Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
Nyeri Punggung bawah (low back pain) merupakan keluhan yang sering
dijumpai di praktek sehari-hari. Low back pain adalah nyeri yang dirasakan di
daerah punggung bawah antara suduh bawah kosta sampai ke lumbosakral, dapat
merupakan nyeri local (inflamasi), maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri
yang berasal dari punggung bawah dapat merujuk ke daerah lain atau sebaliknya
yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (refered pain).
Walaupun nyeri punggung bawah jarang fatal naumn nyeri yang dirasakan
menyebabkan disabilitas aktifitas sehari-hari.
Di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 15 % orang dewasa mengeluh
nyeri punggung bawah atau nyeri yang bertahan hamper dua minggu. Low back
pain bisa disebabkan oleh proses degeneratif, inflamasi, trauma, kelainan
kongenital, kelainan sirkulasi, tumor, dan lain-lain.
Penanganan low back pain secara umur bervariasi. Menurut International
Guidelines penanganan nyeri ini secara umum bisa ditangani oleh perawatan
primer. Di Indonesia, Depkes telah mengeluarkan upaya pelayanan kesehatan
primer pada masyarakat yang meliputi, promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Fisioterapi memegang peranan untuk mengembalikan dan mengatasi
gangguan ini sehingga pasien dapat beraktivitas kembali.

BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN

Nama

: Ny. M. A

Umur

: 50 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: RT. 35 Aur Duri

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

MRS

: 31 Oktober 2015

Tanggal Anamnesis : 2 November 2015


DAFTAR MASALAH
No
.
1

II.

Masalah Aktif

Tanggal

Masalah Pasif

Tanggal

Nyeri
Punggung 31 Oktober 2015
Kanan Bawah menjalar
ke kaki kanan

DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama

: Nyeri punggung bawah kanan menjalar ke kaki

kanan sejak 1 hari SMRS.


2. Riwayat Penyakit Sekarang
Lokasi
: Punggung bawah kanan dan kaki kanan
Onset
: Perlahan
Kualitas
: hanya bisa berbaring
Kuantitas
: Dibantu oleh keluarga saat melakukan aktivitas
Kronologis
:
2 tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh nyeri pada
punggung bawah sebelah kanan. Keluhan pertama kali dirasakan saat
pasien mengangkat aqua gallon. Nyeri terasa tajam seperti kesetrum.
Nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri bertambah berat jika pasien duduk
atau berjalan lama, dan perubahan posisi badan seperti membungkuk
atau mengangkat beban. Nyeri dirasakan berkurang bila pasien
berbaring. Kesemuatan (-), kebas (-). Kemudian pasien berobat ke rumah
sakit dan dilakukan pemeriksaan rontgen dan didiagnosis pengapuran
tulang, dan diberikan pengobatan meloxicam 1x15 mg, lansoprazole
1x1, vitamin B Compleks 2x1, dan obat racikan 2x1.

3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien kembali merasakan nyeri


pada punggung bawah kanan. Sering mengangkat beban berat (+).
Kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD Abdul Manap dan disarankan
untuk dirawat inap, namun pasien menolak.
1 hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan nyeri semakin memberat,
pasien tidak bisa duduk maupun berjalan dikarenakan rasa nyeri pada
punggung bawah menjalar ke ujung kaki sebelah kanan, pasien hanya
bisa berbaring. Keluhan bertambah berat jika pasien melakukan
perubahan posisi. Keluhan berkurang jika pasien berbaring. kesemutan
pada kaki kanan(+). Mual (+), muntah 1 kali isi makanan (+), demam (-),
batuk (-), penurunan berat badan 1 bulan terakhir (-). Keringat dingin
(+), penuruan berat badan 1 bulan terakhir (-), BAK dan BAB tidak ada
keluhan, riwayat keluar keluar batu saat kencing disangkal. Os mengaku
skala nyeri sangat hebat (VAS 7-8)
3. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (+)


Riwayat darah tinggi disangkal
Riwayat kencing manis disangkal.
Riwayat penyakit jantung disangkal.
Riwayat tumor disangkal
Riwayat osteoratiritis (+)
Riwayat tuberkulosis disangkal

4. Riwayat Kebiasaan
Os memiliki kebiasaan mencuci pakaian yang lama
Os memiliki kebiasaan sering mengangkat beban berat
5. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti

pasien.
Riwayat darah tinggi dalam keluarga disangkal
Riwayat kencing manis dalam keluarga disangkal.

