Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Pemberian Teh Hijau (Camellia sinensis) Terhadap Kadar Glukosa

Darah Postprandial Pada Dewasa Muda


(Mahasiswa FKIK UNIB Angkatan 2013)
The Effect of The Green Tea Comsumption to Postprandial Blood Glucose Level in
Adolescents (FKIK UNIB students 2013)).
Doni Trinanda *), Choirul Muslim**), Edy Nur *),
*) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
**) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu
ABSTRAK
Latar Belakang: Kelompok dewasa muda (1835 tahun) diharapkan berada dalam
kondisi fisik yang optimal. Namun, kenyataannya golongan dewasa muda banyak
yang cenderung sudah banyak memiliki faktor risiko bahkan penyakit degeneratif
termasuk terkait kadar glukosa darah. Teh hijau dinilai baik untuk menurunkan kadar
glukosa darah disebabkan oleh kadar antioksidan (EGCG) yang dikandungnya.
Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimental klinis dengan jenis
penelitian before and after test. Penelitian menggunakan sampel yang diambil dengan
metode concecutive sampling pada semua mahasiswa FKIK UNIB angkatan 2013.
Kriteria sampel adalah mahasiswa dengan IMT tidak kurang dari 23 kg/m 2 dan pola
aktivitas fisik yang rendah. Data glukosa darah diambil dengan menggunakan metode
finger prick kemudian dianalisis dengan analisis eksperimental menggunakan data
numerik. Analisis sebaran data diuji dengan uji kolmogorov-smirnov dengan nilai p >
0,05. Analisis hubungan antara dua variabel numerik dengan uji t berpasangan. Batas
kemaknaan yang digunakan adalah 5 %. Analisis asupan makanan terkait pemenuhan
energi harian sampel akan diolah oleh program nurtisurveys 2007. Korelasi antara
jumlah kalori dan penurunan kadar glukosa darah dengan uji pearson.
Hasil Penelitian: Uji t untuk kadar gula darah postprandial memberikan hasil ratarata
kadar gula darah perlakuan satu adalah 124,09 8,905 dan perlakuan dua (setelah
pemberian teh hijau) adalah 81,45 14,102 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Perlakuan
kedua adalah perlakuan saat sampel meminum teh hijau sebanyak 300 ml (9 g).
Katekin yang ada pada teh hijau mempunyai efek menekan kenaikan glukosa darah
melalui penghambatan kerja enzim - amilase dan glucose transporters. Selain itu,
sifat katekin juga mimikri terhadap insulin dan dapat meningkatkankan sensitivitas
insulin sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Simpulan: Berdasarkan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian teh
hijau mempunyai pengaruh yang bermakna dalam penurunan kadar glukosa darah
postprandial pada kelompok dewasa muda (mahasiswa FKIK UNIB angkatan 2013.
Kata Kunci: kadar glukosa darah postprandial, pemberian teh hijau Pengaruh
Pemberian Teh Hijau (Camellia sinensis) Terhadap Kadar Glukosa
Darah Postprandial Pada Dewasa Muda
(Mahasiswa FKIK UNIB Angkatan 2013)

The Effect of The Green Tea Comsumption to Postprandial Blood Glucose Level in
Adolescents (FKIK UNIB students 2013)).
Doni Trinanda *), Choirul Muslim**), Edy Nur *),
*) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
**) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu
ABSTRACT
Background: Adolescents (1835 years old) should be at the optimal condition
physically, but nowadays they tend to have been in risky factors even degenerative
diseases including blood glucose level.Green tea is categorized as an appropriate
source to reduce blood glucose level. The reason is due to antioxidant (EGCG) in the
leaf.
Method: The design of this study is clinical experimental with the before and after
test type. The samples are counted by concecutive sampling method on FKIK UNIB
students 2013. The criteria of samples are the students whose BMI not less 23 kg/m 2
with low physical activity scores.Blood glucose data is taken by finger prick method.
It will be analyzed by experimental analysis with the numerical category. The
distribution of data is tested by kolmogorov-smirnov test with p > 0,05. The relation
between two numerical variables will be analyzed by t paired test. The significance
limit is 5 %. The correlation between total of calories and blood glucose level
reduction will be analyzed by pearson test.
The analysis of food intake including daily energy fullfilment will be examined by
nutrisurveys 2007 programme.
Result: T test showed that the postprandial blood glucose gives the average value on
first and second intervention in order are 124,09 8,905 and 81,45 14,102 with p =
0,000 < 0,05. It means that the second intervention is intervention which the samples
get the 300 ml of green tea (9 g). Tea catechin supresses blood glucose level by
inhibition of - amilase enzymes and glucose transporters activities. On other hand,
catechin is mimicry to insulin and to improves insulin sensitivity, thus tea catechin
decreases blood glucose level.
Conclusion: Based on this study, we can conclude that effect of the green tea
comsumption is significant in reducing postprandial blood glucose level at the FKIK
UNIB students 2013.
Keywords: postprandial blood glucose level, green tea comsumption

