Polineuropati muncul sebagai salah satu komponen dari beberapa penyakit yang
sering muncul
dan tidak sedikit pula dari penyakit-penyakit yang langka. Polineuropati memiliki
etiologi yang
heterogen, berbeda-beda dalam patologinya, dan bermacam-macam pula
tingkat keparahannya.
Insiden kasus dari polineuropati didunia ini juga tergolong tidak sedikit, hal
tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut
EPIDEMIOLOGI
Polineuropati muncul sebagai salah satu komponen dari beberapa penyakit yang sering
muncul dan tidak sedikit pula dari penyakit-penyakit yang langka. Polineuropati memiliki
etiologi yang heterogen, berbeda-beda dalam patologinya, dan bermacam-macam pula
tingkat keparahannya. Insiden kasus dari polineuropati didunia ini juga tergolong tidak
sedikit, hal tersebut dapat dilihat pada tabel beriku
Gangguan bersifat simetris pada kedua sisi. Tungkai lebih dulu terkena dibanding
lengan. Gangguan sensorik berupa parestesia, disestesia, dan perasaan baal
pada ujung-ujung jari kaki yang dapat menyebar ke arah proksimal sesuai
dengan penyebaran saraf tepi sesuai dengan pola stocking and gloves
distribution. Kadang-kadang parestesia dapat berupa rasa yang aneh, seperti
rasa terbakar. Nyeri pada otot sepanjang saraf tepi jarang dijumpai.
Penderita tidak bisa merasakan suhu dan nyeri, sehingga mereka sering
melukai dirinya sendiri dan terjadilah luka terbuka (ulkus di kulit) akibat
penekanan terus menerus atau cedera lainnya. Karena tidak dapat merasakan
nyeri, maka sendi sering mengalami cedera (persendian Charcot).
Ketidakmampuan untuk merasakan posisi sendi menyebabkan ketidakstabilan
ketika berdiri dan berjalan. Pada akhirnya akan terjadi kelemahan otot dan atrofi
(penyusutan otot).Kelemahan pada otot awalnya dijumpai pada bagian distal
kemudian ke arah proksimal. Atrofi otot, hipotoni, dan menurunnya refleks
tendon dapat dijumpai pada fase dini sebelum kelemahan otot dijumpai. Saraf
otonom dapat juga terkena sehingga menyebabkan gangguan trofik pada kulit
dan hilangnya keringat serta gangguan vaskular perifer yang dapat
menyebabkan hipotensi postural.
Proses patologik pada sistem motorik dan sensorik dapat mengalami
gangguan yang tidak sama beratnya. Tidak jarang satu fungsi masih normal
sedangkan yang lain mengalami gangguan yang berat.
IX. Pemeriksaan
1. Nerve Conduction Studies
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memberikan impuls elektrik (20-100 V
dalam 0,05-0,1 ms) pada beberapa titik sepanjang perjalanan serabut saraf,
kemudian respon yang terjadi direkam.Dengan merekam latensi antara impuls
dan respon serabut otot, kecepatan konduksi dari serabut saraf motoris dapat
dihitung.
Jarak antara 2 titik impuls
Kecepatan konduksi = ----------------------------------------------Selisih waktu konduksi antara 2 tempat
Kecepatan konduksi motoris dapat dihitung pada serabut saraf perifer plexus
brachialis dari ekstremitas atas dan serabut saraf sciatic dan femoral dari
ekstremitas bawah. Pemeriksaan ini tidak hanya berguna dalam mendiagnosis
neuropati umum, tetapi juga penjepitan serabut saraf, (misalnya n. ulnaris pada
siku atau n. medianus pada pergelangan tangan).
Konduksi sensoris juga dapat dihitung, pada jari II ekstremitas atas diberi
impuls, kemudian potensial sensori yang terjadi direkam pada pergelangan
tangan dan siku.
Jarak antara 2 tempat
Kecepatan konduksi = ----------------------------------------------
sensorisnya.
TINJAUAN PUSTAKA
I.
1.
NEURON
Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomi dan fungsional
sistem persarafan.
Gambar 1. Neuron
a) Neuron terdiri dari1:
(1) Badan sel
Secara relatif badan sel lebih besar dan mengelilingi nukleus yang di dalamnya
terdapat nukleolus. Di sekelilingnya terdapat perikarion yang berisi neurofilamen
yang berkelompok yang disebut neurofibril. Di luarnya berhubungan dengan
dendrit dan akson yang memberikan dukungan terhadap proses-proses fisiologis.
(2) Dendrit
Dendrit adalah tonjolan yang menghantarkan informasi menuju badan sel.
Merupakn bagian yang menjulur keluar dari badan sel dan menjalar ke segala
arah. Khususnya di korteks serebri dan serebellum, dendrit mempunyai tonjolantonjolan kecil bulat, yang disebut tonjolan dendrit.
