PENDAHULUAN
Nyeri Punggung bawah (low back pain) merupakan keluhan yang sering
dijumpai di praktek sehari-hari. Low back pain adalah nyeri yang dirasakan di
daerah punggung bawah antara suduh bawah kosta sampai ke lumbosakral, dapat
merupakan nyeri local (inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri
yang berasal dari punggung bawah dapat merujuk ke daerah lain atau sebaliknya
yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (refered pain).
Walaupun nyeri punggung bawah jarang fatal naumn nyeri yang dirasakan
menyebabkan disabilitas aktifitas sehari-hari.
Di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 15 % orang dewasa mengeluh
nyeri punggung bawah atau nyeri yang bertahan hamper dua minggu. Low back
pain bisa disebabkan oleh proses degeneratif, inflamasi, trauma, kelainan
kongenital, kelainan sirkulasi, tumor, dan lain-lain.
Penanganan low back pain secara umur bervariasi. Menurut International
Guidelines penanganan nyeri ini secara umum bisa ditangani oleh perawatan
primer. Di Indonesia, Depkes telah mengeluarkan upaya pelayanan kesehatan
primer pada masyarakat yang meliputi, promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Fisioterapi memegang peranan untuk mengembalikan dan mengatasi
gangguan ini sehingga pasien dapat beraktivitas kembali.
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. M. A
Umur
: 50 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
Pekerjaan
MRS
: 31 Oktober 2015
II.
Masalah Aktif
Tanggal
Masalah Pasif
Tanggal
Nyeri
Punggung 31 Oktober 2015
Kanan Bawah menjalar
ke kaki kanan
DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama
4. Riwayat Kebiasaan
Os memiliki kebiasaan mencuci pakaian yang lama
Os memiliki kebiasaan sering mengangkat beban berat
5. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti
pasien.
Riwayat darah tinggi dalam keluarga disangkal
Riwayat kencing manis dalam keluarga disangkal.
III.
DATA OBYEKTIF
1. Status Present
Kesadaran
: Compos mentis, GCS: 15
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 86 x/menit
Suhu
: 36,7oC
Respirasi
: 21 x/menit
2. Status Internus
Kepala
Leher
Dada
Jantung
Paru
Perut
Alat kelamin
Ekstremitas
3. Status Psikitus
Cara berpikir
Perasaan hati
Tingkah laku
Ingatan
Kecerdasan
E:4 M:6 V: 5
: Baik
: Baik
: Normoaktif
: Baik
: Baik
4. Status neurologikus
a. Kepala
Bentuk
: Normochepal
Nyeri tekan : (-)
Simetri
: (+)
Pulsasi
: (-)
b. Leher
Sikap
: Normal
Pergerakan
: Normal
Kaku kuduk : (-)
c. Susunan Saraf Pusat
Kanan
1. N. I (Olfaktorius)
Subjektif
Normosmia
Dengan Bahan
Normosmia
2. N. II (Optikus)
Visus
6/6
Lapangan penglihatan
Normal
Melihat warna
Normal
Fundus Okuli
tidak dilakukan
Kiri
Normosmia
Normosmia
6/6
Normal
Normal
tidak dilakukan
3. N. III (Okulomotorius)
Sela mata
Ptosis
Pergerakan bola mata:
Simetris
tidak ada
Normal
Simetris
tidak ada
Normal
Strabismus:
tidak ada
tidak ada
Nistagmus:
tidak ada
tidak ada
Eksoftalmus
tidak ada
tidak ada
Pupil; besarnya:
3mm
3mm
bulat isokor
bulat isokor
Reflek konsensual
Reflek konvergensi
tidak ada
tidak ada
Melihat kembar
tidak ada
tidak ada
Bentuknya:
4. N. IV (Troklearis)
Pergerakan bola mata
(kebawah keluar)
Normal
Sikap bulbus
Normal
Melihat kembar
tidak ada
5. N. V (Trigeminus)
Membuka mulut:
Normal
Mengunyah:
Normal
Menggigit:
Normal
Reflek kornea
Normal
Sensibilitas wajah:
Normal
6. N. VI (Abdusen)
Pergerakan bola mata
