The Chronicles of Narnia - Keponakan Penyihir
The Chronicles of Narnia - Keponakan Penyihir
MR. Collection's
a
KEPONAKAN PENYIHIR
eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
nurulkariem@yahoo.com
C.S. Lewis
Ilustrasi oleh Pauline Baynes
DAFTAR ISI
9
29
47
64
5. Kata Kemalangan
83
101
119
138
9. Membangkitkan Narnia
154
174
192
209
228
246
262
MR. Collection's
BAB
menetes percuma. Dan di masa-masa itu, hiduplah di London anak perempuan bernama Polly
Plummer.
Dia tinggal di salah satu rumah di deretan
panjang rumah yang berdempetan. Di suatu
pagi, dia sedang berada di kebun belakang
ketika seorang anak laki-laki datang berlari
dari kebun sebelah dan meletakkan kepalanya
di atas pagar tembok. Polly sangatlah terkejut
karena hingga saat ini belum pernah ada anakanak di rumah itu, hanya Mr Ketterly dan
Miss Ketterley, kakak-beradik, perjaka tua dan
perawan tua, tinggal bersama. Jadi Polly mendongak, penuh rasa ingin tahu. Wajah anak
laki-laki asing itu sangat kotor. Nyaris tidak
akan bisa lebih kotor lagi bila dia menggosokkan tangan ke tanah dulu, menangis keras,
lalu mengeringkan wajah dengan kedua tangannya. Bahkan sebenarnya, bisa dibilang itulah
yang baru saja dia lakukan.
"Halo," sapa Polly.
"Halo," sapa anak laki-laki itu. "Siapa namamu?"
"Polly," jawab Polly. "Kalau namamu?"
"Digory," jawab si anak laki-laki.
"Wah, namamu aneh sekali!" kata Polly.
"Lebih aneh mana dengan Polly?" kata Digory.
10
lang, petualangan di dalam rumah. Menakjubkan sekali betapa banyaknya petualangan yang
bisa kaulakukan dengan sebongkah lilin di
suatu rumah besar, atau di deretan rumah.
Polly telah lama menemukan bahwa jika kau
membuka pintu kecil tertentu di loteng yang
berbentuk kotak di rumahnya, kita akan menemukan tempat penyimpanan air dan ruang
gelap di belakangnya yang bisa kaumasuki
dengan sedikit memanjat hati-hati. Ruang gelap
itu seperti terowongan panjang dengan dinding
bata di satu sisi dan atap curam di sisi lainnya.
Di atap, berkas-berkas kecil cahaya menembus
di antara rongga-rongganya. Tidak ada lantai
di terowongan ini, kita bakal harus melangkah
dari kasau ke kasau, dan di antaranya hanya
ada plester. Kalau kita menginjak plester ini
kau akan mendapati dirimu terjatuh dari langitlangit ruangan di bawahnya. Polly menggunakan sebagian kecil terowongan itu, tepat di
sebelah tempat penyimpanan air, sebagai gua
penyelundup. Dia membawa bagian-bagian peti
pakaian tua, beberapa bantalan kursi dapur
yang rusak, dan benda-benda sejenis lainnya,
lalu menyebar semua benda itu di atas kasau
demi kasau sehingga terbentuk semacam lantai.
Di sinilah dia menyimpan kotak uang yang
15
dan sinar matahari siang yang mendadak menghambur keluar membuat mata mereka mengejap-ngejap. Lalu, bersama dengan rasa sangat terkejut, mereka mendapati mereka sedang
melihat, bukan loteng terlantar, tapi ruangan
berperabot lengkap. Namun ruangan itu sepertinya memang tak berpenghuni. Sepi sekali di
21
menutupnya, dan menguncinya. Lalu dia berbalik, menatap lekat kedua anak itu dengan
matanya yang tajam, dan tersenyum, menunjukkan seluruh giginya.
"Nah!" katanya. "Sekarang kakakku yang
bodoh tidak akan bisa membantumu!"
Tindakan itu sama sekali bukan tindakan
yang kita harapkan bakal dilakukan orang
dewasa. Jantung Polly rasanya mau melompat
keluar, dia dan Digory pun mulai berjalan
mundur ke pintu kecil yang mereka lalui tadi.
Tapi Paman Andrew terlalu cepat dibanding
mereka. Tahu-tahu dia sudah berada di belakang mereka, menutup pintu itu juga, lalu
berdiri menghalanginya. Kemudian dia menggosok-gosokkan kedua tangannya dan membuat
buku-buku jemari tangannya berderak. Jemarinya sangat panjang, putih, dan bagus.
"Aku senang sekali kalian datang," katanya.
"Tepat saat aku membutuhkan dua anak."
"Saya mohon, Mr Ketterly," kata Polly. "Saat
ini sudah hampir waktunya makan malam dan
saya harus segera pulang. Maukah Anda membiarkan kami keluar?"
"Belum," jawab Paman Andrew. "Ini kesempatan yang terlalu bagus untuk dilewatkan.
Aku memang menginginkan dua anak. Jadi
25
28
MR. Collection's
BAB
EJADIAN itu begitu tiba-tiba dan mencekam, tidak seperti apa pun yang pernah
dialami Digory, bahkan dalam mimpi buruk
sekalipun, sehingga dia menjerit. Tangan Paman
Andrew langsung membekap mulutnya. "Hentikan itu!" desisnya di telinga Digory. "Kalau
kau terus membuat keributan, ibumu akan
mendengarnya. Dan kau tahu sendiri apa yang
bisa terjadi bila dia terlalu terkejut."
Seperti yang Digory ceritakan nanti, jenis
kemarahan mengerikan yang ingin dilampiaskannya ke pria itu hampir membuatnya muak.
Tapi tentu saja dia tidak menjerit lagi.
"Begitu lebih baik," kata Paman Andrew.
"Mungkin kau juga tidak bisa mencegahnya.
Memang mengejutkan bila kau melihat seseorang lenyap untuk pertama kalinya. Aku saja
29
kan berbagai kemungkinan. Aku harus mengenal beberapayah, sejumlah orang jahat aneh,
dan melalui berbagai pengalaman yang sangat
tidak menyenangkan. Semua itulah yang membuat rambutku beruban. Seseorang tidaklah
begitu saja menjadi penyihir. Kesehatanku sempat ambruk. Tapi aku membaik. Dan aku
akhirnya tahu."
Meski tidak ada kemungkinan, walau barang
sedikit pun, ada orang lain yang mendengarkan
pembicaraan mereka, Paman Andrew mencondongkan tubuh ke depan dan hampir berbisik
ketika berkata:
"Kotak Atlantis itu berisi sesuatu yang telah
dibawa dari dunia lain ketika dunia kita baru
saja dimulai."
"Apa?" tanya Digory yang kini jadi sangat
tertarik, tanpa bisa menahan diri.
"Hanya debu," jawab Paman Andrew. "Debu
36
37
46
MR. Collection's
BAB
48
apa tentang itu. Dia tidak pernah punya keberanian untuk datang ke sini sendiri. Dia
hanya bicara tentang satu Dunia Lain. Tapi
siapa tahu ada lusinan?"
"Maksudmu, hutan ini mungkin hanya salah
satunya?"
"Tidak, menurutku hutan ini sama sekali
bukan dunia lain. Menurutku tempat ini hanyalah semacam tempat di antaranya."
Polly tampak bingung.
"Tidakkah kau lihat?" tanya Digory. "Tidak,
dengar dulu. Pikirkan terowongan kita di bawah papan-papan di rumah. Tempat itu kan
bukan ruangan di salah satu rumah. Bisa dibilang, terowongan itu bahkan bukan benarbenar bagian dari rumah-rumah. Tapi sekalinya
kau berada di terowongan, kau bisa berjalan
di dalamnya dan datang ke rumah mana pun
di deretan rumah kita. Mungkin saja hutan ini
juga sama, kan?tempat yang bukanlah salah
satu dunia, tapi sekali kau menemukan tempat
ini kau bisa masuk ke dunia mana pun."
