Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KEHILANGAN MINYAK PADA

CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN MENGGUNAKAN


METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL
Vera Devani1 dan Marwiji2
Abstract: PKS XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pengolahan kelapa sawit. Produk yang dihasilkan adalah Crude Palm Oil (CPO)
dan Palm Kernel Oil (PKO). Tujuan penelitian ini adalah menganalisa
kehilangan minyak (oil losses) dan faktor-faktor penyebab dengan menggunakan
metoda Statistical Process Control. Statistical Process Control adalah
sekumpulan strategi, teknik, dan tindakan yang diambil oleh sebuah organisasi
untuk memastikan bahwa strategi tersebut menghasilkan produk yang berkualitas
atau menyediakan pelayanan yang berkualitas. Sampel terjadinya oil losses pada
CPO yang diteliti adalah tandan kosong (tankos), biji (nut), ampas (fibre), dan
sludge akhir. Berdasarkan Peta Kendali I-MR dapat disimpulkan bahwa kondisi
keempat jenis oil losses CPO berada dalam batas kendali dan konsisten.
Sedangkan nilai Cpk dari total oil losses berada di luar batas kendali rata-rata
proses, hal ini berarti CPO yang diproduksi telah memenuhi kebutuhan
pelanggan, dengan total oil losses kurang dari batas maksimum yang ditetapkan
oleh perusahaan yaitu 1,65%.
Keywords: capabilities, oil losses, I-MR control chart, SPC

PENDAHULUAN
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan pabrik yang mengolah kelapa sawit
dengan metode dan aturan tertentu hingga menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan
Palm Kernel Oil (PKO). Dalam proses pengolahan tersebut, perusahaan selalu
berupaya untuk mengoptimalkan jumlah rendemen CPO dan PKO. Salah satu sistem
manajemen yang diterapkan untuk mendapatkan jumlah rendemen yang optimal
adalah menekan terjadinya kehilangan minyak (oil losses) pada CPO dan kehilangan
Kernel (losses PKO) selama proses produksi.
Dalam proses produksinya, PKS XYZ berupaya mengoptimalkan hasil
rendemen serta memperbaiki mutu produk. Dengan demikian, PKS tersebut dapat
dipastikan juga mengupayakan agar kehilangan minyak (oil losses) terjadi seminimal
mungkin. Kehilangan minyak biasanya terjadi di beberapa titik di stasiun-stasiun
kerja yang ada di lantai produksi. Besarnya nilai rata-rata losses yang terjadi dalam
periode antara 27 Februari sampai dengan 29 April 2012 adalah tandan kosong
2,43%, screw press yakni terdapat pada ampas (fibre) 5,26%, biji (nut) 0,78% serta
pada draf akhir (sludge akhir) 0,8%.
Dari titik-titik lokasi terjadinya oil losses tersebut, perusahaan memberikan
standar atau batasan maksimal kehilangan. Dalam pelaksanaannya, perlu adanya
tindakan analisa terhadap kehilangan CPO guna mengetahui apakah persentase
kehilangan CPO tersebut masih berada pada standar yang ditetapkan perusahaan serta
1

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim
Jl. H.R. Soebrantas No. 155, Km 15,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru (28293)
E-mail: veradevani@gmail.com
2

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim
Jl. H.R. Soebrantas No. 155, Km 15,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru (28293)
Naskah diterima: 16 April 2014, direvisi: 12 Juni 2014, disetujui: 10 Juli 2014

