Anda di halaman 1dari 99

Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya, sedangkan aku dan

adikku tinggal bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat
badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku
termasuk rata2 34 saja. Kulitku yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan
keluar rumah.
Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku. Aku
dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan
petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap…..
Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu
terjadi sebelum kami menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu
mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya
aku agak jijik melakukannya.
Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu
iingin disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali… entah kenapa aku jadi
ketagihan… Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku
sendiri. Sering aku meraba-raba payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai
aku orgasme.
Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip aku…
ini aku ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya
sendiri.
Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat
rumah. Karena belanjaan kami banyak maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku
memakai celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku
memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan
yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan sesuatu bergerak-
gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol adikku, keras sekali dan berada di belahan
pantatku. Aku membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan. Bahkan ketika di
jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian
pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya.
Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi aku diperhatikan
adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa.
Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku… Aku sangat terangsang sekali… dia
meraba dan membelai-belai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana
dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan kontolnya ke memekku. Tentu
saja aku keberatan, walaupun aku sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan
keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan
anehnya aku malah berteriak minta tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung
menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan, karena memang badan
adikku jauh lebih besar. Aku lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku
melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang.
Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan teman-teman ku, pacarku katanya
mempunyai teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya,
tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.
Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku berterima kasih padanya karena dia
telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga
bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin
merasakan tubuhku. Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin merasakan
tubuhku juga… dia menjawab:
“Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga lelaki” aku sangat kaget
mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak,
“emang adik pernah nyobain cewe?” dia bilang “ya, belum kak”…. itulah percakapan awal
bencana itu.
Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau merindukan belaiannya… lalu
aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri… tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku
inginkan… sekilas aku membayangkan adikku… lalu aku memutuskan untuk mengintip ke
kamarnya… Malam itu aku mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari
lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikku dalam
keadaan tak memakai celana dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani,
aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah
sebesar itu punya adikku… Dan yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan
namaku… Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan marah… aku langsung balik
kekamarku dan membayangkan apa yang baru saja aku saksikan.
Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku
memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia
sangat senang aku dating… ditariknya aku ke kamarnya dan kami langsung bercumbu… saling
cium saling hisap dan perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami
telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya, aku terbayang kontol adikku yang jauh
lebih besar darinya… sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan terpaksa aku
melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme dia menarik
kepalaku.
“Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya” lalu dia mula menindihi ku dan dari nafasnya yang
memburu kontolnya mencari-cari lubang memekku… begitu unjung kontolnya nempel dan baru
setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah langsung orgasme, air maninya belepotan
diatas memekku…
“Ohhhhh…” katanya.
Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi ke memekku. Tentu saja aku
sangat kecewa, karena libidoku masih sangat tinggi.
“Puaskan aku dong… aku kan belum…” rengekku tanpa malu-malu. Tapi jawabannya sangat
menyakitkanku…
“Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca” katanya tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun.
Aku menyembunyikan kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah ketika
keluar dari rumahnya.
Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi
selama diperjalanan banyak sekali lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan
sampai setiap orang di bis.
Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke sport club, dia mengajakku
untuk ikut dan aku langsung menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan
libidoku dengan cara berolah raga.
Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi
sauna. Karena sport club tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar denganku saat
sauna. Saat didalam adikku bilang “kak, baju renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu
keringatnya ngga keluar, percuma sauna”
“Abis pake apa” timpalku, “aku ngga punya baju lagi”
“Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka” katanya
Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan menganti baju renangku dengan BH
dan celana dalam, sialnya aku memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku
tadi… Tapi “ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku telanjang juga”.
Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang sangat berani… kulihat dia
berkali-kali menelan ludah, aku pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya
sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat segalanya tercetak didalam BH dan
celana dalamku… adikku terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku sangat
kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku onani dan yang membuat libidoku
malah memuncak adalah kepala kontolnya muncul diatas celana renangnya.
Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke bagian itu, dan nafasku semakin
memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi pagi
bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan.
Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku memulainya dengan berkata:
“Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu”
“Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe bahenol” katanya
“Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik” kataku lebih berani
“Iya yah…” katanya sambil berdiri dan membuka celananya…
Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku melihat batang kemaluan adikku
yang begitu besar.
Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke tempatnya.
“Kenapa dimatiin” kataku
“Udah cukup panas kak” katanya
Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling
memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti
dinding memekku, apalagi melihat kontol adikku.
Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak keluar, tapi adikku malah
mencegahku “nanti kak”.
“Kan udah saunanya ” timpalku, aku sangat kaget dia berada tepat di depanku dengan kontol
mengacung ke arahku, antara takut dan ingin.
“Kakak udah pernah gituan belum kak” kata adikku
“Belum” kataku, “emang kamu udah..?” lanjutku
“Belum juga kak, tapi pengen nyoba” katanya
“Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya” kataku berbalik kearah pintu dan sialnya kunci
lokerku jatuh, ketika aku memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku
yang besar menempel di kontolnya.
Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah adikku. Dan tak kusangka adikku
memegang pinggulku dan menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup G-
string.
“Oh kak…. bahenol sekali, aku pengen nyobain kak” katanya dengan nafas memburu.
“Aw… dik ngapain kamu” timpalku tanpa berusaha merubah posisiku, karena memang aku juga
menginginkannya.
“Pengen ngentot kakak” katanya kasar sambil menekan batangnya kepantatku.
Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, “Aku kan kakakm John, inget dong”
Adikku tetap memegang pinggulku “tolong kak.. asal nempel aja.. nga usah dimasukkin, aku
ngga tahan banget”
“Tolong kak,” katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau kak, asal bisa nempelin aja ke
memek kakak”.
Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan tadi pagi.. dan membayangkan
pacarku menunggangi sisca, libidoku tambah naik..
“Persetan dengan pacar brengsek” batinku.
“Jangan disini” pintaku.
“Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit” katanya meremas pinggulku.
“Kakak belum siap” kataku.
“Kakak nungging aja, nanti aku panasin” katanya.
Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang grendel pintu, aku
menungginginya dan dengam pelan-pelan dia membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan
dia jongkok di belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat memeku dari
belakang…
“Oh… ngapain kamu dik…” kataku tanpa melarangnya.
Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari belakang.. ohhhh… gila pikirku… enak
banget, pacarku saja ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus menjilati
memekku
“Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana” rintihku… Tanpa menjawab dia terus menjilati
memekku dan meremas remas bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan
bagian dalam memekku gatal sekali…
Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku..
“Udah panas kak” katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan memukul-mukul kepala
kontolnya kepantatku….
“udah….” kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah adikku…
“Jangan bilang siapa-siapa yah dik” kataku.
Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya yang besar… dia
kesulitan…
“Mana lubangnya kak..” katanya.
Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam kontolnya dan menuntun ke
mulut goaku…
“Ini dik” kataku begitu tepat di depannya, “gesek-gesek aja yah dik”.
“Masukin dikit aja kak” katanya menekan kontolnya.
“aw… dik, gede banget sih” kataku, “pelan-pelan….”.
Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku pelan-pelan menekannya..
dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit… tapi tidak sampai lepas… terus ia lakukan sampai
membuat aku gemas….
“Oh.. dik…. enak…. dik…. udah yah…” kataku pura-pura…..
“Belum kak…. baru kepalanya udah enak yah….”
“Memang bisa lebih enak…???” kataku menantang.
Dan…. langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya yang besar amblas ditelan
memekku”
Aku merasakan perih luar biasa dan “aw…. sakit dik…” teriakku.
Adikku menahan batangnya didalam memekku ….
“Oh…kak…nikmat banget…..” dan secara perlahan dia menariknya keluar dan memasukannya
lagi, sungguh sensasi luar biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga
adikku…
“Oh, kak… nikmat banget memekmu..” katanya.
“Ssssshhhh… ia dik… enak banget” kataku.
Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang sangat
panjang dan nikmat disusul erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya
maksimum.
“Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget…” katanya
Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut kontolnya di memekku…
“Ma kasih kak” katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku lagi. Aku bingung bercampur
menyesal dan ingin menangis. Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali
diri.. “kenapa adikku????”
Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas perbuatannya di ruangan
sauna… Aku hanya bisa berdiam merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi…
Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena dua hari setelah itu kembali kami
besetubuh, bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari
semalam.
Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada seorang kaya, kenalan bapakku
melamarku, dan kami menikah. Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.
Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku.. karena aku selalu
menjaga jangan sampai hamil bila bersetubuh dengan adikku.
Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan adikku, yang pertama adikku
selalu meminta jatah, dilain pihak aku juga sangat ketagihan permainan sex nya.
Tags: adiknya, bernama, berumur, Cerita, Cerita Dewasa, Cerita Sex, kisah, merenggut,
pengalaman, perawanku, seorang, sex
Namanya Mayang dari Daerah Kuningan, Namanya Mayang (nama Aslinya sengaja aku
simpan).. 19 tahun… Sejak awal ketemu dia, aku sudah tertarik dengan gaya lugu-nya — namun
aku sendiri tidak menyangka bisa mendapatkan tubuhnya dengan mudah.
Semuanya berawal dari ajakan temanku untuk ikut liburan selama beberapa hari ke Kota
Kuningan. Awalnya aku ragu, namun akhirnya aku memutuskan untuk ikut.
Hari pertama, Adhi mengajakku untuk nongkrong di Toserba Yogya, di sana dia menemui
beberapa teman lamanya, sekalian cuci mata karena area toserba Yogya juga merupakan salah
satu pusat tongkrongan anak muda di Kuningan. Cerita Dewasa hanya di sexceritadewasa.com

Saat sedang mengisi pulsa di salah satu otlet yang dijaga oleh temannya Adhi, ada seorang gadis
yang menepuk pundakku dari belakang. “Dicariin di Timezone malah ada di sini,” katanya tanpa
ba bi bu. Mata gadis itu membelalak lucu ketika sadar bahwa aku bukanlah orang yang dia
maksud.
“Duh, maaf….” Ujarnya pelan, lalu dia mendelik kepada Jay –penjaga outlet– yang tertawa
melihat kejadian itu.
“Makanya, jangan asal serobot az, May” Jay berkata disela tawanya, ternyata Jay dan gadis itu
telah saling mengenal.
“Maaf ya, saya kira…” Gadis itu tidak meneruskan ucapannya karena aku potong.
“Gak papa, kok.” Ujarku sambil berusaha menampilkan senyum simpatik. Harus tebar pesona,
soalnya gadis di depanku ini manisnya minta ampun.
“Di gebug lagi juga gak apa2, Neng’” timpal Adhi sambil mengedipkan matanya padaku.
Gadis itu masih tersipu, lalu dia cepat2 berlalu dari tempat itu.
“Kemana, May?” tanya Jay sebelum gadis itu menghilang.
“Masuk lagi, waktu istirahat dah abis.” Jawab Mayang, lalu dia menghilang di balik mobil2 yang
diparkir di depan outlet.
“Namanya Mayang, Dia SPG,” Jay menerangkan sebelum Adhi sempat buka suara untuk
menanyakan siapa gadis itu.
“Halagh… tau az Lu, Jay. Gue blom nanya Lu udah jawab duluan,” Adhi terkekeh.
“Gue udah bisa baca dari sorot mata keranjang Lu itu,”
Aku pura2 sibuk menulis sms, namun dalam hatiku aku berusaha mengingat baik2 nama gadis
itu. Mayang, SPG H&R Toserba Yogya.
————————————————————————
Dua hari berlalu sejak kejadian itu. Tidak ada kejadian istimewa lain, tiap hari Adhi mengajakku
mengunjungi tempat2 yang dulu biasa dia jadikan tempat nongkrong bersama teman2 lamanya.
Aku bahkan hampir lupa soal pertemuanku dengan Mayang. Hingga akhirnya pada Malam
Minggu Adhi mengajak aku untuk menonton acara Mentari on the Street, acara pentas musik
band lokal yang rutin diadakan setiap malam minggu oleh salah satu radio di Kuningan.
Di sana aku kembali melihat Mayang. Dia sedang asyik menonton aksi panggung salah satu band
lokal sambil dipeluk dari belakang oleh seorang cowok.
“Wah, udah punya cowok dia,” ujar Adhi yang juga melihat Mayang.
“Wajar lah, cewek manis gitu…” jawabku sambil mengalihkan pandangan ke arah panggung.
Lalu aku dan Adhi sibuk menertawakan aksi vokalis norak yang kehabisan nafas ketika
meneriakkan reff lagu Crawling-nya Linkin Park…
Selang beberapa lagu, aku kembali melirik tempat di mana tadi aku melihat Mayang. Gadis itu
masih sedang bersama cowoknya, namun kali ini tidak mesra seperti tadi. Mereka seperti sedang
bertengkar, lalu Si Cowok pergi begitu saja sambil menunjuk-nunjuk Mayang dengan marah.
Dari jauh aku bisa melihat mata gadis itu berkaca-kaca, dia menggigit bibir menahan tangis.
Secara naluri aku langsung menghampirinya.
“Ada apa, May? Kok Kamu bertengkar ama dia?” tanyaku kemudian.
Mayang menatapku selama beberapa detik, “Ah, Kamu yang ketemu aku di Outlet nya Jay, ya?”
“Iya, namaku Yudha. Sori bukan mo ikut campur, aku hanya gak tega melihat kamu hampir
nangis di tempat seramai ini.”
“Ah, sudahlah… Gak perlu di bahas,” Mayang memalingkan wajahnya, mungkin dia merasa
canggung karena aku melihatnya hampir menangis. “Surya memang begitu orangnya, moody
banget”.
“Oh, jadi cowok kamu namanya Surya?”
Mayang mengangguk. “Dha, mau bantu aku ngga?”
“Tentu,” jawabku.
“Bisa anterin aku pulang gak? Aku gak berani pulang sendiri malem-malem gini”
“Memangnya rumah KAmu di mana?”
“Di Kadugede,”
Aku tidak tahu KAdugede itu sebelah mana, tapi siapa peduli? Toh Mayang bisa menunjukkan
jalan. “Ok,” jawabku kemudian. “Aku ngambil kunci motor dulu ya”.
LAlu aku menghampiri Adhi dan memnjam kunci motornya. “Wah, dapet rejeki, Lu”. Ledek
Adhi sambil melemparkan kunci motor yang aku pinta. Aku mengedipkan mata.
Sepanjang perjalanan pulang, aku tahu Mayang menangis di belakangku. Tapi aku pura2 tidak
tahu, aku tidak mau dia merasa canggung.
Sesampainya di rumah, Mayang memintaku untuk masuk sebentar. Di rumah itu hanya ada
neneknya yang telah tertidur pulas di kamar belakang. Mayang bercerita bahwa orang tuanya
tinggal di Bandung.
“Silakan di minum, Dha.” Kata Mayang sambil menyimpan gelas minuman ke atas meja di
depanku. Aku mengangguk. “Aku ganti baju dulu, ya.” Lanjut Mayang kemudian, lalu dia
berlalu ke kamarnya.
Kamar Mayang terletak tidak jauh dari ruang tamu, saat sedang berganti pakaian, aku mendengar
Mayang bertengkar lagi dengan surya di telepon. Entah apa yang mereka permasalahkan, yang
jelas aku mendengar Mayang bertengkar sambil menangis. Setelah pertengkaran itu, Mayang
tidak juga keluar dari kamarnya. Setelah menunggu selama 30 menit lebih, akhirnya aku
memberanikan diri untuk menghampiri Mayang di kamarnya.
Mayang sedang menangis di atas tempat tidur ketika aku masuk.
“Mungkin sebaiknya aku pulang ya” Ujarku sambil duduk di pinggir tempat tidur.
Mayang tersentak, “Aduh, Maaf, Dha. Aku gak bermaksud nyuekin Kamu”
“Gak papa kok, aku maklum.”
“Entahlah, Dha. Aku bingung, hubunganku dengan surya akhir2 ini semakin kacau.”
Nada bicara Mayang menunjukkan bahwa dia sedang butuh teman bicara, akhirnya aku
membatalkan niatku untuk pulang dan berusaha sebijak mungkin memberikan kata-kata
penghibur untuk Mayang. Setelah beberapa lama, akhirnya Mayang menghapus air matanya lalu
duduk di sampingku.
“Nah, gitu dong, jangan sedih melulu” Ujarku sambil mengambil ponsel dari saku celanaku.
“Aku foto ya, beri aku senyuman.”
Mayang tersenyum, lalu aku mengambil gambarnya beberapa kali menggunakan kamera ponsel.
Saat sedang mengambil gambar, secara tidak sengaja aku melihat belahan payudaranya yang
tersembul di balik kerah kaosnya. Aku yang memang sejak tadi menahan hasrat, akhirnya tak
mampu lagi membendung.
Perlahan aku duduk di samping Mayang, tanpa permisi terlebih dahulu aku langsung memeluk
dan menciumnya. Mayang sempat kaget lalu berusaha berontak, namun aku mempererat
pelukanku dan memperdalam ciumanku.
“Hmmpphhhh, Dha….” Rintih Mayang di sela-sela hujanan ciumanku.
“Jangan menolak, May. Aku butuh kamu.” Bisikku sambil mengalihkan ciumanku ke lehernya
yang jenjang. Aroma wangi tercium dari tubuhnya, membuatku semakin hilang kendali.
Tanganku menelusup ke balik kaos Mayang, menjalar menuju gundukan payudara yang tidak
terlalu besar namun padat. Rangsangan2 yang kuberikan akhirnya mampu meredam perlawanan
Mayang. Secara perlahan dia merebahkan tubuhnya, aku mengikuti dan langsung menindih
tubuhnya.
“Yudha… jangan terlalu jauh ya…” Bisik Mayang di sela2 nafasnya yang memburu.
Aku tidak menjawab permintaannya, dari atas tubuhnya, aku mulai melepaskan kancing baju
Mayang satu persatu. Mayang berusaha berontak ketika aku melepaskan bajunya, namun aku
berhasil membuka baju tersebut, bahkan sekalian merenggut bra nya hingga payudaranya terbuka
dengan lebar.
Puting payudaranya menyembul keras, payudara ini pasti pernah dijamah seseorang, mungkin
Surya, fikirku. Tapi aku tidak peduli, payudara ini tetap menawan. Erangan halus keluar dari
mulut Mayang ketika mulutku mengulum dan mempermainkan putingnya. Aku membiarkan dia
mengerang selama beberapa lama, semakin liar lidahku bergerak, semakin kuat erangan Mayang.
Kemudian aku melepaskan kaos yang ku kenakan, lalu kembali menindih tubuhnya. Aku
mengerang lirih ketika kulitku bersentuhan dengan kulitnya yang halus. Rudalku mengeras hebat
di balik celana jeansku.
Mayang menolak ketika aku berusaha menyingkap rok nya, dia menamparku ketika aku
berusaha memaksa. Untuk sejenak, aku harus melupakan keinginanku mempermainkan bagian
bawahnya. Aku kembali menyerang payudara dan perutnya dengan usapan lidahku, ketika
Mayang terbuai, sedikit demi sedikit aku mempreteli pakaian yang masih menempel di tubuhnya
hingga terlepas semua, dan aku pun mempreteli semua pakaian yang masih melekat di tubuhku.
Mayang berusaha mendorong tubuhku ketika dia sadar aku dan dia telah telanjang bulat.
“Jangan, Dha… Aku masih milik Surya…” Bisiknya lemah.
Tapi mana mau aku melepaskan kesempatan ini. “Beri aku satu kali saja, aku ingin menikmati
tubuhmu…”
“Jangan, Dha….”
“Ayolah, May… Atau, kamu masih perawan?”
Mayang menggeleng, “Surya telah mengambilnya”
“Kalau begitu, apa salahnya kalau kamu memberiku kesempatan?” Aku tetap berusaha
menindihnya, memperkuat posisiku diantara perlawanan Mayang yang semakin melemah.
Kepala tongkatku beberapa kali menggesek bibir vaginanya, ketika tepat di depan lubang
senggama Mayang, aku berusaha menekan, namun beberapa kali usahaku gagal karena Mayang
merapatkan kakinya.
“Aku tidak mau menghianati Surya, karena….. Ahhhhhh…” Mayang tidak melanjutkan
ucapannya ketika akhirnya kepala tongkatku berhasil memasuki liang kenikmatan tersebut.
Aku mengerang keras, sensasi kenikmatan menjalar cepat. Penisku belum masuk semua, liang
senggama Mayang terasa sempit. Beberapa kali aku bergerak maju mundur hingga akhirnya
BLESSSHHHH…. seluruh penisku masuk.
Mayang mengerang, vaginanya yang belum dilumasi secara sempurna terasa seret, sisa2
perlawanannya mulai berakhir….
Aku terus bergerak, menjemput kenikmatan demi kenikmatan dari tubuh Mayang. Secara
perlahan, Mayang mulai menikmati dan ikut berperan hingga akhirnya persetubuhan ini berjalan
seimbang. Bunyi khas terdengar dari liang senggamanya seirama dengan gerakan2 yang kami
buat.
“Ahhhh… Yudha… punyamu besar sekali……..”
“Nikmatilah sepuasmu, Sayang…. Aku juga… ahhh….” Pijatan halus vagina Mayang yang
mengurut penisku membuatku tak mampu menyelesaikan ucapanku.
“Aku mau keluaarrrr…..” Desis Mayang…. Beberapa lama kemudian liang senggamanya
semakin penuh oleh cairan…
Aku masih terus mengayun, lalu aku bangkit dan melipat kedua kakiku. Tanpa membiarkan
terlepas, aku menyetubuhinya dalam posisi baru.
Erangan dan rintihan masih berbaur. Sekilas mataku melihat ponsel milikku tergeletak di sebelah
kiri. Ponsel itu kuambil, sambil tetap menyetubuhi Mayang, aku mengambil beberapa gambar
melalui kamera ponselku.
JEPRET!!!
Yudha… apa yang kamu lakukan?” tanya Mayang di sela2 erangannya.
Aku tidak menjawab karena puncak kenikmatan semakin mendekat. Gerakan itu kupercepat dan
aku kembali menjatuhkan tubuhku menindih tubuh Mayang. Sengatan-sengatan kenikmatan
semakin cepat menerjang.
“Ahh… Dha… aku mau keluar lagi……..” MAyang mengerang….
“Aku juga, Sayaaanggg,” jawabku, pelukanku kuererat, gerakanku semakin ku percepat,
intensitas enikmatan yang semakin meningkat membuatku tak tahan dan meninggalkan beberapa
gigitan di leher dan dagu Mayang.
“Ahhh Ahhhhh Ahhhhhh…. Mayang semakin keras mengerang…..”
“Ugh… keluarin di mana, Sayang?” tanyaku, gerbang puncak telah di depan mata.
“Jangan dicabuuutt… Di dalam saja, semprotkan semuanya padakuuuuuuu….”
Tubuhku mengejang, sensasi kenikmatan meledak di puncaknya diiringi erangan panjang aku
dan Mayang….. Aku menyemprot kuat beberapa kali…
“Kamu tidak takut hamil?” tanyaku setelah puncak kenikmatan berlalu perlahan.
Mayang menggeleng. “Saat ini aku memang sedang hamil dua bulan, itulah penyebab
pertengkaranku dengan Surya.” jawabnya.
Aku mencabut sisa-sisa yang masih ada dan membaringkan diri di samping Mayang. Tubuh kami
berkeringat, tempat tidur acak-acakan tak karuan. Mayang memelukku.
“Nikmat sekali, Dha. Andai Surya sehebat Kamu….” bisiknya.
Aku tersenyum bangga. “Beri aku waktu istirahat beberpa menit, dan akan aku berikan lagi
kenikmatan seperti tadi,” jawbku. Kemudian aku mengecup keningnya. Malam itu empat kali
aku menyetubuhinya hingga pagi. Perbuatan kami hampir dipergoki neneknya yang terbangun.
Jam 6 pagi aku pulang menuju rumah Adhi. Rentetan omelan menyambut kedatanganku.
“Gila Lo Dha… Nidurin cewek sampe lupain temen… Gue hampir pulang jalan kaki tadi malem,
untung gue ketemu Anita yang nganterin gue pulang. Kalo tau gini, gak bakalan gue kasiin kunci
motor itu.”
Aku tersenyum… “Jangan belagak ngambek, Lo…. Gue tau tadi malem Lo juga “maen”. Ama
siapa? Anita? Siapa tuh Anita?”
“Tau darimana?” tanya Adhi heran.
Aku sengaja tidak langsung menjawab. Kemudian sambil berlalu menuju kamar mandi, aku
berkata; “Empat cupang di leher Lo itu, jelas banget keliatan… Buset, ganas amat Si Anita…
Kenalin dong… Gue juga pengen nyobain….”
Mendengar omonganku, Adhi langsung berlari menuju cermin……

Mula mula gue ingin memperkenalkan diri. Nama gue Daron. Gue ada kesempatan belajar di
Malaysia karena ayah gue bekerja di sana. Ketika itu gue berumur 15-16 kira-kira kelas 1 SMA.
Pertama kali masuk skolah ada upacara bendera. Waktu lagi kenalan ama temen-temen baru ada
cewe’ datang dari arah pintu gerbang dengan terburu-buru, soalnya semua murid sudah berbaris.
Gue liatin tuh cewe’..”OK jugak nih..”. Setelah gue tanya temen gue ternyata die kakak kelas.
Umurnya 17an kira-kira kelas 3 SMA. Namanya Molly.
“Cute juga nama doi”.
Tiba -tiba dari belakang ade rekan sekelas megang bahu gue.
“Ngapain loe nanyain tentang kakak gue?”.
Buset dah, kaget gue. Gue cuma takut dipukulin soalnya die ‘gangster’ di sekolahan.
“Ah..enggak kok. Nanya doank” kata gue dengan gementar.

Balik dari sekolah gue terus ngebayangin tuh cewe. Gue nggak bisa ngilangin die dari pikiran
gue. Gila cantik banget. Bibirnya yang kecil dan tipis, buah dadanya yang montok (mungkin
boleh dibilang lebih besar dari ukuran teman sebayanya), betisnya yang putih dan mulus,
pokoknya absolutely perfect. Gue cuma bisa ngebayangin kalo-kalo die mau ama gue.
Di suatu pagi yang cerah (gue belajar kalimat kayak gini waktu kelas 4 SD), gue ama nyokap
pergi ke deretan toko-toko di deket rumah. Maksudnya sih mau nyari toko musik, soalnya gue
mau belajar main gitar. Setelah kira-kira 1 bulan baru gue tau bahwa guru gitar gue sama ama
adiknya Molly. Terus guru gue tu nyaranin kita berdua ngadain latihan bersama di rumahnya.
Gue girang banget. Mungkin ada kesempatan gue ngeliatin wajah cantik kakaknya. Yah..
walaupun kagak “buat” ngeliat wajahnya juga udah cukup.
Waktu liburan semester adiknya (biar lebih gampang gue tulis Jason) ngundang gue ke rumahnya
untuk latihan gitar barengan. Terus gue tanya ada siapa aja di rumahnya.
“Gue ama kakak gue doank kok” jawabnya. Wah.. berdebar-debar nih rasanya. Tapi gue juga rasa
diri gue sendiri bodoh. Soalnya die aja kagak kenal gue, malahan cuma ngobrol sekali-sekali
melalui chatting. Tapi gue ngak peduli.
Jason sebenarnya belom mastiin kapan gue bisa dateng ke rumahnya. Tapi gue ngak peduli
dateng ke rumahnya hari itu karena gue cuma ada waktu hari itu. Sampai di depan pagarnya gue
neken bell. Kelihatannya sepi. Tiba-tiba pagar terbuka (pagar automatik nih) terus kakaknya
muncul.
“Nyari siapa?”.
“Jason” gue bilang.
“Wah, maaf, Jasonnya nggak ada tuh.”
Wah.. sekarang baru gue sadar suara Molly ternyata lembut lagi ‘cute’.
“Oh.. ya udah, terima kasih.”
Gue muterin badan gue, belagak mau pergi gitu. Tiba-tiba suara yang lembut itu terdengar lagi.
“Eh.. nggak masuk dulu? Daripada capek bolak-balik mendingan tunggu di sini.”
Wah!! Peluang emas!
Terus gue masuk dan dihidangin minuman dingin ama Molly. Terus dia duduk dihadapan gue
ngajakin gue ngobrolin sesuatu. Dalam sekelip mata, pemandangan di depan gue menjadi sangat
indah. Kebetulan dia memakai baju T-Shirt tipis dan skirt pendek jadi gue bisa ngeliat bahagian
pahanya yang putih mulus. Sekali-sekala gue ngelirik ke bagian dada dan pahanya. Gue rasa sih
dia tau tapi dia belagak nggak peduli.
“Kapan Jason balik?” tanya gue.
“Nggak tau kayaknya sih nanti jam 6″
Gue ngelirik jam tangan gue. Sekarang jam 2 petang.
Kira-kira selama 15 menit kami ngobrol kosong. Tiba-tiba ntah gimana jam di meja sebelahnya
jatuh. Kami terkejut dan dia terus membereskan benda-benda yang berselerak. Dari belakang gue
bisa ngeliat pinggulnya yang putih mulus. Tiba tiba jeritan kecilnya menyadarkan lamunan gue.
Ternyata jarinya terluka kena kaca. Naluri lelaki gue bangkit dan terus memegang jarinya. Tanpa
pikir panjang gue isep aja darah yang ada di jarinya. Waktu darahnya udah beku gue mengangkat
wajah gue. Ternyata selama ini die ngeliatin gue. Tiba-tiba dia ngomong
“Ron, kok lu ganteng banget sih?”
Gue hanya tersipu-sipu. Terus gue diajakin ke tingkat atas untuk ngambil obat luka. Waktu duduk
di sofa, gue usapin aja tuh ubat ke jarinya. Tiba-tiba datang permintaan yang tidak disangka-
sangka.
“Ron, cium gue dong, boleh nggak?”.
Gue bengong doank nggak tau mo jawab apaan. Tapi bibirnya udah deket banget ama bibir gue.
Langsung gue lumat bibir mungilnya. Dia memejamkan matanya dan gue nyoba untuk mendesak
lidah gue masuk ke dalam mulutnya. Dia membalas dengan melumat bibir gue. Tanpa sadar
tangan tangan gue udah merayap ke bagian dadanya dan meremas-remas payudaranya yang
montok dari luar pakaiannya. Dia mendesah lirih. Dan mendengarnya, ciuman gue menjadi
semakin buas.
Kini bibir gue turun ke lehernya dan kembali melumat dan menggigit-gigit kecil lehernya sambil
tangan gue bergerak ke arah skirt pendeknya dan berusaha meraba-raba pahanya yang putih dan
mulus. Tiba-tiba tangannya membuka resleting celana gue dan coba meraih anu gue. Gue
semakin ganas. Gue elus-elus celana dalamnya dari luar dan tangan gue satu lagi meremas-remas
payudaranya yang montok. Dia mendesah dan melenguh.
Akhirnya gue berhenti melumat bibir dan lehernya. Gue coba melepaskan t-shirtnya yang
berwarna pink. Tetapi tangannya mencegah.
“Ke kamar gue aja, yuk!”
Ajaknya sambil menuntun tangan gue. Gue sih ikut aja. Gue kunci pintu kamarnya dan langsung
gue raih t-shirtnya hingga dia hanya mengenakan bra putih dan skirt birunya. Gue kembali
melumat bibirnya dan coba membuka kaitan branya dari belakang. Sekarang die bener-bener
telanjang dada. Langsung gue lumat payudaranya. Gue remas-remas dan gue jilatin puting kiri
dan kanannya.
Tanpa disadari dia mengerang.
“ummh..ahh..!”
Gue malah lebih bernafsu. Tiba-tiba tangannya yang lembut meraih penis gue yang sangat besar.
Kira-kira 14 cm panjangnya. Dia langsung mengelus-elus dan mulai mengocok penis gue itu.
Gue mengerang
“Ahh..Molly..terusin..ahh!”
Kira-kira 15 menit gue melumat payudaranya. Sekarang gue nyoba ngebuka skirt hitamnya.
Setelah terlepas gue tidurin dia di ranjang dan kembali melumat bibirnya sambil mengusap-usap
vaginanya dari luar CDnya dan tangan gue yang satu lagi memelintir puting payudara kanannya.
“Ahh.. Daron.. ummhh!” Erangnya.
Akhirnya kami berdiri. Dia melepaskan baju dan celana gue dan meraih penis gue yang sangat
tegang. Dia nyuruh gue duduk. Terus dia jongkok di depan gue. Dia nyium kepala penis gue dan
menjilatnya. Kemudian die berusaha mengulum dan menghisap penis gue yang besar. Gue
mengerang keenakan.
“Ummhh..Molly..!!”
Akhirnya gue nggak tahan dan menyuruhnya berhenti. Gue nggak mau keluar terlalu awal.
Terus perlahan-lahan gue lepasin celana dalam putihnya dan memandang sebuah lubang
berwarna merah jambu dengan bulu-bulu yang halus dan tidak terlalu banyak di sekelilingnya.
Langsung gue tidurin dan gue kangkangin kakinya. Kelihatan vaginanya mulai merekah. Gue
yang udah nggak tahan terus menjilati dan menghisap-hisap bahagian selangkangan dan menuju
ke arah vaginanya. Gue isep dan jilatin klitorisnya. Molly menggelinjang keenakan sambil
mendesah dan mengerang.
“Awwhh.. uhh.. Darroonn..!!
Tiba tiba orgasme pertamanya keluar. Tubuhnya menggelinjang dan dia menjambak rambut gue
dan sprei di ranjangnya.
Kemudian gue melebarkan kedua kakinya dan mengarahkan penis gue ke arah lubang
kenikmatannya. Sebelum gue masukkin gue gesekin dulu penis gue di pintu lubang vaginanya.
Dia mendesah kenikmatan. Akhirnya gue dorong penis gue ke dalam vaginanya. Terasa agak
sempit kerana baru 1/3 dari penis gue masuk. Perlahan-lahan gue tarik lagi dan gue dorong
sekuat-kuatnya. Ketiga kalinya baru berhasil masuk sepenuhnya.
“Aawwhh..sakit, Ron!!”
Dia mengerang kesakitan. Maka gue berhenti sejenak nunggu rasa sakit dia hilang. Akhirnya gue
mulai bergerak maju mundur. Semakin lama gerakan gue semakin cepat. Terasa penis gue
bergesekan dengan dinding vaginanya. Kami berdua mengerang kenikmatan.
“Ahh..Molly..enakk!!”
“Mmhh..awwhh..Ron, terus, cepet lagi!”
Gue semakin bernafsu dan mempercepat genjotan gue. Akhirnya dia menjerit dan mengerang
tanda keluarnya orgasme ke dua.
Lantas kami berdiri dan gue puter badannya hingga membelakangi gue (doggy style). Gue
tundukkin badannya dan gue arahin penis gue ke arah vaginanya dan gue genjot sekali lagi.
Kedua payudaranya berayun-ayun mengikut gerakan genjotan gue. Gue pun meremas-remas
pantatnya yang mulus dan kemudian ke depan mencari putingnya yang sangat tegang. Kami
berdua banjir keringat.
Gue puter putingnya semakin keras dan payudaranya gue remas-remas sekuat-kuatnya.
“Ahh, Daron..gue pingin keluar..!!” jeritnya.
Terus gue percepat gerakan gue dan die menjerit untuk orgasmenya yang kali ketiga. Gue pikir-
pikir gue ni kuat juga ya.. Tapi gue juga merasa mo keluar sekarang. Gue nggak sampai hati
ngeluarin sperma gue di vaginanya. Langsung gue cabut penis gue dari vaginanya dan gue puter
badannya. Gue arahin penis gue ke mulutnya yang langsung mengulum dan melumat penis gue
maju mundur. Gue mengerang kenikmatan
“Akhh..Mol, gue keluar..!!”
Gue semburin sperma gue didalam mulutnya dan ditelannya. Sebagian mengalir keluar melalui
celah bibirnya. Terus penis gue dibersihin dan dijilatin dari sisa-sisa sperma.
Kemudian gue ngeliat jam di meja. Pukul 5.30!! Mati kalau nggak cepet-cepet. Selepas kami
memakai baju semula dia ngucap terima kasih ke gue.
“Makasih, Ron! Belum pernah gue ngrasa sebahagia ini. Sebenarnya dari pertama kali gue
ngeliat loe gue udah suka” Katanya.
“Oh, emang mungkin jodoh kali soalnya waktu ngeliat loe di gerbang sekolah gue juga udah
suka.” kata gue.
“Tapi gimana dengan adik loe?”
“Nggak apa-apa, dia juga nggak bakalan marah. Adik gue bentar lagi datang. Jadi latihan bareng
nggak?”
“Nggak, ah. Males, udah letih latihan tadi” kata gue sambil tersenyum.
Dia pun balas tersenyum. Akhirnya gue balik rumah dengan perasaan gembira. Mimpi gue udah
tercapai.
Tamat

Perkenalkan namaku Rendi, umurku saat ini 19 tahun. Kuliah dikota S yang terkenal dengan
sopan santunnya. Aku anak kedua setelah kakakku Ana. Ibuku bekerja sebagai pegawai negeri
sipil dan ayahku juga bekerja di kantor. Tinggi badanku biasa saja layaknya anak seusiaku yakni
169 kg. Di situs ini aku akan menceritakan kisah unikku. Pengalaman pertama dengan apa yang
namanya sex. Kisah ini masih aku ingat selamanya karena pengalaman pertama memang tak
terlupakan. Saat itu usiaku masih 10 tahun pada waktu itu aku masih kelas 4 SD. Kisah ini benar
benar aku alami tanpa aku rubah sedikit pun.
Aku punya teman sebayaku namanya Putri, dia juga duduk di bangku SD. Aku dan dia sering
main bersama. Dia anak yang sangat manis dan manja. Dia mempunyai dua kakak. Kakak
pertama namanya Rio di sudah bekerja di Jakarta. Dan kakaknya yang satu lagi namanya Linda.
Saat itu dia kuliah semester 4 jurusan akuntansi salah satu perguruan tinggi di kota kelahiranku.
Dia lebih cantik dari pada adiknya Putri. Tingginya kira kira 160 cm dan ukuran payudaranya
cukup seusianya tidak besar banget tapi kenceng.

