Anda di halaman 1dari 97

;t'1.

$['l

'[iT
,**!l

mr

F****

8,.
USTAKAAN

WATIMUR

,2

M. Sayut

Fadliffah

.. S, *

Pengukuran

Teknik

M. Sayuthi

Fadlisyah

Syarituddin

MTLIK
PcrPwukrsc
Urdeo
-Propiott
lava Tirnur

Pengukuran Tekni
Oleh : M. SaYuthi
FadlisYah
SYarifuddin

ttb

,u$2

Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2008

KATA PENGANTAR

Hak Cipta O 2008 Pada Penulis'


atau
ff"f. iii" dilindungi undang-undang' Dilarang memperbanyak
apa
bentuk
dalam
ini
isi
buku
seluruh
atau
memindahkan sebagian
pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi'
'*"t turn, atau dengan teknik perekaman lainnya' tanpa izin tertulis
dari penerbit.

GRAHA TLMU
Candi Gebang Permai Blok R/6
Yogyakarta 5551 I

reip.
Fax.

E-mail

:0274-882262;0274-4462135
:0274-M62136
: info@grahailmu'co'id

M. SaYuthi, FadlisYah; SYarifuddin


Pengukuran Teknik,/M' Sayuthi' Fadlisyah;
Syarifuddin
- Edlsi Pertama - Yogyakarta'' Graha flmu'
2008

x + 180 hlm, 1 JiI'


lSBN:

: 21

cm'

978-9't 9-7 56-362-2

l. Teknik

r. Judul

engan mengucapkan pujidan syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas rahmat dan karunia-Nya Penulis telah dapat menyelesaikan buku yang berjudul
"PENGUKURAN TEKNIK."

terima kasih penulis ucapkan Bapak Jozep Edyanto (Direktur Graha llmu) yang telah membuat penerbitan
ini menjadi mungkin. Rasa terima kasih penulis ucapkan
juga untuk Bapak Drs. A. Hadi Arifin, M.Si, selaku Rektor
Universitas Negeri Malikussaleh, Bapak Rasyidin, MA, selaku Pembantu Rektor I Universitas Malikussaleh, Bapak lr.
T. Hafli, MT, Bapak lr. Jalaluddin, MI Bapak lr. Muhammad,
ML Bapak Ferri Safriwardi, M| Bapak Dr. Nasir Usman, lbu
Dr. Murniati, Bapak lr. lshaq, MT, Bapak Arnawan, ML Mas
Edi Mulyanto, S.Si, Bapak Arhami, M.Kom, Taufiq, MI, Andik
Bintoro, SL lbu Fatimah, SI ML Bapak Salwin, Ml Bapak lr.
Ponidi5anjaya, Lisa Pebrina (Teknik Sipil USU), lskandarsyah
(Universitas Padjadjaran), Muchsin (S1 Teknik lndustri UniRasa

Mesin Politeknik
versitas Pasundan), M. lqbal (Dlll Teknik
yang telah
Bandung), Mirza Zamzami dan pihak-pihak
penulis dapat
memberi bantuan dan bimbingan sehingga
ini' yang tidak
menyelesaikan naskah Pengukuran Teknik
dapat disebutkan satu Per satu'
memPengukuran dalam arti yang umum adalah
acuan/pembandingkan suatu besaran dengan besaran
merupakan mata kubandi ng/referensi. Pengukuran Teknik
untuk membantu
liah wajib pada jurusanTeknik Mesin, dan
rancang
pemahaman bagi mahasiswa teknik' maka kami
tentang
sebuah buku yang sistematis yang membahas
pegang
pengukuran' Buku Pengukuran Teknik yang Anda
Pengukuran'
ini membahas secara terperinci : Konsep Dasar
Alat Ukur &
Jenis Alat Ukur & Cara Pengukuran, Konstruksi
Deviasi
Prinsip Kerja, Sifat-sifat Alat Ukur, dan Berbagai
Dalam Pengukuran.
ini
Penulis menyadari walaupun penulisan buku
telah selesai, namun masih banyak terdapat kekuranganyang terkekurangan baik dalam tulisan ataupun materi
perbaikan dan
cakup. Untuk itu kritikan dan saran untuk
kesempurnaan buku ini sangat penulis harapkan'

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

. TOLERANSI BENTUKDAN POSISI..................