28

Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Juni 2014

ISSN 1412-6869

guna mengetahui efektivitas dari alat-alat yang terdapat pada stasiun-stasiun tempat
terjadinya oil losses sehingga pada akhirnya dapat menekan kehilangan CPO.
Statistical Process Control (SPC) merupakan metoda pengambilan keputusan
secara analitis yang memperlihatkan suatu proses berjalan dengan baik atau tidak
(Zagloel & Nurcahyo, 2013). Statistical Process Control (SPC) digunakan untuk
memantau konsistensi proses yang digunakan untuk pembuatan produk yang
dirancang dengan tujuan mendapatkan proses yang terkendali.
Penelitian yang dilakukan oleh Umariah, dkk. (2007) tentang analisis
hubungan nilai sortasi tandan buah segar (TBS) terhadap mutu dan rendemen Cruide
Palm Oil (CPO), serta kehilangan minyak menggunakan metoda kuantitatif
deskriptif. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai sortasi TBS yang
diperoleh berkorelasi negatif terhadap rendemen CPO, kadar kotoran CPO dan
kehilangan minyak dengan kontribusi berturut-turut 3%, 1% dan 0,5%, serta
berkorelasi positif terhadap Asam Lemak Bebas (ALB) Mass Passing to Digester
(MPD) dan ALB CPO produksi dengan kontribusi 0,8% dan 1,7%.
Putri (2012) melakukan penelitian tentang analisis kehilangan minyak (oil
losses) yang terdapat pada empty bunch, press dan finnal effluent dengan cara
ekstraksi menggunaan alat sokletasi. Dari hasil penelitian diperoleh kadar oil losses
yang tinggi mempengaruhi efisiensi produksi pengolahan, hal ini disebabkan oleh
setiap peralatan yang tidak memiliki kemampuan dan kapasitas design yang optimal,
dan kualitas tandan buah segar, sehingga oil losses yang dihasilkan menjadi tinggi
dan OER yang dihasilkan semakin menurun.
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menganalisa konsistensi
kehilangan minyak (oil losses) pada CPO dan faktor-faktor penyebab dengan
menggunakan metoda Statistical Process Control.
LANDASAN TEORI
Definisi Kualitas
Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah
faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi
bersaing. Kualitas merupakan sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan, bukan oleh
pemasaran atau manajemen. Kualitas didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan
terhadap produk atau jasa, dimana diukur berdasarkan persyaratan pelanggan tersebut
dinyatakan atau tidak dinyatakan, secara teknis atau bersifat subjektif dan selalu
mewakili sasaran yang bergerak dalam pasar yang penuh persaingan.
Kualitas didefenisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan
penurunan variasi karakteristik kualitas dari suatu produk yang dihasilkan, agar
memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna meningkatkan kepuasan
pelanggan (Ariani, 2004).
Statistical Process Control (SPC)
Pengendalian kualitas merupakan aktivitas teknik dan manajemen dimana
mengukur karakteristik kualitas dari produk atau jasa, kemudian membandingkan
hasil pengukuran itu dengan spesifikasi produk yang diinginkan serta mengambil
tindakan peningkatan yang tepat apabila ditemukan perbedaan kinerja aktual dan
standar.
Pengendalian kualitas produksi dapat dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya dengan penggunaan bahan/material yang bagus, penggunaan mesinmesin/peralatan produksi yang memadai, tenaga kerja yang terampil, dan proses
produksi yang tepat. Dalam hal ini pengendalian kualitas secara statistik (Statistical
29

Devani & Marwiji/Analisis Kehilangan Minyak pada .. /JITI, 13 (1), Jun 2014, pp. (28-42)

