kesehatan
setelah
diberi
tuntutan. pada intinya adalah bidan harus berbuat yang terbaik bagi pasien
atau klien.
TUJUAN INFORMED CONSENT
1. Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan bidan dan
atau tenaga kesehatan yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik
tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan
pasiennya.
2. Memberi perlindungan hukum kepada bidan dan atau tenaga kesehatan
terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur medik
modern bukan tanpa risiko, dan pada setiap tindakan medik ada melekat
suatu risiko (Permenkes No. 290/ Menkes/Per/III/2008 Pasal 3).
MANFAAT INFORMED CONSENT
Keberadaan informed consent sangat penting, karena mengandung ide moral,
seperti tanggung jawab (autonomi tidak terlepas dari tanggung jawab). Jika
individu memilih untuk melakukan sesuatu, ia hanya bertanggung jawab
terhadap pilihannya dan tidak bisa menyalahkan konsekuensi yang akan
terjadi. Ide moral lain adalah pembaruan. Tanpa autonomi, tidak ada
pembaruan dan jika tidak ada pembaruan, maka masyarakat tidak akan maju.
Informed consent mempunyai peran sangat penting dalam penyelenggaraan
praktik kebidanan.
Manfaat informed consent adalah sebagai berikut
1. Membantu kelancaran tindakan medis.
Melalui informed consent, secara tidak langsung terjalin kerjasama antara
bidan dan klien sehingga memperlancar tindakan yang akan dilakukan.
Keadaan ini dapat meningkatkan efisiensi waktu dalam upaya tindakan
kedaruratan.
2. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi. Tindakan
bidan yang tepat dan segera, akan menurunkan risiko terjadinya efek
samping dan komplikasi pada pasien.
3. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit, karena si
ibu/pasien memiliki pemahaman yang cukup terhadap tindakan yang
dilakukan.
4. Meningkatkan mutu pelayanan
peningkatan mutu ditunjang oleh tindakan yang Iancar, efek samping dan
7
consent
yaitu
persetujuan
yang
dinyatakan
tidak
langsung.
si
pasien
dengan
membawa
sfingmomanometer
tanpa
bajunya
(meskipun
tidak
mengatakan
apapun,
sikap
ibu
tindakan
pelaksanaan
dalam
medik,
setiap
maka
peraturan
tindakan
medis
tersebut
yang
menjadi
berhubungan
aturan
dengan
6.
kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ayat (2), ayat (30),
ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan Peratural Menteri.
Dan Ketentuan Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentan! Praktik
Kedokteran tersebut terutama pada pasal 45 ayat menyebutkan bahwa
pengaturan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran (informend
consent) diatur oleh peraturan menteri yaitu Permenkes No.585 Tahun 1989.
Ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan dalam menyusun dan
memberikan Informed Consent agar hukum perikatan ini tidak carat hukum,
diantaranya adalah
1. Tidak bersifat memperdaya (Fraud).
2. Tidak bempaya menekan (Force).
3. Tidak menciptakan ketakutan (Fear).
Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarga terdekatnya
tersebut, tidak membebaskan bidan dan tenaga kesehatan lainnya dari
tuntutan jika bidan atau tenaga kesehatan melakukan kelalaian. Tindakan
medis yang dilakukan tanpa persetujuan pasien atau keluarga terdekatnya,
dapat digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan
KUHP Pasal 351 (trespass, battery, bodily assault).
Menurut Pasal 5 Permenkes No. 290/Menkes/PER/III/2008, persetujuan
tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi
persetujuan, sebelum dimulainya tindakan (Ayat 1). Pembatalan persetujuan
tindakan kedokteran harus dilakukan secara tertulis oleh yang memberi
persetujuan (Ayat 2).
Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan pengguna jasa
tindakan medis (pasien) kepada pihak pelaksana jasa tindakan medis
(dokter/bidan) untuk melakukan tindakan medis dapat dibedakan menjadi tiga
bentuk, yaitu
1. Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis
ang
informed consent).
2. Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat
non-invasif dan tidak mengandung risiko tinggi, yang diberikan oleh pihak
pasien.
3. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya
pasien yang akan disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung
menyodorkan lengannya sebagai tanda menyetujui tindakan yang akan
dilakukan terhadap dirinya.
MASALAH YANG LAZIM TERJADI PADA INFORMED CONSENT
1. Masalah wali yang sah
Masalah ini timbul apabila pasien atau ibu tidak mampu secara hukum
untuk menyatakan persetujuannya.
2. Masalah informasi yang diberikan
Yaitu seberapa jauh informasi dianggap telah dijelaskan dengan cukup jelas
kepada pasien, tetapi juga tidak terlalu rind sehingga dianggap menakutnakuti pasien.
pilihannya sendiri. Choice berarti ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan
dan klien mengerti perbedaannya sehinggga dia dapat menentukan mana
yang disukai atau sesuai dengan kebutuhannya.
15