Anda di halaman 1dari 23

BAB I

STATUS PASIEN
I.

Identitas Pasien
a. Nama
b. Jenis Kelamin
c. Umur
d. Pekerjaan
e. Alamat

: TN. F
: laki-laki
: 58 tahun
: PNS
: lebak Bandung Nusantara RT 28 TAC Payo

leban lorong ihsan N0 27


II.

Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a.Status Perkawinan
: Menikah
b. Jumlah anak/saudara
: 3 orang anak
c.Status ekonomi keluarga
: Menengah ke atas
d. Kondisi Rumah
:
Pasien tinggal di sebuah rumah permanen dengan ukuran 20 x 10
meter dengan atap seng. Mempunyai 4 kamar yang berada di sebelah
ruang tamu. Masing-masing kamar mempunyai ventilasi yang cukup
untuk pencahayaan dan pertukaran udara. Mempunyai 1 ruang makan
dan dapur. Mempunyai 2 kamar mandi dengan WC jongkok. Sumber air
berasal dari air PDAM.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga
:
Pasien tinggal bertujuh dirumah bersama ke 3 anak 1 cucu dan
menantu , dan istri pasien . Sehari-hari pasien bekerja sebagai PNS.

III. Aspek Psikologis di Keluarga


Pasien merupakan seorang ayah yang mudah marah

dan sangat dekat

dengan anak dan cucunya . Hubungan pasien dengan keluarganya baik.


IV.

Keluhan Utama

Sakit kepala sejak + 1 hari sebelum datang ke Puskesmas.

V.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke dengan keluhan sakit kepala sejak + 1 hari yang lalu,
sakit kepala hilang timbul, Tetapi pasien masih dapat melakukan aktivitas seharihari seperti biasa. Sebelumnya pasien memang sering merasakan keluhan yang
sama. Nyeri kepala dirasakan dalam sehari bisa timbul > 3 kali, lebih berat jika
pasien kecapaian atau stress. Keluhan ini membuat kepala pasien terasa berat dan
menjalar hingga ke leher. Selain nyeri kepala, selama seminggu belakangan ini
pasien merasa lehernya sering tegang atau kaku dan sulit tidur. Pusing berputar
(-). Demam (-), pandangan kabur (-), muntah (-), nyeri dada (-), sesak nafas (-),
BAK normal, BAB normal. Pasien hanya berobat ke Puskesmas bila ada keluhan
saja.

VI. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :


- Riwayat hipertensi diakui, diketahui sejak + 4 tahun yang lalu,
-

mengkonsumsi obat anti hipertensi tidak rutin.


Riwayat diabetes melitus disangkal.
Riwayat stroke disangkal
Riwayat keluarga hipertensi ada.

VII. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum
1. Keadaan sakit
2. Kesadaran
3. Suhu
4. Tekanan darah
5. Nadi
6. Pernafasan
7. BB
8. TB
9. IMT

:
: Tampak sakit sedang
: Compos mentis
: 36,8C
: 160/100 mmHg
: 82 x/menit
: 20 x/menit
: 82 kg
: 155 cm
: 34,13

Pemeriksaan Organ
1. Kepala
Bentuk
Simetri
2. Mata

: normocephal
: simetris

Exopthalmus/enophtal
Kelopak
Conjungtiva
Sklera

: (-)
: normal
: anemis (-)
: ikterik (-)
2

3.
4.
5.
6.

Hidung
Telinga
Mulut
Leher

Kornea
: normal
Pupil
: bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa
: normal, keruh (-)
Gerakan bola mata : baik
: tak ada kelainan
: tak ada kelainan
: tak ada kelainan
KGB
: tak ada pembengkakan
Kel.tiroid
: tak ada pembesaran
JVP
: normal

7. Thorak
:
Paru :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi
: Fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi : Sonor
Auskustasi : Suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: iktus kordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
8. Abdomen:
Inspeksi
: datar, venektasi (-), jaringan parut (-)
Auskultasi
: BU (+) normal
Palpasi
: Nyeri tekan suprapubik (-), Ballotemen (-),
Hepar lien tidak teraba
Perkusi
: Timpani, nyeri CVA (-)
9. Ekstremitas Atas
Edema (-), akral hangat, kekuatan otot 5 - 5
10. Ekstremitas bawah
Edema (-), akral hangat., kekuatan otot 5 5
VIII. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Anjuran
Rontgen Thoraks AP
EKG
Darah rutin
Kimia darah lengkap

IX. Diagnosis
3

Hipertensi Grade II
X.

