Anda di halaman 1dari 6

Virus Chikungunya adalah virus golongan alpha virus yang ditularkan oleh nyamuk.

Istilah
tersebut datang dari bahasa akonde yang berarti postur tubuh yang kaku yang disebabkan oleh
nyeri sendi yang hebat, dimana hal tersebut adalah tanda tanda dari demam chikungunya.
Penyakit ini disebabkan oleh virus. Virus chikungunya di isolaso pertama kali di tahun 19521953 di Tanzania, dan menyebar ke asia tahun 1960.dan bisa ditemukan juga di Australia dan
amerika selatan. Virus chikungunya menyebabkan demam akut dan umumnya disertai dengan
nyeri sendi hebat.alpha virus bersifat single-stranded dan positive sense RNA. Dan memiliki
empat jenis protein dan 3 protein structural.capsid dan dua macam envelope glikoprotein , E1
dan E2 berwujud seperti spikes di permukaan virion. E2 berikatan dengan reseptor sel untuk
dapat masuk kedalam sel.E1 dapat menggabungkan peptide yang menginisiasi pelepasan
nucleocapsids ke dalam sel host.

Sejarah dan asal virus chikungunya


Chikungunya adalah virus yang hidup di daerah hutan di afrika. Dengan host primate bukan
manusia dan dengan vector nyamuk arboreal.beberapa studi mengatakan bahwa siklus transmisi
terjadi beberapa waktu dan bersirkulasi di afrika timur dalam host hewan primate. Insiden ini
berkembang di afrika di abad 18. Dan disebarkan oleh pelaut yang terjangkit virus chikungunya
dan nyamuk aedes aegypti dengan jumlah yang cukup besar di dalam kapal. Dan berkembang di
tempat penyimpanan air. Dan paling banyak angka penularannya antara tahun 1879-1956.
Di tahun 2004 terjadi penyebaran ke sejumlah Negara lain seperti Negara-negara di amerika, asia
dan italia dan Negara-negara asia dan asia tenggara. Penyebaran tersebut disebabkan oleh
beberapa factor seperti meningkatnya perjalanan via udara, dimana memudahkan penyebaran
secara massal. Urbanisasi di Negara-negara tropis dengan jumlah nyamuk yang cukup banyak.
Sejak invasi nyamuk Aedes albopictus yang sekarang menjadi vector selain aedes aegypti yang
ada di asie menambah jumlah orang yang terjangkit secara global.di jalur penyebaran indiaoceania virus chikungunya yang juga penularannya di mediasi oleh Aedes albopictus. Namun
nyamuk tersebut bukanlah vector utama di epidemic di asia sebelumnya. Dan di jalur penularan
di asia virus tersebut dapat beradaptasi dengan vector baru secara genetika.

Epidemiologi dan penyebaran


Awal mulainya demam chikungunya banyak menginfeksi orang di afrika selatan, Zimbabwe,
cameeroon, Uganda dan Senegal. Selain peyebaran dari nyamuk vector ke manusia, didapatkan
juga penyebaran antara manusia oleh aedes albopictus. Namun untuk penyebaran oleh aedes
aegypti paling banyak terjadi di Tanzania, Senegal dan Kenya. Di afrika penyebaran
chikungunya masih belum terlalu bida dimengerti, namun setelah terjadi penularan ke jalur
indian-oseania dan asia melalui penyebaran udara, pola penyebaran chikungunya mulai di
pelajari. Urbanisasi juga mengambil amdil dalam penularan virus tersebut melalui aedes aegypti.
Meskipun keduanya spesies yang berbeda namun keduanya bisa menjadi vector virus
chikungunya.
Tanda dan gejala
Chikungunya ditandai dengan demam mendadak, kelemahan, nyeri sendi dan otot, nyeri kepala
dan rash. Virus tersebut memiliki masa inkubasi 3 hari. Umumnya suhu badan pasien
chikungunya lebih dari 39 derajat celcius. Dan hanya 15% pasien yang asymptomatic. Dan
apabila berat jumlah virus di dalam darah bisa mencapai 10 8 di detiap mm darah. Intensitas dari
infeksi akut berhubungan dengan viremia. Dan infeksi akut umumnya bertahan hingga 1 minggu
setelah viremia dan IgM muncul dalam darah.polyartharlgia adalah tanda dari chikungunya
viremia sebesar 80%. Nyeri persendian yang simetris dan terlokalisir di tangan dan kaki adalah
tanda chikungunya.. radang sendi dan edema sendi mungkin juga bisa terjadi. Dan juga bisa
terjadi di sendi2 kecil.
Rash muncul di sekitar 20% sampai 80% kasus. Namun tidak spesifik karena hal tersebut juga
bisa dilihat di infeksi arboviral lainnya seperti dengue fever.umumnya muncul di punggung,
tangan, kaki. Bisa menjadi seperti menggelembung pada anak anak. Dau telinga yang memerah
juga harus dilihat Karena apar menandakan chondritis. Selain itu tanda-tanda nonspesifik lain
antara lain limphadenopati, gatal dan maslah pencernaan dimana umumnya muncul setelah vase
viremia. Perasaan lelah, bingung, gangguan pemusatan atensi dapat terjadi. Selain itu
conjunctivitis, uveitis, iridocylititis, retinitis dapat terjadi karena komplikasi. Pasien dengan
chikungunya berat harus di rawat di rumah sakit dengan memperhatikan kondisi cardiovaskuler,
respirasi, atau diabetes. Dimana system tersebut juga merupakan factor risiko untukpenyakit
yang berat. Chikungunya berat juga dapat menyebabkan ensepalopati atau ensefalitis,

