Anda di halaman 1dari 21

Cara Menguasai ribuan Vocabulary bahasa inggris dengan cepat

7:42 AM artikel pendidikan No comments


Mampu Berkomunikasi menggunakan bahasa inggris merupakan sebuah kebutuhan. Terlebih
bagi para siswa, kemampuan bahasa inggris merupakan dambaan dan impian. Namun sayang
pada faktanya hal tersebut tidaklah mudah untuk dilakukan. Tidak sedikit para siswa yang
kemudian malas belajar dan menyerah begitu saja lantaran bahasa inggris terbilang cukup sulit
untuk dikuasai.
Salah satu kendala terbesar siswa dalam mempelajari bahasa inggris adalah kurang nya
penguasaan vocabulary. Sehingga membuat berbagai aktivitas belajar bahasa inggris seolah
menjadi mandeg dan semakin sulit untuk dipelajari. Tanpa vocabulary yang memadai tentu sulit
untuk menguasai bahasa inggris. Tetapi walaupun demikian bukan berarti tidak bisa loh...!.
Jangan menyerah dulu sob.! Karena ternyata ada cara mudah untuk menguasai jutaan vocabulary
hanya dalam waktu yang relatif singkat.
Inilah cara nya.....
Step 1
1. Siapkan 1 buah bloknote (buku catatan kecil), pena berwarna 1 buah dan kamus Indonesia
inggris (bukan inggris-indonesia loh)
2. Tuliskan 10 benda yang paling kamu suka dalam kamar mu. Kemudian carilah artinya
dikamus dalam bahasa inggris.
3. Sebelum tidur. Cobalah untuk mengingat 10 benda tersebut sambil memegangnya satu persatu.
Cobalah dengan mengingat namanya sekuat mungkin.bloknote Anda tidak boleh dibuka.
Kecuali anda benar-benar tak sanggup untuk mengingatnya.
Ke esokan harinya saat anda baru bangun tidur.pasti anda sudah hapal 10 nama benda tersebut
dalam bahasa inggris.(aneh bukan)
Step 2
1. Selama di sekolah tuliskan 10 benda yang sangat anda benci. Carilah dikamus artinya dan
cobalah untuk mengulang-ulang nama benda tersebut saat anda melihatnya didepan anda.
2. Cobalah untuk mengingat kembali 10 kata tersebut saat anda telah sampai dirumah. Pasti anda
sudah hapal tanpa membuka blok note. (dijamin)
Lakukan hal tersebut di berbagai tempat dengan beragam benda yang berbeda. Tentu nya dengan
cara seperti diatas. Jika anda bisa mengingat 10 benda di 10 tempat yang berbeda dalam satu hari
itu artinya 10x10=100 kosakata, wow. 100 kata telah anda kuasai dengan cara yang amat mudah.
Jika anda rutin melakukannya dalam 10 hari saja. Berarti 100 x 10 hari=1.000 kosakata anda
kuasai.
Konsepnya adalah bahwa sesuatu yang kita suka dan sesuatu yang amat kita benci sangatlah
mudah menempel di otak bahkan tanpa perlu usaha untuk mengingatnya sekalipun. Selain itu
benda-benda aneh, benda menarik, benda berwarna mencolok dan benda yang sering kita lihat
juga amat mudah untuk diingat. Hal tersebut dapat anda manfaatkan untuk meningkatkan
kemampuan vocabulay bahasa inggris anda.
Jika anda mampu mengingat ribuan atau bahkan jutaan kata. Maka bahasa inggris merupakan
pelajaran yang paling termudah bagi anda. Mengapa demikian? Kebanyakan siswa bingung
menjawab soal bahasa inggris hanya karena 1 sebab. "siswa tersebut tak tahu arti dari soal
tersebut" dan tentu saja hal ini dikarenakan minimnya vocabulary. Terutama untuk soal-soal
berbentuk teks. Wah sulit banget tuch.... Terlebih Jika kamu gak punya perbendaharaan
vocabulary yang memadai.
Teknik Pengajaran Vocabulary
Topik tentang pengajaran kosakata ini sebenarnya pernah saya muat di blog saya dulu,
berhubung sekarang pindah jalur beralih di blogger, jadi saya muat ulang dengan penjelasan
yang lebih komprehensif. Pada dasarnya pengajaran kosa kata bahasa Inggris didasarkan pada
teknik pengajaran bentuk dan arti dari kosa kata tersebut.