6. Riwayat sosial, ekonomi, pribadi


Pasien seorang peremupuan yang sudah menikah dengan satu orang suami.
Memiliki empat orang anak. Pasien berobat menggunakan BPJS. Pasien
adalah ibu rumah tangga.

III.

DATA OBYEKTIF
1. Status Present
Kesadaran
: Compos mentis, GCS: 15
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 86 x/menit
Suhu
: 36,7oC
Respirasi
: 21 x/menit
2. Status Internus
Kepala
Leher
Dada
Jantung
Paru
Perut
Alat kelamin
Ekstremitas

3. Status Psikitus
Cara berpikir
Perasaan hati
Tingkah laku
Ingatan
Kecerdasan

E:4 M:6 V: 5

: Mata : CA-/-, SI -/Pupil : isokor, refleks cahaya (+/+)


: Pembesaran KGB (-), JVP 5-2
: Simetris, tidak ada retraksi
: Pembesaran (-)
Auskultasi : BJ I/II reguler, gallop (-), murmur (-)
: Vesikuler (+) N, whezzing (-/-), Ronkhi (-/-)
: Datar, soepel, BU (+) N, timpani, hepar lien tidak teraba.
: Tidak diperiksa
: Akral hangat, edema (-/-)

: Baik
: Baik
: Normoaktif
: Baik
: Baik

4. Status neurologikus
a. Kepala
Bentuk
: Normochepal
Nyeri tekan : (-)
Simetri
: (+)
Pulsasi
: (-)
b. Leher
Sikap
: Normal
Pergerakan
: Normal
Kaku kuduk : (-)
c. Susunan Saraf Pusat
Kanan
1. N. I (Olfaktorius)
Subjektif
Normosmia
Dengan Bahan
Normosmia
2. N. II (Optikus)
Visus
6/6
Lapangan penglihatan
Normal
Melihat warna
Normal
Fundus Okuli
tidak dilakukan

Kiri
Normosmia
Normosmia
6/6
Normal
Normal
tidak dilakukan

3. N. III (Okulomotorius)
Sela mata
Ptosis
Pergerakan bola mata:

Simetris
tidak ada
Normal

Simetris
tidak ada
Normal

Strabismus:

tidak ada

tidak ada

Nistagmus:

tidak ada

tidak ada

Eksoftalmus

tidak ada

tidak ada

Pupil; besarnya:

3mm

3mm

bulat isokor

bulat isokor

Reflek thd sinar

Reflek konsensual

Reflek konvergensi

tidak ada

tidak ada

Melihat kembar

tidak ada

tidak ada

Bentuknya:

4. N. IV (Troklearis)
Pergerakan bola mata
(kebawah keluar)
Normal
Sikap bulbus
Normal
Melihat kembar
tidak ada
5. N. V (Trigeminus)
Membuka mulut:
Normal
Mengunyah:
Normal
Menggigit:
Normal
Reflek kornea
Normal
Sensibilitas wajah:
Normal
6. N. VI (Abdusen)
Pergerakan bola mata
(lateral):
Normal
Sikap bulbus
Normal
Melihat kembar
tidak ada
7. N. VII (Fascialis)
Mengerutkan Dahi:
Normal
Menutup mata:
Normal
Memperlihatkan gigi:
Normal
Bersiul:
Normal
Perasaan lidah (depan)
Normal
8. N. VIII (Vestibulo-cochlearis)
Detik arloji
Normal
Suara berbisik
Normal
Test Weber
tidak dilakukan
Test Rinne
tidak dilakukan
9. N. IX (Glosofaringeus)
Perasaan Lidah (blkg)
Normal
Sensibilitas faring
Normal

Normal
Normal
tidak ada
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
tidak ada
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Normal
Normal

10. N. X (Vagus)
Arkus faring:

simetris

Berbicara:
normal
Gangguan menelan:
tidak ada
Reflek muntah:
tidak dilakukan
Nadi
Normal
11. N. XI (Accesorius)
Memalingkan kepala
Normal
Mengangkat bahu:
Normal
12. N. XII (Hipoglosus)
Pergerakan lidah:
normal
Tremor lidah
tidak ada
Atropi papil:
tidak ada
Artikulasi:
baik
Disatria:
tidak ada
d. Badan dan Anggota Gerak
a. Badan
Motorik
Kanan
Respirasi
simetris
Duduk
simetris
Bentuk kolumna vertebralis Normal
Pergerakan k vertebralis
Normal
Sensibilitas
Taktil
Normal
Nyeri
Normal
Thermi
Normal
Diskriminan
Normal
Lokalis
Normal
Reflek
Reflek kulit perut atas
Normal
Reflek kulit perut tengah
Normal
Reflek kulit perut bawah
Normal
b. Anggota Gerak atas
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminan
Lokalis
Refleks
Biseps

simetris
normal
tidak ada
tidak dilakukan
Normal
Normal
Normal
normal
tidak ada
tidak ada
baik
tidak ada
Kiri
simetris
simetris
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