myocarditis, hepatitis dan multi organ failure (MOF). Bahkan bisa terjadi komlpikasi berupa
perdarahan namun cukup jarang.
Neonatus adalah kelompok yang juga memiliki risiko infeksi. Terutama virus tersebut
menyerang system saraf pusat. Walaupun infeksi pada bayi sangat jarang namun tidak menutup
kemungkinan bayi tersebut dilahirkan dari ibu yang terinfeksi. Umumnya gejala pada bayi
mengarah ke gejala ensefalopati dan menghasilkan sequel neurologi jangka panjang.disamping
itu anak-anak juga memiliki risiko gejala berat yang tinggi.
Sampai saat ini juga tidak ada obat yang berlisensi untuk membatasi replikasi virus chikungunya.
Umumnya hanya diterapi dengan antipiretik dan analgetik. Favipirapir, ribavirin plus interferon
terkadang dipakai namun keamanan dan efikasinya masih dipertanyakan.
Selain itu nyeri sendi juga dapat dihasilka oleh arthralgia yang persisten atau relaps yang sering
terdapat pada sendi distal. Bisa berhubungan denga arthritis atau Rheumatoid arthritis yang lain.
Arthralgia yang kronik dapat menyebabkan penggunaan obat NSAID dan obat-obatan yang
ersifat immunosupresive seperti metrotrexate.

Diagnosis
Umumnya diagnosis demam chikungunya ditegakan secara klinis. Karena demam mendadask
disertai nyeri sendi, dan terjadi di daerah endemis merupaka ciri-ciri yang kuat dari chikungunya.
Penemuan lab yang paling sering adalah lhympopenia. Suatu keadaan dimana jumlah limfosit
kurang dari 1000 per cubic/mm . selain itu ditemukan trombositopenia dan peningkatan level
AST, ALT dan hypokalemia. Dan secara definitive bisa ditegakan melalui PT-PCR. Dan bisa
mendeteksi beberapa jenis arbovirus seperti aedes aegypti. Pemeriksaan serologi IgM dapat
didiagnosis di hari ke 5 sampai beberapa bulan pasca onset. Untuk fase kronik masih belum ada
pemeriksaan penunjang yang secara spesifik menunjang diagnosa.

Patofisiologi
Virus chikungunya dapat secara mudah diisolasi dari nyamuk dan mamalia. Sel in vivo sudah
dapat diinvestigasi di dalam tikus atau hewan primate lain. Di percobaan yang dilakukan dalam