Quality Control) dapat digunakan untuk menemukan kesalahan produksi yang


mengakibatkan produk tidak baik, sehingga dapat diambil tindakan lebih lanjut untuk
mengatasinya.
Statistic quality control adalah teknik yang digunakan untuk mengendalikan
dan mengelola proses baik manafaktur maupun jasa melalui penggunaan metode
statistik. Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian masalah
yang digunakan untuk memonitor, mengelola, menganalisis, mengendalikan,
memperbaiki produk dan proses menggunakan metode statistik (Gaspersz, 2003).
Menurut Ariani (2004), pengendalian kualitas statistik (statistic quality
control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu pengendalian proses
statistik (statistic process control) dan rencana penerimaan sampel produk
(acceptance sampling). Berdasarkan jenis data yang digunakan pengendalian kualitas
statistik dapat dibagi atas dua golongan, yaitu pengendalian kualitas untuk data
variabel dan pengendalian kualitas untuk data atribut.
Alat Pengendalian Kualitas
Alat-alat pengendalian kualitas diperlukan untuk melakukan pengendalian
kualitas dimana untuk mendeteksi adanya cacat dari suatu produk. Fungsi alat
pengendalian kualitas adalah meningkatkan kemampuan perbaikan proses
sehinggakan diperoleh peningkatan kemampuan berkompetensi, dan meningkatkan
produktifitas sumber daya. Statistical process control dibuat dengan tujuan untuk
mendeteksi penyebab khusus yang mengakibatkan terjadinya kecacatan atau proses di
luar kendali sedini mungkin sehingga kualitas produk dapat dipertahankan (Gasperz,
2003).
Kendali proses secara statistic ini terdiri dari 7 alat pengendalian kualitas yang
lebih dikenal dengan istilah seven tools. Ketujuh alat tersebut adalah:
1. Diagram alir (flow chart)
Diagram alir adalah alat bantu yang memberikan gambaran visual urutan operasi
yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas. Diagram alir merupakan
langkah-langkah pertama dalam memahami suatu proses, baik administrasi
maupun manufaktur. Diagram alir memberikan ilustrasi visual berupa gambar
langkah-langkah suatu proses untuk menyelesaikan tugas tertentu.
2. Diagram Pareto
Fungsi diagram Pareto adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah
utama untuk peningkatan kualitas. Diagram Pareto dibuat untuk menemukan atau
mengetahui masalah atau penyebab yang merupakan kunci dalam penyelesaian
masalah dan perbandingan terhadap keseluruhan. Dengan mengetahui penyebabpenyebab yang dominan, maka akan bisa menetapkan prioritas perbaikan.
Perbaikan pada faktor penyebab yang dominan ini akan membawa pengaruh yang
lebih besar dibandingkan dengan penyelesaian penyebab yang tidak berarti. Dalam
diagram Pareto berlaku aturan 80/20, artinya yaitu 20% jenis kesalahan/kecacatan
dapat menyebabkan 80% kegagalan proses.
3. Diagram sebab akibat (cause and effect diagram)
Diagram ini berguna untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang
berpengaruh secara signifikan di dalam menentukan karakteristik kualitas output
kerja. Dalam hal ini metode sumbang saran (brainstorming method) akan cukup
efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan
kerja secara detail.
4. Lembar periksa (check sheet)
30

Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Juni 2014

ISSN 1412-6869

Check sheet merupakan alat yang memungkinkan pengumpulan data sebuah proses
yang mudah, sistematis, dan teratur. Alat ini berupa lembar kerja yang telah
dicetak sedemikian rupa sehingga data dapat dikumpulkan dengan mudah dan
singkat. Data yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai masukan data untuk
peralatan kualitas lain.
5. Histogram
Histogram adalah salah satu metode statistik untuk mengatur data sehingga dapat
dianalisa dan diketahui distribusinya. Histogram merupakan tipe grafik batang
yang jumlah datanya dikelompokkan ke dalam beberapa kelas dengan rentang
tertentu. Setelah data dalam setiap kelas diketahui, maka dapat dibuat Histogram
dari data tersebut. Histogram tersebut dapat dilihat gambaran penyebaran data
masih sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.
6. Diagram pencar(scatter diagram)
Diagram pencar (scatter diagram) digunakan untuk melihat korelasi atau
hubungan dari suatu faktor penyebab yang berkesinambungan terhadap suatu
karakteristik kualitas hasil kerja.
7. Peta kendali (control chart)
Peta kendali adalah teknik pengendali proses pada jalur yang digunakan secara
luas untuk menyelidiki secara cepat terjadinya sebab-sebab terduga atau proses
sedemikian sehingga penyelidikan terhadap proses itu dan tindakan pembetulan
dapat dilakukan sebelum telalu banyak unit yang tidak sesuai diproduksi.
Peta Kendali MR (Moving Range)
Pembuatan peta ini diterapkan proses yang menghasilkan output relative
homogen, misalnya cairan kimia, kandungan mineral dalam air, makanan, dan
sebagainya. Demikian pula dengan kasuskasus dimana inspeksi 100% digunakan
untuk proses produksi yang sangat lama.
|
=|
. (1)

=
. (2)
=
=

. (3)
. (4)

Kemampuan Proses Kane (Capability Process Kane)


Indeks performansi Kane merefleksikan kedekatan nilai ratarata dari proses
sekarang terhadap salah satu batas spesifikasi atas (USL) atau batas spesifikasi bawah
(LSL) rumus yang digunakan pada Cpk = CPU adalah (Rao & Lawrence, 1996):
(
)
=
.... (5)

