Anda di halaman 1dari 6

EKONOMI

LEMAHNYA NILAI TUKAR RUPIAH

KELAS :
X-IIS 1

KELOMPOK 1:
ANDIANI RAHMADINI FITRI FRIYADI (01)
ANDRE HAIDAR LUTHFI (02)
ANISYA HUMAIRA (03)
ARIEL GILANG MUHARAM (04)
AZKIYA KAMILA ROSADI (05)
BELLA APRILIA NRCAHYA (06)

SMA NEGERI 1 TASIKMALAYA


JL. RUMAH SAKIT No. 28 Tlp (0265) 331690

LEMAHNYA NILAI TUKAR RUPIAH


Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal
sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau dikemudian hari,antar dua mata uang
masing-masing dengan negara atau wilayah.
Dalam sistem pertukaran dinyatakan oleh pernyataan besaran jumlah unit
yaitu mata uang ( harga mata uang/sarian mata uang) yang dapat dibeli dari sati
penggalan unit mata uang (disebut pula sebagaidasar mata uang)
Setiap negara selalu menginginkan nilai mata uangnya stabil terhadap mata
uang di negara lain namun untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah.
Menguat atau melemahnya nilai tukar mata uang tidak hanya ditentukan
oleh kondisi dan kebijakan ekonomi dalam negeri akan tetapi juga dipengaruhi oleh
kondisi perekonomian negara lain yang menjadi mitra dalam perdagangan
internasionalnya serta kondisi non- ekonomi seperti keamanan dan kondisi politik.

Faktor Melemahnya Rupiah


Faktor Eksternal
1. Keadaan ekonomi Amerika Serikat yang baik
Dalam 8 tahun terakhir ekonomi AS memang cukup stabil, dan bahkan
dalam 6 tahun terakhir mencapai kondisi pertumbuhan yang relatif tinggi,
tingkat pengangguran turun, dan inflasi rendah. Kenaikan tingkat bunga yang
cukup tinggi tidak akan membuat pertumbuhan ekonomi mereka menurun
tajam.
2. Rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika The Fed
Stimulus moneter sebesar 20% dari PDB Amerika atau US$3,8 triliun
akan ditarik perlahan oleh Bank Sentral AS dengan menaikkan suku bunga.
Dalam tiga tahun ke depan akan naik 2,5%-3%, AS ekonominya meningkat
sendiri sehingga suku bunganya juga naik.
Faktor Internal
1. Perekonomian Indonesia yang kurang mapan
Rupiah termasuk soft currency, yaitu mata uang yang mudah
terdepresiasi ( depresiasi; melemahnya nilai mata uang suatu negara
terhadap negara lain yang ditentukan oleh mekanisme pasar ) karena
perekonomian negara asalnya relatif kurang mapan. Mata uang negaranegara berkembang umumnya adalah mata uang tipe ini, sedangkan mata
uang negara maju seperti Amerika Serikat disebut hard currency, karena
kemampuannya untuk mempengaruhi nilai mata uang yang lebih lemah.
Selain itu, sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia berbagi
sentimen dengan negara berkembang lainnya. Artinya, ketika sentimen
terhadap negara- negara berkembang secara umum baik, maka nilai rupiah
akan cenderung menguat. Sebaliknya, ketika di negara-negara berkembang

yang lain banyak kerusuhan, bencana, dan lain sebagainya, maka nilai
Rupiah akan melemah.
2. Pelarian modal kembali ke luar negeri (Capital Flight)
Modal yang beredar di Indonesia, terutama di pasar finansial, sebagian
besar adalah modal asing. Ini membuat nilai rupiah sedikit banyak
tergantung pada kepercayaan investor asing terhadap prospek bisnis di
Indonesia. Semakin baik iklim bisnis Indonesia maka akan semakin banyak
investasi asing di Indonesia dan dengan demikian Rupiah akan semakin
menguat. Sebaliknya, semakin negatif pandangan investor terhadap
Indonesia, Rupiah akan kian melemah.
Mari ambil contoh pemotongan stimulus yang dilakukan oleh Bank Sentral
Amerika Serikat, The Fed, baru-baru ini. Kebijakan uang ketat (tight money
policy) tersebut membuat investor memindahkan investasinya dari Indonesia
kembali ke Barat sehingga kemudian diikuti oleh pelemahan nilai tukar
rupiah terhadap dolar.
3. Ketidakstabilan Politik- Ekonomi di Indonesia
Faktor yang paling mempengaruhi Rupiah adalah kondisi politikekonomi. Performa data ekonomi Indonesia, seperti pertumbuhan PDB
(Produk Domestik Bruto/Gross Domestic Product), inflasi, dan neraca
perdagangan, juga cukup mempengaruhi Rupiah. Pertumbuhan yang bagus
akan menyokong nilai Rupiah, sebaliknya defisit neraca perdagangan yang
bertambah akan membuat Rupiah terdepresiasi. Dua sisi dalam neraca
perdagangan, impor dan ekspor, sangat penting disini. Inilah sebabnya
kenapa sangat penting bagi Indonesia untuk menggenjot ekspor dan
mengurangi ketergantungan pada produk impor, defisit neraca perdagangan
Indonesia dan tingginya inflasi yang menyebabkan kebutuhan akan dolar
meningkat tajam karena impor lebih besar daripada ekspor.
4. Kultur bangsa yang cenderung konsumtif dan boros
Kultur bangsa yang cenderung konsumtif dan boros serta public policy
terkait utang. Pemerintah akan kesulitan berutang di dalam negeri, maka
kekurangan akan ditutupi dengan berutang ke luar negeri. Maka karena
utang harus dibayar dengan mata uang dolar, nilai tukar rupiah terhadap
dolar dipastikan melemah.