PENDAHULUAN

Prevalensi penyakit diabetes melitus sebagai penyakit utama yang berkaitan


dengan tingginya kadar glukosa darah adalah 194 juta jiwa atau 5,1 % dari penduduk
dunia usia dewasa dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 333 juta jiwa. Di
Indonesia sendiri, penderita diabetes sudah mencapai 8,4 juta jiwa pada tahun 2000,
dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2020. Hasil
laporan pada tahun 2008 menunjukkan prevalensi nasional diabetes melitus sebesar 1,1
%.
Teh hijau (Camellia sinensis) sudah dikenal selama berabad-abad lamanya
sebagai minuman maupun sebagai obat herbal. Teh hijau (Camellia sinensis) dinilai
baik untuk kesehatan karena kandungan antioksidannya yang cukup baik untuk
menangkal radikal bebas dalam tubuh. Polifenol, terutama epigallocatechin gallat
(EGCG) dapat melindungi sel beta pankreas dari pengaruh oksidasi.

Selain itu,

pemberian secara oral juga mampu menekan kadar glukosa darah. Bahkan, dalam
suatu studi kohort yang dilakukan pada kelompok wanita di Jepang, konsumsi teh
hijau (Camellia sinensis) yang teratur dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit
diabetes melitus tipe 2)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsumsi teh
hijau (Camellia sinensis) yang diberikan sebanyak 9 gram dalam 300 cc air pada
kelompok dewasa muda (1835) tahun dengan diet tinggi karbohidrat (100 gram)
terhadap kadar glukosa darah postprandial..
SUBJEK DAN METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi eksperimental dengan desain
before and after. Penelitian ini dilakukan di ruang kuliah FKIK UNIB. Pengumpulan
data akan dimulai pada bulan Januari 2014 selama satu bulan. Populasi dalam
penelitian ini dewasa muda sehat dengan usia 18-35 tahun yang menjadi mahasiswa
FKIK UNIB angkatan 2013 dengan jumlah sampel yang di peroleh adalah sebanyak
11 siswa. Metode sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Kriteria
inklusi pada penelitian ini adalah Mahasiswa-mahasiswi FKIK UNIB tahun 2013
dengan usia 18 35 tahun, Memiliki IMT antara 18,5 23Kg/m 2, Memiliki pola
aktivitas fisik yang kurang (< 4 METS), Bersedia menjadi di sampel penelitian dengan

menandatangani lembar persetujuan penelitian. Kriteria eksklusi meliputi Mengalami


gangguan toleransi glukosa darah oral, Mengalami penyakit diabetesmelitus,
melakukan aktivitas fisik sedang (4-7 METS), dan berat (>7 METS), mengalami
gangguan hati, ginjal, dan kardiovaskular berdasarkan anamnesis, mengalami penyakit
kronis seperti kanker, dalam masa penggunaan obat antihiperglikemik (oral/injeksi),
dalam pengonsumsian suplemen antioksidan, mempunyai riwayat gangguan
pencernaan setelah mengonsumsi teh, dalam keadaan hamil atau menyusui.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari catatan asupan makanan
(food record) 3 hari, hasil pemeriksaan kadar glukosa postprandial, penilaian aktivitas
fisik, pemeriksaan IMT dan penilaian asupan makanan. Data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh dari bagian kemahasiswaan FKIK Universitas Bengkulu. Data
dianalisa dengan uji t pada tingkat kemaknaan 95%. Hipotesis alternatif diterima
apabila nilai p < 0,05.
HASIL-HASIL
Proses analisis hubungan antara dua variabel numerik tersebut yang
berdistribusi normal dengan desain studi before and after dilakukan uji t berpasangan
(paired samples test). Sebelum dilakukan uji t tersebut terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas data untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat
pada tabel berikut
Tabel 1. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
No Kadar Gula Darah
1
2