.... (6)

Kriteria penilaian Cpk adalah (Rao & Lawrence, 1996):


1. Jika nilai Cpk negatif, menunjukkan bahwa proses tidak memenuhi spesifikasi.
2. Jika nilai Cpk = 0, menunjukkan bahwa rata-rata proses sama dengan salah satu
batas spesifikasi.
3. Jika nilai Cpk < 1, menunjukkan bahwa proses menghasilkan produk tidak sesuai
dengan spesifikasi.
4. Jika nilai Cpk antara 0 dan 1, menunjukkan bahwa rata-rata proses terletak dalam
31

Devani & Marwiji/Analisis Kehilangan Minyak pada .. /JITI, 13 (1), Jun 2014, pp. (28-42)

batas spesifikasi tetapi beberapa bagian dari variasi proses terletak di luar batas
spesifikasi.
5. Nilai Cpk secara de facto standard = 1, menunjukkan bahwa proses sesuai dengan
spesifikasi.
6. Jika nilai Cpk > 1, menunjukkan bahwa proses lebih baik dari spesifikasi yang
diinginkan.
METODOLOGI PENELITIAN
Data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah kadar oil losses CPO pada
tandan kosong (tankos), ampas (fibre), biji (nut), draf (sludge) akhir 27 Feb - 29 April
2012 sebanyak 30 sampel serta standar oil losses perusahaan. Metode yang digunakan
pada penelitian ini adalah metode statistical process control. Tools yang digunakan
pada pengolahan data adalah histogram, control chart IMR dan indeks kinerja Kane
(Cpk). Analisa faktor-faktor penyebab terjadinya oil losses CPO menggunakan
Diagram Sebab Akibat (Fishbone).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Batas normal kehilangan minyak (oil losses) sesuai dengan sasaran mutu yang
diterapkan oleh perusahaan seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Batas normal kehilangan minyak

No.
1
2
3
4
5

Keterangan
Tankos
Biji (nut)
Ampas (fibre)
Sludge akhir
Total oil losses

Kadar Maksimum (%)


2,50
0,80
6,00
0,70
1,65

Sumber: Sistem Manajemen Mutu PKS XYZ (2012)

Histogram Kadar Oil Losses CPO


1. Histogram total oil losses CPO
Dari data hasil pengujian kadar oil losses pada semua titik sampel, maka histogram
total oil losses CPO dapat dilihat pada gambar 1.
Distribusi Frekuensi Total Oil Losses CPO
(27 Februari-29 April 2012)

Frekuensi

17
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

14
11
8
6
3
1

1,58

1,59

1,60

1,61

1,62

1,63

1,64

Persentase Losses

Gambar 1. Histogram total oil losses CPO (27 Februari-29 April 2012)

2. Histogram rata-rata oil losses terhadap kondisi normal


32

Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Juni 2014

ISSN 1412-6869

Histogram rata-rata oil losses CPO terhadap kondisi normal dapat dilihat pada
gambar 2.

Perbandingan Rata-Rata Oil Losses CPO


terhadap Kondisi Normal
6

Kadar Losses

5
4
3
2
1
0
Tankos

Biji (Nut)

Maks

2.5

0.8

Ampas
(Fibre)
6

Rata-rata

2.43

0.78

5.26

Sludge
Akhir
0.7

Total Losses

0.8

1.6

1.65

Gambar 2 Perbandingan rata-rata oil losses CPO terhadap kondisi normal

Peta Kendali I-MR dan Indeks Kinerja Kane (Cpk).