Waktu itu hari sangat panas, aku dan Putri sedang main dirumahnya. Maklum rumahku dan
rumahnya bersebelahan. Saat itu ortu dari Putri sedang pergi ke Bandung untuk beli kain. Putri
ditinggal bersama kakaknya Linda.
“Main dokter dokter yuk, aku bosen nich mainan ini terus”ajak Putri
Segera aku siapkan mainannya. Aku jadi dokter dan dia jadi pasiennya. Waktu aku periksa dia
buka baju. Kami pun melakukan seperti itu biasa karena belum ada naluri seperti orang dewasa,
kami menganggap itu mainan dan hal itu biasa karena masih kecil. Waktu aku pegang stetoskop
dan menyentuhkannya didadanya. Aku tidak tahu perasaanya. Tapi aku menganggapnya mainan.
Waktu itu pintu tiba tiba terbuka. Linda pulang dari kampusnya. Dengan masih telanjang dada
Putri menghampiri kakaknya di depan pintu masuk.
“Hai Kak baru pulang dari kampus”
“Ngapain kamu buka baju segala” Kak Linda memandangi adiknya.
“Kita lagi main dokter dokteran, aku pasiennya sedangkan Rendi jadi dokternya, tapi sepi Kak
masa pasiennya cuma satu. Kakak lelah nggak. Ikutan main ya kak?”
“Oh mainan toh.. Ya sudah aku nyusul, aku mau ganti pakaian dulu gerah banget nih”
Kami bertiga pun segera masuk ke kamar lagi, aku dan Putri asyik main dan Kak Linda
merebahkan tubuhnya ditempat tidur disamping kami. Aku melihat Kak Linda sangat cantik
ketika berbaring. Setelah beberapa menit kemudian dia memperhatikan kami bermain dan dia
terbengong memikirkan sesuatu.
“Ayo Kak cepetan, malah bengong” ajak Putri pada kakaknya.
Lalu dia berdiri membuka lemari. Dia kepanasan karena udaranya. Biasanya dia menyuruh kami
tunggu di luar ketika dia ganti baju
“Ayo tutup mata kalian, aku mau ganti nih soalnya panas banget” Kak Linda menyuruh kami.
Dia melepaskan pakaian satu persatu dari mulai celana panjangnya, dia memakai CD warna
putih berenda dengan model g-string. Saat itu dia masih dihadapan kami. Tertampang paha putih
bersih tanpa cacat. Setelah itu dia melepas kemejanya dicopotnya kancing stu perstu. Setelah
terbuka seluruh kancingnya, aku dapat melihat bra yang dipakainya. Lalu dia membelakangi
kami, dia juga melepas branya setelah kemejanya ditanggalkan. Aku pun terbengong melihatnya
karena belum pernah aku melihat wanita dewasa telanjang apa lagi ketika aku melihat pantatnya
yang uuhh. Dia memilih baju agak lama, otomatis aku melihat punggungnya yang mulus dan
akhirnya dia memakai baby doll dengan potongan leher rendah sekali tanpa bra dan bahannya
super tipis kelihatan putingnya yang berwarna coklat muda. Kulitnya sangat putih dan mulus
lebih putih dari Putri. Putri melihatku.
“Rendi koq bengong belum lihat kakakku buka baju ya? Lagian kakak buka baju nggak nyuruh
kita pergi.”
Kak Linda ngomel,”Idih kalian masih kecil belum tahu apa apa lagian juga aku nggak ngelihatin
kalian langsung. Mau lihat ya Ren?”dia bercanda.
Akupun menundukan mukaku karena malu.”Tapikan kak, susunya kakak sudah gede segitu apa
nggak malu ama Rendi.”
Putri menjawab ketus.”Kamu aja telanjang kayak itu apa kamu juga nggak malu sudah ayo main
lagi.” Linda menjawab adiknya. Kami pun bermain kembali.
Giliran Kak Linda aku periksa. Dia menyuruh aku memeriksanya, dia agak melongarkan
bajunya. Ketika stetoskop aku masukkan di dalam bajunya lewat lubang lehernya, tepat kena
putingnya. Dia memekik. Aku pun kaget tapi aku pun tidak melihatnya karena malu. Dia
menyuruhku untuk untuk lama lama didaerah itu. Dia merem melek kayak nahan sesuatu,
dipegangnya tanganku lalu ditekan tekan daerah putingnya. Aku merasa sesuatu mengeras.
“Kak ngapain.. Emang enak banget diperiksa.. Kayak orang sakit beneran banget.” Putri Tanya
ama kakaknya.
Kak Linda pun berhenti.”Yuk kita mandi soalnya sudah sore lagikan kamu Putri ada les lho nanti
kamu ketinggalan.” Ajak Kak Linda pada kami berdua. Dia menyuruh bawa handuk ama baju
ganti.
Setelah mengisi air, aku pun membuka bajuku tanpa ada beban yang ada dan telanjang bulat
begitu juga ama Putri. Kamipun bermain air di bathup. Kamar mandi disini amat mewah ada
shower bathup dan lain lain lah, maklum dia anak terkaya dikampungku. Setelah itu pintu
digedor ama kakaknya dia suruh buka pintu kamar mandinya. Aku pun membukanya. Kak Linda
melihatku penuh kagum sambil menatap bagian bawahku yang sudah tanpa pelindung
sedikitpun, aku baru tahu itu namanya lagi horny. Lalu dia masuk segera di membuka piyama
mandinya. Jreng.. Hatiku langsung berdetak kencang, dia menggunakan bra tranparan ama CD
yang tadi dia pake dihadapan kami.
“Bolehkan mandi bersama kalian lagian kalian kan masih anak kecil.”
“Ihh.. Kakak.. Punya kakak itu menonjol” ledek adiknya.
Dia hanya tersenyum menggoda kami terutama aku.”biarin”sambil dia pegang sendiri puting dia
menjawab lalu dia membasahi badannya ama air di shower. Makin jelas apa yang nama payudara
cewek lagi berkembang. Beitu kena air dari shower bra Kak Linda agak merosot kebawah. Lucu
banget bentuknya pikirku. Payudaranya hendak seakan melompat keluar.
“Ayo cepat turun dulu, aku kasih busa di bathupnya..”.
Putri bergegas keluar tapi aku tidak, aku takut kalau ketahuan anuku mengeras, aku malu banget.
Baru kali ini aku mengeras gede banget. Lalu Kak Linda mendekat dan melihatku serta
menyuruhku untuk turun. Aku turun dengan tertunduk muka Kak Linda melihat bagian bawahku
yang sudah mengeras sama pada waktu aku bermain tapi bedanya sekarang langsung dihadapan
mata. Dia hanya tersenyum padaku. Aku kira dia marah. Dia kayak sengaja menyenggol
senjataku dengan paha mulusnya.
“Ooohh.. Apa itu..” (pura pura dia tidak tahu) Putripun tertawa melihatnya.
“Itu yang dinamakan senjatanya laki laki yang lagi mengeras tapi culun ya kalau belum disunat”
Kak Linda memberitahukan pada adiknya.
Setelah busanya melimpah di air kami pun nyebur bareng.
“Adik adik, Kakak boleh nggak membuka bra kakak” pinta Kak Linda pada kami.
“Buka aja to Kak lagian kalau mandi pakai pakaian kayak orang desa.” adiknya menjawab.
Tapi aku nggak bisa jawab. Dengan pelan pelan kancing dibelakang punggung dibukanya lalu
lepas sudah pengaman dan pelindung susunya. Dengan telapak tangannya dia menutupi
payudaranya.
“Sudah buka aja sekalian CD nya nanti kotor kena bau CD kakak,” ujar Putri kepada kakaknya.
Segera dia berdiri diatas bathup melorotkan CDnya dengan hati hati(kayaknya dia sangat
menunggu ekspresiku ketika melihat wanita telanjang bulat dihadapannya). Ketika dia berdiri
membetulkan shower diatas kami, aku melihat seluruh tubuhnya yang sudah telanjang bulat.
“Kak anu.. anu.. Susu kakak besarnya, ama bawahan kakak ada rambutnya dikit,” aku
memujinya.
dia hanya tersenyum dan memberitahu kalau aslinya bawahan nya lebat hanya saja rajin dicukur.
Dia agak berlama lama berdiri kayaknya makin deket aja bagian sensitivenya dengan wajahku,
ada sesuatu harum yang berbeda dari daerah sekitar itu. Kak Linda terus berdiri sambil
melirikku.
Sambil membilasi payudaranya dengan air hangat serta digoyang dikit dikit bokong bahenolnya.
Dia menghadap kami sambil mnyiram bagian sensitifnya. Aku pun tak berani langsung
menatapnya. Sambil memainkan payudaranya sendiri dia punya saran plus ide gila.
“Mainan yuk. Aku jadi ibunya, kamu jadi anaknya.”
Lalu Kak Linda menyuruh mainan ibu ibuan, dia menyuruh kami jadi bayi. Lalu dia
menyodorkan susunya pada kami.
“Anakku kasihan, sini ibu beri kamu minum” dia berkata pada kami.
Putri pun langsung mengenyot puting susu kakaknya, tapi aku pun tak bergerak sama sekali, lalu
dia langsung menyambar kepalaku ditarik ke arah payudaranya.
“Ayo sedot yang kuat.. Ahh.. Cepet.. Gigit pelan pelan.. Acchh,” kata itu keluar.
Tapi koq nggak keluar airnya. Punya Mama keluar air susunya. Tiba tiba Putri berhenti.
“Uhh.. Ini kan namanya mainan jadi nggak beneran. Kamu udahan aja sudah jamnya kamu les”
Putri pun bergegas turun dan berganti pakaian sejak saat itu aku tak memdengar langkah dia lagi.
Aku pun masih disuruh mainan dengan putingnya tangan kiriku dikomando supaya meremas
susu kirinya. Tiba tiba ada sesuatu yang bikin aku bergetar, ada sesuatu yang berambat dan
memegangi anuku. Dengan kanan kanan memegangi tangan kiriku untuk meremas payudaranya
ternyata tangan kanannya memainkan penisku.
Segera dia memerintahkan untuk turun dari situ. Kami pun turun dari situ. Lalu. Dia duduk di
pingiran sambil membuka selakangannya. Aku baru melihat rahasia cewe.
“Rendi ini yang dinamakan vagina, punya cewek. Tadi waktu kakak berdiri aku tahu kalau kamu
memperhatikan bagian kakak yang ini. Ayo aku ajarin gimana mainan ama vagina” akupun
hanya mengangguk.
Dia menyuruh menjilatinya setelah dia mengeringkannya dengan handuk. Aku pun menjulurkan
lidahku kesana tapi bagian luarnya. Dia hanya tersenyum melihatku. Dengan jari tangan nya dia
membuka bagian kewanitaan itu. Aku benar benar takjub melihat pemandangan kayak itu.
Warnanya merah muda seperti sebuah bibir mungil. Setelah dia buka kemaluannya, lalu dia
suruh aku supaya menjilatinya. Ada cairan sedikit yang keluar dari bagian itu rasanya asin tapi
enak. Disuruh aku menyodok dengan kedua jariku, terasa sangat becek. Dia menyuruhku
berhenti sejenak. Ketika dia menggosok gosok sendiri dengan tangannya dengan cepat lalu dia
menyambar kepalaku dengan tangannya ditempelkan mukaku dihadapannya.
Seerr.. Serr.. bunyi air yang keluar dari vaginanya banyak sekali. Sambil berteriak plus mendesis
lagi merem melek. Setelah itu dia jongkok, aku kaget ketika dia langsung menjilati kepala
penisku. Di buka bagian kulup hingga kelihatan kepalanya.
“Kakak enggak jijik ya kan buat kencing” aku bertanya pada dia tapi dia terus mengulumnya
maju mundur.
Sakit dan geli itu yang kurasakan tapi lama lama enak aku langsung rasanya seperti kencing tapi
tidak jadi. Dia menggunakan sabun cair katanya biar agak licin jadi nggak sakit. Saking enaknya
aku bagai melayang badanku bergetar semua. Setelah dibilas dia mengkulum penisku, semua
masuk didalam mulutnya.
“Kak aku mau kencing dulu” aku menyela.
Setelah itu dia berbaring dilantai dia menyuruh bermain dengan kacang didalam vaginanya.
Pertama aku tidak tahu, dia memberi tahu setelah dia sendiri membukanya. Aku sentuh bagian
itu dengan kasar dia langsung menjerit dia mengajari bagaimana seharusnya melakukannya.
Diputar putar jariku disana tiba tiba kacanga itu menjadi sangat keras.
Sekitar 5 menit aku bermain dengan jariku kadang dengan lidahku. Keluar lagi air dari
vaginanya. Aku disuruh terus menyedotnya. Dia kayaknya sangat lemas lunglai. Setelah
beberapa saat dia memegang penisku dan menuntunnya di vagina.
“Coba masukan anumu ke dalam sana pasti aku jamin enak banget rasanya” dia menyuruhku.
Dengan hati-hati aku masukkan setelah masuk aku diam saja. Dia menyuruh aku untuk menekan
keras. Dan bless masuk semuanya dia memberi saran kayak orang memompa. Masuk-keluar.
“Acchc terus.. yang cepet.. ah.. ah.. ah..” dia mendesis, dia menggoyangkan pantatnya yang besar
kesana kemari.
Tapi sekitar 3 menit rasanya penisku kayak diremas oleh kedua daging itu lalu aku ingin sekali
pipis. Saat itu penisku kayak ada yang air mengalir. Dan serr.. seerrs air kencingku membanjiri
bagian dalamnya. Setelah kelelahan kami pun keluar dia langsung pergi ke kamar masih keadaan
bugil. Kemudian dia berbaring karena lelah, aku mendekatinya dan dia memelukku seperti
adiknya, payudaranya nempel di mukaku. Setelah aku melihat wajahnya dia menangis. Lalu dia
menyuruh aku pulang. Aku mengenakan pakaian dan pulang. Dia menyuruh merahasiakan kalau
aku berbicara ama orang lain aku nggak boleh bermain ama adiknya.
Kami pun terus melakukannya sekitar 1 tahun tanpa ada siapa yang tahu. Sekitar aku kelas 1
SMP dia kawin ama temannya karena dia hamil. Ketika 2 minggu lalu (saat ini) aku bertemu dia
bertanya masih suka main seperti dulu. Akupun hanya tertawa ketika aku tahu itu yang namanya
sex dan aku ngucapin terima kasih buat kakak, itu adalah pengalamanku yang pertama.
Tamat

Maria. Itu namaku. Kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan ketika aku berusia 11
tahun. Saat itu, aku benar-benar sendirian. Rasa takut dan kesepian menyerang hati dan
pikiranku. Yang paling menyedihkan adalah, aku sama sekali tidak pernah dikenalkan ataupun
berjumpa dengan kerabat ayah maupun ibu. Aku tidak pernah bertanya. Selama ini aku hanya
mengenal ayah dan ibu saja. Dan itu sudah lebih dari cukup bagiku. Kami bertiga sangat bahagia.

Aku tidak ingat, bagaimana aku bisa sampai di panti asuhan itu. Yayasan Bunda Erika, aku
membacanya di sebuah papan nama di depan pintu masuk bangunan itu. Di sana, banyak anak-
anak yang sebaya denganku. Kehadiran mereka membuatku setidaknya "lupa" akan kemalangan
yang baru saja menimpaku. Tidak lamapun, aku merasa kalau aku telah menemukan rumah baru
bagiku. Enam bulan pun berlalu.

Pada suatu hari yang cerah, mendadak kami dibangunkan oleh Bunda Risa, salah satu pengurus
di tempat kami.
"Ayo bangun, cepat mandi, pakai pakaian terbaik kalian, setelah itu kalian harus berkumpul di
aula. Kita akan kedatangan seseorang yang sangat istimewa", katanya sambil tersenyum hangat.
Dan aku pun bertanya, "Bunda, tamu istimewanya siapa sih? Artis ya?"
"Mungkin ya..", kata Bunda Risa sambil tertawa kecil.
"Karena dia adalah putra tunggal dari pemilik yayasan ini.."

Tak kusangka, pertemuanku dengan Erik Torian bisa mengubah hidupku, seluruhnya. Saat dia
melewati barisan anak-anak yang lain, dia tiba-tiba berhenti tepat di depanku. Senyuman
misterius menghiasi wajahnya. Dengan posisi membungkuk, dia mengamati wajahku dengan
teliti. Temannya yang ikut bersamanya pun ikut memperhatikan diriku.

"Ada apa Torian? Apa kau kenal dengan anak ini?", tanyanya.
"Tidak", Erik masih memandangiku sambil memegang mukaku, seolah-olah aku tidak bernyawa.
"Sempurna" katanya dingin.
"Seperti boneka.."
Aku yakin sekali dia bergumam ["..boneka yang aku idam-idamkan"]
Lalu dia melepaskan wajahku dan langsung meninggalkanku begitu saja.

Sehari setelah kunjungan itu, Erik bersama temannya itu kembali mengunjungi yayasan, untuk
mengadopsi diriku.
"Halo.. Maria" Erik melemparkan senyum yang berbeda dari kemarin.
"Mulai saat ini, aku-lah yang akan merawat dan mengurus Maria. Kamu tidak harus memanggil
aku 'ayah' atau sebutan lainnya, panggil saja aku Erik."
Sambil mengalihkan pandangannya ke temannya, dia melanjutkan,"Nah.., ini adalah temanku,
namanya Tomi."
Akupun menyunggingkan senyuman ke arah Tomi yang membalasku dengan senyuman hangat.

Aku sama sekali tidak percaya bahwa ternyata Erik tinggal sendirian di rumah megah seperti ini
dan masih berusia 24 tahun saat itu. Diam-diam, aku kagum dengan penampilan Erik dan Tomi
yang sangat menarik. Berada di tengah-tengah mereka saja sudah sangat membuatku special.
Erik sangatlah baik padaku. Dia selalu membelikan baju-baju indah dan boneka porselain untuk
dipajang dikamar tidurku. Dia sangat memanjakan aku. Tapi, dia juga bersikap disiplin. Aku
tidak diperbolehkan untuk keluar rumah selain ke sekolah tanpa dirinya.

Empat bulan berlalu, rasa sayangku terhadap Erik mulai bertambah. Hari itu, aku mulai merasa
bosan di rumah dan Erik belum pulang dari kantor. Aku pun menunggunya untuk pulang sambil
bermain Play Station di kamarku. Tepat jam 10.30 malam, aku mendengar suara pintu di sebelah
kamarku berbunyi.
"Erik sudah pulang!!", pikirku senang.

Aku pun berlari keluar kamar untuk menyambutnya. Tapi, di depan kamar Erik aku berhenti.
Pintunya terbuka sedikit. Dan aku bisa tahu apa yang terjadi di dalam sana. Erik bersama seorang
wanita yang sangat cantik, berambut panjang, kulitnya pun sempurna. Aku hanya bisa terdiam
terpaku. Aku melihat Erik mulai menciumi bibir wanita itu dengan penuh nafsu. Tangannya
meraba-raba dan meremas payudara wanita itu.

"Ohh..Erik"
Pelan-pelan, tangan Erik menyingkap rok wanita itu dan menari-nari di sekitar pinggul dan
pahanya. Tak lama, Erik sudah habis melucuti pakaian wanita itu. Erik merebahkan wanita itu ke
tempat tidur dan menindihnya, tangan Erik bermain-main dengan tubuh wanita itu, menciuminya
dengan membabi buta, menciumi leher, menciumi payudara wanita itu sambil meremas-
remasnya.

"Ohh..Eriik.." Aku mendengar desahan wanita itu.

Aku melihatnya. Aku tidak percaya bahwa aku menyaksikan itu semua. Tapi, aku tidak bergerak
sedikit pun. Aku tidak bisa.

Erik pun membuka resleting celananya dan mengeluarkan 'senjata'nya, kedua kaki wanita itu
dipegang dengan tangan Erik dan Erik segera menancapkan 'senjata'nya ke liang wanita yang
sudah basah itu dengan sangat kasar. Wanita itu mengerang dengan keras. Tanpa sadar, pipiku
sudah dibasahi oleh air mata. Hatiku terasa sakit dan ngilu. Tapi, aku tetap tidak bisa beranjak
dari sana. Aku tetap melihat perbuatan Erik tanpa berkedip sambil berlinang air mata.

Erik masih melanjutkan permainannya bersama wanita cantik itu, dia menggerakkan pinggulnya
maju dan mundur dengan sangat cepat. Teriakan kepuasan dari wanita itu pun membahana di
seluruh ruangan. Sepuluh menit setelah itu, Erik terlihat kejang sesaat sambil mengerang
tertahan. Erik pun menghela napas dan beristirahat sejenak, masih dalam rangkulan wanita itu.
Permainan berakhir.

Tapi aku masih mematung di depan kamarnya, memperhatikan Erik dari sebelah pintu yang
sedikit terbuka. Aku tidak mau bergerak juga, seolah-olah aku sengaja ingin ditemukan oleh
Erik. Benar saja, aku melihat Erik berbenah memberesi bajunya dan bergerak menuju pintu. Dia
membuka pintu dan melihat diriku mematung sambil menangis di sana. Dia memperhatikanku
sejenak dan senyuman misterius itu hadir lagi.

Dia pun membungkukkan tubuhnya,


"Hey, tukang ngintip cilik. Aku nggak marah kok. Hanya saja, aku sudah mempersiapkan
hukuman yang tepat untukmu. Tapi, tidak saat ini. Ayo, aku temani kamu sampai kamu tertidur.
Kalau kamu capek, besok bolos saja."
Erik pun menggendongku yang masih terisak kekamar tidurku. Dan semalaman dia tidur sambil
memelukku dengan hangat.
"Aku..aku..sayang Erik"
"Erik adalah milikku..hanya milikku seorang"
Pikiranku berputar-putar memikirkan hal itu. Tak lama, aku pun tertidur lelap.

Hari ini adalah ulang tahunku yang ke-14. Aku senang sekali, karena Erik telah mempersiapkan
sebuah pesta ulang tahun untukku di sebuah hotel bintang 5. Ballroom hotel itu sangat indah,
Erik mempersiapkannya secara spesial. Aku pun mengenakan gaun berwarna putih yang baru
dibelikan Erik. Kata Erik, aku sangat cantik dengan baju itu, "Kamu cocok sekali dengan warna
putih, sangat matching dengan warna kulitmu.. Dan lagi, sekarang.. kamu semakin cantik."
Teman-teman perempuanku juga berdecak kagum melihat penampilanku saat itu.
"Kamu cantik ya Maria? Beruntung sekali kamu punya ayah angkat seperti Erik.."
Kata Sara, teman baikku sambil tertawa meledek. Sara melirik ke arah Erik yang sedang duduk
di meja pojok bersama Tomi.
"Hey Maria, Erik itu ganteng banget ya? Temennya juga.." ujar Sara sambil tertawa kecil.
Aku pun hanya bisa tertawa, aku pun menetujuinya. Akhir-akhir ini, kami memang jadi sering
membicarakan soal cowok. Mungkin karena puber. Tak lama, Aryo temanku yang sepertinya
suka denganku datang, sambil menyerahkan hadiah, dia mencium kedua pipiku. Tanpa sadar
pipiku bersemu merah.

Setelah pesta usai, Erik mengajakku istirahat di kamar hotel. Aku lumayan capek, tapi aku
senang. Dan setiba di kamar, aku memeluk Erik sambil mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih Erik..aku sayang sekali sama Erik.."
Erik pun membalas pelukanku sejenak dan kemudian melepasnya, dan dia memegang kedua
lenganku sambil memandangku dengan serius. Aku pun merasa heran dan sedikit takut.
"..Erik? Kenapa? Marah yaa? Aku..melakukan kesalahan apa?"

Tanpa banyak bicara, Erik menggeretku ke tempat tidur, mencopot dasinya dan menggunakannya
untuk mengikat kedua tanganku dengan kencang. Aku memekik dan mulai menangis.
"Eriik!! Sakit!! Kenapa??!!"
Dia melihatku dengan pandangan marah. Kemudian berteriak,
"Kenapa??!! Kenapa katamu?! Kamu itu perempuan apa??!! Masih kecil sudah kenal laki-laki!!
Sudah kuputuskan! Kamu harus di hukum atas perbuatanmu barusan dan perbuatanmu 2 tahun
yang lalu!!"

Deg. Jantungku terasa berhenti mengingat kejadian itu.


"Erik marah..", pikirku.
Aku pun merasa ketakutan. Aku takut dibenci. Aku tidak mau kehilangan lagi orang yang
kusayangi.
Tiba-tiba, Erik menarik gaunku dengan sangat kasar sehingga menjadi robek. Aku berteriak.
"Ini akibatnya kalau jadi perempuan genit!!"
Erik menariknya lagi untuk kedua kalinya, pakaian dalamku semakin terlihat. Celana dalamku
juga akan dilepasnya.
"Erriik!! Jangaan!!", aku berteriak ketakutan.

Terlambat, aku sudah telanjang total. Hanya sisa-sisa gaunku-lah yang masih menyembunyikan
bagian-bagian tubuhku sedikit. Erik melihatku dengan penuh nafsu. Nafasnya terdengar berat
penuh dengan kemarahan dan birahi. Dia pun menahan tanganku yang terikat dan mendekatkan
bibirnya ke bibirku.
"Aku harus menjadi orang pertama yang.."
Erik tidak menyelesaikan kata-katanya dan mulai melumat bibirku dengan sedikit kasar.
"Hmmphh.."
Untuk pertama kalinya aku merasakan ada getaran yang aneh pada tubuhku. Sensasi yang tidak
pernah kurasakan sebelumnya.
Erik terus berlanjut menciumku, aku bisa merasakan lidahnya memijat lidahku. Aku pun
mengikuti permainannya, sedikit takut, sedikit ingin tahu. Erik mulai meremas-remas
payudaraku yang belum tumbuh seutuhnya.
"Ahh.."
Aku mulai menikmati getaran aneh pada diriku.
"Panas..badanku terasa panas..Erik.." pikirku dalam hati.
Erik melanjutkan ciumannya ke leher dan menggigitnya sedikit, remasan tangannya di
payudaraku makin kuat.
"Ahh..!!" nafasku makin memburu.

Tiba-tiba Erik berhenti dan melihatku sambil tersenyum misterius.


"Hmm..kamu menyukainya bukan? Ya kan, setan cilik?"
Mukaku bersemu merah, tapi terlalu takut untuk berbicara, tubuhku bergetar hebat. Erik
melepaskan kemejanya dan celananya, masih memandangiku. Aku terlalu malu untuk
memandang wajahnya.
"Aku rasa, kamu sudah siap untuk permainan selanjutnya.."
Erik tertawa kecil, sedikit kemarahan masih tersisa pada dirinya. Erik kembali menciumiku, kali
ini dia meremas payudaraku sambil menghisapnya.
"Hhh..!!"
"Tidak apa-apa..kalau Erik..tidak apa-apa." pikirku.

Aku memejamkan mataku erat-erat ketika Erik mulai memasukkan 'senjata'nya ke dalam diriku.
"Emm.." aku tidak berani bilang kalau aku merasa sakit.
Erik mulai tidak sabar, dan dia memasukkannya dengan kasar.
"Aaahh..!!"
Aku menjerit dan mulai menangis lagi. 'Senjata'nya sudah memasuki diriku seutuhnya dan sakit
yang kurasakan itu sedikit aneh, ada kenikmatan di dalamnya. Aku mulai sedikit meronta sambil
berteriak. Tapi Erik menahanku dengan kuat. Erik menciumi diriku yang bergetar hebat dengan
sedikit paksa. Bosan dengan posisinya, Erik membalikkan posisi tubuhku menjadi telungkup.
"Erriik..!! tidaak!!" aku sangat malu melakukan posisi itu.

Tetapi Erik tidak peduli dan melanjutkan kembali permainannya. Setiap kali tubuh Erik
menghentak, aku menjerit sekeras-kerasnya. Erik melakukan gerakan menghentak itu secara
teratur, dan tiba-tiba aku merasakan getaran yang sangat hebat dalam diriku, aku merasakan
'liang'ku
menyempit karena otot-otot di tubuhku menjadi tegang. Aku pun berteriak lebih keras dari
sebelumnya.

"Ohh..Maria."
Aku merasakan tangan Erik meremas pinggulku dengan kuat. Tubuh Erik mengejang, dan cairan
deras pun mengalir dari 'liang'ku. Aku mendesah panjang. Tubuhku masih bergetar. Erik masih
menindihku dan mulai menciumi punggungku.
"Hhhmm.. pilihanku memang selalu tepat", gumamnya.
Aku memilih untuk diam. Erik bergeser ke sampingku. Dia memandangiku yang masih berlinang
air mata. Tersenyum Erik mengecup kepalaku sambil mengelusnya.
"Maria, kamu adalah milikku seorang.. tidak ada satupun yang boleh menyentuhmu tanpa seizin-
ku."
Erik memeluk tubuhku yang kecil dengan erat.
"Ya Erik..aku adalah milikmu. Aku akan melakukan apa saja yang kau perintahkan, asal kau
tidak membenciku." Aku masih terisak.
"Anak bodoh.. Aku tidak akan pernah membencimu Maria.."
Pelukan Erik semakin erat. Mukaku terasa panas. Dan aku segera membenamkan diriku ke
dalam pelukan Erik.

"Terima kasih..Erik."
tamat

Hari telah senja awan mendung pun mulai menyelimuti kota metropolitan ini membuat suasana
semakin gelap, di saat itu di sebuah SMU Negeri terkenal di kota itu nampak gadis-gadis
membubarkan diri dari sebuah ruang aula olahraga. Mereka mengakhiri latihan rutin paduan
suaranya.

Tawa dan canda khas gadis-gadis SMU mengiringi mereka bubar, satu demi satu mereka keluar
dari halaman sekolah yang telah gelap itu. Sementara itu suara gunturpun terdengar pertanda
hujan akan segera turun. Ada yang dijemput oleh orangtuanya, adapula yang membawa mobil
pribadi, dan ada juga yang menggunakan angkutan umum.

Aku sangatlah hafal dengan aktifitas anak-anak SMU ini, karena memang sudah hampir sebulan
ini aku bekerja sebagai tukang cat disekolah ini. Usiaku memang sudah tidak muda lagi, saat ini
aku berusia 48 tahun. Aku adalah seorang duda, istriku sudah lama minggat meninggalkanku
setelah mengetahui aku tengah melakukan hubungan intim dengan keponakannya. Reputasiku
sebenarnya lebih banyak didunia hitam, dulu aku dikenal sebagai seorang germo yang aku sambi
dengan berdagang ganja. Namun beberapa bulan yang lalu semua para wanita yang aku jajakan
terkena razia dan kemudian bisnis ganjaku hancur setelah kurir yang biasa membawa ganja
ditembak mati oleh aparat.

Di sekolah ini aku tidaklah sendirian aku masuk bekerja dengan sahabatku yang bernama
Charles yang seorang residivis kambuhan. Usianya tidak begitu jauh denganku yaitu 46 th,
perawakannya tinggi besar rambutnya panjang dan kumal. Kami berdua sengaja hidup
berpindah-pindah tempat. Kami bukanlah pekerja tetap di sekolah ini, kami hanya mendapat
order untuk mengerjakan pengecatan kusen-kusen pintu-pintu kelas di sekolah ini.

Kami tidak dibayar mahal namun kami memiliki kebebasan untuk tinggal dilingkungan sekolah
ini. Maklumlah kami adalah perantau yang hidup nomaden. Di antara gadis-gadis tadi, ada salah
seorang yang paling menonjol. Aku sangatlah hafal dengannya. Karena memang dia cantik,
lincah dan aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga akupun sering melihat dia mondar-mandir di
sekolahan ini.

Adinda Wulandari namanya. Postur tubuhnya mungil, wajahnya cantik dan imut-imut, kulitnya
putih bersih serta wangi selalu, rambutnya ikal panjang sebahu dan selalu diikat model ekor
kuda. Penampilannyapun modis sekali, seragam sekolah yang dikenakannya selalu berukuran
ketat, rok seragam abu-abunya berpotongan sejengkal di atas lutut sehingga pahanya yang putih
mulus itu terlihat, ukuran roknyapun ketat sekali membuat pantatnya yang sekal itu terlihat
menonjol, sampai-sampai garis celana dalamnya pun terlihat jelas melintang menghiasi lekuk
pantatnya, tak lupa kaos kaki putih selalu menutupi betisnya yang putih mulus itu.

Tidak bisa kupungkiri lagi aku tengah jatuh cinta kepadanya. Namun perasaan cintaku kepada
Adinda lebih didominasi oleh nafsu sex semata. Gairahku memuncak apabila aku
memandanginya atau berpapasan dengannya disaat aku tengah bekerja di sekolah ini. Ingin aku
segera meyetubuhinya. Banyak sudah pelacur-pelacur kunikmati akan tetapi belum pernah aku
menikmati gadis perawan muda yang cantik dan sexy seperti Adinda ini. Aku ingin mendapatkan
kepuasan itu bersama dengan Adinda.

Informasi demi informasi kukumpulkan dari orang-orang disekolah itu, dari penjaga sekolah,
dari tukang parkir, dari karyawan sekoah. Dari merekalah aku mengetahui nama gadis itu. Dan
dari orang-orang itupun aku tahu bahwa Adinda adalah seorang siswi yang duduk di kelas 2,
umurnya baru 16 tahun. Beberapa saat yang lalu dia merayakan hari ulang tahunnya yang ke-16
di kantin sekolah ini bersama teman-temannya sekelas. Diapun termasuk siswi yang berprestasi,
aktif dalam kegiatan paduan suara dan paskibra di sekolah ini. Dan yang informasi terakhir yang
kudapat bahwa dia ternyata adalah salah seorang finalis foto model yang diselenggarakan oleh
sebuah majalah khusus untuk remaja putri terkenal di Negeri ini dan bulan depan dia akan
mengikuti seleksi tahap akhir.

Kini disaat sekolah telah sepi salah satu dari gadis-gadis anggota paduan suara tadi itu tengah
merintih-rintih dihadapanku. Dia adalah gadis yang terakhir kalinya masih tersisa di dalam
sekolah ini, yang sedang asyik bercanda ria dengan temannya melalui HP-nya, semetara yang
lainnya telah meninggalkan halaman sekolah. Beberapa menit yang lalu melalui sebuah
pergulatan yang tidak seimbang aku telah berhasil meringkusnya dengan mudah, kedua
tangannya kuikat dengan kencang kebelakang tubuhnya, dan mulutnya kusumpal dengan kain
gombal. Setelah itu kuseret tubuhnya ke bangsal olahraga yang berada di bagian belakang
bangunan sekolah ini.

Tidak salah salah lagi gadis itu adalah Adinda, gadis cantik sang primadona sekolah ini yang
telah lama kuincar. Aku sangat hafal dengan kebiasaannya yaitu menunggu jemputan supir orang
tuanya di kala selesai latihan sore dan sang supir selalu terlambat datang setengah jam dari jam
bubaran latihan. Sehingga dia paling akhir meninggalkan halaman sekolah. Kini dia meringkuk
dihadapanku, dengan tangisannya yang teredam oleh kain gombal yang kusumpal di mulutnya.

Sepertinya dia memohon-mohon sesuatu padaku tetapi apa peduliku, air matanya nampak
mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik itu. Sesekali nampak dia meronta-ronta
mencoba melepaskan ikatan tali tambang yang mengikat erat di kedua tangannya, namun sia-sia
saja, aku telah mengikat erat dengan berbagai simpul.

Posisinya kini bersujud di hadapanku, tangisannya kian lama kian memilukan, aku menyadari
sepenuhnya bahwa dia kini tengah berada dalam rasa keputusasaan dan ketakutan yang teramat
sangat di dalam dirinya. Kunyalakan sebatang rokok dan kunikmati isapan demi isapan rokok
sambil kutatap tajam dan kupandangi tubuh gadis cantik itu, indah nian tubuhnya, kulitnya putih
bersih, pantatnya sekal berisi.

Kunikmati rintihan dan tangis gadis cantik yang tengah dilanda ketakutan itu, bagai seseorang
yang tengah menikmati alunan musik di dalam ruangan sepi. Suara tangisnya yang teredam itu
memecahkan kesunyian bangsal olahraga di sekolah yang tua ini. Sesekali dia meronta-ronta
mencoba melepaskan tali ikatan yang mengikat kedua tangannya itu.

Lama kelamaan kulihat badannya mulai melemah, isak tangisnya tidak lagi sekeras tadi dan
sekarang dia sudah tidak lagi meronta-ronta mungkin tenaganya telah habis setelah sekian
lamanya menagis meraung-raung dengan mulutnya yang telah tersumbat. Sepertinya di dalam
hatinya dia menyesali, kenapa Heru supirnya selalu terlambat menjemputnya, kenapa tadi tidak
menumpang Desy sahabat karibnya yang tadi mengajaknya pulang bareng, kenapa tadi tidak
langsung keluar dari lingkungan sekolah di saat latihan usai, kenapa malah asyik melalui HP
bercanda ria dengan Fifi sahabatnya. Yah, semua terlambat untuk disesali pikirnya, dan saat ini
sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada dirinya.

“Beres Yon.., pintu pagar depan sudah gue tutup dan gembok”, terdengar suara dari seseorang
yang tengah memasuki bangsal.

Ternyata Charles dengan langkah agak gontai dia menutup pintu bangsal yang mulai gelap ini.

“OK.. Sip, gue udah beresin nih anak, tinggal kita pake aja..”, ujarku kepada Charles sambil
tersenyum.

Kebetulan malam ini Pak Parijan sang penjaga sekolah beserta keluarganya yang tinggal di
dalam lingkungan sekolah ini yaitu sedang pulang kampung, baru besok lusa mereka kembali ke
sekolah ini. Mereka langsung mempercayakan kepada kami untuk menjaga sekolah ini selama
mereka pergi.

Maka tinggallah kami berdua bersama dengan Adinda yang masih berada di dalam sekolah ini.
Pintu gerbang sekolah telah kami rantai dan kami gembok sehingga orang-orang menyangka
pastilah sudah tidak ada aktifitas atau orang lagi di dalam gedung ini. Pak Heru sang supir yang
menjemput Adinda pastilah berpikiran bahwa Adinda telah pulang, setelah melihat keadaan
sekolah itu.

Kupandang lagi tubuh Adinda yang lunglai itu, badannya bergetar karena rasa takutannya yang
teramat sangat di dalam dirinya. Hujanpun mulai turun, ruangan di dalam bangsal semakin gelap
gulita angin dinginpun bertiup masuk ke dalam bangsal itu, Charles menyalakan satu buah lampu
TL yang persis diatas kami, sehingga cukup menerangi bagian disekitar kami saja. Kuhisap
dalam-dalam rokokku dan setelah itu kumatikan. Mulailah kubuka bajuku satu per satu, hingga
akhirnya aku telanjang bulat. Batang kemaluanku telah lama berereksi semenjak meringkus
Adinda di teras sekolah tadi.

“Gue dulu ya..”, ujarku ke Charles.

“Ok boss..”, balas Charles sambil kemudian berjalan meninggalkan aku keluar bangsal.
Kudekati tubuh Adinda yang tergolek dilantai, kuraba-raba punggung gadis itu, kurasakan detak
jantungnya yang berdebar keras, kemudian tanganku turun hingga bagian pantatnya yang sekal
itu, kuusap-usap pantatnya dengan lembut, kurasakan kenyal dan empuknya pantat itu sambil
sesekali kutepok-tepok. Badan Adinda kembali kurasakan bergetar, tangisnya kembali terdengar,
sepertinya dia kembali memohon sesuatu, akan tetapi karena mulutnya masih tersumbat
suaranyapun tidak jelas dan aku tidak memperdulikannya.

Dari daerah pantat tanganku turun ke bawah ke daerah lututnya dan kemudian menyelinap
masuk ke dalam roknya serta naik ke atas ke bagian pahanya. Kurasakan lembut dan mulus
sekali paha Adinda ini, kuusap-usap terus menuju keatas hingga kebagian pangkal pahanya yang
masih ditutupi oleh celana dalam.

Karena sudah tidak tahan lagi, kemudian aku posisikan tubuh Adinda kembali bersujud, dengan
kepala menempel dilantai, dengan kedua tangannya masih terikat kebelakang. Aku singkapkan
rok seragam abu-abu SMU-nya sampai sepinggang.

“Waw indah nian.. Gadis ini” gunamku sambil melototi paha dan pantat sekal gadis ini.

Kemudian aku lucuti celana dalamnya yang berwarna putih itu, terlihatlah dua gundukan pantat
sekal gadis ini yang putih bersih. Sementara Adinda terus menangis kini aku memposisikan
diriku berlutut menghadap ke pantat gadis itu, kurentangkan kedua kakinya melebar sedikit.
Dengan jari tengahku, aku coba meraba-raba selangkangan gadis ini. Disaat jari tengahku
menempel pada bagian tubuhnya yang paling pribadi itu, tiba-tiba tubuh gadis ini mengejang.
Mungkin saat ini pertama kali kemaluannya disentuh oleh tangan seorang lelaki.

Di saat kudapatkan bibir kemaluannya kemudian dengan jariku itu, aku korek-korek lobang
kemaluannya. Dengan maksud agar keluar sedikit cairan kewanitaannya dari lobang
kemaluannya itu. Tubuhnya seketika itu menggeliat-geliat disaat kukorek-korek lobang
kemaluannya, suara desahan-desahanpun terdengar dari mulut Adinda, tidak lama kemudian
kemaluannya mulai basah oleh cairan lendir yang dikeluarkan dari lobang vaginanya.

Setelah itu dengan segera kucabut jari tengahku dan kubimbing batang kemaluanku denga tangan
kiriku kearah bibir vagina Adinda. Pertama yang aku pakai adalah gaya anjing, ini adalah gaya
favoritku. Dan..

“Hmmpphh..”, terdengar rintihan dari mulut Adinda disaat kulesakkan batang kemaluanku
kebibir vaginanya.

Dengan sekuat tenaga aku mulai mendorong-dorong batang kemaluanku masuk kelobang
kemaluannya. Rasanya sangat seret sekali, karena sempitnya lobang kemaluan gadis perawan ini.
Aku berusaha terus melesakkan batang kemaluanku kelobang kemaluannya dengan dibantu oleh
kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya.

Kulihat badan Adinda mengejang, kepala mendongak keatas dan sesekali menggeliat-geliat. Aku
tahu saat ini dia tengah merasakan sakit dan pedih yang tiada taranya. Keringat terus mengucur
deras membasahi baju seragam sekolahnya, namun harum wangi parfumnya masih terus tercium,
membuat segarnya aroma Adinda saat itu, rintihan-rintihan terdengar dari mulutnya yang masih
tersumpal itu.

