Istilah
tersebut datang dari bahasa akonde yang berarti postur tubuh yang kaku yang disebabkan oleh
nyeri sendi yang hebat, dimana hal tersebut adalah tanda tanda dari demam chikungunya.
Penyakit ini disebabkan oleh virus. Virus chikungunya di isolaso pertama kali di tahun 19521953 di Tanzania, dan menyebar ke asia tahun 1960.dan bisa ditemukan juga di Australia dan
amerika selatan. Virus chikungunya menyebabkan demam akut dan umumnya disertai dengan
nyeri sendi hebat.alpha virus bersifat single-stranded dan positive sense RNA. Dan memiliki
empat jenis protein dan 3 protein structural.capsid dan dua macam envelope glikoprotein , E1
dan E2 berwujud seperti spikes di permukaan virion. E2 berikatan dengan reseptor sel untuk
dapat masuk kedalam sel.E1 dapat menggabungkan peptide yang menginisiasi pelepasan
nucleocapsids ke dalam sel host.
myocarditis, hepatitis dan multi organ failure (MOF). Bahkan bisa terjadi komlpikasi berupa
perdarahan namun cukup jarang.
Neonatus adalah kelompok yang juga memiliki risiko infeksi. Terutama virus tersebut
menyerang system saraf pusat. Walaupun infeksi pada bayi sangat jarang namun tidak menutup
kemungkinan bayi tersebut dilahirkan dari ibu yang terinfeksi. Umumnya gejala pada bayi
mengarah ke gejala ensefalopati dan menghasilkan sequel neurologi jangka panjang.disamping
itu anak-anak juga memiliki risiko gejala berat yang tinggi.
Sampai saat ini juga tidak ada obat yang berlisensi untuk membatasi replikasi virus chikungunya.
Umumnya hanya diterapi dengan antipiretik dan analgetik. Favipirapir, ribavirin plus interferon
terkadang dipakai namun keamanan dan efikasinya masih dipertanyakan.
Selain itu nyeri sendi juga dapat dihasilka oleh arthralgia yang persisten atau relaps yang sering
terdapat pada sendi distal. Bisa berhubungan denga arthritis atau Rheumatoid arthritis yang lain.
Arthralgia yang kronik dapat menyebabkan penggunaan obat NSAID dan obat-obatan yang
ersifat immunosupresive seperti metrotrexate.
Diagnosis
Umumnya diagnosis demam chikungunya ditegakan secara klinis. Karena demam mendadask
disertai nyeri sendi, dan terjadi di daerah endemis merupaka ciri-ciri yang kuat dari chikungunya.
Penemuan lab yang paling sering adalah lhympopenia. Suatu keadaan dimana jumlah limfosit
kurang dari 1000 per cubic/mm . selain itu ditemukan trombositopenia dan peningkatan level
AST, ALT dan hypokalemia. Dan secara definitive bisa ditegakan melalui PT-PCR. Dan bisa
mendeteksi beberapa jenis arbovirus seperti aedes aegypti. Pemeriksaan serologi IgM dapat
didiagnosis di hari ke 5 sampai beberapa bulan pasca onset. Untuk fase kronik masih belum ada
pemeriksaan penunjang yang secara spesifik menunjang diagnosa.
Patofisiologi
Virus chikungunya dapat secara mudah diisolasi dari nyamuk dan mamalia. Sel in vivo sudah
dapat diinvestigasi di dalam tikus atau hewan primate lain. Di percobaan yang dilakukan dalam
tikus, didapatkan bahwa virus menyerang sel fibroblast di dalam kulit di sekitar tempat suntikan
dandengan cepat di kendalikan oleh interferon tipe 1. Dan secara sistemik dapat menyebabkan
viremia dan berkembang dengan cepat didalam hati, otot, sendi, dan kulit. Di fase akut
chikungunya gejala-gejala tersebut muncul dikarenakan adanya proses infeksi di temoat tertentu
sehingga menimbulkan keluhan seperti otot tulang, tendon dan joint capsules.
Pada binatang virus tersebut juga menyerang system saraf pusat. Umumnya menginfeksu plexus
choroidalis. Bercampur dengan LCS dan menyebabkan meningitis. Infeksi pada hewan yang
sedang hamil dan percobaan pada plasenta manusia yang berasal dari ibu yang terinfeksi, dapat
disimpulkan bahwa sel virus dapat masuk lewat pertukaran darah di plasenta.
Kontribusi dari virus chikungunya terhadap sel myeloid baik pada fase akut atau kronik,
patogenesisnya masih belum dapat dimengerti sepenuhnya. Interaksi antara virus dan monosit
dan makrofag merupakan proses penting dari respon imun. Dan juga replikasi virus juga
membutuhkaninterferon tipe 1 yang juga dapat mendeteksi sel non myeloid. Dan juga terlibat
dalam mekanisme pembersihan sel-sel yang terinfeksi. Dimana proses pembersihan tersebut juga
mencetus respon mediator radang yang juga berhubungan dengan nyeri sendi yang kronik.
Keadaan tersebut sama dengan keadaan yang dialami oleh dengue fever. Yaitu sama sama belum
memiliki vaksin dan terapi yang spesifik. Sampai saat ini yang bisa dilakukan adalah
menjauhkan manusia dari vector yang berupa nyamuk. Usaha yang dapat dilakukan diantaranya
adalah mengurangi genangan air dan menjaga kebersihan air. Termasuk mencegah adanya
sampah yang berpotensi menjadi tempat penampungan air yang memungkinkan nyamuk bertelur
disana. Dan juga memberikan zat larvasida untuk menngendalikan populasi nyamuk. Namun
cara tersebut belum ada yang spesifik untuk mencegah nyamuk betina masuk dan berkeliaran
dilingkungan. Karena hanya nyamuk betina yang bisa mengigit dan menyebarkan virus. Cara
lain untuk mencegah gigitan nyamuk adalah menggunakan pakaian yang melindungi,
menyemprotkan obat nyamuk, mengoleskan lotion anti nyamuk, dan juga edukasi mengenai
nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus harus sering dilakukan, terutama kebiasaan mereka
mengigit pada siang hari.
Masa depan chikungunya dan prioritas penelitian
Meskipun sudah didapatkan aspek biologis dan pathogenesis chikungunya sudah diketahui,
masih banyak pertanyaan yang perlu dijawab untuk dapat menemukan terapi dan cara
pencegahan yang masih belum dapat ditemukan.struktur Kristal dan kompleks protein virus itu
tersendiri sudah dapat digambarkan. Namun reseptor dan mekanisme biomolekuler untuk virus
masuk bisa masuk ke tubuh manusia masih dipertanyakan.dan cara virus bereplikasi juga masih
belum diketahui secara spesifik.dan untuk mempelajari replikasi virus chikungunya masih
menggunakan pendekatan biomolekuler virus yang lama. Dan patofisiologi dari arthralgia juga
masih belum dapat diketahui. Untukmengetahui hal tersebut diatas masih diperlukan banyak data
data penelitian.
Selain itu juga dibutuhkan untuk mengetahui evolusi virus chikungunya dan adaptasi virus
dengan vector nyamuk, sehingga bisa menentukan strattegi yang lebih baik untuk pencegahan.
dan mengendalikan virus chikungunya dan dengue itu cukup penting karena bisa mencegah
terjadinya demam berdarahyang membuutuhkan perawatan di rumah sakit dan harus berhati-hati