Rata
rata

Perlakuan
Puasa
0,977 84,09
Satu
Postprandial 0,730 87,27
Perlakuan
Puasa
0,841 124,09
Kedua Postprandial 0,999 81,45

Standar
Deviasi
8,916
10,160
8,905
14,102

Keterangan
Normal
Normal
Normal
Normal

Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai seluruh data > 0,05 yang
berarti bahwa data berdistribusi normal.
Tabel 3. Pengaruh Pemberian Teh Hijau terhadap Kadar Gula Darah

No Kadar Gula Darah


1

Puasa

Post

Perlakuan Satu
Perlakuan Dua
Perlakuan Satu
Perlakuan Dua
Prandial

Rata-rata
84,09

p
0,381

87,27
124,09

0,000

81,45

Hasil uji t untuk kadar gula darah puasa diperoleh rata-rata kadar gula darah
perlakuan satu adalah 84,09 8,916dan perlakuan dua adalah 87,27 10,160 dengan
nilai p = 0,381 > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang jauh antara
kadar gula darah puasa pada dewasa muda (mahasiswa FKIK Universitas Bengkulu
tahun 2013) selama perlakuan satu dan dua.
Hasil uji t untuk kadar gula darah postprandial diperoleh rata-rata kadar gula
darah perlakuan satu adalah 124,09 8,905 dan perlakuan dua (setelah pemberian teh
hijau) adalah 81,45 14,102 dengan nilai signifikasi 0,000 ( p < 0,05) yang berarti
peneliti percaya sebesar 95 % jika dilakukan pengukuran pada populasi, selisih kadar
glukosa postprandial perlakuan satu dan dua adalah antara 35,239 sampai 50,034.
Sehingga didapatkan pengaruh pemberian teh hijau terhadap kadar gula darah
postprandial pada dewasa muda mahasiswa FKIK Universitas Bengkulu tahun 2013.

Tabel 4. Korelasi Asupan Energi terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Postprandial
No.
1
2

Variabel
Asupan Energi
Penurunan Kadar Gula darah Postprandial

-0,761

0,006

Tabel di atas menunjukkan pengaruh asupan energi terhadap penurunan kadar


gula darah. Nilai r hitung = -0,761 serta nilai p = 0,006< 0,05 yang berarti bahwa
asupan energi mempengaruhi penurunan kadar gula darah postprandial. Hasil di atas
menjukkan nilai signifikasi 0,006 yang berarti bahwa korelasi antara asupan energi
dan penurunan kadar glukosa darah postprandial adalah bermakna. Nilai korelasi
pearson sebesar -0,761 yang berarti korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang

kuat. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi asupan energi harian seseorang,
semakin rendah penurunan kadar glukosa darah postprandial.

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian teh hijau
terhadap kadar gula darah postprandial pada dewasa muda mahasiswa FKIK
Universitas Bengkulu tahun 2013. Hal ini terlihat dari rata-rata kadar gula darah
postprandial yang mengalami penurunan setelah diberikan teh hijau. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa asupan energi berbanding terbalik dengan
penurunan kadar gula darah postprandial, yang berarti bahwa semakin tinggi asupan
energi makan penurunan kadar gula darah postprandial akan semakin sedikit
begitupun sebaliknya, semakin rendah asupan energi makan penurunan kadar gula
darah postprandial akan semakin besar.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa EGCG pada
teh hijau mempunyai efek menurunkan kadar gula darah dengan beberapa
mekanisme seperti meningkatkan sensitivitas insulin maupun mimikri insulin 74.
Penelitian ini melakukan perbandingan antara efek teh hijau dan konsenstrasi
fisiologis (deksametason dan CAMP) terhadap penurunan kadar glukosa yang
dilakukan secara in vitro pada sel hepatoma 74. Pada penelitian, terlihat pengeluaran
insulin pada kontrol konsentrasi fisiologis hanya 10 nm saja, sedangkan pada
kelompok perlakuan teh hijau, pengeluaran insulin sebanyak 25 um 74. Hal inilah
yang menyebabkan terjadi penurunan glukosa yang lebih signifikan pada kelompok
yang diberikan teh hijau dibandingkan kelompok yang diberi konsentrasi fisiologis
74

