KEHAMILAN
Oleh: Khiki Zhakaria, S. Ked
Pembimbing: dr. Didik Budi W,
Sp. OG
RSUD DR R SOSODORO
DJATIKOESOEMO
DEFINISI
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah
virus golongan RNA yang spesifik menyerang
sistem
kekebalan
tubuh
manusia
dan
menyebabkan AIDS.
AIDS
(Acquired
Immunodeficiency
Syndrome) adalah kumpulan gejala klinis
akibat penurunan sistem imun yang timbul
akibat infeksi HIV.
ETIOLOGI
Virus penyebab defisiensi imun yang dikenal
dengan nama Human Immunodeficiency Virus
(HIV) ini adalah suatu virus RNA dari famili
Retrovirus dan subfamily Lentiviridae . Terdapat
2 tipe: HIV 1 dan HIV 2. Partikel HIV adalah
virus RNA yang ber-envelope, berbentuk bulat
sferis dengan diameter 80-120nm. Partikel
yang infeksius terdiri dari dua rantai single
stranded RNA positif yang berada di dalam inti
protein virus (ribonukleoprotein) dan dikelilingi
oleh lapisan envelope fosfolipid yang ditancapi
oleh 72 buah tonjolan (spikes) glikoprotein.
EPIDEMIOLOGI HIV-AIDS
DI DUNIA
Menurut laporan terakhir dari
UNAIDS tahun 2012, didapatkan data
sebagai berikut:
Jumlah ODHA 2012:
- Total
: 34 juta
- Perempuan
: 50% atau sekitar 17
juta
- Anak <15 tahun : 2,1 juta
EPIDEMIOLOGI HIV-AIDS
NASIONAL
Menurut laporan triwulan ke IV, tahun
2012, subdit AIDS dan PMS:
Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan
provinsi secara kumulatif sampai
dengan Desember 2012: 98390.
Persentase
infeksi
HIV
pada
perempuan: 43,3%.
Persentase infeksi HIV pada anak usia
<15% tahun: 3,5%.
Perjalanan
(Kementerian
Kesehatan
RI,
2012,
Alamiah
Pedoman
Nasional
Pencegahan
Penularan
Infeksi
HIV
Dari
Ibu
Ke
HIV
Bayi).
Penegakan Diagnosis
1. Kriteria Klinik HIV/AIDS pada
dewasa dan anak (WHO).
Stadium klinik dari WHO digunakan
untuk
penderita
yang
pada
pemeriksaan diagnostik HIV hasilnya
positif.
Stadium
klinik
tersebut
digunakan sebagai panduan
untuk
memulai atau mengganti ARV atau
untuk memulai terapi profilaksis pada
infeksi Oportunistik.
Stadium Klinik 1
- Asimptomatik
- Limfadenopati generalisata yang menetap
Stadium Klinik 2 (Mild disease/Penyakit
awal)
- BB turun <10%
- ISPA rekuren (sinusitis, tonsilitis,
pharingitis)
- Herpes zoster
- Dermatitis seboroik
- Onikolisis
Stadium 3 (Advanced
disease/Penyakit lanjut)
- BB turun >10%
- Diare kronis >1 bulan
- Demam, intermiten maupun persisten
>1 bulan
- Oral kandidiasis persisten
- TB paru
- Infeksi Bakterial yang berat, seperti:
pneumonia, empiema, meningitis,
bakterimia.
- Anemia (<8 g/dl), neutropenia
Stadium
Klinik
4
(Severe
disease/Penyakit berat).
- HIV wasting syndrome
- Pneumoni bakterial kronik
- Herpes simplek kronik (orolabial,
genital dan anorektal >1 bulan)
- TB ekstrapulmonar
- Sarkoma kaposi
- Ensephalitis HIV
- Septikemia rekuren
Dalam
menegakkan diagnosa
HIV,
dilakukan
beberapa
pemeriksaan laboratorium antara
lain:
a. Serologi dengan menggunakan
enzyme-linked immunosorbent assays
(ELISA).
b. Imunologi: nilai absolut limfosit
CD4 dan rasio CD4.
3.
Tes
Yang
Menunjukkan
Adanya Defisiensi Imun
Untuk
ini
dapat
dilakukan
pemeriksaan Hb, jumlah leukosit,
trombosit, jumlah limfosit dan sediaan
hapus darah tepi atau sumsum tulang.
Pada pasien AIDS dapat ditemukan
anemia,leukopenia/limfopenia,trombo
sitopenia, dan displasia sumsum
tulang.