Kanan
normal
5
eutoni
Eutropi

Kiri
Normal
5
eutoni
Eutropi

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

(+)

(+)

Triseps
Radius
Ulna
Hoffman-Tromner
c. Anggota gerak bawah
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminan
Lokalis
Refleks
Patella
Achilles
Babinsky
Chaddock
Rosolimo
Mendel-Bechtrew
Schaefer
Gordon
Oppenheim
Klonus paha
Klonus kaki

(+)
(+)
(+)
(-)

(+)
(+)
(+)
(-)

Kanan
terbatas karena nyeri
sulit dinilai
eutoni
Eutropi

Kiri
normal
5
eutoni
Eutropi

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

e. Koordinasi, Gait, Keseimbangan


Cara berjalan
: Tidak dilakukan
Test Romberg
: Tidak dilakukan
Ataksia
: Tidak dilakukan
Rebound phenomen : Tidak dilakukan
Dismetria
: Tidak dilakukan
f. Gerakan Abnormal
Tremor : (-)
Atetosis : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)
Rigiditas : (-)
g. Alat Vegetatif
Miksi
: Tidak ada
Defekasi : Tidak ada
Ereksi
: tidak dilakukan
h. Pemeriksaan Khusus

Posisi terlentang :
Lasegue
: (+/-)
Braggard
: (+/-)
Patrick
: (+/-)
Kontra Patrick : (+/-)
Posisi telungkup :
Nyeri tekan punggung kanan bawah (+)
Nyeri ketok punggung kanan bawah (+)
Posisi berdiri : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang
a. Darah rutin :
- WBC : 8,7 103/mm3
(3.5-10.0)
- RBC : 4.80 106/mm3
(3.80-5.80)
- HGB : 13.3 g/dl
(11.0-16.5)
- HCT : 43.6 %
(35.0-50.0)
3
3
- PLT : 281 10 /mm
(150-390)
- PCT : .174 %
(.100-.500)
- GDS : 132 mg/dl
- GDP : 117 mg/dl
- Kolestrol total
: 221
- Trigliserida : 134
- HDL
: 60
- LDL
: 135
- Ureum
: 16
- Kreatinin
: 0,9
- Asam urat
: 4,2 gr/dl
Hasil ( tanggal 17 februari 2014) :
Tidak tampak fraktur ataupun destruksi pada corpus vertebrae
Alligment dan densitas tulang baik
Tampak spur formation pada corpus vertebrae lumbal
Intervertebral space dan romaine intervertebral normal
Jaringan lunak tampak tenang
Tulang pelvis normal
Kesan : Spondylosis lumbalis
Hasil ( tanggal 24 februari 2015) :
Alligment baik, curve normal
Trabekulasi tulang tampak normal
Tidak tampak fraktur, dislokasi maupun listesis
Osteofit marginalis multilevel lumbal, pedicle maupun spatium
intervertebralis tampak baik
Endplate corpus tampak baik
Tidak tampak soft tissue swelling/mass
Kesan : Spondylosis lumbalis
IV.

RINGKASAN
8

S : Tanggal 1 November pasien mengeluh punggung kanan bawah nyeri dan


menjalar sampai ke ujung kaki kanan sejak 1 hari SMRS. Keluhan
muncul perlahan-lahan dan makin lama makin memberat. Kesemutan (+),
kebas (+). Riwayat trauma (-). Pasien sebelumnya belum pernah
mengalami keluhan keluhan seperti ini. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pasien memiliki kebiasaan mengangkat beban yang berat.
O : Kesadaran: Composmentis, GCS: 15, E4 M6 V5
TD
: 110/80 mmHg
Nadi
: 86 x/menit
Suhu
: 36,7oC
Respirasi
: 21 x/menit
Motorik ekstremitas bawah kanan:
Pergerakan : terbatas
Kekuatan
: tidak bisa dinilai
Tonus
: eutoni
Trofi
: eutrofi
Lassegue (+), braggard (+), patrick (+), kontrapatrick (+), valsava (+),
nyeri tekan punggung kanan bawah (+), nyeri ketok punggung kanan
bawah(+).
A : Diagnosa klinis : Low back pain kronis
Diagnosa topis : Radisk nervus spinalis lumbosacral
Diagnosa etiologi : Osteoartiritis denang susp HNP
DD : Ureterolitiasis
P : Medikamentosa :
IVFD NaCl 0,9%+ketorolac 1 Amp 20 gtt/i
MST : 1x10 mg
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
Simvastatin 1x10 mg
Non medikamentosa :
Bedrest
Fisioterapi/hari
V.

