Prinsip Dasar Perubahan Iklim
Prinsip Dasar Perubahan Iklim
DOSEN PEMBIMBING :
HAFIZH PRASETIA, S.Si, M.S
OLEH : KELOMPOK 11
GINA LOVASARI
H1E108020
H1E108027
H1E108072
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
1.2 Tujuan..............................................................................................
18
20
3.1 Kesimpulan.......................................................................................
20
3.2 Saran.................................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
21
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pemanasan global..................................................................
Gambar 2. Konsentrasi Karbon Dioksida dan Gas Rumah Kaca Lainnya..
Gambar 3. Kenaikan Air Laut di Jakarta.
Gambar 4. Berkurangnya Tutupan Salju di Berbagai Negara.
Gambar 5. Mencairnya Gletser Akibat Perubahan Iklim.
Gambar 6. Arktik yang menghangat
4
5
6
7
7
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya ketidakpastian tentang dampak perubahan iklim bagi populasi
manusia, menjadikan kita untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang
manajemen perubahan yang akan terjadi dan jenis efek yang mungkin
berhubungan dengan perubahan iklim. Yang menjadi konteks penting adalah
bagaimana perubahan iklim terjadi dan apakah kita mampu beradaptasi. Beberapa
pendapat mengatakan bahwa manusia sangat pandai dan dapat menemukan solusi
teknologi yang tepat untuk masalah perubahan iklim. Lain halnya dengan negaranegara maju yang dapat menemukan solusi untuk mengatasi dampak dari
perubahan iklim, sebaliknya bagi negara berkembang maupun negara miskin,
solusi yang ada akan sulit tercapai dan sesuai dengan tujuan yang hendak di capai.
Dampak kesehatan dari perubahan iklim sulit untuk diukur karena mereka
tidak hanya melibatkan masa depan yang tidak pasti, tetapi juga karena ada
kesuliatan dalam mendefinisikan dampak kesehatan pada manusia itu sendiri.
Untuk studi epidemiologis sendiri sangatlah jarang dalam mempelajari hubungan
antara iklim dan kesehatan, sebagian besar studi hanya fokus pada satu kejadian,
baik itu tempat, iklim maupun kesehatan.
Untuk itu pentingnya kita mengetahui prinsip-prinsip dari perubahan
iklim. Dimana prinsip perubahan iklim itu sendiri merupakan kebenaran umum
yang dijadikan sebagai pedoman berpikir adanya perubahan pada iklim yang
disebabkan secara langsung mapun tidak langsung sebagai akibat ulah kegiatan
manusia yang mengubah komposisi atmosfer secara global. Sehingga dengan
mengetahui prinsip perubahan iklim, kita dapat mempelajari hubungan antara
perubahan iklim dan kesehatan manusia, yang dapat kita gabungkan dalam studi
epidemiologi.
Selain pengertian prinsip perubahan iklim, adanya fakta-fakta tentang
perubahan iklim akan dijelaskan melalui tulisan ini. Selain itu hubungan antara
kesehatan dengan perubahan iklim akan dibahas juga dalam tulisan ini serta penyakitpenyakit apa saja yang timbul dari proses perubahan iklim secara global.
1.2 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan ini meliputi adalah :
1. Memberikan gambaran luas penyebab perubahan iklim.
2. Menggambarkan efek kesehatan potensial yang mungkin terkait dengan
perubahan iklim.
3. Memberikan solusi atau strategi pengendalian untuk mengurangi potensi
dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Prinsip Dasar Perubahan Iklim
Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum
maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah
pedoman untuk berpikir atau bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh dari
sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan merupakan akumulasi dari
pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah obyek atau subyek tertentu
(Wikipedia, 2010).
Sedangkan berdasarkan United Nations Framework Convention on Climate
Change, perubahan iklim diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjuk pada
adanya perubahan pada iklim yang disebabkan secara langsung maupun tidak
langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan juga
terhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu.
dalam periode dekade sehingga issue perubahan iklim masih menjadi hal yang
menimbulkan pro dan kontra. Perubahan konsentrasi gas rumah kaca global ini
juga berpengaruh pada kenaikan suhu lokal di Indonesia. Di Indonesia terjadi
perubahan secara perlahan-lahan lebih kurang 0,03oC per tahun. Apabila di tinjau
dalam periode puluhan tahun maka perubahn ini cukup besar. Apalagi jika
kenaikan suhu menyertai kejadian iklim ekstrim. Perubahan iklim global ini
memberikan dampak di berbagai bidang kehidupan termasuk kesehatan
(Wijayanti, 2010).