1.1 Beberapa DefinisidanSimbolyang
Digunakan
Aturan Penulisan Simbol Toleransi
Pada Gambar Teknik....
Contoh Penggunaan dan ArtiSimbol

1.2

1.3

2.1
2.2

e.*ou*r*nTrrHtr

11

Cara Penulisan Spesifikasi Permukaan Pada

1.4

BAB 2

vi

vii

BAB 1

Toleransi Bentuk & Posisi.......


Penulis

Gambar Teknik ................

16

KONSEP DAS4R........

23

Besaran Standar Panjang

27

Kalibrasi dan Standar Panjang Praktis............

38

BAB 3

PENGUKURAN
BAB 4

6.4

JENIS ALAT UKUR DAN CARA

61

6.5

KONSTRUKSI ALAT UKUR DAN


PRINSIP KERJA

4.1 Sensor
4.2 Pengubah
4.3 Penunjukdan Pencatat ................'..
4.4 Pencatat

Penyimpangan yang Berasaldari


Lingkungan
Penyimpangan yang Berasaldari

172

Operator

177

79
81

DAFTAR PUSTAKA....

82

TENTANG PENULIS

179
18',|

117
136

141
- SIFAT UMUM ALAT UKUR
5.1 RantaiKalibrasidanKeterlacakan.................... 142
144
5.2 Kecermatan
145
5.3 Kepekaan
148
5.4 Keterbacaan
149
5.5 Histerisis
151
5.6 Kepasifan....
152
5.7 Pergeseran.
'153
5.8 Kestabilan nol ..............
153
5.9 Pengambangan...............

BAB 5

BAB 6

- KESALAHAN/PENYIMPANGAN
PROSES

6.1

1ss

Penyimpangan yang Berasaldari


Alat

6.2

Ukur

161

Penyimpangan yang Berasal dari


Benda

6.3

Ukur.............

163

Penyimpangan yang Berasaldari


Posisi

vlll

PENGUKURAN................

Pengukuran...........

PerucurunRru

TErutr

167

Dnrren

lsr

lx
I

TOLERANSI BENTUK

dan
POSTST

uatu bentuk atau posisi yang dibuat dengan suatu


proses produksi tidaklah mungkin dicapai dengan
sempurna. Oleh karena itu, seperti halnya pada ukuran, bentukdan posisi tersebut haruslah diperbolehkan menyimpang dalam batas-batas yang tertentu. Hal ini dapat
dipahami sesuai dengan sifat ketidaktelitian dan ketidaktepatan proses pembuatan.
Toleransi ukuran sesungguhnya juga membatasi beberapa kesalahan bentukdan posisi. Permukaan komponen

yang dikerjakan dengan demikian boleh menyimpang dari


kondisi geometrik tertentu dengan catatan bahwa penyim-

pangan ini masih dalam daerah toleransi ukuran. Sementara itu, untuk mencapai ketelitian dan ketepatan bentuk &
posisi tidaklah mengharuskan pemberian toleransi ukuran
yang sempit seandainya toleransi bentuk dan posisi juga
diberikan. Dalam hal ini, toleransi bentuk & posisi memberi-

kan kesempatan untuk memperlebar persyaratan bagi tol-

ran dapat dilakukan dengan sempurna, data pengukuran

eransiukuran.
Suatu bentuk dan posisi yang kurang teliti dapat
menyebabkan pekerjaan tambahan dalam perakitan. Kesulitan ini dapat diatasi dengan memberikan pula, selain
toleransi ukuran, suatu toleransi bentuk atau posisi yang
menyatakan sampai batas-batas mana bentuk atau posisi bagi elemen geometrik boleh menyimpang dari yang
direncanakan. Jadi, tujuan pemberian toleransi bentuk &
posisi adalah untuk memastikan fungsi komponen mesin
serta sifat ketertu ka ra nnya.
Simbol serta cara pencantuman pada gambar teknik
bagi toleransi bentuk & posisi telah disarankan oleh ISO
dalam standarnya R 1 101, "Technical Drawings, Tolerances
of Form and of Position'i Seperti halnya pada pemakaian
toleransi ukuran, pemakaian toleransi bentuk & posisi hanya dianjurkan bagi elemen geometrik yang utama. Hal ini
bisa dipahami sebab toleransi merupakan fokus perhatian
bagi semua orang. Jadi, apabila memang diperlukan untuk
meyakinkan kemampuan komponen dalam menjalankan
fungsinya barulah toleransi bentuk & posisi ini dicantum-

bisa dianggap sebagai,,wakil permukaan,,sehingga boleh

kan.

