Anda di halaman 1dari 3

JUMP 3

Fisiologi
System endokrin memainkan peran penting dan regulasi respon seseorang terhadap
stress. Kelenjar endokrin, seperti pituitary, tiroid, dan kelenjar adrenal, berlokasi pada seluruh
bagian tubuh. Dalam merespon sinyal dari otak, kelenjar ini mengeluarkan hormone ke
dalam darah. Salah satu jalur penting dalam sistem endokrin yang mungkin terkait erat
dengan etiologi gangguan mood disebut dengan hypothalamic-pituitary-adrenal(HPA) axis.
Ketika seseorang mendeteksi ancaman di lingkungan, sinyal hipotalamus kelenjar pituitari
untuk mengeluarkan hormon yang disebut ACTH, yang pada gilirannya memodulasi sekresi
hormon, seperti kortisol, dari kelenjar adrenal kedalam aliran darah. Peningkatan kadar
kortisol membantu orang untuk mempersiapkan diri untuk menanggapi ancaman dengan
meningkatkan kewaspadaan dan memberikan lebih banyak bahan bakar untuk otot sementara
juga terjadi penurunan minat dalam kegiatan lain yang mungkin mengganggu perlindungan
diri(seperti tidur dan makan).
Asosiasi antara HPA axis dan depresi diindikasikan oleh bukti tentang dexamethasone
suppression test(DST), yang telah digunakan secara ekstensif untuk mempelajari disfungsi
endokrin pada pasien dengan gangguan mood.

JUMP 7

Etiologi keluhan
Faktor herediter
Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) tipe bipolar (adanya episode manik
dan depresi) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasar etiologi
biologik.

50%

pasien

bipolar

memiliki

satu

orangtua

dengan

gangguan

alam

perasaan/gangguan afektif, yang tersering unipolar (depresi saja). Jika seorang orang tua
mengidap gangguan bipolar maka 27% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam
perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar maka 75% anaknya memiliki
resiko mengidap gangguan alam perasaan. Keturunan pertama dari seseorang yang menderita
gangguan bipolar berisiko menderita gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada
anak kembar sangat tinggi terutama pada kembar monozigot (40-80%), sedangkan kembar
dizigot lebih rendah, yakni 10-20%2.

Efek samping terapi


Lithium (Lithobid, dll)
Efek samping yang sering muncul adalah: mulut kering, gangguan pencernaan dan gelisah.
Anticonvulsants.
Efek samping tergantung obat yang diminum, antara lain berupa: pusing, penambahan berat
badan dan perasaan mengantuk (drowsiness). Beberapa jenis anticonvulsant bisa
mengakibatkan efek samping lebih serius seperti bercak bercak merah di kulit, gangguan
darah dan gangguan liver.
Antipsikotik.
Efek samping yang timbul tergantung obat yang dipakai, namun yang sering muncul adalah:
penambahan berat badan, penglihatan kabur, gemetar (tremor), mengantuk dan detak jantung
yang cepat. Pada anak anak penambahan berat badan sering jadi keluhan. Obat antipsikotik
sering mengganggu kemampuan mengingat (memory) dan gangguan perhatian (atensi) dan
gerakan spontan otot wajah dan anggota badan.
Symbiax.
Merupakan campuran obat anti depresi fluoxetine dan obat anti psikotik olanzapine.
Campuran tersebut bekerja sebagai anti depresi dan mood stabilizer. Efek sampingnya berupa
penambahan berat badan, peningkatan nafsu makan, dan rasa mengantuk. Obat ini juga
menimbulkan efek samping berupa penurunan dorongan seksual seperti pada obat anti
depresi.
Obat anti depresi.
Efek samping paling sering dari anti depresi adalah menurunnya dorongan seksual dan
kesulitan orgasme. Beberapa obat anti depresi kuno, seperti golongan tricyclic dan MAOI
dapat menyebabkan efek samping yang fatal sehingga memerlukan monitor yang ketat.

Benzodiazepine.
Obat ini untuk mengurangi kecemasan (anxiety) dan memperbaiki gangguan tidur. Obat
dalam kelompok ini antara lain: clonazepam (Klonopin), lorazepam (Ativan), diazepam
(Valium), chlordiazepoxide (Librium) dan alprazolam (Niravam, Xanax). Obat kelompok
benzodiazepine biasanya hanya dipakai sementara untuk mengurangi kecemasan (anxiety).
Efek sampingnya berupa mengantuk, gangguan mengingat (memory), keseimbangan badan
dan menurunnya koordinasi otot.
DAFPUS
1. NIMH. Bipolar disorder. 2010 .
http://www.nimh.nih.gov/health/publications/bipolardisorder/complete-index.shtml
2. A.H.Young, J.R.Calabrese, 2000, Treatment of Bipolar Affective
Disorder., BMJ, 321, 1302-3
3.

Anda mungkin juga menyukai