Hal ini dapat disimpulkan seperti tabel yang saya adaptasi dari Nation (1974-18-21) dibawah ini:
Teaching the form of a word
Teaching the meaning of a word
By showing the written form of the
By showing an object or a
word
cutout figure
By showing the movements
By gestures
involved in saying the word
By performing an action
Demonstratio
Visually By showing hand movement s that
n
draw the letters of the word in the
air
By showing wooden or plastic
letters that spell the word
By using letters made of wood,
By using photographs,
cardboard, sandpaper, and so on,
blackboard drawings,
so the learners can feel the shapes
illustration cut from
of the letters that make up the
magazines or newspapers
Tactilely word
Pictures
By using the system of writing like
Braille (the writing for the blind)
By writing the word, letter by letter,
on the learners hand
By saying the word
By description
By producing the word in morse
By giving synonyms or
code or some other aural code
opposites
Aurally
Explanation By putting the word into a
defining context
By translating
Dari tabel diatas, kita dapat memahami bahwa ada dua teknik pengajaran vocabulary.
1.Teknik pengajaran bentuk kosakata.
Dalam mengajarkan bentuk kosakata, setidaknya ada tiga cara:

a. Secara Visual
Mengajarkan vocabulary secara visual ini dapat dilakukan dengan menunjukkan bentuk tulisan
dari kata tersebut, menunjukkan gerakkan yang berkenaan dengan kata yang disebutkan, dengan
menggerakkan tangan diudara sembari menuliskan huruf-huruf, ataupun dengan menunjukkan
huruf-huruf yang terbuat dari kayu atau plastik untuk dieja.

b. Dengan Sentuhan
Mengajarkan vocabulary dengan sentuhan (tactilely) dapat dilakukan dengan menggunakan
huruf-huruf yang terbuat dari kayu, kertas pasir, dan lain-lain, sehingga siswa bisa merasakan
bentuk huruf yang tersusun menjadi kata-kata. Selain itu juga bisa menggunakan sistem
penulisan bagi orang buta seperti braile, ataupun dengan menuliskan kata huruf demi huruf diatas
tangan siswa.

c. Dengan oral
Mengajarkan vocabulary secara oral bisa dipraktikkan seperti dengan mengucapkan kata ataupun
bentuk oral lainnya.

2. Teknik pengajaran makna kosakata


Dalam mempraktikkan teknik inipun setidaknya ada tiga teknik yang bisa dijadikan acuan:

a. Demonstrasi
Teknik ini bisa dilakukan dengan menunjukkan sebuah benda.

b. Gambar
Teknik ini bisa dilakukan dengan foto, menggambar sesuatu diatas papan tulis, ataupun ilustrasi
dari Koran dan majalah.

c. Penjelasan
Teknik ini bisa dipraktekkan dengan menjelaskan sinonim ataupun antonim kata,
mendefinisikannya, ataupun menerjemahkannya.

Pengertian Pembelajaran Kontekstual CTL / Contextual


Teaching and Learning
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu
proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel da-pat diterapkan (ditransfer) dari satu
permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya. CTL merupakan suatu konsep belajar
dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan
lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
pembelajaran+ctl Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang
sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating,
experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai
kompetensi secara maksimal. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa
mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja ber-sama untuk menemukan
sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesu-atu yang baru datang dari menemukan sendiri
bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan
kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan-nya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment). Langkah-langkah CTL CTL dapat diterapkan dalam
kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.
Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara.
Karakteristik Pembelajaran CTL
1. Kerjasama.
2. Saling menunjang.
3. Menyenangkan, tidak membosankan.
4. Belajar dengan bergairah.
5. Pembelajaran terintegrasi.
6. Menggunakan berbagai sumber.
7. Siswa aktif.
8. Sharing dengan teman.
9. Siswa kritis guru kreatif.
10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar,
artikel, humor dan lain-lain.
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil

pratikum, karangan siswa dan lain-lain Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran
lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi
tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan
tersebut, materi pembelajaran, lang-kah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang
akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format
antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (je-las
dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual le-bih menekankan pada
skenario pembelajarannya. Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut
Johnson (2000: 65), yang dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections) Keterkaitan
yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran
kontekstual. Ketika
siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam. Atau
sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna
memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan
seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works) Model pembelajaran
ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus
punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan
kehidupan siswa
3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning) Pembelajaran yang diatur sendiri,
merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan
masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa.
Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa
menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4. Bekerjasama (collaborating) Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja
secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam
kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan
saling berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking) Pembelajaran kontekstual
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis dan
berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi
keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu
kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam
mengembangkan sesuatu
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual) Dalam pembelajaran
kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual
dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat,
tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam pembelajaran kontekstual
juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan
siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards) Pembelajaran kontekstual
diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent).
Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan sia dibantu oleh gurunya dalam
menemukan potensi dan kekuatannya.
8. Menggunakan Penilaian yang otentik (using authentic assessment) Penilaian autentik
menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru
dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari
ujian stanar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari:

Komponen Utama Pembelajaran Kontekstual :


Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (contructivism),
menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan
ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Model pembelajaran kontektual dapat
diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya.

Proses inquiry muncul pada cara dan kiat mendeskripsikan yang ditempuh siswa.
Questioning muncul ketika siswa (peserta) mengamati benda, bertanya, mengajukan usul,
dan menebak.
Learning community muncul pada kerja kelompok dan saling menebak dengan kelompok
lain

Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual :


Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam kelas secara garis besar mengikuti langkahlangkah sebagai berikut :
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

a. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual


1. Adanya kerjasama
2. Saling menunjang
3. Menyenangkan, tidak membosankan
4. Belajar dengan bergairah
5. Pembelajaran terintegrasi
6. Menggunakan berbagai sumber
7. Siswa aktif
8. Sharing dengan teman
9. Siswa kritis, guru kreatif
10. Laporan kepada orang tua berwujud, rapor, hasil karya siswa, laporan praktikum, dan
karangan siswa, dll.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28), Pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan
pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan
akademik.
Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Jadi
dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk
menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas
belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan pada mereka.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk
menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.
1. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini (2006: 4) adalah hasil belajar
akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta
pengembangan keterampilan sosial.
Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar
kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Louisell dan Descamps (dalam
Trianto, 2010: 57) juga menambahkan, karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan
sendirinya dapat dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis dan
kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan pemecahan masalah.
Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa,
memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar
bersama-sama siswa lainnya.

1. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif


Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai
berikut:
1)

Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam
kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.

2)

Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi
setelahnya.

3)

Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama selama

pembelajaran.
4)

Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok.


Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4) sebagai
berikut:

1) Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi
dasaryang akan dicapai.
2) Kelompok dibentuk secara heterogen.
3) Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu.Pada model
pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada diskusi dan kerjasama dalam kelompok.
Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa dapat berkomunikasi, saling berbagi ilmu,
saling menyampaikan pendapat, dan saling menghargai pendapat teman sekelompoknya

Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif

Jenis-jenis pembelajaran kooperatif


Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model
tersebut. Ada empat jenis pembelajaran kooperatif (Arends, 2001). Di sini akan diuraikan secara ringkas
masing-masing model pembelajaran tersebut.

Student Teams Achievement Division (STAD)


STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan
pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga
mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap
minggu menggunakan presentasi verbal atau teks.
1, Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap
kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat
pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu
sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan
diskusi.
Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu
diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi
berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu
lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang
mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu.
Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.
Group Investigation/Investigasi kelompok
Investigasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling
sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelen. Berbeda dengan STAD dan
jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya
penyelidikan mereka.
Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih
terpusat pada guru. Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat

dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik
tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas
topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Pendekatan Struktural
Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan-kawannya. Meskipun memiliki banyak
kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur
tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh
Kagen ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di mana
guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat
tangan dan ditunjuk.
Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok
kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual. Ada struktur yang
dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk
mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok.

Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas
Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends,
2001).
Memperjelas perbandingan antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering
disebut sebagai tipe pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
STAD

Jigsaw

GroupInvestigation

Pendekatanstruktur

Tujuan
kognitif

Informasi
akademik
sederhana

Informasi
akademik
sederhana

Informasi
akademik tingkat tinggi
danketerampilan inkuiri

Informasi
akademik
sederhana

Tujuan
sosial

Kerja kelompok
Dan kerja sama

Kerja kelompok
dan kerja sama

Kerja dalam kelompok


kompleks

Keterampilan
kelompok dan
keterampilan sosial

Struktur tim

kelompok belajar
heterogen
dengan
4-5 orang
anggota

kelompok belajar
heterogen dengan
5-6 orang anggota,
menggunakan
pola
kelompokasal dan
kelompok ahli

kelompok belajar
dengan 5-6 orang
anggota homogen
Bervariasi,
berdua, bertiga,

kelompok 4-6
orang anggota

Pemilihan
topik

Biasanya guru

Biasanya guru

Biasanya Siswa

Biasanya guru

Tugas
utama

Siswa dapat
menggunakan
lembar kegiatan

Siswa mempelajari
materi dalam
kelompok ahli,

Siswa menyelesaikan
inkuiri kompleks

Siswa mengerjakan
tugas-tugas
sosial
dan kognitif

dan saling
membantu untuk
menuntaskan
materi belajarnya

kemudian
membantu anggota
kelompok asal
Mempelajari materi
itu

Penilaian

Tes mingguan

Bervariasi, dapat
berupa tes mingguan.

Bervariasi

Pengakuan
Lembar

Lembar
pengetahuan dan
publikasi lain

Publikasi lain

Menyelesaikan proyek
dan menulis laporan,
dapat
menggunakan
tes uraian.
Lembar
pengakuan
dan
publikasi lain

Bervariasi

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Diupload oleh Iwan Sukma pada 6 Mar 2013 05:52

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode


atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik
untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam
kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang
efektif.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe
STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok,
kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga
terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur.
Variasi Model STAD
Lima komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu:
a) Penyajian kelas.
b) Belajar kelompok.
c) Kuis.
d) Skor Perkembangan.
e) Penghargaan kelompok.

Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe


StudentTeams Achievement Division (STAD).
1. Pengajaran
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran
sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas.
Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan
terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian
materi pelajaran.
a) Pembukaan
1) Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan
mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan
demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau
cara lain.
2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan
konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
3) Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat
mutlak.
b) Pengembangan
1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan
dipelajari siswa dalam kelompok.
2) Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami
makna bukan hapalan.
3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan.
4) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau
salah.
5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok
masalahnya.
c) Latihan Terbimbing
1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang
diberikan.
2) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan
soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri
sebaik mungkin.
3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama.
Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung
diberikan umpan balik.

2. Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai
materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk
menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat
digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk
mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.
Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru
juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah,
mereview konsep atau menjawab pertanyaan.
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :
1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka
bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.
2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
3) Bagikan lembar kegiatan siswa.
4) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau
kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika
mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal
sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak
dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung
jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek,
maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling
bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab
pertanyaan itu.
5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka
yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada
kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk
belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa
mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan temanteman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika
mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman
sekelompoknya sebelum bertanya guru.
6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas.
sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan
baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan
bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.
3. Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk
menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam
kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan
disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
4. Penghargaan Kelompok
Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung
nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau
penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok
berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam
kelompoknya.