1.1 BEBERAPA DEFINISI DAN SIMBOL YANG


DIGUNAKAN
Bentuksuatu eleman geometrik, misalnya permukaan
"rata'f dapat dinilai/diketahui "kerataannya" dengan memilih beberapa titik pada permukaan untuk ditetapkan koordinatnya dengan melalui pengukuran. Seandainya penguku-

PrNcuxunaru Tprrurr

dianalisis untuk menetapkan kualitas permukaan yang


dimaksud. Bidang rata yang bersangkutan dianggap me_
menuhi persyaratan apabila jarak antara titik-titik pada permukaan tersebut dengan permukaan acuan, yang mempu_
nyai bentuk geometrik yang ideal, adalah sama atau lebih
kecil daripada harga toleransi yang ditentukan.
Setiap analisis data pengukuran, termasuk pengu_
kuran kerataan bidang ini, memerlukan acuan yang harus
dapat disesuaikan dengan masalah yang ditelaah. Karena
bidang ideal yang dipakai sebagai acuan sebenarnya hanya
merupakan benda may a /imajiner maka teta k/orie nta si nya
dapat diubah-ubah. Sedapat mungkin orientasi bidang ide_
al ini dipilih supaya jaraknya terhadap titik_titik pada per_
mukaan yang sebenarnya (diwakili oleh data pengukuran)
adalah yang sekecil mungkin.
Untuk mencari orientasi bidang ideal yang sebaik
mungkin diperlukan analisis data yang memadai. Dalam
kasus ini perlu digunakan metoda statistika untuk mencari
orientasi bidang sehingga jumrah jarak dari bidang tersebut ke setiap titik data pengukuran adalah yang paling ke_
cil. Mengapa jumlah jarak terkecir ini harus dicari? Har ini
dapat diterangkan dengan menyederhanakan masalah tiga
dimensi (bidang) menjadidua dimensi (garis).
Suatu bidang bila dipotong oleh bidang lain akan
membentuk garis perpotongan. Bidang pemotong ini
bisa dipilih lokasi/orientasinya supaya muncul gambaran
atas ketidakrataannya yang paling menonjol. pada bidang

ToLrRRnsr Brx-rux oRru posrsr

pemotong ini semua titik data pengukuran dapat diproyeksikan. Jika semua titik proyeksi dihubungkan secara berurutan, terjadilah suatu garis yang tidak lurus, disebut garis
data permukaan. Sementara itu, perpotongan bidang yang
rata ideal dengan bidang pemotong (yang juga diimajinasikan sebagai bidang ideal) akan berupa garis lurus, dinamakan garis ideal.
Apabila gambar '1.1 diperhatikan, ada tiga garis lurus
yang dapat dipilih menjadi salah satu garis ideal. Bagi setiap kandidat garis ideal mempunyai garis sejajarnya yang
dibuat melingkupi setiap titik pada garis data pengukuran.
Jarak ke dua garis sejajarnya ini dapat ditentukan yaitu h.
Karena jarak h, merupakan jarak yang terkecil maka garis
(Ar-Bl) adalah merupakan garis ideal dan h, haruslah sama
atau lebih kecil daripada toleransi yang dispesifikasikan.

kin. Berbagaikendara akan muncuryang membikin suritnya


pencapaian tujuan. Untuk itu, biasanya dilakukan
berb_
agai penyesuaian, pengandaian, dan penyederhanaan
se_
bagaimana contoh masalah penilaian kualitas permukaan
yang diulas diatas.
Dari uraian tersebut tersirat akan pentingnya acuan
pada mana analisis data akan dilaksanakan. Toleransi
geometrik pun memerlukan acuan untuk memungkin_
kan pelaksanaan pengukuran. Karena toleransi geometrik
hanyalah merupakan imajinasi maka acuan ini pun hanya
berupa imajinasi. Acuan tersebut harus dipahami oleh se_
rnua orang yang terlibat (perancang, pembuat, pengukmr,
dan bisa juga termasuk pemakai). Supaya mereka mengimajinasikan/ membayangkan hal yang sama atas suatu
permasalahan geometri, perlu dibuat aturan
baku dalarn
mengimajinasikan toleransi.
Menetapkan toleransi bentuk atau posisi bagi suatu elemen geometrik adalah menentukan daerah/bidang
atau ruang dildalam mana elemen ini harus terletak. sesuai
dengan karakteristik eremen yang diberi toreransi serta
cara
pernyataan dimensinya, daerah toleransi dapat
merupakan
salah satu dari bentuk-bentuk seperti yang diperlihatkan
pada tabel 1.1.

