Anda di halaman 1dari 53

CSS STROKE

KELOMPOK 14
Disusun Oleh :
Raina Cerelia 12100114078
Rian Nandika
12100114035
Nadzir Z Al Askar 12100114092
Ina Ratna 12100114106

Preceptor : Ami Rachmi., dr., Sp.KFR


Bagian Ilmu Rehabilitasi Medik
P3D FK UNISBA RSUD AL IHSAN
BANDUNG
2015

DEFINISI
kerusakan otak non traumatik yang
disebabkan oleh oklusi atau ruptur dari
pembuluh darah otak yang
mengakibatkan defisit neurologis secara
tiba-tiba yang di karakteristikkan dengan
hilangnya kontrol motorik, kemampuan
sensasi yang terganggu, gangguan
kognitif atau bahasa, disequilibrum, atau
koma Braddoms 4th

Stroke dapat dibagi


menjadi dua kategori:

iskemik, secara umum


disebabkan oleh oklusi
vaskuler dan
hemoragik,
disebabkan oleh
perdarahan di dalam
parenkim otak.

PERBEDAAN STROKE ISKEMIK


DAN HEMORAGIK
STROKE HEMORAGIK

Pada stroke hemoragik,


didapatkan tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial
(TIK), seperti sakit kepala dan
penurunan kesadaran.

STROKE ISKEMIK

Pada stroke iskemik gejala klinis


biasanya lebih tenang, jarang
terdapat tanda-tanda
peningkatan TIK, kecuali jika
terjadi oklusi di arteri besar atau
terjadi hipoksia yang cukup berat
sehingga menyebabkan edema.
Adanya edema akan
meningkatkan TIK, sehingga
pasien juga dapat mengalami
sakit kepala dan penurunan
kesadaran,

ETIOLOGI

Deriskas Physical Medicine and Rehabilitation 2th Edition

FAKTOR RISIKO

Faktor
Risiko yang
Dapat di
Modifikasi
Deriskas
Physical
Medicine and
Rehabilitation
2th Edition

HIPERTENSI
PENYAKIT JANTUNG
SMOKING
HIPERLIPIDEMIA\
DIABETES MELITUS
ERITROSITOSIS

Faktor Risiko yang Tidak Dapat di


Modifikasi

usia

ras

jenis kelamin

riwayat stroke, Sekali


seorang individu
memiliki stroke, maka
risiko dari stroke
recurrent sangat
signifikan

TANDA DAN GEJALA UMUM


STROKE

Defisit neurologis fokal seperti hemiparesis, hemihipestesia,


afasia, disfagia, gangguan kesadaran dan sebagainya.

Pada stroke hemoragik, didapatkan tanda-tanda peningkatan


tekanan intrakranial (TIK), seperti sakit kepala dan penurunan
kesadaran.

Pada stroke iskemik gejala klinis biasanya lebih tenang, jarang


terdapat tanda-tanda peningkatan TIK, kecuali jika terjadi oklusi
di arteri besar atau terjadi hipoksia yang cukup berat sehingga
menyebabkan edema. Adanya edema akan meningkatkan TIK,
sehingga pasien juga dapat mengalami sakit kepala dan
penurunan kesadaran

TANDA DAN GEJALA UMN - LMN

UPPER MOTOR NEURON

Corticospinal neuron

Corticonuclear neuron

85% bersilang pada sisi berlawanan

Upper motor neuron lesions

Interupsi di sepanjang jalur corticospinal dan corticonuclear

LOWER MOTOR NEURON

Neuron dari batang otak dan spinal cord

efferent motor fibres

terminal axons & motor end plates

muscle fibres

Lower motor neuron lesions

Degenerasi dari motor neuron dan saraf perifer

TANDA KLINIS LESI UPPER MOTOR


NEURON

Fase awal

Tungkai yang melemah

Kehilangan refleks dari tendon

Beberapa hari hingga beberapa minggu

Kembalinya fungsi motorik, namun, peningkatan tonus

Jangka Panjang

Spastisitas

Hyperreflexia

Ankle & patella clonus

Babinski sign +ve

extensor plantar response

Hilangnya refleks abdominal

Contoh Lesi Upper Motor


Neuron (UMN)

