I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama Inisial
No RM
Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Suku Bangsa
Agama
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Status Perkawinan
Alamat
Tanggal Masuk
:M
: 45.01.91
: 1 Desember 1968
: Laki-laki
: Indonesia
: Islam
: Tamat SMP
: Tidak bekerja
: Duda
: Kebagusan Besar, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
: 7 Januari 2016, pukul 01.10 WIB
RIWAYAT PSKIATRIK
Alloanamnesa: Tanggal 10 Januari 2016
Dengan keponakan (Ny. A)
Autoanamnesa: Tanggal 9 Januari 2016
A.
B.
Keluhan Utama
Pasien mengamuk dan bicara melantur sudah 3 hari SMRS.
Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien rujukan dari RS Grogol dibawa ke IGD RSPAD Gatot
Soebroto pada tanggal 7 Januari 2016. Pasien datang di bangsal amino
pukul 01.10 diantar oleh keluarga dan seorang perawat IGD.
Pasien seorang laki-laki tidak sesuai usia, tampak kurus, lemah dan
terdiam. Pasien mengenakan kaos berkerah abu-abu tidak dikancing
dengan celana panjang berwarna coklat yang terlihat longgar. Ketika
dilakukan autoanamnesa, pasien duduk sedikit membungkuk.
Keponakan pasien menerangkan bahwa pamannya mengamuk dan
bicara melantur di rumah sejak 3 hari SMRS. Sejak mengetahui suami
dari keponakannya meninggal akibat kejatuhan papan reklame, pasien
mulai mengamuk dan marah-marah kepada semua orang yang ada di
hadapannya.
Pasien mengamuk di rumah sudah 3 hari karena tidak mau minum
obat dan sering kedapatan tidak menelan obat, hanya di simpan bawah
lidah lalu dikeluarkan dari mulut. Menurut pasien, ia tidak mau minum
D.
seksual
normal
yaitu
heteroseksual.
vii. Riwayat Keluarga
Ayah pasien menderita gangguan jiwa selama bertahuntahun dan dipasung hingga meninggal dunia. Saat
meninggal dunia, pasien berumur 3 tahun.
viii. Genogram
STATUS MENTAL
Pada saat autoanamnesa tanggal 9 Januari 2016
A.
Deskripsi Umum
a.
Penampilan :
Seorang laki-laki berusia 50 tahun-an akhir, tidak sesuai dengan
usia, tinggi sekitar 160 cm, kulit sawo matang, rambut pendek
dengan banyak uban. Rambut terlihat selalu basah dan acakacakan. Kuku terlihat pendek tetapi agak kotor. Pada tangan dan
kaki terlihat banyak bintil-bintil merah serta telapak tangannya
basah. Pasien mengenakan kaos berkerah berwarna abu-abu
namun tidak dikancing dan celana panjang coklat yang lusuh
yang longgar di badan pasien yang kurus. Tercium bau yang tidak
sedap dari badan pasien. Penampilan dan cara berpakaian
membuat pasien tampak tidak rapi dengan perawatan diri yang
kurang.
b. Kesadaran dan Kesiagaan
Compos mentis dan kesiagaan baik.
c. Perilaku dan Psikomotor
Pasien dapat duduk tenang di atas kursi saat wawancara dengan
duduk sedikit membungkuk. Terlihat pasien menggerak-gerakan
B.
C.
D.
Halusinasi visual:
Halusinasi auditorik:
Pasien
mengetahui
bahwa
keluarganya
berbuat
jahat
E.
Gangguan Pikiran
a. Bentuk/Proses Pikir: asosiasi longgar. Pasien cenderung tidak
menjawab pertanyaan dengan tepat tapi tetap bicara dengan
banyak.
b. Isi Pikir: terdapat waham kebesaran, waham persekutorik,
F.
waham erotomania.