Gambar 1.1 Menentukan orientasi bidang ideol untuk suotu permukaan dengon melolui analisis orientosi garis ideol

Untuk mendapatkan kesimpulan yang terbaik, orang


berusaha untuk melakukan pengukuran yang seideal
mungkin dengan metoda analisis data yang sebaik mung-

er*or*r^ouTrxrurx

TouRang Brxrux oeu posrsr


I

Tabel 1.1 Berbogai ienis doerah toleransi yang dapat


diimoiinasikan sesuai dengan masalah
geometrik yang dianalisi s
-.

Q
E}
-_

O
fd
\t

aorth a, aub.
dsorah

"**

tinsk-*

antara dua lingksran yang spusd

daenh dl antars dua grils (lengkung atau lwus) yang solaia'

@)

Cl

ruang di dalam suatu bola

,PO

Ei

ruang dl dalam silindor atau

{JO

E}
q)

ruang dl antBra

// :

r?

ot*Y t- tt*tt **
3b'd-n v"ng t"l4t
d,, p"-'lY

"t'

pada gambar kerja yang dipakai sebagai patokan dalam


proses pengerjaan, dan tidak terlihat pada gambar teknik
produk jadi.
Tabel 1.2 Penggunaan elemen dasar/ acuan
Tidak memerlukan elemen
Memerlukan elemen
dasar/acuan
dasar/acuan
- kesejajaran
kelurusan

kebulatan

- kemiringan

kebenaran profil garis


kerataan

- konsentrisitas
- ketegaklurusan

kesilindrikan

- kebenaran posisi

kebenaran profilbidang

- kesimetrikan
- oenvimoanoan-outar

rua,lg dl dalam balok berponamParE sogl dnpat

Dalam memberikan toleransi untuk suatu elemen


geometrik mungkin diperlukan elemen geometrik lain
pada komponen mesin yang sama sebagai suatu elemen
dasar/acuan (datum feature). Berdasarkan hubungannya
dengan elemen dasar ini dapat ditentukan toleransinya
mengenai orientasi, posisi ataupun penyimpangan putar
(run-out), bagi elemen geometrik yang bersangkutan' Bagi
suatu elemen dasar dengan sendirinya diharuskan mempunyai bentuk yang cukup teliti yang berarti kesalahannya
sekecil mungkin. Karena digunakan sebagai acuan maka
bagi elemen dasar ini pun diberikan juga suatu toleransi
Untuk mempermudah proses pembuatan dan/atau

Jenis karakteristik geometrik yang dapat dikontrol


dengan suatu toleransiserta simbolyang digunakan diperlihatkan pada tabel 1.3. Pada tabel tersebut dikelompokkan
jenis:

pengukuran adakalanya diperlukan suatu elemen dasar sementara (temporary datum feature), sehingga posisi suatu
titik pada komponen mesin dapat ditentukan dengan lebih
mudah (mempermudah pemosisian & pencekaman pada
ruang kerja mesin). Elemen dasar sementara dicantumkan

e.*or*r*NTexNtr

TouRRr.rsr Bexrux oen

Posrsr
I

Tabel 1.3 JenisToleransi Bentuk& Posisi dengan simbolnya


menurut ISO
Simbol

Karakter yang dikontrol oleh toleransa

Kelu.usan (Straightnessl
-Kerataan lFlatnessl

5
u

()
r)

tt

-Kebulatan (Circularhy/Roundness)

-K6tlitian (kebenaranl bentuk ga,is (ProIilc ol 8ny linel

-K6silind.isan (CylindricitY)

o
//

-xetlitian (kebona.anl bentuk bidang lProfilE ot 6ny surfacel


-Ksseiaiaran (Ps.allelism)

zo
L

-Ketegaklurusan lPerpendiculatity)

-Kesudulan/Kemiringan (AngularitYl

-Posisi (Positionl

S)

-Konssntrisilas & kesamaan-sumbu {Concantricity & Coaxiality)

Or)

c.