RIWAYAT PERKEMBANGAN
31 Oktober 2015
S : Nyeri pinggang kanan menjalar ke ujung kaki kanan (+)
O : Kesadaran
Vital sign

: composmentis

GCS: 15 E4 M6 V5

TD : 110/100 mmHg
RR : 22x/menit
Nadi : 86x/menit
9

: 36,50c

Nyeri ketok punggung kanan bawah (+)


VAS 7-8
A: Diagnosa klinis :
LBP ec. Susp referred pain ( ureterolitiasis ), muntah (-) mual (-)
P:
Rawat inap
IVFD NaCl 0,9% + ketorolac 1 Amp 20 gtt/i
Meloxicam 1x15 mg
Lansoprazole 1x1 caps
MST 1x10 mg
Racikan 2x1
Ranitidin 2 x 50 mg
Rontgen Lumbosacral Ap/Lateral
Cek ureum kreatinin
Cek profil lipid
Cek asam urat
Senin, 2 November 2015
S : Nyeri punggung kanan bawah menjalar ke ujung kaki kanan (+),mual (-),
muntah (-)
O : Kesadaran
Vital sign

: composmentis

GCS: 15 E4 M6 V5

TD : 120/70 mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
T

: 36,70c

Lassegue (+), Braggard (+), Patrick (+), Kontra Patrick (+), Valsava (+)
VAS : 5-6
A: Diagnosa klinis :
LBP ec. Osteoarthitis dengan Suspect HNP
P:
Teruskan
3 November 2015
S : Nyeri punggung kanan bawah menjalar ke ujung kaki kanan (+),mual (-),
muntah (-)
O : Kesadaran

: composmentis

GCS: 15 E4 M6 V5

Fungsi luhur : baik

10

Vital sign

TD : 100/70 mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit
T

: 36,70c

VAS : 5-6
- Kolestrol total
: 221
- Trigliserida : 134
- HDL
: 60
- LDL
: 135
- Ureum
: 16
- Kreatinin
: 0,9
- Asam urat
: 4,2 gr/dl
A: Diagnosa klinis : LBP ec. Osteoartiritis dengan Susp HNP
P:
Teruskan
Simvastatin 1x10 mg
5 November 2015
S : Nyeri punggung kanan bawah menjalar ke ujung kaki kanan
berkurang ,mual (-), muntah (-)
O : Kesadaran

: composmentis

GCS: 15 E4 M6 V5

Fungsi luhur : baik


Vital sign

TD : 120/70 mmHg
RR : 19 x/menit
Nadi : 75 x/menit
T

: 36,70c
Lassegue (+), Braggard (+), Patick (-), Kontrapatrick (-), Valsava
(-)

VAS : 2-3
A: Diagnosa klinis :
LBP ec. Osteoarthitis dengan susp. HNP
P:
Pasien dipulangkan
Medikamentosa :
Meloxicam 1x 15 mg sesudah makan
Lansoprazole 1x1 tablet sebelum makan
Morfin 1x10 mg sesudah makan
Simvastatin 1x10 mg
11

Racikan 2x1 berisi :


Paracetamol 325 mg
Metylprednison 4 mg
Amitryptiline 2,5 mg
Tramadol 37,5 mg
Edukasi :
1. Menjelaskan mengenai penyakit pasien
2. Hindari naik turun tangga
3. Hindari mengangkat beban berat
4. Turunkan berat badan
5. Jangan di urut
6. Hindari tidur miring kanan
7. Obat diminum hanya jika sakit
8. Saran MRI
I. PROGNOSIS
- Quo ad vitam
- Quo ad fungsionam

: dubia ad bonam
: dubia ad malam
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
LBP adalah nyeri daerah punggung bawah antara suduh bawah kosta samapi
ke lumbosakral. Nyeri juga dapat menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian
atas

dan

sampai

ujung

jari.

LBP

merupakan

salah

satu

gangguan

neuromuskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.

