$['l
'[iT
,**!l
mr
F****
8,.
USTAKAAN
WATIMUR
,2
M. Sayut
Fadliffah
.. S, *
Pengukuran
Teknik
M. Sayuthi
Fadlisyah
Syarituddin
MTLIK
PcrPwukrsc
Urdeo
-Propiott
lava Tirnur
Pengukuran Tekni
Oleh : M. SaYuthi
FadlisYah
SYarifuddin
ttb
,u$2
Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2008
KATA PENGANTAR
GRAHA TLMU
Candi Gebang Permai Blok R/6
Yogyakarta 5551 I
reip.
Fax.
:0274-882262;0274-4462135
:0274-M62136
: info@grahailmu'co'id
: 21
cm'
l. Teknik
r. Judul
engan mengucapkan pujidan syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas rahmat dan karunia-Nya Penulis telah dapat menyelesaikan buku yang berjudul
"PENGUKURAN TEKNIK."
terima kasih penulis ucapkan Bapak Jozep Edyanto (Direktur Graha llmu) yang telah membuat penerbitan
ini menjadi mungkin. Rasa terima kasih penulis ucapkan
juga untuk Bapak Drs. A. Hadi Arifin, M.Si, selaku Rektor
Universitas Negeri Malikussaleh, Bapak Rasyidin, MA, selaku Pembantu Rektor I Universitas Malikussaleh, Bapak lr.
T. Hafli, MT, Bapak lr. Jalaluddin, MI Bapak lr. Muhammad,
ML Bapak Ferri Safriwardi, M| Bapak Dr. Nasir Usman, lbu
Dr. Murniati, Bapak lr. lshaq, MT, Bapak Arnawan, ML Mas
Edi Mulyanto, S.Si, Bapak Arhami, M.Kom, Taufiq, MI, Andik
Bintoro, SL lbu Fatimah, SI ML Bapak Salwin, Ml Bapak lr.
Ponidi5anjaya, Lisa Pebrina (Teknik Sipil USU), lskandarsyah
(Universitas Padjadjaran), Muchsin (S1 Teknik lndustri UniRasa
Mesin Politeknik
versitas Pasundan), M. lqbal (Dlll Teknik
yang telah
Bandung), Mirza Zamzami dan pihak-pihak
penulis dapat
memberi bantuan dan bimbingan sehingga
ini' yang tidak
menyelesaikan naskah Pengukuran Teknik
dapat disebutkan satu Per satu'
memPengukuran dalam arti yang umum adalah
acuan/pembandingkan suatu besaran dengan besaran
merupakan mata kubandi ng/referensi. Pengukuran Teknik
untuk membantu
liah wajib pada jurusanTeknik Mesin, dan
rancang
pemahaman bagi mahasiswa teknik' maka kami
tentang
sebuah buku yang sistematis yang membahas
pegang
pengukuran' Buku Pengukuran Teknik yang Anda
Pengukuran'
ini membahas secara terperinci : Konsep Dasar
Alat Ukur &
Jenis Alat Ukur & Cara Pengukuran, Konstruksi
Deviasi
Prinsip Kerja, Sifat-sifat Alat Ukur, dan Berbagai
Dalam Pengukuran.
ini
Penulis menyadari walaupun penulisan buku
telah selesai, namun masih banyak terdapat kekuranganyang terkekurangan baik dalam tulisan ataupun materi
perbaikan dan
cakup. Untuk itu kritikan dan saran untuk
kesempurnaan buku ini sangat penulis harapkan'
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1.2
1.3
2.1
2.2
e.*ou*r*nTrrHtr
11
1.4
BAB 2
vi
vii
BAB 1
16
KONSEP DAS4R........
23
27
38
BAB 3
PENGUKURAN
BAB 4
6.4
61
6.5
4.1 Sensor
4.2 Pengubah
4.3 Penunjukdan Pencatat ................'..
4.4 Pencatat
172
Operator
177
79
81
DAFTAR PUSTAKA....
82
TENTANG PENULIS
179
18',|
117
136
141
- SIFAT UMUM ALAT UKUR
5.1 RantaiKalibrasidanKeterlacakan.................... 142
144
5.2 Kecermatan
145
5.3 Kepekaan
148
5.4 Keterbacaan
149
5.5 Histerisis
151
5.6 Kepasifan....
152
5.7 Pergeseran.
'153
5.8 Kestabilan nol ..............
153
5.9 Pengambangan...............
BAB 5
BAB 6
- KESALAHAN/PENYIMPANGAN
PROSES
6.1
1ss
6.2
Ukur
161
6.3
Ukur.............
163
vlll
PENGUKURAN................
Pengukuran...........
PerucurunRru
TErutr
167
Dnrren
lsr
lx
I
TOLERANSI BENTUK
dan
POSTST
pangan ini masih dalam daerah toleransi ukuran. Sementara itu, untuk mencapai ketelitian dan ketepatan bentuk &
posisi tidaklah mengharuskan pemberian toleransi ukuran
yang sempit seandainya toleransi bentuk dan posisi juga
diberikan. Dalam hal ini, toleransi bentuk & posisi memberi-
eransiukuran.
Suatu bentuk dan posisi yang kurang teliti dapat
menyebabkan pekerjaan tambahan dalam perakitan. Kesulitan ini dapat diatasi dengan memberikan pula, selain
toleransi ukuran, suatu toleransi bentuk atau posisi yang
menyatakan sampai batas-batas mana bentuk atau posisi bagi elemen geometrik boleh menyimpang dari yang
direncanakan. Jadi, tujuan pemberian toleransi bentuk &
posisi adalah untuk memastikan fungsi komponen mesin
serta sifat ketertu ka ra nnya.
Simbol serta cara pencantuman pada gambar teknik
bagi toleransi bentuk & posisi telah disarankan oleh ISO
dalam standarnya R 1 101, "Technical Drawings, Tolerances
of Form and of Position'i Seperti halnya pada pemakaian
toleransi ukuran, pemakaian toleransi bentuk & posisi hanya dianjurkan bagi elemen geometrik yang utama. Hal ini
bisa dipahami sebab toleransi merupakan fokus perhatian
bagi semua orang. Jadi, apabila memang diperlukan untuk
meyakinkan kemampuan komponen dalam menjalankan
fungsinya barulah toleransi bentuk & posisi ini dicantum-
kan.
PrNcuxunaru Tprrurr
pemotong ini semua titik data pengukuran dapat diproyeksikan. Jika semua titik proyeksi dihubungkan secara berurutan, terjadilah suatu garis yang tidak lurus, disebut garis
data permukaan. Sementara itu, perpotongan bidang yang
rata ideal dengan bidang pemotong (yang juga diimajinasikan sebagai bidang ideal) akan berupa garis lurus, dinamakan garis ideal.
Apabila gambar '1.1 diperhatikan, ada tiga garis lurus
yang dapat dipilih menjadi salah satu garis ideal. Bagi setiap kandidat garis ideal mempunyai garis sejajarnya yang
dibuat melingkupi setiap titik pada garis data pengukuran.
Jarak ke dua garis sejajarnya ini dapat ditentukan yaitu h.
Karena jarak h, merupakan jarak yang terkecil maka garis
(Ar-Bl) adalah merupakan garis ideal dan h, haruslah sama
atau lebih kecil daripada toleransi yang dispesifikasikan.
Gambar 1.1 Menentukan orientasi bidang ideol untuk suotu permukaan dengon melolui analisis orientosi garis ideol
er*or*r^ouTrxrurx
Q
E}
-_
O
fd
\t
aorth a, aub.
dsorah
"**
tinsk-*
@)
Cl
,PO
Ei
{JO
E}
q)
ruang dl antBra
// :
r?
ot*Y t- tt*tt **
3b'd-n v"ng t"l4t
d,, p"-'lY
"t'
kebulatan
- kemiringan
- konsentrisitas
- ketegaklurusan
kesilindrikan
- kebenaran posisi
kebenaran profilbidang
- kesimetrikan
- oenvimoanoan-outar
pengukuran adakalanya diperlukan suatu elemen dasar sementara (temporary datum feature), sehingga posisi suatu
titik pada komponen mesin dapat ditentukan dengan lebih
mudah (mempermudah pemosisian & pencekaman pada
ruang kerja mesin). Elemen dasar sementara dicantumkan
e.*or*r*NTexNtr
Posrsr
I
Kelu.usan (Straightnessl
-Kerataan lFlatnessl
5
u
()
r)
tt
-Kebulatan (Circularhy/Roundness)
-K6silind.isan (CylindricitY)
o
//
zo
L
-Ketegaklurusan lPerpendiculatity)
-Kesudulan/Kemiringan (AngularitYl
-Posisi (Positionl
S)
Or)
c.
toleransiini.
Kotak toleransi tersebut dihubungkan dengan elemen yang diberi toleransi dengan memakai suatu garis
penghubung dengan ujung panah yang menempel pada:
a. Garis tepi elemen atau perpanjangannya
b. Garis proyeksi dan persis pada garis tanda ukuran,
jika toleransi dimaksudkan untuk sumbu atau bidang tengah komponen.
l(esimetrisan (SYmmelrY)
Penyimpangan/kesalahan
Putar (Bun-out)
0,1
b.
Pencuxuneu Trxrutx
'rurou rrlu
ffi
/-*
I
).
Jt-i
Gambar 1.3 Aturan penulisan garis dan tanda ujung panah yong
menghubungkan kotak toleransi dengan elemen geometrik
yang diberitoleransi
Posrsr
I
Apabila daerah toleransi tidak berupa lingkaran, silindrik atau bola, maka lebar daerahnya adalah dalam arah
yang ditunjukkan oleh tanda panah. Oleh karena itu posisi
tanda panah perlu diperhatikan cara pemakaiannya.
Penulisan toleransi dapat pula dilaksanakan secara
kelompok dengan membuat tabel tersendiri.
' 0--
Gar?
}ld
unp
IrnIr
.aLrmd'a
ra'3'
rrz'P
-rac.Nl a0.t
'3'
aE
bh..rl I
0,6
-aldEDdg
G
H
10
-dJmdq
rr
Toh.!nd
ato t
c
2
PeHcuruRen Trrutx
i-io '
hl
Gambar 1.4 ini secara tak langsung menunjukkan kepada perancang proses atau operator mesin perkakas untuk
toL.Gl
O O,1
'aLmds
-
blddd
0 0.05
nsi secara
kelompok
l.
3.
Sumbu bstang h6rus torlotak pads da6rah toleransi yang b6rupa p6ral6lopipodum (balok segi lmpat) dngan lebar
O.1 mm pada arah v6.tikal dan O.2 mm
pad6 arah hori3ontal.
l@
\,..7
11
B. Toleransi
l(ar!llsn
{F/oaress Toletoncel
3.
4.
l.
Keliling pirins (di dekat ujung berdiameter bes6r) harus terletak di antara dua
lingkaran yang sebidang dan sepusol
dengan iarak {beda jari-iari) sebesr
O.03 mm.
2.
1.
mo.
4LW
t-El
o.r ^
F-
2.
3.
4.
5.
6,
Sisi/bidang t.gak lomponGn h.ru3 torletak di antara dua bidang seiajar beriarsk
O,O8 mm. y6ng t6gak lu,ua d.ngan
Permukaan yang dimaksud harus terletak di anta.a dua permukaan yang me-
l.
2.
Toleroncer.
12 I
I
P.*or*u*oNTEKNTK
Sumbu lubang yang miring harus terlatak di anla.a dua bidang geiaiar d6n96n
iarak O.O5 mm, yang t6gak lurus pada
sumbu lubang horisontal A.
Wr;
oIe,
bidang dasar.
o.1,zaA/.-,/
ui)
-l
Touneng BrHrux
DAN Pos6t
13
1.
1.
Cat!tan:
Apabila garis yang dimaksud dongan
garis acuan iidak terlstak dalam satu
bidang ltidak saling berpotongan), daerah toleransinya dianggap pada bidang
yang melalui garis acuan dan proyeksi
garis yang dimaksud.
2.
3.
ffirffi
\:-7H
/*,
a4Vt-/ / f,"
-THa4r
2.
ot+rl-
ffnW
Pusat yang dirunjukkan oloh kotak toleransi (lingkaran luar) harus terlslak pada
lingkaran berdiameter O,O1 mm dan
titik pusatnya berimpit dengan titik
pusat lingkaran acuan A llingkaran
da lam)
c
a
0,a
\zq
a<.
2.
3.
'*-+4
v1
l.
2.
3.
\.i
W'
.e
silinder acuan B.
14 I
I
Pr*or*r*u
Terrurx
15
2.
3.
2'
I.",,
r: )r----J oE <
_--.\r/f
'., ///'///
oror",
Ra
ffi:rmAI
td-.--/
17
(R'-10,
//////////
Hdgtr R8 dinrydd.m (hnge
(lSO lmhd)
Angk! l(olffi
diletrkk& d
,#-
Klongoue pcmdiM
sobos 2
kan
mm
x-#3.2
Chrooe platrog
Hr!6
diprkri utuk
mwd.
MILTK
D.rden Pcrpuerrkrel
Ptopieri frwa Timur
L6 I
I
P.*ou*r*ru Trrurr
,,
N8
N7
N6
N5
N4
N3
N2
Mengenai harga
R"
18
PeHcuxuRRu Tgrrutr
,,
oh
Arti
Tanda
aan
-a:-)
tr=ffi
17=
//
#ffi
J"
[-
sBS
dipakai
sB$
20 I
t
Pr*or*r*oruTgrurr
,,
KONSEP DASAR
ingkan suatu besaran dengan besaran acuan/pembanding/referensi. Proses pengukuran akan menghasilkan angka yang diikuti dengan nama besaran acuan
ini. Bila tidak diikuti nama besaran acuan, hasil pengukuran
menjaditidak berarti. Perhatikan dua kalimat berikut.
Catatan:
It'c
rad.
Satu steradial adalah "sLtdut ruang"yang bermula dari
saran dasar.
Besaran dasar
Simbol
Panjang
meter (meter)
Massa
kiloqram (kilogram)
k9
Waktu
Detik(second)
Arus listrik
amper (ampere)
kelvin (kelvin)
Jumlah zat
mol(mole)
mol
lntensitas cahaYa
lilin (candelo)
cd
Temperatur termo-
dinamika
Sudut bidang
radial (radian)
Rad
Sudut ruang
steradial (sterodian)
sr
P.*ou*u*u
Trrrutx
Satuan tambahan
24 I
se-
Volume
Kecepatan
Simbol
meterperseqi
meterkubik
meteroerdetik
m2
m3
m/s
**
Koxsep
Dmnn
,5
meter-per-detik
kuadrat
newton
mls2
I0-t
pascal
Enerqi(keria)
Daya
Percepatan
Gaya
Tekanan
N; ks.m/s2
10-2
Desi (deci)
Senti (centi)
10-3
Mili(milli)
ioule
J; N.m; kg.m2ls2
10{
Mikro (micro)
W:)/s: kq.m21t'
watt
10-e
Nano (nono)
A)
10-r2
Piko (pico)
kg.m2l(s3.
10-ts
Femto ( femto)
A2)
Ato (atto)
Potensial listrik
volt
Tahanan listrik
ohm
V;WA;
A;YlA;
kg.m2l(s3.
Untuk menyingkat penulisan angka hasil pengukuran biasanya digunakan nama depan yang khusus dibuat
untuk mengawali nama satuan standar. Dalam sistem satuan internasional ini dikenal beberapa nama depan yang
berfungsi sebagai pernyataan hasil kali dengan bilangan
pokok sepuluh bagi nama-nama satuan standar, lihat tabel
2.3.
Tabet 2.3 Pemakaian namo depan sebagoi cara untuk menyingkat angka hasil pengukuran
kg =1grg
MW= 106W
cm
=10-2 m
1mm=10-3m
1
26 I
I
Pr*or*u*ouTexnrr
pm =10-6m
0r8
nm =10-em
Koxsep Desan
27
jengkal
28 I
I
menggunakan notasiangka sepertiyang kita gunakan sampai kini. Berangsur-an gsu r notasi ang ka arab menggantikan
notasi angka romawi yang dahulu banyakdigunakan dalam
perhitungan. Perkembangan ilmu & teknologi dimulai oleh
umat Muslim. Pada saat itu mulai dirintis ilmu fisika, kimia,
dan matematika termasuk ilmu astronomidan kedokteran.
Dasar-dasar optik yang nantinya digunakan sebagai alat
untuk menetapkan satuan panjang mulai dikenal. Demikian pula dengan satuan waktu dimana Al-Battanimembuat
fraksi satuan waktu (jam) menjadi menit dan detik dengan
bilangan 60, jam hidrolik dan mekanik diciptakan.
I l0l lnggris dikenalsatuan panjang yang diberi nama
1 Yard (Henry l) yaitu jarak dari ujung hidung ke ujung jempol saat tangan raja Henry dibentangkan. Sistem desimal
belum mereka kenal dalam perhitungan.
Abad l5 Al-Koshi (Samarkond) memperkenalkan pangkat negatif bagi sistem bilangan 10 dan juga sistem bilangan 60.
l52B Jean Fernel (Perancis) mengajukan ide untuk
menjadikan bumi sebagai acuan (jarak pada garis bujur
bumi dari Paris sampai Amiens).
2s.
Pr*or*r*N
Trrrurx
KoHsepoesnn
29
l66l
End-Stondard
1
7 90
ku n g ide bu m i
sebagai acuan karena satuan panjang berdasarkan pendulum tidak tepat atau tak mampu menunjukkan pengulan-
gan yang baik. Mulai saat itu lahirlah nama standar meter
(Yunani: "metron" berarti dimensi) yaitu:
"Satu meterodaloh seperempatpuluh juto keliling bumi
yang diukur podo garis bujuryang melalui Paris dariDunkirk
(pantai utaro Peroncis) sampai Barcelona (Spanyol)'!
Berdasarkan defi nisi meter ini dilakukan pengu kuran
yang sebenarnya dari th'1792 s.d. th 1798 yang kemudian
diwujudkan dengan batang platinum berpenampang segi
empat 25 x 4,05 mm. Karena 1 meter adalah jarak antara
ke dua permukaan ujung batang maka dinamakan sebagai
End-Stondard. Tahun 1799 standar meter ("metre des archives"; definitive reference standard; standar resmi acuan
panjang) diresmikan (oleh Perancis) bersama-sama
dengan standar massa (kilogram).
30
PrrucuxunRN Trxrurx
Line-Standard
1875 Berdasarkan kontrak tgl. 20 Mei 1875 suatu pe-
rusahaan di London (Johnsons & Matthey) berhasil membuat 30 batang platinum-irridium yang teliti komposisinya.
Sebagian (17 batang) dipilih untuk dibuatkan garis tanda
pada bidang netral pada daerah di dekat ke dua ujungnya.
Batang berpenampang X (ukuran 20x20 mm, berat sekitar
Korsrp Dnsen
31
sv"m
Garis tanda jelas mempunyai tebal (tebal-garis) mulai dari sisi yang mana dengan garis tanda ini 1 meter ditetapkan? (kiri, kanan, atau tengah dan di mana
32
Prrucurunmr TExrurx
Kousrp Desen
133
gelap
Gambar 2.2
Proses
34
PeNcuxunnN
Trxnrr
bang sinar kuningkemerahan dianggap sebagai yang paling tipis dibandingkan dengan garis spektrum pada panjang gelombang yang lain (dari sumber cahaya gas inert
Krypton-86 atau gas inert yang lain). Berdasarkan definisi
meter di atas, dengan menggunakan interferometer, memungkinkan penentuan standar panjang meter dengan
ketepatan sampai + 4 nm (setara dengan penentuan jarak
1000 km dengan ketepatan + 4 mm; jika pengukuran diulang hasilnya dapat/mungkin berbeda dengan beda
maksimum kurang dariS mm).
Dari saat itu ketergantungan atas standar panjang
yang diwujudkan secara fisik (standar yang disimpan di
Paris) tidak dibutuhkan lagi. Di mana saja, kapan saja, dengan peralatan yang memadai (interferometer) seseorang
dapat "memunculkan" standar meterjika diperlukan dalam
KoNseponsan
35
ser Merah yang berasol dari gas Argon yang diionkon yang
hal ini perlu dicatat bahwa prosedur peneraan harus dilakukan dengan sesaksama mungkin guna menjamin ketelitian hasil kalibrasi (kesamaan dengan harga yang dianggap paling benar). Semakin baik peralatan yang digunakan,
berkat kemajuan teknologi, penentuan ketepatan standar
panjang akan semakin baik (jika prosedur diulang akan
menunjukkan harga yang hampir sama).
Februari l962lndonesio masuk menjadi anggota Konvensi Meter lnternasional. Memperoleh standard panjang
(batang berpenampang X dari Platinum-lrridium) bernomor 27 dan standar massa (silinder Platinum-lrridium) bernomor 46. Ke dua standar Nasional ini disimpan di Kantor
Direktorat Metrologi Depa rtemen Perda ga nga n (seka ra n g:
Dep. Perindustrian & Perdagangan) diBandung.
Sejak ditemukonnya |'/'SER (Light Amplification by
distabil-kan panjang gelombangnya) pada ruang hampa selama 1 / 299 792 458 detik'!
ber cahaya jenis ini (hanya terdiri atas satu pnjang gelombang; monocromatik) semakin tepat panjang gelombangnya berkat teknik pengontrolan frekwensi yang baik. Pada
tahun 1982 tercatat suatu usaha, dengan menggunakan
laser, pengukuran satu meter sampai ketepatan + 1,3nm.
Light-Standard
panjang dikaitkan dengan standar waktu. Hal ini sebetulnya bukan suatu hal yang baru karena pada tahun 1661
Christopher Wren (lnggris) mengajukan ide untuk menggunakan tali bandul waktu (setengah panjang tali bandul;
pendulum dengan periode 0,5 sekon) sebagai standar panjang. Baru pada akhir abad ke 20 ini ide pengaitan standar
panjang dengan standar waktu tersebut dapat diterima
berkat kemajuan teknologi pengukuran besaran panjang
dan besaran waktu. Besaran waktu ditetapkan (pada sidang
ke 1 3 CGPM ,1967) sebagai berikut:
"Satu detik adaloh selang woktu yang dibutuhkan oleh 9 t 92
631 770 periode dari radiasi yang setara dengan perubohan
20 Oktober 1983 Pada sidang ke 17 General Conference on Weights & Measures (CGPM) menetapkan:
"Satu meter odalah jarak (dimensi) yong ditempuh sinor (Lo-
36 I
I
Pr*or*u*ru
Trrrurx
Kousep Desen
t,,
1.
2.
3.
Kalibrasi
milimeter ataupun mikrometer yang menunjukkan kecermatan alat ukur yang bersangkutan. Berdasarkan skala ini
dapat dibaca berapa panjang atau dimensi suatu objek
ukur.
Tentu saja alat ukur, yang direncanakan dengan prinsip kerja tertentu dan dibuat sebaik mungkin, harus dipakai
dengan betul supaya harga yang ditunjukkan pada skala
38 I
I
Pr*or*r*ruTerHrr
Korusrp Dnsan
39
ukur ybs. Kesalahan yang ada/tercatat perlu dibandingkan dengan toleransi yang diizinkan sesuai dengan tingkat
ketelitian kalibrasi. Hal ini diatur sesuai dengan standar na-
40 I
I
Pguou*r*ruTexrurr
tak-teliti
Bagialat ukur panjang yang digunakan dalam perdagangan peneraannya (proses kalibrasidan pemberian tanda/tera) diatur secara khusus oleh Departemen Perdagangan dan Koperasi (sebelum disatukan dengan Departemen
Perindustrian; Dirjen Perdagangan Dalam Negri, Direktorat
Metrologi yang dituangkan dalam UUML; Undang-Undang
Metrologi Legal). Datam hal yang terakhir ini mencakup
segi hukum guna melindungi konsumen dariakibat penyalahgunaan alat ukur.
Kolsep Desen
41
Meskipun tidak sampai mencakup aspek legal, pengg u naa n aiat ukur yang tidak teliti ( tak ben ar) bagi keperl ua n
mula dengan tanda nol; ujung kiri) berimpit pada salah satu
tepi objek ukur. Panjang objek ukur "dibaca"dengan meli-
hat tepi lain (kanan) objek ukur berimpit dengan garis skala
Kecermatan penggaris
Skala adalah susunan garis-garis sejajar yang jarak
antara garis-garis tersebut dibuat sama. Jarak ini memiliki
mm.
yang keberapa (biasanya "jatuh" pada garis skala yang diberiangka ditambah dengan beberapa garis lagidisebelah
kanannya). Jika tepi objek ukur tidak pas ("benar-benar")
berimpit dengan garis skala, orang akan membulatkan ke
atas (misalnya 39 mm) atau memenggalnya ke bawah (misalnya 38 mm) bila ia tidak ingin menyatakan harga kelebihannya dengan cara mengira-ngira (melakukan "interpolasi"; misalnya dengan menyatakan 38.(8) mm ).
Suatu jenis alat ukur panjang bisa dibuat dengan
skala serupa pada penggaris dari bahan gelas/kaca dengan kecermatan skala garis (garis hitam) sampai misalnya
0.008 mm (sebagaimana yang dipakai pada alat ukur optik dengan prinsip kerja digital-elektronik jenis inoementa!
encoder,lihat gambar 2.3). Dengan kecermatan skala sekecil ini "mata telanjang" tidak mampu lagi melihat garisgaris skalanya melainkan hanya sebagai gelas transparan
dengan sebagian permukaannya (pada bagian skalanya)
terlihat berwarna kelabu. Untuk meng kalibrasi skala seperti
ini dapat digunakan atat ukur standar jenis Michelson lnterferometer.
42 I
I
Pr"or*r*xTexnrx
Korusep Dnsan
143
porlrl
searruL
,?
rr4 Oarb
+lf2
p.lrilb.(!mk
I
I
3
oads
#-ffilffiffia{4*'r'
Gambar 2.3 Skala pada pelattronsparan yang dimonfastkan sebogai alot ukur posisi, misalnya bagi mesin perkakos. Foto-selyang
terletak di belokang mampu mendeteksi gerakan pelat skala akibat
perubahan intensitas cohaya yong diterimanya.
Gambar 2.4 Sotu blok ukur otau susunan beberapo btok ukur dopat dijadikan acuan dalam pengukuran tinggi objek ukur
secaro tak langsung.
44 I
I
Prror*r*ouTrxrurx
MILiK
MILIN
Brdeo ?trPustaka*t
Propiusl tawr
{imuJ
i
I
Korvsep Dnsnn
45
p*
d
s-<]H-.={fo.
h'
ulov-r
leffi
)
bbzL
Berbagaijenis interferometer yang disebut di atas secara garis besar diuraikan pada tiga sub-bab berikut. Pembahasan ditekankan pada aspek prinsip kerja dengan harapan pembaca dapat menghayati arti kecermotan, ketelition
dan ketepatan.
Michelson lnterferometer
Bagian utama Michelson interferometer terdiri atas
sumber cahaya, pelat gelas dan cermin interferator, peng-
46 I
I
Pr*or*u*onTrxxtx
47
Kiister lnterferometer
Blok ukur yang akan dikalibrasi terlebih dahulu diukur tebal/tinggi nominalnya dengan memakai komparator
dengan kecermatan misalnya 1 pm. Dengan demikian, bila
ada perbedaan ukuran nominal (yang tercantum pada blok
ukur) terhadap ukuran sebenarnya paling tidak akan diketahui harganya yaitu sama dengan kecermatan komparator.
Untuk memastikan perbedaan tersebut blok ukur inidapat
Gambar 2.6 lnterferometer model Michelson yang dapat digunakan untuk mengkalibrasi pelaVbatang berskala.
"Mikroskop Elektrik" diperlukan untuk mam pu "melihat" saat pemulaian dan pengakhiran penghitungan jumlah interferensi akibat gerakan cermin pada mana skala
yang dikalibrasi diletakkan. Dengan cara ini akan dijamin
ketepatan pengulangan kalibrasiyang dilakukan untuk setiap gerakan sepanjang satu skala. Misalnya, pada kondisi
lingkungan standar (1 atm, 20" C,65olo RH) satu skala dengan jarak 0.008 mm (0.000 008 m) akan memberikan
jumlah interferensi bagi sinar merah lampu cadmium
sebesar:
1
48 I
I
Pr*or*r*HTernrr
KorusrpDnsnn
(merah, kuning, hijau, atau biru) dengan memutar susunan prisma Fabry-Perrot.
50 I
I
Pr*or^r*HTexrrx
).
Korusrp
Dmm
51
t=(a+b,+f,)72 )\,
t-(a+bo+fo)Vzho
Berdasarkan pengamatan
t=
(a+b,) 1/2\
52 I
I
Pr*or*r*nTexnrx
Kousrp DmRR
ss
6=+oL;Lrm
Harga o ditetapkan sesuai dengan angka kualitas
menurut standar kalibrasi yang dianut ( DlN, JlS, lSe atau
SNI ). Jadi, sebagai hasil kalibrasi dengan Koster lnterferometer ini blok ukur tersebut dapat dianggap mempunyai
angka kualitas tertentu misalnya 00, atau 0.
54
Pexcurunnn TexNrx
Sementara itu, blok ukur kualitas '1,2,3, atau 4 biasanya dikalibrasi dengan teknik perbandingan dengan
blok ukur kualitas 0 (atau 00) dengan memakai kompara-
Laser Interferometer
Skema prinsip kerja Laser lnterferomefer adalah
sepertiyang ditunjukkan pada gambar 2.8. Dari tabung gelas, yang berisi gas Helium dan Neon yang dieksitasikan di
antara dua reflektor yang dijaga tetap jaraknya dan dilalukan pada medan magnet, dipancarkanlah sinar Laser (Light
Amplified by Stimulated Energy Radiation) dengan polarisasi sirkuler (karena efek Zeeman).
Oleh Converter (2 pelat optik dengan indeks bias berbeda) polarisasi sinar Laser diubah menjadiorthogonal (saling tegak-lurus; misalnya dengan frekuensif, pada bidang
polarisasi datar dan frekuensi f, pada bidang polarisasi
tegak). Berkas Laser ini kemudian disejajarkan oleh Collimator di mana sebelum dikeluarkan dari bagian Laser Head
berkas tersebut dipecah oleh nonpolarizing beam splitter.
Korusrp Dnsen
ls5
oI
tt
T
dudukan yang tahan goyang. interferator dan Reflector dipasang pada bagian yang diam (relatif) dan yang bisa bergerak
(relatif) dalam sistem kalibrasi. Jarak pergeseran dapat dimonitor
oleh Laser Interferometer dan digunakan sebagai acuan ketelitian(jarak) gerakan.
tabung He-Ne. Laser Tuning Requlator juga diberi masukan mengenai kondisi udara sekitar (temperatur, tekanan,
dan atau kelembaban). Dengan teknik inijarak ke dua excrtation reflector akan berubah secara dinamik (berkat batang
piezoelectric yang dieksitasikan oleh Tuning Regulator),
mengikuti perubahan kondisi udara sekitar pada sistem
yang dikalibrasi, sehingga berkas laser akan terjaga panjang gelombangnya (misalnya 632.8 nm).
Jadi, berkas laser ini benar-benar merupakan berkas
cahaya monokromatik" Suatu sistem optik (misalnya peny-
ejajar berka
s;
56 I
I
Pr*or*r*u
Terrurr
Korusep Dnsnn
57
ir
kesalahan
ning Error).
i
i
Laser Head.
58
Prncuxunan Trrnrx
Kousrp Desen
59
lli
;l
CARA PENGUKURAN
3.
4.
5.
2.
yang khas, alat ukur jenis ini dapat memiliki skala dan
dapat dilengkapi alat pencatat atau penganalisis data.
Alat ukur koordinat; yang memiliki sensor yang dapat
digerakkan dalam ruang. Koordinat sensor dibaca melaluitiga skala yang disusun seperti koordinat kartesius
(X,Y,Z). Dapat dilengkapi dengan sumbu putar (koordinat polar). Memerlukan penganalisis data titik-titik
koordinat untuk diproses menjadi informasi yang lebih
jelas (diameter lubang, jarak sumbu).
liki skala, tetapi lebih sering tak mempunyai skala karena memang dirancang untuk pemeriksaan toleransi
suatu objek ukur yang tertentu (khas, spesifik)
AIat ukur bantu; yang tidak termasuk sebagai alat ukur
dalam arti yang sesungguhnya akan tetapi memiliki
peranan penting dalam pelaksanaan suatu proses pengukuran geometrik.
berikut:
1.
2.
3.
4.
Jenis Turunan:
5.
6.
ini diilustrasikan
dengan contoh pada gambar 3.1. Sementara itu, gambar
3.2 adalah contoh pengukuran geometri khusus misalnya
kebulatan dan profil suatu gigi roda-gigi, dan gambar 3.3
memperlihatkan mesin ukur koordinat.
1.
untuk mengukur geometri yang khas misalnya kekasaran permukaan, kebulatan, profil gigi suatu roda-gigi.
Termasuk dalam kategori ini adalah yang dirancang untuk kegunaan tertentu, misalnya Koster lnterferom\r
untuk mengkalibrasi blok ukur. Selain mekanismeny\
I
l
62 I
Pr*or*r*oxTrxrurx
Jrrurs
./
Aur
63
Pengukuran langsung
Adalah proses pengukuran dengan memakai alat
ukur langsung. Hasil pengukuran dapat langsung terbaca.
Merupakan cara yang lebih dipilih jika seandainya hal ini dimungkinkan. Proses pengukuran dapat cepat diselesaikan.
Alat-ukur-langsung umumnya memiliki kecermatan
yang rendah dan pemakaiannya dibatasi yaitu:
b.
I F..!l&m frarut
(-tr
nft!.*,
XtD.
m/N
ffilC
AFmEtE
f.t ttgn arte.i
t aaerE(s)
(dnss Fqfr' rEal)
khusus.
L P.rElaur lrf ]r!rt.
64 I
Pr*or*r*N
TexNrr
Jerurs
Aur
65
,t-
liki harga yang terletak di dalam atau di luar daerah toleransi ukuran, bentuk, atau posisi. Objek ukur akan dianggap
baik bila terletak di dalam daerah toleransi dan dikatakan
jelek bila batas materialnya berada di luar daerah toleransi
sebaik mungkin untuk menghasilkan harga yang cermat serta teliti dan tepat. Proses pengukuran tak langsung umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif
lama. Contoh pengukuran semacam ini ditunjukkan
pada gambar 3.1.b, dengan alat ukur pembanding jenis pupitas (dioltest indicotor) yang dipasangkan pada
dudukan-pemindah (transfer stand; sebagai alat ukur
bantu), alat ukur standar berjenis kaliber-induk-tinggi
(height moster; yang memi I iki ska la pen gatu r keti n gg ia n
muka-ukur) dan meja-rata (surfaceplate) sebagai alat
ukur bantu.
i-r*u\
66 I
I
Pr*or*r*H
Texux
Berbeda dengan pemeriksaan secara perbandingan, pengukuran geometri khusus benar-benar mengukur
geometri produk. Dengan memperhatikan daerah toleransinya, alat ukur dan prosedur pengukuran dirancang dan
dilaksanakan secara khusus. Berbagai masalah pengukuran geometri umumnya ditangani dengan cara ini, misal-
Jerurs
CRRn PrucuruRRru
67
,iarcirr*,
dalam
1i
rl
taioan
rE+
,!r
tdn i.,ntadq,
(.trr{dil)ytE
CfqtEl.rtrra
c fr-rffiLaC
68 I
I
Pr*or*r*nTrxHlx
Jeurs Aunr
69
kur benda yang panjang dan berat. Titik berat benda tidak
perlu harus berimpit dengan sumbu putar sensor. pemakaian jenis meja putar dibatasi oleh berat benda serta titik
beratnya tidak bisa terlalu jauh terhadap sumbu putar. Meskipun demikian, jenis meja putar (lihat gambar 3.2.c) lebih
XorlFr *
il.lr?tt!, ddtos
EEOr Flg bac
&frr(ffid
& td.lir8},
_\
70l
PrrucuxunRn Trxrurr
JeNrs
Aur
71.
eJ
db
A. Dengan tumpuan
Silinder/bola.
B.
Prinsip kerja alat ukur profil involut dan contoh grafik hasil
pengukuran
W
W
W
du- db tror"d,
du" db t*r"rk
72
FencuxunRru Trxrurr
Jenrs
Aur
?3
to co sy
han, demikian pula dengan jenis sensor yang bisa merupakan sensor kontak atau sensor scanning. Proses pengukuran yang rumit bisa dilaksanakan dengan relatif mudah
dan cepat. Meskipun demikian, tetap dibutuhkan operator yang mempunyai keahlian dan keterampilan di bidang
metrologi geometrik.
&
FII [I
\f,
,s.8
cffir
Eor
v
Gambar 3.3.a.
Pengu kuran
dengan
Samho
Srs
2D
Co o rd i n
ate
Mochine (CMM)
ea su rin
Machine (CMM)
CMM; Coordinate Measuring Machine merupakan
alat ukur geometrik modern dengan memanfaatkan komputer untuk mengontrol gerakan sensor relatif terhadap
benda ukur serta untuk menganalisis data pengukuran.
Berbagai rancangan mesin dibuat sesuai dengan kebutu-
74
lPrrou*u*nTexrurx
I
#.&
Berbagai jenis CMM dapat dipilih/disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang banyak ditangani di mana ukuran
Jrrurs
Aur
75
3.
4.
5.
6.
Optik
Hidrolik
Fluida
gan, seperti:
1.
2.
3.
4.
Ga m ba
r 3.3.c.P
eng u
ri n g
76 I
I
Pr*or*u*NTrxrurr
Jexrs
Aur
77
ingsutdengan kecermatan 0.05 mm, pengerjaan papan pintu akan menjadi lebih lama. Tukang kayu akan lebih sibuk
mengukur dan mengasah papan kayu sampai komponen
pintu yang dibuat irri memiliki ketebalan yang sama atau
mendekati ukuran yang diinginkan dengan kecermatan
atau
@=65 96
-0,010
O= 65ao2e mm
1.
2.
3.
Sebagai petuniuk urnurn, kecerrnatan alat ukur se'lli0 claerah toleransi objek ukur. Sebagai
cor1toh, suatu poros dengan ukuran:
halknrya sekitar
80
Perueuxunnru Trxrurx
Bentuk objek ukur dan daerah toleransi yang diberlakukan pada objek ukur serta tingginya kecermatan yang
4.1 SENSOR
Sensor adalah "peraba" alat ukur, yaitu yang menghubungkan alat ukur dengan objek/benda ukur. Ujungujung kontak mikrometer, kedua lengan mistar ingsut (uernier caliper),jarum alat ukur kekasaran permukaan adalah
merupakan contoh sensor mekanik. Sistem )ensa (objektif)
dapat dimanfaatkan sebagai sensor optik. Suatu poros
dengan lubang-lubang kecil, melalui mana udara tekan
mengalir keluar, adalah contoh sensor pneumatik. Sensor
KoNsrnuxsr
Aur
Uxun onn
Prurusrp
Xrrun
81
mekanik umumnya merupakan jenis sensor kontak, sementara sensor optik dan pneumatik adalah contoh jenis sensor
non-kontak. Sensor kontak akan memberikan gayaltekanan pengukuran sementara sensor non kontak hampir atau
sama sekali tak memberikan gaya pengukuran.
akan sensor.
4.2 PENGUBAH
Pengubah ( transducer ) adalah
bar 4.1.
bagian terpenting
alat ukur, rnelalui mana isyarat sensor diteruskan, diubah
(bisa menjadi besaran lain) atau diolah terlebih dahulu
sebelum diteruskan ke bagian lain alat ukur. Pada bagian
inilah diterapkan bermacam-macam prinsip kerja yaitu
mekanik (kinematik), optik, elektrik, pneumatik atau prinsip kerja gabungan. Fungsi utama pengubah adalah untuk
memperbesar dan memperjelas isyarat sensor yaitu suatu
perubahan kecil bagi geometri objek ukur menJadi suatu
perubahan yang cukup jelas terbaca pada bagian penunjuk/pencatat alat ukur. Berbagai macam teknik bagi penyempurnaan penerusan atau pengolahan isyarat dirancang
dan diwujudkan pada bagian pengubah ini.
kinematik yang meneruskan serta mengubah isyarat sensor berupa gerakkan translasi menjadi gerakan rotasi yang
relatif lebih mudah untuk diproses/diubah. Secara teoretik
prinsip kinematik rnudah dirancang akan tetapi secara
praktis sulit diterapkan akibat kendala dalam proses pembuatan dan perakitan. Berbagai jenis pengubah mekanik
82
lPr*"u*r*NTerrurr
I
hdp Bd
?k\
\";"**f
.----1-.
\Gh:}.
i oi0i - lpsrEit l
p.!e
*"li':ats
#" )"D'
\'
s3:I*g
dp@yq
prddllM
(eturu*r,
Srl&p
g{Lddruleru
wn6yd(ep)
enern
mgft
d4m
Gambar
4.l
ub
Mikrometer
KoNsrnursr
Aur
Urun
83
adalah:
1.
84
Prncuruneru TExrurr
Tangan manusia tidak sensitif terhadap pemutaran (kadang kuat, kadang ringan) hal ini akan
membuat kita tidak mampu mengulang pemutaran dengan cara sama benar. Akibatnya, bila
pengukuran diulang dan hal ini dilakukan dengan
cara memutar secara langsung silinder putar, hasil
pengukuran bisa jadi tidak sama.
Oleh sebab itu, pengukuran harus dilakukan
dengan memutar silinder putar lewat racet (gigigelincir). Racet ini akan menjamin ketepatan
35
putaran (zo= jumlah gigi pinion, misalnya 10). Putaran pinion diteruskan menjajdi putaran jarum
penunjuk melalui pasangan roda-gigi. Bila perbandingan putaran pasangan roda gigi inisebesarzr/
z, (misalnya 50/10), dan satu putaran penuh jarum
penunjuk dinyatakan dengan n skala (misalnya
100), maka kecermatan jarum ukur ini dapat diran-
se-
4.
Jika mulut-ukur ditutup yaitu dengan memutar (melalui racet) poros ukur sehingga berimpit
dengan landasan, pada saat itu garis indeks (garis
memanjang pada silindetetap) harus persis menunjuk skala putar pada harga nol. Untuk memungkinkan hal ini, silinder-tetap, diatas mana garis indeks
dituliskan, harus bisa diatur posisinya.
Hal ini dilaksanakan dengan merancang silindertetap yang terpisahkan dari rangka dengan membuat suaian pas ( transition fits) terhadap silinder
mur utama. Dengan cara ini penyetelan.nol (zero
setting) dimungkinkan dan keterakitan alat ukur
terwujudkan.
Contoh lain bagi pengubah dengan prinsip mekanil</kinematik adalah pasangan roda gigi dengan batang gigi. dan
sistem roda gigi yang diterapkan pada jam ukur (dialindicator) lihat gambar 4.2.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rancangan kinematik ini adalah:
Suatu gerakan translasi sensor sepanjang satu pits
1.
batang-gigi (rack; misalnya 0.25 mm) akan memutar roda-gigi pasangannya (pinion) sebesar 1 /2,
86
PrucurunRN Terrurr
Kecermatan: I skala:
o'25xlo :o.ooimm
22/Zlxn 50/10x100
PxZp
6.d(-lah Colrpan
et
c*@ -z
/*
l0J
C6{0
{l
Konsrnurg
Aur
87
88
PrncuruRRru Trxnrx
I
gerak turun dengan daya dorong pegas spiral (energidisimpan oleh pegas spiral saat sensor bergerak naik).
3.
Tekanan ringan yang diberikan sensor pada permukaan benda ukur (tekanan pengukuran) berasal
dari pegas penekan pada batanggigi.
yang istimewa ini adalah pengubah gerakan pada EdenRolt "Millionth" Comparotor, Johansson Mikrokotor dan SigmaComparator.
Pengubah mekanik Eden Rolt Comparator menggunakan dua buah blok yang diikat dengan pelat tipis (baja;
bersifat pegas) ditunjukkan pada gambar 4.3. Sensor diatur
ketinggiannya relatif terhadap blok ukur acuan. Perbedaan
ketebalan/ ketinggian blok ukur yang dikalibrasi terhadap
blok ukur acuan akan menyebabkan sensor menggeserkan blok M relatif terhadap blok diam F misalnya sebesar
d. Penggeseran ini akan menyebabkan pelat tipis di ujung
ke dua blok melengkung. Karena disatukan dengan batang
penunjuk, maka penunjuk akan terputar sebesar 6. Sistem
mekanik seperti ini dapat dikategorikan sebagai sistem bebas gesekan, bebas dari sifat negatif yang sering menyerKonsrRuxsr
Aur
89
,rrlrrA*_
1 ,nm
-o.r-
$n
^OG
6.9.o-rq"
xd
b
CD
75
I
t
metal
fib
perqlkat
90
PencuxuRRu
Trrux
dirancang memiliki panjang sebesar 200 mm bila kecermatan dirancang sebesar 1 gm.
,s=
o'oolr2oo:l:mm
0,2
KorusrRuxsr
Aur
Urun oeN
PRrr.tsp
Krue
91
rptal
kid
leno8n
['-'*
\ \
Fk-<
sd.al
kman
lu
pengstr+ f
pegar
slls^t
ban
pngdur
nol
Pombesrtsn
9.1. r
w2-
sensoi
"r
rur.-$t
noud
iumlarr punt.an
pondok
o**31
penakan
gZ I
I
Pr*or*r*NTrxurr
pita
Ua]a-z.".---.
LR
x'7
owrqna
r
+
tonto
I
I
gg
antar garis 2 mm, hal ini setara dengan merancang kecermatan sebesar 0.00'l mm.
Faktor pembesaran sebesar 2 pada sistem optiktersebut merupakan pengaruh perubahan kemiringan cermin
pemantul, seperti yang dijelaskan pada gambar 4.6.
:50x2
pembesaran total : 20 x 100
pembesaranoptik
=20satuan.
=100satuan.
= 2000 satuan.
Halini berarti:
Bila jarak perubahan sensor sebesar 1 prm dirancang menimbulkan pergeseran garis indeks pada skala dengan jarak
94 I
I
P.*ou*u*u Trxurx
poi$ltu rnh
Dql66luya
-2 (0+0)-2
-2 E
KoNsrRuxsr
Aur
Urun oex
PRrNsrp KrR.lR
95
Perubahan besaran elektrik (arus atau tegangan listrik) dapat diolah dan diperbesar dengan memakai prinsip
Ka
Pr*or*r*ru
Ga
m ba r
4'7'i!,ii,i;2[:r,::,'{
pasitif
96 I
'v.'C*
Vo----x--l-Kre
p.ldloFslio.
!;'s
a n s ke m
VL:
Ymula +
9lrmuh.Lt
2
TexNrr
KoNsrnurs
Aur
97
3.
Y2 =Vmula -9Vmuta.L{,
2
Apabila ke dua kumparan sekunder ini dihubungkan
secara seri dengan orientasi terbalik, tegangan keluar akan
sama dengan:
Vo=V,-Vr= CV.,,".A8
Ga m ba r
4.2.4
4.8
Li n ea
Va ri a b I e D i ffe re
nt i o I Tra n sfo r m e r, LV DT
berikut:
1.
Fotosel (photocell/photodiode) merupakan komponen elektronik yang peka terhadap sinar yang
jatuh pada permukaan aktifnya.
2.
s8
Pencurunnru TrxNrr
I
KorusrRurs
Aur
Urun oau
PmNsrp
Krrur
I
I
gg
Sistem mekanik:
Akibat tekanan pegas pada batang ayun sensor akan
selalu menempel pada permukaan. Poros alat ukur digeserkan (digerakkan oleh motor yang dikontrol kecepatannya)
sepanjang sampel kekasaron dan sensor menggeser sambil
bergerak turun naik mengikuti profil kekasaran. Gerakan
sensor menggoyangkan batang ayun pada engselnya dan
pelat bercelah mengikutinya sesuai dengan perbandingan
jarak sensor engsel dan pelat engsel.
Sistem optik:
Berkas cahaya diarahkan pada sepasang fotosel me-
Alat ukur pneumatik ini secara keseluruhannya dianggap sebagai suatu sistem aliran udara yang terdiri atas
bagian-bagian sebagai berikut:
1.
2.
3.
Berdasarkan
ca
lalui celah. Akibat goyangan celah, ke dua fotosel akan menerima cahaya dengan bergantian intensitasnya. Saat celah
bergerak ke atas fotosel yang di atas akan menerima cahaya
ran udara dapat diklasifikasikan dua jenis alat ukur pneumatik yaitu,
1. SistemTekanan Balik(Back Pressure System)
2. Sistem Kecepatan Aliran (Flow-Velocity System)
Sistem elektrik:
Perubahan sinya! listrik karena perubahan intensitas
cahaya pada sepasang fotosel secara sistematik mengikuti
irama goyangan celah (naikturunnya sensor mengikuti pro-
PpttcuxunnN TrxNrr
KoNsrnursrAur Uxun
oRru Pmrusrp
Krrun
I
I
fOf
p, -
a - bA'
A1 atru Po'Pt a
A'
- bfi
o'
-f,
o,;N/cmz/cm2
1OZ
I
I
Pr,,,or*r*ruTexxrr
la.tda
&r
#"
A2l A1
Korusrnuxsr
Aur
Keu I
I
Og
Kecopalrnrlrrll
belpuur&n
mngtPurc
=_a+bA2
n ol iran
dankepekaarurya
ffi=t
maupun kecepatan aliran) penyetelan kepekaannya (berartijuga kecermatan atau arti jarak antar garis-garis skala;
misalnya untuk pits 2 mm setara dengan 0.005 mm perubahan dimensi benda ukur) serta kedudukan nol (letak angka
acuan) dilakukan dengan bantuan kaliber penyetel (alat
ukur acuan dengan harga nominal tertentu).
lM I
I
P."or*u*uTerntx
KomsrRuxsl
105
106
PrHcuxuReru TexNrx
ffi @
ffi@@
4RNi
M ffiffi
Jenis kontak
dengan Sislsm
A.
B,
C.
fotakurtmgen
Bola
Polat
Jonas
Dua
lubrm
A&B:toloransi
diamtd
C
: kesilindrisan
(c)
lb
I ln
J
(A)
-,,iffi
'r"i"l"-"'"'
(o)
d?
fu
Ji?f,."'"*
;[::,:J:1
Zk***J A
cao
(F)
(g)
E.Fdanc
,.,:"#,:lily-
(H)
sensor
I nZ
I
atau garis indeks. Sistem optik biasanya terdiriatas gabungan komponen yang berupa cermin, lensa, dan prisma.
Beberapa jenis sistem optik yang digunakan dalam bidang
4.2.6.1Lensa Pembesar
Sistem optik yang paling sederhana yang memungkinkan seseorang untuk melihat suatu objek dengan
lebih jelas adalah lensa pembesar. Suatu objek yang diletakkan pada jarak fokus (titik api) lensa pembesar akan
terlihat oleh mata sebagai suatu bayangan objek dengan
ukuran yang lebih besar, lihat gambar 4.13. Lensa pembesar umumnya dipakai pada sistem pembacaan skala atau
sebagai alat ukur pembanding yaitu dengan menyisipkan
gambar transparan bentuk geometri acuan/standar yang
akan terlihat sebagai latar depan objek ukur. Pembesarannya (magnification) lensa pembesar ditentukan dengan rumus sederhana berikut:
OPD
4.2.6.2 Mikroskop
Apabila dua lensa pembesar (susunan lensa) diatur
menjadi satu sistem optik dapat dibuat menjadi mikroskop.
Lensa pembesar (susunan lensa)yang berada didekat mata
disebut okuler, sedang yang berada di dekat objek bernama objektif. Skema mikroskop ini diperlihatkan pada gambar 4.15. Suatu objek MN yang diletakkan di depan objektif
akan membentuk bayangan nyata dan terbalik pe. Melalui
okuler bayangan PQ ini akan terlihat oleh mata sebagai
bayangan RS, yang jika dibandingkan dengan ukuran objek
aslinya, pembesaran totaladalah :
R^S R,S PO
MN PQ MN
MN=7
di mana,
D = jarak terdekat benda ukur yang masih dapat terlihat
oleh mata dengan jelas (tanpa lensa). Untuk mata
normaladalah 250 mm.
f = jarak fokus lensa pembesar, mm.
108
I
l
P.*or*u*NTernrx
di mana,
RS
MN
= pembesaran total
I
I
f Og
RS
MN
.RS
4.2.6.3 Proyektor
= pembesaran okuler
= pembesaran objektif
MN
terang.
Pemeriksaan bayangan benda ukur (pengukuran
_.1\=-.
. -\\\
Js
110
PrxcuxuReru Trrrurr
atau pembandingan dengan contoh bentuk standar) dilakukan dari balik layar yang terbuat dari kaca buram. Seperti halnya pada mikroskop, benda ukur dicekam pada meja
geser (koordinat X-Y) sehingga bayangan benda ukur dapat
digerakkan relatif terhadap garis silang yang terdapat pada
layar. Jarak yang ditempuh oleh gerakan bayangan dapat
dibaca pada skala kepala mikrometer dengan mana meja
posisi digerakkan; arah X dan/atau
Y.
Alat ukur proyektor profiljenis CNC dilengkapi dengan sistem kontrol gerakan meja. Bayangan digerakkan
secara otomatik sesuai dengan program pengukuran yang
dibuat khusus untuk suatu benda ukur. Serupa dengan mesin ukur CNC (CMM; Coordinate Measuring Machine) atau
mesin perkakas CNC, sistem kontrolgerakan meja memanfaatkan motor servo dan alat ukur jarak (inductosyn atau
encoder). Dalam hal ini sensor jenis fotosel ditempelkan
pada kaca buram untuk mendeteksi saat pemulaian dan/
atau pengakhiran penghitungan jarak gerakan bayangan.
KorusrRuxsr
Pntrusrp KrruR
11L
menggunakan prisma, cermin ataupun sistem lensa pembalik. Pembesaran yang dapat dicapaiteleskop merupakan
perbandingan antara jarak fokus dari objektif dengan okuler. Dua macam alat ukur geometrik yang menggunakan
prinsip teleskop adalah autokolimator dan teleskop posisi.
otlr*ttr
Gambar 4.16. Prinsip proyektor profrl. Jenis CNC dilengkapidengon sistem kontrol gerakan meja yang menggerokkan
bayangan relatif terhadap fotoselyong ditempelkon di layar
4.2.6.4Teleskop
Teleskop adalah nama suatu sistem optik yang digunakan untuk melihat objek yang jauh supaya terlihat dekat
dengan bayangan yang jelas. Dua sistem lensa yaitu objektif dan okuler diatur jaraknya sedemikian rupa sehingga
berkas cahaya yang sejajar (yang berasal dari objek yang
jauh) akan difokuskan oleh objektif pada titik yang sama
dengan jarak fokus okuler.
Oleh okuler berkas cahaya inidibiaskan menjadiberkas cahaya yang sejajar lagi sehingga bayangan objekdapat
terlihat oleh mata dengan lebih jelas tanpa atau dengan sedikit penyesuaian (akomodasi), lihat gambar 4.17. Bayangan
yang terlihat oleh mata posisinya terbalik. Bila dikehendaki,
bayangan tersebut dapat dibuat menjadi tegak dengan
112
PencuruRnl TrrNtx
ll
o-oo
t,
-4i
---n-dc#b
-
Gambar 4.1 8. menunjukkan prinsip autokolimator (autocollimator), dengan suotu kondensor yang mengarahkan berkas cahoya
dari sumber cohaya di otas sumbu optik menuju torget yang
berupo garis. Suatu cermin semi reflektor (sebagion berkas cahoya
dipontulkon, sebagian lain diteruskan) dengan posisimiring 45"
terhodap sumbu optikteleskop akan membuat seoloh-olah target
terletak pada sumbu optik persis poda jarok fokus objektif
Korusrnuxsr
Aur
Uxun
oln
PRrr.rsrp
KrruR
ff3
1L4
PeNcuxuRRu TrrNtx
=T=
:
ort lrr9.l
b.lui drilnl(
rfnt|(
Teleskop Posisi
Berbeda dengan autokolimator yang mendeteksi
kemiringan suatu target yang berupa cermin, teleskop posisi digunakan untuk mengamati perpindahan posisitarget
relatif terhadap sumbu optiknya dalam arah horisontaldan
vertikal (linear). Dalam hal ini target berupa gambar skala
karan-lingkaran konsentri k. Umumnya
skala konsentrik tersebut dibuat pada gelas transparan, sehingga bila diinginkan dapat diterangi dengan lampu yang
ya
ng terdi ri atas
li n g
dipasang di belakangnya secara langsung atau dengan memakai sistem lensa pembuat sejajar berkas sinar.
Seperti halnya pada teleskop, pengamat dapat melihat target yang berada di depannya. Supaya target yang
diletakkan di dekatnya (> fokus objektif ) atau jauh di depan
(beberapa puluh meter) dapat terlihat dengan jelas dan tak
Konsrnursr
Aur
Urun oen
PRrr.rsrp
Krrue
115
S"
S*
F
"c-
ry
(E!. h
L16
PrrucuxuRRH
Trrrrx
KoNsrnursrAler Urun
oRru Pnrrusrp
KrruR
nZ
Hdarlg baca
eri.hdCts
bldangsl(ala.da
Udile
&!-dor
d(drhr!l,
kqmlEt
*{t"t.''['"')
Gambar42OSkola
118
I
I
Pr*or*r*N Trrxrr
Kru I f fq
I
120
PeucurunRru Texntx
.uuu
r-.----*r..-----_r--------_l
A+z
ot
Gambar 4.21 Prinsip Skalo Nonius (satu dimensi)
121
utama.
nu
k= u-n
Garis nol nonius tergeser sejauh k dari garis A; garis
pertama nonius segaris dengan salah satu garis skala utama. Garis nol nonius tergeser sejauh 2k dari garis A; garis
kedua nonius segaris dengan salah satu garis skala utama'
Jika garis indeks (garis nol nonius) berada pada posisiyang segaris dengan salah satu garis pada skala utama'
pada saat itu hasil pengukuran dibaca sama dengan nilai
garis skala utama, misalnya A. Bila garis nol nonius tergeser ke kanan sebesar k, garis pertama nonius akan menjadi
segaris dengan garis skala utama berikutnya (A+ 1)'
Seandainya garis nol nonius tergeser lebih ke kanan sejauh 2k (dari posisi garis A), garis kedua nonius yang
(A+2)'
menjadi segaris dengan salah satu garis skala utama
Proses pergeseran ini dapat dilakukan terus sampai akhgaris
irnya garis nol nonius menjadisegaris kembali dengan
skala utama (A+1).
Prn rng
0
L--__!
Prntsp#rno*r
1.
2.
mempermudah pembacaan, yaitu dalam menentukan garis nonius mana yang menjadi segaris
dengan skala utama,
membatasi panjang skala nonius, supaya kapasitas
pengukuran tak menjadi jauh berkurang gara-gara
keefektifan panjang skala utama terkurangi oleh
panjangnya skala nonius.
posisi
cara ke 3 di atas diterapkan yaitu dengan interpolasi
garis indeks (garis nol nonius) secara kira-kira'
122
I
I
P.*ou*u*oxTrxltx
Pnrusrp
KErun
1 pl
I
penunjukan berharga sama dengan harga skala utama sesudah garis nol nonius ditambah dengan harga garis skala
nonius yang segaris dengan salah satu garis skala utama.
Perhatikan teknik penandaan/penomoran garis-garis skala
nonius.
Sk
f.mp'{.ri,:
.*
r(6)
;;,
2
l(6)
serta untuk menghindarkan kekeliruan pembacaan, terlebih dahulu perlu dilakukan interpolasigaris indeks secara
kira-kira. Kemudian, barulah pandangan diarahkan pada
daerah di mana garis nonius yang menjadi segaris dengan
garis skala utama bakalditemukan.
Tabel 4.1 berikut memperlihatkan beberopa contoh kecermaton skala noniusyong digunakan pada beberapa alot
ukur seperti mistor ingsut don busur bilah
o123,t5
Kecermatan
Cdtblr pcmbam
podJ nol :
ddrkfu
(bdlmph).bogmdoa.llm..
Psh.tke p6ld grt rcl rcilrt ( 0[l.
lndclc ) .p.bh riLad( prda d(& ulrE
yu|g tBnbaqs k kio.far k HrL uruL
ltuot an+d.drd.ahmdalffil
d& kH y.nO ara! dh.ld.
Skala nonius
Besar n
utama
pada skala
nonrus
Jumlah
bagian
Paniang/besar
keseluruhan
to.rol
.-
lmm
0,9 mm
10
9mm
.jo to.ost
--
2mmtt
lmm
O,95 mm
1,95 mm
20
20
19 mm
39 mm
fi
--
1mm
lmm
O,98 mm
O.98 mm
50
25
49 mm
24,5 mm
lo
lo
12
!1o
2o
230
-Tr
l2
1o
b90
-Etr
30
..r.!n
Besar u
pada skala
to.ozt
{ *'r
#,t
'
230
29.50
'+
*)
\'\$1r{1u{fltlff//i
io ol o\'
t\
l.t Ll(l|l,.a7.2OlJ
124
I
I
Pr^or*u*N
TEKNTK
Korusrnuxsr
Aur
I pS
I
Angka yang dicantumkan pada skala nonius menyatakan sepersepuluh harga skala utama (dalam menit
kalau skala utama dalam derajat). Bagi skala nonius dengan
setengah panjang aslinya, jika garis nol nonius telah melewati setengah bagian skala utama, dilakukan penambahan
angka lima pada setiap angka skala nonius latau menambah tiga puluh menit untuk skala utama dalam derajat.
126
I
I
Pr"ou*r*nTrxnrx
A.T
fii
A.t
t
A
F_+/r
I vt;*
\t
l;
#)"
ri---l
f ,*1-l
I
/ t,
AA..IA,
IH-:H
v--tl"
poald
bqirplt
nor{ur
po.hl
taroEr
pocblb.imDit pocute.g6.r
ltqfsEl
Krrul
I nz
I
dengan n = 10. Supaya jarak antara garis-garis nonius horisontal tetap terlihat jelas, jajaran kotak nonius dua dimensi
(yang menjadi terlalu tinggi gara-gara harus dibagi dalam
100 bagian) diubah bentuknya menjadi bentuk melingkar
sedemikian rupa sehingga menjadi lingkaran-lingkaran
konsentrik dan garis-garis diagonalnya saling bersambungan menjadi bentuk spiral.
Garis-garis diagonal yang telah diubah bentuknya
menjadi bentuk tersambung spiral ini digantikan dengan
sepasang spiral yang berdekatan. Dengan demikian, saat
pengamat harus mencari titik perpotongan antara garis
diagonal dengan garis (bayangan) skala utama digantikan
dengan mencari posisidua garis spiralyang mana yang melingkupigaris (bayangan) skala utama yang paling simetrik.
Skala nonius dua dimensi spiral seperti ini dibuat
dengan teknik fotografi pada keping gelas yang tipis yang
dipasang pada sumbu optik okuler sehingga terlihat jelas
dengan latar belakang bayangan garis-garis skala utama.
Pengamat hanya akan melihat sebagian dari garis-garis
spiral tersebut, lihat gambar 4.24 b, dan dengan memutar
keping gelas ini pengamat akan mampu mencari posisi pelingkupan yang paling simetrik seperti yang diulas di atas.
SQm
A
hb*md
*r,r@
(ffi0rlm)
4.3.1 .3 Skala
Mikrometer
p{teil
'hib'
skala putar
ffiffi
.**
E."ffil
ls.seffi]
lerffil
128
I
!
Pr*or*r*ru
Terrurx
KonsrRursr
Aur
Urun
oRru Pmxsrp
Krrul
129
130
I
I
Pr*or*r*u
Trxutx
Jdrrqthr3
l'r'r'r'r'l'l
G.{87ilnl
umumnya
Aur
faf
-J
-Y'te4dlpa'allsl'
*(*E
.-
-A'-
- isf'H
b,tsdPr*xs
i/ffi+
i 1..'l
- harlamolhallrrum
pdd maiay3noaolah
t.
- rnClhdlarumdan
b!y!ngannya
Gambar 4.2
Gambar 4.27 Parollak dan cara menghindarinya
Sinyal gerakan dari bagian Pengubah diteruskan sebertingkat ke silinder 1,2,dst. Satu putaran suatu sil-
L32
I
I
Pr*or*r*ouTrxnrr
KorusrRuxsr
Aur
I
I
fga
inder akan memutar 1/10 putaran silinder di sebelah kirinya. Contoh ini merupakan penunjuk digital dengan sistem
angka desimal yang disajikan dengan deretan angka yang
terlihat melalui jendela.
Melalui sistem roda gigi, pengubah mekanik memberikan isyarat gerakan berupa putaran yang secara bertahap diteruskan memutar silinder pertama, kedua, ketiga,
dst. Untuk satu kali putaran penuh silinder pertama akan
memutar silinder kedua sebanyak 1/10 putaran. Apabila silinder kedua telah genap berputar satu kali, silinder ketiga
akan terputar sebanyak 'll10 putaran. Proses pemutaran silinder dengan cara bertingkat ini dapat berlangsung terus
sampai ke silinder terakhir. Dengan demikian, deretan angka yang terlihat melaluijendela merupakan susunan angka
dengan sistem desimal.
Penunjuk digital elektronik dapat menggunakan LED
(Light Emitting Diode) atau LCD (Liquid Crystal Display). Suatu
kode angka dapat dibuat dari 7 buah LED atau LCD yang
disusun membentuk konfigurasi angka 8, lihat gambar 4.29.
Bila suatu saat 7 buah LED ini diaktifkan bersamaan, akan
terlihat kode angka 8 yang terang dengan latar belakang
gelap ( LCD yang aktif akan menyerap cahaya sehingga bila
diterangi akan terlihat kode angka 8 yang gelap dengan
latar belakang terang). Jika hanya beberapa LED/LCD yang
aktif pada tempat - tempat tertentu, akan terlihat sebagai
kode angka lain.
Suatu sirkuit elektronik mengaktifkan susunan LED/
LCD ini untuk menunjukkan suatu kode angka. Hal yang
sama dilaksanakan untuk susunan LED/LCD lain yang ber-
134
I
I
P.*or*u*ruTrxrurr
deret menjadi satu barisan angka. lsyarat pengubah etektrik yang berupa pulsa (digital) dihitung secara biner dengan menggunakan suatu sirkuit elektronik. Setelah diubah
oleh pembuat kode desimal isyarat diteruskan ke bagian
pengatur pengaktifan LED/LCD untuk menunjukkan hasil
pengukuran dengan sistem angka desimal (atau sistem
angka lain).
LED
(lodcri.lm
Gambar 4.29
LCD
blhneon)
Penu
njuk
d ig
ital elektronik
Kousrnuxsr
Aur
13s
3.
4.4
PENCATAT
atau pencatatan harga-harga yang berpasangan, yaitu pasangan harga berupa posisi sensor relatif terhadap objek ukur dan
besar-kecilnya isyarat sensor pada posisi tersebut. Data terse-
136
I
I
P.nor*r*N TrxNtr
I rcf
I
apilistrik.
i;
ffi. ()
v-,
iF-.l
-'
td
^^^^^^^J
,,
F-id
\_+"ld
B PrL.bSffir
138
I
I
P.*or*r*r
Trrnrr
di mana terjadi pembakaran oleh bunga api listrik. Pada lokasi ini serat pelapis akan hilang sehingga warna dasar kertas akan terlihat sebagai titik hitam. Bunga api listrik meloncat berkesinambungan dari ujung jarum galvanometer
menuju pelat logam di bawah kertas yang diberi muatan
listrik bertegangan tinggi. Melalui lubang-lubang di ke dua
pinggirnya kertas digerakkan roda penggerak sehingga di
permukaannya akan tergambarkan grafik linear (atau polar
bila kertas diputar pada sumbu grafik polar) sebagai hasil
proses pengukuran.
Alat pencatat dengan prinsip servo-motor bekerja
atas dasar penyeimbangan beda voltase listrik. Suatu jembatan whetstone, yang berfu ngsi sebagai alat pembandin g,
diberi voltase acuan/referensi pada ke dua ujung yang berseberangan, lihat gambar 4.30.b. Ke dua ujung berseberangan yang lain, yang berupa kontak geser, dihubungkan
dengan bagian pengubah alat ukur yang mengeluarkan
isyarat voltase yang hendak diukur.
Selama ke dua voltase yang diperbandingkan ini belum seimbang, akan ada arus listrik DC yang melalui kontak
geser menuju ke penguat arus. Penguat akan menaikkan
beda voltase tersebut sehingga timbul arus yang cukup
besar untuk menggerakkan motor servo. Karena putaran
motor, kontak geser akan tergeser ke salah satu arah (tergantung pada beda tegangan negatif atau positif) sampai
terjadi suatu keseimbangan voltase. Dengan demikian, pena
yang dipasang pada ujung kontak geser ini akan membuat
suatu garis pada kertas berskala yang digerakkan oleh motor khusus. Kontak geser pada sisi yang lain darijembatan
PRrHsrp
Krrue
I
I
fgq
140
PencuxuRRn Trxrurr
Tingkat kebenaran mengandung makna praktis. Untuk menjamin hubungannya dengan satuan standar panjang internasional, alat ukur besaran panjang yang digunakan oleh operator mesin perkakas (alat ukur kerja) dapat
diperiksa melalui suatu prosedur kalibrasi. Jika suatu prosedur kalibrasi ini dianggap sebagai suatu mata rantai, rantai
kalibrasiakan mencakup rangkaian mata rantai sbb:
Tingkat
'l
Tingkat
Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan memakaiacuan alat ukur standar.
Kalibrasi alat ukur standar dengan acuan alat
ukur standar dengan tingkatan yang lebih tinggi
(standar nasional atau yang telah ditera secara
nasional).
Tingkat
4.
meter (internasional).
142
I
I
P*ou**rTrxxrx
Srrer Umum
Aur Urun
fae
dilaksanakan. Dalam kenyataannya hal initidak mudah untuk dipraktekkan. Banyak industri nasional yang masih be-
Meskipuntidakadasangsimenuruthukum(kecualialat
ukur yang dipakai dalam perdagangan yang diatur dalam
undang-undang kalibrasi metrologi legal) kalibrasi ulang
diperlukan karena kemungkinan adanya perubahan kondisialat ukur (misalnya keausan atau kemerosotan fungsi
komponen yang merupakan bagian sensor, pengubah'
atau penunjuk).
Secara terperinci prosedur kalibrasi untuk setiap
jenis alat ukur geometrik dibahas pada buku pedoman
kalibrasi yang dikeluarkan sebagai standar nasional'
yang
Dalam prosedur tersebut dicantumkan kesalahan
masih diperbolehkan bila ada perbedaan antara harga
yang ditunjukkan alat ukur dengan harga acuan'
5.2 Kecermatan
(Reso
Pr*ou*r*uTexrutr
prinsip kerja gabungan dengan isyarat akhir berupa besaran listrik) dengan bagian penunjuk/pencatat elektrik sering
dilengkapi dengan attenuator pemilih harga pembesaran
(mognification). Pembesaran yang dipilih akan mengubah
artijarak antar garis-garis skala (skala pada kertas grafik) sehingga dapat mengubah kecermatan.
Alat ukur dipilih sesuai dengan kecermatannya yang
lutionl
Kecermatan alat ukur ditentukan oleh kecermatan skala dengan cara pembacaannya' Bagi skala
yang dibaca melalui garis indeks atau jarum penunjuk ke-
\M I
Srrnr Umuu
Aur Uxun
I
I
US
Fr"*,"
rl!l-
E",'
E
dgth
kets
rlal rkrr A
Kpra.n slsl
r*u
(
dssh lqra
ltrt uaqr B
PencurunRru TrrNtx
I
t/d I
KDokm alal
dilMii dm
*"T"o,H,I?o
146
: ayg
/Ax
)q)
ksmtl8flrya
dY
/ dx ; I satuan y / satuan x ]
kapasitas ukur.
.]
Eo,o
-?-l:-i--., :
il
:l
;-l il
Kepekaan
Dtult
k
Dengan melakukan kalibrasi, berdasarkan grafik antara keluaran (jarak pergeseran jarum penunjuk; y mm) sebagaifungsi linear masukan (besaran panjang acuan yang
diketahui besarnya; x, mm) dapat ditentukan kepekaan alat
ukur. Garis linear dengan harga kemiringan (slope) yang
besar mencirikan kepekaan yang tinggi. Kapasitas alat ukur
ditentukan oleh besar kecilnya daerah linear. Tergantung
pada pits skala (jarak fisik garis-garis skala) dan harga kepekaan, kecermatan alat ukur terdefinisikan.
Secara matematik kepekaan didefinisikan sebagai
kemiringan (slope) grafik antara keluaran (y output) sebagai fungsi linear masukan (x; inputl, yaitu:
masukan (mm).Jadi, dalam hal ini kepekaannya akan memiliki satuan [mV / mm]. Bila skala voltmeter ini tak diganti,
pengamat harus mengubah harga setiap penunjukan [mV]
Srrnr Unauu
Aur Urun
UZ
5.4 Keterbacaan
(Red
dobilityl
148
I
I
Pr*or*r*u
Texxrx
5.5 Histerisis
(Histerysisl
Apabila kesalahan pembacaan jam-ukur digambarkan sebagai fungsi ketinggian yaitu antara harga kesalahan
sebagai sumbu tegak sedang sumbu datar adalah harga se-
jadi, kesalahan ini seharusnya sama dalam arti kurva pembacaan naik berimpit dengan kurva pembacaan turun.
Pada contoh jam ukur ini, histerisis disebabkan oleh
perbedaan gaya yang dialami poros ukur. Sewaktu poros bergerak ke atas akan melawan gaya gesek serta gaya
pegas penekan, sewaktu bergerak turun poros menerima
gaya pegas penekan dan melawan gesekan.
Kurva kesalahan saat "pembacaan naik"tak berimpit
dengan kurva "pembacaan turun". Dalam contoh ini gesekan poros-ukur pada dinding bantalan-luncur adalah
Srrnr Umuu
Aur
Urun
149
penyebabnya. Karena gesekan mekanik ini berkaitan dengan kekasaran dua permukaan (poros dan bantalan) yang
dipertemukan dan berciri khas untuk setiap posisi poros
ukur maka histerisis umumnya memiliki keterulangan yang
berkaitan dengan posisi poros-ukur.
to.rvrpembacarn:
Reaksi
dan meneruskan isyarat sensor, kepasifan dikaitkan dengan waktu yang digunakan perjalanan isyarat mulai dari
sensor sampai pada penunjuk. Suatu alat ukur dapat memiliki kepekaan tinggi dengan kepasifan yang tinggi atau
sebaliknya, sebab antara kepekaan dan kepasifan tak ada
keterkaitan.
A-tffi
r -harye$benmF(trm)
mel.-rltr
y -kedahm(pm)
L50
PrncuruReH Terrurx
Kepasifan yang rendah sangat menguntungkan sebab alat ukur cepat reaksinya. Alat ukur, terutama bagian
Uxua
fSr
3.
gan periode tertentu. Dengan mengulang proses pengukuran bagi objek ukur acuan (standar atau yang dipilih).
niknya. Dalam hal ini isyarat yang dikeluarkan sensor tak sampai pada bagian penunjuk digital.
152
PrrucuxuRen Terxrx
153
mat dan peka alat ukur, kemungkinan terjadinya pengambangan sewaktu proses pengukuran berlangsung adalah
besar. Oleh sebab itu, alat ukur yang cermat dan peka harus
dipakai dengan cara yang saksama, getaran pada sistem
pengukuran tidak boleh terjadi.
KESALAHAN/
PENYIMPANGAN
PROSES PENGUKURAN
154
PerucuxunRru
Trxntx
Ketelitian (Accuracyl
Hasil pengusahaan proses pengukuran supaya mencapai sasaran pengukuran yaitu penunjukan"harga sebena-
2.
Jika objek ukur merupakan harga acuan yang dianggap benar, sepertiyang dipakaidalam proses kalibrasi, per-
156
PrNcuruRnru Texntr
KrsamHnru/PTNyTMpANGAN
Pnosrs PrruGuxunRr.r
157
3.
4.
sasaran.
Tak TEPAT : keterulangan rendah
1.
sardaripada luas daerah sasaran) dan harga rataratanya ltitik tengah usaha pengulang anl terletak
jauh dan titik tengah daerah sasaran. Seluruh atau
kebanyakan hasil pengukuran terletak di luar daerah sasaran.
2.
keterulangannya rendah dengan harga rata-ratanya terletak pada atau di dekat titik tengah daerah
sasaran. Meskipun demikian, cukup banyak hasil
pengukuran yang terletak di luar daerah sasaran.
158
PrncuruRnN Trrrurr
Pl@
1
t8k ropd & hk blitl
( sullt dipdbalkl )
ksbgod
Pr@ kltegdlz
Ek bpat, hpi telld
( $lit dlpo.balki !
ffiffi
Pres. kdegod 3
teliti
dp(b6lH )
tepar , bpi
blsr
hk
P@s kegdi
t6pat &
( tak
,{
btiti
p6du diporbaikl
Krsnmnnu/PTNylMpANGAN
Pnosrs PrucuruRRr,r
159
titik
tengah lingkaran sebaran hasil tembakan terhadap titik
sil tembakan, ketepatan proses semakin tinggi. Jarak
dengan:
r'
tengah sasaran menggambarkan ketelitian, semakin kecil berarti semakin teliti. Pada contoh ini proses kategori4
adalah yang terbaik. Besar kecilnya sasaran (kecermatan
,/
target) merupakan kunci permasalahan. lmajinasikan empat proses ini seandainya lingkaran sasaran diperbesar.
Tanpa usaha perbaikan, ada kemungkinan proses kategori
1,2, dan 3 berubah menjadi proses kategori 4. Gambar ini
dibuat dengan memperhatikan rasio yang wajar (proportional) antara ukuran sasaran (kecermatan target = daerah toleransi) dengan ukuran lubang bekas tembakan
(kecermatan alat ukur).
2.
1.60
PrrucurunRN
TrrNrr
1. Alat ukur,
2. Benda ukur,
3. Posisipengukuran,
4. Lingkungan, dan
5. Operator (pengukur;
pengamat).
I rct
I
162
PrNcurunRu Trrrurr
KrsnmHnru/PTNyTMpANGAN
Pnosrs PruouxunRru
163
ukur akan terhindarkan, akibatnya ketepatan atau keterulangan proses pengukuran akan terjaga.
Deformasi karena tekanan pengukuran dapat dihilangkan jika digunakan sensor non-kontak misalnya jenis optik
atau pneumatik. Jadi, perhatian dapat dicurahkan pada dua
faktor yang masih bisa menjadi sumber kesalahan yaitu berat benda ukur dan tekanan penjepit benda ukur.
Batang-ukur, sebagai alat ukur standar dengan
penampang yang sama sepanjang sumbunya, bila diletakkan pada dua tumpuan akan melentur akibat beratnya sendiri. Besarnya lenturan dipengaruhi oleh jarak ke
dua tumpuan di mana batang tersebut diletakkan secara
simetrik, lihat gambar 6.2. Tiga contoh cara menumpu
batang ini diulas sebagai berikut:
permukaan ke dua
r{ung batang ttap
selalar meskipun ada
lenturan
tllk Bessel
pemendokan garls
nofd aHbat lenturan
adalah yang ted(odl
l,s-0,5593J
c.
Pengaruh tekenan
konlak pada benda
ukur yang lunak.
1.
Jika ke dua permukaan di ujung batang-ukur diinginkan sejajar, jarak ke dua tumpuan (sl harus sama deng
letak titik tersebut. Akibat kesejajaran muka-ukurnya beberapa batang-ukur, masing-masing ditumpu
pada titik Airy-nya, dapat dipersambungkan tanpa
kekhawatiran akan timbulnya kesalahan akibat dari
L64
I
I
Prror*r*oNTrrrurx
1.65
2.
3.
dimensi'i
Bagi pengukuran objek ukur geometrik prinsip ABBE
ukur (pencekam, penjepit). Karena penjepit juga memberikan tekanan pada benda ukur, maka posisi penjepit harus
ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
deformasi yang merugikan.
166
PencurunRn Terutx
-l
MrLrs
Perpustf,knaa
Badau
Propinsl Jawa
Timur
I
i
1.67
gadsdimettg
L-Mor0-d$n0
L . M - d.0
B):
(untuk 0 kecil)
garls dlmensl
fT- Mj.ol
gade ukur
garis ukur
baik
garis dimensi
i;;-
fiflk kontal(
,:,
rfisor
"Kesalahan Kosinus" muncul akibat dari tidak dipenuhinya prinsip ABBE (garis ukur harus berimpit dengan
garis dimensi). Hasil pengukuran M akan lebih besar daripada dimensi sebenarnya L. Meskipun secara teoretik mudah sekali mengoreksi M sehingga menjadi L, tetapi dalam
prakteknya hal ini tak dimung kinkan, sebab harga B tak
diketahui secara pasti. Oleh sebab itu, yang dapat dilakukan adalah mengusahakan prinsip ABBE inidipenuhi.
Kesalahan kosinus kelihatannya akan diperparah jika
sensor menempel di permukaan benda ukur tidak pada
titik
1.68
I
I
Pr*or*r*ou
Trxr.lrr
dEerald(8n
kr ldd*rnan
aailord'rgpfrrrg unld(
mncarl harla tf,lccl
Gambar 6.4 Jenis sensor kontak disesuaikan dengan permosolahon pengukuran untuk menjamin kebenaran posisi pengukuran
KrsamuaN/PeNyrMpANGANPnosesPeNcuxuRRr.r
I
I
Mg
A.
Jika posisi alat ukur relatif terhadap benda ukur tak bisa
diubah (sesuai dengan pengaturan terakhir yang diikuti pencekaman alat ukur danlatau benda ukur pada
dudukannya), sensor bermuka bola lebih baik daripada
sensor bermuka rata.
Bila posisi alat ukur relatif terhadap benda ukur bisa
c.
D.
170
I
I
Pr*ou*r*tt Ttxutr
ke
nyo m an
1.
2.
3.
172
{gauge-block).
PrncuruRnn Trrutr
Krseuxer.r/PENyrMpANGANPRosrsPrxcuxuReru
I
I
Ug
jika temperaturnya berubah. Untuk menjaga kesamaan hasil pengukuran, telah disetujui secara internasional bahwa
temperatur ruang untuk pengukuran geometrik dibakukan
o/o.
Apakah syarat ini harus selalu dipenuhi untuk setiap pengukuran geometri benda-ukur? Perhatikan analisis
sederhana berikut.
Perubahan panjang yang terjadi pada pengukuran
langsung dapat dihitung melalui rumus teoretik:
a,=ec(,-',)
di mana
t
c,
= perubahan paniang; mm
= panlang objek ukur; mm
= koefisien-muai-panjang; "C-1
2O oC
I
I
0,
) * ( !,
d,2
Qt d,r
)(r - r,1
2
t1
o2
ot
=
=
=
=
ding; mm
panjang benda ukur; mm
panjang blok ukur; mm
koefisien-muai-panjang benda ukur; oC'r
koefisien-muai-panlang blok ukur; oC't
A, = ( - t, = perbedaan
temperatur pengukuran
At
174
o = ( tz
di mana,
P."or*r*oruTrrxtx
o=(0r-0,)*o(o,)o,
I yS
I
rnya meskipun pengukuran tidak dilakukan pada temperatur standar. Meskipun demikian, bila ada perbedaan
temperatur antara benda ukur dengan blok ukur, mungkin
terjadi kesalahan yang cukup berarti. Dengan demikian,
suatu sistem pengukuran (benda ukur dan alat ukur) harus
selalu diusahakan temperaturnya sama semuanya dan tak
berubah-ubah.
Kamar ukur biasanya diwujudkan untuk memberikan
kenyamanan bekerja dengan udara terkondisikan terutama
untuk menurunkan kelembaban sehingga mencegah atau
mempersulit terjadinya proses korosi pada alat ukur dan
benda ukur. Bila suhu kamar ukur ini dijaga konstan misalnya sebesar 25 "C, alat ukur dan berbagai peralatan lain
yang disimpan dalam kamar ukur akan juga bersuhu 25
oC. Bila benda ukur, terutama yang berdimensi besar yang
oC, perlu
dibawa masuk dari ruang pabrik yang bersuhu 30
waktu untuk menyesuaikan temperaturnya sehingga sama
dengan suhu kamar ukur.
Berbicara mengenaisuhu, jangan lupa bahwa tangan
Anda bersuhu 36 'C. Jadi, jangan terlalu lama memegang
alat ukur atau benda ukur (terutama yang berdimensi kecil)
jika melakukan pengukuran geometri di kamar ukur bersuhu 25 "C. Adalah merupakan kebiasan yang baik untuk
bersikap saksama, sebab pada hakekatnya kesaksamaan
adalah pencegah munculnya kesalahan sistematik maupun
1.
2.
3.
kesalahan rambang.
4.
176
I
I
Pr*ou*r*oNTrrux
KeseuHeu/PeNylMpANGAN
Pnosrs PrNcuxunen
ln
5.
DAFTAR PUSTAKA
nologiiBandung.
Kreyszic, Erwin. 1988. Advanced Engineering Mothemotics,
-,
John Wiley & Son.
T. Rochim. 2001. Spesifikosi,
178
PErucurunlru Trxrlrx
TENTANG PENULIS
lnformatika
rglll
ir.ei.,r lu*"
182
PerucuxunRu
Trxux