(lateral):
Normal
Sikap bulbus
Normal
Melihat kembar
tidak ada
7. N. VII (Fascialis)
Mengerutkan Dahi:
Normal
Menutup mata:
Normal
Memperlihatkan gigi:
Normal
Bersiul:
Normal
Perasaan lidah (depan)
Normal
8. N. VIII (Vestibulo-cochlearis)
Detik arloji
Normal
Suara berbisik
Normal
Test Weber
tidak dilakukan
Test Rinne
tidak dilakukan
9. N. IX (Glosofaringeus)
Perasaan Lidah (blkg)
Normal
Sensibilitas faring
Normal
Normal
Normal
tidak ada
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
tidak ada
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Normal
Normal
10. N. X (Vagus)
Arkus faring:
simetris
Berbicara:
normal
Gangguan menelan:
tidak ada
Reflek muntah:
tidak dilakukan
Nadi
Normal
11. N. XI (Accesorius)
Memalingkan kepala
Normal
Mengangkat bahu:
Normal
12. N. XII (Hipoglosus)
Pergerakan lidah:
normal
Tremor lidah
tidak ada
Atropi papil:
tidak ada
Artikulasi:
baik
Disatria:
tidak ada
d. Badan dan Anggota Gerak
a. Badan
Motorik
Kanan
Respirasi
simetris
Duduk
simetris
Bentuk kolumna vertebralis Normal
Pergerakan k vertebralis
Normal
Sensibilitas
Taktil
Normal
Nyeri
Normal
Thermi
Normal
Diskriminan
Normal
Lokalis
Normal
Reflek
Reflek kulit perut atas
Normal
Reflek kulit perut tengah
Normal
Reflek kulit perut bawah
Normal
b. Anggota Gerak atas
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminan
Lokalis
Refleks
Biseps
simetris
normal
tidak ada
tidak dilakukan
Normal
Normal
Normal
normal
tidak ada
tidak ada
baik
tidak ada
Kiri
simetris
simetris
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Kanan
normal
5
eutoni
Eutropi
Kiri
Normal
5
eutoni
Eutropi
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
(+)
(+)
Triseps
Radius
Ulna
Hoffman-Tromner
c. Anggota gerak bawah
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminan
Lokalis
Refleks
Patella
Achilles
Babinsky
Chaddock
Rosolimo
Mendel-Bechtrew
Schaefer
Gordon
Oppenheim
Klonus paha
Klonus kaki
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(-)
Kanan
terbatas karena nyeri
sulit dinilai
eutoni
Eutropi
Kiri
normal
5
eutoni
Eutropi
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Posisi terlentang :
Lasegue
: (+/-)
Braggard
: (+/-)
Patrick
: (+/-)
Kontra Patrick : (+/-)
Posisi telungkup :
Nyeri tekan punggung kanan bawah (+)
Nyeri ketok punggung kanan bawah (+)
Posisi berdiri : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang
a. Darah rutin :
- WBC : 8,7 103/mm3
(3.5-10.0)
- RBC : 4.80 106/mm3
(3.80-5.80)
- HGB : 13.3 g/dl
(11.0-16.5)
- HCT : 43.6 %
(35.0-50.0)
3
3
- PLT : 281 10 /mm
(150-390)
- PCT : .174 %
(.100-.500)
- GDS : 132 mg/dl
- GDP : 117 mg/dl
- Kolestrol total
: 221
- Trigliserida : 134
- HDL
: 60
- LDL
: 135
- Ureum
: 16
- Kreatinin
: 0,9
- Asam urat
: 4,2 gr/dl
Hasil ( tanggal 17 februari 2014) :
Tidak tampak fraktur ataupun destruksi pada corpus vertebrae
Alligment dan densitas tulang baik
Tampak spur formation pada corpus vertebrae lumbal
Intervertebral space dan romaine intervertebral normal
Jaringan lunak tampak tenang
Tulang pelvis normal
Kesan : Spondylosis lumbalis
Hasil ( tanggal 24 februari 2015) :
Alligment baik, curve normal
Trabekulasi tulang tampak normal
Tidak tampak fraktur, dislokasi maupun listesis
Osteofit marginalis multilevel lumbal, pedicle maupun spatium
intervertebralis tampak baik
Endplate corpus tampak baik
Tidak tampak soft tissue swelling/mass
Kesan : Spondylosis lumbalis
IV.