1. Peta kendali kadar oil losses CPO dan Cpk pada tankos
Peta kendali I-MR kadar oil losses CPO dan Cpk pada tankos (27 Feb - 29 Maret
2012) dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Control chart I MR dan histogram kapabilitas oil losses CPO pada
tandan kosong (27 Pebruari-30 Maret 2012)

Berdasarkan gambar 3, dari peta kendali I-MR kadar oil losses CPO pada tandan
kosong menunjukkan bahwa semua sampel berada di dalam batas kendali. Karena
semua sampel berada di dalam batas kendali, maka dapat disimpulkan bahwa

33

Devani & Marwiji/Analisis Kehilangan Minyak pada .. /JITI, 13 (1), Jun 2014, pp. (28-42)

proses yang menyebabkan terjadinya oli losses CPO pada tankos tergolong
konsisten.
Namun dari segi kapabilitas proses, keadaan proses dikatakan memenuhi
permintaan pelanggan jika nilai Cpk berada di luar rata-rata proses. Karena nilai Cpk
sebesar 0,54, maka kondisi ini mengindikasikan bahwa rata-rata proses berada
dalam batas kendali, tetapi hanya sebagian berada di luar batas kendali. Kondisi
ini dapat diartikan sebagai proses yang sedikit memenuhi spesifikasi pelanggan.
Peta kendali I-MR kadar oil losses CPO dan Cpk pada tankos (30 Maret-29 April
2012) dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Control chart I MR dan histogram kapabilitas oil losses CPO


pada tankos (30 Maret-27 April 2012)

Berdasarkan gambar 4, dari peta kendali I-MR kadar oil losses CPO pada tankos
menunjukkan bahwa semua sampel berada di dalam batas kendali. Karena semua
sampel berada di dalam batas kendali, maka dapat disimpulkan bahwa proses yang
menyebabkan terjadinya oil losses CPO pada tankos tergolong konsisten.

Gambar 5. Diagram sebab akibat oil losses CPO pada tankos

34

Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Juni 2014

ISSN 1412-6869

Namun dari segi kapabilitas proses, nilai Cpk sebesar 0,48 mengindikasikan bahwa
rata-rata proses berada di dalam batas kendali, tetapi hanya sebagian kecil berada
di luar batas kendali. Kondisi ini dapat diartikan sebagai proses yang sedikit
memenuhi spesifikasi pelanggan.
Terdapat beberapa penyebab utama terjadinya oil losses CPO pada tankos
diantaranya dapat dilihat pada gambar 5.
2. Peta kendali kadar oil losses CPO pada biji
Peta kendali I-MR kadar oil losses CPO dan Cpk pada biji revisi ke-2 (27 Februari29 Maret 2012) dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Control chart I MR dan histogram kapabilitas oil losses CPO


pada biji revisi ke-2 (27 Februari-29 Maret 2012)

Berdasarkan gambar 6, dari peta kendali I-MR revisi ke-2, diperoleh kondisi yang
menyatakan bahwa semua sampel berjumlah 26 sampel berada di dalam batas
kendali. Ini menandakan bahwa proses pada kondisi tersebut telah konsisten.
Namun dari segi kapabilitas proses, keadaan proses dikatakan memenuhi
permintaan pelanggan jika nilai Cpk berada di luar rata-rata proses. Karena nilai
Cpk sebesar 0,46, maka kondisi ini mengindikasikan bahwa rata-rata proses berada
di dalam batas kendali, tetapi hanya sebagian kecil berada di luar kendali. Dapat
diartikan sebagai proses yang sedikit memenuhi spesifikasi pelanggan.
Peta kendali I-MR kadar oil losses CPO dan Cpk pada biji (30 Maret-29 April
2012) dapat dilihat pada gambar 7. Berdasarkan gambar 7, dari peta kendali I-MR
kadar oil losses CPO pada biji (nut) menunjukkan bahwa semua sampel juga
berada di dalam batas kendali. Karena semua sampel berada di dalam batas
kendali, maka dapat disimpulkan bahwa proses yang menyebabkan terjadinya
losses CPO pada biji (nut) tergolong konsisten.
Namun dari segi kapabilitas proses, nilai Cpk sebesar 0,30 mengindikasikan bahwa
rata-rata proses berada di dalam batas kendali, tetapi hanya sebagian kecil berada
di luar batas kendali. Kondisi ini dapat diartikan sebagai proses yang sedikit
memenuhi spesifikasi pelanggan.
Terdapat beberapa penyebab utama terjadinya oil losses CPO pada biji diantaranya
dapat dilihat diagram sebab akibat pada gambar 8.