Dan akhirnya setelah sekian lamanya aku terus melesakkan batang kemaluanku, kini bobol sudah
lobang kemaluan Adinda. Aku telah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam
lobang vaginanya. Kurasakan kehangatan di sekujur batang kemaluanku, dinding vagina Adinda
terasa berdenyut-denyut seperti mengurut-urut batang kemaluanku.

Sejenak kudiamkan batang kemaluanku tertanam di dalam lobang vaginanya, kunikmati


denyutan-demi denyutan dinding vagina Adinda yang mencengkram erat batang kemaluanku.
Selanjutnya kurasakan seperti ada cairan mengucur mengalir membasahi batang kemaluanku dan
kemudian meluber keluar menetes-netes. Ah.. Ternyata itu darah, berarti aku telah merenggut
keperawanan dari gadis cantik ini.

Sementara itu kepala Adinda kembali tertunduk di lantai, desah nafasnya terdengar keras,
badannya melemas. Setelah itu, aku mulai memompakan kemaluanku di dalam lobang
vaginanya. Kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya juga membantu
memajumundurkan tubuhnya. Badan Adinda kembali tegang, rintihan kembali terdengar.
Semakin lama aku semakin mempercepat gerakanku, hingga tubuh Adinda tersodok-sodok
dengan cepat sesekali, badannya juga menggeliat-geliat.

Raut mukanya meringis-ringis akibat rasa sakit di selangkangannya. Hujanpun mulai turun
dengan deras dan aku ingin menikmati rintihan-rintihan dari gadis ini. Sementara aku terus
menyodok-nyodok dari belakang, aku putuskan untuk membuka gombal yang sedari tadi
membekap mulutnya.

Dan, “Aakk.. Akkhh.. Oohh.. Ooh.. Iihh.. Oohh..”, suara erangan Adinda kini terdengar,
kunikmati suara-suara itu sebagai penghantar diriku yang tengah menyetubuhi gadis ini.

Suaranya menggema di seluruh bangsal olahraga ini, namun masih tertelan oleh suara derasnya
hujan diluar. Adinda semakin terlihat kepayahan, tubuhnya melemah namun aku masih terus
menggenjotnya, gerakanku semakin cepat.

Bosan dengan posisi itu aku cabut kemaluanku dari lobang vaginanya dan kulihat darah
berceceran membasahi selangkangannya dan kemaluanku. Sejenak Adinda mendesahkan nafas
lega, kubalik tubuhnya, dan kini posisi dia telentang. Setelah itu kurentangkan kedua kakinya
dan kulipat hingga kedua pahanya menyentuh dadanya. Kulihat jelas kemaluan gadis ini, indah
sekali. Bulu-bulunya yang masih jarang-jarang itu tumbuh menghias di sekitar bibir
kemaluannya.

“Ohh.. Jangann Bang.. Ampun.. Bang.. Oohh.. Sakitt sekali.. Bang”, terdengar Adinda merintih
pelan memohon belas kasihan kepadaku.

Dengan menyeringai aku tindih tubuh Adinda itu. Kembali aku benamkan batang kemaluanku di
dalam lobang vaginanya.
“Aakkhh..”, Adinda terpekik matanya terpejam, roman mukanya kembali meringis kesakitan
dikala aku menanamkan batang kemaluanku ke dalam lobang kemaluannya.

Setelah itu aku kembali memompakan tubuhku, menggenjot tubuh Adinda. Batang kemaluanku
dengan gaharnya mengaduk aduk, menyodok-nyodok lobang kemaluannya. Tubuh Adinda
kembali tersodok-sodok. Sesekali kuputar-putar pinggulku, yang membuat tubuh Adinda kembali
kelojotan, dari bibir Adinda terdengar desahan-desahan halus

“Ohh.. Enngghh.. Oohh.. Ohh.. Oohh..”.

Setelah sekian menit lamanya aku menyetubuhinya, aku merasakan diriku akan berejakulasi.
Segera kupeluk kepalanya dan kucengkram erat dengan kedua tanganku setelah itu irama
gerakanku kupercepat.

“Aakkhh..” akupun mengejan, tubuhku mengeras. Croot.. Croott.. Croott.. Akupun berejakulasi,
kusemprotkan spermaku di dalam rahimnya. Banyak sekali sperma yang kukeluarkan
menyemprot membasahi liang vaginanya hingga meluber keluar meleleh membasahi pahanya.

Kulihat raut muka Adinda saat itu nampak panik, sinar matanya menunjukkan kekalahan dan
kepedihan. Dengan tatapan sayu dia memandangiku disaat aku mengejan menyemprotkan
spermaku yang terakhir. Ahh nikmat sekali gadis ini, baru kali ini aku merengut keperawanan
seorang gadis kota yang cantik.

Setelah itu akupun merebahkan tubuhku menindih tubuhnya yang lemah, sambil mengatur
nafasku. Tubuhku berguncang-guncang akibat dari isakan-isakan tangisnya serta nafasnya yang
tersengal-sengal, sementara itu kemaluanku kubiarkan tertanam di dalam lobang kemaluannya.

Kubelai-belai rambutnya, kukecup-kecup pipi dan bibirnya. Terasa lembut sekali bibirnya,
kumainkan lidahku di dalam mulutnya, sejenak aku bercumbu mesra dengan Adinda. Dia hanya
terisak-isak dengan nafas yang terus tersengal-sengal. Akhirnya kusudahi permainanku ini, aku
bangkit sambil mencabut kemaluanku.

“Ouugghh..”, Adinda merintih panjang saat kutarik kemaluanku keluar dari lobang vaginanya.

Kulihat diselangkangannya telah penuh dengan cairan-cairan kental dan darah penuh membasahi
bulu-bulu kemaluannya. Tak kusadari Charles ternyata telah berdiri didekatku, dan rupanya dia
telah telanjang bulat menunggu gilirannya, badannya yang kekar dan tinggi itu nampak semakin
sangar dengan banyaknya gambar-gambar tattoo yang menghiasi sekujur dada dan lengannya.
Dengan rasa toleran sebagai seorang sahabat, akupun menyingkir dari tubuh Adinda yang
tergolek lemas dilantai. Aku ambil jarak beberapa meter dari tubuh Adinda kemudian aku
kembali merebahkan tubuhku. Dengan tiduran terlentang dilantai aku menggali kembali rasa
nikmatku setelah melampiaskan nafsuku ke Adinda tadi.

Sedang asyik-asyiknya aku istirahat, terdengar olehku bunyi sesuatu, “Srett.. Sreett.. Sreett..
Brett..” diikuti oleh isak tangis Adinda yang terdengar kembali.
Setelah kuperhatikan, oh ternyata Charles dengan sebuah pisau cutter ditangannya tengah sibuk
merobek-robek baju seragam Adinda. Dengan kasarnya Charles mencabik-cabik baju seragam
putih Adinda, termasuk BH putih yang dikenalkannya. Dan akhirnya kini badan Adinda telah
telanjang, kedua buah payudaranya yang tidak begitu besar kini terpampang jelas. Termasuk juga
rok abu-abu yang melilit di pinggangnya setelah kusingkap tadi dirobek-robeknya, haya
sepasang kaos kaki putih setinggi betisnya serta sepatu kets masih dikenakannya.

“Ouuhh.. Ammpuunn.. Bang.. Ampun..”, suara Adinda terdengar lirih memohon-mohon ampun
ke Charles yang sepertinya tengah kalap kemasukan setan itu.

Setelah itu dengan gombal yang tadi menyumpal mulut Adinda, Charles membersihkan daerah
selangkangan Adinda. Dengan sedikit kasar Charles mengusap-usap selangkangan Adinda
sampai-sampai tubuh Adinda menggeliat-geliat. Akupun kembali merebahkan tubuhku, mengatur
nafasku serta kunyalakan sebatang rokok sebagai penghantar istirahatku.

Sementara itu hujan diluar mulai reda, namun angin dingin terus berhembus masuk ke dalam
bangsal tempat pembantaian Adinda ini. Tiba-tiba semenit kemudian di kala aku sedang rebahan
dan asyik-asyiknya menikmati rokokku. Terdengar olehku jerit Adinda yang memilukan

“Aaakkhh..”.

Akupun terbangun, kulihat dari asal suara itu. Ternyata Charles tengah menyodomi Adinda.
Posisi Adinda kembali bersujud dengan kepala yang mendongak keatas, bola matanya terbelalak,
wajahnya cantiknya terlihat miris sekali, mulutnya menganga membentuk huruf “O” dan Charles
berada dibelakangnya tengah asyik menanamkan batang kemaluannya yang besar itu ke dalam
lobang anus Adinda.

“Aakkhh..” Charlespun mendesah lepas tatkala dia berhasil menanamkan batang kemaluannya
dilobang anus Adinda.

Setelah itu lubang anus Adinda dihujani sodokan-sodokan batang kemaluan Charles, Charles
melakukannya dengan gerakan yang cepat dan kasar sampai-sampai tubuh Adinda terdorong-
dorong dan tersodok-sodok dengan keras. Tidak ada suara rintihan lagi yang keluar dari mulut
Adinda mungkin karena suara tertahan ditenggorokannya karena menahan rasa sakit yang
dideritanya, akan tetapi badannya masih kaku menegang, raut mukanya kini meringis-ringis,
mulutnya masih saja menganga terbuka.

Rasa sakit dan pedih kembali melanda dirinya yang tengah disodomi oleh Charles. Melihat ini
aku kebali terangsang, nafsu birahiku kembali memuncak. Aku bangkit dari rebahanku
mendekati mereka berdua. Kemaluanku kembali ereksi melihat keadaan Adinda yang tengah
menderita. Kuamati wajahnya dari dekat dan dia masih terlihat cantik, keringatpun mengucur
deras membasahi wajah cantiknya.

Aku dengan posisi berlutut berada didepan wajah Adinda, yang masih mendongak kesakitan itu,
sementara itu seluruh badannya terus tersodok-sodok karena ulah Charles yang menggenjotnya
dari belakang. Kini aku dan Charles berhadap-hadapan sementara Adinda berada ditengah-
tengah kami. Charlespun menghentikan sejenak genjotannya untuk memberikan kesempatan
padaku memposisikan diri. Kuraih batang kemaluanku yang telah berdiri tegak, dan kujejalkan
kemulut Adinda yang masih menganga itu.

Ah, rasa dingin dan basah menyelimuti sekujur batang kemaluanku tatkala masuk di dalam
rongga mulut Adinda. Nikmat rasanya, juga kurasakan kelembutan mulut dan bibirnya di sekujur
batang kemaluanku. Setelah itu kembali Charles menggenjot tubuh Adinda dari belakang.
Kulirik mata Adinda menjadi sayu, nafasnya tersengal-sengal, aku hanya berdiri santai saja,
karena tubuh Adinda yang bergerak-gerak maju mundur sebagai akibat sodokan-sodokan Charles
yang tengah mulai menyodominya kembali dari belakang. Kubelai-belai rambutnya yang indah,
sambil kutatap wajah dan badannya.

“Ahh.. Ahh.. Ah..”, nikmat sekali rasanya mulut gadis ini, sambil memejamkan mata dan
menikmati rokok aku terus merasakan kenikmatan di sekujur batang kemaluanku yang tengah
dikulum keluar masuk mulut Adinda.

Tidak lama kemudian Charles semakin cepat menggenjot, memompa lobang anus Adinda,
badannya semakin banyak mengeluarkan keringat, kulihat dia sepertinya akan berejakulasi.
Benar saja, tubuhnya nampak menggelinjang dan dan menegang, dari mulut Charles keluar
pekikan kecil yang disusul oleh desahan yang penuh dengan kepuasan. Charlespun berejakulasi
dilubang dubur Adinda. Setelah itu badan Charlespun ambruk disamping badan Adinda.

Akan tetapi posisiku masih tetap seperti semula, kemaluanku masih tertanam dimulut Adinda.
Kubuang rokokku dan dengan kedua tanganku kuraih kepala Adinda, kini dengan gerakan
tanganku kepala Adinda ku maju-mundurkan. Ah.. Nikmat rasanya, kemaluanku seperti dipijit-
pijit dengan mulut Adinda, bibir sensualnya melingkari batang kemaluanku, memberi rasa
nikmat tersendiri, kurasakan pula lidahnya menggelitik kepala batang kemaluanku, ah nikmatnya
penuh sensasi.

Setelah sekian lama menikmati itu, tiba-tiba kembali aku akan berejakulasi, maka kugerakkan
kepalanya semakin cepat untuk mengulum batang kemaluanku. Dan, akupun berejakulasi di
dalam mulut Adinda, spermaku memancar keluar membasahi mulut hingga tenggorokannya
sampai-sampai meleleh keluar dari mulutnya.

Rasa nikamat yang tiada taranya kembali melanda sekujur tubuhku. Kucabut batang kemaluanku
dari mulutnya, dan Adinda terbatuh-batuk sepeti akan muntah, samar-samar kulihat mulutnya
penuh dengan cairan-cairan lendir kental sampai membuat mulutnya nampak mengkilat karena
belepotan cairan sperma.

Wajahnya yang lesu dan lemah sejenak memandangku dengan tatapan mata sayu penuh dengan
keputus-asaan serta air mata yang kembali meleleh. Kemudian dia terjatuh lunglai dilantai, hanya
suara nafasnya yang terdengar menderu-deru tersengal-sengal dan isakan-isakan tangisnya. Aku
kembali merebahkan tubuhku di samping Adinda, akhirnya akupun tertidur.

Tidak lama rupanya aku tertidur, dan kemudian terjaga setelah kembali telingaku menagkap
suara erangan-erangan dan rintihan-rintihan. Setelah aku bangun ternyata Charles tengah
menyetubuhi Adinda, tubuh telanjang Adinda yang hanya tinggal mengenakan sepasang kaos
kaki dan sepatu kets ditiduri oleh Charles. Dengan garangnya Charles menggenjot tubuh Adinda,
iramanya cepat dan kasar sekali, tubuh lemah Adinda kembali terguncang-guncang.

Kini nampak roman muka Adinda telah lunglai sepertinya hampir pingsan, beberapa saat yang
lalu masih kudengar suara rintihan lemah yang keluar dari mulut Adinda namun kini suara itu
hilang sama sekali. Tidak lama kemudian Charlespun berejakulasi, kembali rahim Adinda
disiram dan dipenuhi oleh cairan sperma. Adinda nampak tidak sadarkan diri dan pingsan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, 4 jam lamanya kami memperkosa Adinda. Kini
tibalah waktu kami untuk angkat kaki, setelah kami berpakaian rapi kemudian kami angkat tubuh
Adinda dari ruang aula menuju ke sebuah gudang dibagian paling belakang sekolah ini. Kami
rebahkan gadis cantik primadona sekolah ini di sana. Di sisinya kami tebarkan baju seragam
sekolah, tasnya serta HP miliknya yang sedari tadi terus berbunyi.

Kini gadis cantik itu, terkulai pingsan di dalam gudang yang kotor, badan telanjangnya dipenuhi
dengan cairan-cairan sperma yang mulai mengering, juga darah yang nampak masih menetes
dari lubang duburnya sebagai akibat disodomi oleh Charles tadi. Kemaluannyapun terlihat
kemerahan dan membengkak. Puas kami memperkosanya.

Tepat pukul 22.15 setelah kami menghilangkan jejak kami, kamipun pergi meninggalkan gedung
sekolah ini, berjalan menuju ke pelabuhan dikota metropolitan ini untuk menumpang kapal yang
entah kemana membawa kami, menuju ke suatu tempat yang jauh dari kota metropolitan ini.
Posted by Alex at 06:22
Labels: Daun Muda

Perkenalkan namaku Tommy, aku sekarang sedang sekolah ternama di Ibukota negara ini. Orang
tuaku adalah orang terkaya di negeri ini. Bahkan sekolah tempat aku belajar dimiliki oleh orang
tuaku, yang kemudian diberikan pada aku. Sehingga aku adalah pemilik sekolah ini.

Sekolah ini mempunyai banyak sekali murid-murid, terutama dari orang-orang kaya. Orang tua
mereka sangat senang mengingingkan anak mereka untuk sekolah di sini. Mereka ingin agar
anak mereka kenal dengan aku, dengan harapan posisi mereka atau usaha mereka dapat terus
berkembang, dengan bantuan aku.

Banyak sekali teman-teman aku, yang sangat baik dengan aku, mereka ingin agar jabatan orang
tua mereka dapat naik pangkat, atau usaha orang tua mereka dapat berkembang terus. Banyak
sekali siswi-siswi yang sengaja yang mendekatiku agar keluarga mereka dapat ditingkatkan
perekonomiannya. Banyak siswi yang sengaja mengajakku tidur, tentu saja aku hanya memilih
yang cantik-cantik saja. Dan setiap kali mereka tidur dengan aku, keesokkan harinya orang
tuanya naik jabatan.

Tahun Ajaran Baru


Hari ini adalah adalah hari pertama sekolah, kini aku sudah kelas 3 IPA. Banyak sekali siswi-
siswi baru, yang baru masuk kelas 1. Aku mengincar mereka siapa tahu ada yang cantik dan
seksi.

Aku melihat ada siswi cantik yang bernama Heni, langsung saja aku coba mendekatinya.
"Heni.. dipanggil oleh Tommy", temanku Ken berkata pada Heni.
"Oh Tommy pemilik sekolah ini yah", Heni menjawab dengan senang.
Tentu saja ia senang karena itulah tujuan dia sekolah disini.

Pada jam istirahat, aku memanggil Heni ke sebuah ruangan kosong. Disana aku merayu Heni,
dan mencoba berkenalan dengan dia. Dan akhirnya aku mencoba mencium dia.

"Tommy..", balas Heni sambil menciumku juga.

Aku mencoba memasukkan tanganku kedalam baju dia. Astaga susunya kenyal sekali, rasanya
tanganku seperti memegang karet saja, kenyal sekali. Aku meremas - remas susunya.

"Ahh..", desah Heni.

Tiba-tiba pintu terbuka, aku menengok dan melihat guru baru.


"Hei apa yang kalian lakukan, cepat kembali ke kelas", teriak guru tersebut.
Astaga baru kali ini ada yang memarahi aku, guru tersebut tidak mengetahui posisiku di sekolah
ini, bahwa aku sebagai raja di sekolah ini. Dengan rasa dongkol aku kembali ke kelas.

Aku memberitahu Ken temanku agar menghukum guru tersebut. Kemudian Ken menghubungi
Kepala Sekolah agar mereka bertemu. Kemudian Kepala Sekolah, Ken dan guru tersebut yang
bernama Cindy bertemu. Kepala Sekolah menyampaikan bahwa tidak ada yang boleh
mengganggu Tommy di sekolah, dan guru tersebut harus dihukum. Jika tidak mau dihukum,
maka keluarga Cindy akan dihancurkan perekonomiannya, mereka akan menjadi gelandangan.
Cindy yang baru berumur 18 tahun dan sedang kuliah Kedokteran dan menjadi guru honorer di
sekolah ini dengan terpaksa menyetujuinya.

Hukuman Hari Pertama

Hari ini adalah hukuman untuk guru cantik bernama Cindy. Pada jam pertama ini, aku belajar
biologi diajar oleh Cindy. Ketika ia masuk, Ken memberitahu bahwa ia harus mengajar tanpa
pakaian. Tadinya ia tidak mau dan ingin keluar dari sekolah ini, tapi karena diancam keluarganya
akan menjadi gelandangan ini mau menuruti. Dengan berurai air mata, ia melepas blazer dan
roknya. Terlihat bahwa tubuhnya dengan tinggi 166 cm dan berat 47 kg, mempunyai kulit yang
putih sekali.

"Bu Cindy, lepas BH dan Celana dalamnya", teriak Ken.

Dengan ragu-ragu ia melepas BH yang berukuran 34B dan celananya, terlihat ia memiliki susu
yang tidak terlalu besar tetapi putih sekali dan rambut kemaluan yang hitam tapi tidak terlalu
lebat.

Dengan malu-malu ia mengajar kami selama 2 jam pelajaran dengan bugil. Tentu saja perhatian
anak-anak cowok tidak pada pelajarannya, tetapi mengaggumi tubuh bugilnya. Cindy mengajar
dengan kacau balau, sambil menerangkan ia mencoba menutupi tubuhnya, tentu saja tidak bisa,
karena ia harus mencatat di papan tulis dan harus menerangkan. Beberapa anak laki-laki
mencubit tubuhnya, ketika melewati mereka. Cindy hanya bisa menerangkan sambil terisak-isak.

Rasanya dua jam pelajaran berlangsung cepat sekali, berikutnya pelajaran matematika yang
membosankan oleh Pak Ginanjar. Aku membisikan Ken, hukuman selanjutnya.

"Bu Cindy, dua jam pelajaran ini, harus mengulum punya Tommy", kata Tommy kepada Cindy.

Ketika Pak Ginajar mulai menerangkan, dengan ragu-ragu Cindy jongkok dihadapanku.
Kemudian ia membuka reseleting celanaku, dan mulai mengeluarkan penisku. Ia kemudian
memegang kemaluanku, rasanya hangat sekali tangan Cindy. Ia mulai mengulum penisku yang
panjangnya 17 cm. Ia memaju mundurkan mulutnya, rasanya enak sekali, sambil mendengarkan
pelajaran matematika, sambil diurut penisku oleh mulut guru muda yang cantik ini. Sampai suatu
kali rasanya ingin mengeluarkan sesuatu. Aku menarik rambut Cindy, agar kepalanya bergerak
lebih cepat.

"Ah..", desahku sambil mengeluarkan air mani kedalam mulutnya sebanyak mungkin.

"Oupch..", terdengar suara Cindy yang kehabisan nafas, harus menelan air maniku sambil
menangis.

Hukuman Hari Kedua

Hari ini aku memberi tahu Ken hukuman Cindy.


"Bu Cindy, hari ini harus masuk lagi ke kelas 3, sambil menerangkan tentang hubungan seks,
sambil diperagakan dengan Tommy", kata Ken kepada Cindy.

"Apa..", teriak Cindy.


"Bu, ingat keluarga Ibu", ancam Ken.

Akhirnya Cindy menyetujuinya. Pada jam pelajaran kelima, Cindy masuk ke kelas 3.
Anak laki-laki berteriak, "Buka.. buka.. buka..".
Dengan gemetar Cindy kembali membuka seluruh pakaiannya.

"Anak-anak, Ibu sekarang mau menerangkan tentang hubungan seks" kata Cindy sambil gemetar.
"Tommy tolong kesini" kata Cindy.
Aku lalu maju kedepan, lalu Cindy membuka celanaku.
"Pertama-tama dilakukan pemanasan dulu", kata Cindi sambil meletakan tanganku pada susunya.
Langsung aku meremas-remas dengan keras, enak sekali pikirku. Tampak Cindy kegelian. Lalu
Cindy meremas penisku.
Setelah beberapa lama, aku mulai tak sabar, lalu dengan cepat aku mencoba memasukkan
penisku ke vagina Cindy. Cindy berusaha menghindar sambil menangis. Aku menyuruh anak-
anak cewek agar memegangi tubuh Cindy, sambil dipegang oleh 4 orang anak cewek, aku
memamasukkan penisku kedalam vaginanya. Astaga rasanya sempit sekali, aku merasa ia masih
perawan. Lalu dengan cepat aku mengocok penisku didalam vaginanya.

"Bu ayo.. teruskan menerangkannya", kataku pada Cindy.


"Beginilah caranya bersenggama anak-anak", Cindy menerangkan sambil menangis.
Aku terus mengocok penisku di dalam vagina cindy. Dari posisi berdiri kami melakukannya,
tidak puas dengan posisi ini aku mencabut penisku dari vaginanya, lalu mencoba posisi doggi
style. Aku memasukkan penisku ke dalam vaginanya, sementara itu tanganku meremas-remas
susunya dari belakang. Rasanya empuk sekali, sementara itu penisku digoyangkan terus.

Tiba-tiba Cindy mengejang, dengan meremas penisku dengan kuat, ternyata ia mengalami
orgasme. Teman-temanku pada tertawa melihatnya. Tak lama kemudian aku juga mengeluarkan
air maniku di dalam vaginanya dengan kuat. Terlihat wajah Cindy yang kaget dan ketakutan
menerima sperma di dalam vaginanya. Semua teman-teman bersorak melihatnya.

Hukuman Hari Ketiga

"Bu Cindy hari ini harus mengumpulkan dua liter sperma dari seluruh laki-laki di sekolah ini",
kata Ken kepada Cindy sambil memberikan botol berukuran dua liter.

Dengan bugil, Cindy masuk ke kelasku. Sementara guru yang lain mengajar, Cindy mengocok
penisku dengan cepat agar cepat mengeluarkan air maniku. Tidak tahan akan kocokan Cindy
yang cepat, aku mengeluarkan sperma ke dalam botol tersebut. Cindy berpindah ke setiap anak
laki-laki yang ada di kelasku dan mengocok penis mereka agar cepat mengeluarkan sperma. Dua
jam sudah berlalu, seluruh laki-laki sudah mengeluarkan spermanya, dan ternyata hanya ada
seperempat liter.

"Bu Cindy, cepat kocok penis anak laki-laki di kelas lain juga" kata Ken.

Akhirnya Cindy berpindah dari satu kelas ke kelas lainnya, untuk mengumpulkan sperma. Setiap
kelas kelas yang dimasuki Cindy, terdengar suara riuh. Banyak anak laki-laki yang dikocok
penisnya, juga menggerayangi tubuhnya.

Akhirya jam sekolah selesai, dengan tangan yang lelah dengan muka yang penuh sperma, karena
ada beberapa orang yang sengaja menyemprotkan spermanya ke mukanya. Cindy datang kepada
aku dan Ken sambil memberikan dua liter sperma.
"Bu Cindy, tahu apa yang harus kamu lakukan sekarang" kata Ken.
"Tidak tahu" kata Cindy.
"Minum sperma tersebut", kata Ken.
"..", Cindy tampak lemas sekali dan tertunduk.
Tiba-tiba kelasku dipenuhi banyak siswa dari kelas lain.
"Minum.. minum.. minum.." teriak mereka.
Akhirnya Cindy sedikit demi sedikit meminum sperma tersebut, beberapa kali muntah, tapi kami
minta agar sperma tersebut dijilati. Setelah lima belas menit habislah sperma tersebut.

Hukuman Hari Keempat

Hari ini ada upacara bendera, Bu Cindy sudah disuruh oleh Ken agar menjadi pemimpin upacara.
Tentu saja dengan tidak mengenakan pakaian apapun juga. Semua anak di sekolahku sudah
berkumpul di lapangan upacara. Ketika pemimpin upacara memasuki lapangan upacara, tampak
Cindy berjalan dengan tanpa pakaian apapun ke tengah-tengah lapangan. Tampak susunya
bergoyang-goyang sesuai dengan langkahnya. Seluruh anak-anak berteriak membahana
melihatnya.

"Upacara siap dimulai", teriak cindy ditengah lapangan dengan mengacungkan tongkat upacara.
Tampak Cindy berlinang air mata, karena ditatap oleh ratusan murid.

Ketika upacara dimulai, sesuai dengan yang diperintahkan oleh Ken, ia mulai memasukkan
tongkat upacara kedalam vaginanya. Murid-murid kaget dan tertawa melihatnya. Cindy terus
memasukkan dan mengeluarkan tongkat tersebut sambil ditatap oleh seluruh murid di sekolah
ini.
"Hayo Bu terus", teriak beberapa anak.
Cindy tampak pucat sekali dan lemas sekali, beberapa saat kemudian dia mulai merasa akan
orgasme, Cindy berusaha bertahan tidak mau terlihat orgasme sambil ditatap oleh ratusan murid.
Tapi lama kelamaan dia tidak tahan, dan mulai mendesah "Ahh", tentu saja semua anak
menyorakinya.

Kemudian Kepala Sekolah mengumumkan beberapa siswa berprestasi maju ke depan. Dipanggil
oleh Kepala Sekolah Anton, Herman dan Rinny maju ke depan.
"Bu Cindy silakan memberikan hadiah kepada siswa siswi yang berprestasi ini", kata Kepala
Sekolah.

Dengan gemetar Cindy mendekati Anton, lalu membuka celana Anton. Lalu ia mengocok penis
Anton. Setelah penis Anton mengeras, lalu ia merebahkan Anton, lalu Cindy duduk di atas
Anton, lalu ia mulai memasukkan penis Anton ke dalam vaginanya. Ratusan anak menahan nafas
melihat adegan tersebut. Melihat tatapan banyak anak, Cindy mencoba mengeluarkan vaginnya,
tetapi Anton cepat-cepat menarik rambut Cindy, sehingga dengan sekali tarik, amblaslah semua
penis Anton ke dalam vagina Cindy.
"Aww", teriak Cindy.
Sambil mengoyang-goyangkan penisnya, Anton meremas-remas susu Cindy dengan keras.
"Aww", terdengar teriakan Cindy, setiap kali Anton menjepit puting Cindy.

Ketika Cindy berusaha mengurangi rasa sakit di vagina dan susunya, tiba-tiba ia merasa ada
yang membuka anusnya. Ketika ia menengok ke belakang tampak Herman sedang berusaha
memasukkan penisnya kedalam anus Cindy. Dengan sekali tancap, masuklah seluruh penis
Herman ke dalam anusnya.
"Ahh", Cindy melolong kesakitan, tapi Herman tidak peduli, terus memaju-mundurkan penisnya
di dalam anus Cindy.
Setelah beberapa lama Anton mengeluarkan penisnya dari vagina Cindy, lalu memasukkan
penisnya kedalam mulut Cindy. Tampak Cindy sambil bergaya anjing, dimasuki dari anus dan
mulut oleh Herman dan Anton.
Tiba-tiba Rinny menghampiri sambil membawa pisang yang berukuran besar sekali. Lalu pisang
tersebut dimasukkan ke dalam vagina Cindy.
"Jangan..", teriak cindy.
Tapi Rinny tidak peduli, lalu terus memasukkan ke dalam vagina Cindy, tampak vagina mulai
sedikit robek dan berdarah akibat pisang yang sangat besar.
"Ah..", teriak Cindy setiap kali pisang tersebut dikeluar-masukkan oleh Rinny.
Akhirnya Anton dan Herman sudah tidak tahan dan mengeluarkan sperma bersamaan di mulut
dan anus Cindy.

Sementara Cindy tergeletak di tengah lapangan, Kepala Sekolah berteriak


"Upacara selesai".
Sehingga para murid kembali ke kelas sambil tertawa.

Demikianlah hukuman untuk Ibu Guru Cindy yang masih muda dan cantik dari Tommy.
Posted by Alex at 05:49
Labels: Pemerkosaan

Sudah lama aku dan beberapa temanku mengincar sebuah kost putri yang masih baru didaerahku.
Daerah dekat kampungku terdapat perumahan yang masih tergolong baru dan tempatnya cukup
terpencil ditengah sawah yang kebetulan belum banyak berpenghuni. Hanya ada 5 rumah yang
baru dibangun, dan yang ditempati baru satu dan itupun ditempati oleh 4 orang cewek yang
kebetulan kost disitu. Kami sering memperhatikan mereka pada saat mereka sering lewat
membeli barang kebutuhan dikampungku. Mereka semua cantik cantik dan putih. Belakangan
kami mulai mengenal nama nama mereka. Mereka semua berasal dari luar daerah yang baru
masuk kuliah semester pertama.

Suatu malam pada saat aku ,Joni,Bram,Agung sedang minum minuman keras salah seorang
cewek penghuni kost yang bernama Tia baru saja melewati kami memakai kaos ketat dan celana
pendek. Timbul pikiran jahat dibenakku dan kucetuskan pada teman-temanku.
"Wah Jon....cakep dan sexi juga ya penghuni kost itu..?" pancingku.
"iya tuh..sexi banget....wah sayang karena orang kayak kita kan bisanya cuman
ngeliat aja..."
Bram pun menimpali " Bener cewek gitu ga bakalan mau sama orang kayak kita kita Jon.."
Lalu aku kemabali memancing mereka.."Klo emang ga mau kenapa gak kita perkosa aja sekalian
rame-rame..kan bukannya dia juga ga bakalan jadi milik kita....?"
"Gila loh ....entar dipenjara gimana..?" sahut Agung.
"Ga bakalan ..... asal tahu caranya bro..." Sahutku
"Maksud loe gimana jack..?" Tanya Bram.

Aku mengeluarkan sebuah handycam dari tasku dan beberapa tutup kepala yang memang sudah
lama aku siapkan
"Ini nih jurus ampuh memperkosa tanpa takut dilaporkan kepolisi..mau tahu caranya..?" Aku
berkata kepada Agung "Kamu bisa gunakan ini kan..Gung.?" Agung tersenyum simpul dan
mengangguk. "Jadi kita gunakan kamera ini saat kita memperkosa mereka dan kita gunakan
sebagai ancaman klo mereka berani melapor..!!!!" Dan aksi itupun tak lama akan Dimulai......

Waktu menunjukkan pukul 22.30, perlahan kami satu persatu memanjat dinding belakang kost
putri yang tidak terlalu tinggi itu. Pelan pelan kubuka pintu dapur yang tidak terkunci dan
menuju kedalam pelan pelan diikuti oleh teman temanku. Aku melihat hanya ada 2 motor yang
terparkir berarti hanya ada dua penghuni kost saat ini.
Darahku terkesiap ketika melihat salah satu kamar tidak terkunci dengan pintu sedikit terbuka,
aku melihat tia sedang tidur dengan paha mulus putihnya yang terbuka. Aku segera membagi 2
kelompok masing masing dua orang. Aku dan Agung memasuki kamar Tia dan kelompok kedua
Bram dengan Joni mengetuk kamar Heni.

Bram mengetuk kamar Heni perlahan..rupanya Tia terbangun terlebih dahulu karena kamar
mereka bersebelahan. namun aku dan Agung sudah bersiap dan segera menempelkan golok
dileher Tia. "Diem lo jangan bertingkah..!!!!!!" Tia terkejut dan masih terdiam. "Coba panggil
temen kamu yang masih tidur dari sini..!!" wajah Tia pucat dan dengan gemetar memanggil
temannya, "Hen...bangun Heniii...tolongin gue Heenn..." panggil Tia dengan suara gemetar.
Sementara Bram masih mengetuk kamar Heni.

Tak lama pintu dibuka dan Bram langsung menyergap Heni sambil menempelkan goloknya
pula.Heni terkejut dan langsung pucat, dia tidak berani berteriak.

"Ringkus dan ikat dia dengan lakban Bram..!! Biar dia menikmati tontonan gratis antara aku dan
temannya ha..ha..ha..." perintahku.

Setelah Heni diringkus oleh kedua temanku, aku segera memakai topengku dan memberi isyarat
ke Agung supaya menyalakan handycam.

Tia semakin pucat dan mulai memohon "Ampun bang ...tolong jangan perkosa kami..ini kami
ada sedikit uang untuk Abang..ambil semua yang Abang mau tapi tolong jangan perkosa kami
bang.." Kata Tia hampir menangis.

Aku tampar wajah Tia, "Diem loh jangan berisik..!!" lalu mendorong tubuh mungil Tia keatas
tempat tidurnya yang indah. Tia mulai terisak, aku tak perduli.

Aku segera meraih daster tipisnya dan kurobek dengan kasar. Tia mencoba berguling kesamping
sambil menutupi daerah dadanya sambil menyembunyikan wajahnya yang manis. Aku segera
meraih tubuhnya dan kutelentangkan dengan paksa. Aku membuka silangan tangan didada Tia
dan dengan kasar sekali lagi aku merobek BH Tia yang hanya berukuran 32 B.Tampaklah kedua
bukit indah yang mungil dengan puting susu yang memerah.

"Singkirkan tangan elo sekarang atau gua pukul lagi kamu..!!" perlahan lahan Tia menurut. Aku
mulai meremas dan menciumi buah dada indah itu, sementara Tia masih terisak.Heni yang
terbelenggu dipaksa kedua temanku untuk melihat semua kejadian itu. Aku membuka seluruh
pakaianku, dan aku menjambak rambut Tia sehingga wajahnya terangkat.

"Nih kulum penis gue..awas klo ga mau gue bunuh kamu sekarang juga..!!!" Kataku
Tia menurut.. Oooh betapa nikmat rasanya ketika mulut mungil berbibir tipis itu mulai
mengulum penisku. "Heh..setan!! Awas jangankena gigi elo rasanya sakit tahu...!!!" aku
memaklumi karena mungkin Tia baru pertama kali ini mengulum penis seorang cowok. Dan aku
segera memaju mundurkan wajah Tia dipenisku dengan menjambak rambutnya. Tanpa
membuang waktu lagi aku segera memerintahkan kedua temanku untuk melepaskan Heni dan
membuka lakban dimulutnya. Aku memerintahkan Heni supaya masuk keranjang dimana Tia
sedang mengulum penisku.

"Buka bajumu...dan jilat vagina temanmu ini..awas kalau tidak mau menurut gue bunuh kamu
sekarang juga..!!' Kataku. Bram dan Joni terkekeh melihatku.
"Bisa aja kamu jack..wah wah..wah sekali dapet dua lalat nih ayo terusin jack..!!"
kata mereka.

Agung masih menyorot semua kejadian itu dengan handycamku.

Bram dan Joni mulai melepaskan semua pakaian mereka dan mengocok penis mereka , rupanya
mereka juga terangsang melihatku.

Seperti perintahku setelah aku mengatur posisi sedemikian rupa, heni mulai menjilati vagina Tia
dengan ragu-ragu. "Ayo yang mesra jilatin vagina Tia..!! Kalau tidak bisa kupotong lidahmu ..!!"
gertakku. Heni menuruti kata kataku. Wajahnya semakin pucat dan hampir menangis. Setelah dia
menjilati vagina Tia, rupanya kuluman tia pada penisku mulai kacau, oleh sebab kenikmatan
yang ditimbulkanHeni pada vaginanya. Aku tersenyum melihatnya.

Birahiku segera memuncak dan segera ingin meperkosa vagina milik Tia yang terlihat sempit itu.
Kemudian aku menyuruh tia untuk berhenti dan tidur terlentang. Aku menyuruh Heni untuk
meletakkan vaginanya diatas mulut Tia.

"Nah sekarang gantian elo yang jilatin vagina milik Heni..jangan mau enaknya saja ya..!!" Tia
pucat tapi dia menurut. wajah Tia terbenam diselangkangan milik Heni sementara mereka semua
hanya terdiam ketakutan menuruti perintahku. Aku memposisikan penisku divagina Tia,sambil
terus berusaha menyodok vaginanya aku terus meremas dan menciumi buah dada Heni yang
berukuran sedang dan indah pula.

Lubang Tia masih terasa begitu sempit,walaupun terlihat kesakitan dia masih terus berusaha
menjilati vagina Heni. Lubang milik Tia sudah basah akibat jilatan Heni tadi, dan
Drrrt..drrt..drrt.aku segera memompa memasukkan penisku dalam vagina perawan milik Tia.
Sempit sekali rasanya sehingga menimbulkan sensasi nikmat yang luar biasa dipenisku.

"Aah..tolong sudah bang sakit bang...aduh..sakit bang..tolong...!!" Jerit Tia

Bram segera mendatangi Tia dan menampar mulutnya ..PLAK..!!!


"Diem Loe dan jangan coba coba bersuara lagi..!! Jilatin terus memek temen kamu itu!!!" kata
Bram.
Air mata Tia tak dapat dibendung lagi menahan perih, dan aku semakin tak peduli. Semakin
cepat aku memompa penisku dalam vaginanya, sambil aku terus meremas dan mencium buah
dada Heni yang vaginanya masih terus dijilatin oleh Tia.

Sepuluh menit kemudian .....Crrooot ! spermaku tumpah didalam vagina Tia. Aku mengentikan
aktivitas penisku didalam vagina Tia. Terasa berdenyut denyut nikmat dinding vagina Tia.
Sementara aku berhenti kini rupanya giliran Heni yang tiba tiba mengejang ...rupanya dia juga
mengalami orgasme karena jilatan Tia pada vaginanya.

Melihat hal itu aku jadi kembali terangsang dan penisku bangkit berdiri lagi. Aku menyuruh
mereka bertukar posisi. Sekarang posisi Tia ditempati oleh Heni begitu pula sebaliknya. sekarang
vagina Tia-lah yang dijilatin oleh Heni. Darah keperawanan Tia masih meleleh dipahanya
bercampur spermaku. Aku mmerintahkan Heni untuk menjilati bersih sperma bercampur darahku
dipaha Tia. Heni yang ketakutan itu hanya menurut sambil menangis, sesekali terlihat dia seperti
mau muntah namun ditahannya.