.
Penelitian in vivo pada tikus menunjukkan katekin menghambat kenaikan gula

darah melalui inhibisi enzim - amilase. Mekanisme ini terjadi pada usus halus,
sehingga zat pati dan sukrosa yang masuk ke usus halus tidak bisa dipecah menjadi
glukosa dan penyerapannya tidak maksimal.84 Selain mekanisme di atas, katekin
juga menghambat transporter glukosa yang ada di usus halus seperti
SGLT 1, GLUT 1, dan GLUT 3. 85

Mekanisme katekin terkait penghambatan kenaikan kadar gula darah adalah


menekan pembuatan glukosa di hati. 85 Katekin sendiri melindungi sel - pankreas
dari kerusakan melalui inhibisi aktivitas nuclear factor-B, hal inilah yang
dipercaya dapat mencegah terjadinya diabetes melitus tipe dua pada orang yang
rutin mengonsumsi teh hijau. 85
Sebuah studi di Jepang menunjukkan katekin bersifat mimikri terhadap
insulin karena efek seluler EGCG yang juga menekan ekspresi gen terkait enzim
yang bersifat glukoneogenik yaitu enzim phosphoenolpyruvate carboxykinase.74
Di samping itu, EGCG mampu meningkatkan substrat dan fosforilasi tirosin dari
reseptor insulin sehingga mampu meningkatkan aktivitas dan sensitivitas insulin.75
Efek inilah yang membuat katekin yang dikandung oleh teh hijau, tidak hanya
menghambat kenaikan glukosa darah tapi juga dapat menurunkan kadar gula darah.
Pada penelitian lain yang dilakukan di Bogor pada orang dengan diabetes
melitus, pemberian teh hijau pada kelompok perlakuan dapat mencegah kondisi
hiperglikemia sebanyak 30 sampai 70 kali dari risiko sebelumnya 47.
Penelitian selanjutnya dengan metode random controlled trial menunjukkan
hasil yang berbeda 81. Pemberian teh hijau dan air putih secara crossover pada 15
orang sampel normal menunjukkan efek teh hijau tidak secara signifikan dalam
menurunkan kadar glukosa darah postprandial 81. Namun, pada penelitian ini
didapatkan bahwa sampel saat minum teh hijau akan merasakan keadaan yang lebih
kenyang dan tahan lama dibandingkan saat minum air putih 81.
Dalam suatu studi lain yang menggunakan daun daluman dan daun murbei
untuk penurunan kadar gula darah, didapatkan bahwa kadar gula darah yang
mengalami penurunan yang bermakna secara klinis jika terjadi penurunan lebih sama
dari sepuluh persen dari kadar gula darah sebelumnya

13

. Berdasarkan uraian ini,

maka hasil pemeriksaan kadar glukosa darah postprandial pada perlakuan dua
menunjukkan terjadinya penurunan kadar glukosa secara bermakna klinis.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, serta sesuai dengan tujuan
penelitian ini, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberian teh hijau dapat menurunkan kadar gula darah postprandial pada kelompok
dewasa muda (mahasiswa FKIK Universitas Bengkulu tahun 2013).

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka beberapa hal yang
disarankan adalah sebagai berikut:
1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis optimal teh hijau terhadap
penurunan kadar glukosa darah, baik untuk pencegahan maupaun pengobatan.
2. Perlu dilakukan perbandingan dengan kelompok yang sudah mengalami diabetes
melitus untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih baik
3. Asupan makanan sampel selama periode washout disamakan dan di-follow up,
sehingga tidak ada faktor bias dari asupan makanan sampel.
4. Untuk kelemahan penelitian sendiri bisa datang dari akurasi alat glukometer,
kepatuhan sampel dalam mendapat perlakuan, serta pencatatan food record yang
sering keliru baik dari segi jumlah, berat, jenis dan bahan makanan.
5. Terkait pencatatan food record, terdapat beberapa kelemahan lainnya, seperti:
penggunaan metode analisis dan pengolahan data yang tidak tepat, keterbatasan
konversi standar makanan, inkonsistensi dalam penggunaan istilah makanan yang
dicatat, maupun faktor luar seperti keadaan lingkungan, proses pemasakan dan
penyajian makanan.

