Anda di halaman 1dari 16

BAB I

STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur
b. Pekerjaan/Pendidikan
c. Alamat

: An. M /laki-laki/10 tahun


: Pelajar/ SD
: RT.17 Simpang IV Sipin

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan
: Belum Menikah
b. Jumlah anak/saudara
: Anak pertama dari dua bersaudara
c. Status ekonomi keluarga
: Cukup
d. Kondisi Rumah
:
e. Pasien tinggal dirumah berukuran 6x15 m, mempunyai 2 kamar tidur, 1
dapur, dan 1 kamar mandi dengan sumber air bersih dari PDAM, sumber
air minum dengan air isi ulang, ventilasi dan pencahayaan baik, memiliki
1 dapur dan 1 kamar mandi dengan menggunakan WC jongkok. Sampah
rumah tangga dibuang di tempat pembuangan sampah
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
: baik
III.Aspek Psikologis di Keluarga

: baik

IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :


- Belum pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya
- Riwayat keluar cairan dari telinga/congek disangkal
V. Keluhan Utama

Nyeri telinga kanan 3 hari

VI. Riwayat Penyakit Sekarang


:
(Alloanamnesa dan autoanamnesa)
Pasien datang dibawa oleh ibunya dengan keluhan sakit pada telinga
kanan sejak 3 hari sebelum os datang ke Puskesmas . Pasien merasakan nyeri
bila ditekan didaerah depan telinga dan apabila telinganya ditarik Pasien juga
merasa nyeri. Riwayat keluar cairan pada telinga kanan (+), cairan bewarna
putih jernih (+), encer tidak terlalu banyak dan berbau busuk (-), telinga
1

berdenging (+), Os juga merasakan sakit apabila os membuka mulut dan


mengunyah. Sakit menelan (-), demam (-), pilek (-), pusing (-). hal ini baru
pertama kali pasien alami. Riwayat berenang 1 minggu sebelum pasien
berobat ke puskesmas dan riwayat dikorek 4 hari sebelum os datang ke
puskesmas.
VII.

Pemeriksaan Fisik
:
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit
2. Kesadaran
3. Suhu
4. Nadi
5. Pernafasan
6. Berat badan
7. Tinggi badan
8. IMT
Pemeriksaan Organ
1. Kepala
Bentuk
2. Mata

3. Hidung
4. Mulut

5. Leher
6. Thorax

: tampak sakit sedang


: compos mentis
: 36,5C
: 80x/menit
: 21 x/menit
: 26 Kg
: 106 cm
:Normal
: normocephal

Exopthalmus/enophtal

: (-)

Conjungtiva
: anemis (-/-)
Sklera
: ikterik (-/-)
: tak ada kelainan
Bibir
: basah, tidak pucat
Bau pernafasan
: normal
Gigi geligi
: lengkap
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah
: putih kotor (-), ulkus (-)
KGB
: tak ada pembengkakan
Bentuk
: simetris
Pergerakan dinding dada: tidak ada yang tertinggal

Pulmo
Pemeriksaan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Auskultasi

Kanan
Kiri
Statis : simetris
Stem fremitus normal
Stem fremitus normal
Sonor
Sonor
Batas paru-hepar :ICS VI
kanan
Wheezing (-), Ronkhi (-)

Wheezing (-), Ronkhi (-)

Jantung

Inspeksi

Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri

Palpasi

Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

Perkusi

Batas-batas jantung :
Sulit diperiksa pasien menolak.
BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Auskultasi

Abdomen
Inspeksi

Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)

Palpasi

Hepar dan lien tak teraba

Perkusi

Timpani

Auskultasi

Bising usus (+) normal

7. Ekstremitas Atas-Bawah
Akral hangat (+)/(+)
8. Status Lokalisata
Telinga Kanan

Telinga Kiri

Edema (-), hiperemi (-),

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-)

massa (-)

Edema (-), hiperemi (-),

Edema (-), hiperemi (-),

Inspeksi :
Aurikula
Preaurikula

massa (-), fistula (-), abses massa (-), fistula (-), abses (-)
(-)
Retroaurikula Edema (-), hiperemi (-),

Edema (-), hiperemi (-),

massa (-), fistula (-), abses massa (-), fistula (-), abses (-)
(-)
Palpasi

Nyeri

pergerakan Nyeri

pergerakan aurikula

aurikula (+), nyeri tekan (-), nyeri tekan tragus (-),


tragus

(+),

nyeri

tekan nyeri tekan retroaurikula (-)

retroaurikula (-)
MAE

Edema ( + ), hiperemi (+),

Edema (-), hiperemi (-),

secret (-),furunkel ( - ), secret

(-),

furunkel

serumen (-)

serumen (-)