tikus, didapatkan bahwa virus menyerang sel fibroblast di dalam kulit di sekitar tempat suntikan
dandengan cepat di kendalikan oleh interferon tipe 1. Dan secara sistemik dapat menyebabkan
viremia dan berkembang dengan cepat didalam hati, otot, sendi, dan kulit. Di fase akut
chikungunya gejala-gejala tersebut muncul dikarenakan adanya proses infeksi di temoat tertentu
sehingga menimbulkan keluhan seperti otot tulang, tendon dan joint capsules.
Pada binatang virus tersebut juga menyerang system saraf pusat. Umumnya menginfeksu plexus
choroidalis. Bercampur dengan LCS dan menyebabkan meningitis. Infeksi pada hewan yang
sedang hamil dan percobaan pada plasenta manusia yang berasal dari ibu yang terinfeksi, dapat
disimpulkan bahwa sel virus dapat masuk lewat pertukaran darah di plasenta.
Kontribusi dari virus chikungunya terhadap sel myeloid baik pada fase akut atau kronik,
patogenesisnya masih belum dapat dimengerti sepenuhnya. Interaksi antara virus dan monosit
dan makrofag merupakan proses penting dari respon imun. Dan juga replikasi virus juga
membutuhkaninterferon tipe 1 yang juga dapat mendeteksi sel non myeloid. Dan juga terlibat
dalam mekanisme pembersihan sel-sel yang terinfeksi. Dimana proses pembersihan tersebut juga
mencetus respon mediator radang yang juga berhubungan dengan nyeri sendi yang kronik.

Mengendalikan gejala dan penyebaran penyakit


Obat antiradang dapat diberikan untuk mengendalikan gejala yang ada dan peradangan pada
sendi. Sampai saat ini belum ada terapi yang spesifik untuk mengatasi infeksi chikungunya. Dan
belum ada vaksin untuk chikungunya. Pada hewan sudah ada percobaan dan dapat mencegah dan
menyembuhkan chikungunya, namun belum diujicobakan pada manusia.

Keadaan tersebut sama dengan keadaan yang dialami oleh dengue fever. Yaitu sama sama belum
memiliki vaksin dan terapi yang spesifik. Sampai saat ini yang bisa dilakukan adalah
menjauhkan manusia dari vector yang berupa nyamuk. Usaha yang dapat dilakukan diantaranya
adalah mengurangi genangan air dan menjaga kebersihan air. Termasuk mencegah adanya
sampah yang berpotensi menjadi tempat penampungan air yang memungkinkan nyamuk bertelur
disana. Dan juga memberikan zat larvasida untuk menngendalikan populasi nyamuk. Namun

cara tersebut belum ada yang spesifik untuk mencegah nyamuk betina masuk dan berkeliaran
dilingkungan. Karena hanya nyamuk betina yang bisa mengigit dan menyebarkan virus. Cara
lain untuk mencegah gigitan nyamuk adalah menggunakan pakaian yang melindungi,
menyemprotkan obat nyamuk, mengoleskan lotion anti nyamuk, dan juga edukasi mengenai
nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus harus sering dilakukan, terutama kebiasaan mereka
mengigit pada siang hari.
Masa depan chikungunya dan prioritas penelitian
Meskipun sudah didapatkan aspek biologis dan pathogenesis chikungunya sudah diketahui,
masih banyak pertanyaan yang perlu dijawab untuk dapat menemukan terapi dan cara
pencegahan yang masih belum dapat ditemukan.struktur Kristal dan kompleks protein virus itu
tersendiri sudah dapat digambarkan. Namun reseptor dan mekanisme biomolekuler untuk virus
masuk bisa masuk ke tubuh manusia masih dipertanyakan.dan cara virus bereplikasi juga masih
belum diketahui secara spesifik.dan untuk mempelajari replikasi virus chikungunya masih
menggunakan pendekatan biomolekuler virus yang lama. Dan patofisiologi dari arthralgia juga
masih belum dapat diketahui. Untukmengetahui hal tersebut diatas masih diperlukan banyak data
data penelitian.

Selain itu juga dibutuhkan untuk mengetahui evolusi virus chikungunya dan adaptasi virus
dengan vector nyamuk, sehingga bisa menentukan strattegi yang lebih baik untuk pencegahan.

Pencegahan dan pengendalian


Sayangnya prospek untuk mengendalikan chikungunya masih rendah. Bisa dilihat dari tingginya
angka dengue fever beberapa waktu belakangan ini. Dan juga produksi anti serangga yang
banyak juga membantu pengendalian vector nyamuk dan cukup mudah di temukan.
Chikungunya juga membutuhkan vaksin yang lebih simple dari dengue. Karena lebih memiliki
keanekaragaman antigen yang sedikit. Beberapa macam vaksin chikungunya sudah memasuki uji
klinis tahap 1. Untuk mencapai uji tahap akhir dibutuhkan investasi yang besar. Menghilangkan

dan mengendalikan virus chikungunya dan dengue itu cukup penting karena bisa mencegah
terjadinya demam berdarahyang membuutuhkan perawatan di rumah sakit dan harus berhati-hati

Anda mungkin juga menyukai