"Yah, kalaupun kau bisa" Polly memulai,
tapi Digory melanjutkan seolah tidak mendengar kata-katanya.
"Dan tentu saja itu menjelaskan segalanya,"
katanya. "Itulah sebabnya tempat ini begitu
56
kelihatan jelas dan nyata, seolah dia kian mendekati fokus. Tapi sebelum Paman Andrew
menjadi benar-benar nyata, Polly berteriak
"Ganti", dan mereka langsung mengganti cincin, dunia kita pun mengabur seperti mimpi,
kemudian cahaya hijau di atas menjadi kian
terang dan terang, hingga kepala mereka keluar
dari mata air dan mereka berlari ke tepian.
Kini hutan mengelilingi mereka lagi hingga ke
atas, masih sehijau dan seterang dulu. Seluruh
proses itu hanya mengambil waktu kurang
dari satu menit.
"Nah!" kata Digory. "Sudah bisa, kan? Sekarang mari kita bertualang. Mata air yang mana
pun boleh. Ayolah. Ayo kita coba yang satu
itu."
"Stop!" kata Polly. "Tidakkah sebaiknya kita
tandai mata air yang ini dulu?"
Mereka bertatapan dan wajah mereka berdua
memucat saat mereka menyadari hal mengerikan yang baru saja akan Digory lakukan. Ada
begitu banyak mata air di di hutan ini, dan
semua mata air tampak serupa, begitu juga
pepohonannya. Kalau sekali saja mereka meninggalkan mata air yang merupakan jalan
menuju dunia mereka sendiri tanpa membuat
semacam tanda, kemungkinannya seratus ban60
63
kata Digory.
MR. Collection's
BAB
Batu yang digunakan untuk membangun segala hal sepertinya merah, tapi mungkin itu
hanya karena cahaya misterius yang menerangi
tempat tersebut. Yang pasti rasanya aneh sekali.
Banyak di antara bebatuan datar yang melapisi
permukaan halaman, retak hingga terbelah. Tidak satu pun menempel rapat satu sama lain
dan sudut-sudut tajamnya telah cacat semua.
Salah satu pintu yang diapit area setengahnya
tertutupi reruntuhan. Kedua anak itu terusmenerus membalikkan tubuh untuk melihat ke
sudut-sudut berbeda di halaman. Salah satu
alasannya adalah karena mereka khawatir seseorangatau sesuatusedang mengawasi mereka
dari jendela-jendela ketika mereka menghadap
ke depan.
"Menurutmu ada yang tinggal di sini, tidak?"
tanya Digory akhirnya, masih dengan berbisik.
"Tidak," jawab Polly. "Semua ini hanya
reruntuhan. Kita belum mendengar suara apa
pun sejak datang ke sini."
"Ayo kita coba berdiri diam sebentar dan
menajamkan pendengaran," saran Digory.
Mereka berdiri diam dan mendengarkan, tapi
satu-satunya yang mereka dengar hanyalah detakan jantung mereka sendiri. Tempat ini setidaknya sesunyi Hutan di Antara Dunia-dunia.
66
67
sudah lama mati. Dan tidak ada semut, labahlabah, atau makhluk hidup lain yang kaupikir
bisa kautemui di antara reruntuhan. Tanah
kering yang terdapat di antara batu lantaibatu lantai pun tidak ditumbuhi rumput atau
lumut.
Keadaan di tempat itu begitu mati di seluruh
sudutnya hingga bahkan Digory pun mulai
berpikir sebaiknya mereka segera mengenakan
cincin kuning dan kembali ke hutan hidup
yang hangat dan hijau di tempat antara. Pada
saat itulah mereka menemukan dua daun pintu
raksasa yang terbuat dari sejenis logam yang
mungkin saja emas. Salah satu daun pintu itu
sedikit terbuka. Jadi tentu saja mereka masuk
untuk melihat ke dalam. Keduanya terkejut
dan menarik napas panjang: karena di sinilah
akhirnya ada sesuatu yang pantas dilihat.
Selama beberapa saat mereka berpikir
ruangan tersebut dipenuhi orangratusan
orang, semuanya sedang duduk, dan semuanya
bergeming. Polly dan Digory juga, seperti yang
bisa kautebak, berdiri tanpa bergerak cukup
lama karena melihat pemandangan di depan
mereka. Tapi akhirnya mereka memutuskan
yang sedang mereka pandangi tidaklah mungkin
orang sungguhan. Tidak ada gerakan maupun
72
walaupun puisi itu sendiri, ketika kau membacanya di sana, lebih bagus:
Tentukan pilihan, wahai petualang asing,
Bunyikan bel, dan hadapi bahaya genting,
Atau teruslah penasaran, hingga lenyap kewarasan,
Akan apa yang bakal terjadi
bila saja kaulakukan.
"Apa ini?" seru Polly. "Kita kan tidak mau
mendapatkan bahaya apa pun."
"Ah, tapi tidakkah kau sadar tidak ada
pilihan lain?" tanya Digory. "Tidak mungkin
kita bisa menghindar sekarang. Kita bakal selalu bertanya-tanya apa yang akan terjadi kalau
saja kita membunyikan bel ini. Aku tidak mau
pulang lalu penasaran setengah mati karena
selalu mengingatnya. Tidak perlu takut!"
"Jangan konyol begitu," kata Polly. "Memangnya bakal ada orang yang mati karena
penasaran? Siapa yang peduli apa yang bakal
terjadi?"
"Menurutku semua orang yang sudah pergi
sejauh ini bakal terus bertanya-tanya sampai
membuatnya tidak waras. Itulah Sihir yang
menguasai tempat ini. Aku bahkan bisa merasakannya mulai bekerja pada diriku."
78
nada indah seperti yang mungkin sudah kauduga, tidak terlalu keras pula. Tapi bukannya
menghilang ditelan angin, nada itu terus terdengar, dan ketika itu terjadi bunyinya kian
mengeras. Sebelum semenit berlalu, bunyinya
kini telah menjadi dua kali lebih keras daripada
ketika kali pertama bersuara. Tak lama kemudian suaranya kian mengeras sehingga jika
kedua anak itu berusaha berbicara (tapi mereka
tidak berniat berbicara saat inimereka hanya
berdiri di sana dengan mulut ternganga) mereka
tidak bakal bisa mendengar satu pun ucapan
mereka. Beberapa saat kemudian bunyinya sudah menjadi begitu keras sehingga mereka tidak
bakal bisa mendengar satu sama lain bahkan
kalaupun mereka berteriak. Dan suaranya terus
saja mengeras: semua dalam satu nada, suara
indah yang tak berakhir, walaupun ada sesesuatu yang mengerikan dalam keindahan itu,
hingga semua udara dalam ruangan besar itu
seolah berdenyut karenanya dan mereka bisa
merasakan lantai batu di kaki mereka bergetar.
Kemudian akhirnya suara bel itu mulai bercampur dengan bunyi lain, suara samar mengerikan yang awalnya terdengar seperti geraman kereta yang datang dari kejauhan, kemudian seperti gebrakan pohon tumbang. Mereka
81
82
BAB
Kata Kemalangan
84
Tepat pada saat itubukan di ruangan tempat mereka berada, tapi di suatu tempat yang
sangat dekat dari sanaterdengarlah suara runtuh pertama, kemudian suara sesuatu retak,
lalu gemuruh bebatuan rubuh, dan lantai pun
bergetar.
"Terlalu berbahaya berada di sini," kata
sang ratu. "Seluruh tempat ini akan hancur.