(3) Akson
Tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi keluar dari badan
sel disebut akson. Dendrit dan akson secara kolektif sering disebut sebagai
serabut saraf atau tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima, menyampaikan
dan meneruskan pesan-pesan neural disebabkan sifat khusus membran sel
neuron yang mudah dirangsang dan dapat menghantarkan pesan elektrokimia.
b) Klasifikasi sruktural neuron
Klasifikasi sruktural neuron berdasarkan pada hubungan antara dendrit, badan
sel dan akson mencakup 1:
(1) Neuron tanpa akson
Secara struktur lebih kecil dan tidak mempunyai akson. Neuron ini belokasi pada
otak dan beberapa organ perasa khusus
(2) Neuron bipolar
Ukuran dari neuron bipolar lebih kecil dibandingkan dengan neuron unipolar dan
multipolar. Neuron bipilar sangat jarang ada, tetapi meraka ada di dalam rongga
perasa khusus, neuron ini menyiarkan ulang informasi tentang penglihatan,
penciuman dan pendengaran dari sel-sel yang peka terhadap rangsang ke
neuron-neuron lainnya.
(3) Neuron unipolar
Di dalam suatu neuron unipolar, dendrit dan akson melakukan proses secara
berlanjutan. Dalam suatu neuron, segmen awal dari cabang dendrit membawa
aksi potensial dan neuron ini memiliki akson. Beberapa neuron sensorik dari
saraf tepi merupakan neuron unipolar dan sinaps neuron berakhir di sistem saraf
pusat (SSP).
(4) Neuron multipolar
Neuron multipolar lebih banyak memiliki dendrit dan dengan satu akson. Neuron
ini merupakan tipe neuron yang sebagian besar berada di SSP. Contoh tipe
neuron ini adalah seluruh neuron motorik yang mengendalikan otot rangka.
c) Klasifikasi fungsional
(1) Neuron sensorik
Neuron sensorik merupakan neuron unipolar atau disebut juga dengan serabut
aferen yang menghubungkan antara reseptor sensorik dan batang otak atau
otak. Neuron ini mengumpulkan informasi dengan memperhatikan lingkungan
luar tubuh. Tubuh manusia memiliki sekitar 10 juta neuron sensorik. Neuron
sensorik somatis melakukan pengawasan di luar tubuh dan neuron sensorik
viseral memonitor kondisi di dalam tubuh. Reseptor sensorik yang lebih spesifik
meliputi 1:
a) Eksteroseptor, menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan luar dan
lingkungan yang didapat dari indera seperti penglihatan, penciuman,
pendengaran dan peraba.
b) Proprioseptor, memonitor keadaan posisi dan pergerakan otot rangka dan
sendi.
c) Interoseptor, memonitor kondisi sistem pencernaan, pernapasan,
kardiovaskuler, perkemihan, reproduksi, serta beberapa sensasi perasa dan rasa
nyeri.
(2) Neuron motorik
Neuron motorik atau neuron eferen membawa instruksi-instruksi dari SSP
menuju efektor perifer. Tubuh manusia memiliki sekitar 500 ribu neuron motorik.
Akson-akson pembawa pesan dari SSP yang disebut dengan serabut eferen,
terdiri atas sistem saraf somatis (SSS) dan sistem saraf otonom (SSO). 1
(3) Interneuron
Interneuron atau neuron eferen berada di antara neuron sensorik dan motorik.
Interneuron terdapat di seluruh otak dan batang otak. Tubuh manusia memiliki
20 juta interneuron dan berespons untuk mendistribusikan setiap informasi dari
neuron sensorik dan mengkoordinasikan aktivitas motorik. 1
2.
NEUROGLIA
SEL SCHWANN
Sel schwann membentuk mielin maupun neurolema saraf tepi. Membran plasma
sel schwann secara konsentris mengelilingi tonjolan neuron sistem saraf tepi
(SST). 1
4.
MIELIN
Mielin merupakan suatu kompleks protein yang mengisolasi tonjolan saraf. Mielin
menghalangi aliran ion natrium dan kalium melintasi membran neuronal dengan
hampir sempurna. Selubung mielin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf, dan
terdapat celah-celah yang tidak memiliki mielin, yang disebut nodus Renvier. 1
5.
TRANSMISI SINAPS
Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini yang
kita kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang neuron
dan bersifat kimia di antara neuron.
Neuron tidak bersambung satu sama lain. Tempat dimana neuron mengadakan
kontak dengan neuron lain atau dengan organ efektor disebut sinaps. Sinaps
merupakan satu-satunya tempat dimana suatu impuls dapat lewat dari suatu
neuron ke neuron lainnya atau efektor. Agar proses ini menjadi efektif, maka
sebuah pesan tidak selalu harus melalui perjalanan melalui akson, tetapi bisa
ditransmisikan melalui jalan lain untuk menuju sel lainnya.