Dampak Positif dan Negatif Melemahnya Rupiah


Dampak Positif
1. Nilai gaji dalam Dolar AS akan meningkat
Kurs Rupiah melemah membuat nilai gaji dalam bentuk Dolar AS atau
mata uang asing lainnya jadi meningkat saat ditukarkan dengan Rupiah.
Kiriman bulanan TKI sebesar 500 USD ke keluarganya di Indonesia, misalnya.
Saat kurs Rupiah Rp 12.000,00 per Dolar AS maka jumlah itu hanya akan
setara dengan sekitar Rp 6.000.000,00 ; tetapi bila kurs Rupiah melemah
hingga Rp 13.000,00 per Dolar AS maka nilainya akan meningkat jadi sekitar
Rp 6.500.000,00. Hal ini dengan sendirinya akan meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan keluarga Indonesia yang kebetulan kerabatnya bekerja di


luar negeri.
2. Meningkatkan daya saing produk Made in Indonesia di luar negeri
Jika kurs rupiah melemah, harga produk Indonesia akan makin murah
bagi konsumen yang berdomisili di luar negeri. Secara teoritis, hal ini bisa
meningkatkan pangsa pasar bagi produk-produk Made In Indonesia. Selain
itu, perusahaan berorientasi ekspor menerima pembayaran dari luar negeri
dalam bentuk Dolar AS yang nilainya semakin tinggi seiring melemahnya
Rupiah. Dengan sendirinya, kondisi ini bisa meningkatkan ekspor Indonesia.
Meningkatnya daya saing produk Made In Indonesia di luar negeri ini
berpotensi memicu ekspor Indonesia dan menguntungkan perusahaanperusahaan berorientasi ekspor jika biaya produksi barang-barang ekspor itu
sendiri bisa dijaga dalam kisaran normal dan produk Indonesia disukai di luar
negeri.
3. Selisih nilai tukar kurs lebih bagi pengekspor di Indonesia
Saat pengekspor telah mengekspor produknya ke luar negeri secara
kredit sebesar USD $ 6,000.00 umpamakan kurs rupiah pada saat pelunasan
Rp 12.000,00 berarti pengekspor akan menerima pelunasan sebesar Rp
72.000.000,00 ( dalam rupiah ). Akan tetapi jika kurs rupiah menjadi Rp
13.000,00 maka pengekspor akan menerima pelunasan sebesar Rp
78.000.000,00 ( dalam rupiah jika ditukarkan saat itu. Ini berarti ada selisih
lebih piutang sebesar Rp 6.000.000,00.
4. Harga barang konsumsi impor akan naik
Bagi barang-barang impor dari jenis barang konsumsi, mungkin bagus.
Jika harga buah-buahan impor naik misalnya, maka orang mungkin akan
tertarik untuk membeli buah-buahan lokal yang lebih murah dan segar. Jika
masyarakat lebih suka buah lokal, maka impor buah pun akan turun.
Pendapatan importir buah ikut anjlok, tetapi di saat yang bersamaan akan
menggeser rejeki bagi petani dan pedagang buah local. Hal ini
memungkinkan pendapatan petani lokal akan bertambah.
Dampak Negatif
1. Beban Hutang Negara Dan Swasta Makin Berat
Pemerintah seringkali perlu berutang guna menjalankan
pembangunan, baik secara langsung ke lembaga atau negara tertentu,
maupun dengan menerbitkan obligasi (surat utang). Perusahaan-perusahaan
swasta pun seringkali perlu berutang dulu untuk mengembangkan usahanya.
Jika utang- utang ini dilakukan dalam bentuk Dolar AS, maka
pengembaliannya pun harus dilakukan dengan mata uang yang sama,
walaupun kurs Rupiah saat pengembalian utang berbeda dengan saat
pemberian hutang. Namun selama beberapa tahun terakhir ini, Pemerintah
lebih banyak berhutang dalam Rupiah, sehingga risiko krisis jadi lebih kecil.
Walaupun demikian, sebagian hutang Pemerintah Indonesia masih ada yang
berdenominasi Dolar AS, begitu pula banyak sekali utang- utang perusahaan