Manajemen
a. Promotif :
- Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang rendah
garam.
Lakukan olah raga secara teratur.
Mengkonsumsi obat secara rutin.
Menerangkan kepada pasien tentang bahaya penyakit hipertensi dan

komplikasinya.
b. Preventif :
- Menyarankan agar pasien menjaga pola makannya dengan diet
-

rendah garam, rendah lemak dan tinggi serat


Menyarankan agar pasien banyak berolahraga.
Menyarankan agar pasien teratur minum obat dan memeriksakan

tekanan darahnya ke puskesmas secara berkala.


Menyarankan untuk mengurangi beban pikiran.

c. Kuratif :
Non Farmakoogi
Istirahat
Diet rendah garam, rendah lemak dan tinggi serat.
Farmakologi

Amlodipin tab 1x10 mg

Catopril tab 3x1 mg

Obat tradisional
1.
Ramuan Hipertensi I
Bahan
: Buah ketimun 2 buah
Cara
: Buah ketimun dicuci bersih lalu diparut. Hasil

2.

parutannya diperas dan disaring, lalu diminum sekaligus.


Aturan
: Diminum 2-3 kali sehari
Ramuan Hipertensi II
Bahan
: Daun alpukat kering 2,5 gram, daun kumis kucing
kering 2,5 gram dan temulawak kering 5 gram.
Cara
: Daun alpukat, daun kumis kucing dan temulawak
ditambah dengan 2 gelas air. Campuran tersebut diirebus di atas

api yang cukup besar sambil sesekali duduk. Jika air sudah
mendidih, api dikecilkan, campuran bahan terus diaduk hingga 1
gelas air rebusan.
Aturan
: Diminum 2 kali sehari, sesudah makan, setiap
3.

minum setengah gelas.


Ramuan Hipertensi III
Bahan
: Daun seledri segar 252 gram.
Cara
: Daun seledri segar dibersihkan dan dipotongpotong, lalu ditambah dengan 2 gelas air. Campuran tersebut
direbus diatas api yang cukup besar sambil diaduk sesekali. Jika
sudah mendidih, api dikecilkan, campuran bahan terus diaduk
hingga diperoleh 1 gelas air rebusan.
Aturan
: Diminum 2 kali sehari sesudah makan, setiap
minum setengah gelas.

d. Disability Limitation
Jelaskan pada pasien bahwa hipertensi itu merupakan penyakit yang
berbahaya bila dibiarkan, hipertensi bila dibiarkan dapat menyebabkan
pembuluh darah menjadi kaku lama-kelamaan bisa tersumbat bahkan bisa
pecah sehingga dapat menyebabkan stroke bahkan kematian, sehingga
pasien harus tetap mengkonsumsi obat antihipertensinya secara rutin dan
teratur, serta tetap kontrol ke Puskesmas bila obat habis.
e. Rehabilitatif
Memantau tekanan darah pasien secara rutin. Hal ini dilakukan
dengan kerja sama dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter
untuk datang secara berkala.

Resep ilmiah

Resep dari puskesmas


Dinas Kesehatan Kota Jambi

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Simpang kawat

Puskesmas Simpang kawat

Dokter : Afridawaty harahap

Dokter : Afridawaty harahap

SIP

SIP

: 123/456

: 123/456

Tanggal : 25 -11-2015

Tanggal : 25-11-2015

R/Amlodipin tab 5 mg no. X

R/ Amlodipin tab 5 mg no. XIV

S1dd tab 1

S1dd tab 1

R/ Captopril tab 25 mg no. X

R/Captopril tab 24 mg no. LII

S3dd tab 1

S1dd tab 1

Pro

: tn. F

Umur : 58 tahun

Pro

: tn. F

Umur : 58 tahun
Resep Tidak Boleh Ditukar Tanpa
Sepengetahuan Dokter

Resep Tidak Boleh Ditukar Tanpa


Sepengetahuan Dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140
mmHg sistolik dan sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang
tidak sedang mengkonsumsi obat antihipertensi.1 Hipertensi sering disebut sebagai
the silent disease karena penderita umumnya tidak mengetahui dirinya mengidap
hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.1
Hipertensi yang lama atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa
kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan pembuluh darah perifer.1
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi essensial. Beberapa penulis memilih istilah hipertensi primer, untuk
membedakan dengan hipertensi sekunder (diketahui penyebabnya).1,2
2.2 Epidemiologi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama didunia, mengenai
hampir 50 juta orang di Amerika serikat dan hampir 1 miliar orang diseluruh
dunia. Meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi juga
bertambah. Lebih dari separuh orang berusia di atas 65 tahun menderita
hipertensi. Pengendalian tekanan darah penderita hipertensi hanya mencapai 34 %
dari seluruh penderita hipertensi.2,3
2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :3
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitr 90% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhinya,seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek
dalam eksresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor
yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok serta
polisitemia.
2. Hipertensi sekunder. Terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
7

