Hal ini dapat disimpulkan seperti tabel yang saya adaptasi dari Nation (1974-18-21) dibawah ini:
Teaching the form of a word
Teaching the meaning of a word
By showing the written form of the
By showing an object or a
word
cutout figure
By showing the movements
By gestures
involved in saying the word
By performing an action
Demonstratio
Visually By showing hand movement s that
n
draw the letters of the word in the
air
By showing wooden or plastic
letters that spell the word
By using letters made of wood,
By using photographs,
cardboard, sandpaper, and so on,
blackboard drawings,
so the learners can feel the shapes
illustration cut from
of the letters that make up the
magazines or newspapers
Tactilely word
Pictures
By using the system of writing like
Braille (the writing for the blind)
By writing the word, letter by letter,
on the learners hand
By saying the word
By description
By producing the word in morse
By giving synonyms or
code or some other aural code
opposites
Aurally
Explanation By putting the word into a
defining context
By translating
Dari tabel diatas, kita dapat memahami bahwa ada dua teknik pengajaran vocabulary.
1.Teknik pengajaran bentuk kosakata.
Dalam mengajarkan bentuk kosakata, setidaknya ada tiga cara:
a. Secara Visual
Mengajarkan vocabulary secara visual ini dapat dilakukan dengan menunjukkan bentuk tulisan
dari kata tersebut, menunjukkan gerakkan yang berkenaan dengan kata yang disebutkan, dengan
menggerakkan tangan diudara sembari menuliskan huruf-huruf, ataupun dengan menunjukkan
huruf-huruf yang terbuat dari kayu atau plastik untuk dieja.
b. Dengan Sentuhan
Mengajarkan vocabulary dengan sentuhan (tactilely) dapat dilakukan dengan menggunakan
huruf-huruf yang terbuat dari kayu, kertas pasir, dan lain-lain, sehingga siswa bisa merasakan
bentuk huruf yang tersusun menjadi kata-kata. Selain itu juga bisa menggunakan sistem
penulisan bagi orang buta seperti braile, ataupun dengan menuliskan kata huruf demi huruf diatas
tangan siswa.
c. Dengan oral
Mengajarkan vocabulary secara oral bisa dipraktikkan seperti dengan mengucapkan kata ataupun
bentuk oral lainnya.
a. Demonstrasi
Teknik ini bisa dilakukan dengan menunjukkan sebuah benda.
b. Gambar
Teknik ini bisa dilakukan dengan foto, menggambar sesuatu diatas papan tulis, ataupun ilustrasi
dari Koran dan majalah.
c. Penjelasan
Teknik ini bisa dipraktekkan dengan menjelaskan sinonim ataupun antonim kata,
mendefinisikannya, ataupun menerjemahkannya.
pratikum, karangan siswa dan lain-lain Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran
lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi
tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan
tersebut, materi pembelajaran, lang-kah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang
akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format
antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (je-las
dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual le-bih menekankan pada
skenario pembelajarannya. Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut
Johnson (2000: 65), yang dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections) Keterkaitan
yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran
kontekstual. Ketika
siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam. Atau
sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna
memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan
seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works) Model pembelajaran
ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus
punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan
kehidupan siswa
3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning) Pembelajaran yang diatur sendiri,
merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan
masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa.
Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa
menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4. Bekerjasama (collaborating) Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja
secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam
kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan
saling berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking) Pembelajaran kontekstual
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis dan
berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi
keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu
kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam
mengembangkan sesuatu
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual) Dalam pembelajaran
kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual
dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat,
tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam pembelajaran kontekstual
juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan
siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.
7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards) Pembelajaran kontekstual
diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent).
Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan sia dibantu oleh gurunya dalam
menemukan potensi dan kekuatannya.
8. Menggunakan Penilaian yang otentik (using authentic assessment) Penilaian autentik
menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru
dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari
ujian stanar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari:
Proses inquiry muncul pada cara dan kiat mendeskripsikan yang ditempuh siswa.
Questioning muncul ketika siswa (peserta) mengamati benda, bertanya, mengajukan usul,
dan menebak.
Learning community muncul pada kerja kelompok dan saling menebak dengan kelompok
lain
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam
kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.
2)
Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi
setelahnya.
3)
Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama selama
pembelajaran.
4)
1) Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi
dasaryang akan dicapai.
2) Kelompok dibentuk secara heterogen.
3) Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu.Pada model
pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada diskusi dan kerjasama dalam kelompok.
Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa dapat berkomunikasi, saling berbagi ilmu,
saling menyampaikan pendapat, dan saling menghargai pendapat teman sekelompoknya
dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik
tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas
topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Pendekatan Struktural
Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan-kawannya. Meskipun memiliki banyak
kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur
tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh
Kagen ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di mana
guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat
tangan dan ditunjuk.
Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok
kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual. Ada struktur yang
dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk
mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok.
Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas
Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends,
2001).