6. Dari segi penilaian asupan makanan senidiri, peneliti hanya menilai pemenuhan
energi harian dari sampel, dibutuhkan penilaian dan lanjutan tentang rincian
komposisi makronutrien dari total kalori harian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Nurhayati Siti. Gaya Hidup dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Hipertensi
dan Diabetes Melitus pada Pria dan Wanita Usia Dewasa di DKI Jakarta. Bogor:
IPB.2009.
2. Departemen Kesehatan. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun
2007. Jakarta: Depkes, 2008.
3. Andranita Marchantia.Fokus Karir pada Pekerja Usia Dewasa Muda. Jakarta:
FPSIUI, 2008.
4. Efendi Rusman. Pengendalian Glukosa Darah oleh Daun Teh hijau (Camellia
sinensis) dan atau Daun Teh Murbei pada Tikus Diabetes. Bogor: IPB, 2008.
5. Saunders W.B. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed ke-25. Jakarta:EGC, 1998;
473.
6. Guyton Arthur C, Hall John E.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-11. Jakarta:
EGC, 2007; 850: 873: 881: 1019.
7. Tiedge M, Lortz S, Lenzen S. Relation between Antioxidant Enzyme Gene
Expression and Antioxidative Defense Status of Insulin Producing Cells. Diabetes
46, 1997; 17331742.
8. Robertson RP, Harmon J, Tran Po, Tanaka Y, Takahashi H. Glucose Toxicity in
Cells Type 2 Diabetes Good Radicals Gone Bad and The glutathione Connection.
Diabetes 52, 2003; 581587.
9. Del Prato S. Loss of Early Insulin Secretion Leads of Postprandial Hyperglicemia.
Diabetologia 46, 2003; M2M8.
10. Bast A, Wolf G, Oberbaurner I, Walter R. Oxidative and Nitrosative Stress Induces
Peroxiredoxins in Pancreatic Beta Cells. Diabetologia 45, 2002; 867 876.
11. Sargowo Djanggan, Andarini Sri. The Relationship between Food Intake and
Adolescent Metabolic Syndrome. Jurnal Kardiologi Indonesia. Volume 32, 2011.
12. Widowati Sri. Pemanfaat Ekstrak Teh hijau (Camellia sinensis) (Camellia sinensis
O. Kuntze) dalam Pengembangan Beras Fungsional untuk Penderita Diabetes
Melitus. Bogor: IPB, 2007.
13. WHO. WHO Technical Report Series. Health Communication Australia:
Melbourne, 2005.
14. Marchand Loic Le, Wilkens R Lynne, Kolonel Laurence N. Associations of
Sedentary Lifestyle, Obesity, Smoking, Alcohol Use, and Diabetes with The Risk of
Colorectal Cancer. Cancer Research 57, 1997; 47874794.
15. Scalbert A, Williamson G. Dietary intake and bioavailability of polyphenols.
Journal Nutrition 130: 2073S-2085S, 2000.
16. Tuminah S. Teh (Camellia sinensis O.K. var Assamica (mast)) sebagai salah satu
antioksidan. Jakarta: Cermin Kedokteran, 2004.
17. Crespy V, Morand C, Manach C, Besson C, Demigne C, Remesy C. Part of
Quercentin Absorbed in The Small Intestine is Conjugated and further Secreted in
The Intestinal Lumen. American Journal Physiology, 1999.