B. Faktor Bayi
1. Prematuritas
Beberapa pusat penelitian telah
memaparkan
tentang
hubungan
prematuritas terhadap infeksi HIV.
Sebagai contoh status HIV maternal
menjembatani
prematuritas
kehamilan. Ryder dan teman-teman
pada tahun 1989 di Zaire, menggaris
bawahi tentang prematuritas sebesar
13% pada wanita + HIV dan 3% pada
kelompok kontrol.
3. Fungsi Pencernaan
Fungsi pencernaan pada neonatus
memegang peranan penting dalam
penularan HIV. Sejak infeksi HIV
diperkirakan
masuk
melalui
pencernaan
saat
kelahiran,
oleh
karena terpapar darah yang terinfeksi,
sekresi vagina, cairan amnion dan air
susu ibu.
2. Intrapartum 10-20%:
a. Kadar maternal HIV-1 cerviko vaginal ,proses
persalinan, pecah ketuban kasep, persalinan
prematur, penggunaan fetal scalp electrode,
penyakit
ulkus
genitalia
aktif,
laserasi
vagina,korioamnionitis, dan episiotomi.
b. Proses persalinan bayi juga menentukan
terjadinya risiko penularan vertikal. Bayi yang
lahir per vaginam dengan tindakan invasif
seperti tindakan forsep, vakum, penggunaan
elektrode pada kepala janin dan episiotomi,
mempunyai risiko lebih tinggi untuk tertular
HIV-1.
1. Program PMCTM/PPIA
Pengertian PMCTM atau PPIA
PMCTM atau PPIA adalah upaya yang
ditujukan untuk mencegah penularan
HIV dari ibu ke anak yang dilakukan
secara terintegrasi dan komprehensif
dengan
program-program
yang
berkaitan dengan pengendalian HIVAIDS.
SASARAN PMTCT
1. Prong 1 : Mencegah
terjadinya
penularan HIV pada perempuan usia
reproduktif.
a.Mengubah perilaku risiko tinggi menjadi risiko
rendah
dengan
menggunakan
ABCDE
(Abstinensia, Be Faithful, Condom, Drugs No,
Equipment).
b. VCT (Voluntary Counselling and Testing) atau
konseling dan testing HIV/AIDS sukarela adalah
suatu prosedur diskusi pembelajaran antara
konselor dan klien untuk memahami HIV/AIDS
beserta resiko dan konsekuensi terhadap diri,
pasangan dan keluarga serta orang di
Perencanaan Kehamilan
1. Aspek Medis
a.Viral Load tidak terdeteksi: maka
kemungkinan penularan HIV dari Ibu
ke Bayi rendah.
b. Kadar CD4 >350 sel/mm3: Kadar
CD4 tinggi merupakan tanda imunitas
tubuh Ibu cukup baik dan layak untuk
hamil. Kadar CD4 <350 sel/mm3 maka
Ibu akan rentan terhadap infeksi
sekunder yang membahayakan Ibu
2. Aspek Sosial:
a.Perencanaan
kehamilan
oleh
pasangan: Keduannya harus memahami
risiko,
konsekuensi
kehamilan,
persalinan dan aspek pengasuhan anak.
b.Kesepakatan dari Keluarga: Untuk
menghindari penelantaran pengasuhan
anak
dikemudian
hari
akibat
keterbatasan orang tua yang mengidap
HIV.
2. Dukungan Bayi:
- Pemberian kotrimoksazol dan
ARV pencegahan
- Informasi dan edukasi pemberian
makanan bayi
- Diagnosis HIV pada bayi
b. Dukungan Psikososial
Pemberian dukungan psikologis dan
sosial kepada ibu HIV dan keluarganya
adalah penting, mengingat ibu HIV
maupun ODHA menghadapi masalah
psikososial,
seperti:
Depresi,
pengucilan dari lingkungan sosial dan
keluarga, masalah dalam pekerjaan
dan ekonomi dan masalah dalam
pengasuhan anak.
Tujuan
dukungan
psikososial
adalah: mengurangi kecemasan, stres
dan depresi, meningkatkan semangat
hidup,
mempertahankan
kondisi
kesehatan
optimal,
meningkatkan
kepatuhan berobat, menurunkan risiko
penularan
dari
ibu
ke
bayi,
memastikan bayi/anak bebas dari HIV
dan penyakit menular lainnya.