vaskular

renal,

hiperaldosteronisme

primer,

sindroma

cushing,

feokromasitoma, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan,


pemakaian obat-obatan seperti pil KB, kortikosteroid, simpatomimetik
amin (efedrin, fenilefrin, fenilpropanolamin, amfetamin), siklosporin dan
eritropoitin dan lain-lain.
2.4 Faktor Faktor Risiko
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau
dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.1,2,3
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Genetik.
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Etnis
5. Penyakit Ginjal
6. Obat-obatan
7. Preeklampsi pada kehamilan
8. Keracunan timbal akut
b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Stress
2. Obesitas
3. Nutrisi
4. Merokok
5. Kurang olahraga

2.5 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II

inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.1,3
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.1,3
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.1,3
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat
komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi
jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume
sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas
pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu
oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat
stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.1,3

Perjalanan penyakit hipertensi essensial berkembang dari hipertensi yang


kadang- kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode
asimptomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi
dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil,
jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai
dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah
jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana
tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun
dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.1,3

2.6 Gejala Klinis


Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang
lebih serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi
disebut sebagai silent killer karena dua hal, yaitu:1,2,3,4,5
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit
kepala biasanya

jarang

berhubungan

langsung

dengan

hipertensi.

Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.

10

Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai


risiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti
stroke,serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). berikut beberapa gejala hipertensi :

Sakit kepala
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada

otak,mata, jantung dan ginjal.


Sering buang air kecil terutama di malam hari
Telinga berdenging.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
2.7 Diagnosis
Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu
hasil pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal
kita sudah dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.3,5
Anamnesis
a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
c. Usia, sering pada usia 30 70 tahun.
d. Gejala sistem saraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).

11

e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urin berkurang )


f. Gejala sistem kardiovaskular (adanya payah jantung, kongestif dan oedem
paru, nyeri dada).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pielonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah di kedua
lengan, mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah
jantung kongestif, diseksi aorta). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas.
Auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising
jantung dan ronki paru. Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan
kegawatan neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu
dicari penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.5
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah
disepakati Badan Kesehatan Dunia (WHO), organisasi hipertensi International
(ISH), maupun organisasi hipertensi regional, termasuk Indonesia (InaSH).3
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII
Kategori

Tekanan Darah Sistolik

Tekanan Darah Diastolik

Normal

< 120 mmHg

(dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi

120-139 mmHg

(atau) 80-89 mmHg

Stadium 1

140-159 mmHg

(atau) 90-99 mmHg

Stadium 2

>= 160 mmHg

(atau) >= 100 mmHg

Pemeriksaan penunjang

12

Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula


darah dan elektrolit.
Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thoraks.
Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala,
ekokardiogram, ultrasonogram.
2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan
darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi.
Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan
gaya hidup. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan
tekanan darah adalah:1,3,4,5

mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;


mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)

yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik.
Mengurangi rokok

2.Terapi farmakologi
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal
dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah
melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi
dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik,
terutama

pada

pasien-pasien

dengan

diabetes,

disfungsi

autonomik,dan

lansia.1,2,3,4,5

Diuretik
Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan
mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan
13

darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik


menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan
tambahan kalium atau obat penahan kalium.
Penghambat adrenergik
Terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetolol, yang
menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem
saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stress, dengan
cara meningkatkan tekanan darah.Yang paling sering digunakan adalah betablocker, yang efektif diberikan kepada: - penderita usia muda- penderita yang
pernah mengalami serangan jantung- penderita dengan denyut jantung yang
cepat- angina pektoris (nyeri dada)- sakit kepala migren.
Angiotensin converting enzyme inhibitor
Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat
ini efektif diberikan kepada:- orang kulit putih- usia muda- penderita gagal
jantung - penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh
penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik- pria yang menderita
impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain. Angiotensin-II-bloker
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang
mirip dengan ACE-inhibitor.
Algoritma untuk evaluasi Krisis Hipertensi
parameter

