STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur
b. Pekerjaan/Pendidikan
c. Alamat
dibakar di
belakang rumah.
e. Kondisi lingkungan keluarga :
Pasien tinggal di lingkungan perumahan yang padat.
III.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan sakit
Kesadaran
: compos mentis
Suhu
: 37,8C
Nadi
: 90x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Berat badan
: 24 Kg
Tinggi Badan
: 108 cm
Status Gizi
- BB/U
- TB/U
- BB/TB
Pemeriksaan Organ
1. Kepala
Bentuk
2. Mata
: normocephal
Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak
: normal
Conjungtiva
: anemis (-/-)
Sklera
: ikterik (-/-)
Pupil
: bulat, isokor, RC +/+
3. Telinga : tak ada kelainan
4. Hidung : tak ada kelainan
5. Mulut
Bibir
: basah, tidak pucat
Bau pernafasan
: normal
Palatum
: deviasi (-)
Gusi
: warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah
: putih kotor (-), ulkus (-)
6. Leher
: KGB tak ada pembengkakan, struma (-)
7. Thorax
Jantung : Bunyi jantung reguler, bising tidak ada
Paru
: Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
8. Abdomen
: datar, BU (+) N, nyeri tekan (-)
9. Ekstremitas Atas
: akral hangat (+)/(+), udem (-)/(-)
Ekstremitas bawah : akral hangat (+)/(+), udem (-)/(-)
Status Lokalisata
VII.
Mukosa faring
: hiperemis
Tonsil
: T2/T2
Mukosa hiperemis
:+/+
Kripta lebar
:+/+
Detritus
:-/-
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Diagnosa Banding
Faringitis
3
Laringitis
X.
Manajemen
1. Preventif :
Menghindari makanan dan minuman yang merangsang amandel
2. Promotif :
Menerangkan kepada pasien dan ibu pasien tentang penyakit yang
3. Kuratif :
Non Farmakologi
Istirahat yang cukup
Minum banyak air
Farmakologi
Tradisional
Rebusan daun atau akar saga dapat meredakan pembengkakan pada
tonsil. Untuk membuat ramuannya, dengan mengambil akar tanaman
saga secukupnya dan satu batang kayu manis.Terlebih dahulu cuci
kedua bahan hingga bersih.Lalu, rebus ke dalam 4 gelas air putih
hingga mendidih. Tunggu hingga volume air rebusan berkurang hingga
setengahnya saja. Saring air rebusan tersebut dan minum rutin sebanyak
dua kali sehari.
4. Rehabilitatif
Pasien disarankan untuk kontrol ulang ke puskesmas atau rumah
sakit bila keluhan timbul penyakit.
Jika tonsil sering meradang, menimbulkan sesak, atau sukar menelan
segera periksakan diri ke dokter spesialis THT.
5.
RESEP
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Simpang Kawat
Dr. Afridawaty Harahap
SIP. 26011986
STR. 02021986
Alamat : Belakang terminal lama kota Jambi
Tanggal: 01/12/2015
No. X
3 dd 1 tab
R/ Parasetamol tab mg 250
No. X
3 dd 1 tab
Pro
: An. W
Umur
: 9 Tahun
Pro
: An. W
Umur
: 9 Tahun
BAB II
7
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer . Tonsilitis akut adalah radang akut yang
disebabkan oleh kuman Streptococcus hemolyticus, Streptococcus viridons dan
Streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus.1,2
Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat dalam rongga mulut yaitu : tonsil faringeal, tonsil palatina,
tonsil lingual, tonsil tuba eustachius. 1
2.2. Etiologi
Tonsilitis akut ini lebih banyak disebabkan oleh kuman grup A
Streptokokus beta hemolitikus, pneumokokus, streptokokus viridian dan
streptokokus piogenes.1,2 Virus terkadang juga menjadi penyebab penyakit
ini. Tonsilitis ini seringkali terjadi mendadak pada anak-anak dengan
peningkatan suhu 1-4C.
8
2.3. Patofisiologi
Penularan penyakit ini melalui droplet. Kuman menginfiltrasi
lapisan epitel, kemudia bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid
superficial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit polimorfnuklear. Saat folikel mengalami peradangan, maka
tonsil akan membengkak dan membentuk eksudat yang akan mengalir
dalam saluran lalu keluar mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran
putih atau bercak kuning. Kotoran ini disebut detritus. Detritus sendiri
terdiri atas kumpulan leukost polimorfonuklear, bakteri yang mati dan
epitel tonsil yang telepas. Tonsilitis akut dengan detritus yang jelas
disebut tonsillitis folikularis. TOnsiliti akut dengan detritus yang
menyatu lalu membentuk kanal-kanal disebut tonsillitis lakunaris. .1,2
2.4. Klasifikasi
Klasifikasi tonsilitis akut, antara lain: 1,2
a.Tonsilitis Viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai nyeri
tenggorok. Penyebab paling sering adalah virus Epstein Barr. Hemofilus
influenza merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi
virus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka
kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan pasien.
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus
hemolitikus. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan
menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear
sehingga terbentuk detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri
yang mati dan epitel yang terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus
tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.
Bentuk tonsilititis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsillitis
folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu membentuk alur-alur
maka akan terjadi tonsillitis lakunaris. Bercak detritus ini juga dapat melebar
sehingga membentuk semacam membrane semu yang sering disebut sebagai
pseudomembran yang menutup tonsil.
semu.