swasta dalam mata uang tersebut, sehingga ketika kurs Rupiah melemah
akan tetap terasa efeknya. Muttaqiena, A. Beragam dampak kurs rupiah
melemah.
2. Harga bahan baku impor akan naik
Kenaikan harga barang impor ini akan buruk sekali bagi industri yang
berbahan baku impor, misalnya industri tempe dan tahu. Kebutuhan kedelai
Indonesia sebagian besar dipenuhi dari impor, sehingga bila kurs Rupiah
melemah terus menerus, maka harga kedelai akan makin menjulang tinggi
dan dampaknya harga tempe dan tahu naik, serta industrinya terancam
gulung tikar. Semakin banyak industri berbahan baku impor di Indonesia,
maka dampak kurs rupiah melemah terhadap perekonomian akan semakin
berat. Selain karena perusahaan-perusahaan di industri itu terancam tutup,
para pegawainya bisa di-PHK dan pertumbuhan ekonomi juga terancam
melambat. Padahal jumlah industri berbahan baku impor ini banyak terdapat
di Indonesia.
Meningkatnya beban anggaran negara karena berdasarkan data
Kementerian Keuangan, setiap rupiah melemah Rp100, defisit anggaran
bertambah Rp940,4 miliar-Rp1,21 triliun. Jadi, jika rupiah melemah Rp1.000
sejak awal tahun, maka negara akan mengalami defisit anggaran sebesar
Rp9 triliun-Rp12triliun.

Cara Mengatasi Melemahnya Rupiah


1. Menerapkan kembali UU No 7/ 2011
Salah satu upaya nyata yang dilakukan pemerintah untuk
menanggulangi pelemahan rupiah adalah menegakkan kembali UU No 7
Tahun 2011 tentang Mata Uang. UU tersebut dengan tegas menetapkan
bahwa setiap transaksi harus dilakukan dengan mata uang rupiah. Bila
berhasil dilaksanakan sepenuhnya, tentu rupiah akan terjaga dari tekanan
fluktuasi. Jadi, di dalam negeri akan dilarang bertransaksi dengan dolar.
2. Mendongkrak ekspor
Ekspor industri, terutama industri manufaktur, menjadi fokus
pemerintah karena sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah pada
kegiatan ekspor. Upaya untuk meningkatkan ekspor industri manufaktur ini
sangat menjadi perhatian pemerintah, mengingat sektor industri manufaktur
merupakan sektor yang memberikan nilai tambah tinggi bagi kegiatan
ekonomi, termasuk kegiatan ekspor. Untuk mendukungnya, pemerintah telah
melakukan revisi terhadap berbagai peraturan yang terkait dengan ekspor.
Terutama di sektor produksi tekstil, sepatu, serta kertas. Pemerintah juga
mempertimbangkan pemberian fasilitas untuk barang-barang modal yang
masuk ke dalam negeri, agar dapat membantu dunia usaha
mempertahankan daya saing produk-produknya, terutama produk
ekspor. Peningkatan ekspor sangat penting untuk memperkuat nilai tukar
rupiah, karena sangat sulit untuk menekan atau menghentikan aktivitas
impor di era perdagangan bebas saat ini. Salah satu langkah yang bisa

dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan tersebut adalah dengan


menyiapkan seluruh struktur ekonomi nasional untuk mampu berasing di era
perdagangan bebas.
3. Perkuat modal industri berbahan baku domestik untuk mengoptimalkan
ekspor
4. Menjaga kestabilan harga makanan pokok agar kualitas hidup masyarakat
terjaga
5. Meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan domestik sebagai
bahan konsumsi nasional
6. Meningkatkan iklan wisata untuk menarik wisatawan mancanegara.
7. Mengalihkan subsidi Bahan Bakar Minyak dari non- produktif kearah produktif
8. Menekan impor barang konsumsi
9. Meningkatkan suku bunga agar para pemilik dana menginventasikan
dananya di Indonesia
10.Mengoptimalkan penggunaan APBN untuk kesehatan dan pendidikan serta
mengawasinya
11.Membuat peraturan untuk menggunakan mata uang rupiah atas transaksi
domestik
12.Tingkatkan iklan wisata untuk menarik wisatawan mancanegara
13.Memberdayakan UMKM dan menyediakan pasar atas hasil produksi UMKM

Anda mungkin juga menyukai