Apabila diperlukan, pada kotak terakhir dituliskan


huruf yang menyatakan elemen dasar acuan harga

toleransiini.
Kotak toleransi tersebut dihubungkan dengan elemen yang diberi toleransi dengan memakai suatu garis
penghubung dengan ujung panah yang menempel pada:
a. Garis tepi elemen atau perpanjangannya
b. Garis proyeksi dan persis pada garis tanda ukuran,
jika toleransi dimaksudkan untuk sumbu atau bidang tengah komponen.

l(esimetrisan (SYmmelrY)
Penyimpangan/kesalahan

Putar (Bun-out)

1.2 ATURAN PENULISAN SIMBOL


TOLERANSI PADA GAMBAR TEKNIK
Untuk membedakan dengan tanda-tanda yang lain
pada gambar teknik, simbol toleransi bentuk dan posisi dituliskan dalam suatu gambar kotak segi empat yang dibagi
menjadidua atau tiga bagian. Pada setiap bagian dituliskan
secara berturut-turut dari kiri ke kanan sebagai berikut:
0,1

0,1

b.

Simbol karakter yang akan diberitoleransi


Harga total toleransi (dengan satuan sesuai dengan
satuan ukuran; mm). Apabila daerah toleransi ber-

upa silinder ataupun lingkaran perlu diberi tanda


O di muka harga toleransi ini.

Pencuxuneu Trxrutx

'rurou rrlu
ffi

/-*
I
).

Gambar 1.2. Gambar kotak toleransi


a.

Jt-i

Gambar 1.3 Aturan penulisan garis dan tanda ujung panah yong
menghubungkan kotak toleransi dengan elemen geometrik
yang diberitoleransi

Garis sumbu Jika toleransi tersebut diberikan untuk

sumbu atau bidang tengah semua elemen-elemen yang


mempunyaisumbu atau bidang tengah yang sama.

Tor.rnnrusr Berurux oeu

Posrsr
I

Apabila daerah toleransi tidak berupa lingkaran, silindrik atau bola, maka lebar daerahnya adalah dalam arah
yang ditunjukkan oleh tanda panah. Oleh karena itu posisi
tanda panah perlu diperhatikan cara pemakaiannya.
Penulisan toleransi dapat pula dilaksanakan secara
kelompok dengan membuat tabel tersendiri.

' 0--

Gar?

}ld

unp
IrnIr
.aLrmd'a

ra'3'
rrz'P

-rac.Nl a0.t

'3'

aE

bh..rl I

0,6

-aldEDdg

G
H

Gambar 1.4 Penulison tolero

10

-dJmdq

rr

Tabel 1.4 Contoh pemakaion toleransi


bentuk dan posisi

Toh.!nd

ato t

Beberapa contoh penggunaan toleransi bentuk dan


posisi dengan penjelasannya (menurut standar ISO R 1 101).

c
2

PeHcuruRen Trrutx

mengurutkan pekerjaannya. Elemen dasar perlu dikerjakan


terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan elemen geometrik
yang diberi toleransi. Hal ini dilakukan secara berurutan
sampai seluruh elemen geometrik terselesaikan. Misalnya,
bidang pinggir G kemudian bidang H, lubang A lalu dua
lubang B, lubang memanjang E diikuti empat lubang F, dan
lubang C dilanjutkan dengan lima lubang D. Demikian pula
halnya dalam proses pengukuran. Operator akan memastikan dahulu kualitas elemen acuan sebelum mengukur
elemen yang diberi toleransi bentuk dan posisi.

1.3 CONTOH PENGGUNAAN DAN ARTI


SIMBOL TOLERANSI BENTUK & POSISI

i-io '

hl

Gambar 1.4 ini secara tak langsung menunjukkan kepada perancang proses atau operator mesin perkakas untuk

toL.Gl

O O,1

'aLmds
-

blddd

0 0.05

nsi secara

kelompok

A. Toloi.nrl Koluru..n lstruightness Tole.ancet.

l.

Sumbu silinder h6.us torlstsk di datm


darah toleransi yang b.rupa silinder
d6ngan daamotaa srb!!aa O.OB mm.

Sotiap bEgian goris dongsn psnjang 1OO


mm y6no membual sutu p6rmuk6an
silinder, sepcrti yang dituniukkan olsh
tanda panah, haiuslah terl6t!k di 6ntara
dua garis lurus seiaiar yang beriarsk O,1

3.

