NATA
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari Praktikum Mikrobiologi Industri acara III Nata ini adalah:
1. Mahasiswa memahami proses pembuatan Nata dan mampu mempraktikan
pembuatan nata.
2. Mahasiswa mengetahui proses pembentukan nata.
3. Mahasiswa mengetahui fungsi dari masing-masing bahan yang digunakan
dalam pembuatan nata.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Air kelapa yang dipakai berasal dari kelapa yang sudah tua, bukan air
kelapa muda. Jika air kelapa bercampur dengan air, kualitas nata yang
dihasilkan akan rendah. Jika bercampur dengan garam, tidak akan terbentuk
nata karena bakteri Acetobacter xylinum tidak bisa tumbuh dalam media yang
asin. Biakan murni Acetobacter xylinum digunakan sebagai starter yang bisa
menggumpalkan air kelapa hingga menjadi nata. Bakteri Acetobacter xylinum
tumbuh dan berkembang dalam larutan air kelapa dengan derajat keasaman
atau pH 3-4. Kandungan nutrisi dalam nata sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kandungan Nutrisi Nata
N
o
1
2
3
4
Nutrisi
Kalori
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
146 kal
0,2 %
36,1 mg
12 mg
5
6
Fosfor
Fe (Zat Besi)
2 mg
0.5 mg
3.
Cara kerja
Air kelapa (1 lt)/ air limbah tahu (500 ml)/ air keran (500 ml)
Pengkondisian loyang (loyang ditutup koran secara penuh dan diikat dengan karet
Sampel
Berat
Tebal
1,4
2,5
3,6
Air kelapa
Limbah air tahu
Air kran
330 gram
30,6 gram
34,3 gram
+++
++
+
Kode
sampel
135
278
450
Sampel
Berat
Tebal
1,4
2,5
3,6
Air kelapa
Limbah air tahu
Air kran
300 gram
80 gram
31,39 gram
+++
++
+
Kode
sampel
135
278
450
Menurut Purwanto, (2012) istilah nata berasal dari bahasa Spanyol yaitu
nadar yang berarti terapung-apung. Nata sendiri sebenarnya merupakan
pelikel atau polisakarida ekstraseluler yang dihasilkan dari bakteri Acetobacter
xylinum, terakumulasi pada bagian permukaan cairan dan terapung-apung.
Terapungnya biomassa yang sebagian besar terdiri atas selulosa disebabkan
oleh adanya gas-gas CO2 yang dihasilkan selama proses metabolisme dan
menempel pada fibril-fibril pelikel sehingga menyebabkan terapung. Nata
adalah selulosa bakteri yang merupakan hasil sintesis dari gula oleh bakteri
pembentuk nata, yaitu A. xylinum. Beberapa galur Acetobacter menghasilkan
membran bergelatin yang dinamakan pellicle pada permukaan suatu kultur cair.
Membran ini sama dengan Nata de Coco, suatu jenis makanan hasil
fermentasi tradisional di Filipina yang yang sangat dikenal sebagai makanan
penutup di Jepang. Substansi gelatin ini secara kimiawi identik dengan selulosa
(Yoshinaga et al., 1997 dalam Anam 2010).
Menurut Setyantini (2011) nata berasal dari Philifina. Nata digunakan
untuk menyebut suatu pembentukan gel (agar-agar) yang terapung di
permukaan, gel tersebut merupakan sellulosa yang dihasilkan oleh bakteri
Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum tersebut dapat membentuk
nata jika ditumbuhkan dalam media yang berisi karbon dan nitrogen melalui
proses terkontrol, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim ekstraseluler yang
dapat mempolimerisasi gula menjadi homopolimer serat.
Nata yang kita ketahui, biasanya dimanfaatkan sebagai makanan
penyegar atau pencuci mulut (food dessert), selain itu nata biasa dimanfaatkan
sebagai salah satu komponen bahan dalam pembuatan berbagai variasi
minuman. Nata sangat baik apabila diolah menjadi makanan ataupun minuman
penyegar karena nata mengandung serat pangan (dietary fibre). Nata sangat
berperan dalam proses pencernaan makanan yang terjadi di usus halus dan
penyerapan air dalam usus besar, sehingga sangat bermanfaat dalam
pencernaan dan sangat baik bagi kesehatan (Pambayun, 2002; dalam
Setyantini, 2011). Nata merupakan produk yang memiliki kadar serat tinggi.