Metode Diskusi Dalam Belajar

Metode Diskusi Belajar

Metode diskusi dalam belajar adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran
dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa/ kelompok-kelompok siswa yang
mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun
berbagai
alternatif
pemecahan
atas
suatu
masalah.
Forum diskusi dapat diikuti oleh seluruh siswa di dalam kelas, dapat pula dibentuk kelompokkelompok kecil. Yang perlu diperhatikan adalan hendaknya para siswa berpartisipasi secara aktif
dalam setiap forum diskusi. Semakin banyak siswa terlibat dan menyumbangkan pikirannnya,
semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari. Perlu pula diperhatikan peran guru. Apabila
campur tangan dan main perintah dari guru, niscaya siswa tidak akan dapat belajar banyak.

Bentuk-Bentuk Diskusi
Langkah-Langkah Diskusi
Metode diskusi dalam belajar memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan
seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.
2. Dengan pimpinan guru, siswa membentuk kelompok diskusi, memilih pemimpin diskusi
(ketua, sekretaris/ pencatat, pelapor dan sebagainya (bila perlu), mengatur tempat duduk,
ruangan sarana dan sebagainya.
3. Para siswa berdiskusi di kelompoknya masing-masing sedangkan guru berkeliling dari
kelompok satu ke kelompok yang lain untuk menjaga serta memberi dorongan dan
bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif supaya diskusi
bejalan dengan lancar.
4. Kemudian tiap kelompok diskusi melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil diskusi yang
dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa (terutama bagi kelompok lain). Guru memberi
ulasan dan menjelaskan tahap-tahap laporan-laporan tersebut.
5. Para siswa mencatat hasil diskusi tersebut, dan para guru mengumpulkan hasil diskusi
dari tiap-tiap kelompok, sesudah siswanya mencatat untuk fail kelas.
Peranan Guru Dalam Mempimpin Diskusi
Dalam proses diskusi, peranan guru sangat penting untuk memastikan diskusi berjalan dengan
baik. Berikut ini peranan guru dalam metode diskusi:
1. Penunjuk jalan
Guru memberikan petunjuk umum dalam diskusi untuk mencapai kemajuan di dalam diskusi..
Guru merumuskan jalannya diskusi andaikata terjadi penyimpangan dari masalah. Apabila guru
mengalami dalam diskusi terjadi jawaban buntu, maka guru meluangkan jalan bagi murid
sehingga diskusi berjalan dengan lancar.
2. Pengatur lalu lintas
Guru mengajukan semua pertanyaan secara teratur untuk semua anggota diskusi, guru menjaga
agar semua anggota dapat berbicara bergiliran untuk ini biasanya diadakan urutan-urutannya atau
terjamin, guru menjaga supaya diskusi jangan hanya semata-mata dikuasai oleh murid-murid

yang gemar berbicara, guru terhadap murid yang pendiam dan pemalu guru harus mendorongnya
supaya ia berani mengeluarkan pendapatnya.
3. Diding penangkis
Guru atau pemimpin diskusi harus memantulkan semua pertanyaan yang diajukan kepada semua
pengikut diskusi. Dia tidak harus menjawab pertanyaan yang harus diberikan kepadanya. Dia
hanya boleh menjawab pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh pengikut diskusi. Ini bertujuan
agar semua pengikut diskusi dapat menjawabnya
Manfaat Metode Diskusi
Diskusi kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar murid,
antara lain:
1. Membantu murid untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik ketimbang ia
memutuskan sendiri, karena terdapat berbagai sumbangan pikiran dari peserta lainnya
yang dikemukakan dari berbagai sudut pandangan. 2
2. Mereka tidak terjebak dengan jalan pikirannya sendiri yang kadangkadang salah.
3. Segala kegiatan belajar akan memperoleh dukungan bersama dari seluruh
kelompok/kelas hingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
4. .

Langkah-langkah model pembelajaran Group Investigasi.