Sumbu bstang h6rus torlotak pads da6rah toleransi yang b6rupa p6ral6lopipodum (balok segi lmpat) dngan lebar
O.1 mm pada arah v6.tikal dan O.2 mm
pad6 arah hori3ontal.

l@

\,..7

TouRerus Beurur oan Posrsr

11

B. Toleransi

l(ar!llsn

{F/oaress Toletoncel

3.

Sumbu lubang di atas harus lrltak di


dalam paralelpipedum (balok segi 6mpat) yang msmpunyai loba, sebesar O.2
mm pada srah horisonlal d6n O.1 mm
pads arah venikEl, y.ng seiaiar d6ngan
sumbu lubang di bawah (elemen dasarl.

4.

Sumbu lubang ha.us torletak di anta6


dua bidang deng.n iar6k O.Ol mm, yang
seiajar dongan bidang dasa..

Permukan hsrue torletak di antara dua


bidang seiajar yang beriarok O.O8 mm'
C. Toloran3i Kcbulatln lRoundness Toleoocel

l.

Keliling pirins (di dekat ujung berdiameter bes6r) harus terletak di antara dua
lingkaran yang sebidang dan sepusol
dengan iarak {beda jari-iari) sebesr
O.03 mm.

2.

Keliling tiop ponampang ko^is harus


terletak di anta.a dua lingkaaan yang
sebidang dsn sepusat dongan igfok O.O5

H. Toloransi Kqtegrllurusan lPeryendicolerity Tole.ancel

1.

mo.

D, Tolcran.i Ke3ilindrikon lcylindricity Tolerancel

Permukaan yang dimaksudkan harus


terletak di anlarE dua silind.r yang
scrumbu dengan beda radius ssbcsar
O.1 mm.
E.

4LW
t-El

o.r ^

Totorrn.i l(obenlru Bentul G!rl3 lPtofile Tolerance of anY Linel


Pada setiap potongan yang seiaia, do'
ngan bidang proyoksi. bentuk p.olile
yang dihaksud harus terletak di antara
dua garis yang menyinggung lingkaranlingkaran dngan dismeter O.O4 mm
dengan titit pusal yang terletak pada
garis dengan bentuk geometrik yang
benar.

F-

Tole.insi Kobon..an Bontut Pcmuklan lP.ofile Tolercnce ol any Sutfacel'

2.

Sumbu silinde. yang ditunjukkan oleh


kotak toleransi (silinder bagian atas)
harus terletak pada silinder dongan
diametor O.06 mm yang lgak lu,us
terhadap bidsng dasa. A.

3.

Sumbu silinder yang dituniukkan oloh


kotak tqleransi harus te,lstak di antara
dua garis lurus saiaiar yang borisrsk 0,1
mm, yang t6gak lurus dengan bidang
dasar lbidang bawahl.

4.

Sumbu silinder harus tsrletak di dalam


paralelopipedum 0,1 x 0,2 mm, yang
tegak lurus dengan bidang dasar.

5.

Sisi/bidang sebelah kanan komponn


harus terletak di ant.ra dua bidang
sejaisr bsrjarak O,O8 mm. yang tegak
lurus dngan sumbu silindor.

6,

Sisi/bidang t.gak lomponGn h.ru3 torletak di antara dua bidang seiajar beriarsk
O,O8 mm. y6ng t6gak lu,ua d.ngan

Permukaan yang dimaksud harus terletak di anta.a dua permukaan yang me-

nyinggung bola-bola dengan diameter


O.O2 mm dengan titik pusat yang te.le'
tak pada permukaan Yang mempunyai
bentuk geometrik Yang benar.
G.

l.

2.

Toldrnri Kcroiaiaran lPa.rlletism

Toleroncer.

Sumbu lubang di alas harus terletak di


dalam silinder dengan diameter O.03
mm yang seiaia. dengan sumbu lubaog
di bawah {sumbu dssat A}.

Sumbu lubang di at6s harus terletsk di


antara dua garis lurus ysng terletak
pada bidang mendatar dengan iarak O-1
mm yang seiajar dengan sumbu lubang
di bawah (elemen dasar).

12 I
I

P.*or*u*oNTEKNTK

Sumbu lubang yang miring harus terlatak di anla.a dua bidang geiaiar d6n96n
iarak O.O5 mm, yang t6gak lurus pada
sumbu lubang horisontal A.