35

Devani & Marwiji/Analisis Kehilangan Minyak pada .. /JITI, 13 (1), Jun 2014, pp. (28-42)

Gambar 7. Control chart I MR dan histogram kapabilitas oil losses CPO


pada biji (30 Maret-29 April 2012)

Gambar 8. Diagram sebab akibat oil losses CPO pada biji

3. Peta kendali kadar oil losses CPO pada ampas


Peta kendali I-MR kadar oil losses CPO dan Cpk pada ampas revisi ke-1 (27
Februari-29 Maret 2012) dapat dilihat pada gambar 9.
Berdasarkan gambar 9 di atas, dari peta kendali I-MR revisi ke-1 kadar oil losses
CPO pada ampas, diperoleh kondisi yang menyatakan bahwa 29 sampel berada di
dalam batas kendali. Ini menandakan bahwa proses pada kondisi tersebut telah
konsisten.
Dari segi kapabilitas Proses, keadaan proses dikatakan memenuhi permintaan
pelanggan jika nilai Cpk berada di luar rata-rata proses. Karena nilai Cpk sebesar
3,21, maka kondisi ini mengindikasikan bahwa rata-rata proses berada di luar batas
kendali. Kondisi ini dapat diartikan sebagai proses yang memiliki tingkat
kemampuan yang tinggi dan mampu memenuhi spesifikasi pelanggan. Ini berarti
tingkat oil losses yang terjadi kurang dari 6%.
Peta kendali I-MR kadar oil losses CPO dan Cpk pada ampas revisi ke-1 (30 Maret29 April 2012) dapat dilihat pada gambar 10.

36

Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Juni 2014

ISSN 1412-6869

Gambar 9. Control chart I MR dan histogram kapabilitas oil losses CPO


pada ampas revisi ke-1 (27 Februari-30 Maret 2012)

Gambar 10. Control chart I MR dan histogram kapabilitas oil losses CPO pada
ampas revisi ke-1 (30 Maret-29 April 2012)

Berdasarkan gambar 10 di atas, dari peta kendali I-MR revisi ke-1 kadar oil losses
CPO pada ampas, diperoleh kondisi yang menyatakan bahwa 29 sampel berada di
dalam batas kendali. Ini menandakan bahwa proses pada kondisi tersebut telah
konsisten.
Dari segi kapabilitas proses, nilai Cpk sebesar 4,17 mengindikasikan bahwa ratarata proses berada di luar batas kendali. Kondisi ini dapat diartikan sebagai proses
yang memiliki tingkat kemampuan yang tinggi dan mampu memenuhi spesifikasi
pelanggan. Ini berarti tingkat oil losses yang terjadi kurang dari 6%.
Terdapat beberapa penyebab utama terjadinya oil losses CPO pada ampas
diantaranya dapat dilihat pada diagram sebab akibat pada gambar 11.

37

Devani & Marwiji/Analisis Kehilangan Minyak pada .. /JITI, 13 (1), Jun 2014, pp. (28-42)

Gambar 11. Diagram sebab akibat oil losses CPO pada ampas

4. Peta kendali kadar oil losses CPO pada sludge akhir


Peta kendali I-MR kadar oil losses CPO dan Cpk pada sludge akhir revisi ke-1 (27
Februari-29 Maret 2012) dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Control chart I MR dan histogram kapabilitas oil losses CPO
pada sludge akhir revisi ke-1 (27 Februari-29 Maret 2012)

Berdasarkan gambar 12 di atas, dari peta kendali I-MR revisi ke-1 kadar oil losses
CPO pada sludge akhir, diperoleh kondisi 28 sampel berada di dalam batas
kendali. Ini menandakan bahwa proses pada kondisi tersebut telah konsisten.
Namun dari segi kapabilitas proses, keadaan proses dikatakan memenuhi
permintaan pelanggan jika nilai Cpk berada di luar rata-rata proses. Karena nilai Cpk
sebesar -2,50, maka kondisi ini mengindikasikan bahwa rata-rata proses berada di
luar batas kendali. Kondisi ini dapat diartikan sebagai proses yang memiliki
tingkat kemampuan yang sangat rendah dan tidak mampu memenuhi spesifikasi
pelanggan. Itu menandakan, tingkat oil losses yang terjadi lebih dari 0,7%.
Peta kendali I-MR kadar oil losses CPO dan Cpk pada sludge akhir revisi ke-4 (30
Maret-29 April 2012) dapat dilihat pada gambar 13.