Gangguan serebro vaskuler

Paling umum adalah stroke

Tumor intra kranial

Kerusakan tulang belakang bagian servikal

Tanda Klinis Lower motor neuron


lesion

Muscle wasting

Lemah Otot

Menurunnya kekuatan

Hypotonia

Hilangnya refleks

Fasciculations

Fibrillations

Perubahan yang berhubungan dengan

Kulit, kuku, rambut

Contoh Lesi Lower Motor


Neuron (LMN)

Motor neuron disease

Peripheral nerve neuropathy

Poliomyelitis

Diabetic neuropathy?
Terkenanya sel anterior horn

Cedera Saraf tulang belakang

Penekanan akar saraf

Contoh Lesi pada UMN & LMN

Demyelinating disease

Multiple sclerosis

Spinal cord injury

C1 C5

Upper limbs: UMN

Lower limbs: UMN

C6 T2

Upper limbs: LMN

Lower limbs: UMN

T3 L3

Upper limbs: normal

Lower limbs: UMN

L4 S2

Upper limbs: normal

Lower limbs: LMN

Lesi Upper motor neuron

Kelemahan kuadran bawah secara kontra lateral

Angle of the mouth

Sisi yang berlawanan

Lesi Lower motor neuron

Terlibatnya otot orbicularis oculi ipsilateral dan otot wajah

Setengah dari wajah:

Tidak bisa membuka mata

weakness of angle of the mouth

Tidak dapat mengangkat alis mata

Sisi yang sama (tidak berlawanan)

REHABILITASI STROKE

Intervensi Rehabilitasi
Medis pada Stroke
Secara umum rehabilitasi
pada stroke dibedakan
dalam beberapa fase,
yaitu

Rehabilitasi Stroke Fase Akut

Pada fase ini kondisi hemodinamik pasien belum stabil,umumnya


dalam perawatan di rumah sakit, bisa di ruang rawat biasa
ataupun di unit stroke.Pasien menjadi lebih mandiri, lebih mudah
kembali dalam kehidupan sosialnya di masyarakat dan
mempunyai kualitas hidup yang lebih baik.
9

REHABILITASI STROKE FASE SUBAKUT


Pada fase ini kondisi hemodinamik pasien umumnya sudah stabil dan diperbolehkan
kembali ke rumah, kecuali bagi pasien yang memerlukan penanganan rehabilitasi yang
intensif.
Pada fase subakut pasien diharapkan mulai kembali untuk belajar melakukan aktivitas dasar
merawat diri dan
berjalan.

PRINSIP REHABILITASI STROKE


PERTAMA

KEDUA

KETIGA

Bergerak merupakan
obat yang paling
mujarab. Bila anggota
gerak sisi yang terkena
terlalu lemah untuk
mampu bergerak sendiri,
anjurkan pasien untuk
bergerak/ beraktivitas
menggunakan sisi yang
sehat, namun sedapat
mungkin juga
mengikutsertakan sisi
yang sakit.

Terapi latihan
gerak yang
diberikan
sebaiknya
adalah gerak
fungsional
daripada gerak
tanpa ada
tujuan

Sedapat mungkin
bantu dan arahkan
pasien untuk
melakukan gerak
fungsional yang
normal, jangan
biarkan
menggunakan gerak
abnormal

PRINSIP REHABILITASI MEDIK


KEEMPAT

KELIMA

KEENAM

Gerak fungsional
dapat dilatih
apabila stabilitas
batang tubuh
sudah tercapai,
yaitu dalam
posisi duduk dan
berdiri.

Persiapkan pasien
dalam kondisi prima
untuk melakukan
terapi latihan.

Hasil terapi latihan


yang diharapkan
akan optimal bila
ditunjang oleh
kemampuan fungsi
kognitif, persepsi dan
semua modalitas
sensoris yang utuh.

Intervensi
rehabilitasi pada
stroke fase
subakut ditujukan
untuk:

Terapi Latihan untuk Kemandirian


dalam Melakukan Aktivitas Sehari-hari
Mengembalikan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari setelah stroke merupakan
fokus utama rehabilitasi stroke fase subakut.