Kalau kita tidak keluar dari sini sekarang,
dalam hitungan menit kita akan terkubur di
dalam reruntuhannya." Dia berbicara dengan
tenang seolah hanya sedang memberitahu jam
berapa sekarang. "Ayo," dia menambahkan
kemudian menjulurkan kedua tangannya ke
Digory dan Polly. Polly, yang tidak menyukai
sang ratu dan merasa agak merajuk, tidak
akan membiarkan tangannya diraih kalau saja
dia punya pilihan lain. Tapi walaupun sang
ratu berbicara dengan nada yang tenang, gerakannya secepat pikiran. Sebelum Polly menyadari apa yang sedang terjadi, tangan kirinya
telah ditangkap tangan yang jauh lebih besar
dan kuat daripada miliknya sehingga dia tidak
bisa melakukan apa-apa.
Wanita ini mengerikan sekali, pikir Polly.
Dia cukup kuat untuk mematahkan lenganku
hanya dengan satu puntiran. Dan sekarang
86
88
"Sejak dulu selalu begitu," kata Jadis. "Setidaknya, selama ratusan ribu tahun. Apakah
duniamu memiliki jenis matahari yang berbeda?"
"Ya, matahari kami lebih kecil dan kuning.
Juga memberi lebih banyak panas."
Sang ratu mengeluarkan suara panjang. "A-aah!" Dan di wajahnya Digory melihat ekspresi
lapar dan serakah yang sama dengan yang
pernah dilihatnya pada wajah Paman Andrew.
"Jadi," katanya, "duniamu dunia yang lebih
muda."
Dia berhenti sejenak untuk melihat sekali
lagi kota terlantar itukalaupun dia merasakan
penyesalan atas segala kejahatan yang telah
dilakukannya di sana, dia tidak menunjukkannya sama sekalikemudian berkata:
"Nah, ayo kita berangkat. Dingin di sini di
akhir segala zaman."
"Berangkat ke mana?" tanya kedua anak
itu.
"Ke mana?" ulang Jadis terkejut. "Tentu
saja ke duniamu."
Polly dan Digory bersitatap, terpaku ketakutan. Sejak awal Polly sudah tidak menyukai
sang ratu, dan bahkan Digory, kini setelah dia
mendengar ceritanya, merasa telah cukup men97
mereka dilupakan. Bocah bodoh! Apakah kaupikir aku, dengan kecantikan dan Sihir-ku,
tidak akan memiliki seluruh duniamu di bawah
kakiku sebelum satu tahun berlalu? Siapkan
mantramu dan segera bawa aku ke sana."
"Ini mengerikan sekali," kata Digory ke
Polly.
"Mungkin kau mengkhawatirkan pamanmu,"
kata Jadis. "Tapi kalau dia menghormatiku
dengan tulus, dia diperkenankan menyimpan
nyawa dan takhtanya. Aku tidak datang untuk
berperang melawannya. Dia pasti penyihir besar
karena telah menemukan cara mengirimmu ke
sini. Apakah dia raja seluruh duniamu atau
hanya sebagian?"
"Dia bukan raja daerah mana pun," jawab
Digory.
"Kau berbohong," kata sang ratu. "Bukankah Sihir selalu diturunkan lewat darah bangsawan? Siapa yang pernah mendengar rakyat
biasa menjadi penyihir? Aku bisa melihat kebenaran biarpun tidak kauucapkan. Pamanmu
adalah raja besar dan ahli sihir terhebat di
duniamu. Dan dengan kemampuannya dia telah
melihat bayangan wajahku, pada semacam cermin ajaib atau mata air bertuah. Lalu karena
kekagumannya akan kecantikanku dia telah
99
100
BAB
Huh! sergah Digory dalam hati. Dia penyihir? Mendekati saja tidak. Ratu inilah penyihir
sesungguhnya.
Paman Andrew terus-menerus menggosok tangan dan menunduk. Dia berusaha mengatakan
sesuatu yang sangat sopan, tapi mulutnya mengering sehingga tak bisa bicara. "Percobaannya" dengan cincin-cincin itu, begitu dia menyebutnya, ternyata berbuah kesuksesan yang
lebih besar daripada harapannya; karena walaupun dia telah berkutat dengan Sihir selama
106
pikir secara kaku," Paman Andrew terbatabata. "Tidak benar-benar bangsawan, Ma'am.
Tapi keluarga Ketterley adalah keluarga tua.
Keluarga tua Dorsetshire, Ma'am."
"Diam," kata sang penyihir. "Aku sudah
lihat siapa dirimu. Kau penyihir kecil murahan
yang berpraktik dengan peraturan dan bukubuku. Tidak ada Sihir sejati dalam darah dan
hatimu. Khalayakmu telah dimusnahkan di
duniaku seribu tahun lalu. Tapi di sini aku
akan membiarkanmu menjadi pelayanku."
"Saya akan sangat bahagiagembira bisa
memberikan bantuan apa punmendapat kekehormatan, saya bersungguh-sungguh."
"Diam! Kau terlalu banyak bicara. Dengarkan tugas pertamamu. Aku sudah melihat kita
berada di kota besar. Siapkan segera untukku
kereta kuda, permadani terbang, naga yang
telah terlatih, atau apa pun yang biasa digunakan bangsawan di daratanmu. Lalu bawa aku
ke tempat-tempat aku bisa memperoleh pakaian, perhiasan, dan budak yang cocok untuk
posisiku. Besok aku akan memulai penjajahan
terhadap dunia."
"Sa-sa-saya akan memanggil kereta sewaan
segera," Paman Andrew tergagap.
"Stop," kata si penyihir, tepat pada saat
109
"Janganlah jadi begitu menyusahkan, sayangku," kata Paman Andrew. "Ini penting sekali.
Kau akan menempatkanku pada posisi yang
amat canggung bila kau tidak melakukannya."
"Andrew," kata Bibi Letty sambil menatap
lekat wajahnya, "aku heran kenapa kau tidak
malu meminta uang dariku."
Ada cerita panjang membosankan ala orang
dewasa di balik kata-kata itu. Yang perlu
kauketahui adalah Paman Andrew, dengan segala "mengatasi masalah bisnis Letty tersayang
demi dirinya", tidak pernah melakukan pe117
118
BAB
EI, budak, berapa lama aku harus menunggu kereta kudaku?" bentak sang
penyihir. Paman Andrew berjalan menjauhinya.
Sekarang ketika wanita itu benar-benar hadir,
segala pikiran konyol yang dimiliki Paman
Andrew saat bercermin langsung mengalir keluar dari benaknya. Tapi Bibi Letty langsung
berdiri dari berlututnya dan berjalan menuju
bagian tengah ruangan.
"Dan siapa wanita muda ini, Andrew, kalau
boleh aku bertanya?" tanya Bibi Letty dengan
nada dingin.
"Orang asing terhormator-orang yang sangat penting," jawab Paman Andrew terbatabata.
"Omong kosong!" kata Bibi Letty, kemudian
dia menoleh ke si penyihir, "Keluar dari rumah119
air. Akibatnya Polly dimarahi karena telah sangat nakal dan dia tidak akan diperbolehkan
bermain dengan "anak Kirke" lagi kalau kejadian seperti ini kembali terjadi. Kemudian
dia diberi makan malam tanpa bagian santapan
yang menyenangkan dan disuruh tidur selama
dua jam penuh. Perlakuan seperti ini sering
dialami seseorang pada masa-masa itu.