Tujuan
Dukungan
sosial
meliputi:
Meningkatkan
kemampuan dan kemandirian diri
pasien,
meringankan
beban
kebutuhan hidup, mempermudah
akses
terhadap
pelayanan
kesehatan.
Sebelum
seorang
ibu
dengan
HIV
memutuskan untuk hamil, hendaknya melalui
diskusi yang intens dengan pasangan,
mendapat dukungan keluarga, dan diijinkan
dokter.
Ibu
akan
mendapat
konseling
mengenai kemungkinan risiko penularan pada
janin, mendapat pengobatan ARV (anti
retrovirus terapi) dan pemantauan teratur dari
dokter. Dokter biasanya akan mengijinkan
seorang ibu dengan HIV untuk hamil
dengan syarat : bila kadar CD4 > 350
sel/mm3, tidak terdeteksi virus (viral load)
dalam darah ibu, dan ibu minum ARV secara
teratur sebelum dan selama kehamilan
minimal 6 bulan..
3.Meminimalkan
paparan
janin/bayi
dengan cairan tubuh ibu yang mengidap
HIV positif.
Upaya yang dilakukan adalah:
a. Selama kehamilan : memberikan ARV
profilaksis pada ibu hamil dengan HIV
positif.
b. Selama persalinan : tidak diperbolehkan
untuk melakukan tindakan obstetrik yang
invasif yang tidak perlu dan dapat menjadi
jalur penularan HIV, misalnya: episiotomi
secara
rutin,
ekstraksi
vakum/forcep,
memecahkan ketuban sebelum pembukaan
lengkap dan terlalu sering melakukan
pemeriksaan dalam.
Apabila
dipertimbangkan
seksio
sesaria, perlu dipertimbangkan syarat,
biaya dan tindakan operasi, fasilitas
dan komplikasi pasca bedah akibat
imunitas rendah.
c. Menyusui (laktasi) : ibu hamil dengan
HIV positif perlu mendapat konseling
sehubungan
dengan
keputusannya
untuk memberikan ASI ekslusif atau
susu formula.
2. Penggunaan obat
Antiretroviral (ARV)
Antiretrovirus direkomendasikan untuk
semua wanita yang terinfeksi HIV-AIDS
yang
sedang
hamil
tanpa
harus
memeriksakan jumlah CD4 dan viral load
terlebih dahulu untuk mengurangi resiko
transmisi perinatal. Hal ini berdasarkan bahwa
risiko transmisi perinatal meningkat sesuai
dengan kadar HIV ibu dan risiko transmisi dapat
diturunkan
hingga
20%
dengan
terapi
antiretrovirus. Pemeriksaan CD4 dilakukan
untuk
memantau
pengobatan
bukan
sebagai acuan untuk memulai terapi.
Tujuan
utama
pemberian
antiretrovirus pada kehamilan
adalah menekan perkembangan
virus,
memperbaiki
fungsi
imunologis, memperbaiki kualitas
hidup, mengurangi morbiditas dan
mortalitas
penyakit
yang
menyertai HIV.
b. Untuk
memulai
terapi
ARV
dipertimbangkan hal-hal berikut:
perlu
c.
Syarat pemberian ARV pada ibu hamil
selesai dengan singkatan SADAR, yaitu sebagai
berikut:
Toksisitas
dan
Kontra-indikasi
Regimen Antiretroviral (ARV)
- Efek samping tersering dari AZT, AZT dan 3TC:
mual, sakit kepala, mialgia, insomnia dan
biasannya berkurang jika tetap diberikan
- Kontra indikasi AZT, AZT dan 3TC: alergi obat,
kadar hemoglobin di bawah 7g/dl, neutropenia
(<750 sel/mm3), disfungsi hepar atau ginjal
yang berat
- Efek toksis pada ibu hamil jarang namun
berbahaya:
asidosis
laktat,
dan
hepatic
steatosis
- Toksisitas jangka pendek pada bayi (AZT) yang
penting: anemi (makin lama pajanan makin
berat anemi dan reversibel)
diketahui
- Ibu
sangat
dianjurkan
untuk
memberikan ASI ekslusif sampai bayi
berumur 6 bulan
- Selat berumur 6 bulan, bayi
diberikan MP-ASI dan ASI tetap
dilanjutkan sampai anak berumur 2
tahun.
