Anda di halaman 1dari 17

BAB I

STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur
b. Pekerjaan/Pendidikan
c. Alamat

: An. W/Laki-laki/9 tahun


: -/Sekolah Dasar
: Perumahan garuda gang jambu RT 13

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan
: Belum menikah
b. Jumlah anak/saudara
: - / Anak tunggal
c. Status ekonomi keluarga
: kurang
d. Kondisi Rumah
:
Pasien tinggal disebuah rumah dengan ukuran 6x15 meter, terdapat 2
kamar tidur, ventilasi dan penerangan cukup, sumber air sehari-hari dari
sumur, sumber air minum dari air isi ulang, sumber listrik dari PLN, kamar
mandi 1 buah dan menggunakan WC jongkok, sampah

dibakar di

belakang rumah.
e. Kondisi lingkungan keluarga :
Pasien tinggal di lingkungan perumahan yang padat.
III.

Aspek Psikologis di Keluarga


- Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya
- Pasien sangat disayang orangtua dan keluarga besarnya
- Hubungan dengan keluarga baik

IV. Riwayat Penyakit Sekarang : (autoanamnesis dan alloanamnesa)


Keluhan Utama : Demam terus menerus sejak 2 hari yang lalu

Riwayat Perjalanan Penyakit :


Pasien dibawa berobat ke Puskesmas Simpang kawat dengan
keluhan demam. Menurut ibu pasien, demam sejak 2 hari yang lalu, tidak
terlalu tinggi, terus menerus, tidak disertai menggigil, tidak disertai pilek,
namun nyeri saat menelan. Demam meningkat pada malam hari dan sore hari
disangkal, sulit menelan disangkal, nafas berbau tidak ada, riwayat terbangun
saat tidur karena nafas sesak disangkal, keluhan nyeri telinga dan berair
disangkal, penurunan nafsu makan disangkal, penurunan berat badan
disangkal.
Ibu pasien mengatakan jika anaknya sering minum es (es manis).
Ibu pasien juga mengaku pasien sering memakan gorengan yang dijual di
pinggir jalan. Dalam kesehariannya pasien sering tidak menggosok gigi saat
mau tidur. Ibu pasien juga mengatakan jika demam timbul mendadak, dan
nyeri menelan baru kali ini dikeluhkan pasien.
V. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga
- Riwayat radang pada amandel disangkal
- Riwayat keluar cairan dari telinga/congek disangkal
- Riwayat penyakit yang sama pada keluarga disangkal
VI.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan sakit

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis

Suhu

: 37,8C

Nadi

: 90x/menit

Pernafasan

: 20x/menit

Berat badan

: 24 Kg

Tinggi Badan

: 108 cm

Status Gizi
- BB/U

: 0 < BB/U < 1 (BB sesuai)

- TB/U

: -1 < TB/U < 0 (TB sesuai)


2

- BB/TB

: 0 < BB/TB < 1 (BB sesuai)

Pemeriksaan Organ
1. Kepala
Bentuk
2. Mata

: normocephal

Exopthalmus/enophtal : (-)

Kelopak
: normal
Conjungtiva
: anemis (-/-)
Sklera
: ikterik (-/-)
Pupil
: bulat, isokor, RC +/+
3. Telinga : tak ada kelainan
4. Hidung : tak ada kelainan
5. Mulut
Bibir
: basah, tidak pucat
Bau pernafasan
: normal
Palatum
: deviasi (-)
Gusi
: warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah
: putih kotor (-), ulkus (-)
6. Leher
: KGB tak ada pembengkakan, struma (-)
7. Thorax
Jantung : Bunyi jantung reguler, bising tidak ada
Paru
: Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
8. Abdomen
: datar, BU (+) N, nyeri tekan (-)
9. Ekstremitas Atas
: akral hangat (+)/(+), udem (-)/(-)
Ekstremitas bawah : akral hangat (+)/(+), udem (-)/(-)
Status Lokalisata

VII.

Mukosa faring

: hiperemis

Tonsil

: T2/T2

Mukosa hiperemis

:+/+

Kripta lebar

:+/+

Detritus

:-/-

Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

VIII. Diagnosis Kerja


Tonsilitis akut
IX.