Serat yang terkandung dalam nata meliputi selulosa, hemiselulosa, lignin, dan
serat larut air. Sehingga dengan keunggulan pada kandungan seratnya tersebut,
maka nata yang berasal dari berbagai media dapat digunakan sebagai produk
yang dapat memanajemen, mencegah dan meminimaalkan terjadinya beberapa
macam penyakit. Peranan nata yang berpengaruh positif terhadap kesehatan,
yaitu sebagai penurun kolesterol, glukosa darah pada penderita diabetes
mellitus, mencegah konstipasi, mengendalikan berat badan (mencegah
obesitas), mencegah kanker kolekteral, dan bermanfaat pada mikroflora di usus
besar (Nugraheni, 2010)
Adapun macam-macam jenis nata yang kita ketahui saat ini yaitu, nata
de coco/ air kelapa (Anam, 2010), nata de leri/ limbah air cucian beras
(Hidayatullah, 2012), nata kulit pisang (Purwanto, 2012), nata aloe vera
(Susatyo, 2013), nata de cassava (Setyantini, 2011), nata de cacao (Pratiwi,
2006 dalam Nugraheni 2012), nata de banana (Evi Rossi 2008 dalam
Nugraheni, 2012), nata de soya (nugraheni 2008), dan nata de aren ( Hartadi
dan Palennari 2010 dalam Nugraheni 2012).
Menurut Purwanto (2012), syarat untuk membuat produk nata secara
umum yaitu bahan dasar harus mempunyai kandungan glukosa (karbohidrat)
yang cukup tinggi. Tanpa adanya glukosa (karbohidrat) nata tidak dapat
terbentuk. Sedangkan menurut Anam (2010) media yang digunakan sebagai
media pembuatan Nata terdiri dari beberapa unsur selain perlakuan, seperti
gula pasir sebagai sumber karbon, air kelapa sebagai sumber vitamin dan unsur
mikro dan asam asetat glasial sebagai penyesuai pH dimana dalam pembuatan
Nata diperoleh kondisi optimumnya adalah pada pH asam.
Menurut Setyantini, (2011) substrat atau media pertumbuhan bakteri A.
xylinum berbentuk cair dan mengandung nutrisi yang diperlukan untuk
pertumbuhan. Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi nutrisi.
Senyawa sumber karbon yang digunakan dalam fermentasi nata adalah
monosakarida dan disakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak
dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana. Monosakarida meliputi
glukosa, galaktosa, fruktosa. Sedangkan disakarida adalah karbohidrat yang
tersusun dari 2 molekul monosakarida, yang dihubungkan oleh ikatan
glikosida. Disakarida meliputi maltosa, sukrosa, laktosa. Pembentukan nata
dapat terjadi pada media yang mengandung senyawa-senyawa glukosa, sukrosa
dan laktosa. Sumber karbon yang sering digunakan adalah sukrosa atau gula
pasir, berdasarkan pertimbangan ekonomis.
Menurut Natalia, (2009) pembentukan nata terjadi karena proses
pengambilan glukosa dari larutan gula oleh sel- sel Acektobacter xylinum.
Kemudian glukosa tersebut digabungkan dengan asam lemak membentuk
bahan lemak membentuk bahan pendahulu nata pada membran sel, yang
kemudian membentuk glukosa menjadi selulosa diluar sel. Selulosa ini akan
membentuk jaringan mikrofibril yang panjang dalam cairan fermentasi.
Gelembung - gelembung CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi
mempunyai kecenderungan melekat pada jaringan ini, sehingga menyebabkan
jaringan tersebut cenderung terangkat ke permukaan cairan.
Pada praktikum kali ini digunakan 3 jenis bahan baku pembuatan nata
yaitu air kelapa, limbah cair tahu (whey), dan air kran. Adapun langkah proses
pembuatannya, yaitu air kelapa 1 lt/ limbah air tahu 500 ml/ air kran 500 ml
disaring menggunakan saringan, dimasukkan ke dalam panci dan ditambahkan
dengan gula 30 gram, (NH4)2SO4 4 gram, dan urea 4 gram untuk air kelapa
(sedangkan untuk air limbah tahu dan air kran menggunakan setengah dari
formulasi tersebut). Kemudian dipanaskan sampai mendidih selama 15 menit,
setelah itu didinginkan hingga suhu kamar. Setelah nata dingin, kemudian
ditambahkan cuka 10 ml untuk air kelapa (untuk air limbah tahu, dan air kran
menggunakan setengah dari formulasi tersebut). Lalu disiapkan loyang yang
telah ditutup dengan kertas koran yang di rekatkan dengan karet. Setelah air
nata dingin, dituangkan ke loyang, didiamkan semalaman dan di inokulasi
dengan bakteri Acetobacter xylinum difermentasi selama 7 hari.