RINGKASAN
8
RIWAYAT PERKEMBANGAN
31 Oktober 2015
S : Nyeri pinggang kanan menjalar ke ujung kaki kanan (+)
O : Kesadaran
Vital sign
: composmentis
GCS: 15 E4 M6 V5
TD : 110/100 mmHg
RR : 22x/menit
Nadi : 86x/menit
9
: 36,50c
: composmentis
GCS: 15 E4 M6 V5
TD : 120/70 mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
T
: 36,70c
Lassegue (+), Braggard (+), Patrick (+), Kontra Patrick (+), Valsava (+)
VAS : 5-6
A: Diagnosa klinis :
LBP ec. Osteoarthitis dengan Suspect HNP
P:
Teruskan
3 November 2015
S : Nyeri punggung kanan bawah menjalar ke ujung kaki kanan (+),mual (-),
muntah (-)
O : Kesadaran
: composmentis
GCS: 15 E4 M6 V5
10
Vital sign
TD : 100/70 mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
T
: 36,70c
VAS : 5-6
- Kolestrol total
: 221
- Trigliserida : 134
- HDL
: 60
- LDL
: 135
- Ureum
: 16
- Kreatinin
: 0,9
- Asam urat
: 4,2 gr/dl
A: Diagnosa klinis : LBP ec. Osteoartiritis dengan Susp HNP
P:
Teruskan
Simvastatin 1x10 mg
5 November 2015
S : Nyeri punggung kanan bawah menjalar ke ujung kaki kanan
berkurang ,mual (-), muntah (-)
O : Kesadaran
: composmentis
GCS: 15 E4 M6 V5
TD : 120/70 mmHg
RR : 19 x/menit
Nadi : 75 x/menit
T
: 36,70c
Lassegue (+), Braggard (+), Patick (-), Kontrapatrick (-), Valsava
(-)
VAS : 2-3
A: Diagnosa klinis :
LBP ec. Osteoarthitis dengan susp. HNP
P:
Pasien dipulangkan
Medikamentosa :
Meloxicam 1x 15 mg sesudah makan
Lansoprazole 1x1 tablet sebelum makan
Morfin 1x10 mg sesudah makan
Simvastatin 1x10 mg
11
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
LBP adalah nyeri daerah punggung bawah antara suduh bawah kosta samapi
ke lumbosakral. Nyeri juga dapat menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian
atas
dan
sampai
ujung
jari.
LBP
merupakan
salah
satu
gangguan
3.2 Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Acute Low Back Pain
LBP akut ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba
dan rentang waktunya hanya sebentar, antara bebrapa hari sampai
beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. LBP akut
dapat disebabkan karena trauma.
2. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada LBP kronik bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa
nyeri dapat berulang-ulang. Fase ini biasanya memiliki waktu yang
12
13
ankilosa/bamboo
spine),
5. Tumor (neoplasma)
6. Gangguan sirkulatorik
Aneurisma aorta abdominalis dapat membangkitkan LBP yang hebat dan
dapat menyerupai sprung back atau HNP. Gangguan sirkulatorik yang lain
adalah trombosis aorta terminalis yang perlu mendapat perhatian karena
mudah didiagnosa sebagai HNP. Gejalanya disebut sindrom Lerichie.
Nyeri dapat menjalar sampai bokong, belakang paha dan tungkai kedua
sisi
7. Gangguan metabolic
Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab
banyak keluhan nyeri pada pinggang dapat disebabkan oleh kekurangan
protein atau oleh gangguan hormonal (menopause,penyakit cushing).
Sering oleh karena trauma ringan timbul fraktur karena kolaps korpus
vertebra. Penderita menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri difus di
daerah pinggang.
14
8. Psikoneurotik
Banyak gangguan psikis yang dapat memberikan gejala nyeri pinggang
bawah. LBP yang tidak mempunyai dasar organic dan tidak sesuai dengan
kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis.
15
16
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama. Namun pada wanita
diyakini memiliki resiko yang lebih tinggi karena adanya proses
menopause yang dapat menyebabkan kepadatan tulang.
17
Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku
dan tidak enak namun lokasi tidak jelas.
Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai
yang sakit difleksikan.
Dapat muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang
terkena
18
Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat
stenosis kanal lumbal.
Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada
20% kasus
nyeri pinggang tersebut. Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa
menyebabkan bertambahnya nyeri. Kondisi psikologis juga perlu ditanyakan,
karena salah satu penyebab LBP adalah kondisi psikis.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis
lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga
menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi
diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di
sebelahnya (jackhammer effect).
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk
ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral
yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya
HNP pada sisi yang sama.
Nyeri pinggang bawah pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda
menunjukkan kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis,
namun ini tidak patognomonik.
Palpasi
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan
adanya kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya
(psychological overlay). Kadang-kadang bisa ditentukan letak
segmen yang
menyebabkan
nyeri
dengan
menekan
pada
20
Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidakrataan (step-of) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan
untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.
Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada
diagnosis nyeri pinggang bawah dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi
level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang
bersamaan. Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks
L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1. Harus dicari
pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang
menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN).
Pemeriksaan khusus
a. Test Lassegue
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien (dalam posisi 0) didorong ke arah
muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat. Positif bila pasien
merasa nyeri pada sudut kurang dari 60.
b. Braggard Test
Modifikasi yang lebih sensitive dari tes laseggue. Caranya sama seperti
Lassegue dengan ditambah dorsofleksi kaki.
c. Test Patrick
21
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi
sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan
ekstensi.
d. Test Kontra-Patrick
Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan
ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kontra-Patrick positif menunjukkan
kepada sumber nyeri di sakroiliaka
Pemeriksaan penunjang
1.X-Ray
X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan
keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis
pertama untuk mengevaluasi nyeri pinggang bawah. Foto X-ray dilakukan pada
posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri.
2. Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan kanalis spinalis.
Myelografi merupakan tindakan invasif, yaitu cairan yang berwarna medium
disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat
pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk
diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis,
tumor spinalis, atau untuk abses spinal.
22
EMG/NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk
pemeriksaan saraf pada lengan dan kaki.
EMG/NCS dapat memberikan informasi tentang :
1. Adanya kerusakan pada saraf
2. Lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik)
3. Lokasi terjadinya kerusakan saraf (bagian proksimalis atau distal)
4. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf
5. Memantau proses penyembuhan dari kerusakan saraf
24
Algoritme
diagnosis
dan
penatalaksanaan
LBP
25
26
3.7 Penatalaksanaan
Penanganan konservatif
Tujuan penatalaksanaan secara konservatif adalah menghilangkan nyeri dan
melakukan restorasi fungsional. Dalam penanganan umum penderita diberikan
informasi dan edukasi tentang hal-hal seperti: sikap badan, tirah baring dan
mobilisasi. Medikamentosa diberikan terutama untuk mengurangi nyeri yaitu
27
dengan analgetika. Cara pemberian analgetik mengacu seperti pada petunjuk tiga
jenjang terapi analgetik WHO.
Terapi andjuvant yang dapat diberikan adalah relaksan otot, antidepresan trisiklik,
dan antiepileptika seperti fenitoin, karbamazepin, gabapentin, dan topiramat.
Fisioterapi
a. Terapi Panas
Terapi menggunakan kantong dinginkantong panas. Dengan menaruh sebuah
kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau sakit selama 5-
28
10 menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating
pad (kantong hangat).
b. Elektro Stimulus, contohnya :
- Acupunture
- Ultra Sound
- Radiofrequency Lesioning
- Spinal Endoscopy
- Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
- Electro Thermal Disc Decompression
- Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
c. Traction
Tarikan pada badan (punggung) untuk kontraksi otot.
d. Pemijatan atau massage
Dengan
terapi ini
bisa menghangatkan,
dan
melancarkan
perdarahan.
Operasi
Tipe operasi yang dilakukan oleh dokter bedah tergantung pada kelainan tulang
belakang/punggung pasien sesuai dengan indikasinya. Biasanya prosedurnya
menyangkut pada laminectomy pada bagian yang diinginkan untuk diangkat dari
vertebral arch untuk memperoleh kepastian apa penyebab dari nyeri pinggang
bawah pasien. Jika diskus menonjol atau bermasalah, para ahli bedah akan
melakukan laminectomy, mengidentifikasi diskus yang ruptur, dan mengambil
atau memindahkan bagian yang baik dari diskus yang bergenerasi, khususnya
kepingan atau potongan yang menindih saraf.