Jadi dapat kita simpulkan bahwa prinsip dasar dari perubahan iklim adalah
kebenaran umum yang dijadikan sebagai pedoman berpikir adanya perubahan pada
iklim yang disebabkan secara langsung mapun tidak langsung sebagai akibat ulah
kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer secara global.
Meningkatnya pemanasan :
Sebelas dari dua belas tahun terakhir merupakan tahun-tahun terhangat
dalam temperatur permukaan global sejak 1850. Tingkat pemanasan rata-rata
selama lima puluh tahun terakhir hampir dua kali lipat dari rata-rata seratus
o
tahun terakhir. Temperatur rata-rata global naik sebesar 0.74 C selama abad
ke-20, dimana pemanasan lebih dirasakan pada daerah daratan daripada
lautan.
c.
Utara, Asia Utara serta Asia Tengah. Tetapi pada daerah Sahel, Mediteranian,
Afrika Selatan dan sebagian Asia Selatan mengalami pengurangan
presipitasi. Sejak tahun 1970 telah terjadi kekeringan yang lebih kuat dan
lebih lama.
Pola yang berubah pada curah hujan membawa konsekuensi pada
kondisi pasokan air tawar. Secara global, kelangkaan air telah mempengaruhi
hajat hidup empat dari setiap 10 orang. Kurangnya air dan kualitas air yang
buruk berdampak pada kondisi kebersihan dan kesehatan. Hal ini
meningkatkan risiko diare, yang membunuh sekitar 2,2 juta orang setiap
tahun, serta trachoma (infeksi mata yang dapat menyebabkan kebutaan) dan
penyakit lainnya (Anonim1, 2010).
Kelangkaan air juga memaksa orang melakukan perjalanan jarak jauh
untuk mendapatkannya dan memaksa mereka memiliki stok di rumah. Hal ini
dapat meningkatkan risiko kontaminasi air rumah tangga, penyebab penyakit
(Anonim1, 2010).
d.
Kenaikan muka air laut akan meningkatkan risiko banjir pesisir, dan akan
memaksa perpindahan penduduk. Lebih dari setengah populasi dunia
sekarang hidup pada lingkar 60 kilometer dari garis pantai. Banjir dapat
menyebabkan secara langsung cedera dan kematian, dan risiko infeksi
meningkat akibat penyebaran air pembawa penyakit. Perpindahan penduduk
dapat meningkatkan ketegangan dan potensi risiko konflik (Anonim1, 2010).
e.
f.
g.
Sedangkan untuk efek langsung dari suhu dingin sering terjadi pada orangorang yang terjebak di salju untuk waktu beberapa lama. Jika pada suhu panas
terjadi heat stroke, di suhu dingin terjadi frozen bite. Manusia dapat mati
kedinginan karena sirkulasi darah ke otak terhambat. Terjadi hambatan sirkulasi
darah ke anggota badan karena otot-otot membeku dan aliran darah terhambat
menyebabkan nekrosis, jaringan di anggota badan mati. Jika hal ini berlangsung
lama maka tidak bisa dipulihkan. Apabila jantung dan otak masih berfungsi maka
orang tersebut menjalani amputasi (Thabrany, 2007).
Selain gelombang panas dan suhu dingin, banjir juga menjadi ancaman
utama bagi kesehatan manusia. Banjir adalah bencana yang dapat berdampak
dahsyat, merusak bangunan fisik infrastruktur, organisasi sosial dan kegembiraan
manusia. Secara teoritis, banjir adalah hasil dari interaksi dari curah hujan, run off
permukaan, evaporasi, angin, tinggi permukaan air laut, dan topografi lokal.
Bencana banjir dan badai mulai muncul dalam 2 dekade ini. Pada tahun 2003, 130
juta jiwa menjadi korban banjir bandang di China. Sedangkan pada tahun 1999,
30.000 orang mati karena badai yang diikuti banjir dan tanah longsor di
Venezuela. Banjir mengakibatkan kesehatan manusia terancam berbagai penyakit
menular dan penyakit mental. Leptospirosis, diare, gangguan saluran pernapasan,
scabies, dan penyakit lainnya mengancam warga pasca banjir. Apalagi untuk
mereka yang tinggal di pengungsian. Tanpa adanya persiapan dan perencanaan
yang bagus, tempat pengungsian dapat menjadi episentrum berbagai KLB
(Kejadian Luar Biasa) (Kamaluddin, 2010).