Diagnosa Banding
Faringitis
3

Laringitis
X.

Manajemen
1. Preventif :
Menghindari makanan dan minuman yang merangsang amandel

seperti gorengan serta minuman dingin dan manis.


Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menggosok gigi minimal
2 kali sehari.

2. Promotif :
Menerangkan kepada pasien dan ibu pasien tentang penyakit yang

diderita dan komplikasinya.


Edukasi tentang menjaga kesehatan diri.

3. Kuratif :
Non Farmakologi
Istirahat yang cukup
Minum banyak air

Farmakologi

Amoksisilin 250 mg 3 x 1 tab P.O selama 5 hari (25-50 mg/kgBB)


Parasetamol 500 mg 3 x tab P.O jika demam (10-15
mg/kgBB)

Tradisional
Rebusan daun atau akar saga dapat meredakan pembengkakan pada
tonsil. Untuk membuat ramuannya, dengan mengambil akar tanaman
saga secukupnya dan satu batang kayu manis.Terlebih dahulu cuci
kedua bahan hingga bersih.Lalu, rebus ke dalam 4 gelas air putih
hingga mendidih. Tunggu hingga volume air rebusan berkurang hingga
setengahnya saja. Saring air rebusan tersebut dan minum rutin sebanyak
dua kali sehari.

4. Rehabilitatif
Pasien disarankan untuk kontrol ulang ke puskesmas atau rumah
sakit bila keluhan timbul penyakit.
Jika tonsil sering meradang, menimbulkan sesak, atau sukar menelan
segera periksakan diri ke dokter spesialis THT.
5.

RESEP
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Simpang Kawat
Dr. Afridawaty Harahap
SIP. 26011986
STR. 02021986
Alamat : Belakang terminal lama kota Jambi
Tanggal: 01/12/2015

R/ Amoksisilin tab mg 250

No. X

3 dd 1 tab
R/ Parasetamol tab mg 250

No. X

3 dd 1 tab

Pro

: An. W

Umur

: 9 Tahun

Alamat : Perumahan Garuda

Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Simpang Kawat
Dr. Afridawaty Harahap
SIP. 26011986
STR. 02021986
Alamat : Belakang terminal lama kota Jambi
Tanggal: 01/12/2015

R/ Amoksisilin syr fls No. I


3 dd C1
R/ Parasetamol Syr fls No. I
3 dd C1

Pro

: An. W

Umur

: 9 Tahun

Alamat : Perumahan Garuda

BAB II
7

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer . Tonsilitis akut adalah radang akut yang
disebabkan oleh kuman Streptococcus hemolyticus, Streptococcus viridons dan
Streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus.1,2
Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat dalam rongga mulut yaitu : tonsil faringeal, tonsil palatina,
tonsil lingual, tonsil tuba eustachius. 1

Gambar 2.1. Cincin Waldeyer

2.2. Etiologi
Tonsilitis akut ini lebih banyak disebabkan oleh kuman grup A
Streptokokus beta hemolitikus, pneumokokus, streptokokus viridian dan
streptokokus piogenes.1,2 Virus terkadang juga menjadi penyebab penyakit
ini. Tonsilitis ini seringkali terjadi mendadak pada anak-anak dengan
peningkatan suhu 1-4C.
8

2.3. Patofisiologi
Penularan penyakit ini melalui droplet. Kuman menginfiltrasi
lapisan epitel, kemudia bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid
superficial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit polimorfnuklear. Saat folikel mengalami peradangan, maka
tonsil akan membengkak dan membentuk eksudat yang akan mengalir
dalam saluran lalu keluar mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran
putih atau bercak kuning. Kotoran ini disebut detritus. Detritus sendiri
terdiri atas kumpulan leukost polimorfonuklear, bakteri yang mati dan
epitel tonsil yang telepas. Tonsilitis akut dengan detritus yang jelas
disebut tonsillitis folikularis. TOnsiliti akut dengan detritus yang
menyatu lalu membentuk kanal-kanal disebut tonsillitis lakunaris. .1,2
2.4. Klasifikasi
Klasifikasi tonsilitis akut, antara lain: 1,2
a.Tonsilitis Viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai nyeri
tenggorok. Penyebab paling sering adalah virus Epstein Barr. Hemofilus
influenza merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi
virus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka
kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien.
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus
hemolitikus. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan
menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear
sehingga terbentuk detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri
yang mati dan epitel yang terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus
tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.
Bentuk tonsilititis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsillitis
folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu membentuk alur-alur