1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan.
3. Guru memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil
kooperatif dalam kelompoknya.
4. Masing-masing
kelompoknya.

kelompok

membahas

materi

tugaas

secara

materi tugas secara


kooperatif

dalam

5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu
anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya.
6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya.
7. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan
memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
Tahap-tahap pembelajaran Grup Investigasi
Pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran di atas tentunya harus berdasarkan prinsip
pengelolaan atau reaksi dari metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation.
Dimana di dalam kelas yang menerapakan model GI, pengajar lebih berperan sebagai konselor,
konsultan, dan pemberi kritik yang bersahabat. Dalam kerangka ini pengajar seyogyanya
membimbing dan mengarahkan kelompok menjadi tiga tahap:

1. Tahap pemecahan masalah,


2. Tahap pengelolaan kelas,
3. Tahap pemaknaan secara perseorangan.

Tahap pemecahan masalah berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, apa yang menjadi
hakikat masalah, dan apa yang menjadi fokus masalah. Tahap pengelolaan kelas berkenaan
dengan proses menjawab pertanyaan, informasi apa yang saja yang diperlukan, bagaimana
mengorganisasikan kelompok untuk memperoleh informasi itu. Sedangkan tahap pemaknaan
perseorangan berkenaan dengan proses pengkajian bagaimana kelompok menghayati kesimpulan
yang dibuatnya, dan apa yeng membedakan seseorang sebagai hasil dari mengikuti proses
tersebut (Thelen dalam Winataputra, 2001: 37).
Untuk lebih praktis model GI dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai
berikut:

Kerangka Pembelajaran Grup Investigasi


Dari kerangka operasional pembelajaran Group Investigation yang ditulis oleh Joise & Weil ini
dapat kita ketahui bahwa kerangka operasional model pembelajaran Group Investigation adalah
sebagai berikut:
1. Siswa dihadapkan dengan situasi bermasalah
2. Siswa melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi yang problematis.
3. Siswa merumuskan tugas-tugas belajar atau learning taks dan mengorganisasikan untuk
membangun suatu proses penelitian.
4. Siswa melakukan kegiatan belajar individual dan kelompok.

5. Siswa menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam proses penelitian
kelompok.
6. Melakukan proses pengulangan kegiatan atau Recycle Activities.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Portofolio adalah sebagai berikut:


1. Mengidentifikasi masalah yang ada
2. Memilih suatu masalah untuk dikaji dikelas
3. Mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang dikaji
4. Membuat fortofolio kelas.
5. Menyajikan fortofolio/dengar pendapat.
6. Melakukan refleksi pengalaman belajar.
Di dalam setiap langkah, siswa belajar mandiri dalam kelompok kecil dengan fasilitas dari guru
menggunakan ragam sumber belajar di sekolah maupun di luar sekolah.
Portofolio sebagai Penilaian
Portofolio penilaian (assessement) disini diartikan sebagai kumpulan Fakta / bukti dan dokumen
berupa tugas-tugas yang terogarnisir secara sistematis dari seseorang secara individu dalam
proses pembelajaran. Selain itu juga diartikan sebagai koleksi sistematis dari siswa dan guru
untuk
menguji
proses
dan
prestasi
belajar.
Portofolio penilaian merupakan pembelajaran praktek (melakukan) dan mempunyai standar
pertanyaan yang kuat yakni mendorong adanya interaksi antar lingkungan terkait seperti
interaksi antar siswa dan guru yang saling melengkapi serta menggambarkan belajar siswa secara
mendalam yang pada akhirnya dapat membantu siswa menjadi sadar untuk meningkatkan dirinya
sebagai
pembaca
dan
penulis
yang
baik.
Dari uraian tentang portofolio penilaian di atas, dapat disimpulkan bahwa portofolio penilaian
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Merupakan karya siswa yang berisi kemajuan dan penyelesaian tugastugas secara terus
menerus dalam usaha pencapaian kompetensi pembelajaran.
2. Mengukur setiap prestasi siswa secara individu dan menyadari perbedaan diantara siswa.
3. Merupakan pendekatan kerja sama.
4. Mempunyai tujuan untuk menilai diri sendiri.
5. Memperbaiki dan mengupayakan prestasi.

6.