Memperjelas perbandingan antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering
disebut sebagai tipe pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
STAD
Jigsaw
GroupInvestigation
Pendekatanstruktur
Tujuan
kognitif
Informasi
akademik
sederhana
Informasi
akademik
sederhana
Informasi
akademik tingkat tinggi
danketerampilan inkuiri
Informasi
akademik
sederhana
Tujuan
sosial
Kerja kelompok
Dan kerja sama
Kerja kelompok
dan kerja sama
Keterampilan
kelompok dan
keterampilan sosial
Struktur tim
kelompok belajar
heterogen
dengan
4-5 orang
anggota
kelompok belajar
heterogen dengan
5-6 orang anggota,
menggunakan
pola
kelompokasal dan
kelompok ahli
kelompok belajar
dengan 5-6 orang
anggota homogen
Bervariasi,
berdua, bertiga,
kelompok 4-6
orang anggota
Pemilihan
topik
Biasanya guru
Biasanya guru
Biasanya Siswa
Biasanya guru
Tugas
utama
Siswa dapat
menggunakan
lembar kegiatan
Siswa mempelajari
materi dalam
kelompok ahli,
Siswa menyelesaikan
inkuiri kompleks
Siswa mengerjakan
tugas-tugas
sosial
dan kognitif
dan saling
membantu untuk
menuntaskan
materi belajarnya
kemudian
membantu anggota
kelompok asal
Mempelajari materi
itu
Penilaian
Tes mingguan
Bervariasi, dapat
berupa tes mingguan.
Bervariasi
Pengakuan
Lembar
Lembar
pengetahuan dan
publikasi lain
Publikasi lain
Menyelesaikan proyek
dan menulis laporan,
dapat
menggunakan
tes uraian.
Lembar
pengakuan
dan
publikasi lain
Bervariasi
2. Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai
materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk
menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat
digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk
mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.
Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru
juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah,
mereview konsep atau menjawab pertanyaan.
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :
1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka
bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.
2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
3) Bagikan lembar kegiatan siswa.
4) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau
kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika
mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal
sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak
dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung
jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek,
maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling
bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab
pertanyaan itu.
5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka
yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada
kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk
belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa
mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan temanteman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika
mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman
sekelompoknya sebelum bertanya guru.
6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas.
sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan
baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan
bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.
3. Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk
menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam
kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan
disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
4. Penghargaan Kelompok
Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung
nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau
penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok
berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam
kelompoknya.
Metode diskusi dalam belajar adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran
dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa/ kelompok-kelompok siswa yang
mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun
berbagai
alternatif
pemecahan
atas
suatu
masalah.
Forum diskusi dapat diikuti oleh seluruh siswa di dalam kelas, dapat pula dibentuk kelompokkelompok kecil. Yang perlu diperhatikan adalan hendaknya para siswa berpartisipasi secara aktif
dalam setiap forum diskusi. Semakin banyak siswa terlibat dan menyumbangkan pikirannnya,
semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari. Perlu pula diperhatikan peran guru. Apabila
campur tangan dan main perintah dari guru, niscaya siswa tidak akan dapat belajar banyak.
Bentuk-Bentuk Diskusi
Langkah-Langkah Diskusi
Metode diskusi dalam belajar memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan
seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.
2. Dengan pimpinan guru, siswa membentuk kelompok diskusi, memilih pemimpin diskusi
(ketua, sekretaris/ pencatat, pelapor dan sebagainya (bila perlu), mengatur tempat duduk,
ruangan sarana dan sebagainya.
3. Para siswa berdiskusi di kelompoknya masing-masing sedangkan guru berkeliling dari
kelompok satu ke kelompok yang lain untuk menjaga serta memberi dorongan dan
bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif supaya diskusi
bejalan dengan lancar.
4. Kemudian tiap kelompok diskusi melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil diskusi yang
dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa (terutama bagi kelompok lain). Guru memberi
ulasan dan menjelaskan tahap-tahap laporan-laporan tersebut.
5. Para siswa mencatat hasil diskusi tersebut, dan para guru mengumpulkan hasil diskusi
dari tiap-tiap kelompok, sesudah siswanya mencatat untuk fail kelas.
Peranan Guru Dalam Mempimpin Diskusi
Dalam proses diskusi, peranan guru sangat penting untuk memastikan diskusi berjalan dengan
baik. Berikut ini peranan guru dalam metode diskusi:
1. Penunjuk jalan
Guru memberikan petunjuk umum dalam diskusi untuk mencapai kemajuan di dalam diskusi..
Guru merumuskan jalannya diskusi andaikata terjadi penyimpangan dari masalah. Apabila guru
mengalami dalam diskusi terjadi jawaban buntu, maka guru meluangkan jalan bagi murid
sehingga diskusi berjalan dengan lancar.
2. Pengatur lalu lintas
Guru mengajukan semua pertanyaan secara teratur untuk semua anggota diskusi, guru menjaga
agar semua anggota dapat berbicara bergiliran untuk ini biasanya diadakan urutan-urutannya atau
terjamin, guru menjaga supaya diskusi jangan hanya semata-mata dikuasai oleh murid-murid
yang gemar berbicara, guru terhadap murid yang pendiam dan pemalu guru harus mendorongnya
supaya ia berani mengeluarkan pendapatnya.