Membran

Intak, bewarna putih,

Intak, berwarna putih,

timpani

Cone of light (+)

Cone of light (+)

(-),

VIII. Diagnosis Kerja :


Otitis Eksterna diffusa aurikulla dekstra (H.60)
IX.
X.DiagnosaBanding
Otitis Media akut (H.65)
XI. Manajemen
1. Preventif :
- Menyarankan pasien untuk tidak mengorek-ngorek telinga .
- Menjaga telinganya saat mandi atau agar tidak kemasukkan air.
- Menjelaskan kepada pasien agar tidak berenag selama telinga belum
sembuh
2. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit, penatalaksanaan ,
pencegahan dan komplikasinya.
3. Kuratif :
Makan makanan yang lembut/lunak (seperti: bubur) untuk
mengurangi nyeri saat mengunyah.

Jangan berenang terlebih dahulu

Jika mandi tutup telinga dengan kapas

Jangan dikorek

Cara penggunaan tetes telinga yang benar

Farmakologi
Antibiotik topical : Kloramfenikol tetes telinga 2x sehari 2-3 tetes
Analgetik : asam mefenamat 3 x 1/2 tab
4. Rehabilitatif
Upaya mengembalikan penderita seperti keadaan semula .

Rehabilitatif mental : dengan memberikan dorongan motifasi kepada orang


tua dan pasien untuk teratur menggunakan obat dan menghindari faktor
faktor yang dapatmemperberat dan memperlambat.

Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas simpang IV sipin jambi
dr. Mulia Oloan harahap
STM atas jambi.

Jambi, November 2015

R/

kloramfenikol tetes telinga

no. I

S 2 dd 2 gtt. ad
R/ paracetamol tab 125 mg

no. V

S 3 d d tab
Pro : An. M
Umur : 10 tahun
Alamat : Lebak bandung

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI TELINGA LUAR
Secara anatomi telinga luar dapat dibagi menjadi aurikula (pinna) dan liang
telinga (canalis acusticus eksternus/CAE). Telinga luar dipisahkan dengan telinga
dalam oleh membran timpani. Aurikula dan 1/3 lateral liang telinga terdiri dari
kartilago elastis yang secara embrional berasal dari mesoderm dan sejumlah kecil
jaringan subkutan yang di tutupi oleh kulit dan adneksanya. Hanya lobulus pinna
yang tidak memiliki kartilago dan terdapat lemak. Sedangkan 2/3 bagian dalam
rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 -3 cm.
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (modifikasi kelenjar keringat= kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar
keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian
dalamnya hanya sedkit di jumpai kelenjar serumen.
3.1 Vaskularisasi Telinga Luar
Aurikula dan kanalis akustikus eksternus menerima perdarahan dari arteri
temporalis superfisialis dan cabang aurikularis posterior yang merupakan cabang
dari arteri karotis eksternus.
Sedangkan aliran vena dari aurikula dan meatus yaitu melalui vena temporalis
superfisialis dan vena aurikularis posterior kemudian bersatu membentuk vena
retromandibular yang biasanya terpisah dan keduanya bertemu di vena jugularis,
pertemuan terakhir terdapat pada vena jugularis eksterna namun demikian juga
menuju ke sinus sigmoid melalui vena emissarius mastoid.
3.2 Persarafan dan Aliran Limfatik Telinga Luar

Persarafan sensoris ke aurikula dan canalis akustikus eksternus berasal dari


persarafan kanalis dan kutaneus dengan kontribusi dari cabang aurikulotemporal
N. trigeminus (V), N. fasialis (VII), dan N. Vagus (X). Aurikularis magna dari
pleksus servikalis (C 2-3). Otot motorik ekstrinsik telinga yaitupada bagian
anterior, superior, dan posterior aurikula di persarafi N. fasialis (VII).
Aliran limfatik kanalis akustikus eksternus merupakan saluran yang penting
pada penyebaran infeksi. Bagian anterior dan posterior terdapat aliran limph dari
kanalis akustikus eksternus menuju ke limfatim pre-aurikular didalam kelenjar
parotis dan kelenjar getah bening leher profunda bagian superior.
Bagian inferior kanalis akustikus eksternus aliraan limphnya menuju ke
kelenjar getah bening infra aurikular dekat angulus mandibularis. Sedangkan
bagian posterior menuju ke kelenjar getah bening post aurikular dan kelenjar
getah bening leher profunda superior.