2.3.2 Dampak Tidak Langsung
Untuk efek tidak langsung dari perubahan iklim jauh lebih banyak dan
lebih sulit dihitung kerugian ekonominya. Banyak faktor penyulit atau penyerta
yang turut menentukan efek iklim tidak langsung terhadap manusia. Misalnya
badai Sidr yang terjadi di Bangladesh bulan November 2007 telah merenggut
korban lebih dari 2000 orang dan ratusan ribu orang lain menderita berbagai
penyakit kulit, saluran pencernaan dan kekurangan makanan. Kejadian bencana
alam ini sudah jelas akibat perbedaan suhu di permukaan bumi (Thabrany, 2007).
Selain itu, secara tidak langsung perubahan iklim dapat mengubah kualitas
air, udara, makanan; ekologi vektor; ekosistem, pertanian, industri, dan
perumahan. Semua aspek tersebut memiliki peranan yang sangat besar dalam
menentukan kualitas hidup manusia. Perubahan iklim telah menciptakan suatu
rangkaian kausalitas kompleks yang berujung pada dampak kesehatan
(Kamaluddin, 2010).
Misalnya saja, kualitas dan suplai makanan. Variabel ini sangat
dipengaruhi oleh iklim. Bagaimana keteraturan iklim telah membuat petani tahu
kapan waktu yang tepat untuk menebarkan benih, memupuk, dan memanen
lahannya. Saat iklim berubah, cuaca juga berubah. Kekeringan dan banjir dapat
datang sewaktu-waktu. Mungkin petani masih bisa memanfaatkan air tanah. Akan
tetapi, seperti telah disebutkan dalam penjelasan sebelumnya, aktivitas
antropogenik manusia telah merubah wajah vegetasi bumi. Kualitas dan kuantitas
air tanah dan permukaan kini juga berada dalam ancaman. Perubahan cuaca,
kelembaban, suhu udara, arah dan kekuatan angin juga mempengaruhi perilaku
hama (Kamaluddin, 2010).
IPCC menyimpulkan bahwa bahwa beberapa studi mengindikasikan
meningkatnya tekanan panas, kekeringan, dan banjir secara negatif akan
mempengaruhi lahan pertanian melebihi dampak perubahan iklim. Hal tersebut
juga diperkirakan akan membentuk kemungkinan terjadinya kejutan yang
dampaknya lebih luas, muncul lebih awal, lebih daripada yang diperkirakan.
Variabilitas iklim dan perubahan juga mengubah risiko terjadinya kebakaran,
outbreak patogen dan hama, yang berefek negatif pada ketersedian suplai
makanan dan kehutanan (Kamaluddin, 2010).
2.3.3 Dampak Sosial Ekonomis
Perubahan iklim cenderung mengakibatkan bencana. Hal tersebut secara
klinis akan mengakibatkan gangguan kesehatan. Selain itu, bencana-bencana
tersebut juga dapat melumpuhkan kegiatan perekonomian manusia. Bencana yang
merusak bangunan fisik, melumpuhkan sumber daya manusia lewat penyakit,
serta dapat mengancam iklim investasi. Hal tersebut dapat mengganggu kondisi
sosial dan ekonomi manusia (Kamaluddin, 2010).
hidung
Kematian dan rudapaksa
(injuries)
Penyakit menular dan
produksi aeroalergen
Banjir, tanah longsor, dan badai menimbulkan
rudapaksa dan kematian langsung
Banjir memutus suplai air bersih dan merusak sistem
gangguan mental
Kelaparan, gangguan
gizi, diare, dan penyakit
saluran pernafasan
Biasa (KLB)
Banjir meningkatkan gangguan stress
Kekeringan mengurangi persediaan air dan higiene yang
menimbulkan banyak masalah kesehatan
Kekeringan juga meningkatkan risiko kebakaran hutan
kegiatan
reproduksi
nyamuk
yang
ditandai
dengan
perkembang
biakan
nyamuk
Aedes
aegypti
dengan
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam
satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Diare akan
menyebabkan terjadinya dehidrasi yang akan membahayakan jiwa terutama
pada balita dan orang lanjut usia.