Selain itu terapi latihan baru efektif apabila terpenuhi beberapa kondisi yaitu:
1. Tidak ada nyeri, keterbatasan gerak sendi atau pemendekan otot.
Apabila ada, maka kondisi tersebut perlu diatasi terlebih dahulu.
2. Pasien memahami tujuan dan hasil yang akan dicapai melalui latihan yang
diberikan.

Gangguan Komunikasi
Komunikasi merupakan fungsi kompleks yang terdiri dari proses penerimaan, memproses dan mengekspresikan
informasi. Gangguan berbahasa disebut dengan aphasia.
Aphasia secara umum terbagi menjadi :

Pada tabel ini menunjukkan beberapa


metode penanganan aphasia yaitu

PEMERIKSAAN DETEKSI DISFAGIA:

Dysphagia
Gangguan menelan
atau dysphagia
dapat dirawat
dengan merubah
posisi dan postur
tubuh ketika
menelan, belajar
cara maneuver
menelan yang baru,
dan mengubah testur
serta jumlah
makanan biasanya
makanan dengan
testur lembut dan
jumlah cairan yang
lebih banyak).

Pada
tabel
menunjukkan
beberapa
prosedur
latihan
dalam
rehabilitasi menelan,
yaitu

tabel dibawah ini terdapat beberapa cara dalam mengubah posisi dan postur tubuh ketika menelan, yaitu

GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI

Gangguan miksi yang terjadi


pada stroke umumnya adalah
uninhibited bladder yang
menimbulkan inkontinensia urin.

Pasien inkontinensia karena


uninhibited bladder dapat diatasi
dengan manajemen waktu
berkemih.

Catat waktu serta jumlah minum


dan urine pada voiding diary selama
minimal 3 hari berturut-turut.
Berdasarkan voiding diary tersebut
dapat ditentukan kapan pasien
setiap kali harus berkemih dengan
pengaturan minum yang sesuai.

Apabila frekuensi miksi terlalu


sering, obat seperti antikolinergik
dapat membantu, namun hati-hati
dengan risiko timbulnya retensio
urin.

GANGGUAN DEFEKASI

Gangguan defekasi pada stroke


fase subakut pada umumnya
adalah konstipasi akibat
immobilisasi.

Sarankan pasien untuk banyak


bergerak aktif, berikan cukup
cairan (sekitar 40 ml/kg BB
ditambah 500 ml air/cairan bila
tidak ada kontraindikasi), serta
makan makanan berserat tinggi.
Bila perlu obat laksatif dapat
diberikan.

Gangguan Berjalan

GANGGUAN MELAKUKAN
AKTIVITAS SEHARI-HARI

Pasien yang telah kembali ke rumah seharusnya dimotivasi untuk


mengerjakan semampunya aktivitas perawatan dirinya sendiri.

Hanya aktivitas yang dapat menimbulkan risiko jatuh atau


membahayakan pasien sendiri yang perlu ditolong oleh keluarga.

MENGEMBALIKAN KEBUGARAN
FISIK DAN MENTAL

Terapi yang terbaik adalah biasakan pasien sejak awal aktif


semampunya. Pasien jangan dibiarkan istirahat berkepanjangan.

Rehabilitasi Stroke Fase Kronis

Program latihan untuk stroke


fase kronis tidak banyak berbeda
dengan fase sebelumnya.

Latihan endurans dan penguatan


otot secara bertahap terus
ditingkatkan, sampai pasien
dapat mencapai aktivitas aktif
yang optimal.

Tergantung pada beratnya stroke,


hasil luaran rehabilitasi dapat
mencapai berbagai tingkat
seperti (a) Mandiri penuh dan
kembali ke tempat kerja seperti
sebelum sakit, (b) Mandiri penuh
dan bekerja namun alih
pekerjaan yang lebih ringan
sesuai kondisi, (c) Mandiri penuh
namun tidak bekerja, (d) Aktivitas
sehari-hari perlu bantuan minimal
dari orang lain atau (e) Aktivitas
sehari-hari sebagian besar atau
sepenuhnya dibantu orang lain.