Sensorium dan Kognisi
a. Orientasi
Disorientasi. Pasien tidak mengetahui tanggal dan jam berapa ia
masuk ke RS, dirawat di RS mana, tidak mengenal pasien-pasien
dalam satu bangsal, dan pasien tidak mengenal dokter yang
memeriksanya, namun pasien masih mengetahui siapa dirinya.
b. Daya ingat
mengantar ke RS.
Jangka pendek: Baik. Pasien dapat mengingat menu sarapan
c.
d. Kemampuan Visuospasial
Belum dapat dinilai.
Gambar terlampir.
e. Berpikir abstrak
Pasien dapat mengetahui dan menjelaskan dengan baik arti
f.
G.
mengganti pakaian).
Pengendalian Impuls
Saat wawancara, tampak pasien dapat mengendalikan impuls dan
bahkan terlihat cenderung pasif. Ketika pemeriksa bertanya tentang
keluarga lain yang menjenguk pasien, pasien terlihat kesal dan sedih,
namun tidak ada tindakan agresif. Terlihat matanya sedikit berkacakaca saat pemeriksa menanyakan tentang suami dari keponakannya.
H.
I.
jalan pikir dan cerita sesuai dengan apa yang diceritakan keponakan
pasien.
10
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
:
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Napas
: 24x/menit
Suhu
: 37C
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung
: sekret (-/-)
Telinga
: sekret (-/-), membran timpani intak
Tenggorokan
: faring hiperemis (-)
Leher
: KGB dbn
Paru
: SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Jantung
: S1>S2 reguler, M (-) G (-)
Abdomen
: datar, supel, BU (+) normal
Ekstremitas
: akral hangat, edema (-)
B. Status Neurologis
Pemeriksaan Saraf Cranialis (I-XII) : dalam batas normal
Meningeal Sign : tidak ditemukan
Pemeriksaan Motorik : pada keempat ekstremitas kekuatan motorik
baik dengan score 5 (mampu bergerak bebas dan melawan tahanan),
tidak terdapat rigiditas
Refleks Fisiologis: dalam batas normal
Refleks Patologis: dalam batas normal
11
IV.
12
FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
Pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku atau pola
psikologis yang secara bermakna dan khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) atau hendaya (disability) di dalam fungsi
psikososial.
Berdasarkan alloanamnesa, pasien tidak pernah mengalami trauma
kepala atau kejang yang menimbulkan disfungsi otak. Pasien adalah orang
yang tertutup dengan orangtua, bergaul dengan baik dan cukup berprestasi
di sekolah. Namun dari pola riwayat gangguan psikiatri sebelumnya,
gangguan jiwa akan timbul segera bila ia menghadapi stressor yang kuat,
yaitu pertentangan dengan keluarga perihal pernikahan, lahirnya anak
kedua (bertambahnya beban ekonomi keluarga), perceraian dan yang
terakhir kematian suami dari keponakannya. Selain itu, hal ini didukung
oleh faktor risiko dimana ayah kandung pasien yang juga menderita
gangguan jiwa.
Terdapat hendaya berat dalam RTA dan fungsi mental pasien.
Pasien memiliki mood anhedon dengan afek serasi, waham kebesaran,
waham persekutorik, waham erotomania. dan halusinasi (visual dan
auditorik). Berdasarkan PPDGJ III, pasien pada aksis I memenuhi kriteria
diagnosis F20.0 Skizofrenia Paranoid pada F20. Skizofrenia.
13
Aksis II
Menurut onset timbulnya gejala, pasien ada aksis II memenuhi kriteria
F33.3 Gangguan Kepribadian Paranoid, dimana ada kepekaan yang
berlebihan terhadap kegagalan pernikahan, terjadi penolakan dari mantan
istri dan anak-anaknya, adanya kecurigaan kepada keluarganya yang
mengantar ia berobat agar sembuh dan cenderung merasa dirinya penting
secara berlebihan (self-referential attitude).