Hipertensi urgency

Hipertensi
emergency

Biasa

Mendesak

Tekanan darah

>180/110

>180/110

Gejala

Sakit kepala,
kecemasan, sering
kali tanpa gejala

Sakit kepala hebat, Sesak nafas, nyeri


sesak nafas
dada, nokturia,
disarthria,
kelemahan,
kesadaran
menurun

>220/140

14

Pemeriksaan

Tidak ada
kerusakan organ
target, tidak ada
penyakit
kardiovaskuler

Kerusakan organ
target, muncul
klinis penyakit
kardiovaskuler,
stabil

Enselopati, edema
paru, insufisiensi
ginjal, iskemia
jantung

Terapi

Awasi 1-3 jam,


memulai atau
teruskan obat oral,
naikkan dosis

Awasi 3-6 jam,


obat oral
berjangka kerja
pendek

Pasang jalur IV,


periksa
laboratorium
standar, terapi
obat IV

Rencana

Periksa ulang
dalam 3 hari

Periksa ulang
dalam 24 jam

Rawat ruangan
ICU

Tabel obat hipertensi parenteral


Obat

Dosis

Efek/ lama

Perhatian Khusus

kerja

15

Sodium

0,25-10mg /kg/ Langsung/2-3 Mula, muntah, penggunaan

nittroprusside

menit sebagai

menit setelah

jangka panjang dapat

infuse IV

infuse

menyebabkan keracunan
tiosianat,methemoglobinemia,
asidosis, keracunan sianida

Nitrogliserin

500-1000mg

2-5 menit/5-

Sakit kepala,takikardi,

sebagai infuse

10 menit

muntah, methemoglobinuria,

IV

membutuhkan system
pengiriman khusus karena
obat mengikat pipa PVS

Nicardipine

5-15mg/jam

1-5 menit/15-

Takikardi, mual, muntah,

sebagai infuse

30 menit

sakit kepala, peningkatan

Iv

tekanan intra cranial,


hipotensi

Klonidin

150ug, 6 amp

30-60 min/24

Enselopati dengan gangguan

per 250 cc

jam

koroner

5-

1-5 min/15-

Takikardi, mual, muntah,

15ug/kg/menit

30 min

sakit kepala, peningkatan

glukosa 5 %
mikrodrip
Diltiazem

sebagai infuse

tekanan intrakranial,

IV

hipotensi

2.9 Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit
jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan

penyakit

ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya

16

komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua


sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. 3
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak
terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab
kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai
stroke dan gagal ginjal. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui
komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu:3
No. Sistem organ

Komplikasi

1.

Jantung

2.

System saraf pusat

Infark miokard, Angina pectoris, Gagal jantung


kongestif
Stroke, Ensefalopati hipertensif

3.

Ginjal

Gagal ginjal kronis

4.

Mata

Retinopati hipertensif

5.

Pembuluh darah perifer

Penyakit pembuluh darah perifer

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai


mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan
penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang
sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada
otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma
yang dapat mengakibakan kematian.3
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan
serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal
sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut
seperti pada hipertensi maligna.3
Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak
hanya tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan

17

organ target serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes
melitus. Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih
dari 50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu
dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali.2

BAB III
ANALISIS KASUS

18

PENDEKATAN HOLISTIK
ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK
a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :
Pasien Tn . F (58 tahun) datang ke dengan keluhan sakit kepala sejak + 1
hari