18. Bell JR, Donovan Jl, Wong R, Waterhouse AL, German JB, Walzem RT. (+)
Catechin in Human Plasma after Ingestion of a Single Serving of Reconstituted
Red Wine. American Journal Clinical Nutrition, 2000.
19. Bokkenheuser VD, Shackleton CHL, Winte J. Hydrolysis of Dietary Flavonoid
Glycosides by Strain of Intestinal Bacteroides from Humans. Biochemistry
Journal, 1987.
20. Haryoto Arif. Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
21. Fukino Y, Ikeda A, Maruyama K, Aoki N, Okubo T, Iso H. Randomized Controlled
Trial for an Effect of Green Tea Extract Powder Supplementation on Glucose
Abnormalities. European Journal Clinical Nutrition, 2008. 62:953-960.
22. MacKenzie T, Leary L, Brooks WB. The Effect an Extract of Green and Black Tea
on Glucose Control in Adults with Type 2 Diabetes Mellitus. Metabolic Clinical
and Experimental, 2007.
23. Tsuneki H, Ishizuka M, Terasawa M, Wu JB, Sasaoka T, Kimura I. Effect of Green
Tea on Blood Glucose Levels and Serum Proteomic Patterns in Diabetic Mice and
on Glucose Metabolism in Healthy Humans. Biology Medical Central
Pharmacology, 2004.
24. Brown AL, Lane J, Coverly J, Stocks J, Jackson S, Stephen A, Bluck L, Coward
A, Hendrickx H. Effect of Dietary Supplementation with The Green Tea
Polyphenol Epigallocatechin-3-gallate on Insulin Resistance and Associated
Metabolic Risk Factors. British Journal Nutrition, 2009.
25. Wolfram S. Effect of Green Tea and EGCG on Cardiovascular and Metabolic
Health. Journal American College of Nutrition, 2007.
26. Anderson Richard A, Polansky Marilyn M, Tea Enhances Insulin Activity.
Maryland: Journal Agricultural Food Chemistry, 2002.
27. Y. Koyama, K. Abe, Y. Sano, Y. Ishizaki, M. Njekela, Y. Shoji, Y. Hara, M.
Isemura. Effects of Green Tea on Gene Expression of Hepatic Gluconeogenic
Enzymes in Vivo, Planta Medical 70, 2004;11001102.
28. Sueoka N, Suganuma M, Sueoka E, Okabe S, Matsuyama S, Imai K,Nakachi K,
Fujiki H.A New Function of Green Tea: Prevention of Lifestyle Related Diseases.
Annals of New York Academy of Sciences, 2001.
29. Yun Seoung-young, Kim Sang-pyo, Song Dae-kyu. Effects of ()epigallocatechingallate on Pancreatic Beta-cells Damage in Streptozotocininduced Diabetic Rats.
South Korea: Elesevier Masson, 2006.
30. Roghani Mehrdad, Baluchnejadmojarad Tourandokht. Hypoglycemic and
Hypolipidemic Effect and Antioxidant Activity of Chronic Epigallocatechingallate
in Streptozotocin-diabetic Rats. Tehran: Elsevier Masson, 2009.
31. Li Ting, Liu Jianwen, Zhang Xiaodong, ji Guang. Antidiabetic Activity of
Lipophilic ()-epigallocatechin-gallate Derivate Under Its Role of -glucosidase
Inhibition. Shanghai: Elsevier Masson, 2006.
32. Yang Jian, Han Yu, Chen Caiyu, Sun Hailan, He Duofen, Guo Jing, Jiang
Baoquan, Zhou Lin, Zeng Chunyu. EGCG Attenuates High Glucose-induced
Endothelial Cell Inflammation by Suppression of PKC and NF-B Signaling in
Human Umbilical Vein Endothelial Cells. Chongqing: Elsevier Masson, 2013.
33. Merawati Desiana, Wibowotomo Budi, Sulaeman Ahmad, Setiawan Budi. Uji
Organoleptik dan Flake Campuran Tepung Pisang dengan Kurma sebagai
Suplemen bagi Olahragawan. Jurnal Teknologi Industri Boga , 2012.
34. Josic Julija, Olsson Anna Tholen, Wickeberg Jennie, Lindstedt Sandra,

Hlebowicz Joanna. Does Green Tea Affect Postprandial Glucose insulin and Satiety
in Healthy Subjects:A Randomized Controlled Trial.Malmo: Nutrition Journal, 2010.
35. Kronenberg Henry M, Melmed Shlomo, Polonsky Kenneth S, Larsen P. Reed.
William Textbook of Endocrinology.Elsevier Saunders, 2008.
36. Blumchen G, Jette M, Sidney K. METS in Exercise Testing, Exercise Prescription,
and Evaluation of Functional Capacity. Clinical Cardiology Journal, 2009; 555
565.
37. Matsumoto Natsuki, Ishigaki Fumiko, Ishigaki Akiyo, Iwashina Hirotoshi, Hara
Yukihiko. Reduction of Blod Glucose Level by Tea Catechin. Food Research
Laboratories, Mitsui Norin Company, Japan, 1993.
38. Nagao Tomonori, Meguro Shinichi, Hase Tadashi, Otsuka Kazuhiro, Komikado
Masanori, Tokimitsu Ichiro, Yamamoto Takashi, Yamamoto Kunio. A Catechinrich
Beverage Improves Obesity and Blood Glucose Control in Patients with Type 2
Diabetes. Health Care Food Research Laboratories, Japan, 2008

Anda mungkin juga menyukai