3.2 Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Acute Low Back Pain
LBP akut ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba
dan rentang waktunya hanya sebentar, antara bebrapa hari sampai
beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. LBP akut
dapat disebabkan karena trauma.
2. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada LBP kronik bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa
nyeri dapat berulang-ulang. Fase ini biasanya memiliki waktu yang

12

lama untuk sembuh. LBP kronik dapat terjadi karena osteoarthritis,


proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.
3.3 Etiologi
1. Kelainan kongenital
Spondilolistesis
Spina bifida
Stenosis kanalis vertebralis
2. Proses degeneratif
LBP yang disebabkan oleh proses degenerative meliputi spondilosis,
HNP, stenosis spinalis, osteoartritis. Perubahan degeneratif pada
vertebrata lumbosakralis dapat terjadi pada korpus vertebrae berikut
arkus dan prosessus artikularis serta ligamenta yang menghubungkan
bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu proses
ini dikenal sebagai osteoartrosis deforman, tapi kini dinamakan
spondilosis. Perubahan degeneratif ini juga dapat menyerang anulus
fibrosis diskus intervertebralis yang bila tersobek dapat disusul dengan
protusio diskus intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia
nukleus pulposus (HNP). Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda
proses degeneratif ini adalah kartilago artikularis yang dikenal sebagai
osteoartritis.
3. Trauma dan gangguan mekanis
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama nyeri
pinggang bawah. Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan
pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukan kegiatan ini dapat
menderita nyeri pinggang bawah yang akut. Cara bekerja di pabrik atau
di kantor dengan sikap yang salah lama-lama menyebabkan nyeri
pinggang bawah yang kronis. Patah tulang, pada orang yang umurnya
sudah agak lanjut sering oleh karena trauma kecil saja dapat
menimbulkan fraktur kompresi pada korpus vertebra. Hal ini banyak
ditemukan pada kaum wanita terutama yang sudah sering melahirkan.
Dalam hal ini tidak jarang osteoporosis menjadi sebab dasar daripada
fraktur kompresi. Fraktur pada salah satu prosesus transversus terutama

13

ditemukan pada orang-orang lebih muda yang melakukan kegiatan


olahraga yang terlalu dipaksakan.
4. Radang (inflamasi)

Artritis rheumatoid, timbul secara akut dengan cirri persendian


keempat anggota gerak terkena secara serentak atau selisih beberapa
hari atau minggu.

Penyakit Marie-Strumpell (spondilitis

ankilosa/bamboo

spine),

terutama mengenai pria dan teruta mengenai kolum vertebra dan


persendian sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri yang
menyebar di daerah pinggang disertai kekakuan (stiffness) dan pegal
waktu dingin. Kelainan ini bersifat progresif.

5. Tumor (neoplasma)
6. Gangguan sirkulatorik
Aneurisma aorta abdominalis dapat membangkitkan LBP yang hebat dan
dapat menyerupai sprung back atau HNP. Gangguan sirkulatorik yang lain
adalah trombosis aorta terminalis yang perlu mendapat perhatian karena
mudah didiagnosa sebagai HNP. Gejalanya disebut sindrom Lerichie.
Nyeri dapat menjalar sampai bokong, belakang paha dan tungkai kedua
sisi
7. Gangguan metabolic
Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab
banyak keluhan nyeri pada pinggang dapat disebabkan oleh kekurangan
protein atau oleh gangguan hormonal (menopause,penyakit cushing).
Sering oleh karena trauma ringan timbul fraktur karena kolaps korpus
vertebra. Penderita menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri difus di
daerah pinggang.

14

8. Psikoneurotik
Banyak gangguan psikis yang dapat memberikan gejala nyeri pinggang
bawah. LBP yang tidak mempunyai dasar organic dan tidak sesuai dengan
kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis.

15

3.4 Faktor Resiko


Beberapa hal yang meningkatkan risiko kejadian nyeri pinggang bawah, antara
lain :3
1. Faktor usia
LBP dapat dialami oleh siapa saja, pada umur berapa saja. Namun
biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade
kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima.
2. Jenis kelamin

16

Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama. Namun pada wanita
diyakini memiliki resiko yang lebih tinggi karena adanya proses
menopause yang dapat menyebabkan kepadatan tulang.

3. Faktor Indeks Massa Tubuh (IMT)


Pada orang yang memiliki IMT berlebih memiliki resiko yang lebih
tinggi untuk mengalami LBP.
4. Pekerjaan
Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko
timbulnya keluhan nyeri pinggang bawah.
5. Aktivitas/Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering
tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi
kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat
beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang bawah.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa
aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari
1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang
monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari
10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat
pula meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang.
3.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada LBP berbeda-beda tergantung etiologi yang
mendasarinya :
1. LBP akibat sikap yang salah

17

Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku
dan tidak enak namun lokasi tidak jelas.

Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di


daerah lumbal, namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih
sempurna, walaupun hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan
perasaan tidak enak

Lordosis yang menonjol

Tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada


tendon

Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang


relevan.

2. Pada Herniasi Diskus Lumbal

Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau


terasa tidak enak, sering intermiten, wala kadang onsetnya mendadak
dan berat.

Diperhebat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan,


batuk atau bersin.

Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai
yang sakit difleksikan.

Sering terdapat spasme refleks

otot-otot paravertebrata yang

menyebabkan nyeri sehingga membuat pasien tidak dapat berdiri tegak


secara penuh.

Setelah periode tertentu timbul skiatika atau iskialgia.

3. LBP pada Spondilosis

Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi


diskus, walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis

Dapat muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang
terkena

Dapat disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks

Terjadi pembentukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra


yang menekan medula spinalis

18

Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat
stenosis kanal lumbal.

4. LBP pada Spondilitis Tuberkulosis

Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan,


keringa malam, demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak
menonjol.

Pada lokasi infeksi sering ditemukan nyeri vertebra/lokal dan


menghilang bila istirahat.

Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada
20% kasus

Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra


dan kifosis)

Diawali nyeri radikular yang mengelilingi dada atau perut, diikuti


paraparesis yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus,
hiperrefleksia dan refleks Babinsky bilateral. Dapat ditemukan
deformitas dan nyeri ketok tulang vertebra.

Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang


muncul terutama gangguan motorik.

5. LPB pada Spondilitis Ankilopoetika

Biasanya dirasakan pada usia 20 tahun.

Tidak hilang dengan istirahat dan tidak diperberat oleh gerakan.

Pemeriksaan fisik menunjukkan pembatasan gerakan di sendi


sakrolumbal dan seluruh tulang belakang lumbal.

Laju endap darah meninggi.

Terjadi osifikasi ligamenta interspinosa.

3.5 Penegakkan Diagnosis


Anamnesis
Anamnesa tentang sifat nyeri, saat timbulnya, lokalisasi serta radiasinya
sangat diperlukan dalam menetapkan diagnosa. Perlu ditanyakan tentang peristiwa
sebelumnya yang mungkin menjadi pencetus keluhan, seperti adanya trauma,
sikap tubuh yang salah, misalnya waktu mengangkat beban, kegiatan fisik atau
olahraga yang tidak biasa, dan penyakit yang dapat berhubungan dengan keluhan
19

nyeri pinggang tersebut. Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa
menyebabkan bertambahnya nyeri. Kondisi psikologis juga perlu ditanyakan,
karena salah satu penyebab LBP adalah kondisi psikis.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis
lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga
menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi
diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di
sebelahnya (jackhammer effect).
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk
ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral
yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya
HNP pada sisi yang sama.
Nyeri pinggang bawah pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda
menunjukkan kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis,
namun ini tidak patognomonik.
Palpasi
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan
adanya kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya
(psychological overlay). Kadang-kadang bisa ditentukan letak
segmen yang

menyebabkan

nyeri

dengan

menekan

pada

ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke


kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien.

20

Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidakrataan (step-of) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan
untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.
Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada
diagnosis nyeri pinggang bawah dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi
level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang
bersamaan. Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks
L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1. Harus dicari
pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang
menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN).

Pemeriksaan khusus
a. Test Lassegue
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien (dalam posisi 0) didorong ke arah
muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat. Positif bila pasien
merasa nyeri pada sudut kurang dari 60.

b. Braggard Test
Modifikasi yang lebih sensitive dari tes laseggue. Caranya sama seperti
Lassegue dengan ditambah dorsofleksi kaki.
c. Test Patrick

21

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi
sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan
ekstensi.

d. Test Kontra-Patrick
Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan
ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kontra-Patrick positif menunjukkan
kepada sumber nyeri di sakroiliaka

Pemeriksaan penunjang
1.X-Ray
X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan
keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis
pertama untuk mengevaluasi nyeri pinggang bawah. Foto X-ray dilakukan pada
posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri.
2. Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan kanalis spinalis.
Myelografi merupakan tindakan invasif, yaitu cairan yang berwarna medium
disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat
pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk
diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis,
tumor spinalis, atau untuk abses spinal.

22

3. Computed Tomografi Scan (CT-scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas daripada
CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai efek radiasi.
MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan yang
dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nervus, dan
jaringan lainnya pada punggung.