Penyebab diare bermacam-macam, bisa disebabkan oleh virus, di mana
virus melekat para permukaan sel mukosa usus dan menyebabkan kerusakan
pada sel-sel usus. Penyerapan pada usus menjadi menurun dan pengeluaran air
dan elektrolit meningkat. Diare juga bisa disebabkan oleh enterotoksin atau
racun yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium dan endotoksin yang
dihasilkan oleh Staphylococcus.
Penyebab diare yang terbanyak adalah karena infeksi bakteri E. coli. Diare
dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan.
Membersihkan tangan dengan sabun, meminum air minum yang telah diolah,
menggunakan air yang tidak terkontaminasi, pengelolaan sampah yang baik
agar makanan tidak tercemar dan membuang air besar pada tempatnya akan
mengurangi penularan diare.
e. Leptospirosis
Leptospirosis merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh
mikroorganisma leptospira yang ditularkan melalui hewan pengerat terutama
tikus, Penyakit ini sebenarnya sudah ada sejak abad 19 dan mulai muncul
kembali sejak terjadinya banjir di Jakarta tahun 2002. Penyakit leptospirosis
ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis
dan subtropis. Hal ini akibat curah hujan yang tinggi yang disertai dengan
kesehatan lingkungan yang kurang baik sehingga mempermudah penularan
leptospirosis. Kejadian leptospirosis di Indonesia cukup tinggi dan angka
kematian karena penyakit ini cukup besar.
f. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
Perubahan iklim dan cuaca, ternyata mengakibatkan proses mutasi
sejumlah jenis virus menjadi lebih cepat. Indonesia yang merupakan negara
kepulauan yang terletak di garis khatulistiwa, di antara dua benua dan dua
samudera, merupakan yang paling rentan terkena dampak dari perubahan
iklim dan cuaca. Pemanasan global mengakibatkan perubahan jalannya
evolusi flora dan fauna, yaitu memudahkan kuman bertumbuh dan mutasi.
Pada tahun 2003 mutasi corona virus yang baru menyebabkan pandemik
SARS (severe acute respiratory syndrome) atau CVP (corona virus
pneumonia). Setelah itu, muncul kasus hebat di kawasan Asia, Eropa dan
Amerika Latin, yakni flu burung.
Kasus SARS (severe acute respiratory syndrome) atau sindrom pernapasan
akut berat pertama kali ditemukan di propinsi Guangdong (China) pada bulan
November 2003. SARS (Severe acute respiratory syndrome) adalah penyakit
infeksi pada jaringan paru manusia. Penyakit SARS ini mempunyai tingkat
penularan yang tinggi terutama diantara petugas kesehatan yang selanjutnya
menyebar ke anggota keluarga dan pasien-pasien Rumah Sakit. Angka
kematian di antara penderita (CFR) diketahui sekitar 4%. Hingga saat ini
SARS dilaporkan telah menyebar di berbagai negara ditandai dengan
ditemukannya penderita yang dicurigai SARS. Dengan kenyataan di atas maka
pada tanggal 15 Maret 2003, WHO menetapkan SARS merupakan ancaman
kesehatan global (Global Threat) yang harus mendapat perhatian dari semua
negara di dunia.Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah yang
luas dan berbatasan dengan negara-negara terjangkit dan negara tempat
ditemukannya penderita SARS. Keadaan ini menjadi ancaman terhadap
masuknya penyakit ini ke wilayah Indonesia dan didukung oleh banyaknya
jalur transportasi langsung dengan daerah-daerah di Indonesia.
g. Flu burung
Pemanasan global mengakibatkan meningkatnya kasus flu burung (avian
influenza/AI). Ini karena meningkatnya suhu udara mendorong peningkatan
penguapan sehingga kondisi udara lebih lembab, sementara virus AI (Avian
Influenza) sangat menyukai kondisi lembab dan dingin. Flu burung adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan
oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini
antara lain avian influenza. Etiologi penyakit ini adalah virus influenza.
Dikenal beberapa tipe virus influenza, yaitu; tipe A, tipe B dan tipe C. Virus
Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu: H1N1, H3N2, H5N1, H7N7,
H9N2 dan lain-lain. Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pathogenic
DAFTAR PUSTAKA