Motor Impairment
Spasticity dapat ditangani secara konservatif dengan cara diregangkan dan positioning. Penggunaan injeksi botulinum
toxin secara umum efektif walaupun tidak memperbaiki penyebab utama.
Pada ekstremitas yang hemiparesi dapat beresiko mengalami kontraktur dan nerve pressure palsies. Terapi pada fase awal
terdiri dari positioning yang tepat di bed dan menyokong lengan di kursi roda ketika duduk. Traksi pada lengan harus
dihindari ketika memindahkan atau mentransfer ke kursi roda. Semua sendi pada ekstremitas yang terkena harus
digerakkan secara pasif melalui ROM sedikitnya satu kali sehari untuk mencegah kontraktur. Jika ekstremitas menjadi
sedikit spastic, secara peregangan yang pelan dapat membantu mengurangi tonus.

OUTCOME AND PROGNOSTICATION IN STROKE REABILITATION


Prognosis yang akurat akan membantu tenaga kesehatan, keluarga dan pasien dalam membuat keputusan untuk
dilakukan terapi. Dengan menentukan prospek bertahan hidup, tingkat pemulihan yang dapat diharapkan dan sejauh
mana kemungkinan disability yang tersisa. Penentuan prognosis dipengaruhi oleh lokasi dan ukuran lesi, keterbatasan
penilaian, usia, kepribadian, dan faktor sosial.
Predicting Survival
Kematian dini setelah stroke biasanya berhubungan dengan kadaan patologi, usia pasien, dan tingkat keparahan lesi. Untuk
pasien dengan infark serebral pertama berusia 45 sampai 64, hidup adalah 88% sampai 92% pada 30 hari; untuk mereka yang
berusia 65, tingkat kelangsungan hidup serupa. Sebaliknya, untuk pasien dengan perdarahan stroke, kelangsungan hidup
dilaporkan hanya 62% sampai 63% bagi mereka yang berusia 45-64, 55% untuk yang berusia 65 dan lebih tua.
Predicting Disability and Functional Status
Outcome yang penting dari rehabilitation perspective adalah mengembalikan fungsi dan community reintegration.
Banyak penderita stroke yang tidak bisa berjalan setelah 3 bukan setelah stroke. (54-80%). Dalam jangka panjang sekitar
80% kasus stroke pasien dapat kembali bergerak tanpa bantuan. Kebanyakan pasien yang bertahan hidup tergantung dari
pada ADL

MEDICAL MANAGEMENT DURING REHABILITATION


Hal yang sering terjadi pada pasien dengan pemulihan dari stroke. Cerebrovaskular disease adalah penyakit yang diakibatkan
dari banyak penyakit lainnya. Sulit dan buruknya manajemen rehabilitasi akan mempengaruhi outcome.
Cardiac Disease
Kebanyakan kasus stroke terjadi pada waktu akut dari penyakit sistemik (artherosclerosis, hypertensive, cardiac diseases yang
menyebabkan stroke emboli). Komplikasi dari penyakit faskular seperti pada keadaan eksaserbasi akut, angina, hipertensi yang
tidak terkontrol, infark miokard, congestive heart failure dan lainnya dapat mempengaruhi program rehabilitasi salah satu dari
komplikasi tersebut akan berdampak menurunnya kemajuan program rehabilitasi karena ada beberapa gerakan yang tidak
mungkin dilakukan pada orang yang memiliki komplikasi tersebut.

Urinary Tract
Fungsi dari urinari akan berdampak pada strok yaiitu seperti terjadinya infeksi saluran kemih, retensi urin,
dan tidak lampias semua hal ini dapat menjadi alasan untuk penggunaan kateter, penggunaan kateter harus
segera diakhiri karena dapat mengganggu pembentukan pola berkemih yang normal.

ON GOING CARE
Pengamatan yang terus dilakukan untuk melihat fungsi motorik, bahkan setelah bertahun tahun stabil.
Kebutuhan penderita stroke mungkin akan bertambah rehabilitasi mungkin akan bertambah seama beberpa tahun
dengan masalah yang mungkin terjadi termasuk depresi, kejang-kejang, kontraktur, osteoporosis, dan bert badan akan
menyebabkan masalah lain kehilangan progresif beberapa gerakan dan kelenturan otot yang tidak memungkinkan untuk
meregang sebab ini yang mengakibatkan hilangnya fungsi pada pasien yang tidak melakukan tindakan medis.

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai