Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PENULISAN ILMIAH

Disusun oleh:
MUHAMMAD RIFKI KHOLIS PUTRA
1102014172

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2014/2015
1

TOPIK 1 : KANKER PARU


SUMBER : ARTIKEL
Kanker paru-paru merupakan salah satu penyebab utama kematian manusia baik laki-laki
ataupun wanita. Walaupun kondisi ini jarang terjadi, namun bahayanya tetap akan selalu
mengancam. Sebelum banyaknya merk rokok yang bertebaran di muka bumi ini, kejadian
akan kanker paru-paru terbilang cukup langka dan jarang terjadi. Dewasa ini, merokok
telah menyebabkan hampir 9 dari 10 kematian akibat kanker paru-paru. Sedangkan
polusi, gas radon, dan paparan bahan kimia lainnya hanya memainkan peranan yang lebih
kecil. Sejumlah obat telah dikembangkan untuk memberikan harapan baru bagi mereka
yang didiagnosis kanker paru-paru.
Bagaimana merokok bisa menyebabkan kanker paru-paru?
Rokok tidak hanya dikemas dengan bahan kimia penyebab kanker, namun juga bisa
menyerang sistem pertahanan alami paru-paru yang dikenal dengan nama silia. Silia
adalah saluran udara yang dilapisi dengan bulu-bulu halus. Bulu-bulu ini berperan dalam
melindungi paru-paru dengan cara menyapu racun, bakteri, dan virus. Asap tembakau
dapat melumpuhkan silia, membuatnya tidak dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Hal ini akan menyebabkan terkumpulnya karsinogen (zat penyebab kanker) di paru-paru.
Gejala Kanker Paru-Paru
Kanker paru-paru dimulai dalam mode siluman. Biasanya tidak ada gejala atau tandatanda peringatan pada tahap awal. Karena hal itulah, gejala-gejala kanker paru-paru
biasanya tidak spesifik, namun yang sering dijumpai adalah sebagai berikut:
1. Batuk yang tak kunjung sembuh
2. Nyeri dada, terutama ketika bernapas dalam-dalam
3. Sesak napas
4. Batuk berdahak disertai darah
5. Kelelahan
Mendiagnosa Kanker Paru-Paru
Dalam kebanyakan kasus, kanker paru-paru tidak dicurigai sampai menyebabkan gejala
seperti batuk kronis atau mengi(sesak napas). Pada saat itu, kemungkinan besar dokter
akan melakukan proses sinar-X di dada. Dokter biasanya juga akan meminta pasien untuk
tes dahak (sputum). Jika salah satu dari tes-tes tersebut menunjukkan adanya kanker,
kemungkinan besar pasien akan menjalani biopsi (pengambilan jaringan tubuh yang
bertujuan untuk pemeriksaan laboratorium).
Hasil Biopsi Paru-Paru
Jika tumor diduga telah terlihat pada X-ray (sinar-X), atau sel-sel kanker muncul dalam
tes dahak, maka biopsi digunakan untuk mendiagnosis penyakit. Ahli patologi memeriksa
2

sebuah sampel kecil yang telah dicurigai sebagai tumor melalui mikroskop. Dengan
meneliti sampel tersebut, ahli patologi bisa menentukan apakah tumor itu adalah kanker
paru-paru atau bukan.
Jenis Kanker Paru-Paru
Ada dua jenis utama kanker paru-paru yang dibedakan dari bentuk sel-sel kanker yang
diteliti melalui mikroskop, yaitu small-cell lung carcinoma (SCLC) dan non-small-cell
lung carcinoma (NSCLC). Karsinoma paru-paru sel kecil (SCLC) adalah yang paling
agresif dan dapat menyebar dengan cepat ke bagian tubuh yang lain. Hal ini sangat terkait
dengan merokok, dan jarang sekali terjadi pada orang yang bukan perokok. Sedangkan
karsinoma paru-paru bukan sel kecil (NSCLC) diketahui lebih lambat penyebarannya dan
umum terjadi, sekitar 90 persen dari semua kejadian kanker paru-paru.
Stadium Kanker Paru-Paru
Stadium atau tingkat digunakan untuk menggambarkan seberapa jauh kanker pasien telah
menyebar. Ada sistem yang berbeda untuk dua jenis utama kanker paru-paru. Kanker
paru-paru sel kecil (SCLC) dibagi menjadi dua tingkatan yakni : Terbatas (Limited),
berarti kanker terbatas hanya pada satu paru-paru dan mungkin dekat dengan kelenjar
getah bening. Yang kedua adalah Luas (Extensive), berarti kanker telah menyebar ke
paru-paru lain atau di luar itu. Sedangkan untuk kanker paru-paru bukan sel kecil
diberikan tingkatan(stadium) satu sampai empat, tergantung pada seberapa jauh
penyebarannya.
Angka Kelangsungan Hidup Pasien Kanker Paru-Paru
Angka kelangsungan hidup penderita kanker paru-paru tergantung pada diagnosa
stadiumnya. Kemungkinan pasien hidup setidaknya lima tahun setelah diagnosa berkisar
antara 1% sampai 49% bagi penderita kanker paru-paru bukan sel kecil. Namun
pengobatan kanker ini telah berkembang dengan baik selama satu dekade terakhir,
sehingga prospek ke depannya juga akan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Hood A (1994). Skiring dan diagnosa kanker paru. Malam klinik perhimpunan
onkologi Indonesia cabang JATIM. Surabaya, p.1

TOPIK 2 : RADIOLOGI
SUMBER : BUKU

DAFTAR PUSTAKA
1. Baras, Faisal. Upaya Menuju Jantung Sehat TENTANG KOLESTROL. Penerbit
Data Jantung Indonesia. Jakarta: 1993
2. Hartono, Andry. Asuhan NutrisiRumah Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
1999

TOPIK 3 : PNEUMONIA
SUMBER : PENELITIAN
1.

Defenisi
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru.(Cecily L. Betz dkk,
2002). Pneumonia, inflamasi parenkim paru, merupakan hal yang umum selama masa
kanak-kanak tetapi lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak awal
(Donna L. Wong, 2004 ). Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiolgi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing. (Dr.Rusepno
Hassan dkk, 2007).
Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
(stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus), atau virus (respiratory syncytial virus)
(Kathleen Morgan Speer, 2008). Peradangan pada paru yang tidak saja mengenai jaringan
paru tapi dapat juga mengenai bronkhioli (dr. taufan nugroho, 2011).

2.

Etioligi
Pneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, mycoplasma pneumonia, jamur,
aspirasi, pneumonia hypostatic, dan sindrom Loeffler. Pneumonia karena virus bisa
menerima infeksi primer atau komplikasi dari suatu penyakit virus, seperti morbilli atau
varicella (Nursalam, dkk,2008).
Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus group B
dan bakteri gram negatif seperti E. colli, Pseudomonas sp, dan Klebsiella sp. Pada bayi
yang lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi
Streptococcus Pneumoniae, Haemophilus Influenzae, dan Staphylococcus Aureus,
sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga
ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae (Nastiti N.Rahajoe dkk, 2010).
Streptococcus Pneumoniae (pneumokokus) adalah penyebab yang paling sering
dari pneumonia bakteri, baik yang didapat dari masyarakat (kira-kira 75% dari semua
kasus) maupun dari rumah sakit. Staphylococcus Aureus (kokus gram positif) dan asil
aerobik gram negatif, termasuk Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella Pneumoniae, dan E.
colli menyebabkan sebagian besar pneumonia nosokomial (Price & Wilson, 2006).

3.
a.
1)

Klasifikasi
Pembagian anatomis:
Pneumonia lobaris
Biasanya gejala penyakit datang mendadak, tetapi kadang-kadang didahului oleh
infeksi traktus respiratorius bagian atas. Pada anak besar bisa disertai badan menggigil
dan pada bayi disertai kejang. Suhu naik cepat sampai 39-40C dan suhu ini biasanya tipe
febris kontinua. Nafas menjadi sesak, disertai nafas cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut dan nyeri pada dada (Dr Rusepno Hasan dkk, 2007)
Anak lebih suka tiduran pada dada yang sakit. Batuk mula-mula kering kemudian
menjadi produktif. Pada pemeriksaan fisik, kelainan yang khas tampak setelah 1-2 hari.
Pada permulaan suara pernafasan melemah sedangkan pada perkusi tidak jelas ada
9

2)

3)

b.
1)

2)

3)

kelainan. (Ngastiyah, 2005)


Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia)
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi
dengan adanya napas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung
daripada luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan
kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah, nyaring halus atau
sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi
terdengar keredupan dan suara pada suara pernapasan pada auskultasi terdengar
mengeras. Pada stadium resolusi, ronki terdengar lagi. (Ngastiyah, 2005)
Bronchopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai
keadaan yang melemahkan daya tubuh. Sebagian infeksi primer biasanya hanya dijumpai
pada anak-anak dan orang tua. Beberapa keadaan yang dapat berkomplikasi
bronchopneumonia ialah: pertussis, morbilli, penyakit infeksi lain yang disertai demam,
infeksi saluran pernafasan bagian atas, penyakit jantung, gizi buruk, alkoholisme
menahun, keadaan pasca bedah dan keadaan terminak sesudah penyakit lama. (dr. Sutisna
Himawan, 1990)
Pneumonia interstitialis (bronkiolitis)
Bronkiolitis akut ialah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering diderita
bayi atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering pada usia 6 bulan. Bronkiolitis
akut sebagian besar disebabkan oleh respiratory syncyal virus (50%). (Ngastiyah, 2005)
Pembagian pneumonia bakteri:
Pneumonia stafilokokus
Pneumonia stafilokokus disebabkan oleh Staphylococcus aureus, tergolong
pneumonia yang berat karena cepat menjadi progresif dan resisten terhadap pengobatan.
Pada umumnya pneumonia ini diderita bayi, yaitu 30% di bawah umur 3 bulan dan 70%
sebelum 1 tahun (Dr. Rusepno Hassan dkk, 2007)
Pneumonia streptokokus
Grup A Streptokokus hemolyticus biasanya menyebabkan infeksi traktus
respiratorius bagian atas, tetapi kadang-kadang dapat juga menimbulkan pneumonia.
Pneumonia streptokokus sering merupakan komplikasi penyakit virus seperti influenza,
campak, cacar air dan infeksi bakteri lain seperti pertusis, pneumonia pneumokokus. (Dr.
Rusepno Hassan, 2007)
Pneumonia pneumokokus
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus dengan
serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%,
sedangkan pada anak ditemukan tipe 14,1,6,9. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada
usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan berkurangnya umur. Pneumonia lobaris
hampir selalu disebabkan oleh pneumokokus, ditemukan pada orang dewasa dan anak
besar, sedangkan bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi (Dr.
Rusepno Hassan, 2007).
Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat diklasifikasikan secara
sederhana berdasarkan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukanlah merupakan diagnose
medis dan hanya bertujuan untuk membantu para petugas kesehatan yang berada di
lapangan untuk menentukan tindakan yang perlu diambil, sehingga anak tidak terlambat
10

a.
1)

b.
2)
c.

4.

a.
b.
c.
d.

mendapatkan penanganan. Klasifikasi tersebut adalah:


Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala:
Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu
memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis / tidak sadar.
2) Terdapat tarikan dinding dada dalam
3) Terdapat stridor (suara napas bunyi grok-grok saat inspirasi)
Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat. Batasan napas cepat adalah:
1) Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi napas 50x/menit atau lebih
Anak usia 12 bulan-5tahun apabila frekuensi napas 40x/menit atau lebih
Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit sangat
berat.
(DR.Nursalam,M.Nurs dkk,2008).
Patogenesis
Apabila kuman patogen mencapai bronkioli terminalis, cairan edema masuk ke
dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah banyak, kemudian makrofag akan
membersihkan debris sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke segala atau
lobus yang sama, atau mungkin ke bagian lain dari paru-paru melalui cairan bronkial
yang terinfeksi. Melalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah dan pluro
viscelaris. Karena jaringan paru mengalami konsolidasi, maka kapasitas vital dan
comlience paru menurun, serta aliran darah yang mengalami konsolidasi menimbulkan
pirau/ shunt kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang mismatch, sehingga berakibat
pada hipoksia. Kerja jantung mungkin meningkat oleh karena saturasi oksigen yang
menurun dan hiperkapnie. Pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal nafas
(DR.Nursalam,M.Nurs dkk,2008).
Di antara semua pneumonia bakteri, patogenesis dari Pneumonia pneumococcus
merupakan yang paling banyak diselidiki. Pneumococcus umumnya mencapai alveoli
lewat percikan mucus atau saliva. Lobus bagian bawah paru paling sering terkena efek
gravitasi. Setelah mencapai alveoli, maka Pneumococcus menimbulkan respon khas yang
terdiri dari empat tahap yang berurutan, yaitu:
Kongesti (4-12 jam pertama): eksudat serosa masuk krdalam alveoli melalui pembuluh
darah yang berdilatasi dan bocor
Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya): paru tampak merah dan bergranula karena selsel eritrosit, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveoli.
Hepatisasi Kelabu (3-8 hari): paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi didalam alveoli yang terserang
Resolusi (7-11 hari): eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali pada struktur semula (Price and Wilson,2006: 806).

11

DAFTAR PUSTAKA
1. Goh Lee Gan. Tratment of pneumonia in general praktice. Medical Progres.
1991; May: 3342

12

TOPIK 4 : AIDS
SUMBER : KASUS
Ketua Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Jawa Tengah, Rustriningsih,
mengatakan provinsi Jawa Tengah telah menjadi daerah pandemi HIV/AIDS, dengan
posisi naik dua peringkat dalam daftar provinsi dengan kasus HIV/AIDS terbanyak.
Rustriningsih, yang juga wakil gubernur Jawa Tengah, menyatakan bahwa provinsi
tersebut sekarang berada di peringkat empat, naik dari peringkat enam tahun sebelumnya.
Padahal pemerintah provinsi telah memberlakukan peraturan daerah tentang
penanggulangan HIV/AIDS sejak 2009.
Penyebaran dan perkembangan HIV/AIDS di Jawa Tengah sudah sangat
memprihatinkan. Sejak 1993 hingga Maret 2012, tercatat hampir 5.000 kasus HIV/AIDS
dan mayoritas terjadi pada usia produktif, ujar Rustriningsih di Balaikota Solo Kamis
(28/6), dalam pertemuan dengan sekitar 300 orang perwakilan pengurus dan relawan
organisasi penanggulangan HIV/AIDS di 35 daerah di Jawa Tengah.
Lebih mengkhawatirkan lagi, menurut Rustriningsih, ibu rumah tangga menempati urutan
ke-2 untuk kategori jenis pekerjaan orang dengan HIV/AIDS, yaitu sebanyak 394 kasus
(18.3 persen). Peringkat pertama adalah wiraswasta dengan 439 kasus.
Hal ini menunjukkan bahwa HIV sudah menyebar pada kelompok masyarakat yang
tadinya dianggap bukan kelompok risiko tinggi. Pada tingkat nasional, kasus HIV/AIDS
di kalangan ibu rumah tangga menduduki peringkat tertinggi sebanyak 622 kasus pada
2011, diikuti dengan wiraswasta dengan 544 kasus.
Jumlahnya cukup tinggi. Ini yang menjadi catatan penting dan dicari solusinya
permasalahannya, tegas Rustriningsih.
Ketua KPA Solo, Hadi Rudyatmo, mengatakan jumlah kasus HIV/AIDS di Solo juga
terus merangkak naik. Solo menempati urutan pertama untuk daerah dengan kasus
HIV/AIDS di Jawa Tengah terbanyak. Sementara itu, ujar Hadi, pencairan anggaran
penanggulangan HIV/AIDS di kota itu terhambat akibat birokrasi yang berbelit.

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Sandstrom E. World Health Magazine AIDS, a Shadow in our World
Geneve :1988

14

TOPIK 5 : INFLUENZA
SUMBER : PENELITIAN
Penelitian influenza termasuk studi tentang virologi molekuler, bagaimana virus
menghasilkan penyakit (patogenesis), tuan rumah respon imun, genomik virus, dan
bagaimana virus menyebar (epidemiologi).
Studi ini membantu dalam mengembangkan penanggulangan flu, misalnya, pemahaman
yang lebih baik dari respon sistem kekebalan tubuh membantu pengembangan vaksin,
dan gambaran rinci tentang bagaimana flu menyerang sel-sel membantu pengembangan
obat antivirus.
Salah satu program penelitian yang penting dasar adalah Proyek Sekuensing Genom
Influenza, yang menciptakan sebuah perpustakaan urutan influenza, perpustakaan ini
akan membantu memperjelas faktor-faktor yang membuat satu jenis yang lebih
mematikan daripada yang lain, yang sebagian besar gen mempengaruhi imunogenisitas,
dan bagaimana virus berkembang dari waktu ke waktu.
Penelitian vaksin baru sangat penting, karena vaksin saat ini sangat lambat dan mahal
untuk memproduksi dan harus dirumuskan setiap tahun.
Urutan genom influenza dan teknologi DNA rekombinan dapat mempercepat generasi
strain vaksin baru dengan memungkinkan para ilmuwan untuk pengganti antigen baru ke
dalam strain vaksin yang telah dikembangkan sebelumnya.
Teknologi baru juga sedang dikembangkan untuk tumbuh virus dalam kultur sel, yang
menjanjikan hasil yang lebih tinggi, biaya kurang, kualitas yang lebih baik dan kapasitas
lonjakan.
Penelitian tentang vaksin influenza universal yang A, ditargetkan terhadap domain
eksternal dari protein transmembran virus M2 (M2e), sedang dilakukan di University of
Ghent oleh Walter Fiers, Xavier Saelens dan tim mereka dan kini telah berhasil
menyimpulkan Tahap I uji klinis.
Sejumlah biologis, vaksin terapi dan immunobiologics juga sedang diselidiki untuk
pengobatan infeksi yang disebabkan oleh virus.
Terapi biologis dirancang untuk mengaktifkan respon imun terhadap virus atau antigen.
Biasanya, biologis tidak menargetkan jalur metabolik seperti obat anti virus, tapi
merangsang sel-sel imun seperti limfosit, makrofag, dan / atau sel-sel antigen
menyajikan, dalam upaya untuk mendorong respon kekebalan terhadap efek sitotoksik
terhadap virus.

15

Model Influenza, seperti influenza murine, adalah model nyaman untuk menguji
pengaruh biologis profilaksis dan terapeutik. Sebagai contoh, Limfosit T-your Modulator
kekebalan

menghambat pertumbuhan virus dalam model murine dari influenza.

DAFTAR PUSTAKA
Wilschut JC, Mc Elhaney JE, Palache AM. Influenza. Eidenburgh:
MosbyElsevier.2004.
Hood A (1994). Skiring dan diagnosa kanker paru. Malam klinik
perhimpunan onkologi Indonesia cabang JATIM. Surabaya, p.1
Baras, Faisal. Upaya Menuju Jantung Sehat TENTANG KOLESTROL.
Penerbit Data Jantung Indonesia. Jakarta: 1993
Hartono, Andry. Asuhan NutrisiRumah Sakit. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 1999
Goh Lee Gan. Tratment of pneumonia in general praktice. Medical
Progres. 1991; May: 3342
Wilschut JC, Mc Elhaney JE, Palache AM. Influenza. Eidenburgh:
MosbyElsevier.2004.

16

Anda mungkin juga menyukai