Jadi sementara Digory menatap ke luar jendela ruang makan, Polly terbaring di tempat
tidur, tapi keduanya berpikir betapa lambatnya
waktu berjalan. Kalau menurutku pribadi, aku
akan lebih suka berada pada posisi Polly. Dia
hanya perlu menunggu dua jamnya berakhir,
sedangkan Digory akan mendengar kereta kuda
sewaan, gerobak tukang roti, atau anak penjual
daging di setiap beberapa menit dan berpikir,
si penyihir datang, kemudian mendapati
dugaannya salah. Lagi pula di antara beberapa
peringatan keliru ini, yang rasanya berjamjam, jam berdetak terus dan lalat besar
terbang tinggi dan jauh sehingga tak bisa diraihberdengung membentur jendela. Rumah
Digory sejenis rumah yang bakal menjadi sangat sunyi dan membosankan di sore hari dan
selalu berbau daging domba.
Selama pengawasan dan penantian panjang126
130
132
133
"Budak!" terdengar suara dingin dan lantangnya, berdering keras di atas semua suara lain.
"Budak, jangan sentuh kuda perang kami yang
mulia. Kami Maharani Jadis."
137
BAB
menariknya menjauhi yang lain dengan hatihati. Saat mereka sudah agak jauh, pria tua
itu memajukan bibirnya begitu dekat ke telinga
Digory sehingga terasa menggelitik, lalu dia
berbisik:
"Sekarang, bocah. Pakai cincinmu. Ayo pergi
dari sini."
Tapi sang penyihir punya telinga yang bagus.
"Bodoh!" terdengar suaranya dan dia melompat
turun dari kuda. "Apakah kau lupa aku bisa
mendengar pikiran manusia? Lepaskan anak
itu. Kalau kau berniat berkhianat, aku akan
melakukan balas dendam yang begitu kejam
kepadamu dengan cara yang belum pernah
kaudengar ada di semua dunia sejak awal
zaman."
"Dan," Digory menambahkan, "kalau kau
berpikir aku orang yang jahat sehingga tega
meninggalkan Pollyjuga kusir keretaserta
kudanyadi tempat seperti ini, kau salah besar."
"Kau benar-benar anak kecil yang nakal
dan tidak sopan," kata Paman Andrew.
"Sstt!" kata si kusir kereta. Mereka semua
mendengarkan.
Dalam kegelapan, akhirnya sesuatu terjadi.
Sebuah suara mulai bernyanyi. Suaranya ter146
pertama, tapi nada-nadanya lebih tinggi: suarasuara dingin, menggelitik, keperakan. Keajaiban
kedua adalah kekelaman di atas, secara sekaligus, diterangi bintang-bintang. Bintangbintang itu tidak keluar perlahan dan satu per
satu, seperti yang biasa terjadi pada suatu
malam di musim panas. Pada suatu detik tidak
ada apa pun di sana kecuali kegelapan, di
detik berikutnya ribuan, ribuan titik cahaya
muncul keluarbintang-bintang tunggal, konstelasi, dan planet-planet, lebih terang dan besar
daripada yang ada di dunia kita. Tidak ada
awan. Bintang-bintang baru dan suara-suara
baru itu dimulai pada saat yang bersamaan.
Kalau kau ikut melihat dan mendengarnya,
seperti yang dialami Digory, kau akan merasa
sangat yakin bintang-bintang itulah yang bernyanyi, dan suara pertamalah, suara yang dalam tadi, yang membuat bintang-bintang itu
muncul dan bernyanyi.
"Luar biasa!" kata si kusir kereta. "Aku
akan jadi pria yang lebih baik sepanjang hidupku kalau aku tahu ada yang seperti ini."
Suara di bumi kini semakin keras dan lantang, tapi suara-suara di langit, setelah bernyanyi keras bersamanya, mulai melemah. Dan
kini sesuatu yang lain sedang terjadi.
148
149
"Aku setuju denganmu, Madam," kata Paman Andrew. "Tempat yang sangat tidak raenyenangkan. Sama sekali tidak beradab. Kalau
saja aku lebih muda dan membawa senjata"
"Astaga!" seru si kusir kereta. "Kau tidak
berpikir untuk menembaknya, kan?"
"Lagi pula siapa yang bisa berpikir begitu?"
kata Polly.
"Siapkan Sihir, pria tua bodoh," kata Jadis.
"Tentu saja, Madam," kata Paman Andrew
licik. "Aku harus membiarkan kedua anak ini
menyentuhku. Pakai cincin pulangmu segera,
Digory." Dia ingin pergi tanpa sang penyihir.
"Oh, jadi sihirmu cincin, ya?" teriak Jadis.
Dia bakal memasukkan tangannya ke saku
Digory sebelum kau bisa mengucapkan apa
pun, tapi Digory menarik Polly dan berseru:
"Awas. Kalau salah satu dari kalian bahkan
mendekat barang seinci pun, kami berdua akan
menghilang dan kalian akan ditinggalkan di
sini untuk selama-lamanya. Ya, aku punya
cincin di sakuku yang bisa membawaku dan
Polly pulang. Dan lihat! Tanganku siap meraihnya. Jadi jaga jarak kalian. Aku menyesal
dengan nasibmu," (dia melihat ke arah kusir
kereta) "dan kudamu, tapi tak ada yang bisa
kulakukan. Sedangkan kalian berdua," (dia me152
153
BAB
Membangkitkan
Narnia
158
yang sedang dibuatnya, saat melihat ke sekelilingmu kau akan melihat semua itu. Pengalaman ini begitu menarik sehingga Polly tidak
punya waktu untuk merasa takut. Tapi Digory
dan si kusir kereta tidak bisa mencegah diri
mereka merasa agak gugup karena setiap belokan membuat sang singa semakin dekat dengan mereka. Sedangkan Paman Andrew, giginya bergemeletuk, tapi lutut kakinya gemetaran
hebat sehingga dia tidak bisa melarikan diri.
Mendadak sang penyihir melangkah berani
menuju sang singa. Hewan itu berjalan mendekat, masih sambil bernyanyi, dengan langkah
lambat dan berat. Kini dia hanya dua belas
meter jauhnya. Sang penyihir mengangkat tangannya dan mengayunkan batang besi itu
langsung ke kepala si singa.
Tidak ada seorang pun, apalagi Jadis, yang
bakal luput mengenai sasaran pada jarak itu.
Batang besi itu menghantam sang singa tepat
di antara kedua matanya. Besinya mental dan
jatuh berdebum di rerumputan. Sang singa
terus berjalan. Langkahnya tidaklah lebih lambat ataupun lebih cepat daripada sebelumnya,
kau bakal tidak bisa menebak apakah dia
bahkan menyadari dia sudah terkena pukulan.
Walaupun langkah-langkah lembutnya tidak
159
membuat suara, kau bisa merasakan bumi bergetar di bawah tekanan beratnya.
Sang penyihir memekik dan lari, dalam beberapa detik kemudian dia menghilang di
antara pepohonan. Paman Andrew berbalik
untuk melakukan hal yang sama, tersandung
akar, terjatuh dan mendarat dengan wajahnya
di aliran sungai kecil yang mengalir menuju
sungai besar. Digory dan Polly tidak bisa bergerak. Mereka bahkan tidak yakin mereka
ingin melakukan itu. Sang singa tidak mengacuhkan mereka. Mulut besar merahnya terbuka, tapi untuk menyuarakan lagu, bukan
untuk menunjukkan seringaian. Hewan itu melewati mereka begitu dekat sehingga mereka
bisa saja menyentuh surainya. Mereka takut
sekali sang singa akan menoleh dan menatap
mereka, namun anehnya mereka juga berharap
dia melakukan itu. Tapi bila melihat besarnya
perhatian yang dia berikan kepada Digory dan
Polly, mereka seolah tidak kasat mata dan
tidak berbau. Ketika lewat dan berjalan beberapa langkah menjauhi mereka, sang singa
berbelok, melewati mereka lagi, lalu melanjutkan langkahnya ke arah timur.
Paman Andrew berusaha berdiri sambil terbatuk-batuk dan megap-megap.
160
"Nah, Digory," katanya, "kita telah menyingkirkan wanita itu, singa ganas itu juga sudah
pergi. Ulurkan tanganmu dan pakai cincinmu
segera."