4. Electro Miography (EMG)/Nerve Conduction Study (NCS)


23

EMG/NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk
pemeriksaan saraf pada lengan dan kaki.
EMG/NCS dapat memberikan informasi tentang :
1. Adanya kerusakan pada saraf
2. Lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik)
3. Lokasi terjadinya kerusakan saraf (bagian proksimalis atau distal)
4. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf
5. Memantau proses penyembuhan dari kerusakan saraf

24

Algoritme

diagnosis

dan

penatalaksanaan

LBP

25

26

3.7 Penatalaksanaan
Penanganan konservatif
Tujuan penatalaksanaan secara konservatif adalah menghilangkan nyeri dan
melakukan restorasi fungsional. Dalam penanganan umum penderita diberikan
informasi dan edukasi tentang hal-hal seperti: sikap badan, tirah baring dan
mobilisasi. Medikamentosa diberikan terutama untuk mengurangi nyeri yaitu

27

dengan analgetika. Cara pemberian analgetik mengacu seperti pada petunjuk tiga
jenjang terapi analgetik WHO.

Terapi andjuvant yang dapat diberikan adalah relaksan otot, antidepresan trisiklik,
dan antiepileptika seperti fenitoin, karbamazepin, gabapentin, dan topiramat.
Fisioterapi
a. Terapi Panas
Terapi menggunakan kantong dinginkantong panas. Dengan menaruh sebuah
kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau sakit selama 5-

28

10 menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating
pad (kantong hangat).
b. Elektro Stimulus, contohnya :
- Acupunture
- Ultra Sound
- Radiofrequency Lesioning
- Spinal Endoscopy
- Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
- Electro Thermal Disc Decompression
- Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
c. Traction
Tarikan pada badan (punggung) untuk kontraksi otot.
d. Pemijatan atau massage
Dengan

terapi ini

bisa menghangatkan,

merelaksasi otot belakang

dan

melancarkan
perdarahan.
Operasi
Tipe operasi yang dilakukan oleh dokter bedah tergantung pada kelainan tulang
belakang/punggung pasien sesuai dengan indikasinya. Biasanya prosedurnya
menyangkut pada laminectomy pada bagian yang diinginkan untuk diangkat dari
vertebral arch untuk memperoleh kepastian apa penyebab dari nyeri pinggang
bawah pasien. Jika diskus menonjol atau bermasalah, para ahli bedah akan
melakukan laminectomy, mengidentifikasi diskus yang ruptur, dan mengambil
atau memindahkan bagian yang baik dari diskus yang bergenerasi, khususnya
kepingan atau potongan yang menindih saraf.

29

BAB IV
ANALISA KASUS
Wanita umur 50 tahun datang ke RSUD Abdul Manap dengan keluhan
nyeri pada punggung bawah sebelah kanan. Nyeri punggung bawah (low back
pain) merupakan nyeri yang dirasakan antara sudut arcus kosta sampai ke
lumbosacral. Nyeri pada punggung bawah bisa bersifat akut maupun kronik.
Nyeri punggung bawah akut merupakan nyeri yang dirasakan pada punggung
bawah secara tiba-tiba dan rentang nyerinya hanya sebentar, beberapa hari sampai
beberapa minggu. Sedangkan Nyeri punggung bawah kronik bisa menyerang
lebih dari 3 bulan. Jadi berdasarkan anamnesis diatas pasien mengalami chronic
low back pain.

Nyeri punggung bawah bisa disebabkan oleh kelaianan

kongenital, trauma, kelainan degeneratif, kelainan metabolik, inflamasi, tumor,


infeksi ataupun referred pain yang disebabkan oleh organ dalam abdomen.
Manifestasi klinis pada masing-masing penyebab umumnya memberikan gejala
yang berbeda-beda. LBP akibat sikap yang salah menimbulkan gejala rasa pegal
dan tidak nyaman pada punggung yang terkena, namun lokasi nyerinya tidak
dapat ditunjukkan secara jelas. LBP yang disebabkan oleh adanya HNP timbul
perlahan-lahan, intermitten, dan kadang bersifat mendadak dan berat, nyeri
dirasakan mulai dari punggung bawah menjalar samapi ke tumit, diperberat oleh
aktifitas dan perubahan posisi, berkurang dengan posisi berbaring, setelah periode
tertentu akan menimbulkan nyeri sciatica. LBP yang disebabkan oleh osteoporosis
biasanya terdapat pada orang yang sudah lanjut usia, jarang menjalar sampai ke
tumit kaki kecuali diikuti dengan adanya HNP. LBP yang disebakan oleh tumor
biasanya nyeri dirasakan sangat hebat dan terdapat benjolan pada daerah yang
terkena. LBP yang disebabkan oleh spondylosis tuberculosis didapatkan gejala
penurunan berat badan, demam, keringat malam hari, dan bisa ditemukan adanya
riwayat penyakit tuberculosis sebelumnya. LBP yang disebabkan oleh spondylosis
ankiloptika biasanya terdapat pada umur 20 tahun, tidak menghilang dengan
istirahat dan diperberat dengan adanya perubahan posisi, pada pasien dengan
spondylosis ankiloptika terjadi peningkatan LED. LBP yang disebabkan oleh
reffered pain bisa disebabkan oleh ureterolitiasis.

30

Berdasasrkan anamnesis diatas nyeri punggung bawah yang dirasakan oleh


pasien kemungkinan disebabkan oleh osteoarthiritis, HNP, atau referred pain oleh
karena ureterolitiasis.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien kesulitan untuk berdiri maupun
duduk, lassegue test(+), braggard test (+), Patrick-kontrapatrick test (+), nyeri
tekan pada punggung belakang (+), nyeri ketok pinggang kanan (+). Pemeriksaan
khusus pada LBP meliputi Lassegue tes, Braggard test, Patrick-Kontrapatrick test
dan nyeri tekan.

Lassegue test(+) Braggard test (+) dan nyeri tekan (+)

menunjukkan adanya LBP yang disebabkan HNP pada sisi yang terkena. Pada
pasien juga ditemukan Patrick-kontrapatrick (+) yang menandakan LBP pada
pasien ini disebabkan oleh adanya osteoarthirits. Nyeri ketok pada punggung
kanan bawah bisa menunjukkan adanya gangguan pada saluran kemih ataupun
HNP itu sendiri. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tambahan untuk
menegakkan diagnosis pada pasien ini.
Pemeriksaan penunjang pada LBP dilakukan untuk menentukan penyebab
dari LBP itu sendiri. Pada pasien LBP dilakukan pemeriksaan X-Ray, CT scan,
MRI, dan pemeriksaan lain untuk menyingkirkan diagnosis. Pemeriksaan X-Ray
lubosacral AP/Lateral tanggal 17 februari 2014 dan 24 februari 2015 ditemukan
adanya spur formation (osteofit) yang menandakan adanya proses degenerative,
dengan kesan osteoarthritis. Berdasarkan data diatas, pasien mengalami LBP ec.
Osteoarthritis dengan suspek HNP. Untuk memastikan diagnosis HNP pada pasien
ini diperlukan pemeriksaan MRI.
Terapi pada LBP meliputi terapi konservatif yang ditujukan untuk
mengatasi nyeri, fisioterapi, dan tindakan operasi. Penangan nyeri pada pasien
LBP mengikuti petunjuk WHO. Step pertama ditujukan pada pasien yang
mengalami nyeri ringan, diberikan pengobatan analgetik nonopioid seperti
acetaminophen atau ibubrofen dan dilakukan peningkatan dosis sampai maximal.
Jika dengan pemberian maximal belum mengatasi nyeri diberikan tambahan terapi
andjuvant seperti antidepresan atau antikonvulsan. Jika dengan pengobatan
pertama atau nyerinya sedang dilakukan terapi pengobatan kedua yaitu
menggunakan analgetik golongan opioid lemah. Jika dengan pengobatan langkah
kedua atau nyerinya berat diberikan golongan opiod kuat. Pada pasien ini
diberikan penanganan nyeri langkah ketiga yaitu diberikan morphin sulfate.

31

Penangan nyeri pada pasien ini sudah tepat, karena dengan pemberian opioid
lemah ditambah dengan terapi adjuvant tidak mampu mengatasi nyeri pada pasien
ini. Pada pasien ini juga diberikan lansoprazole untuk mengatasi efek samping
dari analgetik yang bisa menyebabkan iritasi pada gaster. Pada pasien ini juga
dilakukan fisioterapi untuk meringankan gejala LBP.

DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, A C & Hall, J E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor Bahasa
Indonesia: Irawati Setiawan Edisi 9. Jakarta: EGC. 1997
2. Priguna, Sidharta. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Prakter. Jakarta:
Dian Rakyat.1984
3. Markam S. Penuntun Neurologi, Jakarta: EGC.1982
4. Meliala L. Nyeri Neuropatik. Yogyakarta :Medigma Press Yogyakarta.
2008.
5. Ginsberg. Neurologi. Jakarta: Erlangga.2007
6. Patel AT, Oglee AA. Diagnosis and Management of Acute Low Back Pain.

32

7. Meliala L. Patofisiologi Nyeri pada Nyeri Punggung Bawah. Dalam:


Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta. 2003

33

Anda mungkin juga menyukai