29
BAB IV
ANALISA KASUS
Wanita umur 50 tahun datang ke RSUD Abdul Manap dengan keluhan
nyeri pada punggung bawah sebelah kanan. Nyeri punggung bawah (low back
pain) merupakan nyeri yang dirasakan antara sudut arcus kosta sampai ke
lumbosacral. Nyeri pada punggung bawah bisa bersifat akut maupun kronik.
Nyeri punggung bawah akut merupakan nyeri yang dirasakan pada punggung
bawah secara tiba-tiba dan rentang nyerinya hanya sebentar, beberapa hari sampai
beberapa minggu. Sedangkan Nyeri punggung bawah kronik bisa menyerang
lebih dari 3 bulan. Jadi berdasarkan anamnesis diatas pasien mengalami chronic
low back pain.
30
menunjukkan adanya LBP yang disebabkan HNP pada sisi yang terkena. Pada
pasien juga ditemukan Patrick-kontrapatrick (+) yang menandakan LBP pada
pasien ini disebabkan oleh adanya osteoarthirits. Nyeri ketok pada punggung
kanan bawah bisa menunjukkan adanya gangguan pada saluran kemih ataupun
HNP itu sendiri. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tambahan untuk
menegakkan diagnosis pada pasien ini.
Pemeriksaan penunjang pada LBP dilakukan untuk menentukan penyebab
dari LBP itu sendiri. Pada pasien LBP dilakukan pemeriksaan X-Ray, CT scan,
MRI, dan pemeriksaan lain untuk menyingkirkan diagnosis. Pemeriksaan X-Ray
lubosacral AP/Lateral tanggal 17 februari 2014 dan 24 februari 2015 ditemukan
adanya spur formation (osteofit) yang menandakan adanya proses degenerative,
dengan kesan osteoarthritis. Berdasarkan data diatas, pasien mengalami LBP ec.
Osteoarthritis dengan suspek HNP. Untuk memastikan diagnosis HNP pada pasien
ini diperlukan pemeriksaan MRI.
Terapi pada LBP meliputi terapi konservatif yang ditujukan untuk
mengatasi nyeri, fisioterapi, dan tindakan operasi. Penangan nyeri pada pasien
LBP mengikuti petunjuk WHO. Step pertama ditujukan pada pasien yang
mengalami nyeri ringan, diberikan pengobatan analgetik nonopioid seperti
acetaminophen atau ibubrofen dan dilakukan peningkatan dosis sampai maximal.
Jika dengan pemberian maximal belum mengatasi nyeri diberikan tambahan terapi
andjuvant seperti antidepresan atau antikonvulsan. Jika dengan pengobatan
pertama atau nyerinya sedang dilakukan terapi pengobatan kedua yaitu
menggunakan analgetik golongan opioid lemah. Jika dengan pengobatan langkah
kedua atau nyerinya berat diberikan golongan opiod kuat. Pada pasien ini
diberikan penanganan nyeri langkah ketiga yaitu diberikan morphin sulfate.
31
Penangan nyeri pada pasien ini sudah tepat, karena dengan pemberian opioid
lemah ditambah dengan terapi adjuvant tidak mampu mengatasi nyeri pada pasien
ini. Pada pasien ini juga diberikan lansoprazole untuk mengatasi efek samping
dari analgetik yang bisa menyebabkan iritasi pada gaster. Pada pasien ini juga
dilakukan fisioterapi untuk meringankan gejala LBP.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, A C & Hall, J E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor Bahasa
Indonesia: Irawati Setiawan Edisi 9. Jakarta: EGC. 1997
2. Priguna, Sidharta. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Prakter. Jakarta:
Dian Rakyat.1984
3. Markam S. Penuntun Neurologi, Jakarta: EGC.1982
4. Meliala L. Nyeri Neuropatik. Yogyakarta :Medigma Press Yogyakarta.
2008.
5. Ginsberg. Neurologi. Jakarta: Erlangga.2007
6. Patel AT, Oglee AA. Diagnosis and Management of Acute Low Back Pain.
32
33