"Awas klo elo sampai muntah gue keluarin semua isi perut eloe..ngerti..?" ancamku pada Heni.
Gadis itu semakin ketakutan.

Kini penisku sudah berada dibibir vagina Heni, sementara Heni masih menjilatin vagina milik
Tia yang baru saja kehilangan keperawanannya , aku terus mencumbu dan meremas dada Tia.

vagina Heni rupanya memang lebih sempit, aku sampai kesulitan beberapa kali membobol
keperawanan miliknya. Sampai aku akhirnya benar-benar memaksa penisku barulah aku dapat
menembus vagina Heni. Jujur saja ketika memerawani Heni penisku agak sakit karena memang
vagina Heni lebih sempit dari vagina milik Tia. Setelah beberapa saat setelah penisku berada
dalam vagina Heni yang sudah berdenyut dari sejak awal perawannya kubobol, aku mulai
menggerakkan penisku maju mundur . Gilaaa...!! vagina Heni lebih nikmat dari vagina Tia
karena memang bentuk tubuh Heni lebih kecil dari bentuk tubuh Tia.

Setengah jam aku memompa vagina Heni sampai akhirnya aku memuntahkan spermaku jauh
labih banyak daripada spermaku di vagina Tia. Setelah aku menghabiskan spermaku diliang
vagina Heni , aku meyuruh Tia untuk kembali mengulum penisku membersihkan sisa darah
keperawanan Heni yang masih melekat di penisku.

Lalu aku berpaling kepada ktiga temanku yang sudah menunggu dengan telanjang dan masing
masing penis yang sudah ngaceng.

"Bagaimana..?'' Tanyaku......"
"Hebat Jack.......sampai sampai gue ama Joni udah ga tahan niiih...!!!" Kata Bram

"sabar..sabar dulu ya kalian pasti akan menerima bagian masing masing.."


"biar mereka bersihkan vagina mereka dahulu ....ya..?" Kataku
Bram sudah tidak sabar lagi, namun aku mencegahnya.

"Coba lihat dulu ini..."

Lalu aku segera memerintahkan kedua gadis itu untuk saling menjilati vagina temannnya hingga
bersih.

Bram tertawa lebar"ha.ha..ha..betul juga maksud elo jack..masa kami dikasih bekas kecap
elo...ha..ha..ha"

Setelah mereka melihat kedua vagina milik Sinta dan Tia sudah terlihat bersih dari spermaku dan
ceceran darah keperawanan mereka yang masih menempel dipaha. Bram dan joni segera
menyergap dan meperkosa kedua gadis malang itu, dilanjutkan dengan acara bertukar pasangan
dan tak ketinggalan pula Agus sang 'kameramen' yang merekam semua adegan pemerkosaan itu.

Setelah hari menjelang subuh kami menguras seluruh harta kedua gadis itu termasuk motor ATM
dan nomer Pin serta perhiasan yang tidak sedikit jumlahnya. Maklum sepertinya mereka anak
orang kaya. Sebelum meninggalkan mereka aku sempat mengancam, kalau berani amcam-
macam, adegan pemerkosaan itu akan kami sebarluaskan. Setelah itu kami semua pergi
meninggalkan mereka hingga beberapa bulan lamanya.

Rupanya rahasia itu masih tersimpan rapi oleh mereka, karena setelah sekian lama kami
merantau dan memutuskan untuk pulang kampung ternyata tidak ada tanda tanda bahwa kami
dicari oleh pihak kepolisian. Hanya saja Tia dan Heni sudah tidak bertempat tinggal dokostnya
lagi, rupanya mereka telah pindah

Sudah seminggu Sandi menjadi suamiku. Dan jujur saja aku sangat menikmati kehidupan
malamku selama seminggu ini. Sandi benar-benar pemuda yang sangat perkasa, selama
seminggu ini liang vaginaku selalu disiramnya dengan sperma segar. Dan entah berapa kali aku
menahan jeritan karena kenikmatan luar biasa yang ia berikan.

Walaupun malam sudah puas menjilat, menghisap, dan mencium sepasang payudaraku. Sandi
selalu meremasnya lagi jika ingin berangkat kuliah saat pagi hari, katanya sich buat menambah
semangat. Aku tak mau melarang karena aku juga menikmati semua perbuatannya itu, walau
akibatnya aku harus merapikann bajuku lagi.

Malam itu sekitar jam setengah 10-an. Setelah menidurkan anakku yang paling bungsu, aku pergi
kekamar mandi untuk berganti baju. Sandi meminta aku mengenakan pakaian yang biasa aku
pergunakan ke sekolah. Setelah selesai berganti pakaian aku lantas keluar dan berdiri duduk di
depan meja rias. Lalu berdandan seperti yang biasa aku lakukan jika ingin berangkat mengajar
kesekolah.

Tak lama kudengar suara ketukan, hatiku langsung bersorak gembira tak sabar menanti
permainan apa lagi yang akan dilakukan Sandi padaku.
Masuk.. Nggak dikunci, panggilku dengan suara halus.

Lalu Sandi masuk dengan menggunakan T-shirt ketat dan celana putih sependek paha.

Malam ibu... Sudah siap..? Godanya sambil medekatiku.


Sudah sayang... Jawabku sambil berdiri.

Tapi Sandi menahan pundakku lalu memintaku untuk duduk kembali sembil menghadap
kecermin meja rias. Lalu ia berbisik ketelingaku dengan suara yang halus.

Bu.. Ibu mau tahu nggak dari mana biasanya saya mengintip ibu?
Memangnya lewat mana..? Tanyaku sambil membalikkan setengah badan.

Dengan lembut ia menyentuh daguku dan mengarahkan wajahku kemeja rias. Lalu sambil
mengecup leherku Sandi berucap.

Dari sini bu.. Bisiknya.

Dari cermin aku melihat disela-sela kerah baju yang kukenakan agak terbuka sehingga samar-
samar terlihat tali BHku yang berwarna hitam. Pantas jika sedang mengajar di depan kelas atau
mengobrol dengan guru-guru pria disekolah, terkadang aku merasa pandangan mereka sedang
menelanjangi aku. Rupanya pemandangan ini yang mereka saksikan saat itu.

Tapi toh mereka cuma bisa melihat, membayangkan dan ingin menyentuhnya pikirku. Lalu
tangan kanan Sandi masuk kecelah itu dan mengelus pundakku. Sementara tangan kirinya pelan-
pelan membuka kancing bajuku satu persatu. Setelah terbuka semua Sandi lalu membuka bajuku
tanpa melepasnya. Lalu ia meraih kedua payudaraku yang masih tertutup BH.

Inilah yang membuat saya selalu mengingat ibu sampai sekarang, Bisiknya ditelingaku sambil
meremas kedua susuku yang masih kencang ini.

Lalu tangan Sandi menggapai daguku dan segera menempelkan bibir hangatnya padaku dengan
penuh kasih dan emosinya. Aku tidak tinggal diam dan segera menyambut sapuan lidah Sandi
dan menyedotnya dengan keras air liur Sandi, kulilitkan lidahku menyambut lidah Sandi dengan
penuh getaran birahi. Kemudian tangannya yang keras mengangkat tubuhku dan
membaringkannya ditengah ranjang.

Ia lalu memandang tubuh depanku yang terbuka, dari cermin aku bisa melihat BH hitam yang
transparan dengan push up bra style. Sehingga memberikan kesan payudaraku hampir tumpah
meluap keluar lebih sepertiganya. Untuk lebih membuat Sandi lebih panas, aku lalu mengelus-
elus payudaraku yang sebelah kiri yang masih dibalut bra, sementara tangan kiriku membelai
pussy yang menyembul mendesak CDku, karena saat itu aku mengenakan celana mini high cut
style.

Sandi tampak terpesona melihat tingkahku, lalu ia menghampiriku dan menyambar bibirku yang
lembut dan hangat dan langsung melumatnya. Sementara tangan kanan Sandi mendarat
disembulan payudara sebelah kananku yang segar, dielusnya lembut, diselusupkan tangannya
dalam bra yang hanya 2/3 menutupi payudaraku dan dikeluarkannya buah dadaku. Ditekan dan
dicarinya puting susuku, lalu Sandi memilinnya secara halus dan menariknya perlahan.
Perlakuannya itu membuatku melepas ciuman sandi dan mendesah, mendesis, menghempaskan
kepalaku kekiri dan kekanan.

Selepas tautan dengan bibir hangatku, Sandi lalu menyapu dagu dan leherku, sehingga aku
meracau menerima dera kenikmatan itu.

Saan... Saann... Kenapa kamu yang memberikan kenikmatan ini..

Sandi lalu menghentikan kegiatan mulutnya. Tangannya segera membuka kaitan bra yang ada di
depan, dengan sekali pijitan jari telunjuk dan ibu jari sebelah kanan Sandi, Segera dua buah
gunung kembarku yang masih kencang dan terawat menyembul keluar menikmati kebebasan
alam yang indah. Lalu Sandi menempelkan bibir hangatnya pada buah dadaku sebelah kanan,
disapu dan dijilatnya sembulan daging segar itu. Secepat itu pula merambatlah lidahnya pada
puting coklat muda keras, segar menentang ke atas. Sandi mengulum putingku dengan buas,
sesekali digigit halus dan ditariknya dengan gigi.

Aku hanya bisa mengerang dan mengeluh, sambil mengangkat badanku seraya melepaskan baju
dan rok kerjaku beserta bra warna hitam yang telah dibuka Sandi dan kulemparkan kekursi rias.
Dengan giat penuh nafsu Sandi menyedot buah dadaku yang sebelah kiri, tangan kanannya
meraba dan menjalar kebawah sampai dia menyentuh CDku dan berhenti digundukan nikmat
yang penuh menentang segar ke atas. Lalu Sandi merabanya ke arah vertikal, dari atas kebawah.
Melihat CDku yang sudah basah lembab, ia langsung menurukannya mendororng dengan kaki
kiri dan langsung membuangnya sampai jatuh ke karpet.

Adapun tangan kanan itu segera mengelus dan memberikan sentuhan rangsangan pada
memekku, yang dibagian atasnya ditumbuhi bulu halus terawat adapun dibagian belahan vagina
dan dibagian bawahnya bersih dan mulus tiada berambut. Rangsangan Sandi semakin tajam dan
hebat sehingga aku meracau.

Saaan.. Sentuh ibu sayang, .. Saann buat.. Ibu terbaang.. Pleaase.

Sandi segera membuka gundukan tebal vagina milikku lalu mulutnya segera menjulur kebawah
dan lidahnya menjulur masuk untuk menyentuh lebih dalam lagi mencari kloritasku yang
semakin membesar dan mengeras. Dia menekan dengan penuh nafsu dan lidahnya bergerak liar
ke atas dan kebawah. Aku menggelinjang dan teriak tak tahan menahan orgasme yang akan
semakin mendesak mencuat bagaikan merapi yang ingin memuntahkan isi buminya. Dengan
terengah-engah kudorong pantatku naik, seraya tanganku memegang kepala Sandi dan
menekannya kebawah sambil mengerang.

Ssaann.. Aarghh..

Aku tak kuasa menahannya lagi hingga menjerit saat menerima ledakan orgasme yang pertama,
magma pun meluap menyemprot ke atas hidung Sandi yang mancung.

Saan.. Ibu keluaa.. aar.. Sann.. Memekku berdenyut kencang dan mengejanglah tubuhku sambil
tetap meracau.
Saan.. Kamu jago sekali memainkan lidahmu dalam memekku sayang.. Cium ibu sayang.

Sandi segera bangkit mendekap erat diatas dadaku yang dalam keadaan oleng menyambut
getaran orgasme. Ia lalu mencium mulutku dengan kuatnya dan aku menyambutnya dengan
tautan garang, kuserap lidah Sandi dalam rongga mulutku yang indah. Tubuhku tergolek tak
berdaya sesaat, Sandipun mencumbuku dengan mesra sambil tangannya mengelus-elus seluruh
tubuhku yang halus, seraya memberikan kecupan hangat didahi, pipi dan mataku yang terpejam
dengan penuh cinta. Dibiarkannya aku menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang hebat. Juga
memberi kesempatan menurunnya nafsu yang kurasakan.

Setelah merasa aku cukup beristirahat Sandi mulai menyentuh dan membelaiku lagi. Aku segera
bangkit dan medorong belahan badan Sandi yang berada diatasku. Kudekatkan kepalaku
kewajahnya lalu kucium dan kujilati pipinya, kemudian menjalar kekupingnya. Kumasukkan
lidahku ke dalam lubang telinga Sandi, sehingga ia meronta menahan gairahnya. Jilatanku makin
turun kebawah sampai keputing susu kiri Sandi yang berambut, Kubelai dada Sandi yang bidang
berotot sedang tangan kananku memainkan puting yang sebelah kiri. Mengelinjang Sandi
mendapat sentuhan yang menyengat dititik rawannya yang merambat gairahnya itu, sandipun
mengerang dan mendesah.

Kegiatanku semakin memanas dengan menurunkan sapuan lidah sambil tanganku merambat
keperut. Lalu kumainkan lubang pusar Sandi ditekan kebawah dfan kesamping terus kulepaskan
dan kubelai perut bawah Sandi sampai akhirnya kekemaluan Sandi yang sudah membesar dan
mengeras. Kuelus lembut dengan jemari lentikku batang kemaluan Sandi yang menentang ke
atas, berwarna kemerahan kontras dengan kulit sandi yang putih kepalanya pun telah berbening
air birahi.

Melihat keadaan yang sudah menggairahkan tersebut aku menjadi tak sabar dan segera
kutempelkan bibir hangatku kekepala kontol Sandi dengan penuh gelor nafsu, kusapu kepala
kontol dengan cermat, kuhisap lubang air seninya sehingga membuat Sandi memutar kepalanya
kekiri dan kekanan, mendongkak-dongkakkan kepalanya menahan keikmatan yang sangat tiada
tara, adapun tangannya menjambak kepalaku.

Buuu.. Dera nikmat darimu tak tertahankan.. Kuingin memilikimu seutuhnya, Sandi mengerang.

Aku tidak menjawabnya, hanya lirikan mataku sambil mengedipkannya satu ke arah Sandi yang
sedang kelejotan. Sukmanya sedang terbang melayang kealam raya oleh hembusan cinta birahi
yang tinggi. Adapun tanganku memijit dan mengocoknya dengan ritme yang pelan dan semakin
cepat, sementara lidahku menjilati seluruh permukaan kepala kontol tersebut. Termasuk dibagian
urat yang sensitif bagian atas sambil kupijat-pijat dengan penuh nafsu birahi.

Sadar akan keadaan Sandi yang semakin mendaki puncak kenikmatan dan akupun sendiri telah
terangsang. Denyutan memekku telah mempengaruhi deburan darah tubuhku, kulepaskan
kumulan kontol Sandi dan segera kuposisikan tubuhku diatas tubuh Sandi menghadap kekakinya.
Dan kumasukkan kontol Sandi yang keras dan menengang ke dalam relung nikmatku. Segera
kuputar memompanya naik turun sambil menekan dan memijat dengan otot vagina sekuat
tenaga. Ritme gerakanpun kutambah sampai kecepatan maksimal.

Sandi berteriak, sementara aku pun terfokus menikmati dera kenikmatan gesekan kontol sandi
yang menggesek G-spotku berulang kali sehingga menimbulkan dera kenikmatan yang indah
sekali. Tangan Sandipun tak tinggal diam diremasnya pantatku yang bulat montok indah, dan
dielus-elusnya anusku, sambil menikmati dera goyanganku pada kontolnya. Dan akhirnya kami
berdua berteriak.

Buu Dennook.. Aku tak kuat lagi.. Berikan kenikmatan lebih lagi bu.. Denyutan diujung
kontolku sudah tak tertahankan
Ibu pandai... Ibu liaarr... Ibu membuatku melayang.. Aku mau keluarr .

Lalu Sandi memintaku untuk memutar badan manghadap pada dirinya dan dibalikkannya
tubuhku sehingga. Sekarang aku berada dibawah tubuhnya bersandarkan bantal tinggi, lalu Sandi
menaikkan kedua kakiku kebahunya kemudian ia bersimpuh di depan memekku. Sambil
mengayun dan memompa kontolnya dengan yang cepat dan kuat. Aku bisa melihat bagaimana
wajah Sandi yang tak tahan lagi akan denyutan diujung kontol yang semakin mendesak seakan
mau meledak.

Buu... Pleaass.. See.. Aku akaan meleedaaakkh!


Tungguu Saan.. Orgasmeku juga mauu.. Datang ssayaang.. Kita sama-sama yaa..

Akhirnya... Cret.. Cret.. Cret tak tertahankan lagi bendungan Sandi jebol memuntahkan
spermanya di vaginaku. Secara bersamaan akupun mendengus dan meneriakkan erangan
kenikmatan. Segera kusambar bibir sandi, kukulum dengan hangat dan kusodorkan lidahku ke
dalam rongga mulut Sandi. Kudekap badan Sandi yang sama mengejang, basah badan Sandi
dengan peluh menyatu dengan peluhku. Lalu ia terkulai didadaku sambil menikmati denyut
vaginaku yang kencang menyambut orgasme yang nikmat yang selama ini kurindukan.

Lalu Sandi membelai rambutku dengan penuh kasih sayang kemudian mengecup keningku.

Buu.. Thank you, i love you so much.. Terus berikan kenikmatan seperti ini untukku ya..
Bisiknya lembut.

Aku hanya mengangguk perlahan, setelah memberikan ciuman selamat tidur aku memeluknya
dan langsung terlelap. Karena besok aku harus masuk kerja dan masih banyak lagi petualangan
penuh kenikmatan yang akan kami lalui
Posted by Alex at 03:24
Labels: Sedarah

Jam lima pagi, aku terjaga lagi. Kali ini terasa agak dingin dihembus kipas angin dari atas.
Kuambil selimut sambil melihat Tante yang masih berposisi telanjang bongkok udang. Hal ini
menarikku untuk memeluknya dari belakang. Kutebarkan selimut lebar itu hingga menutupi
tubuh kami berdua. Tangan kiri kusisipkan di bawah badannya dan tangan kananku kupelukkan
melingkupi dadanya. Pinggulku kulekatkan ke arah pantatnya, sehingga otomatis zakarku
menempel di situ pula, di sela-sela paha belakangnya.

Dasar darah mudaku masih panas, sejenak kemudian burung kecilku sudah jadi 'garuda' perkasa
yang siap tempur lagi. Kugerak-gerakkan menusuki sela-sela paha belakang Tante. Tanganku
pun tidak tinggal diam dan mulai memelintir puting Tante kiri-kanan seraya meremas-remas
gumpalan kenyal itu. Kontan mendapat perlakuan seperti itu Tanteku terbangun dan bereaksi.

"Sudah, Ron..! Jangan lagi..!" tubuh Tante beringsut menjauhiku, namun aku tetap memeluknya
erat.
Bahkan dengkulku sekarang berupaya membuka pahanya dari belakang. Tante beringsut
menjauh lagi dan kedua tangannya berusaha melepas pelukanku.
"Jangan, Ron..! Aku ini Tantemu." rintihnya sambil tetap membelakangiku.
"Tapi, tadi kita sudah melakukannya, Tante?" tanyaku tidak mengerti. Pelukanku tetap.
"Ya. Ta.. tadi Tante.. khilaf.."
"Khilaf..? Tapi kita sudah melakukannya sampai dua kali Tante?" aku tidak habis mengerti.
Kulekatkan lagi zakarku ke pantatnya. Tante menghindar.

"Ii.. ya, Ron. Tante tadi benar-benar tak mampu.. menahan nafsu.. Tante sudah lama tidak
melakukan ini sejak Oom-mu meninggal. Dan sekarang kamu merangsang Tante sampai Tante
terlena."
"Masak terlena sampai dua kali?"
"Yang pertama memang. Tante baru terbangun setelah.., Roni mem.. memasuki Tante. Tante mau
melawan tapi tenagamu kuat sekali sampai akhirnya Tante diam dan malah jadi terlena."

"Kalau yang kedua, Tante..?" tanyaku ingin tahu sambil mendekap lebih erat. Tante menghindar
dan menepisku lagi.
"Kamu mencium bibir Tante. Di situ lah kelemahan Tante, Ron. Tante selalu terangsang kalau
berciuman.."
"Oh, kalau begitu Tante kucium saja sekarang ya..? Biar Tante bernafsu lagi." pintaku bernafsu
sambil berupaya memalingkan wajah Tante. Tapi Tante menolak keras.
"Jangan, Ron..! Sudah cukup. Kita jangan berzinah lagi. Tante merasa berdosa pada Oom-mu.
Hik.. hik.. hik.." Tante terisak.
Aku jadi mengendurkan serangan, meski tetap memeluknya dari belakang.

Kemudian kami terdiam. Dalam dekapanku terasa Tante sedang menangis. Tubuhnya berguncang
kecil.
"Ya sudah, Tante. Sekarang kita tidur saja. Tapi bolehkan Roni memeluk Tante seperti ini..?"
Tidak kuduga Tante justru berbalik menghadapku sambil membetulkan selimut kami dan
berkata, "Tapi kamu harus janji tak akan menyetubuhi Tante lagi kan, Ron?"
"Iya, Tante. Aku janji.., anggap saja Tante sekarang sedang memeluk anak Tante sendiri."

Sekilas kulihat bibir Tante tersenyum. Di bawah selimut, aku kembali memeluknya dan
kurasakan tangan Tante juga memelukku. Buah dada besarnya menekan dadaku, tapi aku
mencoba mematikan nafsuku. Zakarku, meski menyentuh pahanya, juga kutahan supaya tidak
tegang lagi. Wajah kami berhadap-hadapan sampai napas Tante terasa menerpa hidungku.
Matanya terpejam, aku pun mencoba tidur.

Mungkin saking lelahnya, dengan cepat Tante terlelap lagi. Namun lain halnya dengan aku. Terus
terang, meski sudah berjanji, mana bisa aku mengekang terus nafsu birahiku, terutama si 'garuda'
kecilku yang sudah mulai mengepakkan sayapnya lagi. Dengan tempelan buah dada sebesar itu
di dada dan pelukan hangat tubuh polos menggairahkan begini, mana bisa aku tidur tenang?
Mana bisa aku menahan syahwat? Jujur saja, aku sudah benar-benar ingin segera
menelentangkan Tante, menusuk dan memompanya lagi!

Tapi aku sudah janji tidak akan menyetubuhinya lagi. Mestikah janji ini kuingkari? Apa akal?
Bisakah tidak mengingkari janji tapi tetap dapat menyebadani Tante? Benakku segera berputar,
dan segera ingat kata-kata Tante tadi bahwa dia paling mudah terangsang kalau dicium. Mengapa
aku tidak menciumnya saja? Bukankah mencium tidak sama dengan menyetubuhi?

Ya, pelan tapi pasti kusisipkan kaki kiri di bawah kaki kanan Tante, sedang kaki kananku
kumasukkan di antara kakinya sehingga keempat kaki kami saling bertumpang tindih. Aku tidak
perduli zakarku yang sudah jadi tonggak keras melekat di pahanya. Kurapatkan pelukan dan
dekapanku ke tubuh Tante, wajahku kudekatkan ke wajahnya dan perlahan bibirku kutautkan
dengan bibirnya.

Lidahku kembali berupaya memasuki rongga mulutnya yang agak menganga. Aku terus bertahan
dengan posisi erotis ini sambil agak menekan bagian belakang kepala Tante supaya pertautan
bibir kami tidak lepas. Dan usahaku ternyata tidak sia-sia. Setelah sekitar 30 menit kemudian,
tubuhku mulai pegal-pegal, kurasakan gerakan lidah Tante. Serta merta gerakannya kubalas
dengan jilatan lidah juga.
"Emm.. emm.. mm.." desis Tante sambil membelit lidahku.

Kepalanya kutekan makin kuat dan aku berusaha menyedot lidahnya hingga masuk ke mulutku.
Kukulum lidahnya dan kupermainkan dengan lidahku. Kusedot, kusedot dan kusedot terus
sampai Tante agak kesakitan, lalu kubelit-belit lagi dengan lidahku. Ya, silat lidah ini
berlangsung cukup lama dan ketika tanpa sengaja pahaku menyenggol vagina tante, terasa agak
basah. Pasti Tante terangsang, pikirku. Tapi aku tidak mau memulai, takut melanggar janji. Biar
Tante saja yang aktif.

Maka aku pun berusaha menambah daya rangsang pada diri Tante. Pelan tangan kirinya
kubimbing untuk menggenggam zakarku. Meski mula-mula enggan, tapi lama kelamaan
digenggamnya juga 'garuda perkasa'-ku. Bahkan dipijit-pijit sehingga aku pun menggelinjang
keenakan.
"Shh.. shh..!" desisku sambil mengulum lidahnya.

Tangan kananku, setelah membimbing tangan kiri Tante menggenggam zakarku lalu meneruskan
perjalanannya ke celah paha Tante yang sudah basah. Kusibakkan rambut-rambut tebal itu,
mencari celah-celah lalu menyisipkan jari telunjuk dan tengahku di situ. Kugerakkan ke keluar-
masuk dan Tante mendesis-desis, genggamannya di zakarku terasa mengeras. Aku tidak tahan
lagi.

"Masukin ya, Tante?" bisikku, lupa pada janjiku.


"Ja.. jangan, Ron..!"
"Ak.. aku nggak tahan lagi, Tante..!" pintaku.
"Di.. dijepit paha saja ya, Ron..?"
Tanpa kusuruh, Tante lalu telentang dan mengangkangkan pahanya. Pelan aku menaikinya. Tante
membimbing zakarku di antara pahanya sekitar sejengkal di bawah vagina, lalu menjepitnya. Ia
menggerak-gerakkan pahanya sehingga zakarku terpelintir-pelintir nikmat sekali.

Payudara besar Tante menekan dadaku juga. Tangan kiriku mengutil-ngutil puting kanannya.
Ciuman ke bibirnya kulanjutkan lagi, jemari tangan kananku juga terus berupaya memasuki
vagina Tante dan mengocoknya.
"Heshh.. heshh.. Ron.. mm..," Tante sulit bicara karena mulutnya masih kukulum.
"Tanganmu.. Ron..!" tangan kanan Tante berusaha menghentikan kegiatan tangan kiriku di
putingnya, sedang tangan kanannya berusaha menghentikan kegiatan jemari kananku di
vaginanya.

Dipegangnya jemariku. Aku hentikan gerakan, tapi tiga jari tetap terendam di vagina basah itu
dan kukutil-kutil kecil. Sampai Tante tidak tahan dan mengangkangkan sedikit pahanya hingga
jepitan pada zakarku terlepas. Cepat kutarik jemariku dari situ dan kunaikkan sedikit tubuhku
sehingga sekarang ganti zakarku berada di pintu gerbang nikmat itu. Kepalanya malah sudah
menyeruak masuk.

"Hshh.. Ron, jangan dimasukkan..!" Tante buru-buru memegang zakarku, digenggamnya.


"Tapi aku sudah nggak tahan Tante.." desisku.
"Cukup kepalanya saja, Ron.. dan jangan dikocok..!" Tante memperketat genggamannya,
sementara aku semakin memperderas tekanan ke vaginanya.
"Ii.. ingat janjimu, Ron..!"
"Ta.. tapi Tante juga ingin kan?" tanyaku polos.
"Ii.. iya sih, Ron. Tante juga sudah nggak tahan. Tapi ini zinah namanya."
"Apa kalau tidak dimasukkan bukan zinah, Tante?" tanyaku bloon.
"Bu.. bukan, Ron. Asal burungmu tidak masuk ke vagina Tante, bukan zinah.." aku jadi bingung.
Terus terang tidak mengerti definisi zinah menurut Tante ini.

"Kalau begitu, apa Tante punya jalan keluar? Kita sudah sama-sama terangsang berat. Tapi kita
nggak mau berzinah."
"Egh.. gini aja Ron. Tante akan.. ugh.. mengulum punyamu. Turunlah sebentar..!"
Dan aku pun menurut, turun dari atas Tante dan telentang. Tante bangkit lalu memutar badannya
dan mengangkangiku. Mulutnya ada di atas zakarku dan vaginanya di atas wajahku. Kurasakan
ia mulai menggenggam dan mengulum 'garuda perkasa'-ku. Dikulum dan digerakkan naik turun
di mulutnya.

Shiit.. hsshh.. nikmat sekali. Jemariku segera menangkap pinggulnya yang bergerak maju
mundur dan segera kuselipkan empat jari kanan ke vaginanya. Kugerakkan cepat, malah agak
kasar, keluar masuk sampai basah semua.
"Ugh.. uughh.. uagh.. Ron..! Ron, Tante mau keluar, mm.. mm.." Tante terus mengulum sambil
meracau.
Sekejap kemudian tubuhnya berhenti bergerak, lalu pinggul yang kupegangi terasa berkejat-
kejat. Kemudian cairan hangat membanjiri tanganku dan sebagian menetesi dadaku. Kurasakan
cairan itu seperti air maniku hanya lebih encer dan bening.

Tante kemudian terkapar kelelahan di atasku dengan posisi mulutnya tetap mengulum zakarku
sambil mengocoknya. Tidak berapa lama, aku pun merasa mau keluar.
"Egh.. egh.. Tante. Aku mau keluar..!" Tante malah mempercepat kocokannya dan memperdalam
kulumannya.
Aku berkejat dan muncrat memasuki mulut Tante dan ditelannya, semuanya habis ditampung
mulut Tante. Akhirnya aku pun lemas dan ikut menggelepar kelelahan.

Tangan-kakiku terkapar lemas ke kiri-kanan. Tante juga terkapar kelelahan namun mulutnya
masih terus menjilati zakarku sampai bersih, barulah kemudian dia berbalik dan memelukku.
Wajah kami berhadapan, mata Tante merem-melek.

"Kalau yang barusan ini bukan zinah tante?" tanyaku lagi.


"Bukan, Ron.. karena kamu tidak memasukkan burungmu ke vagina Tante." jawabnya sambil
mata memejam.
Aku tidak tahu apakah jawabnya itu benar atau salah. Namun, setelah kupikir-pikir, aku lalu
bertanya lagi, "Jadi kalau begitu, boleh dong kita melakukan lagi seperti yang barusan ini,
Tante?"
"He-eh.." jawabnya sambil terkantuk-kantuk kemudian dengkur kecilnya mulai terdengar lagi.

Jam enam pagi waktu itu. Aku pun segera menebarkan selimut lagi di atas tubuh polos kami dan
memeluknya dengan ketat. Rasanya aku tidak mau melepaskan tubuh Tante walau sekejap pun.
Persetan dengan pekerjaan, persetan dengan kuliah. Sengaja aku juga tidak mengingatkan Tante
akan pekerjaan kami. Aku malah berharap menginap lagi semalam, biar ada kesempatan
bersebadan dengan Tante lebih lama lagi. Sepanjang hari ini aku mau bercumbu terus dengan
Tante, sampai spermaku keluar sepuluh kali lagi! Begitu angan-angan jorokku.

Ya, akhirnya memang kami hari itu tidak keluar kamar dan memperpanjang menginap sehari
lagi. Selama di dalam kamar, di atas ranjang, kami tidak pernah mengenakan pakaian barang
selembar pun. Hampir setiap tiga jam sekali aku dan Tante sama-sama mengalami orgasme,
meskipun hanya pakai bantuan tangan atau mulut dan lidah.

Jam delapan pagi, sebelas, dua siang, lima sore, delapan malam, sebelas malam, dua pagi, lima
pagi dan delapan paginya lagi kami selalu terkejat-kejat dan orgasme hampir bersamaan. Selama
itu memang Tante masih selalu ingat untuk menolakku yang ingin memasukkan penisku ke
vaginanya, dan aku pun menurutinya.

Namun, akhirnya Tante terlena dan aku pun bebas memasukkan penisku ke vaginanya. Tentunya
setelah kami pulang dari perjalanan bisnis berkesan itu, dan kembali pulang ke rumah.
Kesempatan itu terbuka lebar karena memang aku suka tinggal di rumahnya. Nah, sekian dulu
kisahku, semoga dapat memuaskan pembaca sekalian. Terutama untuk pembaca yang dingin,
bisa jadi greng..!
Posted by Alex at 03:21
Labels: Sedarah

Saya Dito.....umur 23 tahun baru lulus dari salah satu universitas ternama di Malang. Dan saya
berasal dari keluarga baik-baik. Kejadian ini dimulai ketika saya menginap di rumah om saya di
daerah sidoarjo. Om saya telah menikah dan memiliki 2 anak lelaki yang lucu umur 3 dan 5
tahun, serta memiliki istri yang cukup cantik (menurut saya) umurnya sekitar 27 tahun.

saya sendiri tinggal disurabaya kurang lebih jarak tempat tinggalku dengan tante adalah 19
Km.......................... Awal kejadiannya adalah pada hari sabtu malam saya mendengar
pertengkaran di rumah tersebut, yang tidak lain adalah om saya dengan tante saya. Ternyata
penyakit 'gatel' om saya kambuh lagi yaitu sering pergi ke diskotik bersama temannya. Hal
tersebut sangat menyakitkan tante saya, karena di sana om saya akan mabuk-mabukan dan
terkadang pulangnya bisa pada hari Minggu malam. Entahlah apa yang dilakukan di sana
bersama teman-temannya. Dan pada saat itu hanya aku bertiga saja di rumah: saya, Om Pram
dan Tante Sis.

"Brak.." suara gelas pecah menghantam pintu, cukup membuat saya kaget, dan om saya dengan
marah-marah berjalan keluar kamar. Dari dalam kamar terdengar tante saya berteriak, "Nggak
usah pulang sekalian, cepet ceraikan aku." Dalam hatiku berkata, "Wah ribut lagi." Om Pram
langsung berjalan keluar rumah, menstarter mobil Tarunanya dan pergi entah ke mana.

Di dalam kamar, aku mendengar Tante Sis menangis. Aku mau masuk ke dalam tapi takut kena
damprat olehnya (kesalahan Om Pram dilimpahkan kepadaku). Tapi aku jadi penasaran juga.
Takut nanti terjadi apa-apa terhadap Tante Sis. Maksudku akibat kecewa sama Om Pram dia
langsung bunuh diri.

Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya. Dan kulihat dia menangis menunduk di depan meja rias.
Aku berinisiatif masuk pelan-pelan sambil menghindari pecahan gelas yang tadi sempat
dilemparkan oleh Tante Sis. Kuhampiri dia dan dengan pelan.
Aku bertanya, "Kenapa Tan? Om kambuh lagi?"
Dia tidak menjawab, hanya diam saja dan sesekali terdengar isak tangisnya. Cukup lama aku
berdiri di belakangnya. Pada waktu itu aku hanya memandangnya dari belakang, dan kulihat
ternyata Tante Sis mengenakan baju tidur yang cukup menggiurkan. Pada saat itu aku belum
berpikiran macam-macam. Aku hanya berkesimpulan mungkin Tante Sis mengajak Om Pram,
berdua saja di rumah, karena anak-anak mereka sedang pergi menginap di rumah adik Tante Sis.
Dan mungkin juga Tante Sis mengajak Om bercinta (karena baju yang dikenakan cukup
menggiurkan, daster tipis, dengan warna pink dan panjang sekitar 15 cm di atas lutut). Tetapi Om
Pram tidak mau, dia lebih mementingkan teman-temannya dari pada Tante Sis.

Tiba-tiba Tante Sis berkata, "To, Om kamu kayaknya udah nggak sayang lagi sama Tante.
Sekarang dia pergi bersama teman-temannya ke Surabaya, ninggalin Tante sendirian di rumah,
apa Tante udah nggak cakep lagi." Ketika Tante Sis berkata demikian dia berbalik menatapku.
Aku setengah kaget, ketika mataku tidak sengaja menatap buah dadanya (kira-kira berukuran
34). Di situ terlihat puting susunya yang tercetak dari daster yang dikenakannya. Aku lumayan
kaget juga menyaksikan tubuh tanteku itu.

Aku terdiam sebentar dan aku ingat tadi Tante Sis menanyakan sesuatu, aku langsung
mendekatinya (dengan harapan dapat melihat payudaranya lebih dekat lagi).
"Tante masih cantik kok, dan Om kan pergi sama temannya. Jadi nggak usah khawatir Tan!"
"Iya tapi temennya itu brengsek semua, mereka pasti mabuk-mabukan lagi dan main perempuan
di sana."
Aku jadi bingung menjawabnya. Secara refleks kupegang tangannya dan berkata, "Tenang aja
Tan, Om nggak bakal macem-macem kok." (tapi pikiranku sudah mulai macam-macam).
"Tapi Tante denger dia punya pacar di surabaya, malahan Tante kemarin pergoki dia telponan
ama cewek, kalo nggak salah namanya Sella."
"Masak Om tega sih ninggalin Tante demi cewek yang baru kenal, mungkin itu temennya kali
Tan, dan lagian Tante masih tetap cantik kok."
Tanpa Tante Sis sadari tangan kananku sudah di atas paha Tante Sis karena tangan kiriku masih
memegang tangannya. Perlahan-lahan pahanya kuusap secara halus, hal ini kulakukan karena
aku berkesimpulan bahwa tanteku sudah lama tidak disentuh secara lembut oleh lelaki.

Tiba-tiba tanganku yang memegang pahanya ditepis oleh Tante Sis, dan berdiri dari duduknya,
"To, saya tantemu saya harap kamu jangan kurang ajar sama Tante, sekarang Tante harap kamu
keluar dari kamar tante sekarang juga!" Dengan nada marah Tante Sis mengusirku.
Cukup kaget juga aku mendengar itu, dan dengan perasaan malu aku berdiri dan meminta maaf,
kepada Tante Sis karena kekurangajaranku. Aku berjalan pelan untuk keluar dari kamar tanteku.
Sambil berjalan aku berpikir, aku benar-benar terangsang dan tidak ingin menyia-nyiakan
kesempatan ini. Sejak aku putus dengan pacarku, terus terang kebutuhan biologisku kusalurkan
lewat tanganku.

Setelah sampai di depan pintu aku menoleh kepada Tante Sis lagi. Dia hanya berdiri menatapku,
dengan nafas tersenggal-senggal (mungkin marah bercampur sedih menjadi satu). Aku
membalikkan badan lagi dan di pikiranku aku harus mendapatkannya malam ini juga. Dengan
masa bodoh aku menutup pintu kamar dari dalam dan menguncinya, lalu langsung berbalik
menatap tanteku. Tante Sis cukup kaget melihat apa yang aku perbuat. Otakku sudah dipenuhi
oleh nafsu binatang.

"Mau apa kamu To?" tanyanya dengan gugup bercampur kaget.


"Tante mungkin sekarang Om sedang bersenang-senang bersama pacar barunya, lebih baik kita
juga bersenang-senang di sini, saya akan memuaskan Tante". Dengan nafsu kutarik tubuh tanteku
ke ranjang, dia meronta-ronta, tetapi karena postur tubuhku lebih besar (tinggiku 182 cm dan
beratku 75 kg, sedangkan Tante Sis memiliki tinggi tubuh sekitar 165 cm dan berat kurang lebih
50 kg) aku dapat mendorongnya ke ranjang, lalu menindihnya.

"Lepasin Tante, Dito," suara keluar dari mulutnya tapi aku sudah tidak peduli dengan rontaannya.
Dasternya kusingkap ke atas. Ternyata Tante Sis tidak mengenakan celana dalam sehingga
terpampang gundukan bukit kemaluannya yang menggiurkan, dan dengan kasar kutarik
dasternya bagian atas hingga payudaranya terpampang di depanku. Dengan bernafsu aku
langsung menghisap putingnya, tubuh tanteku masih meronta-ronta, dengan tidak sabar aku
langsung merobek dasternya dan dengan nafsu kujilati seluruh tubuhnya terutama payudaranya,
cukup harum tubuh tanteku.

Akibat rontaannya aku mengalami kesulitan untuk membuka pakaianku, tapi pelan-pelan aku
dapat membuka baju dan celanaku. Sambil membuka baju dan celanaku itu, dengan bergantian
tanganku mengusap bukit kemaluannya yang menurutku mulai basah (mungkin Tante Sis sudah
mulai terangsang walaupun masih berkurang tetapi frekuensinya agak menurun sedikit).

kemaluanku telah berdiri tegak dan kokoh nafsu telah menyelimuti semua kesadaranku bahwa
yang kugeluti ini adalah isteri pamanku sendiri....yaitu tanteku....