"Jangan sentuh aku," kata Digory, berjalan
mundur menjauhinya. "Menyingkirlah darinya,
Polly. Mendekatlah ke sini. Aku memperingatkanmu, Paman Andrew, jangan mendekat barang selangkah pun, atau kami akan menghilang."
"Lakukan yang sudah kuperintahkan kepadamu, Sir," kata Paman Andrew. "Kau benarbenar anak kecil yang sangat tidak patuh dan
luar biasa bandel."
"Jangan takut," kata Digory. "Kami ingin
tinggal dan melihat apa yang terjadi. Lagi
pula bukankah kau ingin tahu tentang duniadunia lain? Tidakkah kau bahagia akhirnya
bisa berada di sini?"
"Bahagia!" seru Paman Andrew. "Lihat saja
keadaanku sekarang. Dan ini jas juga rompi
terbaikku." Paman Andrew memang pemandangan yang menyedihkan saat ini. Karena
tentu saja, semakin rapi kau pada awalnya,
semakin buruk penampilanmu setelah kau merangkak keluar dari kereta sewaan yang luluh
lantak dan terjatuh ke dalam sungai kecil
161
berlumpur. "Bukannya aku berkata," dia menambahkan, "tempat ini sama sekali tidak menarik. Kalau aku pria yang lebih muda, beda
lagimungkin aku akan menyuruh pemudapemuda bersemangat untuk pergi lebih dulu
ke sini. Sejenis pemburu-pemburu profesional
itu. Sesuatu mungkin bisa diusahakan di negeri
ini. Cuacanya menyenangkan sekali. Aku belum
pernah merasakan udara seperti ini. Aku yakin
udara seperti ini akan berakibat baik buatku
jikajika saja keadaannya lebih menguntungkan. Kalau saja aku membawa senjata."
"Senjata tidak ada gunanya," kata si kusir
kereta. "Kurasa aku akan pergi dan melihat
apakah aku bisa menggosok tubuh Strawberry.
Kuda itu lebih punya akal sehat daripada
beberapa manusia yang bisa kusebutkan." Dia
berjalan menghampiri Strawberry dan mulai
mengeluarkan suara berdesis yang biasa disuarakan tukang kuda.
"Kau masih berpikir singa itu bisa dibunuh
dengan senjata?" tanya Digory. "Dia tidak
terlalu memedulikan pukulan batang besi Jadis."
"Dari semua kesalahannya," kata Paman
Andrew, "itu tindakan yang paling berani,
anakku. Benar-benar tindakan yang penuh nyali." Dia menggosok-gosokkan kedua tangannya
162
163
sini, tanam, dan semuanya akan muncul kembali sebagai mesin-mesin kereta baru, kapal
perang, apa pun yang kauinginkan. Tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun, dan aku bisa
menjualnya dengan harga penuh di Inggris.
Aku akan jadi jutawan. Kemudian iklim di
sini! Belum-belum aku sudah merasa lebih
muda. Aku bisa menjadikan tempat ini sebagai
tempat pemulihan kesehatan. Sanatorium yang
bagus di sini mungkin bisa berharga dua puluh
ribu setahun. Tentu saja aku jadi harus membiarkan beberapa orang tahu rahasia dunia
lain ini. Tapi hal pertama yang harus dilakukan
adalah menembak si singa."
"Kau sama saja dengan sang penyihir," kata
Polly. "Yang kalian pikirkan hanyalah bagaimana cara membunuh makhluk lain."
"Kemudian untuk keuntungan pribadiku,"
Paman Andrew melanjutkan mimpi bahagianya,
"tidak ada yang bisa memastikan berapa lama
aku bisa hidup bila aku menetap di sini. Dan
ini pertimbangan penting kalau seseorang telah
mencapai usia enam puluh tahun. Aku tidak
akan terkejut bila aku tidak pernah menua
barang sehari pun di negeri ini! Luar biasa!
Tanah Kebeliaan!"
"Oh!" seru Digory. "Tanah Kebeliaan! Apa165
168
hewan sejenisnya, langsung duduk untuk membersihkan sisa-sisa tanah dari bokong mereka
kemudian berdiri di depan pohon untuk mengasah cakar-cakar depan mereka. Hujan burung
keluar dari pepohonan. Sekelompok kupu-kupu
beterbangan. Para lebah pergi bekerja pada bunga-bunga
seolah mereka tidak mau
membuang waktu.
Tapi momen terhebat di antara semuanya
adalah ketika gundukan terbesar membelah seperti gempa bumi kecil dan keluar dari dalamnya punggung curam, kepala besar dan bijak,
lalu empat kaki berkulit longgar seekor gajah.
Dan kini kau nyaris tidak bisa mendengar
nyanyian sang singa. Terlalu banyak kaokan,
kukukan, embikan, ringkikan, lolongan, gonggongan, lenguhan, erangan, dan terompet belalai.
169
171
173
BAB
10
Lelucon Pertama
dan Hal-hal Lain
"Hormat pada Aslan. Kami dengar dan patuh. Kami bangkit. Kami mencintai. Kami berpikir. Kami bicara. Kami tahu."
174
"Tapi maaf, kami belum tahu terlalu banyak," kata suara yang agak nyaring dan
penuh dengusan. Dan ini benar-benar membuat kedua anak itu melompat saking terkejutnya, ternyata kuda kereta sewaan itulah yang
bicara.
"Strawberry memang hebat," kata Polly.
"Aku sungguh lega dia menjadi salah satu
hewan yang dipilih menjadi Hewan yang Bisa
Berbicara." Dan si kusir kereta, yang kini
berdiri di samping kedua anak itu, berkata,
"Ini mustahil. Tapi aku memang selalu bilang
kuda itu punya akal panjang."
"Para makhluk, aku memberi kalian diri
kalian," kata suara Aslan yang kuat dan gembira. "Aku memberi kalian selamanya tanah
Narnia ini. Aku memberi kalian hutan, buahbuahan, sungai. Aku memberi kalian bintangbintang dan aku memberi kalian diriku sendiri.
Para hewan bodoh yang tidak kupilih juga
milik kalian. Perlakukan mereka dengan lembut
dan hargai mereka, tapi janganlah berbalik
mengikuti mereka karena dengan begitu kalian
tidak lagi akan menjadi Hewan yang Bisa
Berbicara. Karena kalian telah dikeluarkan dari
kaum mereka, kalian akan bisa kembali menjadi bagian mereka. Hindari itu."
175
178
kata Digory.
berbicara, dia kehilangan keseluruhan inti penting, karena alasan yang agak menarik. Ketika
sang singa pertama kali mulai bernyanyi, dulu
sekali ketika negeri ini masih sangat gelap, dia
telah menyadari suara itu sebuah lagu. Dan
dia amat tidak menyukai lagu itu. Lagu itu
membuatnya memikirkan dan merasakan halhal yang tidak ingin dia pikir dan rasakan.
Kemudian ketika matahari terbit dan dia melihat sang singalah penyanyinya ("hanya singa,"
seperti katanya pada dirinya sendiri), dia berusaha keras percaya suara itu bukan nyanyian
dan memang tidak pernah jadi nyanyian
hanya auman seperti yang akan dikeluarkan
singa mana pun di kebun bintang dunia kita.
Tentu saja tidak mungkin itu nyanyian, pikirnya, aku pasti hanya mengkhayalkannya. Aku
membiarkan saraf-sarafku tidak terkendali.
Siapa yang pernah mendengar singa menyanyi?
Dan semakin panjang juga indah sang singa
bernyanyi, semakin keras Paman Andrew berusaha membuat dirinya percaya dia tidak bisa
mendengar apa pun kecuali auman. Sekarang
masalah dalam berusaha membuat dirimu lebih
bodoh daripada keadaanmu sebenarnya adalah
sering kali kau akan berhasil. Paman Andrew
pun begitu. Tidak lama kemudian dia tidak
187
ku."