Adanya keterkaitan antara penilaian dan pembelajaran.

ACAM-MACAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF


1. Teks Acak
Strategi ini sangat digunakan untuk pelajaran bahasa meskipun dapat juga digunakan
untuk pelajaran yang lain.
Langkah-langkah:
1. Pilih bacaan yang akan disampaikan;
2. Potong bacaan tersebut menjadi beberapa bagian. Potongan bisa per kalimat,
atau per dua kalimat;
3. Bagi peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil;
4. Beri setiap kelompok satu bacaan utuh yang sudah dipotong-potong;
5. Tugas peserta didik adalah menyusun bacaan sehingga dapat dibaca dengan
urut;
6. Pelajari teks bacaan dengan peserta didik, dengan cara yang Anda kehendaki.
PARAGRAF BERANTAI (menyusun paragraf bersama-sama)
KARTU BERKALIMAT (menemukan kalimat utama)
Model Pembelajaran Kooperatif

Pengertian Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan
penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000: 7).
Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran dengan siswa
bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada model pengajaran, siswa
bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan Wikandari,
2000: 25).
Eggen dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan
strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu.

Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif


Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arends (2001), yaitu:
1. Student Teams Achievement Division (STAD)
2. Group Investigation
3. Jigsaw
4. Structural Approach
Sedangkan dua pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah:

1. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan pada pembelajaran


membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai SD), dan
2. Team Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika untuk
tingkat 3-6 (setingkat TK).
Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan
struktur penghargaan (Arends, 1997: 110-111).
1. Struktur tugas mengacu pada cara pengaturan pembelajaran dan jenis kegiatan siswa
dalam kelas
2. Struktur tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh siswa dan guru pada
akhir pembelajaran atau saat siswa menyelesaikan pekerjaannya. Ada tiga macam
struktur
tujuan,
yaitu:
Struktur
tujuan
individualistik
Struktur
tujuan
kompetitif
Struktur tujuan kooperatif
3. Struktur penghargaan kooperatif, yaitu penghargaan yang diberikan pada kelompok jika
keberhasilan kelompok sebagai akibat keberhasilan bersama anggota kelompok.
Ciri-Ciri dan Tahapan pada Model Kooperatif
Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciriciri sebagai berikut:
1. siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar,
2. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
3. jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda-beda,
4. penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.

Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut (Ibrahim, M.,


dkk., 2000: 10)
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran.
2. Menyampaikan informasi.
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4. Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok.
5. Evaluasi atau memberikan umpan balik.
6. Memberikan penghargaan.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan
pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2000:7-8) sebagai berikut:
1. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

2. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama
lain.
3. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini
penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan
sosial.
Ketrampilan Pembelajaran Kooperatif
Melalui model ini diharapkan tidak cuma kemampuan akademik yang dimiliki siswa tetapi juga ketrampilan yang
lain. Keterampilan-keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk. (2000:47-55), antara lain:
1. Keterampilan-keterampilan Sosial
2. Keterampilan Berbagi
3. Keterampilan Berperan Serta
4. Keterampilan-keterampilan Komunikasi
5. Pembangunan Tim
6. Keterampilan-keterampilan Kelompok