Aksis III
Berdasarkan hasil pemeriksaan head to toe, tidak didapatkan kelainan fisik
pada pasien. Pada pemeriksaan laboratorium pun menunjukkan hasil
dalam batas normal.
Aksis IV
Dari alloanamnesa, pasien memiliki masalah psikososial dan lingkungan,
yaitu masalah dengan primary support group yaitu perceraian dan
berpisahnya dengan anak-anak, masalah pendidikan dan masalah ekonomi
(tidak melanjutkan ke jenjang SMA dikarenakan masalah biaya) serta
adanya masalah pekerjaan yaitu menganggur karena disability-nya.
Aksis V
Penilaian fungsi secara global menggunakan skala Global Assessement of
Functioning (GAF) menurut PPDGJ III pada aksis V didapatkan pasien
GAF saat ini (GAF perawatan) 20-11 yaitu bahaya mencederai diri/orang
lain, disabilitas sangat berat dalam berkomunikasi dan mengurus diri. GAF
tertinggi tahun 1999-2005 80-71 yaitu gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan dan sekolah karena menurut
alloanamnesa keponakan pasien, pasien dapat terkontrol dan masih bisa
berjualan minuman serta masih bisa menjalani kehidupan berumah tangga.
14
VI.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: F20.0 Skizofrenia Paranoid pada F20. Skizofrenia
DD/ Skizofrenia Hebefrenik
Aksis II
: F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid
Aksis III
: Tidak ada
Aksis IV
: Perceraian, pengangguran, masalah psikososial dan
Aksis V
VII.
ekonomi
: GAF saat ini 20-11, GAF tertinggi tahun lalu 80-71
DAFTAR MASALAH
a. Organobiologis
Ayah kandung pasien dahulu diketahui mengalami gangguan jiwa.
b. Psikologis
Alam Perasaan: Mood eutimik, afek serasi.
Persepsi: halusinasi visual dan auditorik.
Pikiran: waham kebesaran, waham persekutorik, waham
erotomania.
Perilaku: Stereotipik.
Tilikan: derajat 1, RTA terganggu
c. Lingkungan dan Sosioekonomi
Perceraian, pengangguran, masalah psikososial dan ekonomi
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad fungsionam: ad bonam
Quo ad sanationam: dubia ad malam
IX.
15
X.
FOLLOW UP
H (+1) 7
H (+2)
H (+3)
H (+4)
H (+5)
2016. Pk.23.00
9 Januari 2016
10 Januari 2016
11 Januari 2016
Keponakan
Pasien
Pasien menyatakan
SpKJ
pasien
menyatankan
dirinya masih di
menyatakan
menjahati pasien,
pasien memiliki 2
16 hari
pasien menyatakan
SMRS pasien
tersebut karena
cantik. Seorang DJ
masih melihat
mulai tidak
dan seorang
bisa tidur,
dimengerti.
diatas. Pasien
perancang busana.
mengganggunya.
bicara kacau
mengatakan bisa
Pasien teriak-teriak
dan marah-
marah.
merasa di jahati
Keponakan
dikonfirmasi, pasien
pasien juga
tidak menjawab.
menyatakan
bahwa pasien
curiga
16
adiknya
diguna-guna
oleh istri
O
- Penampilan:
adik.
- Penampila
Status mental :
Status mental:
Status mental :
Status mental :
laki-laki tidak
n: laki-laki
Kes: CM
-Kesadaran CM
kes : CM
kes : CM
sesuai usia
tidak
- Laki-laki
- Laki-laki
sesuai usia.
berpenampilan
berpenampilan
Perawatan
kurang.
kurang.
sesuai usia,
sesuai usia,
perawatan diri
perawatan diri
kurang
kurang
- Mood/afek:
euthym/terbatas
- Persepsi: perlu
eksplorasi
diri cukup.
- Sikap
Bicara : spontan,
-Bicara: spontan,
kooperatif,
cukup, sikap
cukup, logorhea
psikomotor
kooperatif.
tenang,
Mood: sulit
bicara
dirabarasakan, afek:
spontan,
terbatas.
volume
cukup,
waham kebesaran
artikulasi
eksplorasi.