yang lalu, sakit kepala hilang timbul, Tetapi pasien masih dapat

melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Sebelumnya pasien memang


sering merasakan keluhan yang sama. Nyeri kepala dirasakan dalam sehari bisa
timbul > 3 kali, lebih berat jika pasien kecapaian atau stress. Keluhan ini
membuat kepala pasien terasa berat dan menjalar hingga ke leher. Selain nyeri
kepala, selama seminggu belakangan ini pasien merasa lehernya sering tegang
atau kaku dan sulit tidur. Pusing berputar (-). Demam(-), pandangan kabur (-),
muntah (-), nyeri dada (-), sesak nafas (-), BAK normal, BAB normal. Pasien
hanya berobat ke Puskesmas bila ada keluhan saja. Pasien tidak tahu nama obat
yang biasa diminumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/ 100. Dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, akhirnya didapatkan
diagnosa penyakit yang diderita pasien yaitu Hipertensi grade II
Pasien tinggal di sebuah rumah permanen dengan ukuran 10 x 20 meter
dengan atap seng. Mempunyai 4 kamar yang berada di sebelah ruang tamu.
Masing-masing kamar mempunyai ventilasi yang cukup untuk pencahayaan
dan pertukaran udara. Mempunyai 1 ruang makan dan dapur. Mempunyai
2kamar mandi dengan WC jongkok. Sumber air berasal dari air PDAM.
Tidak ada hubungan antara penyakit yang diderita pasien dengan keadaan
rumah.
b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga
Pasien tinggal bertujuh dirumah bersama ke 3 anak,cucu, menantu dan
istrinya , bekerja sebagai PNS. Pasien merupakan seorang ayah yang mudah
marah , dan sangat dekat dengan cucu dan ketiga orang anaknya. Hubungan
pasien dengan keluarganya baik. Selama anamnesis pasien bercerita ia merasa
cukup lelah untuk mengurus pekerjaanya di kantor,. Itulah yang
menyebabkan pasien kurang istirahat.dan pasien pempunyai pola hidu tidak

19

seha kurang istirahat dan beban pikiran yang dirasakan pasien karena
mengurus pekerjaan kantor adalah salah satu pemicu penyakit hipertensi
padapasien ini.
c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis

Penyebab hipertensi terbagi 2 yaitu hipertensi esensial dan hipertensi


sekunder. Pada pasien ini penyebab hipertensi tidak diketahui atau sering
disebut hipertensi esensial. Dimana hipertensi ini dialami sekitar 90%
kasus.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit

Adapun faktor yang menimbulkan penyakit hipertensi pada pasien ini


terdiri dari 2 faktor yakni faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang
tidak dapat dimodifikasi. Dimana faktor yang tidak dapat dimodifikasi
adalah faktor umur, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi adalah gaya
hidup yang kurang sehat. Seperti tidak mengatur pola makan dengan benar
serta kurangnya berolahraga.

e.

Analisis untuk menghindari faktor memperberat dan penularan


penyakit :
Untuk menghindari factor yang memperberat yaitu dengan memodifikasi
gaya hidup yang sehat seperti mengatur pola makan dengan benar, hindari
makan yang mengandung kolesterol seperti makanan bersantan, hindari
stres, olah raga yang teratur. Selain itu pasien juga kontrol teratur, periksa
tekanan darah secara rutin serta mengkonsumsi obat yang teratur.

Rencana Promosi Dan Pendidikan Kesehatan Kepada Pasien Dan Kepada


Keluarga
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, faktor risiko, dan
bagaimana mengatasinya.

20

Rencana Edukasi Penyakit Kepada Pasien dan Kepada Keluarga


Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak diketahui
penyebabnya.
Namum ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya:
-

faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu faktor umur.

faktor yang dapat dimodifikasi yaitu gaya hidup


Faktor gaya hidup merupakan faktor yang dapat dimodifikasi seperti

olah raga yang cukup, berfikir positif, hindari stres dan mengatur pola
makanan dengan benar yakni makan makanan yang rendah kolesterol, diet
rendah garam.
Anjuran-Anjuran Promosi Kesehatan Penting yang Dapat Memberi
Semangat/Mempercepat Penyembuhan Pada Pasien
Pasien diberi nasehat bahwa hipertensi itu merupakan penyakit yang
berbahaya bila dibiarkan. Hipertensi bila dibiarkan dapat menyebabkan pembuluh
darah menjadi kaku dan bisa tersumbat bahkan bisa pecah sehingga dapat
menyebabkan komplikasi seperti stroke bahkan kematian.
Oleh karena itu pasien dianjurkan :
Mengatur pola makan yang benar, makan makanan yang rendah kolesterol,
diet rendah garam atau menggunakan garam untuk hipertensi.
Lakukan olah raga secara teratur.
Menjauhkan diri dari asap rokok
Mengkonsumsi obat secara rutin.
Jika klinis memberat, segera di bawa ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan
lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hirlan. 2006. Hipertensi, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

21

2. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam


Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.
3. Kaplan Norman M. Hipertensive Crisis. In : Flynn T Joseph. Kaplan
clinical hypertensive. 9 ed. Williams Wilkins, 2006. Chapter 8.
4. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam:
Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7 th edition. Philadelpia:
Elsevier Saunders, 2005.p 528-529.
5. Sudoyo Aru, Setiyohadi, Alwi Idrus, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I. Edisi IV FKUI. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. h. 599603, 616-617.

LAMPIRAN

22

23

Anda mungkin juga menyukai