Sinaps bisa bersifat elektrik untuk melakukan kontak antarsel atau bersifat kimia
dengan melibatkan neurotransmiter. 2
a) Sinaps listrik
Sinaps-sinaps listrik terletak di SSP dan SST, tetapi sinaps-sinaps tersebut jarang
ada. Sinaps ini sering ada di pusat otak, termasuk di vestibular nuklei, dan juga
ditemukan di mata dan sekitar di ganglia SSP.
b) Sinaps kimia
Situasi dari sinaps kimia jauh lebih dinamis dibandingkan dengan sinaps listrik,
karena sel-sel tidak berpasangan. Pada sinaps kimia, suatu potensial aksi dapat
muncul dengan atau melepaskan sejumlah neurotransmiter menuju neuron
postsinaps. Kondisi ini akan mengintervensi sel-sel postsinaps sehingga lebih
sensitif terhadap stimulus yang muncul. 2
6.
NEUROTRANSMITER
II.
POLINEUROPATI
DEFINISI
Neuropati adalah gangguan atau kelainan saraf perifer yang disebabkan
oleh keadaan patologik. Kelainan yang dapat menyebabkan neuropati dapat
digolongkan secara umum yaitu yang disebabkan oleh penyakit defisiensi,
kelainan metabolisme, intoksikasi, alergi, infeksi, penyakit keturunan, iskemik,
dan kompresi.
Polineuropati atau neuronopati adalah neuropati dengan lesi utama pada
neuron, ditandai gangguan fungsi dan atau struktur yang mengenai banyak saraf
tepi, dimana dimanifestasikan sebagai kelemahan, kehilangan kemampuan
sensor, dan disfungsi autonom, serta biasanya terdistribusi secara simetris dan
bilateral. 3
KLASIFIKASI
Klasifikasi polineuropati dapat dibagi berdasarkan4 :
a.
b.
c.
d.
e.
EPIDEMIOLOGI
Polineuropati muncul sebagai salah satu komponen dari beberapa penyakit yang
sering muncul dan tidak sedikit pula dari penyakit-penyakit yang langka.
Polineuropati memiliki etiologi yang heterogen, berbeda-beda dalam
patologinya, dan bermacam-macam pula tingkat keparahannya.
Insiden kasus dari polineuropati didunia ini juga tergolong tidak sedikit, hal
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut5:
Tabel 2. Prevalensi Polineuropati
ETIOLOGI 5
1. Polineuropati Herediter
- Hereditary motor and sensory neuropathies
- Neuropathy with tendency to pressure palsy
- Prophyria
- Primary amyloidosis
2. Trauma
- Fisik : berupa tekanan,tarikan,trauma lahir,luka bakar,listrik.
- Toksik : obat-obat (streptomysin,INH) dan racun-racun bakteri.
- Cirrhosis
- Gout
- Hypothyroidism
PATOGENESIS 4
Kerusakan serabut saraf dapat terjadi pada axon, selubung myelin, badan sel,
jaringan ikat sekitar, atau pada pembuluh darah yang mensuplai serabut saraf
tersebut. Terdapat 3 patomekanisme dasar yang mungkin terjadi, yaitu:
1. Degenerasi Wallerian
Pada bagian distal dari lesi, axon mengalami disintegrasi dan myelin rusak.
Dengan saling mendekatnya ujung-ujung saraf, dapat terjadi regenerasi.
Membran basal dari sel schwann yang masih bertahan, berperan sebagai
skeleton bagi pertumbuhan axon.
2. Demyelinasi Segmental
Terjadi kerusakan pada selubung myelin tanpa kerusakan serabut saraf. Lesi
primer terjadi pada sel schwann. Prognosis dari mekanisme ini baik, karena tidak
terjadi denervasi serabut otot.
3. Degenerasi Axon Distal
Kerusakan badan sel atau axon dapat mempengaruhi viabilitas dari axon,
dimana akan terjadi die back dari bagian distal serabut saraf. Kerusakan
selubung myelin dapat menyertai mekanisme ini. Proses penyembuhannya akan
berlangsung lambat, karena axon harus beregenerasi. Bila badan sel rusak,
serabut otot akan mengalami reinervasi dari serabut saraf sekitarnya.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan neurologis sangat penting untuk dilakukan, memeriksa saraf
kranialis, kemampuan motorik dan sensorik, tonus otot apakah normal atau
menurun. Pola dari kelemahan membantu dalam mengkerucutkan diagnosis:
apakah simetris atau asimetris, distal atau proksimal. Pasien dengan neuropati
sensorimotor simetris distal, pemeriksaan sensoriknya menunjukkan penurunan
sensitifitas terhadap sentuhan ringan, tusukan jarum, dan suhu pada kasus
45% dengan tetap ada gangguan yang ringan, dan 25% tetap mengalami
gangguan saraf yang buruk (neurology and neurosurgery 425). Pada diabetik
polineuropati, komplikasi biasanya baik apabila kontrol diabetesnya baik, tetapi
akan memburuk apabila terjadi komplikasi neuropati autonom (diabetik
neuropati). 5
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Ganong, WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 22. EGC. Jakarta: 2002
3.
Harsono. Kapita Selekta Neurologi Ed. 2. Gajah Mada Unversity Press.
Yogyakarta: 2009
4.
Kenneth W. Lindsay, Ian Bone, Robin Callander. Neurology And
Neurosurgery Illustrated. Fourth Edition. Chuchill Livingstone. London : 2004.
5.
Polineuropati. www.medicastore.com