-Persepsi: halusinasi
17
- Sikap kooperatif.
- Sikap kooperatif.
- Bicara : spontan,
- Bicara : spontan,
artikulasi jelas,
artikulasi jelas,
volume cukup.
volume cukup.
- Mood: euthym,
- Mood: euthym,
afek: serasi
afek: serasi
- Arus pikir:
- Arus pikir:
asosiasi longgar
asosiasi longgar
jelas.
- Mood/afek
:
Persepsi: halusinasi
auditorik, visual
auditorik, visual
-RTA terganggu
kejar, waham
kejar, waham
RTA terganggu
-Tilikan: 1
erotomania.
erotomania.
- Halusinasi :
- Halusinasi :
euthym/ter
batas
auditorik, visual
- Proses
pikir:
auditorik, visual
- RTA terganggu
- RTA terganggu
- Tilikan: 1
- Tilikan: 1
asosiasi
longgar, isi
pikir:
waham
kejar.
- Persepsi:
Halusinasi
auditorik
- RTA
A
terganggu
Skizofrenia
Skizofrenia paranoid
Skizofrenia
Skizofrenia
paranoid
skizofrenia hebefrenik
DD/ skizofrenia
paranoid
paranoid
18
- Rawat inap
- Inj. Serenace 1
amp
- Inj. Valium 1
amp
- Risperidon 2x2
mg
- Thp 2x2 mg
- Risperidon
2x2 mg
- Trihexyphe
- Risperidon 2x2 mg
hebefrenik
- Risperidon 2x2 mg
- Trihexyphenidil 2x 2 mg
- Trihexyphenidil 2x 2
mg
mg
- Trihexyphenidil
nidil 2 x2
2x 2 mg
mg
- Serenace :
Valium =
1:1, bila
gaduh
gelisah.
- Risperidon 2x2
19
- Risperidon 2x2
mg
- Trihexyphenidil
2x 2 mg
XI.
PEMBAHASAN
Penegakkan diagnosis berdasarkan PPDGJ III mengikuti kaidah
urutan hierarki. Gangguan Mental Organik dalam Hierarki Blok Diagnosis
Gangguan Jiwa berdasarkan PPDGJ III berada pada hierarki tertinggi yaitu
F00 F09. Dalam sistem hierarki, suatu diagnosis baru dapat dipastikan
apabila kemungkinan banding dalam blok diatasnya dapat ditiadakan
secara pasti. Pada kasus, riwayat trauma kepala, kejang dan gangguan fisik
lain disangkal oleh keponakan pasien. Hal tersebut sudah bisa
menyingkirkan kemungkinan gangguan yang dialami pasien bukan
disebabkan oleh kelainan fisik.
Selanjutnya hipotesis mengarah pada hierarki selanjutnya yaitu F20F29. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil anamnesa dan
pemeriksaan status mentalis, ditemukan gejala yang mengarah pada
kriteria diagnosis F20. Skizofrenia, khususnya F20.0 Skizofrenia Paranoid.
Skizofrenia merupakan sindrom dengan variasi penyebab (banyak
belum diketahui) dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat
yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial
budaya.
Pada pasien ditemukan satu gejala yang amat jelas yang memenuhi
kriteria
diagnostik
skizofrenia
yaitu
halusinasi
auditorik.
Pasien
20
Skizofrenia paranoid
F20.1
Skizofrenia hebefrenik
F20.2
Skizofrenia katatonik
F20.3
F20.4
Depresi pasca-skizofrenia
F20.5
Skizofrenia residual
F20.6
Skizofrenia simpleks
F20.7
Skizofrenia lainnya
F20.8
Skizofrenia YTT
21
yaitu
obat
antipsikotik
yang
bekerja
dengan
22
DAFTAR PUSTAKA
23