maka akan terjadi tonsillitis lakunaris. Bercak detritus ini juga dapat melebar
sehingga membentuk semacam membrane semu yang sering disebut sebagai
pseudomembran yang menutup tonsil.

Gambar 2.2. Tonsilitis Bakterial dan Tonsilitis viral

2.5. Manifestasi Klinis1,2,3


Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah
nyeri di tenggorok dan rasa nyeri saat menelan, demam dengan suhu yang tinggi,
rasa lesu, rasa nyeri di sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia).
Rasa nyeri telinga ini karena nyeri alih (referred pain) melalui nervus
glossofaringeus (IX). Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis
dan terdapat detritus berbentuk berbentuk folikel, lakuna akan tertutup oleh
membran

semu.

Kelenjar

submandibula

membengkak

dan

nyeri

tekan. 1 , 2
Suara pasien terdengar seperti orang yang mulutnya penuh terisi makanan
panas. Keadaan ini disebut plumy voice. Mulut berbau busuk (foeter ex ore) dan
ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat (ptiliamus).
Selain itu tonsil hiperemi, udem, terdapat detritus, ismus fasium tampak
menyempit. Palatum mole, arkus anterior, dan arkus posterior tampak hiperemis
dan udem. Kelenjar limfe di daerah jugulo-digastrikus (dibelakang angulus
mandibula) membesar dan nyeri tekan.3

10

Gambar 2.3 Tonsil dan Faring

2.6. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, antara lain: 4
Tes Laboratorium
a. Darah rutin: leukosit terjadi peningkatan, hemoglobin terjadi penurunan atau
normal.
b. Kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan pus tonsil.
Biakkan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat
keganasan rendah seperti Streptokokus hemolitikus, Streptokokus viridians,
Stafilokokus, dan Pneumokokus.
2.7. Komplikasi
Otitis media akut (pada anak-anak), abses peritonsil, abses
parafaring, toksemia, septikemia, bronkitis, nefritis akut, miokarditis, dan
arthritis.1,2
2.8. Penatalaksanaan
D e n g a n m e n g g u n a k a n a n t i b i o t i k s p e k t r u m l u a s , antipiretik
dan obat kumur yang mengandung desinfektan. Apabila penderita tonsilitis
diserang karena virus sebaiknya biarkan virus itu hilang dengan sendirinya.
Selama satu atau dua minggu sebaiknya penderita banyak istirahat, minum
minuman hangat juga mengkonsumsu cairan menyejukkan.1,2

11

Antibiotik
Jika tonsilitis disebabkan oleh bakteri maka antibiotik yang akan berperan
dalam proses penyembuhan. Antibiotik oral perlu dimakan selama setidaknya
10 hari.
Tindakan operasi
Tonsilektomi biasanya dilakukan pada anak-anak jika anak mengalami
tonsillitis selama tujuh kali atau lebih dalam setahun, anak mengalami
tonsillitis lima kali atau lebih dalam dua tahun, tonsil membengkak dan
berakibat suit bernafas, adanya abses.
2.9. Tonsilektomi
Indikasi tonsilektomi menurut The American Academy of Otolaryngology
Head and Neck Surgery Clinical Indicator Compendium menetapkan: 1
1. Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali pertahun walaupun telah mendapatkan
terapi yang adekuat
2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan orofasial
3. Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertropi tonsil dengan sumbatan jalan
napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale
4. Rinitis dan sinusitits yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak
5.
6.
7.
8.

berhasil hilang dengan pengobatan


Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan
Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri A streptococcus B hemolitikus
Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
Otitis media efusa / otitis media supuratif