38

Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Juni 2014

ISSN 1412-6869

Gambar 13. Control chart I MR dan histogram kapabilitas oil losses CPO pada
sludge akhir revisi ke-4 (30 Maret-29 April 2012)

Berdasarkan gambar 13 di atas, dari peta kendali I-MR revisi ke-4 kadar oil losses
CPO pada sludge akhir, dapat dilihat bahwa semua sampel telah berada di dalam
batas kendali. Ini menandakan bahwa proses pada kondisi tersebut telah konsisten.
Namun dari segi kapabilitas proses, nilai Cpk sebesar -10,32 mengindikasikan
bahwa rata-rata proses berada di luar batas kendali. Dapat diartikan sebagai proses
yang memiliki tingkat kemampuan yang sangat rendah dan tidak mampu
memenuhi spesifikasi pelanggan. Itu menandakan, tingkat oil losses yang terjadi
lebih dari 0,7%.
Terdapat beberapa penyebab utama terjadinya oil losses CPO pada sludge akhir
diantaranya dapat dilihat diagram sebab akibat pada gambar 14.

Gambar. 14 Diagram sebab akibat oil losses CPO pada sludge akhir

5. Peta kendali kadar total oil losses CPO


Peta kendali I-MR kadar total oil losses CPO dan Cpk (27 Februari-29 Maret 2012)
dapat dilihat pada gambar 15.
Berdasarkan gambar 15 dari peta kendali I-MR revisi ke-1 total oil losses CPO
menunjukkan bahwa semua sampel berada di dalam batas kendali. Karena semua
sampel berada di dalam batas kendali, maka dapat disimpulkan bahwa proses yang
menyebabkan terjadinya oil losses CPO tersebut tergolong konsisten.

39

Devani & Marwiji/Analisis Kehilangan Minyak pada .. /JITI, 13 (1), Jun 2014, pp. (28-42)

Gambar 15. Control chart IMR dan histogram kapabilitas total oil losses CPO
(27 Februari-29 Maret 2012)

Dari segi kapabilitas proses, nilai Cpk sebesar 1,25 mengindikasikan bahwa ratarata proses berada di luar batas kendali. Kondisi ini dapat diartikan sebagai proses
yang memiliki tingkat kemampuan yang tinggi dan mampu memenuhi spesifikasi
pelanggan. Dengan kata lain, oil losses yang terjadi kurang dari 1,65%.
Peta kendali I-MR kadar total oil losses CPO dan Cpk revisi ke-1 (30 Maret-29
April 2012) dapat dilihat pada gambar 16.

Gambar 16. Control chart IMR dan histogram kapabilitas total oil losses CPO revisi ke-3
(30 Maret-29 April 2012)

Berdasarkan gambar 16 di atas, dari peta kendali I-MR revisi ke-3 total oil losses
CPO menunjukkan bahwa 23 sampel berada pada batas kendali. Karena semua
sampel berada di dalam batas kendali, maka dapat disimpulkan bahwa proses yang
menyebabkan terjadinya oil losses CPO tersebut tergolong konsisten.
Dari segi kapabilitas proses, nilai Cpk sebesar 2,75 mengindikasikan bahwa ratarata proses berada di luar batas kendali. Kondisi ini dapat diartikan sebagai proses