PENGELOLAAN KELAS
A. KONSEP DASAR PENGELOLAAN KELAS
Menurut LOIS V Jonson dan Maria bani (class room menejement) yang di
ikhtibarkan oleh DR. Made Pidarta (1970).
1. Pengelolaan kelas di tinjau dari konsep lama adalah
mempertahankan kelas
2. Pengelolaan kelas di tinjau dari konsep moderen adalah proses seleksi
dan penggunaan alat alat yang tepat terhadap problem dan situasikelas
3. Konsep dasar pengelolaan kelas sangat perlu dan penting dipahami oleh
seorang pendidik karena konsep dasar pengelolaan kelas berperanpenting dalam
menciptakan suasana kelas yang konduksif.
B.TUJUAN PENGELOLAAN KELAS
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
bermacam macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan social . Suharsimi
Arikunto ,(1988:68) berpendapat bahwa bertujuan pengelolaan adalah agar setiap
anak dikelas padat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya
telah terkandung dalam tujuan pendidikan sebagai guru kita harus sadar tanpa
mengelola kelas dengan baik maka akan menghambat kegiatan belajar mengajar.
C. PENEGRTIAN PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan kelas berdiri dari dua kata yaitu : pengelolaan dan kelas
Kata Pengelolaan adalah berasal dari kata kelola ditambah awalan pe dan
an. Istilah lain dari pengelolaan kelas menagemen yang berarti tata pimpinan
pengelolan.
Sedangakan kelas menurut UMAR HAMALIK (1987;311) adalah kelompok orang
yang melakukan kegiatan belajar bersama yang dapat pengajaran dari guru .
SUHARSIMI ARIKUNTO berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar / yang
membantu dengan maksud agar di capai kondisi yang optimal sehingga dapat
terlaksana kegiatan belajarsiswa dapat berjalan dengan lancar dan terciptanya
kondisi belajar yang optimal untuk berlangsungnya kegiatan belajar siswa.

D. BERBAGAI PANDANGAN TENTANG PENGELOLAAN KELAS


Arti pengelolaan kelas dapat ditinjau dari beberapa pandangan :
1. Pandangan otoriter bahwa pengelolaan kelas sebagai proses
mengontrol tingkah laku siswa atau seperangkat kegiatan guru untuk
mempertahankan ketrtiban kelas.
2. Pandangan permisif bahwa pengelolaan kelas adalah seperangkat
kegiatan guru untuk memaksudkan kebebasan siswa.
3. Pandangan behavarior modivikation adalah seperangkat kegiatan guru
untuk mengubah tingkah laku siswa. (proses pengubahan tingkah laku)
kearah positif.
4. Pandangan proses kelompok, bahwa pengelolaan keles adalah
seperangkat kegiatan guru untuk menambahkan organisasi kelas yang
efektif.
E.KONSEP OPERASIONAL PENGELOLAAN KELAS
Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan. Perlu diperhatikan
pengaturan ruang kelas belajar penyusunan dan pengaturan ruang belajar
hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan
guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar.
Dalam pengaturan ruang belajar, ada beberapa hal yang peerlu
diperhatikan:
a. Ukuran dan bentuk kelas
b. Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa
c. Jumlah siswa dalam kelas
d. Jumlah siswa dalam setiap kelompok
Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang kurang pandai dan
yang pandai, pria dan wanita).
F. PRINSIP PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS
Sebagai pekerja professional seorang guru harus mendalami kerangka acuan
pendekatan kelas,sebab di dalam penggunaannya ia harus terlebih dulu meyakinkan
bahwa pendekatan yang di pilihnya untuk menangani suatu kasus pengelolaaan kelas
merupakan alternative yang terbaiksesuai dengan hakikat masalahnya.

Berbagai pendekatan yang guru lakukandalam rangka pengelolaan kelas :


1.Pendekatan kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak
didik peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi
disiplindalam kelas.
2.Ancaman
Dari pendekatan ancaman ini pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses
dalam mengontrol tingkah laku anak didik
3. Pendekatan pengajaran
Pendekatan ini di dasarkan atas suatu tanggapan bahwa suatu perencanaandan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik.
4. Pendekatan perubahan tingkah laku
a. Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses
belajar.
b. Di dalam prosees belajar terdapat proses psikologis yang tanda mental berupa
penguatan positif.
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan oleh pengelolaan kelas, prinsip prinsip
pengelolaan kelas dapat dipergunakan . maka adalah penting bagi guru untuk
mengetahui dan menguasai prinsip prinsip pengelolaan kelas yang akaan diuraikan
sebagai berikut:
1. Hangat dan antusiasi

Hangat dan antusiasi sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar.


2. Tantangan
Penggunaan kata kata Tanya atau bahan bahan yang menantang akan meningkatkan
gairah anak didik untuk belajar.
3. Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin
diri sendri.

Anda mungkin juga menyukai