A. DEFINISI OTITIS EKSTERNA


Otitis eksterna adalah peradangan liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh bakteri. Diklinik seringkali sukar dibedakan peradangan yang
disebabkan oleh penyebab lain seperti jamur, atau virus.
Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah
tumbuh. Hal lain adalah trauma ringan (ketika mengorek telinga) atau karena
berenang yang menyebabkan perubahan kulit karena terkena air.
B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai,
disamping penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai
Januari sampai Desember 2000 di poliklinik THT RS H. Adam Malik Medan
didapati 10746 kunjungan baru dimana, dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis

eksterna, 282 kasus (2,62) otitis eksterna difusa dan 585 kasus (5,44%) otitis
eksterna sirkumsripta.
Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan
jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat
komplek dan sejak tahun 1844 banyak penelitit mengemukakan faktor pencetus
dari penyakit ini yang mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan
menimbulkan kekambuhan. Bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap
epitel dari liang merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna.
C. ETIOLOGI
Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Pseudomonas
aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus, Streptococcus, dan beberapa
bakteri gram negatif. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis
media supuratif kronis.
Beberapa faktor yang memudahkan terjadinya otitis eksterna, yaitu:

Derajat keasaman (pH)


pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi
sebagai protektor terhadap kuman. Bila terjadi perubahan pH menjadi basa
maka akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh

karena proteksi terhadap infeksi menurun.


Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur
mudah tumbuh.
Trauma
Trauma ringan misalnya setelah mengorek telinga merupakan faktor
predisposisi terjadinya otitis ekstern
Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Perubahan warna kulit

liang telinga dapat terjadi setelah terkena air.


D. KLASIFIKASI OTITIS EKSTERNA
Otitis eksterna diklasifikasikan atas :
a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul)
b. Otitis eksterna difus

Gambar 2. Otitis eksterna


akut

Gambar 3. Otitis eksterna


kronis

Otitis Eksterna Sirkumskripta (furunkle/bisul


Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung
adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen, maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus
sehingga

membentuk

furunkel.

Kuman

penyebabnya

biasanya

Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.


Gejalanya adalah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar
bisul. Hal ini di sebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung
jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan
perikondrium dan tragus. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu
membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga
gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.
Terdapat tanda infiltrat atau abses pada sepertiga liang telinga.
Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi
abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal
diberikan antibiotik dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau
bacitracin, atau anti septik (asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%). Kalau
dinding furunkel tebal dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain)
untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotik
secara sistemik, antibiotik diberikan dengan pertimbangan infeksi yang
cukup berat. Diberikan pada orang dewasa ampisilin 250 mg, eritromisisn
250 mg, anak-anak diberikan 40-50 mg/kgBB. Berikan obat asimptomatik

seperti analgetik seperti Parasetamol atau Asam mefenamat 500 mg.


Otitis Eksterna Difus
Biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak
kulit liang telinga hiperemis dan edema dengan tidak jelas batasanya, serta
tidak terdapat furunkel.
Kuman penyebabnnya biasanya golongan Pseudomonas. Kuman
lain yang sebagai penyebab adalah Staphylococcus albus, escheria koli dan
sebagainya. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis
media supuratif kronis.

Gejalanya sama dengan otitis eksterna sirkumskripta. Kadangkadang terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir
(musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.
Pengobatannya adalah dengan memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik
antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat
antibiotik sistemik.
E. PATOFISIOLOGI
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih
kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga selsel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah
ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang
telinga.
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang
telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat dan gelap
pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan
jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit
sehingga terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu timbulnya
iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan
nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan
rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan
cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus
eksternus) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan
pendengaran.
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu pseudomonas
(41%), sterptokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroideus (11%).
Infeksi pada liang telilnga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler, dan tulang
temporal.
Otalgia padaotitis eksterna disebabkan:

10

Kulit liang telinga luar beralaskan periostium dan perikondrium bukan


bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain
itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa

sakit yang hebat.


Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga bersambung dengan
kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada
daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar
sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis
eksterna.6,7

F. GEJALA KLINIK
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal
dari otitis eksterna difusa dan sering mendahaului terjadinya rasa sakit dan nyeri
tekan daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan penduhulu
rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita
rasa gatal disertai ras penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan
peradangan suatu otitis eksterna akut. Pada otitis eksterna kronik merupakan
keluhan utama.
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa
tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang sominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering
mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat
peradangan yang ada. Ini ditegakkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium,
sehingga edema dermmis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit
yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja
dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar
dan mengakibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan
kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen

11

kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi,


rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam liang telinga
bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara. 1
Selain gejala-gejala diatas otitis eksterna juga dapat memberikan gejalagejala klinis berikut:
1. Deskuamasi.
2. Tinitus.
3. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang telinga
(otore) Kadang-kadang pada otitis eksterna difus ditemukan sekret / cairan
berwarna putih atau kuning, atau nanah. Cairan tersebut berbau yang tidak
menyenangkan. Tidak bercampur dengan lendir (musin).
4. Demam.
5. Nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut.
6. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna
sirkumskripta. Bisul menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah, darah dan
nanah dalam jumlah kecil bisa bocor dari telinga.
7. Hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga. Kulit liang telinga pada
otitis eksterna difus tampak hiperemis dan udem dengan batas yang tidak
jelas. Bisa tidak terjadi pembengkakan, pembengkakan ringan, atau pada
kasus yang berat menjadi bengkak yang benar-benar menutup liang telinga.
G. DIAGNOSIS
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa
gatal. Rasa gatal berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak sesuai
dengan kondisi penyakitnya (mis, pada faskulitis atau otitis eksterna
sirkumskripta). Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan dan ketika
mengunyah makanan atau membuka mulut.
Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai
kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur,
biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan
berbau.

12

Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada


besarnya furunkel atau edema yang terjadi dan telah menyumbat pada liang
telinga.
Didapat kan riwayat faktor predisposisi misalnya kebiasaan berenang pada
pasien, ataupun kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bud bahkan
menggunakan bulu ayam yang merupakan media penyebaran infeksi.
Pemeriksan fisik pada pasien biasanya menunjukkan:
Kulit MAE edema, hiperemis merata sampai ke membran timpani
dengan liang. MAE penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran

timpani dapat tidak tampak.


Pada folikulitis akan didapatkan edema, hiperemis pada pars

kartilagenous MAE
Nyeri tragus

H. TATALAKSANA
Untuk otitis eksterna sirkumskripta

Terapi tergantung pada keadaan furunkel bila sudah menjadi abses


diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan
antibiotik dalam bentuk salep seperti polymixin B atau bacitracin.

Kalau tebal diinsisi pasang salir untuk mengalirkan nanah


Obat simtomatik berupa analgetik, obat penenang atau jika diperlukan
antibiotik sistemik
Untuk otitis eksterna difus Pengobatannya dengan memasukkan tanpon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara
obat dengan kulit yang meradang. Pengobatan simtomatik : analgetik, jika perlu
antibiotik sistemik

13

BAB III
ANALISA KASUS
a.

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah pasien dan lingkungan sekitar


Berdasarkan anamnesis, tidak ada hubungan antara otitis ekterna dengan
keadaan rumah dan lingkungan sekitar.

b.

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga


Berdasarkan anamnesis, tidak ada hubungan antara otitis eksterna dengan
keadaan keluarga dan hubungan keluarga.

c.

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Berdasarkan anamnesis tidak ada hubungan antara otitis ekterna dengan
perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.

d.

Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit pada


pasien ini
Dari anamnesis pasien mengorek-ngorek telinga , ada riwayat berenang
sebelumnya. Riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan
atau benda asing dalam liang telinga. Berenang dalam air yang tercemar
merupakan salah satu factor resiko terjadinya otitis eksterna

14

e.

Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan


faktor resiko atau etiologi pada pasien ini
Menyarankan

pasien

untuk

tidak

mengorek-ngorek

telinga

secara

berlebihan.

LAMPIRAN

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Oghalai, J.S. 2003. Otitis Eksterna. Di unduh dari: http://www.bcm.


tme.edu/oto/grand/101295.htm. Di Akses pada tanggal : 10 novemberl 2014.
2. Kotton, C. 2004. Otitis Eksterna. Di unduh dari: http://www.sav-ondrugs.
com/shop/templates/encyclopedia/ENCY/article/000622.asp. Di Akses pada
tanggal : 10 november 2014
3. Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso K:
editor. Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi 6.
Jakarta: EGC. 1997.78-84.
4. Sosialisman, Alfian F.Hafil, & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6. dr. H.
Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT, dkk (editor). Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2007. Hal : 58-59.
5. Snell, Richard S. Anatomi Klinik Edisi 6. Jakarta ; EGC 2006.

16

Anda mungkin juga menyukai