Dengan tidak sabar aku langsung berusaha membenamkan kejantananku ke liang


TANTEKU........... ,

Aku agak kesulitan menemukan celah kewanitaan tanteku,kadang kemaluanku meleset keatas
dan bahkan kadang meleset kearah lubang anus tanteku .
ini disebabkan tanteku bergerak kesana kemari berusaha menghindar dan menghalangi
kemaluanku yang sudah siap tempur ini............................................

"To, jangan To, aku Tantemu tolong lepasin To, ampun, Tante minta ampun". Aku sudah tidak
peduli lagi Rengekannya. .......usahaku kepalang tanggung dan harus berhasil......karena gagalpun
mungkin akibatnya akan sama
bahkan mungkin lebih fatal akibatnya.......
Ketika lubang senggamanya kurasa sudah pas dengan dibantu cairan yang keluar dari liang
kewanitaannya aku langsung menghujamkan senjataku.

"Auuhh, sakit To, aduh.. Tante minta ampun.. tolong To jangan lakukan .....lepasin Tante To.."
Ketika mendengar rintihannya, aku jadi kasihan, tetapi senjataku sudah di dalam, "Maaf Tante,
saya sudah tidak tahan dan punyaku sudah terlanjur masuk nih.....," bisikku ke telinganya. Tante
Sis hanya diam saja. Dan tidak berkata apa-apa.

Dengan pelan dan pasti aku mulai memompa kemaluanku naik turun, ........tanteku
menggelinjang hebat.....seakan akan masih ada sedikit pemberontakan dalam dirinya....
ssshhhhhhhhh....tanteku hanya mendesis lirih sambil menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan
tak mau menatap wajahku.......kemudian Dia hanya diam pasrah dan kulihat air matanya
berlinang keluar. Kucium keningnya dan bibirnya, sambil membisikkan, "Tante, Tante masih
cantik dan tetap mengairahkan kok, saya sayang Tante, bila Om sudah tidak sayang lagi, biar
Dito yang menyayangi Tante." Tante Sis hanya diam saja, dan kurasakan pinggulnya pun ikut
bergoyang seirama dengan goyanganku.

kemaluanku kudorong perlahan ...seakan ingin menikmati kenyamanan ini dengan waktu yang
lama........
cllkk....clllkkkk.cclkkkk bunyi badanku beradu dengan badan tanteku.......seirama keluar
masuknya kemaluanku kedalam liang senggamanya yangbetul betul enak......
...
Kira-kira 10 menit aku merasakan liang kewanitaan tanteku semakin basah dan kakinya
menyilang di atas pinggulku dan menekan kuat-kuat mungkin tanteku sedang
orgasme........................................... ...............

kudiamkan sejenak .....kubiarkan tanteku menikmati orgasmenya.........kubenamkan lebih dalam


kemaluanku ,sambil memeluk erat tubuhnya iapun membalasnya erat.....kurasakan tubuh tanteku
bergetar....
kenikmatan yang dahsyat telah didapatkannya.......

kubalik badan tanteku dan sekarang dia dalam posisi diatas......kemaluanku masih terbenam
dalam kewanitaan tanteku......tapi dia hanya diam saja sambil merebahkan tubuhnya diatas
tubuhku,....lalu kuangkat pinggul tanteku perlahan.....dan menurunkannya lagi....kuangkat
lagi......dan kuturunkan lagi.......kemaluanku yang berdiri tegak menyodok deras keatas
...kelubang nikmatnya......
ahirnya tanpa kubantu ....tanteku menggoyangkan sendiri pantatnya naik turun.....

oooooooccchhhhhhhh.......aku yang blingsatan kenikmatan...


rupanya tanteku mahir dengan goyangannya diposisi atas....
kenikmatan maximum kudapatkan dalam posisi ini....
rupanya tanteku mengetahui keadaan ini ...ia tambah menggoyang goyangkan pantatnya meliuk
liuk persis pantat Anisa bahar penyanyi dangdut dengan goyang patah patahnya.......
oooooochhhhhh,............sshhh......kali ini aku yang mirip orang kepedasan
aku mengangkat kepalaku...kuhisap puting susu tanteku.....
ia mengerang........goyangannya tambah dipercepat....
dan 5 menit berjalan .......tanteku bergetar lagi......ia telah mendapatkan orgasmenya yang
kedua......
pundakku dicengkeramnya erat......
ssshhhhhhh.........bibir bawahnya digigit...sambil kepalanya menengadah keatas.....
"to....bangsat kamu.......tante kok bisa jadi gini.....ssssshhhh
....tante udah 2 kali kluarrrrrrrr...".....

aku hanya tersenyum.....


"tulangku rasa lepas semua to...."
aku kembali tersenyum...
"tante gak pernah klimaks lebih dari 1 x kalo dengan ommu.."
kubalik kembali badan tanteku dengan posisi konvensional..
kugenjot dengan deras kewanitaannya.....
oooohhh oohhh....ssshhhhh
tanteku kembali menggeliat pinggulnya mulai bergoyang pula mengimbangi genjotanku..............
aku pun sudah kepengen nyampe.......

dan tidak lama kemudian akupun mengeluarkan spermaku di dalam liang senggamanya.
ssshhhhhh......aaachhhhhhh....................
spermaku tumpah dengan derasnya kedalam liang senggama tanteku........
mata tanteku sayu menatapku klimaks.........
permainan panjang yang sangat melelahkan......yang diawali dengan pemaksaan dan perkosaaan
yang ahirnya berkesudahan dengan kenikmatan puncak yang sama sama diraih.......
kulihat terpancar kepuasaan yang amat sangat diwajah tanteku.......................

"kamu harus menjaga rahasia ini to....."


aku hanya mengangguk....
dan sekarang tanteku tak perduli lagi kalau om ku mau pulang atau tidak.......
karena kalau om ku keluar malam maka tanteku akan menghubungiku via HP untuk segera
kerumahnya......
Posted by Alex at 03:19
Labels: Sedarah

Saat itu aku baru lulus SMA, aku melanjutkan kuliah di Surabaya di sana aku tinggal di rumah
Pamanku. Aku tinggal di sana karena paman dan bibiku yang sudah 4 tahun menikah belum juga
punya anak, jadi kata mereka biar suasana rumahnya bertambah ramai dengan kehadiranku.
Rumah pamanku sangat luas, di sana ada kolam renangnya dan juga ada lapangan tenisnya,
maklum pamanku adalah seorang pengusaha yang kaya. Selain bibiku dan pamanku, di sana juga
ada 3 orang pembantu 2 cewek dan 1 cowok. Bibiku umurnya 31 tahun tapi masih cantik dan
bodinya seperti gitar spanyol, wajahnya mirip Meriam Belina. Dan ke-2 pembantu cewek
tersebut yang satu janda dan yang 1 sudah bersuami, sedang yang cowok berumur 20 tahun.

Suatu hari ketika kuliahku sedang libur, paman dan bibiku sedang keluar kota, pintu kamarku
diketuk oleh Trisni si janda tsb, “Den Eric itu ada kiriman paket dari Jakarta. Lalu aku keluar dan
menerima paket tsb. Karena tertarik kubuka isinya ternyata isinya alat-alat seks ada penis dari
karet, ada oil pelumas dan juga ada 5 VCD. Waktu kubuka paket tersebut Trisni ada di sebelahku
dan wajahnya memerah begitu tahu isinya.
“Wah ternyata Jeng Rini hot juga ya Den, celetuknya Rini adalah nama bibiku.
“Entahlah mungkin aja paman udah loyo, tapi gimana kalau nanti malam kita setel VCD ini
mumpung yang punya lagi pergi.., kataku sambil mengamati wajahnya yang manis.
“Itu film apaan sih.
“Entahlah tapi nanti kita nontonnya berdua aja biar nggak dilaporkan ke paman ok

Malamnya jam 21.00 setelah semua tidur Trisni ke ruang tengah, dia memakai pakaian tidur
yang tipis sehingga kelihatan CD dan BH-nya.
“Eh, apa semua sudah tidur, tanyaku.
“Sudah Den, jawabnya.
Lalu aku mulai menyetel itu film dan ternyata itu film pribadi bibiku, waktu itu Bibi dan paman
sedang bercumbu dengan alat-alat seks tersebut, penis karet yang panjang itu menancap di
vagina Bibi dan penis paman diisap oleh Bibi tapi anehnya penis paman tetap kecil.

“Eh kok yang main film Jeng Rini dan Den Budi?, gumannya setengah bertanya padaku.
“Wah kelihatanya paman itu impoten masa diisep begitu nggak berdiri, sahutku sambil aku
mengeluarkan penisku.
“Nih wong aku yang lihat aja langsing berdiri kok.
“Ih, Aden jorok ah, sahut Trisni ketika penisku aku dekatkan ke wajahnya. Aku berusaha
memasukkan penisku ke mulutnya dan dia hanya mau menciuminya mula-mula di sekitar
batangnya lalu dia mulai menjilati kedua telurku, wah geli sekali dan dia mulai mengisap
penisku pelan-pelan, ketika asyik-asyiknya tiba-tiba Erni pembantu yang satunya masuk ke
ruang tengah dan dia terkejut ketika melihat adegan kami.

Kami berdua jadi berhenti sebentar, “Erni kamu jangan lapor ke Paman atau Bibi ya awas kalau
lapor, ancamku.
“Iya Den, jawabnya sambil matanya melirik penisku yang masih berdiri tegak.
“Kamu di sini aja lihat film itu, sahutkku. Dia diam saja. Lalu tanganku melucuti semua baju
Trisni dan dia diam saja. Kemudian dia kurebahkan di sofa panjang dan aku mulai menjilati
vaginanya, ternyata vaginanya sudah sangat basah.
“Den, oh den nikmat.., rintihnya, aku melirik Erni dia dadanya naik turun melihat adegan kami.

Setelah Trisni puas, lalu aku berdiri dan kumasukkan penisku pelan-pelan. “Bles.., amblas semua
batangku dan Trisni berteriak kenikmatan. Kupompa pelan-pelan vaginanya sambil
menikmatinya, licin sekali rasanya.
“Sini daripada bengong aja mendingan kamu ikut, ayo sini, kataku pada Erni. Lalu dengan malu
Erni menghampiri kami berdua. Aku ganti posisi Trisni kusuruh nungging dan kugarap dia dari
belakang sehingga ke dua tanganku bergerilya di tubuh Erni. Ketika sampai di CD-nya ternyata
CD-nya sudah basah semua. Aku ciumi mulutnya, lalu aku isap putingnya. Dia kelihatan sudah
sangat terangsang. Aku menyuruhnya melepaskan semua pakaian yang di kenakan. Saat itu aku
merasakan penisku tersiram oleh cairan hangat. Oh, dia sudah orgasme pikirku dan gerakan
Trisnipun melemah. Lalu kucabut penisku dan kumasukkan pelan-pelan ke vagina Erni dan
ternyata lebih nikmat punya Erni, lebih sempit lubangnya. Mungkin karena jarang bersetubuh
dengan suaminya pikirku.

Setelah masuk semua aku baru merasakan bahwa vagina Erni itu bisa menyedot dan mengisap,
seperti diremas-remas rasanya penisku.
“Uh nikmat banget sih kamu apain itu mem*kmu heh, kataku dan Erni cuma tersenyum, lalu
kupompa dengan lebih semangat.
“Den ayo den lebih cepat nih, dan kelihatan bahwa Ernipun mencapai klimaks.
“Ih, ih, ih, hmm.. rintihnya. Lalu kudiamkan dulu penisku biar meraskan remasan vagina Erni,
lalu kucabut dan Trisni langsung mendekat dan dikocoknya penisku dengan tangannya sambil
diisap ujungnya, dan ganti Erni yang melakukannya. Kedua cewek tersebut jongkok di depankku
dan aku merasakan sudah mau keluar.
“Aku nggak tahan lagi nih, lalu Erni mengocok dengan cepat dan, “Crooot, crooot, crooot,
crooot, keluar semua maniku empat kali semprotan dan kelihatannya dibagi rata oleh Erni dan
Trisni. Akupun terkulai lemas.

Selama sebulan lebih aku bergantian menyetubuhi mereka, kadang-kadang kami melakukannya
bertiga. Dan pada hari itu paman memanggilku.
“Ric paman mau ke Singapore ada keperluan kurang lebih 2 minggu kamu di rumah saja
nemanin Bibi kamu ya, kata pamanku.
“Iya deh aku nggak akan dolan-dolan, jawabku.
Bibi tersenyum padaku kelihatan senyumnya itu menyembunyikan sesuatu pikirku. Akupun
sebenarnya ingin merasakan tubuh bibiku tapi karena tidak ada kesempatan selama ini aku tahan
saja. Akhirnya aku punya kesempatan nih pikirku.

Malam harinya selesai makan malam dengan Bibi, aku nonton Seputar Indonesia di ruang tengah
dan Bibi menghampiriku dia berkata, “Ric, waktu aku pergi sebulan yang lalu apa kamu nggak
dapat paket?.
“Eh anu, aku nggak dapat kok, jawabku dengan gugup.
“Kamu bohong, ini buktinya, sambil dia menunjukkan penis karet tsb. Ternyata penis karet
tersebut sudah jatuh ke tangan bibi, karena barang tersebut sebetulnya di minta oleh Trisni.

“Anu kok Bi, waktu itu memang aku terima tapi.


“Sudah kamu itu memang suka bohong ya lalu mana VCD-nya?.
“Aku simpan kok Bi buat aku setel jika aku kepingin, habis Bibi hot banget sih di film itu,
jawabku.
“Dasar anak kurang ajar, wajahnya langsung memerah.
“Kan Bibi saja belum lihat itu film, ayo kamu ke kamar ambil itu VCD suruhnya, lalu aku ke
kamar untuk mengambilnya.
“Ini Bi, tapi jika Eric pinjam lagi boleh kan Bi, kataku.
“Kamu jika ingin lihat lagi langsung saja nggak usah pakai di film segala.
“Ayo sini ke kamar Bibi nonton langsung saja jawab bibi.

Akupun langsung masuk ke kamar Bibi dan di kamar itu, “Sebentar aku mau ganti baju dulu,
kata Bibi dan dengan enaknya Bibi telanjang di depanku. Aku yang sudah ereksi dari tadi
langsung aku peluk Bibi dari belakang. Dan kubelai-belai payudaranya, dia diam saja lalu
kupelintir putingnya dan dia kelihatan sudah mulai terangsang. Aku tahu bahwa puting dan
clitoris bibiku tempat paling suka dicumbui. Aku mengetahui hal tersebut dari film-film bibiku.
Lalu tanganku satunya gerilya di daerah vaginanya.
“Eh Ric nikmat juga belaian kamu, katanya.

Lalu kubalik badan Bibi dan kamipun saling berciuman. Bibir bibi aku lumat dan.., wow, lidah
bibiku menari-nari di mulutku. Lalu akupun disuruh telanjang oleh bibiku.
“Eh gedhe banget barang kamu Ric?, mungkin bibiku jarang melihat penisku yang berdiri tegak,
habis pamanku impoten sih. Lalu dengan posisi 69 kami mulai bercumbu. Setelah puas langsung
aku masukkan penisku ke dalam vaginanya “Bles, masuk semua batangku dan bibikupun
berteriak keenakkan, aku goyang pinggulku, kelihatan bahwa bibiku hampir mencapai klimaks.
Dia bertambah semangat ikut menggoyangnya, kulihat wajahnya yang cantik, matanya setengah
terpejam dan rambutnya yang panjang tergerai di bawah ranjang dan kulihat dari kaca pinggul
bibiku, aku jadi semakin terangsang dan kamipun keluar bersama-sama.

Bibi tersenyum puas, “Ric jangan kapok lho, pokoknya seminggu minim 4 kali harus dengan
aku, Trisni dan Erni jangan kamu kasih lagi.
“Iya bi, jawabku dengan malu-malu.
Sejak kejadian malam itu aku semakin lengket dengan bibiku. hampir tiap malam aku
mengulangi lagi perbuatan itu, apalagi pamanku berada di Singapore selama dua minggu. Selama
itu pula aku bermain dengan bibiku bak pengantin baru.
Posted by Alex at 03:12
Labels: Sedarah
Aku sedang tidur ketika HPku berdering. Suara yang tak asing terdengar ditelingaku. Rupanya
tante Wike ada di Ykt. Katanya sich ada tugas kantor dengan teman-temannya dan aku diminta
datang kehotel *** tempat mereka menginap. Sambil jalan aku membayangkan sosok tante
Wike. Dia adik ibuku yang berusia 39 tahun. Kulitnya kuning langsat dengan tinggi 175 cm,
tubuhnya ramping dan seksi. Dadanya dihiasi oleh sepasang payudara yang indah dan besar.
Waktu kecil dulu aku sering mengintip dada tante Wike dan kalau onani sering membayangkan
dadanya itu. Kalau membandingkannya dengan artis, tante Wike mirip Vina Panduwinata.

Sesampai di hotel aku diperkenalkan dengan 2 teman tante Wike, Pak Bondan(46) dan Bu
Shinta(37). Mereka memintaku menjadi penunjuk jalan selama mereka di Ykt, dan aku
menyanggupinya. Setelah itu kami berkeliling kota sampai jam 21:47. Karna sudah malam tante
Wike meminta aku menginap dikamarnya saja. Kesempatan batinku, dari tadi aku sudah gatal
melihat payudara tante Wike dibalik baju tang top biru yang ketat. Aku tak ingat lagi kalau dia
tanteku, yang penting hasratku tersalurkan pikirku.

Setelah masuk kamar tante Wike pergi mandi, aku langsung memikirkan cara bagaimana agar
aku bisa menikmati tubuh tante Wike yang tetap seksi walau telah memiliki 2 anak. Saat dia
keluar aku menelan ludah, dengan celana pendek ketat sampai diatas lutut dan baju kaos putih
tanpa lengan benar-benar memamerkan lekuk-lekuk tubuhnya yang sempurna. Saat tante Wike
lewat didepanku tercium wangi sabun dari tubuhnya, saat ia hendak mengeringkan rambutnya
terlihat BH hitam kesukaanku dari balik ketiak tante Wike.

Aku jadi gelap mata. Begitu tante Wike membelakangiku, langsung kurangkul dia. Bibirku
menyedot lehernya, sementara tanganku yang satu meremas sepasang payudara dan yang satu
lagi bermain diselangkangan dan paha tante Wike. Hanya sebentar ia meronta setelah itu tubuh
tante Wike menjadi tenang.
“Izinkan aku merasakan tubuh tante yang indah ini ya?Desahku di kuping tante Wike.
“Gimana Ndra? Tapi sekali ini aja ya Ndra.. dan kamu harus janji ini menjadi rahasia kita
berduaKata tante Wike. Aku mengangguk kecil tanda bersedia.

Tante Wike lalu mencopot bajunya dan terlihatlah buah dadanya yang putih mulus terbungkus
BH hitam, aku diam memperhatikan, birahiku mulai naik. Lalu tante Wike mencopot celana
ketatnya terlihat paha mulus yang kugerayangi tadi. Saat ia hendak melepas tali BH aku cegah.
Dengan lembut tanganku kebelakang pundak tante Wike membuka kaitnya lalu memelorotkan
BH itu sambil menggesek puting susunya. Sepasang payudara berukuran 36 B terlihat sangat
indah dipadu dengan puting susunya yang mencuat kedepan.

Tante Wike lalu mencopot celana dan CD hitamnya. Dan kini ia telah telanjang bulat, penisku
terasa tegang karna tak menyangka tubuh tante Wike seindah itu. Lalu ia naik keatas ranjang dan
merebahkan badannya telentang. Aku begitu takjub, tubuh tanteku yang aduhai telanjang dan
pasrah berbaring diranjang tepat dihadapanku.
“Ayo Ndra.. apa yang kamu tunggu, tante udah siap, jangan takut kalau belum pernah nanti tante
bantuKata tante Wike.
“Iya.. tolong ya tanteJawabku berbohong.

Segera aku melepas semua pakaianku karna sebenarnya aku juga sudah tak tahan. Kulihat tante
Wike memperhatikan kejantananku yang berdenyut-denyut, lalu aku naik keatas ranjang dan
memulainya. Langsung saja kukecup bibirnya, kulumat-lumat bibirnya, terasa ia kurang
meladeni bibirku, masih canggung pikirku, tapi tidak aku hiraukan terus aku lumat bibirnya.
Sementara kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, lalu aku elus-elus dan
remas buah dadanya sambil sesekali memelintir puting susunya.

“Ooh.. Ndra.. apa yang kau lakukan.. ergh.. sshh..Tante Wike mendesah tanda birahinya mulai
naik, sesekali aku merasakan ia menelan ludah yang mulai mengental. Setelah puas dengan
bibirnya, kini bibirku kuarahkan kebawah, aku ingin merasakan bagaimana rasanya mengulum
buah dada tante Wike. Sejenak aku pandangi buah dada yang kini berada tepat dihadapanku, ooh
sungguh indahnya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti belum pernah terjamah laki-laki.
Langsung aku jilati dari bawah lalu kearah putingnya, sementara buah dada kanannya tetap
kuremas-remas sehingga tambah kenyal dan mengeras.

“Emmh oh aarghhTante Wike mendesah hebat ketika aku menggigit puting susunya.
Kulirik wajahnya dan terlihat matanya merem melek dan giginya menggigit gigi bawahnya, kini
jariku kuarahkan keselangkangannya. Disana kurasakan rambut yang tumbuh disekeliling vagina
tante Wike. Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, terasa lubang itu sudah sangat basah, tanda bahwa
dia sudah benar-benar terangsang. Kupermainkan jari-jariku sambil mencari kelentitnya.
Kupermainkan jariku keluar-masuk didalam lubang vagina tante Wike yang semakin licin
tersebut.

“Aarrgghh.. eenhh.. Ndra kam.. mu ngapain oohh..Kata tante Wike meracau nggak karuan,
kakinya mengecak-ngecak sprei dan badannya menggeliat. Tak kuperdulikan kata-katanya, maka
tubuh tante Wike makin menggelinjang dikuasai nafsu birahi. Kurasakn tubuh tante Wike
menegang dan wajahnya memerah bercucuran keringat, aku pikir dia sudah mau klimaks.
Kupercepat gerakan jariku didalam liang vaginanya.
“Oohh.. arghh.. oohh..kata tante Wike dengan nafas tersengal-sengal dan tiba-tiba.

“Ooh..aahh..Tante Wike mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya tergetar hebat
beberapa kali. Terasa cairan hangat memenuhi lubang vaginanya.
“Oohh.. ohh.. emhh..Tante Wike mendesah-desah meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.
“Ndra apa yang kamu lakukan kok tante bisa kayak gini?Tanyanya padaku.
“Kenapa memangnya tante?Kataku sambil meremas payudaranya.
“Baru kali ini aku merasakan kenikmatan seperti ini, luar biasaKata tante Wike. Ia lalu bercerita
kalau om Widya (suaminya) hanya sebentar saja jika bercumbu sehingga ia kurang puas.

“Sayang.. sekarang gilirankuBisikku ditelinganya, tante Wike mengangguk kecil.


Aku mulai mencumbunya lagi, kulakukan seperti tadi, mulai dari bibirnya yang kulumat, lalu
buah dadanya yang aku nikmati. Setelah kurasa cukup, kusejajarkan tubuhku diatas tubuhnya
dan tante Wike tahu. ia lalu mengkangkangkan pahanya lalu kuarahkan batang kejantananku
keliang senggamanya. Perlahan-lahan aku masukkan batang penisku dan aku nikmati. Batang
kejantananku mudah saja memasuki liang senggamanya karna sudah sangat basah dan licin. Kini
perlahan-lahan aku gerakkan pinggulku naik turun. ooh nikmatnya.

“Lebih cepat Ndra.. aarghh.. mmhhKata tante Wike terputus-putus dengan mata yang merem
melek. Aku percepat gerakanku lalu terdengar suara berkecipak dari selangkangannya.
“Iya.. begitu.. aahh.. terr.. russ.. aarghh..kata tante Wike tak karuan.
Keringat kami berucuran menjadi satu, kulihat wajahnya semakin memerah.
“Ndra, tante mau.. enak lagi.. ohh.. ahh.. aahh ahh..Kata tante Wike sambil mendesah panjang,
tubuhnya bergetar dan kurasakan vaginanya dipenuhi cairan hangat menyiram batang penisku.

Remasan dinding vaginanya begitu kuat, akupun mempercepat gerakanku dan.. croott.. akupun
mencapai klimaks.. aahh.., kubiarkan air maniku keluar didalam liang senggama tante Wike.
Kurasakan nikmat yang luar biasa, kupeluk tubuhnya erat-erat sambil mengecup puting susunya
menikmati kenikmatan sex yang sesungguhnya. Setelah cukup menikmatinya kucabut penisku
dan kubaringkan tubuhku disampingnya.

“Tante Wike, terima kasih ya..Kubisikkan lirih ditelinganya sambil kukecup pipinya.
“Tante juga Ndra.. baru kali ini tante merasakan kenikmatn seperti ini, kamu hebatKata tante
Wike lalu mengecup bibirku.
Kami berdua lalu tertidur karna kelelahan.

Sekitar jam 3 pagi aku terbangun. Setelah meminum segelas air aku memandangi tubuh telanjang
tante Wike. Benar-benar menggairahkan sekali, kecantikan wajah dan keindahan tubuhnya masih
terjaga diusianya yang hampir berkepala 4 ini. Lalu aku mulai mencumbunya lagi, kali ini aku
ingin menikmati dengan sepuas hatiku setiap inci tubuh tante Wike. Perlahan-lahan aku lumat
bibir tante Wike dengan penuh kelembutan sampai ia mulai terbangun lagi.

Setelah tante Wike terbangun kugunakan lidahku untuk membelah bibirnya, kupermainkan
lidahku didalam mulutnya. tante Wikepun mulai berani, lidahnya juga dipermainkan sehingga
lidah kami saling beradu, membuatku semakin betah saja berlama-lama menikmati bibirnya.
Tanganku beroperasi didadanya, kuremas-remas payudaranya yang kenyal mulai dari lembah
sampai ke puncaknya lalu aku pelintir putingnya shingga ia menggeliat dan menggelinyang. Dua
bukit kembar itu semakin mengeras. Ia menggigit bibirku saat kupelintir puting susunya.

Setelah aku puas dibibirnya, kini aku melumat dan mengulum payudaranya. Dengan sigap
lidahku menari-nari diatas bukitnya yang putih mulus itu. Tanganku tetap meremas-remas buah
dadanya yang sebelah kanan. Kulihat mata tante Wike sangat redup, ia memagut-magut bibirnya
sendiri, mulutnya mengeluarkan desahan erotis.
“Oohh.. aarghh.. en.. ennak Ndra, emmh..Kata tante Wike mendesah-desah.

Tiba-tiba tangannya memegang tanganku yang sedang meremas-remas payudaranya dan


menyeret ke selangkangannya. Aku paham apa yang diinginkannya, ia ingin agar aku segera
mempermainkan liang vaginanya. Jari-jariku pun segera bergerilya divaginanya. Kugerakkan
jariku keluar masuk dan kuelus-elus klentitnya yang membuat tante Wike semakin
menggelinyang tak karuan.
“Ya.. terruss.. argghh.. eemmh.. enak.. oohh..Mulut tante Wike meracau.
Setiap kali tante Wike terasa mau mencapai klimaks, aku hentikan jariku menusuk vaginanya,
setelah ia agak tenang, aku permainkan lagi liang senggamanya, kulakukan beberapa kali.
“Emhh Ndra.. ayo dong jangan gitu.. kau jahat oohh..Kata tante Wike memohon.
Mendengarnya membuatku merasa kasihan juga, tapi aku tidak akn membuatnya klimaks dengan
jariku tapi dengan mulutku, aku ingin menerapkan hasil latihanku dengan Bu Denok dan Bu
Atika.

Segera kuarahkan mulutku keselangkangannya. Kusibakkan rambut-rambut hitam yang


mengelilingi vaginanya dan terlihatlah liang senggamanya yang merah dan mengkilap basah,
sungguh indah. Segera aku jilati lubang itu, lidahku kujulurkan keluar masuk.
“Ndra.. apa yang kamu lakukan.. arghh itu kan ji.. jik emhh..Kata tante Wike.
Aku tak perdulikan kata-katanya, lidahku terus menari-nari didalam liang senggamanya bahkan
menjadi semakin liar tak karuan

Ketika lidahku menyentuh kelentitnya, ia mendesah panjang dan tubuhnya menggeliat tak karuan
dan tak lama tubuhnya bergetar beberapa kali, tangannya mencengkram sprei dan mulutku
dipenuhi cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.
“Ohmm.. emhh.. ennak Ndra.. aahh..Kata tante Wike ketika ia klimaks.
Setelah tante Wike selesai menikmati kenikmatan yang diperolehnya, aku mencumbunya lagi
karna aku juga ingin mencapai kenikmatan. Kali ini posisiku dibawah tubuh tante Wike.

Aku tidur telentang dan tante Wike melangkah diatas batang penisku. Tangannya memegang
batang kejantananku yang tegak perkasa, setelah menjilatinya lalu perlahan-lahan pinggangnya
diturunkan dan vaginanya diarahkan ke batang penisku dan dalam sekejap bless burungku hilang
ditelan liang kewanitaannya. Tante Wike lalu mulai melakukan gerakan naik turun, ia angkat
pinggannya dan ketika sampai dikepala penisku ia turunkan lagi. Mula-mula ia pelan-pelan tapi
kini ia mempercepat gerakannya.

Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia
melihat kearahku. Mulutnya mendesis-desis, sungguh seksi wajah wanita yang sedang dikuasai
nafsu birahi dan sedang berusaha mencapai puncak kenikmatan. Wajah tante Wike terlihat sangat
cantik seperti itu ditambah lagi rambut sebahunya yang terlihat acak-acakan terombang ambing
gerakan kepaalanya. Payudaranya terguncang-guncang, lalu tanganku meremas-remasnya.
Desahannya tembah keras katiak jari-jariku memelintir puting susunya.
“Oh emhh yaah.. oohh..Itulah kata-kata yang keluar dari mulut tante Wike.

“Tante nggak kuat lagi Ndra..Kata tante Wike sambil berhenti menggerakkan badannya.
Aku tahu ia segera mencapai klimaks, lalu aku rebahkan tubuh tante Wike dan kupompa liang
senggamanya, tak lama tante Wike mencapai klimaks. Kuhentikan gerakanku untuk membiarkan
tante Wike menikmati orgasmenya yang kesekian. Setelah itu kucabut batang penisku dan
kusuruh tante Wike menungging lalu kumasukkan batang penisku dari belakang. Tante Wike
terlihat hanya pasrah saja terhadap apa yang kulakukan padanya. Ia hanya mendesah kenikmatan.

Setelah puas dengan posisi ini, aku suruh tante Wike rebahan lagi dan aku masukkan lagi batang
kejantananku dan memompa vaginanya lagi, karna aku ingin mengakhirinya. Beberapa saat
kemudia tante Wike ingin klimaks lagi, wajahnya memerah dan tubuhnya menggelinjang ke sana
ke mari.
“Ahh.. oh.. tante mau enak lagi Ndra. arrghh ahh..kata tante Wike.
“Tunggu sayang, ki.. kita barengan.. aku juga sedikit lagi..desahku.
“Tante udah nggak tahan Ndra.. ahh..kata tante Wike mendesah panjang.

Lalu tubunya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik. caran hangat membasahi batang
kejantananku. Cairan hangat menyirami batang penisku dan kurasakan dinding vaginanya seakan
akan menyedot penisku begitu kuat dan akhirnya aku pun tidak kuat.. crott.. aku pun mencapai
klimaks. Nikmatnya luar biasa. Lalu kami saling berpelukan erat meresapi kenikmatan yang
merasuki kami berdua.
“Thanks tante Bisikku sambil memelintir puting susunya.

Setelah itu 3 malam berturut-turut aku memuaskan hasrat yang terpendam sejak aku kecil sampai
tante Wike kembali pulang ke Smr.
“Kalau pulang.. jangan lupa kerumah yaBisiknya saat akan naik ke pesawat terbang di bandara.
Aku tersenyum penuh arti. Sebentar lagi aku akan pulang berlibur, aku sudah rindu dengan tante
Wike yang aduhai.
Posted by Alex at 03:08
Labels: Sedarah

Aku tinggal bersama kakakku dan suaminya. Mereka berdua belum punya anak dan sering pergi
untuk mengerjakan urusan bisnisnya masing2. Pokoknya orang2 yang terkategori super sibuk
lah. Suatu waktu mereka bersama akan ke Singapore selama seminggu, bersamaan dengan itu
ipar kakakku, adik suaminya, datang menginap dirumah. Dia, mas Arman, tinggal dikota lain dan
sedang tugas di Jakarta, sehingga tinggal dirumah abangnya. Pagi itu, setelah kakakku dan
suaminya berangkat ke airport, aku menyediakan makan pagi untukku dan mas Arman. Setelah
siap aku memanggil mas Arman, "Mas, sarapan mas.". Aku memanggilnya sembari mendorong
pintu kamarnya, ternyata dia masih tidur dengan hanya memakai cd. Napsuku langsung timbul
melihat pemandangan indah, tubuh yang kekar dan toketnya yang bidang hanya dibalut sepotong
cd dimana terlihat jelas kontolnya besar dan panjang tercetak dengan jelas di cdnya. Kayaknya
kontolnya dah tegang berat. Karena pintu kamar berbunyi ketika aku buka, tiba2 mas Arman
membuka matanya, memandangku yang sedang terkagum2 melihat bodi dan kontolnya. "Kenapa
Nes?', tanyanya sambil senyum2. Dia tau bahwa aku sedang mengagumi bodi dan juga
kontolnya. Aku jadi tersipu malu. "Sarapan dulu mas, ntar dingin", kataku sambil keluar kamar.
Lama kutunggu tapi dia gak keluar juga dari kamar, sementara itu napsuku makin berkobar
membayangkan kontolnya yang besar dan panjang itu. "Mas", panggilku lagi, tapi tetap gak ada
jawaban. Aku kembali ke kamarnya.

Dia rupanya sedang telentang sambil mengusap2 kontolnya dari luar cdnya. Ketika dia melihat
aku ada dipintu kamar, sengaja dia pelan2 menurunkan cdnya sehingga nongollah kontolnya
yang besar mengacung dengan gagahnya. Aku terbelalak ngeliat kontol segede itu. "Kamu
pengen ngerasain kontolku ya Nes", katanya terus terang. "Belum pernah ya ngerasain kontol
segede aku punya. Aku juga napsu ngeliat kamu Nes, bodi kamu merangsang banget deh". Dia
bangun dalam keadaan telanjang bulat menuju ke tempat aku berdiri. Kontolnya yang tegang
berat berayun2 seirama jalannya. DIa segera memelukku dan menarikku ke ranjang, dirumah
memang gak ada siapa2 lagi. Dasterku segera dilepaskannya, begitu juga bra dan cdku. Dia
meneguk liur memandangi tubuh telanjang ku yang mulus, toket yang besar dengan pentil yang
dah mengeras dan jembutku yang lebat menutupi nonokku dibawah sana. Kemudian dia
mencium serta mengulum bibirku. Aku balas memeluknya. Bibirku digigitnya pelan pelan,
bibirnya turun terus menciumi seluruh lekuk tubuhku mulai dari leher terus kebawah kepentilku,
dikulumnya pentilku yang sudah mengeras, aku merintih rintih karena nikmat. Aku menekan
kepalanya ke toketku sehingga wajahnya terbenam di toketku. Dia terus menjelajahi tubuhku,
dijilatinya pelan dari bagian bawah toketku sampe ke puser. Aku makin mendesis2, apalagi
ketika jilatannya sampe ke nonokku yang berjembut tebal. Dia menjilati jembutku dulu sampe
jembutku menjadi basah kuyup, pelan pelan jilatannya mulai menyusuri bibir nonokku terus ke
itilku. Ketika lidahnya menyentuh itilku, aku terlonjak kegelian. Dia menahan kakiku dan pelan2
dikuakkannya pahaku sehingga kepalanya tepat berada diantara pahaku. Lidahnya menyusupi
nonokku dan menjilati itilku yang makin membengkak. Nonokku berlendir, dia menjilati lendir
yang keluar. Aku gak tahan lagi, aku mengejan dengan suara serak, tanganku mencengkeram
seprei dan kakiku menjepit kepalanya yang ada diselangkanganku. Aku yampe. "Mas, nikmat
banget deh, padahal belum dientot ya", kataku mendesah.

Mas Arman diam saja, dan berbaring telentang. "Kamu diatas ya Nes, biar masuknya dalem",
ajaknya. Aku mulai mengambil posisi berjongkok tepat diantara kontolnya yang sudah tegang
berat. "Aku masukkin kontolku ke nonok kamu ya Nes", katanya sambil mengarahkan kontolnya
menyentuh bibir nonokku. Dia tidak masuk menekankan kontolnya masuk ke nonokku tapi
digesek2kan di bibir nonokku yang berlendir sehingga kepalanya yang besar itu basah dan
mengkilap.Aku terbuai, dengan mata terpejam aku mendesah2 saking napsunya, "Mas, masukin
dong." Aku mulai menekan kepala kontolnya yang sudah pas berada di mulut nonokku. Pelan2
kontolnya menyusup kedalam nonokku, "Akh mas, gede banget", erangku. "Apanya yang besar
Nes", dia memancing reaksiku. "Punyanya maass..!!" "..Apa namanya..?" dia memancing lagi,
aku langsung aja menjawab, "kontol mas, besar sekali". Dengan sekali hentakan keatas
kontolnya menyeruak masuk nonokku. "Ooh mas, pelan2 mas", aku mendesah lirih. Mataku
terbeliak, mulutku terbuka, tanganku mencengkeranm seprei kuat2. Bibir nonokku sampe
terkuak lebar seakan tidak muat untuk menelan kontol besarnya. "Nonok kamu sempit sekali
Nes", jawabnya. Aku mulai berirama menaik turunkan pantatku, kontolnya masuk merojok
nonokku tahap demi tahap sehingga akhirnya ambles semuanya. Pelan2 dia ikut bergoyang
menarik ulur kontol besarnya. Aku mulai merasa sensasi yang luar biasa nikmatnya. Nonokku
yang sudah licin terasa penuh sesak kemasukan kontolnya yang besar, kontolnya terasa banget
menggesek nonokku yang sudah basah berlendir itu. "Mas, enak banget mas, terus mas",
erangku. "Terus diapain Nes", jawabnya menggoda aku lagi. "Terus entotin nonok Ines mas",
jawabku to the point. "Entotin pake kontol gede mas". Enjotannya dari bawah makin menggebu
sehingga aku makin menggeliat2. Aku memeluknya dan mencium bibirnya dengan garesif, dia
menyambut ciumanku. Nafasku memburu kencang, lidahku saling mengait dengan lidahnya,
saling menyedot. Kemudian dia menggulingkan aku sehingga aku dibawah, dia mulai
mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat. Aku mengangkangkan pahaku lebar2,
supaya dia lebih mudah menyodokan kontolnya keluar masuk. Keluar masuknya kontolnya
sampe menimbulkan suara berdecak2 yang seirama dengan keluar masuknya kontolnya, karena
basahnya nonokku. "Mas, enak sekali kontolmu mas, entotin nonok Ines yang cepet mas, nikmat
banget", desahku. "Ooh nonok kamu sempit banget Nes, terasa banget sedotannya. Nikmat
banget deh", jawabnya sambil terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk nonokku. Enjotannya
makin ganas, pentilku diemut2nya. Aku menggelinjang kenikmatan, toket kubusungkan dan
kugerak2kan kekiri kekanan supaya 2 pentilku mendapat giliran diemut, "Ssh, mas, nikmat
banget ngentot ama mas, pentil Ines dikenyot terus mas", erangku lagi. "Ines bisa ketagihan
dientot ama mas. Ooh mas, Ines gak tahan lagi mas, mau nyampeee". Aku mengejang sambil
memeluk tubuhnya erat2, sambil menikmati kenikmatan yang melanda tubuhku, luar biasa
rasanya. "Nes, aku masih pengen ngentotin nonok kamu yang lama. Kamu bisa nyampe lagi
berkali2", katanya sambil terus mengenjotkan kontolnya.