Kelenjar
submandibula
membengkak
dan
nyeri
tekan. 1 , 2
Suara pasien terdengar seperti orang yang mulutnya penuh terisi makanan
panas. Keadaan ini disebut plumy voice. Mulut berbau busuk (foeter ex ore) dan
ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat (ptiliamus).
Selain itu tonsil hiperemi, udem, terdapat detritus, ismus fasium tampak
menyempit. Palatum mole, arkus anterior, dan arkus posterior tampak hiperemis
dan udem. Kelenjar limfe di daerah jugulo-digastrikus (dibelakang angulus
mandibula) membesar dan nyeri tekan.3
10
11
Antibiotik
Jika tonsilitis disebabkan oleh bakteri maka antibiotik yang akan berperan
dalam proses penyembuhan. Antibiotik oral perlu dimakan selama setidaknya
10 hari.
Tindakan operasi
Tonsilektomi biasanya dilakukan pada anak-anak jika anak mengalami
tonsillitis selama tujuh kali atau lebih dalam setahun, anak mengalami
tonsillitis lima kali atau lebih dalam dua tahun, tonsil membengkak dan
berakibat suit bernafas, adanya abses.
2.9. Tonsilektomi
Indikasi tonsilektomi menurut The American Academy of Otolaryngology
Head and Neck Surgery Clinical Indicator Compendium menetapkan: 1
1. Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali pertahun walaupun telah mendapatkan
terapi yang adekuat
2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan orofasial
3. Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertropi tonsil dengan sumbatan jalan
napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale
4. Rinitis dan sinusitits yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak
5.
6.
7.
8.
Kontraindikasi bedah:
Terdapat beberapa keadaan yang disebutkan sebagai kontraindikasi,
Namun bila sebelumnya dapat diatasi, operasi dapat dilaksanakan dengan tetap
memperhitungkan imbang manfaat dan risiko.1,2
Keadaan tersebut adalah:
a. Gangguan perdarahan
b. Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat
12
c. Anemia
d. Infeksi akut yang berat
Komplikasi bedah: 2
a. Perdarahan
Perdarahan merupakan komplikasi tersering (0,1-8,1% dari jumlah kasus).
Perdarahan dapat terjadi selama operasi, segera sesudah operasi atau di rumah.
Kematian akibat perdarahan terjadi pada 1: 35.000 pasien. sebanyak 1 dari
100 pasien kembali karena perdarahan dan dalam jumlah yang sama
membutuhkan transfusi darah.
b. Nyeri
Nyeri pasca operasi muncul karena kerusakan mukosa dan serabut saraf
glosofaringeus atau vagal, inflamasi dan spasme otot faringeus yang
menyebabkan iskemia dan siklus nyeri berlanjut sampai otot diliputi kembali
oleh mukosa, biasanya 14-21 hari setelah operasi.
c. Komplikasi lain
Dehidrasi, demam, kesulitan bernapas, gangguan terhadap suara (1:10.000),
aspirasi, otalgia, pembengkakan uvula, insufisiensi velopharingeal, stenosis
faring, lesi dibibir, lidah, giggi dan pneumonia.
13
BAB III
ANALISA KASUS
Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:
Pasien tinggal dirumah dengan ukuran 6x15 m, mempunyai 2 kamar, 1 kamar
mandi menggunakan WC jongkok, ventilasi dan pencahayaan baik, sampah
rumah tangga dibakar di belakang rumah. Pasien menggunakan air sumur
untuk keperluan sehari-hari. Air minum berasal dari air isi ulang.
Penyakit yang diderita pasien memiliki hubungan dengan sumber air minum
keluarga. Kebersihan dari air isi ulang yang belum dimasak tidak terjamin,
sehingga sumber air minum tersebut bisa menjadi sumber kuman penyebab
penyakit pada pasien.
Hubungan diagnosa dengan keluarga dan hubungan keluarga:
Pasien merupakan anak tunggal serta sangat disayang orangtua dan keluarga
besarnya. Hubungan dengan keluarga baik.
Tidak ada hubungan antara keadaan keluarga dengan penyakit yang diderita
pasien.
Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan
sekitar:
Ibu pasien membenarkan jika anaknya sering minum es disekolahnya yang
merupakan salah satu faktor yang dapat merangsang timbulnya radang pada
tonsil. Ibu pasien juga mengatakan jika demam timbul mendadak, dan nyeri
menelan baru kali ini dikeluhkan pasien.
Penyakit yang diderita pasien mempunyai hubungan dengan perilaku kesehatan
dalam keluarga dan lingkungan sekitar.
Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
ini:
14
Pasien jarang menggosok gigi sehingga kebersihan gigi dan mulut pasien
kurang. Kuman akan hidup di gigi dan mulut yang kurang terjaga
kebersihannya.
Analisis untuk mengurangi paparan:
Menghindari makanan dan minuman yang merangsang amandel seperti
gorengan serta minuman dingin dan manis.
Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menggosok gigi minimal 2 kali
sehari, pada pagi hari dan sesaat sebelum tidur malam hari.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Sosialisma, Helmi. Tonsilitis. Dalam: Soepardi EA. Iskandar N, editor. Buku
ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Ed.5. Jakarta:
FKUI; 2007. Hal. 44-8.
2. Boies LR. BOIES Buku ajar penyakit THT. Ed.6. Jakarta: EGC Penerbit
Buku Kedokteran; 1997.
3. Herawati S, Rukmini S. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok.
Jakarta: EGC, 2007.
4. Lee, KJ. Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. McGraw-Hill,
2003.
16
DOKUMENTASI
17