Kontraindikasi bedah:
Terdapat beberapa keadaan yang disebutkan sebagai kontraindikasi,
Namun bila sebelumnya dapat diatasi, operasi dapat dilaksanakan dengan tetap
memperhitungkan imbang manfaat dan risiko.1,2
Keadaan tersebut adalah:
a. Gangguan perdarahan
b. Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat

12

c. Anemia
d. Infeksi akut yang berat

Komplikasi bedah: 2
a. Perdarahan
Perdarahan merupakan komplikasi tersering (0,1-8,1% dari jumlah kasus).
Perdarahan dapat terjadi selama operasi, segera sesudah operasi atau di rumah.
Kematian akibat perdarahan terjadi pada 1: 35.000 pasien. sebanyak 1 dari
100 pasien kembali karena perdarahan dan dalam jumlah yang sama
membutuhkan transfusi darah.
b. Nyeri
Nyeri pasca operasi muncul karena kerusakan mukosa dan serabut saraf
glosofaringeus atau vagal, inflamasi dan spasme otot faringeus yang
menyebabkan iskemia dan siklus nyeri berlanjut sampai otot diliputi kembali
oleh mukosa, biasanya 14-21 hari setelah operasi.
c. Komplikasi lain
Dehidrasi, demam, kesulitan bernapas, gangguan terhadap suara (1:10.000),
aspirasi, otalgia, pembengkakan uvula, insufisiensi velopharingeal, stenosis
faring, lesi dibibir, lidah, giggi dan pneumonia.

13

BAB III
ANALISA KASUS
Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:
Pasien tinggal dirumah dengan ukuran 6x15 m, mempunyai 2 kamar, 1 kamar
mandi menggunakan WC jongkok, ventilasi dan pencahayaan baik, sampah
rumah tangga dibakar di belakang rumah. Pasien menggunakan air sumur
untuk keperluan sehari-hari. Air minum berasal dari air isi ulang.
Penyakit yang diderita pasien memiliki hubungan dengan sumber air minum
keluarga. Kebersihan dari air isi ulang yang belum dimasak tidak terjamin,
sehingga sumber air minum tersebut bisa menjadi sumber kuman penyebab
penyakit pada pasien.
Hubungan diagnosa dengan keluarga dan hubungan keluarga:
Pasien merupakan anak tunggal serta sangat disayang orangtua dan keluarga
besarnya. Hubungan dengan keluarga baik.
Tidak ada hubungan antara keadaan keluarga dengan penyakit yang diderita
pasien.
Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan
sekitar:
Ibu pasien membenarkan jika anaknya sering minum es disekolahnya yang
merupakan salah satu faktor yang dapat merangsang timbulnya radang pada
tonsil. Ibu pasien juga mengatakan jika demam timbul mendadak, dan nyeri
menelan baru kali ini dikeluhkan pasien.
Penyakit yang diderita pasien mempunyai hubungan dengan perilaku kesehatan
dalam keluarga dan lingkungan sekitar.
Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
ini:

14

Pasien jarang menggosok gigi sehingga kebersihan gigi dan mulut pasien
kurang. Kuman akan hidup di gigi dan mulut yang kurang terjaga
kebersihannya.
Analisis untuk mengurangi paparan:
Menghindari makanan dan minuman yang merangsang amandel seperti
gorengan serta minuman dingin dan manis.
Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menggosok gigi minimal 2 kali
sehari, pada pagi hari dan sesaat sebelum tidur malam hari.

15

DAFTAR PUSTAKA
1. Sosialisma, Helmi. Tonsilitis. Dalam: Soepardi EA. Iskandar N, editor. Buku
ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Ed.5. Jakarta:
FKUI; 2007. Hal. 44-8.
2. Boies LR. BOIES Buku ajar penyakit THT. Ed.6. Jakarta: EGC Penerbit
Buku Kedokteran; 1997.
3. Herawati S, Rukmini S. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok.
Jakarta: EGC, 2007.
4. Lee, KJ. Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. McGraw-Hill,
2003.

16

DOKUMENTASI

17

Anda mungkin juga menyukai