Mas Arman minta ganti posisi, aku disuruhnya nungging dan nonokku dientot dari belakang,
nonokku terasa berdenyut menyambut masuknya kontolnya. Aku memutar2 pantatku mengiringi
enjotan kontolnya, kalo dia mengenjotkan kontolnya masuk aku menyambutnya dengan
mendorong pantatku dengan keras ke belakang sehingga kontol besarnya masuk dalem sekali ke
nonokku. "Ooh nikmatnya mas, dientot dari belakang. Kerasa banget geseken kontol mas di
nonok Ines". Jarinya mengilik2 itilku sambil terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk. " Uuh
mas, nikmat banget mas, terus mainin itil Ines mas sambil ngenjot nonok Ines", erangku saking
nikmatnya. Jarinya terus menekan itilku sambil diputar2, aku mencengkeram seprei erat sekali.
Pantat makin kutunggingkan keatas supaya enjotannya makin terasa. Dia memegangi
pinggangku sambil mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat dan keras. "Mas, nikmat
banget mas, Ines udah gak tahan neh, mau nyampe lagiii", aku menjadi histeris ketika nyampe
untuk kedua kalinya, lebih nikmat dari yang pertama. Diapun mencabut kontolnya dari nonokku
dan berbaring disebelahku. "Mas. belum ngecret kok dicabut kontolnya", tanyaku. "Ines masih
mau kok mas dientot lagi, biar bisa nyampe lagi". Dia setengah bangun dan membelai rambutku,
"Kamu masih bisa nyampe lagi kok Nes"."Ines mau kok dientot mas seharian, kan Ines bisa
nyampe terus2an, nikmat banget deh mas".

Istirahat sebentar, mas Arman kembali menaiki aku lagi, secara perlahan tapi pasti dia pun
memasukkan kontolnya ke dalam nonokku. Aku mendesah dan merintih, ketika dia
mengenjotkan kontolnya sampe ambles semua aku kembali menjerit, "Aaaaaaahhhh ,
Maaaassssssss ..". kontolnya dinaikturunkan dengan cepat, akupun mengimbanginya dengan
gerakan pantatku yang sebaliknya. Bibirnya bermain di pentilku, sesekali dia menciumi ketekku,
bau keringatnya merangsang katanya. Aku memeluknya dan mengelus2 punggungnya sambil
menjerit dan mendesah karena nikmat banget rasanya, "Aah mas, nikmatnya. Terus mas, tekan
yang keras, aah". Dia meremas2 toketku dengan gemas menambah nikmat buatku. Dia terus
mengocok nonokku dengan kontolnya, aku menjadi makin histeris dan berteriak2 kenikmatan.
Tiba2 dia mencabut kontolnya dari nonokku, aku protes, "Kok dicabut lagi mas, Ines belum
nyampe mas, dimasukin lagi dong kontolnya". Tapi dia segera menelungkup diatas nonokku dan
mulai menjilati bagian dalam pahaku, kemudian nonokku dan terakhir itilku. "Mas, diapa2in
sama mas nikmat ya mas, terus isep itil Ines mas, aah", erangku. Dia memutar badannya dan
menyodorkan kontolnya ke mulutku. Kontolnya kujilati dan kukenyot2, dia mengerang tapi tidak
melepaskan menjilati nonokku yang dipenuhi lendir itu. "Nes, aku dah mau ngecret neh",
katanya sambil mencabut kontolnya dari mulutku dan segera dimasukkan kembali ke nonokku.
Dia mulai mengenjot nonokku dengan cepat dan keras, aku rasanya juga sudah mau nyampe lagi,
goyangan pantatku menjadi makin liar sambil mendesah2 kenikmatan. Akhirnya dia
mengenjotkan kontolnya dalam2 di nonokku dan terasa semburan pejunya yang hangat didalam
nonokku, banyak sekali ngecretnya, bersamaan dengan ngecretnya akupun nyampe lagi. Aku
memeluk tubuhnya erat2, demikian pula dia. "Mas, nikmat banget deh masss", erangku. Aku
terkulai lemes dan bermandikan keringat. Dia kemudian mencabut kontolnya dan berbaring
disebelahku.

Tak lama kemudian, kita bangun dan membersihkan badan di kamar mandi. Tidak ada aktivitas
lanjutan di kamar mandi karena mas Arman harus melakukan tugasnya pagi ini. Selesai
membersihkan badan, kita sarapan, kemudian mas Arman pergi, akupun melakukan aktivitas
harianku. Sorenya ketika aku pulang ke rumah, mas Arman belum kembali, biasanya memang
dia pulangnya malam. Akupun mandi, menyiapkan makan malam untukku sendiri, kemudian
kusantap sambil nonton tv. Sepi juga rasanya setelah tadi pagi menreguk kenikmatan dengan mas
Arman. Aku bersantai sambil nonton tv sampai kantuk datang menyerang. TV kumatikan dan
aku masuk kamarku, rebahan diranjang dan tak lama kemudian aku tertidur. Tidak tau berapa
lama aku tertidur, aku terbangun karena toketku terasa ada yang meremas2. Aku membuka mata,
kulihat mas Arman tersenyum melihatku, "Nes, ngelanjutin yang tadi pagi mau enggak". Dia
sudah bertelanjang bulat berbaring disebelahku. Kontol besarnya sudah ngaceng sempurna.
Tanpa menunggu jawabkanku, segera aku ditelanjanginya, bibirku diciuminya sambil meremas2
toketku yang sudah mulai mengeras, pentilku di pilin2nya, aku hanya bisa ber ah uh karena
rangsangan yang luar biasa itu. Aku malah mengimbangi ciuman ganasnya. Pentilku langsung
diserbunya, diemut2nya dengan rakusnya sehingga pentilku langsung mengeras, sementara itu
toketku terus saja diremas2nya. Puas mengemut pentilku, jilatan lidahnya turun ke arah perutku,
terus ke bawah lagi dan mampir di nonokku. Lidahnya segera membelah bibir nonokku dan
menjilati itilku, aku mengangkangkan pahaku sehingga mempermudah dia menggarap itilku.
Aku mulai mengerang2 saking nikmatnya yang melanda tubuhku. "Aasshhg.. hngghh..
ssshhhg.." badanku melintir, bergeliat-geliat oleh kilikan jilatan di itilku. Dia makin bersemangat
karena eranganku. Tiba2 dia melepaskan jilatnnya, segera menaiki tubuhku yang sudah telentang
pasrah, siap untuk dienjot, dia membasahi kepala kontolnya dengan ludahnya kemudian
ditempelkan ke bibir nonokku dan langsung ditusuk masuk. "Hhgghh.." sekali lagi aku
mengejang kali ini oleh sodokan kontolnya. Tapi karena sudah cukup siap, dengan mudahnya dia
menancapkan kontolnya ke dalam nonokku. Aku menggelepar ketika menyambut masuknya
kontolnya yang cepat amblas ke dalam nonokku. Begitu tertanam didalam, kontolnya dienjotkan
keluar masuk pelan2. Terasa banget kontolnya yang besar menyeruak masuk mengisi lobang
nonokku yang terdalam. "Hhsssh, dalemm bangett mas", spontan keluar eranganku, "nikmat
banget rasanya". Dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk, aku merangkul lehernya dan
kedua kakiku membelit pahanya. Dia makin gencar mengenjotkan kontolnya keluar masuk
sehingga aku makin menggeliat saking nikmatnya. "Mas, ennakk. Duhh dalem bangett masuknya
mas. Aaa.. dikorek-korek gitu Ines pengenn kluarr. Ayyo mas..adduuh", erangku gak karuan. "..
Iyya ayyo aaahhgh.. ssshgh.. hghrf.. ennaak nonokmu Nes, aku juga mo ngecret .. sshmmmh.."
"Hhsss.. aduuhh tobatt mas.. hahgh ooghh.. kontolnya masuk dalem sekali mas, gedee sekalli,
aduuh.. mas. lebih nikmat dari tadi pagi deh." Kontolnya makin dipompa keras2, nikmat banget
rasanya. "Heg.. yaang kerass mas.. shh, iya gittu..aduh..ssshgh.. heehh.. ayyo.. ayoo mas..
aaahgh.. sshgh. Ines udah mo nyampe.. aduhh.. hghshh.. hrrgh.." Dia meremas2 toketku, sampai
akhirnya akupun nyampe. Dadaku membusung, seolah-olah tubuhku terangkat-angkat oleh
tarikannya yang meremasi kedua toketku. Tapi menjelang tiba di saat dia ngecret, dia mencabut
kontolnya dan langsung tegak berlutut sambil menarik kedua lenganku sehingga aku ikut bangun
terduduk. Dia menekan kepalaku ke arah kontolku yang tegang mengangguk2 berlumuran cairan
nonokku. '"Ayo Nes isepin sampe ngecret." Tanpa ragu-ragu aku langsung mencaplok dan
mengocok kontolnya dengan mulutku. Tidak bisa semua, hanya tertampung kepalanya saja
dimulutku, tapi ini sudah cukup membuat dia ngecret di mulutku. Aku agak tersedak karena
semprotan pejunya yang tiba2, dia terus menekan kepalaku supaya tidak melepaskan kulumanku
sehingga pejunya tertelan olehku. Setelah keluar semua, aku melepas mulutku, langsung
meringis. "Kenapa Nes, nggak enak ya rasanya?" tanyanya geli. "Asin rasanya mas.." jawabku
ikut geli. "Emang enak sih dikeluarin pake mulut?" kataku sambil bergerak bangun untuk ke
kamar mandi mencuci bekas-bekas permainan ini. "Oo.. sama kamu sih pasti enak aja."
jawabnya sambil ikut bangun menyusulku.

Di kamar mandi, mas Arman memelukku dari belakang, aku belum sempet bebersih ketika
tangannya mulai meremas toketku, pentilnya diplintir2 sambil menciumi kudukku. Aku
menggelinjang kegelian. Aku mencari kontolnya, astaga, sudah mulai ngaceng lagi rupanya.
Kuat banget dia, baru aja ngecret di mulutku sudah mulai ngaceng lagi. "Kuat banget sih mas,
baru Ines emut sampe ngecret udah ngaceng lagi", kataku. "Iya tadi kan ngecret dimulut kamu,
sekarang pengen ngecret lagi di nonok kamu", jawabnya sambil terus meremesi toketku. Leherku
terus saja diciumi, dijilati dengan penuh napsu. Akupun tidak tinggal diam, kontolnya yang
makin keras aku remes dan kocok2 biar sempurna ngacengnya. "Mas, Ines isep lagi ya", kataku
sambil jongkok di depannya. Ujung kontolnya kujilati dan kemudian giliran kepala kontolnya,
terus ke pangkalnya, kemudian ke biji pelernya. Dia mengangkat kaki kanannya supaya aku
mudah menjilati kontolnya. Kemudian jilatanku naik lagi keatas, dan kepalanya langsung
kukulum. Kepalaku mengangguk2 seiring keluar masuknya kontolnya dimulutku, sambil ngisep,
biji pelernya aku elus2. "AAh Nes, nikmat banget deh", erangnya. Dia memegang rambutku dan
mendorong kontolnya keluar masuk mulutku dengan pelan. Sepertinya dia udah tidak tahan lagi,
aku diseretnya keluar kamar mandi dan ditelentangkan di ranjang. Pentilku menjadi sasaran
jilatannya, jilatan berubah menjadi emutan, bergantian pentil kiri dan kanan. kemudian jilatannya
turun ke perut, kemudian ke pusar sampe akhirnya ke jembutku. Jarinya mulai mengelus bibir
nonokku, kemudian jilatannya mulai menjelajahi nonokku yang sudah basah kembali. Jilatannya
tidak langsung ke itilku tapi berputar2 sekitar nonokku. Ke daerah paha, terus kedaerah pantat
dan naik lagi. "Mas, nakal ih", desahku, napsu sudah kembali menguasaiku. Jilatannya diarahkan
ke itilku sambil memasukkan jarinya ke nonokku. Dia menggerakkan jarinya keluar masuk
nonokku. "Maas", desahku saking napsunya. pinggulku menggeliat kekiri kekanan.

Akhirnya sampailah saat yang kutunggu2, mas Arman menaiki badanku, ditindihnya aku,
kontolnya diarahkan ke nonokku yang sudah basah banget. Kepalanya diusap2kan dibibir
nonokku. Aku mengangkat pantatku ke atas sehingga bless masuklah kepala kontolnya
membelah nonokku. Dia mulai mengeluar masukkan kontolnya ke nonokku, pelan2, makin lama
makin cepat, sampe akhirnya dengan satu enjotan yang keras, seluruh kontolnya nancep dalem
sekali di nonokku. "Maas, nikmat sekali", jeritku. Aku menggelinjang makin gak beraturan
seiring dengan enjotan kontolnya keluar masuk nonokku dengan cepat dan keras. Kakiku
menjepit pinggulnya, kemudian diletakkan di pundaknya, dia pada posisi berlutut, makin terasa
gesekan kontolnya ke dinding nonokku, nikmat banget. Nonokku mulai berdenyut2 meremes2
kontolnya yang terus bergerak lincah keluar masuk. "Mas, Ines udah mau nyampe nih, terus
enjot yang keras mas, aah", erangku lagi. Dia makin semangat mengenjot nonokku. Tiba2 dia
berhenti dan mencabut kontolnya, "Maas", protesku. Ternyata dia pengen ganti posisi. Aku
disuruhnya nungging dan kembali kontolnya melesak masuk nonokku dari belakang, doggie
style. pantatku dipeganginya sementara dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk. Toketku yang
berguncang2 seirama dengan enjotan kontolnya diraihnya, diremes2nya, pentilnya diplintir2,
menambah kenikmatan yang sedang mendera tubuhku. "Terus maas", erangku lagi, aku
mencengkeram seprei dengan kuat saking nikmatnya. Aku memaju mundurkan badanku supaya
kontolnya nancep dalem sekali di nonokku, sampe akhirnya, "Terus maas, Ines nyampe lagiii".
Dinding nonokku berdenyut2 mengiringi sampenya aku, dia terus saja mengenjot nonokku
dengan cepat. Aku nelungkup, capai banget rasanya meladeni napsunya. Dia membaringkan
dirinya, kontolnya masih tegak berdiri berlumuran cairan nonokku. "Nes, kamu yang diatas ya,
aku belum keluar neh", pintanya.

Aku menempatkan diriku diatasnya, kontolnya kupegang dan langsung kutancapkan ke nonokku,
badan kutekan kebawah sehingga langsung aja kontolnya ambles semua di nonokku. Aku mulai
menggoyang pinggulku, kekiri kekanan, maju mundur, berputar2. biar cape, tapi nikmat banget
rasanya gesekan kontolnya ke nonokku. Toketku diremes2nya sambil memlintir2 pentilnya. Aku
merubah gerakanku menjadi keatas kebawah mengocok kontolnya dengan nonokku. "Mas,
nikmat banget deh", erangku. Akhirnya aku tidak bisa menahan diriku lebih lama lagi, aku
ambruk didadanya karena nyampe untuk kesekian kalinya. "Mas, belum mau ngecret ya, Ines
lemes mas", desahku. "Tapi nikmat kan", jawabnya. "Nikmat banget mas". Dia berguling tanpa
mencabut kontolnya dari nonokku sehingga sekarang dia ada diatasku. dia mulai lagi
mengenjotkan kontolnya keluar masuk nonokku. "Nes, aku udah mau ngecret, erangnya sambil
mempercepat enjotannya. Dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk nonokku, sampe
akhirnya, "Nes", erangnya. terasa sekali semburan pejunya membanjiri nonokku. Kami berdua
terkulai lemas.

Hal itu kita ulangi berkali2 selama dia tinggal dirumah kakakku, setelah kakakku kembalipun
kita masih tetap melakukannya, sampai dia menyelesaikan tugasnya dan kembali ke kotanya.
Posted by Alex at 03:06
Labels: Sedarah

Sesaat lamanya aku hanya berdiri di depan pintu gerbang sebuah rumah mewah tetapi
berarsitektur gaya Jawa kuno. Hampir separuh bagian rumah di depanku itu adalah terbuat dari
kayu jati tua yang super awet. Di depan terdapat sebuah pendopo kecil dengan lampu gantung
kristalnya yang antik. Lantai keramik dan halaman yang luas dengan pohon-pohon perindangnya
yang tumbuh subur memayungi seantero lingkungannya. Aku masih ingat, di samping rumah
berlantai dua itu terdapat kolam ikan Nila yang dicampur dengan ikan Tombro, Greskap, dan
Mujair. Sementara ikan Geramah dipisah, begitu juga ikan Lelenya. Dibelakang sana masih
dapat kucium adanya peternakan ayam kampung dan itik. Tante Yustina memang seorang arsitek
kondang dan kenamaan.

Enam tahun aku tinggal di sini selama sekolah SMU sampai D3-ku, sebelum akhirnya aku lulus
wisuda pada sebuah sekolah pelayaran yang mengantarku keliling dunia. Kini hampir tujuh
tahun aku tidak menginjakkan kakiku di sini. Sama sekali tidak banyak perubahan pada rumah
Tante Yus. Aku bayangkan pula si Vivi yang dulu masih umur lima tahun saat kutinggalkan, pasti
kini sudah besar, kelas enam SD.

Kulirik jarum jam tanganku, menunjukkan pukul 23:35 tepat. Masih sesaat tadi kudengar deru
lembut taksi yang mengantarku ke desa Kebun Agung, sleman yang masih asri suasana
pedesaannya ini. Suara jangkrik mengiringi langkah kakiku menuju ke pintu samping. Sejenak
aku mencari-cari dimana dulu Tante Yus meletakkan anak kuncinya. Tanganku segera meraba-
raba ventilasi udara di atas pintu samping tersebut. Dapat. Aku segera membuka pintu dan
menyelinap masuk ke dalam.

Sejenak aku melepas sepatu ket dan kaos kakinya. Hmm, baunya harum juga. Hanya remang-
remang ruangan samping yang ada. Sepi. Aku terus saja melangkah ke lantai dua, yang
merupakan letak kamar-kamar tidur keluarga. Aku dalam hati terus-menerus mengagumi figur
Tante Yus. Walau hidup menjada, sebagai single parents, toh dia mampu mengurusi rumah besar
karyanya sendiri ini. Lama sekali kupandangi foto Tante Yus dan Vivi yang di belakangnya aku
berdiri dengan lugunya. Aku hanya tersenyum.

Kuperhatikan celah di bawah pintu kamar Vivi sudah gelap. Aku terus melangkah ke kamar
sebelahnya. Kamar tidur Tante Yus yang jelas sekali lampunya masih menyala terang. Rupanya
pintunya tidak terkunci. Kubuka perlahan dan hati-hati. Aku hanya melongo heran. Kamar ini
kosong melompong. Aku hanya mendesah panjang. Mungkin Tante Yus ada di ruang kerjanya
yang ada di sebelah kamarnya ini. Sebentar aku menaruh tas ransel parasit dan melepas jaket
kulitku. Berikutnya kaos oblong Jogja serta celana jeans biruku. Kuperhatikan tubuhku yang
hitam ini kian berkulit gelap dan hitam saja. Tetapi untungnya, di tempat kerjaku pada sebuah
kapal pesiar itu terdapat sarana olah raga yang komplit, sehingga aku kian tumbuh kekar dan
sehat.

Tidak perduli dengan kulitku yang legam hitam dengan rambut-rambut bulu yang tumbuh lebat
di sekujur kedua lengan tangan dan kakiku serta dadaku yang membidang sampai ke bawahnya,
mengelilingi pusar dan terus ke bawah tentunya. Air. Ya aku hanya ingin merasakan siraman air
shower dari kamar mandi Tante Yus yang bisa hangat dan dingin itu.
Aku hendak melepas cawat hitamku saat kudengar sapaan yang sangat kukenal itu dari
belakangku, "Andrew..? Kaukah itu..?"

Aku segera memutar tubuhku. Aku sedikit terkejut melihat penampilan Tante Yus yang agak
berbeda. Dia berdiri termangu hanya mengenakan kemeja lengan panjang dan longgar warna
putih tipis tersebut dengan dua kancing baju bagian atasnya yang terlepas. Sehingga aku dapat
melihat belahan buah dadanya yang kuakui memang memiliki ukuran sangat besar sekali dan
sangat kencang, serta kenyal. Aku yakin, Tante Yus tidak memakai BH, jelas dari bayangan dua
bulatan hitam yang samar-samar terlihat di ujung kedua buah dadanya itu. Rambutnya masih
lebat dipotong sebatang bahunya. Kulit kuning langsat dan bersih sekali dengan warna cat
kukunya yang merah muda.

"Ngg.., selamat malam Tante Yus... maaf, keponakanmu ini datang dan untuk berlibur di sini
tanpa ngebel dulu. Maaf pula, kalau tujuh tahun lamanya ini tidak pernah datang kemari. Hanya
lewat surat, telpon, kartu pos, e-mail.., sekali lagi, saya minta maaf Tante. Saya sangat
merindukan Tante..!" ucapku sambil kubiarkan Tante Yus mendekatiku dengan wajah haru dan
senangnya.
"Ouh Andrew... ouh..!" bisik Tante Yus sambil menubrukku dan memelukku erat-erat sambil
membenamkan wajahnya pada dadaku yang membidang kasar oleh rambut.
Aku sejenak hanya membalas pelukannya dengan kencang pula, sehingga dapat kurasakan
desakan puting-puting dua buah dadanya Tante Yus.

"Kau pikir hanya kamu ya, yang kangen berat sama Tante, hmm..? Tantemu ini melebihi
kangennya kamu padaku. Ngerti nggak..? Gila kamu Andrew..!" imbuhnya sambil memandangi
wajahku sangat dekat sekali dengan kedua tangannya yang tetap melingkarkan pada leherku,
sambil kemudian memperhatikan kondisi tubuhku yang hanya bercawat ini.
Tante Yustina tersenyum mesra sekali. Aku hanya menghapus air matanya. Ah Tante Yus...
"Ya, untuk itulah aku minta maaf pada Tante..."
"Tentu saja, kumaafkan.." sahutnya sambil menghela nafasnya tanpa berkedip tetap
memandangiku, "Kamu tambah gagah dan ganteng Andrew. Pasti di kapal, banyak crew wanita
yang bule itu jatuh cinta padamu. Siapa pacarmu, hmm..?"
"Belum punya Tan. Aku masih nabung untuk membina rumah tangga dengan seorang, entah
siapa nanti. Untuk itu, aku mau minta Tante bikinkan aku desain rumah..."
"Bayarannya..?" tanya Tante Yus cepat sambil menyambar mulutku dengan bibir tipis Tante Yus
yang merah.

Aku terkejut, tetapi dalam hati senang juga. Bahkan tidak kutolak Tante Yus untuk memelukku
terus menerus seperti ini. Tapi sialnya, batang kemaluanku mulai merinding geli untuk bangkit
berdiri. Padahal di tempat itu, perut Tante Yus menekanku. Tentu dia dapat merasakan perubahan
kejadiannya.
"Aku... ngg..."
"Ahh, kamu Andrew. Tante sangat kangen padamu, hmm... ouh Andrew... hmm..!" sahut Tante
Yus sambil menerkam mulutku dengan bibirnya.
Aku sejenak terkejut dengan serbuan ganas mulut Tante Yus yang kian binal melumat-lumat
mulutku, mendasak-desaknya ke dalam dengan buas. Sementara jemari kedua tangannya
menggerayangi seluruh bagian kulit tubuhku, terutama pada bagian punggung, dada, dan
selangkanganku. Tidak karuan lagi, aku jadi terangsang. Kini aku berani membalas ciuman buas
Tante Yus. Nampaknya Tante Yus tidak mau mengalah, dia bahkan tambah liar lagi. Kini mulut
Tante Yus merayap turun ke bawah, menyusuri leherku dan dadaku. Beberapa cupangan yang
meninggalkan warna merah menghiasi pada leher dan dadaku. Kini dengan liar Tante Yus
menarik cawatku ke bawah setelah jongkok persis di depan selangkanganku yang sedikit terbuka
itu. Tentu saja, batang kemaluanku yang sebenarnya telah meregang berdiri tegak itu langsung
memukul wajahnya yang cantik jelita.

"Ouh, gila benar. Tititmu sangat besar dan kekar, An. Ouh... hmmm..!" seru bergairah Tante Yus
sambil memasukkan batang kejantananku ke dalam mulutnya, dan mulailah dia mengulum-
ngulum, yang seringkali dibarengi dengan mennyedot kuat dan ganas.
Sementara tangan kanannya mengocok-ngocok batang kejantananku, sedang jemari tangan
kirinya meremas-remas buah kemaluanku. Aku hanya mengerang-ngerang merasakan sensasi
yang nikmat tiada taranya. Bagaimana tidak, batang kemaluanku secara diam-diam di tempat
kerjaku sana, kulatih sedemikian rupa, sehingga menjadi tumbuh besar dan panjang. Terakhir
kuukur, batang kejantanan ini memiliki panjang 25 sentimeter dengan garis lingkarnya yang
hampir 20 senti. Rambut kemaluan sengaja kurapikan.

Tante Yus terus menerus masih aktif mengocok-ngocok batang kemaluanku. Remasan pada buah
kemaluanku membuatku merintih-rintih kesakitan, tetapi nikmat sekali. Bahkan dengan gilanya
Tante Yus kadangkala memukul-mukulkan batang kemaluanku ini ke seluruh permukaan
wajahnya. Aku sendiri langsung tidak mampu menahan lebih lama puncak gairahku. Dengan
memegangi kepala Tante Yus, aku menikam-nikamkan batang kejantananku pada mulut Tante
Yus. Tidak karuan lagi, Tante Yus jadi tersendak-sendak ingin muntah atau batuk. Air matanya
malah telah menetes, karena batang kejantananku mampu mengocok sampai ke tenggorokannya.

Pada satu kesempatan, aku berhasil mencopot kemejanya. Aku sangat terkejut saat melihat
ukuran buah dadanya. Luar biasa besarnya. Keringat benar-benar telah membasahi kedua tubuh
kami yang sudah tidak berpakaian lagi ini. Dengan ganas, kedua tangan Tante Yus kini
mengocok-ngocok batang kemaluanku dengan genggamannya yang sangat erat sekali. Tetapi
karena sudah ada lumuran air ludah Tante Yus, kini jadi licin dan mempercepat proses
ejakulasiku.
"Crooot... cret.. croot... creeet..!" menyemprot air maniku pada mulut Tante Yus.
Saat spremaku muncrat, Tante Yus dengan lahap memasukkan batang kemaluanku kembali ke
dalam mulutnya sambil mengurut-ngurutnya, sehingga sisa-sisa air maniku keluar semua dan
ditelan habis oleh Tante Yus.

"Ouhh... ouh.. auh Tante... ouh..!" gumamku merasakan gairahku yang indah ini dikerjai oleh
Tante Yus.
"Hmmm... Andrew... ouh, banyak sekali air maninya. Hmmm.., lezaat sekali. Lezat. Ouh...
hmmm..!" bisik Tante Yus menjilati seluruh bagian batang kemaluanku dan sisa-sisa air maninya.
Sejenak aku hanya mengolah nafasku, sementara Tante Yus masih mengocok-ngocok dan
menjilatinya.
"Ayo, Andrew... kemarilah Sayang.., kemarilah Baby..!" pintanya sambil berbaring telentang dan
membuka kedua belah pahanya lebar-lebar.

Aku tanpa membuang waktu lagi, terus menyerudukkan mulutku pada celah vagina Tante Yus
yang merekah ingin kuterkam itu. Benar-benat lezat. Vagina Tante Yus mulai kulumat-lumat
tanpa karuan lagi, sedangkan lidahku menjilat-jilat deras seluruh bagiang liang vaginanya yang
dalam. Berulang kali aku temukan kelentitnya lewat lidahku yang kasar. Rambut kemaluan Tante
Yus memang lebat dan rindang. Cupangan merah pun kucap pada seluruh bagian daging vagina
Tante Yus yang menggairahkan ini. Tante Yus hanya menggerinjal-gerinjal kegelian dan sangat
senang sekali nampaknya. Kulirik tadi, Tante Yus terus-menerus melakukan remasan pada buah
dadanya sendiri sambil sesekali memelintir puting-putingnya. Berulang kali mulutnya mendesah-
desah dan menjerit kecil saat mulutku menciumi mulut vaginanya dan menerik-narik daging
kelentitnya.

"Ouh Andrew... lakukan sesukamu.. ouh.., lakukan, please..!" pintanya mengerang-erang deras.
Selang sepuluh menit kemuadian, aku kini merayap lembut menuju perutnya, dan terus merapat
di seluruh bagian buah dadanya. Dengan ganas aku menyedot-nyedot puting payudaranya. Tetapi
air susunya sama sekali tidak keluar, hanya puting-puting itu yang kini mengeras dan memanjang
membengkak total. Di buah dadanya ini pula aku melukiskan cupanganku banyak sekali.
Berulang kali jemariku memilin-milin gemas puting-puting susu Tante Yus secara bergantian,
kiri kanan. Aku kini tidak tahan lagi untuk menyetubuhi Tanteku. Dengan bergegas, aku
membimbing masuk batang kemaluanku pada liang vaginanya.
"Ooouhkk.. yeaaah... ayoo.. ayooo... genjot Andrew..!" teriak Tante Yus saat merasakan batang
kejantananku mulai menikam-nikam liar mulut vaginanya.
Sambil menopang tubuhku yang berpegangan pada buah dadanya, aku semakin meningkatkan
irama keluar masuk batang kemaluanku pada vagina Tante Yus. Wanita itu hanya berpegangan
pada kedua tanganku yang sambil meremas-remas kedua buah dadanya.
"Blesep... sleeep... blesep..!" suara senggama yang sangat indah mengiringi dengan alunan
lembut.
Selang dua puluh menit puncak klimaks itu kucapai dengan sempurna, "Creeet... croot...
creeet..!"
"Ouuuhhhkk.. aooouhkk... aaahhk..," seru Tante Yus menggelepar-gelepar lunglai.
"Tante... ouhhh..!" gumamku merasakan keletihanku yang sangat terasa di seluruh bagian
tubuhku.
Dengan batang kemaluan yang masih tetap menancap erat pada vagiana Tante Yus, kami jatuh
tertidur. Tante Yus berada di atasku.

Karena kelelahanku yang sangat menguasai seluruh jaringan tubuhku, aku benar-benar mampu
tertidur dengan pulas dan tenang. Entah sudah berapa lama aku tertidur pulas, yang jelas saat
kubangun udara dingin segera menyergapku. Sial. Aku sadar, ini di desa dekat Merapi, tentu saja
dingin. Tidak berapa lama jam dinding berdentang lima sampai enam kali. Jam enam pagi..!
Dengan agak malas aku beranjak berdiri, tetapi tidak kulihat Tante Yus ada di kamar ini. Sepi dan
kosong. Dimana dia..? Aku terus mencoba ingin tahu. Dalam keadaan bugil ini, aku melangkah
mendekati meja lampu. Secarik kertas kutemukan dengan tulisan dari tangan Tante Yustina.

Andrew sayang, Tante kudu buru-buru ke Jakarta pagi ini. Udah dijemput. Ada pameran di sana.
Tolong jaga rumah dan Vivi. Ttd, Yustina.

Aku menghela nafas dalam-dalam. Gila, setelah menikmati diriku, dia minggat. Tetapi tidak apa-
apa, aku dapat beristirahat total di sini, ditemani Vivi. Eh, tapi dimana dia..? Aku segera
mengambil selembar handuk putih kecil yang segera kulilitkan pada tubuh bawahku. Tanpa
membuang waktu lagi aku segera menyusuri rumah, dari ruang ke ruang dari kamar ke kamar.
Tetapi sosok bocah SD itu tidak kelihatan sama sekali. Aku hampir putus asa, tetapi mendadak
aku mendengar suara gemericik air pancuran dari kamar mandi ruang tamu di depan sana. Vivi.
Ya itu pasti dia. Aku segera memburu.

Kubuka pintu kamar tamu yang luas dan asri ini. Benar. Kulihat pintu kamar mandinya tidak
ditutup, ada bayangan orang di situ yang sedang mandi sambil bernyanyi melagukan Westlife.
Edan, anak SD nyanyinya begitu. Aku hanya tersenyum saja. Perlahan aku mendekati gawang
pintu. Aku seketika hanya menelan ludahku sendiri. Vivi berdiri membelakangiku masih asyik
bergoyang-goyang sambil menggosok seluruh tubuhnya yang telanjang bulat itu dengan sabun.
Rambut panjangnya tumbuh lurus dan hitam sebatas pinggang. Berkulit kuning langsat dan
nampaknya halus sekali. Kusadari dia telah tumbuh lebih dewasa.

Air shower masih menyiraminya dengan hangat. Pantatnya sungguh indah bergerak-gerak penuh
gairah. Hanya aku belum lihat buah dadanya. Tanpa kuduga, Vivi membalikkan badannya. Aku
yang melamun, seketika terkejut bukan main, takut dan khawatir membuatnya kaget lalu marah
besar. Ternyata tidak.
"Mas..? Mas Andrew..?" bertanya Vivi tidak percaya dengan wajah senang bercampur kaget.
Aku hanya menghela nafas lega. Dapat kuperhatikan kini, buah dadanya Vivi telah tumbuh
cukup besar. Puting-putingnya hitam memerah kelam dan tampak menonjol indah. Kira-kira
buah dadanya ya, sekitar seperti tutup gelas itu. Seperti belum tumbuh, tetapi kok terlihat sudah
memiliki daging menonjolnya. Sedangkan rambut kemaluannya sama sekali belum tumbuh.
Masih bersih licin.

"Hai vivi, apa kabarnya..?" tanyaku mendekat.


Vivi hanya tersenyum, "Masih ingat ketika kita renang bersama di rumahku dulu..? Kita berdua
kan..? Hmm..?" sambungku meraih bahunya.
Air terus menyirami tubuhnya, dan kini juga tubuhku. Vivi mengangguk ingat.
"Ya. Ngg.., bagaimana kalau kita mandi bareng lagi Mas. Vivi kangen... mas andrew.. ouh..!"
ujarnya memeluk pinggangku.
Aku mengangkut tubuhnya yang setinggi dadaku ini dengan erat.
"Tentu saja, yuk..!"

Aku menurunkan Vivi.


"Kapan Mas datangnya..?"
"Tadi malam. Vivi lagi tidur ya..?"
"Hm.. Mh..!"
Aku melepas handukku yang kini basah. Saat kulepas handukku, Vivi tampak kaget melihat
rambut kemaluanku yang tumbuh rapih. Segera saja tangannya menjamah buah kemaluan dan
bantang kejantananku.
"Ouh.., Mas sudah punya rambut lebat ya. Vivi belum Mas..," ujarnya sambil memperhatikan
vaginanya yang kecil.
Tentu saja aku jadi geli, batang kemaluanku diraba-raba dan ditimang-timang jemari tangan
mungil Vivi yang nakal ini.

"Itu karena Vivi masih kecil. Nanti pasti juga memiliki rambut kemaluan. Hmm..?" ucapku
sambil membelai wajahnya yang manis sekali.
Vivi hanya tersipu. Sialnya, aku kini jadi kian geli saat Vivi menarik-narik batang kejantananku
dengan candanya.
"Ihhh.., kenyal sekali... ouh.., seperti belalai ya Mas..!"
Aku jadi terangsang. Gila.
"Belalai ini bisa akan jadi tumbuh besar dan panjang lho. Vivi mau lihat..?"
"Iya Mas.., gimana tuh..?"
"Vivi mesti mengulum, menghisap-hisap dan menyedotnya dengan kuat sekali batang zakar ini.
Gimana..? Enak kok..!" kataku merayu dengan hati yang berdebar-debar kencang.
Vivi sejenak berpikir, lalu tanpa menoleh ke arahku lagi, dia memasukkan ujung batang
kejantananku ke dalam mulutnya. Wow..! Gadis kecil ini langsung melakukan perintahku, lebih-
lebih aku mengarahkan juga untuk mengocok-ngocok batang kemaluanku ini, Vivi menurut saja,
dia malah kegirangan senang sekali. Dianggapnya batang ku adalah barang mainan baginya.

"Iya Mas. Tambah besar sekali dan panjang..!" serunya kembali melumat-lumatkan batang
kejantananku dan mengocok keras batangnya.
Sekarang Vivi kuajari lagi untuk meremas buah kemaluanku. Aku membayangkan semua itu
bahwa Tante Yus yang melakukan. Indah sekali sensasinya. Tetapi nyatanya aku tengah dipompa
nafsu seksku dari bocah cilik ini. Edan, sepupuku lagi. Tetapi apa boleh buat. Aku lagi kebelet
sekali kini. Yang ada hanyalah Vivi yang lugu dan bodoh tetapi mengasyikan sekali. Batang
kejantananku kini benar-benar telah tumbuh sempurna keras dan panjangnya. Vivi kian senang.
Aku kian tidak tahan.

"Teruskan Vi, teruskan... ya.., ya... lebih keras dan kenceng... lakukanlah Sayang..!" perintahku
sambil mengerang-erang.
Setelah hampir lima belas menit kemudian, air maniku muncrat tepat di dalam mulut Vivi yang
tengah menghisap batang kemaluanku.
"Creeet... crooot.. creet.. cret..!"
"Hup.. mhhhp..!" teriak kaget Vivi mau melepaskan batang kemaluanku.
Tetapi secepat itu pula dia kutahan untuk tetap memasukkan batang kemaluanku di dalam
mulutnya.
"Telan semua spermanya Vi. Itu namanya sperma. Enak sekali kok, bergizi tinggi. Telan
semuanya, ya.. yaaa... begitu... terus bersihkan sisa-sisanya dari batangnya Mas..!" perintahku
yang dituruti dengan sedikit enggan.
Tetapi lama kelamaan Vivi tampak keasyikan mencari-cari sisa air maniku.
"Enak sekali Mas. Tapi kental dan baunya, hmm.., seperti air tajin saat Mama nanak nasi..! Enak
pokoknya..! Lagi dong Mas, keluarkan spermanya..!"
Gila. Gila betul. Aku masih mencoba mengatur jalannya nafasku, Vivi minta spermaku lagi..?
Edan anak ini.

"Baik, tapi kini Vivi ikuti perintahku ya..! Nanti tambah asyik, tapi sakit. Gimana..?"
"Kalau enak dan asyik, mauh. Nggak papa sakit dikit. Tapi spermanya ada lagi khan..?"
Aku mengangguk. Vivi mulai kubaringkan sambil kubuka kedua belahan pahanya yang mulus itu
untuk melingkari di pinggangku. Vivi memperhatikan saja. Air dari shower masih mengucuri
kami dengan dingin setelah tadi sempat kuganti ke arah cool.
"Auuuh, aduh.. Mas..!" teriak vivi kaget saat aku memasukkan batang kejantananku ke dalam
liang vaginanya yang jelas-jelas sangat sempit itu.
Tetapi aku tidak perduli lagi. Kukocok vagina Vivi dengan deras dan kencang sambil kuremas-
remas buah dadanya yang kecil, serta menarik-narik puting-puting buah dadanya dengan gemas
sekali. Vivi semakin menjerit-jerit kesakitan dan tubuhnya semakin menggerinjal-gerinjal hebat.
"Sakiiit.. auuuh Mas.., Mas hentikan saja... sakiiit, perih sekali Mas, periiihhh... ouuuh akkkh...
aouuuhkkk..!" menjerit-jerit mulut manisnya itu yang segera saja kuredam dengan melumat-
lumat mulutnya.