4. Universal Precaution
untuk tenaga medis
penolong persalinan
Universal Precaution untuk tenaga medis
penolong persalinan
Universal Precaution merupakan suatu
pedoman yang ditetapkan oleh the Centers
for Disease Control and Prevention CDC
Atlanta (1985) dan the Occupational Safety
and Health Administration (OSHA), untuk
mencegah transmisi dari berbagai penyakit
yang
ditularkan
melalui
darah
di
lingkungan fasilitas pelayanan.
Protokol Universal
Precaution
1. Cuci tangan atau permukaan kulit secara
rata untuk mencegah kontaminasi tangan
oleh
kuman
pada
tangan
dengan
menggunakan air bersih yang mengalir dan
sabun, sesudah melakukan tindakan atau
perawatan.
2. Pemakaian alat pelindung sesuai dengan
indikasi (sarung tangan, masker, pelindung
wajah, jubah/celemek, kacamata pelindung)
untuk setiap kontak langsung dengan darah
atau cairan tubuh lain dan sebagainya.
a. Anamnesis
-. Menanyakan keluhan yang dirasakan Ibu saat
ini
-. Menanyakan tanda-tanda penting terkait
dengan masalah kehamilan dan penyakit yang
kemungkinan diderita Ibu
-. Menanyakan status imunisasi tetanus Ibu hamil
-. Menanyakan Obat yang dikonsumsi Ibu selama
hamil: antihipertensi, antipiretika, antibiotika,
dll.
Setiap
ibu
hamil,
pada
kunjungan
pertama
perlu
diinformasikan bahwa pelayanan
antenatal
selama
kehamilan
minimal 4 kali dan minimal 1 kali
kun jungan diantar oleh suami.
b. Pemeriksaan
- Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
- Ukur tekanan darah
- Nilai status gizi
- Ukur tinggi fundus uteri
- Tentukan presentasi janin dan DJJ
- Skrining status imunisasi tetanus dan
berikan imunisasi tetanus toksoid bila
diperlukan
- Beri tablet tambah darah
- Periksa Laboratorium
- Konseling
2. Penatalaksanaan persalinan
bagi ibu dengan HIV dan ibu yang
belum diketahui status HIV nya.
Risiko terbesar penularan HIV dari
ibu ke anak terjadi saat persalinan
(10-20%), sebagian besar penularan
HIV dari ibu ke bayi terjadi saat
persalinan, disebabkan:
a.Tekanan pada plasenta meningkat
menyebabkan terjadinya percampuran
antara darah ibu dan darah bayi
serendah-
Persalinan
pervaginam
di
mungkinkan apabila:
-Kadar viral load tidak terdeteksi
(<1000 kopi/mm3) dan atau;
-Meminum
ARV
teratur
sesuai
prosedur minimal 6 bulan.
1.Perawatan berkelanjutan
Pemberian supresi laktasi bagi ibu yang
memilih tidak menyusui
Pengobatan, perawatan dan dukungan
secara berkelanjutan pada penderita HIVAIDS dan kemungkinan infeksi oportunistik,
yang memadai (nutrisi cukup, hidup sehat)
Pelayanan kontrasepsi yang terintegrasi
seperti layanan kontrasepsi pada umumnya
Perawatan
ginekologi
rutin,
termasuk
pemeriksaan pap smear, jika tersedia.
Pemilihan
kontrasepsi
ibu
dengan status HIV, tidak berbeda
dengan klien KB lainnya. Ibu HIV
membutuhkan informasi yang
lengkap
dan
cukup
untuk
menentukan
pilihannya
(informed
choice),
namun
petugas
kesehatan
harus
membantu klien memilih metode
kontrasepsi
yang
akan
digunakan
dengan
b. Hormonal
Kontrasepsi hormonal, seperti implan,
bukan kontraindikasi pada ODHA. Estrogen
mempunyai efek menurunkan efektivitas
ARV. Progresteron mempunyai efek sedikit
meningkatkan efektivitas ARV. Namun,
sebaliknya
diperhatikan
pengguna
polifarmasi, karena semua kontrasepsi
hormonal dimetabolisme di hati sama
dengan metabolisme ARV. Penggunaan
keduanya dalam jangka panjang dapat
memperberat fungsi hati.
Salah
satu
alternatif
untuk
menghindari penularan HIV yaitu
dengan menghangatkan
mmmmmmmm untuk membunuh
virus HIV. Adapun bayi yang telah
dinyatakan terinfeksi HIV positif
maka harus diberikan ASI ekslusif
selama 6 bulan diteruskan dengan
pemberian ASI campuran hingga usia
24 bulan.
KESIMPULAN
Thank You....