40

Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Juni 2014

ISSN 1412-6869

yang memiliki tingkat kemampuan yang tinggi dan mampu memenuhi spesifikasi
pelanggan.
KESIMPULAN
Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kondisi oil losses CPO pada tandan kosong, menunjukkan bahwa proses berada
pada batas kendali, hanya saja jika dinilai dari segi kapabilitas proses, oil losses
CPO pada tankos ini hanya sedikit yang memenuhi spesifikasi kebutuhan
pelanggan. Penyebab utama ketidakkonsistensian oil losses tersebut adalah
jumlah umpan (input) TBR (tandan buah rebus) dalam proses pemipilan buah di
mesin threaser yang terlalu banyak.
2. Kondisi oil losses CPO pada biji (nut)) menunjukkan bahwa proses berada pada
batas kendali. Tetapi jika dinilai dari segi kapabilitas proses, oil losses CPO pada
biji (nut) ini hanya sedikit yang memenuhi spesifikasi kebutuhan pelanggan.
Penyebab utama ketidakkonsistensian oil losses adalah proses pencacahan buah
pada pisau digester dan mesin screw press.
3. Kondisi oil losses CPO pada ampas (fibre) menunjukkan bahwa proses berada
pada batas kendali. Berdasarkan kapabilitas menyatakan bahwa oil losses
tersebut memenuhi kebutuhan pelanggan. Penyebab utama ketidakkonsistensian
oil losses adalah proses pencacahan buah pada pisau digester dan mesin screw
press.
4. Kondisi oil losses CPO pada sludge akhir, menunjukkan bahwa proses yang
terjadi cukup terkendali. Hanya saja jika dinilai dari segi kapabilitas proses, oil
losses CPO pada sludge akhir ini tidak dapat memenuhi spesifikasi kebutuhan
pelanggan. Penyebab utama ketidakkonsistensian oil losses tersebut adalah
proses pengutipan minyak ada mesin sludge separator.
5. Kondisi total oil losses CPO menunjukkan bahwa proses berada pada batas
kendali. Berdasarkan kapabilitas menyatakan bahwa oil losses tersebut
memenuhi kebutuhan pelanggan.
Daftar Pustaka
Ariani, D. W. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Kuantitatif dalam
Manajemen Kualitas. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Arifianti, R. 2013. Analisis Produk Sepatu Tomkins. Jurnal Dinamika Manajemen.
Vol. 4, No. 1: 46-58.
Ayuni, D.; Siswandaru, K.; dan Nupikso, G. 2012. Analisis Penerapan Statistical
Quality Control pada Beban Usaha PT. PLN. Jurnal Organisasi dan
Manajemen. Vol. 8, No. 1, Maret 2012, pp. 22-31.
Bakhtiar, S.; Tahir, Suharto; dan Hasni, Ria Asysyfa. 2013. Analisa Pengendalian
Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC).
Malikussaleh Industrial Engineering Journal. Vol. 2, No.1, pp. 29-36.
Fauzi, Y.; Widiastuti, Y.E.; Satyawibawa, I.; dan Hartono, R. 2000. Kelapa Sawit:
Budidaya, Pemanfaatan Hasil & Limbah, Analisis Usaha & Pemasaran.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Fernandez, R. R. 1996. Mutu Terpadu dalam Manajemen Pembelian & Pemasok.
Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Gaspersz, V. 2003. Metode Analisis untuk Peningkatan Kualitas. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, M. M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit Edisi Pertama. Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa.
41

Devani & Marwiji/Analisis Kehilangan Minyak pada .. /JITI, 13 (1), Jun 2014, pp. (28-42)

Heizer, J.; dan Barry, R. 2009. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat.
Kartika, H. 2013. Analisis Pengendalian Kualitas Produk CPE Film Dengan Metode
Statistical Process Control pada PT. MSI. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. Vol.
1, No. 1, pp. 50-58.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
Hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prasetyo, Fajar T. 2014. Analisis Pengendalian Kualitas Produk Cat Envitex dengan
Menggunakan Metode P-Chart dan Fishbone pada PT. Indaco Coatings
Industry Karanganyar. Jurnal Sosioekotekno. Vol. 2, No. 1, pp. 1-12.
Rao, A. and Lawrence P. C. 1996. Total Quality Management: A Cross-functional
Perspective. New York: John Wiley & Sons.
Sukamto. 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Umariah, U.; Budiyanto, B.; dan Yusril, D. 2007. Analisis Hubungan Nilai Sortasi
Tandan Buah Segar (TBS) Terhadap Mutu dan Rendemen Crude Palm Oil
(CPO), Serta Kehilangan Minyak di PTPN VII Talo Pino Bengkulu. Skripsi
S1. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Zagloel, T.YM.; dan Nurcahyo, R. 2013. TQM Manajemen Kualitas Total dalam
Perspektif Teknik Industri. Jakarta: PT. Indeks.

42

Anda mungkin juga menyukai