Akhirnya, ketika kerumunan hewan datang
menghampirinya, dia berbalik dan berlari menyelamatkan diri. Dan kini semua orang bisa
melihat bahwa udara di dunia muda itu memang sungguh-sungguh berakibat baik bagi si
pria tua. Di London dia telah menjadi terlalu
renta untuk berlari. Kini, dia berlari dengan
kecepatan yang sudah pasti akan membuatnya
memenangi perlombaan lari seratus meter di
semua sekolah di Inggris. Jas berbuntutnya
yang berkibar di belakang menjadi pemandangan bagus. Tapi tentu saja tidak ada gunanya berlari. Banyak hewan di belakangnya
yang merupakan pelari hebat. Ini lari pertama
dalam hidup mereka dan semua tak sabar
menggunakan otot-otot mereka. "Kejar dia!
Kejar dia!" mereka berteriak. "Mungkin dialah
kebahatan itu! Ayo cepat! Kejar! Halangi dia!
Kepung dia! Jangan sampai ketinggalan! Hore!"
Dalam beberapa menit beberapa hewan itu
sudah mendahului Paman Andrew. Mereka
membentuk barisan dan menghalangi jalannya.
Yang lain mendesaknya dari belakang. Ke arah
189
Paman Andrew berdiri gemetaran sambil melemparkan pandangan ke sekelilingnya. Dia tidak pernah membunuh hewan ketika berada
dalam keadaan menguntungkan, karena biasanya dia agak takut pada mereka, dan tentu
saja bertahun-tahun melakukan percobaan kejam dengan hewan membuatnya semakin membenci dan takut pada mereka.
"Nah, Sir," kata Bulldog sangat serius, "kau
ini hewan, sayuran, atau mineral?" Itulah yang
sebenarnya dikatakan hewan itu, tapi yang
bisa didengar Paman Andrew hanyalah, "Gr-rrarrh-ow!"
191
MR. Collection's
BAB
11
AU mungkin berpikir hewan-hewan sangatlah bodoh karena tidak melihat Paman Andrew merupakan makhluk yang sejenis
dengan kedua anak itu dan si kusir kereta.
Tapi kau harus ingat para hewan belumlah
tahu tentang pakaian. Mereka berpikir rok
Polly, setelan Norfolk Digory, dan topi bulat si
kusir kereta adalah bagian tubuh seperti bulu
di tubuh mereka. Mereka bahkan tidak akan
tahu ketiga manusia itu berjenis sama kalau
Digory, Polly, dan si kusir belum bicara pada
mereka dan Strawberry tidak berpikir begitu.
Lagi pula Paman Andrew jauh lebih tinggi
daripada kedua anak itu dan lebih kurus daripada si kusir kereta. Dia mengenakan pakaian
serbahitam kecuali rompi putihnya (yang tidak
terlalu putih lagi sekarang). Rambut tebal ber192
Aslan. Bagaimana pendapat sebagian besar kalian? Apakah dia hewan atau sejenis pohon?"
"Pohon! Pohon!" kata lusinan suara.
"Baiklah," kata Gajah. "Kalau begitu, jika
dia memang pohon berarti dia akan mau ditanam. Kita harus menggali lubang."
Dua tikus tanah membereskan masalah itu
dengan cukup cepat. Ada sedikit perdebatan
tentang ujung Paman Andrew yang mana yang
harus dimasukkan ke tanah, dan dia nyaris
sekali ditanam dengan kepala di bawah. Beberapa hewan berkata kaki-kakinya pasti cabang dan karena itu benda abu-abu dan berbulu lebat (maksudnya kepalanya) pasti akar.
Tapi kemudian hewan-hewan lain berkata bahwa bagian ujung yang bercabang dua lebih
kotor berlumpur dan lebih menjulur panjang,
seperti selayaknya akar. Jadi akhirnya dia ditanam dengan kepala di atas. Ketika mereka
menutup lubang dengan tanah, badan Paman
Andrew terkubur hingga di atas lututnya.
"Dia kelihatan layu sekali," kata Keledai.
"Tentu saja dia butuh disiram," kata Gajah.
"Kurasa aku bisa bilang (tanpa bermaksud
menyinggung siapa pun yang hadir) bahwa
mungkin, untuk pekerjaan semacam ini, jenis
hidungku"
197
198
Tapi kita harus meninggalkan dia untuk merenungkan segala perbuatan jahatnya (kalau
dia memang mungkin melakukan sesuatu yang
begitu masuk akal seperti itu) dan beralih ke
hal-hal yang lebih penting.
Strawberry berlari bersama Digory di punggungnya sampai suara hewan-hewan lain tidak
terdengar lagi, dan kini grup kecil Aslan dan
para anggota dewan yang dipilihnya sudah
cukup dekat. Digory tahu dia tidak bisa begitu
saja mengganggu pertemuan resmi tersebut, tapi
tidak perlu melakukan itu. Hanya dengan satu
kata dari Aslan, gajah jantan, gagak-gagak,
dan para makhluk sisanya menyingkir ke samping. Digory turun dari kuda dan mendapati
dirinya bertatapan muka dengan Aslan. Dan
Aslan lebih besar, indah, bersinar keemasan,
dan mengerikan daripada perkiraannya. Dia
tidak berani menatap langsung matanya yang
menakjubkan.
"Saya mohonPak SingaAslanSir," kata
Digory, "bisakah Andabolehkan sayasaya
mohon, maukah Anda memberi saya buah
ajaib di negeri ini yang bisa menyembuhkan
ibu saya?"
Digory benar-benar berharap sang singa akan
menjawab "Ya". Dia sangat takut sang singa
199
"Sihir pamanku, Aslan," katanya. "Dia mengirim kami keluar dari dunia kami dengan
cincin-cincin ajaib, setidaknya aku terpaksa pergi karena dia sudah mengirim Polly tanpa
persetujuannya, kemudian kami bertemu sang
penyihir di tempat bernama Charn dan dia
memegangi kami ketika"
"Kau bertemu penyihir itu?" tanya Aslan
dengan suara rendah yang nyaris mengandung
geraman.
"Dia terbangun," kata Digory menyesal. Kemudian wajahnya memucat, "Maksudku, aku
membangunkannya. Karena aku ingin tahu apa
yang akan terjadi kalau aku memukul bel.
Polly tidak mau melakukannya. Bukan salahnya.
Akuaku bertengkar dengannya. Aku tahu seharusnya aku tidak melakukan itu. Kurasa aku
agak terkena mantra tulisan di bawah bel itu."
"Benarkah?" tanya Aslan, masih dengan nada
sangat rendah dan dalam.
"Tidak," kata Digory. "Sekarang aku tahu
aku tidak terkena mantra. Aku hanya berpurapura."
Ada jeda lama. Dan sepanjang waktu itu
Digory berpikir, "Aku sudah mengacaukan segalanya. Sekarang tidak ada kesempatan membawakan apa pun untuk Ibu."
201
membuka topi bulatnya, belum ada yang pernah melihatnya tanpa topi itu. Ketika topi
telah dilepas, dia tampak lebih muda dan
ramah, juga lebih seperti orang desa dan kurang seperti kusir kereta sewaan London.
"Nak," kata Aslan kepada si kusir. "Aku
telah mengenalmu lama. Apakah kau mengenaliku?"
"Yah, tidak, Sir," kata si kusir. "Setidaknya,
tidak dengan cara yang biasa. Namun entah
bagaimana saya merasa, kalau saya boleh bebas
bicara, sepertinya kita sudah pernah bertemu."
"Memang benar," kata sang singa. "Kau
tahu lebih banyak daripada yang kaukira, dan
kau akan hidup untuk mengenalku lebih dekat
lagi. Apakah tanah ini memuaskanmu?"