3. Diding penangkis
Guru atau pemimpin diskusi harus memantulkan semua pertanyaan yang diajukan kepada semua
pengikut diskusi. Dia tidak harus menjawab pertanyaan yang harus diberikan kepadanya. Dia
hanya boleh menjawab pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh pengikut diskusi. Ini bertujuan
agar semua pengikut diskusi dapat menjawabnya
Manfaat Metode Diskusi
Diskusi kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar murid,
antara lain:
1. Membantu murid untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik ketimbang ia
memutuskan sendiri, karena terdapat berbagai sumbangan pikiran dari peserta lainnya
yang dikemukakan dari berbagai sudut pandangan. 2
2. Mereka tidak terjebak dengan jalan pikirannya sendiri yang kadangkadang salah.
3. Segala kegiatan belajar akan memperoleh dukungan bersama dari seluruh
kelompok/kelas hingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
4. .
kelompok
membahas
materi
tugaas
secara
dalam
5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu
anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya.
6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya.
7. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan
memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
Tahap-tahap pembelajaran Grup Investigasi
Pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran di atas tentunya harus berdasarkan prinsip
pengelolaan atau reaksi dari metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation.
Dimana di dalam kelas yang menerapakan model GI, pengajar lebih berperan sebagai konselor,
konsultan, dan pemberi kritik yang bersahabat. Dalam kerangka ini pengajar seyogyanya
membimbing dan mengarahkan kelompok menjadi tiga tahap:
Tahap pemecahan masalah berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, apa yang menjadi
hakikat masalah, dan apa yang menjadi fokus masalah. Tahap pengelolaan kelas berkenaan
dengan proses menjawab pertanyaan, informasi apa yang saja yang diperlukan, bagaimana
mengorganisasikan kelompok untuk memperoleh informasi itu. Sedangkan tahap pemaknaan
perseorangan berkenaan dengan proses pengkajian bagaimana kelompok menghayati kesimpulan
yang dibuatnya, dan apa yeng membedakan seseorang sebagai hasil dari mengikuti proses
tersebut (Thelen dalam Winataputra, 2001: 37).
Untuk lebih praktis model GI dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai
berikut:
5. Siswa menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam proses penelitian
kelompok.
6. Melakukan proses pengulangan kegiatan atau Recycle Activities.
6.
2. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama
lain.
3. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini
penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan
sosial.
Ketrampilan Pembelajaran Kooperatif
Melalui model ini diharapkan tidak cuma kemampuan akademik yang dimiliki siswa tetapi juga ketrampilan yang
lain. Keterampilan-keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk. (2000:47-55), antara lain:
1. Keterampilan-keterampilan Sosial
2. Keterampilan Berbagi
3. Keterampilan Berperan Serta
4. Keterampilan-keterampilan Komunikasi
5. Pembangunan Tim
6. Keterampilan-keterampilan Kelompok
PENGELOLAAN KELAS
A. KONSEP DASAR PENGELOLAAN KELAS
Menurut LOIS V Jonson dan Maria bani (class room menejement) yang di
ikhtibarkan oleh DR. Made Pidarta (1970).
1. Pengelolaan kelas di tinjau dari konsep lama adalah
mempertahankan kelas
2. Pengelolaan kelas di tinjau dari konsep moderen adalah proses seleksi
dan penggunaan alat alat yang tepat terhadap problem dan situasikelas
3. Konsep dasar pengelolaan kelas sangat perlu dan penting dipahami oleh
seorang pendidik karena konsep dasar pengelolaan kelas berperanpenting dalam
menciptakan suasana kelas yang konduksif.
B.TUJUAN PENGELOLAAN KELAS
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
bermacam macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan social . Suharsimi
Arikunto ,(1988:68) berpendapat bahwa bertujuan pengelolaan adalah agar setiap
anak dikelas padat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya
telah terkandung dalam tujuan pendidikan sebagai guru kita harus sadar tanpa
mengelola kelas dengan baik maka akan menghambat kegiatan belajar mengajar.
C. PENEGRTIAN PENGELOLAAN KELAS
Pengelolaan kelas berdiri dari dua kata yaitu : pengelolaan dan kelas
Kata Pengelolaan adalah berasal dari kata kelola ditambah awalan pe dan
an. Istilah lain dari pengelolaan kelas menagemen yang berarti tata pimpinan
pengelolan.
Sedangakan kelas menurut UMAR HAMALIK (1987;311) adalah kelompok orang
yang melakukan kegiatan belajar bersama yang dapat pengajaran dari guru .
SUHARSIMI ARIKUNTO berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar / yang
membantu dengan maksud agar di capai kondisi yang optimal sehingga dapat
terlaksana kegiatan belajarsiswa dapat berjalan dengan lancar dan terciptanya
kondisi belajar yang optimal untuk berlangsungnya kegiatan belajar siswa.