Pembuatan nata shift 1 dapat dilihat pada tabel 3.1, sampel air kelapa
kode 135 berat nata yang dihasilkan 330 gram, dengan hasil lapisan nata yang
tebal (+++). Sampel air limbah tahu dengan kode 278, berat nata yang
dihasilkan adalah 30,6 gram dan lapisan nata yang agak tebal, dan air kran
dengan kode sampel 450, nata yang dihasilkan adalah lapisan tipis dan
beratnya 34,3 gram. Untuk pembuatan nata shift 2 pada tabel 3.2 dapat dilihat
bahwa nata air kelapa yang dihasilkan memiliki lapisan nata yang tebal dengan
berat 300 gram. Sedangkan untuk sampel air limbah tahu kode 278 memiliki
lapisan nata yang agak tebal, dengan berat 80 gram. Untuk air kran, nata yang
dihasilkan berupa lapisan tipis dengan berat 31,39 gram.
adalah nata kode sampel 135, 278 dan 450. Nata kode sampel 135 merupakan
nata yang paling baik karena memiliki lembaran selulosa yang tebal, berwarna
putih bersih, tidak ada jamur, dan memiliki flavor yang harum.
Petumbuhan Acetobacter xylinum dalam medium yang sesuai akan
menghasilkan massa berupa selaput tebal pada permukaan medium. Selaput
tebal tersebut mengandung 35-62 % selulosa, terbentuk di permukaan dan
merupakan hasil akumulasi polisakarida ekstraseluler yang tersusun oleh
jaringan mikrofibril/pelikel. Pelikel tersebut adalah tipe selulosa yang
mempunyai struktur kimia seperti selulosa yang dibentuk oleh tumbuhan
tingkat tinggi (Gunzales, 1972; Moat, 1988; dalam Purwanto, 2012). Menurut
Setyantini, (2011) kriteria pemanenan nata yang baik yaitu terbentuknya nata
berwarna putih, tidak terdapat jamur dan noda, ketebalan 1-2 cm, permukaan
rata sempurna dan tidak ada cacat. Cairan yang tersisa pada nampan fermentasi
hampir tidak ada/kering.
Adapun faktor- faktor penyebab kegagalan nata pada saat praktikum
(shift 1) adalah kurang aseptisnya proses pembuatan nata, seperti karena
keengganan praktikan dalam memakai masker, kurang bersihnya wadah yang
digunakan, dan area pembuatan yang kurang steril memungkinkan masuknya
kontaminan ke dalam larutan bakal nata sehingga menghasilkan nata yang
kurang baik pula (ditumbuhi jamur). Menurut Setyantini (2011) sebelum
dilakukan inokulasi, nata harus melalui proses pendinginan selama 1 malam
untuk memastikan media benar-benar dalam keadaan dingin. Inokulasi
dilakukan secara aseptis dan cepat, dilakukan disalah satu sudut nampan dan
tidak diaduk. Selain karena berbagai faktor penyebab kegagalan shift 1 diatas,
nata yang ditumbuhi jamur disebabkan juga karena praktikan melakukan
proses inokulasi yang mungkin kurang aseptis, seperti pembukaan koran
penutup wadah cikal yang terlalu lebar sehingga kontaminan bisa masuk ke
dalam cikal nata.
: Protophyta
Class
: Schizomycetes
Ordo
: Pseudomonadales
Famili
: Pseudomonadaceae
Genus
: Acetobacter
Species
: Acetobacter xylinum
Komponen inilah yang lebih lanjut disebut nata (Stainer et al, 1963; dalam
Setyantini, 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan
keoptimalan produksi selulosa dari Acetobacter xylinum dalam pembentukan
nata adalah ketersediaan nutrisi dalam medium, sumber karbon, sumber
nitrogen, derajat keasaman media, suhu, dan oksigen (Judoamidjojo dan
Darwis, 1992; dalam Setyantini, 2011).
Senyawa sumber karbon yang digunakan dalam fermentasi nata adalah
monosakarida dan disakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak
dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana, monosakarida meliputi
glukosa, galaktosa, fruktosa. Sedangkan disakarida adalah karbohidrat yang
tersusun dari 2 molekul monosakarida, meliputi maltosa, sukrosa, laktosa.