"Jamuan yang menyenangkan, Sir," jawaban
si kusir.
"Apakah kau ingin tinggal di sini selamanya?"
"Yah, begini, Sir, saya sudah menikah," kata
si kusir. "Saya pikir, kalau istri saya juga
berada di sini, kami akan sama-sama tidak
mau kembali ke London. Karena kami sebenarnya orang-orang desa."
Aslan mendongakkan kepala bersurai lebatnya, membuka mulut, dan menyuarakan sebuah
nada panjang, tidak terlalu keras, tapi penuh
203
205
"Dan apakah kau akan membesarkan anakanak juga cucu-cucumu untuk melakukan hal
yang sama?"
"Saya pasti akan berusaha melakukan itu,
Sir. Saya akan berusaha sebaik-baiknya: bukankah begitu, Nellie?"
"Dan kau tidak akan menjadikan salah satu
anakmu sebagai favorit dibanding anak-anakmu
yang lain atau dibanding makhluk-makhluk
lain, atau membiarkan yang satu membawahi
yang lain atau menggunakannya dengan tidak
benar?"
"Saya tidak akan pernah bisa membiarkan
hal seperti itu terjadi, Sir, dan itu kebenaran.
Saya akan menghukum mereka bila aku mengetahui mereka melakukan itu," kata si kusir.
(Sepanjang percakapan ini suaranya menjadi
kian lambat dan kaya. Lebih seperti suara
orang desa yang pasti dimilikinya saat dia
masih kanak-kanak dan tidak seperti aksen
kelas rendahan yang tajam dan cepat.)
"Dan jika para musuh datang menantang
tanah ini (karena mereka akan datang) lalu
ada perang, apakah kau akan jadi yang pertama maju bertempur dan terakhir mengundurkan diri?"
"Yah, Sir," kata si kusir sangat lambat,
207
208
MR. Collection's
BAB
12
Petualangan Strawberry
dengan hutan. Dan di balik semua itu daerahdaerah lebih tinggi yang tampak hampir kelam.
Kemudian, jauh sekali, ada gunung-gunung bersalju yang bertumpukseperti lukisan Pegunungan Alpen. Dan di belakang semua itu
tidak ada apa-apa kecuali cakrawala."
"Kau melihat dengan baik," kata sang singa.
"Sekarang daratan Narnia berakhir di mana
air terjun jatuh, dan sekali kau mencapai ujung
tertinggi tebing kau akan keluar dari Narnia
dan masuk ke Daerah Barat yang Liar. Kau
harus menjelajahi pegunungan itu sampai raenemukan lembah hijau dengan danau biru yang
dipagari pegunungan es. Di ujung danau ada
bukit hijau yang curam. Di bagian atas bukit
itu ada taman. Di tengah taman itu terdapat
pohon. Petik sebuah apel dari pohon itu dan
bawalah kepadaku."
"Ya, Sir," kata Digory lagi. Dia sama sekali
tidak punya bayangan bagaimana akan memanjat tebing dan menemukan jalan melewati
seluruh pegunungan itu, tapi dia tidak ingin
mengatakan itu karena takut akan terdengar
seperti sedang membuat-buat alasan. Tapi dia
akhirnya berkata, "Aku berharap, Aslan, kau
tidak tergesa-gesa. Aku tidak akan mampu
pergi ke sana dan kembali dengan cepat."
212
"Anak Adam kecil, kau akan mendapat bantuan," kata Aslan. Dia kemudian berputar
menghadap Kuda yang sepanjang waktu ini
berdiri diam di samping mereka, mengayunayunkan ekornya untuk mengusir lalat, dan
mendengarkan dengan kepala dimiringkan ke
salah satu sisi karena percakapan itu agak
sulit dimengerti.
"Anakku," kata Aslan kepada Kuda, "apakah kau mau menjadi kuda bersayap?"
Seharusnya kau melihat bagaimana si kuda
mengibaskan surainya dan betapa lubang hidungnya mengembang, juga entakan pelan yang
dilakukannya dengan salah satu kaki belakangnya. Jelas sekali dia sangat ingin menjadi kuda
bersayap. Tapi dia hanya berkata:
"Kalau kauinginkan itu, Aslankalau kau
benar bersungguh-sungguhaku tidak tahu
kenapa harus aku yang dipilihaku bukanlah
kuda yang sangat pintar."
"Bersayaplah. Jadilah ayah untuk semua kuda
bersayap," aum Aslan dengan suara yang menggetarkan tanah. "Namamu kini Fledge."
Kuda itu mendadak melonjak, seperti yang
dilakukannya di hari-hari dulu yang melelahkan
ketika dia menarik kereta. Kemudian dia raeringkik.
213
Dia meregangkan lehernya seolah ada lalat menggigiti bahunya dan dia
ingin menggaruknya. Kemudian, seperti ketika para hewan muncul dari tanah, keluar
dari bahu Fledge sayap-sayap
yang melebar dan
tumbuh, lebih besar
daripada sayap-sayap
elang, lebih besar
daripada sayap-sayap
angsa, lebih besar daripada sayap-sayap malaikat
di jendela gereja. Sayap
Fledge berwarna cokelat kemerahan tembaga
dan berkilau. Dia mengibaskan kedua sayap
itu kuat-kuat dan melompat ke udara. Sekitar
enam meter di atas Aslan dan Digory dia
mendengus, meringkik, dan mengangkat kaki
214
depannya. Kemudian setelah mengelilingi mereka sekali, dia mendarat di bumi dengan
keempat kakinya, tampak canggung dan terkejut, tapi luar biasa bahagia.
"Apakah menyenangkan rasanya, Fledge?"
tanya Aslan.
"Luar biasa rasanya, Aslan," kata Fledge.
"Apakah kau bersedia membawa putra Adam
kecil ini di punggungmu menuju lembah gunung
yang kuceritakan tadi?"
"Apa? Sekarang? Saat ini juga?" tanya Strawberryatau Fledge, begitulah kita harus memanggilnya sekarang"Hore! Ayolah, makhluk
kecil, aku sudah pernah membawa makhluk
sepertimu di punggungku. Dulu, dulu sekali.
Ketika ada lapangan hijau dan gula."
"Apa yang sedang dibisikkan dua putri
Hawa?" tanya Aslan, berbalik mendadak sekali
ke arah Polly dan istri si kusir, yang sudah
mulai akrab.
"Kalau Anda tidak keberatan, Sir," jawab
Ratu Helen (karena itulah nama Nelle si istri
kusir sekarang), "saya rasa gadis kecil ini juga
ingin pergi, kalau itu tidak menyusahkan."
"Bagaimana pendapat Fledge tentang hal
ini?" tanya sang singa.
"Oh, aku tidak keberatan harus membawa
215
melihat ke bawah, Polly nyaris tidak bisa melihat sang raja dan ratu, bahkan Aslan hanyalah
tampak seperti titik kuning cerah di hamparan
rumput hijau. Tak lama kemudian angin menerpa wajah mereka dan sayap-sayap Fledge
mengepak dengan ritme teratur.
Seluruh Narnia, berbagai warna dari ladang,
bebatuan, bunga heather, dan beragam jenis
pohon terhampar di bawah mereka, sungai
meliuk melewatinya seperti pita perak. Belumbelum mereka sudah bisa melihat bagian puncak perbukitan rendah yang terletak di arah
utara di sebelah kanan mereka. Di balik perbukitan itu tanah perawan yang luas berlekuklekuk naik-turun hingga bertemu horison. Di
sebelah kiri mereka pegunungannya lebih tinggi,
tapi terkadang ada celah di antara hutan cemara yang memberimu pemandangan sekilas
daratan selatan yang terhampar setelahnya. Daratan yang tampak begitu biru dan nun jauh
di sana.