"Blesep.. blesep... slebb..!" suara persetubuhkan kami kian indah dengan siraman shower di atas
kami.
Aku semakin edan dan garang. Gerakan tubuhku semakin kencang dan cepat. Dapat kurasakan
gesekan batang kemaluanku yang berukuran raksasa ini mengocok liang vaginan Vivi yang super
rapat sempitnya. Dari posisi ini, aku ganti dengan posisi Vivi yang menungging, aku menyodok
vaginanya dari belakang. Lalu ke posisi dia kupangku, sedangkan aku yang bergerak
mengguncangkan tubuhnya naik, lalu kuterima dengan menikam ke atas menyambut vaginanya
yang melelehkan darah.
"Tidak Masss... ouh sakit.. uhhk... huuuk... ouhhh... sakiiit..!" tangisnya sejadi-jadinya.
Tetapi aku tidak perduli, sepuluh posisi kucobakan pada tubuh bugil mungil Vivi. Bahkan Vivi
nyaris pingsan. Tetapi disaat gadis itu hendak pingsan, puncak ejakulasiku datang.
"Creeet... crooot.. sreeet... crreeet..!" muncratnya air mani yang memenuhi liang vaginanya Vivi
bercampur dengan darahnya.
Vivi jatuh pingsan. Aku hanya mengatur nafasku saja yang tidak karuan. Lemas. Vivi pingsan
saat aku memasangkan kembali batang kemaluanku ke posisi dia, kugendong di depan dengan
dadanya merapat pada dadaku. Pelan-pelan kujatuh menggelosor ke bawah dengan batang
kemaluanku yang masih menancap erat

Aku tinggal dengan tanteku. Kelihatannya hubungan mereka sudah tidak harmonis lagi. Makan
masing2, om makan didepan tv dan tante makan di kamar. Om sering ketiduran di depan tv, dan
baru masuk kamar kalo lampu kamar sudah gelap, artinya tante sudah tidur. Mereka sibuk
dengan pekerjaannya masing2. Berangkat pagi2 dan pulang sering larut malam. Baik om maupun
tante sering keluar kota untuk melakukan bisnisnya. Aku karena cuma numpang, ya tidak ikut
campur dalam ketidak harmonisan itu. Hanya akhir2 ini, aku merasa om lebih memperhatikan
aku, sering om ngajak aku ngobrol kalo dia ada dirumah dan kebetulan aku juga sedang santai.
Tapi sejauh ini ya cuma ngobrol saja. Om lumayan ganteng, belum tua2 amat sih, mungkin
pertengahan 40an.

Satu malem, aku baru pulang dugem dengan teman2ku. Kepalaku agak berat karena tadi aku
agak banyak minum minuman berakohol, tapi tidak sampai mabuk. Dirumah kelihatannya sudah
sepi, tante sedang keluar kota. Aku gak tau om sudah pulang atau belum karena rumah gelap
dengan penerangan seadanya. Aku sedang membungkuk didepan lemari es mengambil air
dingin, tiba2 ada yang memelukku dari belakang, aku kaget. Baiknya botol air dingin tidak
terlepas dan pecah. Ternyata om yang memelukku, "Kamu dari mana Nes". "Dugem sama
teman2 om", jawabku. "Kamu minum alkohol ya, kecium dari bau mulutmu. Kamu nge drug ya
juga ya Nes", kata om lagi sambil tetap memelukku dan mengajak aku duduk, "Duduk yuk". Dia
menyalakan lampu disebelah sofa, sehingga ruang menjadi lebih terang. "Enggak sampe pake
obat kok om, cuma kebanyakan minum", jawabku. Saat itu aku pake "seragam" dugemku, tank
top ketat dan celana super pendek. Belahan tanktop ku rendah sehingga toketku selalu mau
loncat keluar kalo aku membungkuk. aku duduk disebelah om sambil menuangkan air dingin ke
gelas sambil menawarinya, "Om mau minum?" Dia diam saja, matanya menelusuri toket dan
pahaku. Aku juga bisa mencium bau alkohol dinapasnya, ternyata om baru minum bir, karena
dimeja dekat sofa tergeletak beberapa kaleng bir kosong. "Om minum juga, ngilangin stres ya
om", kataku. Dia diam saja, tangannya memelukku. "Dugemnya dilanjutin sama om yuk",
katanya sambil mencium pipiku. Aku memberontak, tapi dia mempererat peukannya, aku
tenggelam dipelukannya. Dia mulai menciumi leherku, daerah yang paling sensitif di tubuhku.
Aku mulai menggeliat akibat ciumannya. Tiba2 dia melepaskan pelukannya, mukaku dihadapkan
ke wajahnya dan dia langsung mencium bibirku. Kembali tangan satunya segera memelukku dan
tangan lainyya menyambar toketku dan diremas2nya pelan. Aku menggeliat2, napsuku langsung
naik, apalagi aku masih berada dalam pengaruh ringan alkohol, "Om...". Lupa bahwa yang
memelukku adalam suami tanteku.
Tubuhnya bergeser merapat, bibirku terus dilumatnya. Aku mengulum bibirnya yang tebal dan
ketebalan bibirnya memenuhi mulutku. Sedang kunikmati lidahnya yang menjelajah dimulutku,
kurasakan tangan besarnya menyelusup kedalam tank topku dan meremas toketku yang masih
terbungkus bra. Toketku ternyata tercakup seluruhnya dalam tangannya. Dan aku rasanya sudah
tidak kuat menahan gejolak napsuku, padahal baru awal pemanasan. Bibirnya mulai meneruskan
jelajahannya, sambil melepaskan tank topku, leherku dikecup, dijilat kadang digigit t. Sambil
tangannya terus meremas-remas toketku. Kemudian tangannya menjalar ke punggungku dan
melepas kaitan bra ku sehingga toketku bebas dari penutup. Bibirnya menelusuri pentil kiriku,
disentuh dengan lidahnya dan dihisap. Terus pindah ke pentil kanan. Kadang-kadang seolah
seluruh toketku akan dihisap. Dan tangan satunya mulai turun dan memainkan puserku, terasa
geli tapi nikmat, napsuku makin berkobar karena elusan tangannya. Kemudian tangannya turun
lagi dan menjamah selangkanganku. Nonokku yang pasti sudah basah sekali. Lama hal itu
dilakukannya sampai akhirnya dia kemudian membuka ristsluiting celana pendekku dan menarik
celanaku ke bawah, Tinggalah CD miniku ku yang tipis yang memperlihatkan jembutku yang
lebat, saking lebatnya jembutku muncul di kiri kanan dan dibagian atas dari cd mini itu.
Jembutku lebih terlihat jelas karena CD ku sudah basah oleh cairan nonokku yang sudah banjir.
Dibelainya celah nonokku dengan perlahan. Sesekali jarinya menyentuh itilku karena ketika
dielus pahaku otomatis mengangkang agar dia bisa mengakses daerah nonokku dengan leluasa.
Bergetar semua rasanya tubuhku, kemudian CD ku yang sudah basah itu dilepaskannya. Aku
mengangkat pantatku agar dia bisa melepas cdku. Telanjanglah aku dihadapan nya. Jarinya mulai
sengaja memainkan itilku. Dan akhirnya jari besar itu masuk ke dalam nonokku. Oh, nikmatnya,
bibirnya terus bergantian menjilati pentil kiri dan kanan dan sesekali dihisap dan terus menjalar
ke perutku. Dan akhirnya sampailah ke nonokku. Kali ini diciumnya jembutku yang lebat dan
aku rasakan bibir nonokku dibuka dengan dua jari. Dan akhirnya kembali nonokku dibuat
mainan bibirnya, kadang bibirnya dihisap, kadang itilku, namun yang membuat aku tak tahan
adalah saat lidahnya masuk di antara kedua bibir nonokku sambil menghisap itilku. Dia benar
benar mahir memainkan nonokku. Hanya dalam beberapa menit aku benar-benar tak tahan. Dan
aku mengejang, dengan sekuatnya aku berteriak sambil mengangkat pantatku supaya merapatkan
itilku dengan mulutnya, kuremas-remas rambutnya yang mulai menampakkan ubannya. Hebat
om, hanya dengan bibir dan lidahnya saja aku sudah nyampe. Dia terus mencumbu nonokku,
rasanya belum puas dia memainkan nonokku hingga napsuku bangkit kembali dengan cepat.
"Om, Ines sudah pengen dientot." kataku memohon sambil kubuka pahaku lebih lebar. Dia pun
bangkit, mengangkat badanku yang sudah lemes dan dibawanya ke kamarnya.

Di kamar, aku dibaringkan di tempat tidur ukuran besar dan dia mulai membuka bajunya,
kemudian celananya. Aku terkejut melihat kontolnya yang besar dan panjang nongol dari bagian
atas CDnya sampai hampir menyentuh pusernya, gak kebayang ada sebesar dan sepanjang
kontolnya. Kemudian dia juga melepas CD nya. Sementara itu aku dengan berdebar terbaring
menunggu, kontolnya yang besar dan panjang dan sudah maksimal ngacengnya, tegak hampir
menempel ke perut. Dan saat dia pelan-pelan menindihku, aku membuka pahaku makin lebar,
rasanya tidak sabar nonokku menunggu masuknya kontol extra gede itu. Aku pejamkan mata.
Dia mulai mendekapku sambil terus mencium bibirku, kurasakan bibir nonokku mulai tersentuh
ujung kontolnya. Sebentar diusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir nonokku
terdesak menyamping. Terdesak kontol besar itu. Ohh, benar benar kurasakan penuh dan sesak
liang nonokku dimasuki kontolnya. Aku menahan nafas. Dan nikmat luar biasa. Mili per mili.
Pelan sekali terus masuk kontolnya. Aku mendesah tertahan karena rasa yang luar biasa
nikmatnya. Terus.. Terus.. Akhirnya ujung kontol itu menyentuh bagian dalam nonokku, maka
secara refleks kurapatkan pahaku. Sangat mengganjal sekali rasanya, besar, keras dan panjang.
Dia terus menciumi bibir dan leherku. Dan tangannya tak henti-henti meremas-remas toketku.
Tapi konsentrasi kenikmatanku tetap pada kontol besar yang mulai dientotkan halus dan pelan.
Aku benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat. Nafasku cepat sekali memburu, terengah-
engah. Aku benar benar merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan kontol besar itu. Maka
hanya dalam waktu yang singkat aku makin tak tahan. Dan dia tahu bahwa aku semakin hanyut.
Maka makin gencar dia melumat bibirku, leherku dan remasan tangannya di toketku makin kuat.
Dengan tusukan kontolnya yang agak kuat dan dipepetnya itilku dengan menggoyang
goyangnya, aku menggelepar, tubuhku mengejang, tanganku mencengkeram kuat-kuat
sekenanya. nonokku menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar nikmat.
Ohh, aku benar benar menerima kenikmatan yang luar biasa. Aku tak ingat apa-apa lagi kecuali
kenikmatan dan kenikmatan. "Om, Ines nyampe om". Aku sendiri terkejut atas teriakkan kuatku.
Setelah selesai, pelan pelan tubuhku lunglai, lemas. Telah dua kali aku nyampe dalam waktu
relatif singkat, namun terasa nyaman sekali, Dia membelai rambutku yang basah keringat.
Kubuka mataku, dia tersenyum dan menciumku lembut sekali, tak henti hentinya toketku
diremas-remas pelan.

Tiba tiba, serangan cepat bibirnya melumat bibirku kuat dan diteruskan ke leher serta tangannya
meremas-remas toketku lebih kuat. Napsuku naik lagi dengan cepat, saat kembali dia memainkan
kontolnya semakin cepat. Uhh, sekali lagi aku nyampe, yang hanya selang beberapa menit, dan
kembali aku berteriak lebih keras lagi. Dia terus memainkan kontolnya dan kali ini dia ikut
menggelepar, wajahnya menengadah. Satu tangannya mencengkeram lenganku dan satunya
menekan toketku. Aku makin meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan diikuti semburan
peju yang kuat di dalam nonokku, menyembur berulang kali. Oh, terasa banyak sekali peju
kental dan hangat menyembur dan memenuhi nonokku, hangat sekali dan terasa sekali peju yang
keluar seolah menyembur seperti air yang memancar kuat. Setelah selesai, dia memiringkan
tubuhnya dan tangannya tetap meremas lembut toketku sambil mencium wajahku. Aku senang
dengan perlakuannya terhadapku. "Nes, kamu luar biasa, nonokmu peret dan nikmat sekali",
pujinya sambil membelai toketku."Om juga hebat. Bisa membuat Ines nyampe beberapa kali,
dan baru kali ini Ines merasakan kontol raksasa". "Jadi kamu suka dengan kontolku?" godanya
sambil menggerakkan kontolnya dan membelai belai wajahku. "Ya om, kontol om nikmat, besar,
panjang dan keras banget" jawabku jujur. Dia memang sangat pandai memperlakukan wanita.
Dia tidak langsung mencabut kontolnya, tapi malah mengajak mengobrol sembari kontolnya
makin mengecil. Dan tak henti-hentinya dia menciumku, membelai rambutku dan paling suka
membelai toketku. Aku merasakan pejunya yang bercampur dengan cairan nonokku mengalir
keluar. Setelah cukup mengobrol dan saling membelai, pelan-pelan kontol yang telah
menghantarkan aku ke awang awang itu dicabut sambil dia menciumku lembut sekali. Benar
benar aku terbuai dengan perlakuannya. Dia kemudian memutar lagu classic sehingga tertidurlah
aku dalam pelukannya, merasa nyaman dan benar-benar aku terpuaskan.

Menjelang siang, aku bangun masih dalam pelukannya. Katanya aku tidur nyenyak sekali,
sambil membelai rambutku. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu
mengajakku mandi. Dibimbingnya aku ke kamar mandi, saat berjalan rasanya masih ada yang
mengganjal nonokku dan ternyata masih ada peju yang mengalir di pahaku, mungkin saking
banyaknya dia mengecretkan pejunya di dalam nonokku. Dalam bathtub yang berisi air hangat,
aku duduk di atas pahanya. Dia mengusap-usap menyabuni punggungku, dan akupun menyabuni
punggungnya. Dia memelukku sangat erat hingga dadanya menekan toketku. Sesekali aku
menggeliatkan badanku sehingga pentilku bergesekan dengan dadanya yang dipenuhi busa
sabun. Pentilku semakin mengeras. Pangkal pahaku yang terendam air hangat tersenggol2
kontolnya. Hal itu menyebabkan napsuku mulai berkobar kembali. Aku di tariknya sehingga
menempel lebih erat ke tubuhnya. Dia menyabuni punggungku. Sambil mengusap-usapkan busa
sabun, tangannya terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Dia mengusap-usap pantatku
dan diremasnya. Kontolnya pun mulai ngaceng ketika menyentuh nonokku. Terasa bibir luar
nonokku bergesekan dengan kontolnya. Dengan usapan lembut, tapak tangannya terus menyusuri
pantatku. Dia mengusap beberapa kali hingga ujung jarinya menyentuh lipatan daging antara
lubang pantat dan nonokku. "Om nakal", desahku sambil menggeliat mengangkat pinggulku.
Walau tengkukku basah, aku merasa bulu roma di tengkukku meremang akibat nikmat dan geli
yang mengalir dari nonokku. Aku menggeliatkan pinggulku. Ia mengecup leherku berulang kali
sambil menyentuh bagian bawah bibir nonokku. Tak lama kemudian, tangannya semakin jauh
menyusur hingga akhirnya kurasakan lipatan bibir luar nonokku diusap-usap. Dia berulang kali
mengecup leherku. Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. "Aarrgghh..
Sstt.. Sstt.." rintihku berulang kali. Lalu aku bangkit dari pangkuannya. Aku tak ingin nyampe
hanya karena jari yang terasa kesat di nonokku. Tapi ketika berdiri, kedua lututku terasa goyah.
Dengan cepat dia pun bangkit berdiri dan segera membalikkan tubuhku. Dia tak ingin aku
terjatuh. Dia menyangga punggungku dengan dadanya. Lalu diusapkannya kembali cairan sabun
ke perutku. Dia menggerakkan tangannya keatas, meremas dengan lembut kedua toketku dan
pentil ku dijepit2 dengan jempol dan telunjuknya. Pentil kiri dan kanan diremas bersamaan. Lalu
dia mengusap semakin ke atas dan berhenti di leherku. "Om, lama amat menyabuninya" rintihku
sambil menggeliatkan pinggulku. Aku merasakan kontolnya semakin keras dan besar. Hal itu
dapat kurasakan karena kontolnya makin dalam terselip dipantatku. Tangan kiriku segera
meluncur ke bawah, lalu meremas bijinya dengan gemas. Dia menggerakkan telapak kanannya
ke arah pangkal pahaku. Sesaat dia mengusap usap jembut lebatku, lalu mengusap nonokku
berulang kali. Jari tengahnya terselip di antara kedua bibir luar nonokku. Dia mengusap berulang
kali. Itilku pun menjadi sasaran usapannya. "Aarrgghh..!" rintihku ketika merasakan kontolnya
makin kuat menekan pantatku. Aku merasa lendir membanjiri nonokku. Aku jongkok agar
nonokku terendam ke dalam air. Kubersihkan celah diantara bibir nonokku dengan mengusapkan
2 jariku.

Ketika menengadah kulihat kontolnya telah berada persis didepanku. Kontolnya telah ngaceng
berat. "Om, kuat banget sih, baru ngecret di nonok Ines sekarang sudah ngaceng lagi", kataku
sambil meremas kontolnya, lalu kuarahkan ke mulutku. Kukecup ujung kepala kontolnya.
Tubuhnya bergetar menahan nikmat ketika aku menjilati kepala kontolnya. Dia meraih bahuku
karena tak sanggup lagi menahan napsunya. Setelah berdiri, kaki kiriku diangkat dan letakkan di
pinggir bath tub. Aku dibuatnya menungging sambil memegang dinding di depanku dan dia
menyelipkan kepala kontolnya ke celah di antara bibir nonokku. "Argh!" rintihku. Dia menarik
kontolnya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Bibir luar
nonokku ikut terdorong bersama kontolnya. Perlahan-lahan menarik kembali kontolnya sambil
berkata "Enak Nes". "Enaak banget om", jawabku!" Dia mengenjotkan kontolnya dengan cepat
sambil meremas bongkah pantat ku dan tangan satunya meremas toketku. "Aarrgghh..!" rintihku
ketika kurasakan kontolnya kembali menghunjam nonokku. Aku terpaksa berjinjit karena kontol
itu terasa seolah membelah nonokku karena besarnya. Terasa nonokku sesek kemasukan kontol
besar dan panjang itu. Kedua tangannya dengan erat mememegang pinggulku dan dia
memainkan kontolnya keluar masuk dengan cepat dan keras. Terdengar 'cepak-cepak' setiap kali
pangkal pahanya berbenturan dengan pantatku. "Aarrgghh.., aarrgghh..! Om, Ines nyampe..!"
Aku lemas ketika nyampe lagi untuk kesekian kalinya.Rupanya dia juga tidak dapat menahan
pejunya lebih lama lagi. "Aarrgghh.., Nes", kata nya sambil menghunjamkan kontolnya sedalam-
dalamnya. "Om.., ssh " kataku karena berulangkali merasa tembakan pejunya dinonokku.
"Aarrgghh.., Nes, enaknya!" bisiknya. "Om, ssh! Nikmat sekali ya dientot om", jawabku karena
nikmatnya nyampe. Dia masih mencengkeram pantatku sementara kontolnya masih nancep
dinonokku. Beberapa saat kami diam di tempat dengan kontolnya yang masih menancap di
nonokku. Kemudian dia membimbingku ke shower, menyalakan air hangat dan kami berpelukan
mesra dibawah kucuran air hangat. Akhirnya terasa juga perut lapar yang sudah minta diisi.

Setelah selesai dia keluar duluan, sedang aku masih menikmati shower. Selesai dengan rambut
yang masih basah dan masih bertelanjang bulat, aku keluar dari kamar mandi. Ternyata dia sudah
menyiapkan makanan berupa roti dan isinya serta piza yang mungkin dibelinya kemarin. Teh
celup dan kopi intant serta creamernya menjadi pilihan minumannya. Pizanya masih hangat,
karena baru dipanaskan sebentar dengan microwave oven. Aku dipersilakan minum dan makan
sambil mengobrol, makan dan diiringi lagu lembut. Setelah aku makan, dia lalu memintaku
duduk di pangkuannya. Aku menurut saja. Terasa kecil sekali tubuhku. Sambil mengobrol, aku
dimanja dengan belaiannya. Akhirnya setelah selesai makan, diraihnya daguku, dan diciumnya
bibirku dengan hangatnya, aku mengimbangi ciumannya.

Dan selanjutnya kurasakan tangannya mulai meremas-remas toketku, kemudian tangannya


menelusuri antara dada dan pahaku. Nikmat sekali rasanya, tapi aku sadar bahwa sesuatu yang
aku duduki terasa mulai agak mengeras. Langsung aku bangkit. Aku bersimpuh di depannya dan
ternyata kontolnya sudah mulai ngaceng, walau masih belum begitu mengeras. Kepala kontolnya
sudah mulai sedikit mencuat keluar dari kulupnya lalu ku raih, ku belai dan kulupnya kututupkan
lagi. Aku suka melihatnya dan sebelum penuh ngacengnya langsung aku kulum kontolnya. Aku
memainkan kulup kontol yang tebal dengan lidahku. Kutarik kulup ke ujung, membuat kepala
kontolnya tertutup kulupnya dan segera kukulum, kumainkan kulupnya dengan lidahku dan
kuselipkan lidahku ke dalam kulupnya sambil lidahku berputar masuk di antara kulup dan kepala
kontolnya. Tapi hanya bisa sesaat, sebab dengan cepatnya kontolnya makin membengkak dan dia
mulai menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahku dan membuat mulutku
semakin penuh. "Om hebat ya sudah ngaceng lagi, kita lanjut yuk om", kataku yang juga sudah
terangsang. Rupanya dia makin tak tahan menerima rangsangan lidahku. Maka aku ditarik dan
diajak ke tempat tidur. Kakiku ditahannya sambil tersenyum, dibukanya kakiku dan dia langsung
menelungkup di antara pahaku. "Aku suka melihat nonok kamu Nes" ujarnya sambil membelai
jembut jembutku yang lebat. "Mengapa?" "Sebab jembutmu lebat dan cewek yang jembutnya
lebat napsunya besar, kalau dientot jadi binal seperti kamu, juga tebal bibirnya". Aku merasakan
dia terus membelai jembutku dan bibir nonokku. Kadang-kadang dicubit pelan, ditarik-tarik
seperti mainan. Aku suka nonokku dimainkan berlama-lama, aku terkadang melirik apa yang
dilakukannya. Seterusnya dengan dua jarinya membuka bibir nonokku, aku makin terangsang
dan aku merasakan makin banyak keluar cairan dari nonokku. Dia terus memainkan nonokku
seolah tak puas-puas memperhatikan nonokku, kadang kadang disentuh sedikit itilku, membuat
aku penasaran. Tak sadar pinggulku mulai menggeliat, menahan rasa penasaran. Maka saat aku
mengangkat pinggulku, langsung disambut dengan bibirnya. Terasa dia menghisap lubang
nonokku yang sudah penuh cairan. Lidahnya ikut menari kesana kemari menjelajah seluruh
lekuk nonokku, dan saat dihisapnya itilku dengan ujung lidahnya, cepat sekali menggelitik ujung
itilku, benar benar aku tersentak. Terkejut kenikmatan, membuat aku tak sadar berteriak..
"Aauuhh!!". Benar benar hebat dia merangsangku, dan aku sudah tak tahan lagi. "Ayo dong om,
Ines pingin dientot lagi" ujarku.

Dia langsung menempatkan tubuhnya makin ke atas dan mengarahkan kontol gedenya ke arah
nonokku. Aku masih sempat melirik saat dia memegang kontolnya untuk diarahkan dan
diselipkan di antara bibir nonokku. Kembali aku berdebar karena berharap. Dan saat kepala
kontolnya telah menyentuh di antara bibir nonokku, aku menahan nafas untuk menikmatinya.
Dan dilepasnya dari pegangan saat kepala kontolnya mulai menyelinap di antara bibir nonokku
dan menyelusup lubang nonokku hingga aku berdebar nikmat. Pelan-pelan ditekannya dan dia
mulai mencium bibirku. Makin kedalam.. Oh, nikmat sekali. Kurapatkan pahaku supaya
kontolnya tidak terlalu masuk ke dalam. Dia langsung menjepit kedua pahaku hingga terasa
sekali kontolnya menekan dinding nonokku. Kontolnya semakin masuk. Belum semuanya
masuk, dia menarik kembali seolah akan dicabut hingga tak sadar pinggulku naik mencegahnya
agar tidak lepas. Beberapa kali dilakukannya sampai akhirnya aku penasaran dan berteriak-teriak
sendiri. Setelah dia puas menggodaku, tiba tiba dengan hentakan agak keras, dipercepat gerakan
memainnya hingga aku kewalahan. Dan dengan hentakan keras serta digoyang goyangkan,
tangan satunya meremas toketku, bibirnya dahsyat menciumi leherku. Akhirnya aku mengelepar-
gelepar. Dan sampailah aku kepuncak. Tak tahan aku berteriak, terus dia menyerangku dengan
dahsyatnya, rasanya tak habis-habisnya aku melewati puncak kenikmatan. Lama sekali. Tak kuat
aku meneruskannya. Aku memohon, tak kuat menerima rangsangan lagi, benar benar terkuras
tenagaku dengan orgasme berkepanjangan. Akhirnya dia pelan-pelan mengakhiri serangan
dahsyatnya. Aku terkulai lemas sekali, keringatku bercucuran. Hampir pingsan aku menerima
kenikmatan yang berkepanjangan. Benar-benar aku tidak menyesal ngentot dengannya, dia
memang benar-benar hebat dan mahir dalam main, dia dapat mengolah tubuhku menuju
kenikmatan yang tiada tara.

Lamunanku lepas saat pahanya mulai kembali menjepit kedua pahaku dan dirapatkan, tubuhnya
menindihku serta leherku kembali dicumbu. Kupeluk tubuhnya yang besar dan tangannya
kembali meremas toketku. Pelan-pelan mulai dienjotkan kontolnya. Kali ini aku ingin lebih
menikmati
seluruh rangsangan yang terjadi di seluruh bagian tubuhku. Tangannya terus menelusuri
permukaan tubuhku. Dadanya merangsang toketku setiap kali bergeseran mengenai pentilku.
Dan kontolnya dipompakan dengan cepat sekali, bibirnya menjelajah leher dan bibirku. Ohh,
luar biasa. Lama kelamaan tubuhku yang semula lemas, mulai terbakar lagi. Aku berusaha
menggeliat, tapi tubuhku dipeluk cukup kuat, hanya tanganku yang mulai menggapai apa saja
yang kudapat. Dia makin meningkatkan cumbuannya dan memompakan kontolnya makin cepat.
Gesekan di dinding nonokku makin terasa. Dan kenikmatan makin memuncak. Maka kali ini
leherku digigitnya agak kuat dan dimasukkan seluruh kontol kontolnya serta digoyang-goyang
untuk meningkatkan rangsangan di itilku. Maka jebol lah bendungan, aku mencapai puncak
kembali. Kali ini terasa lain, tidak liar seperti tadi. Puncak kenikmatan ini terasa nyaman dan
romantis sekali, tapi tiba tiba dia dengan cepat memain lagi. Kembali aku berteriak sekuatku
menikmati ledakan orgasme yang lebih kuat, aku meronta sekenaku. Gila, batinku, dia benar-
benar membuat aku kewalahan. Kugigit pundaknya saat aku dihujani dengan kenikmatan yang
bertingkat-tingkat.

Sesaat dia menurunkan gerakannya, tapi saat itu dibaliknya tubuhku hingga aku di atas tubuhnya.
Aku terkulai di atas tubuhnya. Dengan sisa tenagaku aku keluarkan kontolnya dari nonokku. Dan
kuraih kontolnya. Tanpa pikir panjang, kontol yang masih berlumuran cairan nonokku sendiri
kukulum dan kukocok. Dan pinggulku diraihnya hingga akhirnya aku telungkup di atasnya lagi
dengan posisi terbalik. Kembali nonokku yang berlumuran cairan jadi mainannya, aku makin
bersemangat mengulum dan menghisap sebagian kontolnya. Dipeluknya pinggulku hingga sekali
lagi aku nyampe. Dihisapnya itilku sambil ujung lidahnya menari cepat sekali. Tubuhku
mengejang dan kujepit kepalanya dengan kedua pahaku dan kurapatkan pinggulku agar bibir
nonokku merapat ke bibirnya. Ingin aku berteriak tapi tak bisa karena mulutku penuh, dan tanpa
sadar aku menggigit agak kuat kontolnya dan kucengkeram kuat dengan tanganku saat aku masih
menikmati orgasme. "Nes, aku mau ngecret, di dalam nonokmu ya", katanya sambil
menelentangkan aku. "Ya, om", jawabku. Dia menaiki aku dan dengan satu hentakan keras,
kontolnya yang besar sudah kembali menyesaki nonokku. Dia langsung memain kontolnya
keluar masuk dengan cepat dan keras. Dalam beberapa enjotan saja tubuhnyapun mengejang.
Pantat kuhentakkan ke atas dengan kuat sehingga kontolnya nancap semuanya ke dalam nonokku
dan akhirnya crot .. crot ..crot, pejunya ngecret dalam beberapa kali semburan kuat. Herannya,
ngecretnya yang ketiga masih saja pejunya keluar banyak, memang luar biasa staminanya. Dia
menelungkup diatasku sambil memelukku erat2. "Nes, nikmat sekali ngentot sama kamu, nonok
kamu kuat sekali cengkeramannya ke kontolku", bisiknya di telingaku. "Ya om, Ines juga nikmat
sekali, tentu saja cengkeraman nonok Ines terasa kuat karena kontol om kan gede banget.
Rasanya sesek deh nonok Ines kalau om neken kontolnya masuk semua. Kalau ada kesempatan,
Ines dientot lagi ya om", jawabku. "Ya sayang", lalu bibirku diciumnya dengan mesra.
Posted by Alex at 02:58
Labels: Sedarah

Namaku Mona, umurku 24 tahun, aku sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut
ini aku ingin berbagi pengalaman tentang hubunganku dengan adik kandungku sendiri.

Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22 tahun dan adikku berusia 18 tahun.

Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya, sedangkan aku dan
adikku tinggal bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat
badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku
termasuk rata2 34 saja. Kulitku yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan
keluar rumah.

Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku. Aku
dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan
petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap.

Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu
terjadi sebelum kami menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu
mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya
aku agak jijik melakukannya.

Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu
iingin disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali... entah kenapa aku jadi
ketagihan... Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku
sendiri. Sering aku meraba-raba payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai
aku orgasme.

Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip aku...
ini aku ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya
sendiri.

Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat
rumah. Karena belanjaan kami banyak maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku
memakai celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku
memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan
yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan sesuatu bergerak-
gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol adikku, keras sekali dan berada di belahan
pantatku. Aku membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan. Bahkan ketika di
jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian
pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya.

Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi aku diperhatikan
adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa.

Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku... Aku sangat terangsang sekali... dia
meraba dan membelai-belai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana
dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan kontolnya ke memekku. Tentu
saja aku keberatan, walaupun aku sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan
keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan
anehnya aku malah berteriak minta tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung
menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan, karena memang badan
adikku jauh lebih besar. Aku lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku
melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang.

Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan teman-teman ku, pacarku katanya
mempunyai teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya,
tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.

Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku berterima kasih padanya karena dia
telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga
bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin
merasakan tubuhku. Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin merasakan
tubuhku juga... dia menjawab:

"Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga lelaki" aku sangat kaget
mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak,
"emang adik pernah nyobain cewe?" dia bilang "ya, belum kak".... itulah percakapan awal
bencana itu.

Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau merindukan belaiannya... lalu
aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri... tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku
inginkan... sekilas aku membayangkan adikku... lalu aku memutuskan untuk mengintip ke
kamarnya... Malam itu aku mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari
lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikku dalam
keadaan tak memakai celana dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani,
aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah
sebesar itu punya adikku... Dan yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan
namaku... Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan marah... aku langsung balik
kekamarku dan membayangkan apa yang baru saja aku saksikan.

Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku
memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia
sangat senang aku datang ditariknya aku ke kamarnya dan kami langsung bercumbu... saling
cium saling hisap dan perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami
telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya, aku terbayang kontol adikku yang jauh
lebih besar darinya... sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan terpaksa aku
melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme dia menarik
kepalaku.
"Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya" lalu dia mula menindihi ku dan dari nafasnya yang
memburu kontolnya mencari-cari lubang memekku... begitu unjung kontolnya nempel dan baru
setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah langsung orgasme, air maninya belepotan
diatas memekku...
"Ohhhhh..." katanya.

Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi ke memekku. Tentu saja aku
sangat kecewa, karena libidoku masih sangat tinggi.
"Puaskan aku dong... aku kan belum..." rengekku tanpa malu-malu. Tapi jawabannya sangat
menyakitkanku...
"Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca" katanya tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun.
Aku menyembunyikan kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah ketika
keluar dari rumahnya.

Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi
selama diperjalanan banyak sekali lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan
sampai setiap orang di bis.

Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke sport club, dia mengajakku
untuk ikut dan aku langsung menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan
libidoku dengan cara berolah raga.

Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi
sauna. Karena sport club tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar denganku saat
sauna. Saat didalam adikku bilang "kak, baju renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu
keringatnya ngga keluar, percuma sauna"

"Abis pake apa" timpalku, "aku ngga punya baju lagi"

"Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka" katanya

Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan menganti baju renangku dengan BH
dan celana dalam, sialnya aku memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku
tadi... Tapi "ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku telanjang juga".

Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang sangat berani... kulihat dia
berkali-kali menelan ludah, aku pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya
sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat segalanya tercetak didalam BH dan
celana dalamku... adikku terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku sangat
kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku onani dan yang membuat libidoku
malah memuncak adalah kepala kontolnya muncul diatas celana renangnya.

Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke bagian itu, dan nafasku semakin
memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi pagi
bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan.

Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku memulainya dengan berkata:

"Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu"

"Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe bahenol" katanya

"Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik" kataku lebih berani

"Iya yah..." katanya sambil berdiri dan membuka celananya...

Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku melihat batang kemaluan adikku
yang begitu besar.

Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke tempatnya.

"Kenapa dimatiin" kataku

"Udah cukup panas kak" katanya

Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling
memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti
dinding memekku, apalagi melihat kontol adikku.
Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak keluar, tapi adikku malah
mencegahku "nanti kak".

"Kan udah saunanya " timpalku, aku sangat kaget dia berada tepat di depanku dengan kontol
mengacung ke arahku, antara takut dan ingin.

"Kakak udah pernah gituan belum kak" kata adikku

"Belum" kataku, "emang kamu udah..?" lanjutku

"Belum juga kak, tapi pengen nyoba" katanya

"Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya" kataku berbalik kearah pintu dan sialnya kunci
lokerku jatuh, ketika aku memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku
yang besar menempel di kontolnya.

Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah adikku. Dan tak kusangka adikku
memegang pinggulku dan menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup G-
string.

"Oh kak.... bahenol sekali, aku pengen nyobain kak" katanya dengan nafas memburu.

"Aw... dik ngapain kamu" timpalku tanpa berusaha merubah posisiku, karena memang aku juga
menginginkannya.

"Pengen ngentot kakak" katanya kasar sambil menekan batangnya kepantatku.

Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, "Aku kan kakakm John, inget dong"

Adikku tetap memegang pinggulku "tolong kak.. asal nempel aja.. nga usah dimasukkin, aku
ngga tahan banget"

"Tolong kak," katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau kak, asal bisa nempelin aja ke
memek kakak".

Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan tadi pagi.. dan membayangkan
pacarku menunggangi sisca, libidoku tambah naik..
"Persetan dengan pacar brengsek" batinku.

"Jangan disini" pintaku.

"Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit" katanya meremas pinggulku.

"Kakak belum siap" kataku.

"Kakak nungging aja, nanti aku panasin" katanya.


Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang grendel pintu, aku
menungginginya dan dengam pelan-pelan dia membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan
dia jongkok di belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat memeku dari
belakang...

"Oh... ngapain kamu dik..." kataku tanpa melarangnya.

Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari belakang.. ohhhh... gila pikirku... enak
banget, pacarku saja ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus menjilati
memekku

"Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana" rintihku... Tanpa menjawab dia terus menjilati
memekku dan meremas remas bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan
bagian dalam memekku gatal sekali...

Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku..


"Udah panas kak" katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan memukul-mukul kepala
kontolnya kepantatku.

"udah...." kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah adikku...

"Jangan bilang siapa-siapa yah dik" kataku.

Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya yang besar... dia
kesulitan...

"Mana lubangnya kak.." katanya.

Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam kontolnya dan menuntun ke
mulut goaku...

"Ini dik" kataku begitu tepat di depannya, "gesek-gesek aja yah dik".

"Masukin dikit aja kak" katanya menekan kontolnya.

"aw... dik, gede banget sih" kataku, "pelan-pelan....".

Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku pelan-pelan menekannya..
dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit... tapi tidak sampai lepas... terus ia lakukan sampai
membuat aku gemas....

"Oh.. dik.... enak.... dik.... udah yah..." kataku pura-pura.....

"Belum kak.... baru kepalanya udah enak yah...."


"Memang bisa lebih enak...???" kataku menantang.

Dan.... langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya yang besar amblas ditelan
memekku"

Aku merasakan perih luar biasa dan "aw.... sakit dik..." teriakku.

Adikku menahan batangnya didalam memekku ....


"Oh...kak...nikmat banget....." dan secara perlahan dia menariknya keluar dan memasukannya
lagi, sungguh sensasi luar biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga
adikku...

"Oh, kak... nikmat banget memekmu.." katanya.

"Ssssshhhh... ia dik... enak banget" kataku.

Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang sangat
panjang dan nikmat disusul erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya
maksimum.

"Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget..." katanya

Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut kontolnya di memekku...

"Ma kasih kak" katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku lagi. Aku bingung bercampur
menyesal dan ingin menangis. Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali
diri.. "kenapa adikku????"

Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas perbuatannya di ruangan
sauna... Aku hanya bisa berdiam merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi...

Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena dua hari setelah itu kembali kami
besetubuh, bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari
semalam.

Setahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada seorang kaya, kenalan bapakku
melamarku, dan kami menikah. Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.

Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku.. karena aku selalu
menjaga jangan sampai hamil bila bersetubuh dengan adikku.

Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan adikku, yang pertama adikku
selalu meminta jatah, di lain pihak aku juga sangat ketagihan permainan sex nya.

Demikian kisah nyataku dengan adikku.Namaku Mona, umurku 24 tahun, aku sudah menikah
dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut ini aku ingin berbagi pengalaman tentang hubunganku
dengan adik kandungku sendiri.

Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22 tahun dan adikku berusia 18 tahun.

Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya, sedangkan aku dan
adikku tinggal bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat
badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pantat. Payudaraku
termasuk rata2 34 saja. Kulitku yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan
keluar rumah.

Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku. Aku
dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan
petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap.

Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu
terjadi sebelum kami menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara swalayan, yaitu
mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya
aku agak jijik melakukannya.

Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu
iingin disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekali... entah kenapa aku jadi
ketagihan... Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku
sendiri. Sering aku meraba-raba payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai
aku orgasme.

Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip aku...
ini aku ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya
sendiri.

Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat
rumah. Karena belanjaan kami banyak maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku
memakai celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku
memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan
yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan sesuatu bergerak-
gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol adikku, keras sekali dan berada di belahan
pantatku. Aku membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan. Bahkan ketika di
jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian
pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya.

Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi aku diperhatikan
adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa.

Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku... Aku sangat terangsang sekali... dia
meraba dan membelai-belai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana
dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan kontolnya ke memekku. Tentu
saja aku keberatan, walaupun aku sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan
keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan
anehnya aku malah berteriak minta tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung
menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan, karena memang badan
adikku jauh lebih besar. Aku lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku
melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang.

Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan teman-teman ku, pacarku katanya
mempunyai teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya,
tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.

Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku berterima kasih padanya karena dia
telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga
bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin
merasakan tubuhku. Ketika kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin merasakan
tubuhku juga... dia menjawab:

"Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga lelaki" aku sangat kaget
mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak,
"emang adik pernah nyobain cewe?" dia bilang "ya, belum kak".... itulah percakapan awal
bencana itu.

Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau merindukan belaiannya... lalu
aku mulai meraba-raba tubuhku sendiri... tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku
inginkan... sekilas aku membayangkan adikku... lalu aku memutuskan untuk mengintip ke
kamarnya... Malam itu aku mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari
lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikku dalam
keadaan tak memakai celana dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani,
aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah
sebesar itu punya adikku... Dan yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan
namaku... Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan marah... aku langsung balik
kekamarku dan membayangkan apa yang baru saja aku saksikan.

Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku
memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia
sangat senang aku datang ditariknya aku ke kamarnya dan kami langsung bercumbu... saling
cium saling hisap dan perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami
telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya, aku terbayang kontol adikku yang jauh
lebih besar darinya... sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan terpaksa aku
melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan mungkin karena hampir orgasme dia menarik
kepalaku.
"Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya" lalu dia mula menindihi ku dan dari nafasnya yang
memburu kontolnya mencari-cari lubang memekku... begitu unjung kontolnya nempel dan baru
setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah langsung orgasme, air maninya belepotan
diatas memekku...
"Ohhhhh..." katanya.
Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi ke memekku. Tentu saja aku
sangat kecewa, karena libidoku masih sangat tinggi.
"Puaskan aku dong... aku kan belum..." rengekku tanpa malu-malu. Tapi jawabannya sangat
menyakitkanku...
"Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca" katanya tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun.
Aku menyembunyikan kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah ketika
keluar dari rumahnya.

Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi
selama diperjalanan banyak sekali lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan
sampai setiap orang di bis.

Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke sport club, dia mengajakku
untuk ikut dan aku langsung menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan
libidoku dengan cara berolah raga.

Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi
sauna. Karena sport club tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar denganku saat
sauna. Saat didalam adikku bilang "kak, baju renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu
keringatnya ngga keluar, percuma sauna"

"Abis pake apa" timpalku, "aku ngga punya baju lagi"

"Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka" katanya

Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan menganti baju renangku dengan BH
dan celana dalam, sialnya aku memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku
tadi... Tapi "ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku telanjang juga".

Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang sangat berani... kulihat dia
berkali-kali menelan ludah, aku pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya
sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat segalanya tercetak didalam BH dan
celana dalamku... adikku terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku sangat
kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku onani dan yang membuat libidoku
malah memuncak adalah kepala kontolnya muncul diatas celana renangnya.

Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke bagian itu, dan nafasku semakin
memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi pagi
bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan.

Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku memulainya dengan berkata:

"Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu"

"Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe bahenol" katanya
"Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik" kataku lebih berani

"Iya yah..." katanya sambil berdiri dan membuka celananya...

Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku melihat batang kemaluan adikku
yang begitu besar.

Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke tempatnya.

"Kenapa dimatiin" kataku

"Udah cukup panas kak" katanya

Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling
memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti
dinding memekku, apalagi melihat kontol adikku.

Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak keluar, tapi adikku malah
mencegahku "nanti kak".

"Kan udah saunanya " timpalku, aku sangat kaget dia berada tepat di depanku dengan kontol
mengacung ke arahku, antara takut dan ingin.

"Kakak udah pernah gituan belum kak" kata adikku

"Belum" kataku, "emang kamu udah..?" lanjutku

"Belum juga kak, tapi pengen nyoba" katanya

"Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya" kataku berbalik kearah pintu dan sialnya kunci
lokerku jatuh, ketika aku memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku
yang besar menempel di kontolnya.

Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah adikku. Dan tak kusangka adikku
memegang pinggulku dan menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup G-
string.

"Oh kak.... bahenol sekali, aku pengen nyobain kak" katanya dengan nafas memburu.

"Aw... dik ngapain kamu" timpalku tanpa berusaha merubah posisiku, karena memang aku juga
menginginkannya.

"Pengen ngentot kakak" katanya kasar sambil menekan batangnya kepantatku.

Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, "Aku kan kakakm John, inget dong"
Adikku tetap memegang pinggulku "tolong kak.. asal nempel aja.. nga usah dimasukkin, aku
ngga tahan banget"

"Tolong kak," katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau kak, asal bisa nempelin aja ke
memek kakak".

Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan tadi pagi.. dan membayangkan
pacarku menunggangi sisca, libidoku tambah naik..
"Persetan dengan pacar brengsek" batinku.

"Jangan disini" pintaku.

"Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit" katanya meremas pinggulku.

"Kakak belum siap" kataku.

"Kakak nungging aja, nanti aku panasin" katanya.

Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang grendel pintu, aku
menungginginya dan dengam pelan-pelan dia membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan
dia jongkok di belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat memeku dari
belakang...

"Oh... ngapain kamu dik..." kataku tanpa melarangnya.

Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari belakang.. ohhhh... gila pikirku... enak
banget, pacarku saja ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus menjilati
memekku

"Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana" rintihku... Tanpa menjawab dia terus menjilati
memekku dan meremas remas bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan
bagian dalam memekku gatal sekali...

Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku..


"Udah panas kak" katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan memukul-mukul kepala
kontolnya kepantatku.

"udah...." kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah adikku...

"Jangan bilang siapa-siapa yah dik" kataku.

Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya yang besar... dia
kesulitan...

"Mana lubangnya kak.." katanya.


Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam kontolnya dan menuntun ke
mulut goaku...

"Ini dik" kataku begitu tepat di depannya, "gesek-gesek aja yah dik".

"Masukin dikit aja kak" katanya menekan kontolnya.

"aw... dik, gede banget sih" kataku, "pelan-pelan....".

Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku pelan-pelan menekannya..
dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikit... tapi tidak sampai lepas... terus ia lakukan sampai
membuat aku gemas....

"Oh.. dik.... enak.... dik.... udah yah..." kataku pura-pura.....

"Belum kak.... baru kepalanya udah enak yah...."

"Memang bisa lebih enak...???" kataku menantang.

Dan.... langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya yang besar amblas ditelan
memekku"

Aku merasakan perih luar biasa dan "aw.... sakit dik..." teriakku.

Adikku menahan batangnya didalam memekku ....


"Oh...kak...nikmat banget....." dan secara perlahan dia menariknya keluar dan memasukannya
lagi, sungguh sensasi luar biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga
adikku...

"Oh, kak... nikmat banget memekmu.." katanya.

"Ssssshhhh... ia dik... enak banget" kataku.

Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku merasakan orgasme yang sangat
panjang dan nikmat disusul erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya
maksimum.

"Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget..." katanya

Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut kontolnya di memekku...

"Ma kasih kak" katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku lagi. Aku bingung bercampur
menyesal dan ingin menangis. Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali
diri.. "kenapa adikku????"

Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas perbuatannya di ruangan
sauna... Aku hanya bisa berdiam merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi...

Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena dua hari setelah itu kembali kami
besetubuh, bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari
semalam.

Setahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada seorang kaya, kenalan bapakku
melamarku, dan kami menikah. Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.

Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku.. karena aku selalu
menjaga jangan sampai hamil bila bersetubuh dengan adikku.

Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan adikku, yang pertama adikku
selalu meminta jatah, di lain pihak aku juga sangat ketagihan permainan sex nya.

Demikian kisah nyataku dengan adikku.


Posted by Alex at 02:54
Labels: Sedarah
Aku baru menikah, karena suamiku belum punya rumah, kamu numpang di rumah om nya yang
duda tanpa anak dan tinggal sendiri. Sebagai pengantin baru, tentunya aku dan suamiku lebih
sering menghabiskan waktu di kamar. Sayangnya suamiku tidak perkasa kalo di ranjang. Sering
ditengah permainan, saat aku sedang nikmat2nya suamiku keok duluan. Suatu sore, sepulang
dari kantor, om lupa membawa kunci rumah.
Dia rupanya mengetok pintu cukup lama tetapi aku tidak mendengarnya karena aku sedang di
kamar mandi. Ketika keluar dari kamar mandi, baru samar2 aku mendengar ketukan pintu. Siapa,
pikirku sambil segera mengenakan kimono dari bahan handuk yang pendek, sekitar 15 cm diatas
lutut. Aku membukakan pintu. Om ternganga melihat kondisi aku yang baru selesai mandi.
Tinggi ku sekitar 167 cm. Rambutku tergerai sebahu. Wajah ku cantik dengan bentuk mata, alis,
hidung, dan bibir yang indah, itu kata suamiku lo. Karena kimonoku pendek, maka paha dan
betis ku tampak dengan jelas.. Kulitku kelihatan licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang
pendek. Pinggulku besar melebar. Pinggangku kelihatan ramping. Sementara kimono yang
menutupi dadaku belum sempat kuikat secara sempurna, menyebabkan belahan toketku yang
montok itu menyembul di belahan baju, pentilku membayang di kimonoku. Aku belum sempat
mengenakan bra. Leherku jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum
sabun mandi terpancar dari tubuhku. Dari samping toketku begitu menonjol dari balik kimonoku.
Om berjalan mengikutiku menuju ruang makan. Pasti dia memperhatikan gerak tubuhku dari
belakang. Pinggulku yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakiku.

"Sori Sin, om lupa bawa kunci. Kamu terganggu mandinya ya", katanya. "Udah selesai kok om",
jawabku. Dia duduk di meja makan. Aku mengambilkan teh untuknya dan kemudian masuk ke
kamar. Tak lama kemudian aku keluar hanya mengenakan daster tipis berbahan licin, tonjolan
toketku membusung. Aku tidak mengenakan bra, sehingga kedua pentilku tampak jelas sekali
tercetak di dasterku. Aku mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi
membelakanginya, pasti dia menatap tubuhku dari belakang. Kita ngobrol ngalor ngidul soal
macem2. Dia menatapku dari dekat tanpa rasa risih. Aku tidak menyadari bahwa belahan daster
di dadaku mempertontonkan toketku yang montok kala agak merunduk. Akhirnya pembicaraan
menyerempet soal sex. "Sin, kamu gak puas ya sama suami kamu", kataku to the point. Aku
tertunduk malu, mukaku semu kemerahan. "Kok om tau sih", jawabku lirih. "Om kan pernah
denger kamu melenguh awalnya, cuma akhirnya mengeluh. Suami kamu cepet ngecretnya ya",
katanya lagi. "Iya om, cepet banget keluarnya. Sintia baru mulai ngerasa enak, dia udah keluar.
Kesel deh jadinya, kaya Sintia cuma jadi pemuas napsunya aja", aku mulai curhat. Dia hanya
mendengarkan curhatanku saja. "Om, mandi dulu deh, udah waktunya makan. Sintia nyiapin
makan dulu ya", kataku mengakhiri pembicaraan seru. "Kirain Sintia nawarin mau mandiin",
godanya. "Ih si om, genit", jawabku tersipu. "Kalo Sintia mau, om gak keberatan lo", jawabnya
lagi. Aku tidak menjawab hanya berlalu ke dapur, menyiapkan makan. Sementara itu dia masuk
kamarnya dan mandi. Selesai mandi, dia hanya memakai celana pendek dan kaos. Kelihatannya
dia tidak mengenakan CD karena kontolnya yang ternyata ngaceng berat kelihatan jelas tercetak
di celana pendeknya. Aku diam saja melihat ngacengnya kontolku dari luar celana pendeknya.
Rupanya om terangsang ketika ngobrol seru sebelum dia mandi itu. Ketika makan malem, kita
ngobrol soal yang lain, aku berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi. Tetapi
om masih diabawah pengaruh napsu berahinya. Dia menatapku dengan pandangan yang seakan2
mau menelanjangiku.

Selesai makan, aku membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, aku terpeleset
sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah ketika aku membawa peralatan makan ke dapur.
Betis kanan ku membentur rak kayu. "Aduh", aku mengerang kesakitan. Dia segera
menolongnya. Punggung dan pinggulku diraihnya. Dia membopong ku kekamarku. Dia
meletakkan aku di ranjang. Belahan dasterku terbuka lebih lebar sehingga dia dapat dengan
leluasa melihat kemontokan toketku. Aku berusaha meraih betisku yang terbentur rak tadi.
Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis ku. Dia pun berusaha membantuku.
Diraihnya betisku seraya diraba dan diurut bagian betis yang memar tersebut. "Pelan om, sakit",
erangku lagi. Sambil terus memijit betisku, dia memandang wajahku. Mataku akhirnya terpejam.
Nafasku jadi teratur. Aku sudah tertidur. Mungkin karena lelah seharian membereskan rumah.

Mendadak aku terbangun karena om membuka dasterku. "Om, Sintia mau diapain", kataku lirih.
Dia terkejut dan segera menghentikan aksinya. Dia memandangi tubuh mulusku tanpa daster
yang menghalanginya. Tubuh molekku sungguh membangkitkan birahi. toket yang besar
membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. pentilku berdiri tegak.
Rupanya selama aku tertidur, dia menggerayangi sekujur tubuhku sehingga naspunya tak
terbendung lagi. Dia sudah bertelanjang bulat. Aku terkejut melihat kontolku yang begitu besar
dan panjang (dibandingkan dengan kontol suamiku) dalam keadaan sangat tegang. Napsuku
bangkit juga melihat kontolku, timbul hasratku untuk merasakan bagaimana nikmatnya kalo
kontol besar itu menggesek keluar masuk nonokku.

"Sin, om mau ngasi kenikmatan sama kamu, mau enggak", katanya perlahan sambil mencium
toket ku yang montok. Aku diam saja, mataku terpejam. Dia mengendus-endus kedua toketku
yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya. pentil toket
kananku dilahap ke dalam mulutnya. Badanku sedikit tersentak ketika pentil itu digencet
perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasnya. "Om...", rintihku, tindakannya
membangkitkan napsuku juga. Aku menjadi sangat ingin merasakan kenikmatan dientot,
sehingga aku diam saja membiarkan dia menjelajahi tubuhku. Disedot-sedotnya pentil toketku
secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak diperkuat sedotannya. Diperbesar daerah
lahapan bibirnya. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke
dalam mulutnya. Kembali disedotnya daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat.
Mimik wajahku tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toketku yang
harum itu diciumi dan disedot-sedot secara berirama. Sambil terus menggumuli toketku dengan
bibir, lidah, dan wajahnya, dia terus menggesek-gesekkan kontol di kulit pahaku yang halus dan
licin. Dibenamkannya wajahnya di antara kedua belah gumpalan dada ku. Perlahan-lahan dia
bergerak ke arah bawah. Digesek-gesekkan wajahnya di lekukan tubuhku yang merupakan batas
antara gumpalan toket dan kulit perutku. Kiri dan kanan diciumi dan dijilatinya secara
bergantian. Kecupan-kecupan bibir, jilatan-jilatan lidah, dan endusan-endusan hidungnya pun
beralih ke perut dan pinggangku. Sementara gesekan-gesekan kepala kontolku pindah ke betisku.
Bibir dan lidahnya menyusuri perut sekeliling pusarku yang putih mulus. Wajahnya bergerak
lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora dia memeluk pinggulku secara perlahan-lahan.
Kecupannya pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulku. Ditelusurinya pertemuan
antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Dijilatnya helaian-helaian rambut jembutku
yang keluar dari CDku. Lalu diendus dan dijilatnya CD pink itu di bagian belahan bibir nonokku.
Aku makin terengah menahan napsuku, sesekali aku melenguh menahan kenikmatan yang
kurasakan.

Dia bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut dikangkanginya tubuhku. kontolku yang tegang
ditempelkan di kulit toketku. Kepala kontol digesek-gesekkan di toketku yang montok itu.
Sambil mengocok batangnya dengan tangan kanannya, kepala kontolku terus digesekkan di
toketku, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit dia melakukan hal itu. Diraih kedua belah
gumpalan toketku yang montok itu. Dia berdiri di atas lutut dengan
mengangkangi pinggang ramping ku dengan posisi badan sedikit membungkuk. kontolku
dijepitnya dengan kedua gumpalan toketku. Perlahan-lahan digerakkannya maju-mundur
kontolku di cekikan kedua toket ku. Di kala maju, kepala kontolku terlihat mencapai pangkal
leherku yang jenjang. Di kala mundur, kepala kontolku tersembunyi di jepitan toketku. Lama-
lama gerak maju-mundur kontolku bertambah cepat, dan kedua toketku ditekannya semakin
keras dengan telapak tangannya agar jepitan di kontolku semakin kuat. Dia pun merem melek
menikmati enaknya jepitan toketku. Akupun mendesah-desah tertahan, "Ah... hhh... hhh... ah..."

kontolku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toketku.
Gerakan maju-mundur kontolku di dadaku yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan
remasan-remasan tangannya di kedua toketnya, menyebabkan cairan itu menjadi teroles rata di
sepanjang belahan dadaku yang menjepit kontolku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang
memperlancar maju-mundurnya kontolku di dalam jepitan toketku. Dengan adanya sedikit cairan
dari kontolku tersebut dia terlihat merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada
gesekan-gesekan batang dan kepala kontolku dengan toketku. "Hih... hhh... ... Luar biasa
enaknya...," dia tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafasku menjadi tidak teratur.
Desahan-desahan keluar dari bibirku , yang kadang diseling desahan lewat hidungku, "Ngh...
ngh... hhh... heh... eh... ngh..." Desahan-desahanku semakin membuat nafsunya makin
memuncak. Gesekan-gesekan maju-mundurnya kontolku di jepitan toketku semakin cepat.
kontolku semakin tegang dan keras. "Enak sekali, Sin", erangnya tak tertahankan. Dia
menggerakkan kontolku maju-mundur di jepitan toketku dengan semakin cepat. Alis mataku
bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibirku akibat tekanan-tekanan,
remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketku. Ada sekitar lima menit dia menikmati rasa
keenakan luar biasa di jepitan toketku itu.

Toket sebelah kanan dilepas dari telapak tangannya. Tangan kanannya lalu membimbing kontol
dan menggesek-gesekkan kepala kontol dengan gerakan memutar di kulit toketku yang halus
mulus. Sambil jari-jari tangan kirinya terus meremas toket kiriku, kontolnya digerakkan
memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarku, kepala kontolku
digesekkan memutar di kulit perutku yang putih mulus, sambil sesekali disodokkan perlahan di
lobang pusarku. Dicopotnya CD minimku. Pinggulku yang melebar itu tidak berpenutup lagi.
Kulit perutku yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di
bawah perutku, jembutku yang hitam lebat menutupi daerah sekitar nonokku. Kedua paha
mulusku direnggangkannya lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perutku terkuak,
mempertontonkan nonokku. Dia pun mengambil posisi agar kontolnya dapat mencapai nonokku
dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang kontol, kepalanya digesek-gesekkannya ke
jembutku. Kepala kontolnya bergerak menyusuri jembut menuju ke nonokku. Digesek-gesekkan
kepala kontol ke sekeliling bibir nonokku. Terasa geli dan nikmat. Kepala kontol digesekkan
agak ke arah nonokku. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut nonokku
menjadi basah. Digetarkan perlahan-lahan kontolnya sambil terus memasuki nonokku.

Kini seluruh kepala kontolnya yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut nonokku.
Kembali dari mulutku keluar desisan kecil karena nikmat tak terperi. Kontolnya semakin tegang.
Sementara dinding mulut nonokku terasa semakin basah. Perlahan-lahan kontolnya ditusukkan
lebih ke dalam. Kini tinggal separuh kontol yang tersisa di luar. Secara perlahan dimasukkan
kontolnya ke dalam nonokku. Terbenam sudah seluruh kontolnya di dalam nonokku. Sekujur
kontol sekarang dijepit oleh nonokku . Secara perlahan-lahan digerakkan keluar-masuk
kontolnya ke dalam nonokku. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam nonokku hanya kepalanya
saja. Sewaktu masuk seluruh kontol terbenam di dalam nonokku sampai batas pangkalnya. Dia
terus memasuk-keluarkan kontolnya ke lobang nonokku. Alis mataku terangkat naik setiap kali
kontolnya menusuk masuk nonokku secara perlahan. Bibir segarku yang sensual sedikit terbuka,
sedang gigiku terkatup rapat. Dari mulut sexy ku keluar desis kenikmatan, "Sssh...sssh... hhh...
hhh... ssh... sssh..." Dia terus mengocok perlahan-lahan nonokku. Enam menit sudah hal itu
berlangsung. Kembali dikocoknya secara perlahan nonokku sampai selama dua menit. Kembali
ditariknya kontolnya dari nonokku. Namun tidak seluruhnya, kepala kontol masih dibiarkannya
tertanam dalam nonokku. Sementara kontol dikocoknya dengan jari-jari tangan kanannya dengan
cepat

Rasa enak itu agaknya kurasakan pula. Aku mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar
kepala kontolnya pada dinding mulut nonokku, "Sssh... sssh... zzz...ah... ah... hhh..." Tiga menit
kemudian dimasukkannya lagi seluruh kontolnya ke dalam nonokku. Dan dikocoknya perlahan.
Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama dia mempercepat gerakan keluar-masuk kontolnya
pada nonokku. Sambil tertahan-tahan, dia mendesis-desis, "Sin... nonokmu luar biasa...
nikmatnya..."

Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. Tiba-tiba
dicopotnya kontol dari nonokku. Segera dia berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhku agar
kontolnya mudah mencapai toketku. Kembali diraihnya kedua belah toket montok ku untuk
menjepit kontolnya yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar kontolnya dapat terjepit dengan
enaknya, dia agak merundukkan badannya. Kontol dikocoknya maju-mundur di dalam jepitan
toketku. Cairan nonokku yang membasahi kontolnya kini merupakan pelumas pada gesekan-
gesekan kontolnya dan kulit toketku. "Oh...hangatnya... Sssh... nikmatnya...Tubuhmu luarrr
biasa...", dia merintih-rintih keenakan. Akus juga mendesis-desis keenakan, "Sssh.. sssh... sssh..."
Gigiku tertutup rapat. Alis mataku bergerak ke atas ke bawah. Dia mempercepat maju-
mundurnya kontolnya. Dia memperkuat tekanan pada toketku agar kontolnya terjepit lebih kuat.
Karena basah oleh cairan nonokku, kepala kontolnya tampak amat mengkilat di saat melongok
dari jepitan toketku. Leher kontol yang berwarna coklat tua dan helm kontol yang berwarna pink
itu menari-nari di jepitan toketku. Semakin dipercepat kocokan kontolnya pada toketku. Tiga
menit sudah kocokan hebat kontolnya di toket montok ku berlangsung. Dia makin cepat
mengocokkan kontol di kempitan toket indah ku. Akhirnya dia tak kuasa lagi membendung
jebolnya tanggul pertahanannya. "Sin..!" pekiknya dengan tidak tertahankan. Matanya
membeliak-beliak. Jebollah pertahanannya. Kontolnya menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot!
Crot!

Pejunya menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai
menghantam rahangku. Peju tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang
peju mengalir turun ke arah leherku. Peju yang tersisa di dalam kontolnya pun menyusul keluar
dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya
sampai pangkal leherku, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas
belahan toketku. Dia menikmati akhir-akhir kenikmatan. "Luar biasa...Sin, nikmat sekali
tubuhmu...," dia bergumam. "Kok gak dikeluarin di dalem aja om", kataku lirih. "Gak apa kalo
om ngecret didalem Sin", jawabnya. "Gak apa om, Sintia pengen ngerasain esemprot peju anget.
Tapi Sintia ngerasa nikmat sekali om, belum pernah Sintia ngerasain kenikmatan seperti ini",
kataku lagi. "Ini baru ronde pertama Sin, mau lagi kan ronde kedua", katanya. "Mau om, tapi
ngecretnya didalem ya", jawabku. "Kok tadi kamu diem aja Sin", katanya lagi. "Bingung om,
tapi nikmat", jawabku sambil tersenyum. "Engh..." aku menggeliatkan badanku. Dia segera
mengelap kontol dengan tissue yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. Beberapa
lembar tissue diambil untuk mengelap peju yang berleleran di rahang, leher, dan toketku. Ada
yang tidak dapat dilap, yakni cairan peju yang sudah terlajur jatuh di rambut ku. "Mo kemana
om", tanyaku. "Mo ambil minum dulu", jawabnya. "Kok celananya dipake, katanya mau ronde
kedua", kataku. Aku sudah pengen dia menggelutiku sekali lagi.

Dia kembali membawa gelas berisi air putih, diberikannya kepada ku yang langsung kutenggak
sampe habis. Dia keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke kekamar. Masih
tidak puas dia memandangi toket indahku yang terhampar di depan matanya. Dia memandang ke
arah pinggangku yang ramping dan pinggulku yang melebar indah. Terus tatapannya jatuh ke
nonokku yang dikelilingi oleh jembut hitam jang lebat. Aku ingin mengulangi permainan tadi,
digeluti, didekap kuat. Mengocok nonokku dengan kontolnya dengan irama yang menghentak-
hentak kuat. Dan dia dapat menyemprotkan pejunya di dalam nonokku sambil merengkuh kuat-
kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku terbakar.

"Sin...," desahnya penuh nafsu. Bibirnya pun menggeluti bibirku. Bibir sensualku yang
menantang itu dilumat-lumat dengan ganasnya. Sementara aku pun tidak mau kalah. Bibirku pun
menyerang bibirnya dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirnya.
Kedua tangannyapun menyusup diantara lenganku. Tubuhku sekarang berada dalam dekapannya.
Dia mempererat dekapannya, sementara aku pun mempererat pelukanku pada dirinya.
Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, toketku yang membusung terasa semakin
menekan dadanya. Aku meremas-remas kulit punggungnya. Aku mencopot celananya dan
merangkul punggungnya lagi. Dia kembali mendekap erat tubuhku sambil melumat kembali
bibirku. Dia terus mendekap tubuhku sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling
meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling
menempel. Kini kurasakan toketku yang montok menekan ke dadanya. Dan ketika saling sedikit
bergeseran, pentilku seolah-olah menggelitiki dadanya. Kontolnya terasa hangat dan mengeras.
Tangan kirinya pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar ku,
menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutnya. Kontolnya tergencet diantara perut
bawahku dan perut bawahnya. Sementara bibirnya bergerak ke arah leherku, diciumi, dihisap-
hisap dengan hidungnya, dan dijilati dengan lidahnya. "Ah... geli... geli...," desahku sambil
menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai daguku terbuka dengan luasnya. Aku pun
membusungkan dadaku dan melenturkan pinggangku ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun
wajahnya dalam keadaan menggeluti leherku, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap
dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kanannya lalu bergerak ke dadaku yang montok, dan
meremas-remas toketku dengan perasaan gemas.

Setelah puas menggeluti leherku, wajahnya turun ke arah belahan dadaku. Dia berdiri dengan
agak merunduk. Tangan kirinya pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket.
Digeluti belahan toketku, sementara kedua tangannya meremas-remas kedua belah toketku
sambil menekan-nekankannya ke arah wajahnya. Digesek-gesekkan memutar wajahnya di
belahan toketku. Bibirnya bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri.
Diciuminya bukit toketku, dan dimasukkan pentil toketku ke dalam mulutnya. Kini dia
menyedot-sedot pentil toket kiriku. Dimainkan pentilku di dalam mulutnya dengan lidah.
Sedotan kadang diperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat. "Ah...
ah... om...geli...," aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Dia
memperkuat sedotannya. Sementara tangannya meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang
remasan diperkuat dan diperkecil menuju puncak, dan diakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari
telunjuk dan ibu jarinya pada pentilku. "Om... hhh... geli... geli... enak... enak... ngilu...ngilu..."
Dia semakin gemas. Toketku dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan.
Bukit toket kadang disedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang
disedot hanya pentilku dan dicepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang diremas
dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit-
pijit dan dipelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya. "Ah...om... terus...
hzzz...
ngilu... ngilu..." aku mendesis-desis keenakan. Mataku kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku
ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.

Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani serangan-serangan awalnya. Jari-jari tangan kananku
yang mulus dan lembut menangkap kontolnya yang sudah berdiri dengan gagahnya. "Om..
kontolnya besar ya", ucapku. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tangannya terus memainkan
dan menggeluti kedua belah toketku, jari-jari lentik tangan kananku meremas-remas perlahan
kontolnya secara berirama. Dia merengkuh tubuhku dengan gemasnya. Dikecupnya kembali
daerah antara telinga dan leherku. Kadang daun telinga sebelah bawahnya dikulum dalam
mulutnya dan dimainkan dengan lidahnya. Kadang ciumannya berpindah ke punggung leherku
yang jenjang. Dijilati pangkal helaian rambutku yang terjatuh di kulit leherku. Sementara
tangannya mendekap dadaku dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tangannya meremas-remas
kedua belah toketku. Remasannya kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu
jari tangan kanannya menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kiriku, sementara tangan
kirinya meremas kuat bukit toket kananku dan bibirnya menyedot kulit mulus pangkal leherku
yang bebau harum, kontolnya digesek-gesekkan dan ditekan-tekankan ke perutku. Aku pun
menggelinjang ke kiri-kanan. "Ah... om... ngilu... terus om... terus... ah... geli... geli...terus...
hhh... enak... enaknya... enak...," aku merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-
kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tangannya di toketku. Akibatnya pinggulku
menggial ke kanan-kiri. "Sin.. enak sekali Sin... sssh... luar biasa... enak sekali...," diapun
mendesis-desis keenakan. "Om keenakan ya? kontol om terasa besar dan keras sekali menekan
perut Sintia. Wow... kontol om terasa hangat di kulit perut Sintia. Tangan om nakal sekali ...
ngilu,...," rintihku. "Jangan mainkan hanya pentilnya saja... geli... remas seluruhnya saja..." aku
semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratnya. Aku sudah makin liar saja
desahannya, aku sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa dia ini om suamiku. "Om..
remasannya kuat sekali... Tangan om nakal sekali..Sssh... sssh... ngilu... ngilu...Ak... kontol om ...
besar sekali... kuat sekali..."

Aku menarik wajahnya mendekat ke wajahku. Bibirku melumat bibirnya dengan ganasnya. Dia
pun tidak mau kalah. Dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara
tangannya mendekap tubuhku dengan kuatnya. Kulit punggungku yang teraih oleh telapak
tangannya diremas-remas dengan gemasnya. Kemudian dia menindihi tubuhku. Kontolnya
terjepit di antara pangkal pahaku dan perutnya bagian bawah. Akhirnya dia tidak sabar lagi.
Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan leherku, sementara tangannya membimbing
kontolnya untuk mencari nonokku. Diputar-putarkan dulu kepala kontolnya di kelebatan jembut
disekitar bibir nonokku. Aku meraih kontolnya yang sudah amat tegang. Pahaku yang mulus itu
terbuka agak lebar. "Om kontolnya besar dan keras sekali" kataku sambil mengarahkan kepala
kontolnya ke nonokku. Kepala kontolnya menyentuh bibir nonokku yang sudah basah. Dengan
perlahan-lahan dan sambil digetarkan, kontol ditekankan masuk ke kunonok. Kini seluruh kepala
kontolnya pun terbenam di dalam nonokku. Dia menghentikan gerak masuk kontolnya.

"Om... teruskan masuk... Sssh... enak... jangan berhenti sampai situ saja...," aku protes atas
tindakannya. Namun dia tidak perduli. Dibiarkan kontolnya hanya masuk ke nonokku hanya
sebatas kepalanya saja, namun kontolnya digetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir
dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leherku yang jenjang, lengan tanganku yang harum
dan mulus, dan ketiakku yang bersih dari bulu. Aku menggelinjang-gelinjang dengan tidak
karuan. "Sssh... sssh...enak... enak... geli... geli, om. Geli... Terus masuk, om.." Bibirnya
mengulum kulit lengan tanganku dengan kuat-kuat. Sementara tenaga dikonsentrasikan pada
pinggulnya. Dan... satu... dua... tiga! kontolnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam nonokku
dengan sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku yang
sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kontolnya bagaikan diplirid
oleh bibir nonokku yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!
"Auwww!" pekikku. Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya tertanam seluruhnya di dalam
nonokku tanpa bergerak sedikit pun. "Sakit om... " kataku sambil meremas punggungnya dengan
keras. Dia pun mulai menggerakkan kontolnya keluar-masuk nonokku. Seluruh bagian kontolnya
yang masuk nonokku dipijit-pijit dinding lobang nonokku dengan agak kuatnya. "Bagaimana
Sin, sakit?" tanyaku. "Sekarang sudah enggak om...ssh... enak sekali... enak sekali... kontol om
besar dan panjang sekali... sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru nonok Sintia..,"
jawabku. Dia terus memompa nonokku dengan kontolnya perlahan-lahan. Toketku yang
menempel di dadanya ikut terpilin-pilin oleh dadanya akibat gerakan memompa tadi. Kedua
pentilku yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadanya. Kontolnya diiremas-remas
dengan berirama oleh otot-otot nonokku sejalan dengan genjotannya tersebut. Sementara setiap
kali menusuk masuk kepala kontolnya menyentuh suatu daging hangat di dalam nonokku.
Sentuhan tersebut serasa geli-geli nikmat.

Dia mengambil kedua kakiku dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontolnya tidak tercabut
dari nonokku, dia mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku ditumpangkan di atas bahunya,
sementara betis kiriku didekatkan ke wajahnya. Sambil terus mengocok nonokku perlahan
dengan kontolnya, betis kiriku yang amat indah itu diciumi dan dikecupi dengan gemasnya.
Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang diciumi dan digeluti, sementara betis
kiriku ditumpangkan ke atas bahunya. Begitu hal tersebut dilakukan beberapa kali secara
bergantian, sambil mempertahankan gerakan kontolnya maju-mundur perlahan di nonok ku.
Setelah puas dengan cara tersebut, dia meletakkan kedua betisku di bahunya, sementara kedua
telapak tangannya meraup kedua belah toketku. Masih dengan kocokan kontol perlahan di
nonokku, tangannya meremas-remas toket montok ku. Kedua gumpalan daging kenyal itu
diremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua pentilku digencet dan dipelintir-pelintir secara
perlahan. Pentilku semakin mengeras, dan bukit toketku semakin terasa kenyal di telapak
tangannya. Aku pun merintih-rintih keenakan. Mataku merem-melek, dan alisku
mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. "Ah... om, geli... geli... ...
Ngilu om, ngilu... Sssh... sssh... terus om, terus.... kontol om membuat nonok Sintia merasa enak
sekali... Nanti jangan dingecretinkan di luar nonok, ya om. Ngecret di dalam saja... " Dia mulai
mempercepat gerakan masuk-keluar kontolnya di nonokku. "Ah-ah-ah... bener, om. Bener... yang
cepat...Terus om, terus... " Dia bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihanku.
Tenaganya menjadi berlipat ganda. Ditingkatkan kecepatan keluar-masuk kontolnya di nonokku.
Terus dan terus. Seluruh bagian kontolnya diremas-remas dengan cepatnya oleh nonokku. Aku
menjadi merem-melek. Begitu juga dirinya, dia pun merem-melek dan mendesis-desis karena
merasa keenakan yang luar biasa.

"Sssh... sssh... Sin... enak sekali... enak sekali nonokmu... enak sekali nonokmu..." "Ya om, Sintia
juga merasa enak sekali... terusss...terus om, terusss..." Dia meningkatkan lagi kecepatan keluar-
masuk kontolnya pada nonokku. "Om... sssh... sssh... Terus... terus... Sintia hampir
nyampe...sedikit lagi... sama-sama ya om...," aku jadi mengoceh tanpa kendali. Dia mengayuh
terus. Sementara itu nonokku berdenyut dengan hebatnya. "Om... Ah-ah-ah-ah-ah... Mau keluar
om... mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah... sekarang ke-ke-ke..." Tiba-tiba kontolnya dijepit oleh dinding
nonok ku dengan sangat kuatnya. Di dalam nonokku, kontolnya disemprot oleh cairan yang
keluar dari nonokku dengan cukup derasnya. Dan aku meremas lengan tangannya dengan sangat
kuatnya. Aku pun berteriak tanpa kendali: "...keluarrr...!" Mataku membeliak-beliak. Sekejap
tubuh kurasakan mengejang.

Dia pun menghentikan genjotannya. Kontolnya yang tegang luar biasa dibiarkan tertanam dalam
nonokku. Aku memejam beberapa saat dalam menikmati puncak. Setelah sekitar satu menit
berlangsung, remasan tanganku pada lengannya perlahan-lahan mengendur. Kelopak mataku pun
membuka, memandangi wajahnya. Sementara jepitan dinding nonokku pada kontolnya
berangsur-angsur melemah, walaupun kontolnya masih tegang dan keras. Kedua kakiku lalu
diletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Dia kembali menindih tubuh
telanjangku dengan mempertahankan agar kontolnya yang tertanam di dalam nonokku tidak
tercabut.

"Om... luar biasa... rasanya seperti ke langit ke tujuh," kataku dengan mimik wajah penuh
kepuasan. Kontolnya masih tegang di dalam nonokku. Kontolnya masih besar dan keras. Dia
kembali mendekap tubuhku. Kontolnya mulai bergerak keluar-masuk lagi di nonokku, namun
masih dengan gerakan perlahan. Dinding nonokku secara berangsur-angsur terasa mulai
meremas-remas kontolnya. Namun sekarang gerakan kontolnya lebih lancar dibandingkan
dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh nonokku beberapa saat yang
lalu. "Ahhh...om... langsung mulai lagi... Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di nonok
Sintia.. Sssh...," aku mulai mendesis-desis lagi. Bibirnya mulai memagut bibirku dan melumat-
lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kirinya ikut menyangga berat badannya, tangan
kanannya meremas-remas toket ku serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak
maju-mundur kontolnya di nonokku. "Sssh... sssh... sssh... enak om, enak... Terus...teruss...
terusss...," desisku. Sambil kembali melumat bibirku dengan kuatnya, dia mempercepat genjotan
kontolnya di nonokku. Pengaruh adanya cairan di dalam nonokku, keluar-masuknya kontol pun
diiringi oleh suara, "srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret..." Aku tidak henti-hentinya merintih
kenikmatan, "Om... ah... "

Kontolnya semakin tegang. Dilepaskannya tangan kanannya dari toketku. Kedua tangannya kini
dari ketiak ku menyusup ke bawah dan memeluk punggungku. Akupun memeluk punggungnya
dan mengusap-usapnya. Dia pun memulai serangan dahsyatnya. Keluar-masuknya kontolnya ke
dalam nonok ku sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kontol
dihunjamkan keras-keras agar menusuk nonokku sedalam-dalamnya. Kontolnya bagai diremas
dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding nonokku. Sampai di langkah terdalam, aku membeliak
sambil mengeluarkan seruan tertahan, "Ak!" Sementara daging pangkal pahanya bagaikan
menampar daging pangkal pahaku sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar nonokku,
kontolnya dijaga agar kepalanya tetap tertanam di nonokku. Remasan dinding nonokku pada
kontolnya pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir
nonokku yang mengulum kontolnya pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak keluar ini aku
mendesah, "Hhh..." Dia terus menggenjot nonokku dengan gerakan cepat dan menghentak-
hentak. Aku meremas punggungnya kuat-kuat di saat kontol dihunjam masuk sejauh-jauhnya ke
nonokku. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak!
Pergeseran antara kontolnya dan nonokku menimbulkan bunyi srottt-srrrt... srottt-srrrt... srottt-
srrrt... Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecilku: "Ak! Hhh... Ak! Hhh...
Ak! Hhh..." "Sin... Enak sekali Sin... nonokmu enak sekali... nonokmu hangat sekali... jepitan
nonokmu enak sekali..." "Om... terus om...," rintihku, "enak om... enaaak... Ak! Hhh..." Diapun
mengocokkan kontolnya ke nonokku dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke
dalam, kontolnya berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah
masuk sebelumnya. "Sin... aku... aku..." Karena menahan rasa nikmat yang luar biasa dia tidak
mampu menyelesaikan ucapannya yang memang sudah terbata-bata itu. "Om, Ines... mau
nyampe lagi... Ak-ak-ak... aku nyam..."
Tiba-tiba kontolnya mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Dia tidak mampu lagi
menahan lebih lama lagi. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding nonok ku mencekik kuat
sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, dia tidak mampu lagi menahan jebolnya
bendungan pejunya. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontolnya disemprot cairan nonokku,
bersamaan dengan pekikanku, "...nyampee...!" Tubuhku mengejang dengan mata membeliak-
beliak. "Sin...!" dia melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuhku sekuat-kuatnya. Wajahnya
dibenamkan kuat-kuat di leherku yang jenjang. Pejunya pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt!
Crottt! Pejunya menyembur dengan derasnya, menyemprot dinding nonokku yang terdalam.
Kontolnya yang terbenam semua di dalam nonokku terasa berdenyut-denyut.

Beberapa saat lamanya kami terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Dia menghabiskan
sisa-sisa peju dalam kontolnya. Cret! Cret! Cret! kontolnya menyemprotkan lagi peju yang masih
tersisa ke dalam nonokku. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuhku
maupun tubuhnya tidak mengejang lagi. Dia menciumi leher mulusku dengan lembutnya,
sementara aku mengusap-usap punggungnya dan mengelus-elus rambutnya. Aku merasa puas
sekali dientot om.

Anda mungkin juga menyukai