Pembentukan nata dapat terjadi pada media yang mengandung senyawasenyawa glukosa, sukrosa dan laktosa. Sumber karbon yang sering digunakan
adalah sukrosa atau gula pasir. Konsentrasi gula pada medium juga akan
mempengaruhi produktivitas selulosa. Jumlah yang dibutuhkan menurut
Alaban, (1961 dalam Setyantini 2011) adalah sukrosa 5-8 %. Menurut
Lempang (2010) gula merupakan sumber energi mikroba yang dapat
menghasilkan asam asetat bersama dengan terbentuknya selulosa yang
membungkus sel bakteri.
Tujuan penambahan cuka/asam asetat adalah untuk menurunkan pH air
kelapa dari sekitar 6,5 sampai mencapai pH 4,3. Kondisi pH 4,3 merupakan
kondisi optimal bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum (Biamenta, 2011).
Menurut Lempang, (2010) nitrogen merupakan salah satu unsur yang dapat
merangsang, pertumbuhan dan aktivitas bakteri Acetobacter xylinum. Nitrogen
dapat berasal dari sumber nitrogen organik maupun anorganik, misalnya
ekstrak khamir, pepton, amonium sulfat, kalium nitrat dan amonium fosfat.
Sampai saat ini sumber nitrogen yang biasa digunakan dalam pengolahan nata
de coco adalah amonium sulfat (ZA) karena mudah diperoleh dan relatif
murah. Anam, (2011) menyatakan bahwa urea adalah suatu senyawa organik
yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus
E. Kesimpulan
Kesimpulan dari acara III Nata ini adalah:
1. Proses pembuatan nata diawali dengan penyiapan sampel, dan dilakukan
penyaringan. Setelah itu gula, (NH4)SO4, dan urea dimasukkan ke larutan
cikal serta dimasak (pemanasan) hingga mendidih selama 15 menit.
Setelah pemanasan selama 15 menit, maka larutan cikal nata didinginkan
hingga suhu ruang, dimasukkan ke loyang yang telah ditutupi koran.
Kemudian setelah l
2. Pembentukan nata terjadi karena proses pengambilan glukosa dari larutan
gula oleh sel- sel Acektobacter xylinum. Kemudian glukosa tersebut
digabungkan dengan asam lemak membentuk bahan lemak membentuk
bahan pendahulu nata pada membran sel, yang kemudian membentuk
glukosa menjadi selulosa diluar sel.
3. Gula digunakan sebagai sumber energi/karbohidrat atau karbon dan
sumber karbon yang lain untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum.
Ammonium sulfat [(NH4)2SO4] maupun pupuk urea digunakan sebagai
sumber nitrogen. Kegunaan penambahan asam cuka adalah mengatur atau
menurunkan derajat keasaman (pH) hingga larutan mempunyai pH 4-4,5
sehingga pertumbuhan Acetobacter xylinum optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
Std.
Std. Lower
N Mean Deviation Error Bound
Upper
Bound Minimum Maximum
Overall 135
20
3.90
1.071 .240
3.40
4.40
278
20
2.85
.671 .150
2.54
3.16
450
20
1.70
.801 .179
1.32
2.08
Total 60
2.82
1.242 .160
2.50
3.14
Warna 135
20
4.10
1.021 .228
3.62
4.58
278
20
2.65
.745 .167
2.30
3.00
450
20
1.80
.894 .200
1.38
2.22
Total 60
2.85
1.300 .168
2.51
3.19
Tekstur 135
20
3.80
1.005 .225
3.33
4.27
278
20
3.15
.875 .196
2.74
3.56
Oneway
Levene
Statistic
df1
df2
Sig.
Overall
.904
57
.411
Warna
.005
57
.995
Tekstur
.161
57
.852
ANOVA
Sum of
Squares
Warna
Df
Mean Square
48.433
24.217
Within Groups
42.550
57
.746
Total
90.983
59
Between Groups
54.100
27.050
Within Groups
45.550
57
.799
Total
99.650
59
53.633
26.817
Within Groups
42.700
57
.749
Total
96.333
59
Homogeneous Subsets
Sig.
32.441
.000
33.850
.000
35.797
.000
Overall
Duncan
450
20
278
20
135
20
Sig.
1.70
2.85
3.90
1.000
1.000
1.000
Warna
Duncan
450
20
1.80
Overall
Duncan
450
20
278
20
135
20
Sig.
1.70
2.85
3.90
1.000
1.000
1.000
Warna
Duncan
450
20
1.80
Overall
Duncan
450
20
278
20
135
20
Sig.
1.70
2.85
3.90
1.000
1.000
1.000
Warna
Duncan
450
20
1.80
LAMPIRAN GAMBAR