"Pasti Archenland ada di sana," kata Polly.
"Ya, tapi lihat di depan!" kata Digory.
Karena kini tebing-tebing besar penghalang
berdiri di depan dan mereka nyaris dibutakan
sinar matahari yang berdansa di permukaan
air terjun besar. Di sinilah sungai menggeram
217
219
225
227
MR. Collection's
BAB
13
ANGUN, Digory, bangun, Fledge," terdengar suara Polly. "Permen yang kita
tanam semalam sudah menjadi pohon toffee.
Pagi ini juga indah sekali."
Sinar rendah matahari pagi mengalir membanjiri hutan, rerumputan tampak kelabu karena embun, dan sarang labah-labah seperti
perak. Tepat di sebelah mereka, berdiri pohon
kecil berbatang cokelat tua sekali, kira-kira
seukuran pohon apel. Dedaunannya keputihan
dan seperti kertas, seperti tanaman bernama
honesty. Pohon itu dipenuhi buah-buah cokelat
kecil yang kelihatan seperti kurma.
"Hore!" kata Digory. "Tapi aku akan berenang dulu." Dia bergegas melewati satu atau
dua semak berbunga menuju tepi sungai. Apakah kau pernah berenang di sungai gunung
228
haus dan lapar yang mengerikan langsung menguasainya dan dia jadi ingin sekali merasakan
buah tersebut. Cepat-cepat dia menyimpannya
ke saku, tapi masih banyak buah yang lain.
Apakah salah untuk mencicipi salah satunya?
Lagi pula, pikirnya, peringatan di gerbang itu
mungkin saja bukan benar-benar perintah, bisa
jadi itu hanya nasihatdan siapa yang peduli
pada nasihat? Atau bahkan kalaupun itu memang perintah, apakah memakan sebuah apel
bakal berarti melanggarnya? Dia telah mematuhi bagian tentang mengambil satu untuk
"orang lain".
Sementara berpikir tentang semua ini, kebetulan dia mendongak dan melihat ke antara
cabang-cabang yang menjulang hingga bagian
atas pohon itu. Di sana, pada cabang di atas
kepalanya, burung menakjubkan bersarang. Aku
menggunakan kata "bersarang" karena dia tampak nyaris tertidur, tapi tidak juga. Segaris
tipis pada kelopak salah satu matanya terbuka.
Burung itu lebih besar daripada elang, dadanya
jingga, kepalanya dimahkotai bulu-bulu merah,
dan ekornya ungu.
"Dan ini jelas-jelas menunjukkan," kata
Digory setelahnya ketika dia menceritakan kisah
ini kepada orang lain, "bahwa kau tidak bisa
235
236
245
MR. Collection's
BAB
14
Penanaman Pohon
bibit pohon bakal pelindung Narnia. Lemparkan apel itu ke arah tepi sungai, di sana
tanahnya lembut."
Digory mematuhi perintah itu. Keadaan menjadi begitu sunyi sehingga kau bisa mendengar
suara jatuhnya yang pelan ketika apel itu mendarat di lumpur.
"Lemparan yang bagus," kata Aslan. "Marilah kita melanjutkan kepada penobatan Raja
Frank penguasa Narnia dan Helen ratunya."
Digory dan Polly kini menyadari kehadiran
pasangan suami-istri itu untuk pertama kalinya.
Mereka mengenakan baju yang unik dan indah,
dari bahu mereka jubah menggantung hingga
ke belakang mereka tempat empat dwarf memegangi ekor jubah sang raja, sementara empat
nymph sungai memegangi ekor jubah sang
ratu. Kepala mereka telanjang, tapi Helen telah
menggeraikan rambutnya dan ini benar-benar
membuat penampilannya jauh lebih cantik. Tapi
bukanlah tataan rambut maupun pakaian yang
membuat mereka begitu berbeda dengan diri
mereka yang dulu. Wajah mereka memiliki
ekspresi baru, terutama sang raja. Segala ketajaman, kelicikan, dan aura menyebalkan yang
didapatnya selama menjadi kusir kereta sewaan
tampaknya telah lenyap. Keberanian dan ke247
250
254
257
MR. Collection's
BAB
15
sendiri, buah dari taman gunung itu pun tampak berbeda. Tentu saja ada berbagai macam
warna di kamar tidur itu, kain penutup tempat
tidur di ranjang, kertas dinding, sinar matahari
dari jendela, dan mantel tidur biru pucat yang
cantik milik Ibu. Tapi begitu Digory mengeluarkan apel yang dibawanya dari saku, semua
benda itu seolah nyaris tidak memiliki warna.
Semuanya, bahkan sinar matahari, tampak pudar dan suram. (Kau harus ingat saat itu
musim panas sehingga walaupun hari sudah
malam, matahari belumlah terbenam.) Kilau
terang apel itu menebarkan cahaya-cahaya aneh
di langit-langit. Tidak ada hal lain yang lebih
menarik untuk dilihat, kau tidak akan mampu
melihat yang lain. Dan harum apel kebeliaan
membuatmu berpikir ada jendela di ruangan
itu yang membuka ke Surga.
"Oh, Sayang, cantik sekali," kata ibu Digory.
"Ibu mau memakannya, kan? Aku mohon,"
kata Digory.
"Aku tidak tahu apa kata dokter nanti,"
dia menjawab. "Tapi sungguhaku hampir
merasa mampu memakannya."
Digory mengupas, memotong-motong, dan
memberikan apel itu kepada ibunya seiris demi
seiris. Dan tak lama setelah selesai memakan267
nya, ibu Digory tersenyum dan kepalanya kembali terbenam ke bantal. Dia pun tertidur:
tidur sungguhan, yang alami dan lembut, tanpa
obat-obatan memuakkan itu, sesuatu yang
Digory sudah tahu, hal yang paling diinginkannya di dunia ini. Digory pun kini yakin wajah
ibunya tampak agak berbeda. Dia membungkuk
dan mencium ibunya dengan sangat lembut,
kemudian pelan-pelan keluar dari kamar itu
dengan hati berdebar sambil membawa bagian
tengah apel tadi. Sepanjang hari itu, setiap
kali dia melihat benda-benda di sekitarnya dan
melihat betapa biasa dan tidak ajaibnya bendabenda itu, dia nyaris tidak berani berharap.
268
belakang, terus tumbuh dan berkembang menjadi pohon yang kokoh. Karena tumbuh di
tanah dunia kita, jauh dari suara nyanyian
Aslan dan udara bersih Narnia, pohon itu
tidak berbuah apel yang bisa menyembuhkan
wanita sekarat seperti ibu Digory. Tapi pohon
itu tetap menghasilkan apel-apel yang lebih
cantik daripada pohon apel mana pun di
Inggris, buah-buahnya pun sangat baik untuk
tubuhmu, walaupun tidak sepenuhnya ajaib.
Tapi di dalam dirinya, dalam sarinya, pohon
itu (bisa dibilang) tidak pernah melupakan
pohon lain di Narnia dari mana dirinya berasal.
Terkadang pohon itu akan bergerak secara
misterius walau tidak ada angin bertiup: kurasa
ketika ini terjadi ada angin kencang di Narnia
dan pohon di Inggris itu bergetar karena pada
saat itu pohon di Narnia sedang terguncangguncang dan berayun-ayun dalam tiupan angin
kencang barat daya. Apa pun yang sebenarnya
terjadi, akan dibuktikan kemudian bahwa masih
ada sihir di dalam batangnya. Karena ketika
Digory sudah berusia paro baya (dan dia telah
menjadi pria terpelajar yang terkenal, seorang
profesor dan petualang besar pada masa itu)
dan rumah tua Ketterley telah menjadi miliknya, ada badai besar di seluruh selatan Inggris
273
a
MR. Collection's
275