Wr;

oIe,

bidang dasar.

o.1,zaA/.-,/

ui)
-l

Touneng BrHrux

DAN Pos6t

13

l. Toloisnsi K.miainganrl(egudulan lAngulaity foleftnce'l

K. Toloransi Kesimetrikan don Kesam&n Sumbu (Coacerrlcity and Coaxiality Tolerancel

1.

1.

Sumbu lubang harus te.letak di antara


dua garis lurus seiaiar beriar8k 0.08 mm
dan yang membuat 6udut sebesar 60o
dengan sumbu ho.izontal A'

Cat!tan:
Apabila garis yang dimaksud dongan
garis acuan iidak terlstak dalam satu
bidang ltidak saling berpotongan), daerah toleransinya dianggap pada bidang
yang melalui garis acuan dan proyeksi
garis yang dimaksud.

2.

3.

Sumbu lubang lurus terletak di anta.a


dua garis seiaiar betjarak O.o8 mm dan
membuat sudul sebesar 80o dengan
bidang dasar A"

ffirffi
\:-7H

/*,

a4Vt-/ / f,"

-THa4r

2.

Bidang mi.ing ha.us terletak di antara


dua bidaog sorajar beriarak O,1 mm dan
yaog membuat sudut sebesar 75o dengan sumbu acusn A.

Sumbu silinder yang ditun,ukkan oleh


kotak toloransi (silinder lengah) harus

lerletak dalam silinder berdiameter 0,08


mm yang mempunyai sumbu berimpit
dengan sumbu acuan AB.

ot+rl-

ffnW

Pusat yang dirunjukkan oloh kotak toleransi (lingkaran luar) harus terlslak pada
lingkaran berdiameter O,O1 mm dan
titik pusatnya berimpit dengan titik
pusat lingkaran acuan A llingkaran
da lam)

c
a

0,a

\zq

a<.

L. Toleransi Kosimoliikon lsvmmetry Toletancel

'1. Sumbu lubang harus terletak di antara


dua bidang sejajar beriarak O,OB mm
dan simetrik terhadap bidang tengahnya
alur A dan B {elemen dasar}.

2.

Sumbu lubang harus terletak di dalam


paralelepipedum dengan lebar 0,1 mm
dalam arah horisontal dan o,O5 mm
dalam arah vertikal dengaR sumbu yang
merupakan garis potong antara bidang
tengah A dan B dan bidang tengah C
dan D.

3.

Bidang lengah alur harus terletak di


antara dua bidang seiaiar beriarak O,OB
mm dan simet.ik terhadap bidang te
ngah elemen dasar A.

'*-+4
v1

,1. Bidang miring harus tetletak di antara


dua bidang seiaja. berisrak O,oB mm
dan membuat sudut sebesaa 40o de_
ngao bidang dasar A,

J. Tole.rnsi Poaisl lPositional Tolerdncel

l.

2.

3.

M. Toler6nsi Kesalahan Pttat lRun-Out Tolerancel


Toleransi kesalahan puta, adalah harga maksimum yaog diizinkan bagi variasi/perubahan letak elmen yang dimaksud terhadap suatu titik letap selama satu kali putaran
bagi elemen tersebut pada sumbu acuan, Sewaktu pongukuran berlangsung perubahan
aksial sensor alat ukur relatit terhadap benda ukur tidak diperbolehkan.

Sumbu lubang h8ru$ terlatak dalam


silinde. dengan diamete. O,OB mm yang
mempunyai sumbu dengon posisi yang
benar-

Sumbu lubang harus tetletak dalam


paralelepipedum dengan lebar O.O5 mm
dalam arah horisontal dan O,2 mm
dalam arah vertikal yang mempunyai
sumbu dengan posisi yang benar.

Bidanq hiring h6,us teilelak di antara


dua brdsng sejaja. beriarak O,O5 mm
yang terlotak simet.ik tethadap bidang
yang mempunyai posisi yang benar
terhadap bidang acuan A dan sumbu

\.i

W'

Toleransi kesalahan putar memungkinkan terjadinya kombinasi kesalahan, asalkan


iumlah kesalahan-kesalahan te.sebut tidak melampaui batas toleransi kesalahan putar.
Akibatnya, toleransi kesalahan putar ini tidak menyatakan secara ielas kelurusan,
kemiringan sualu garis terhadap sumbu putar {acuan), ataupun keralaan suatu permukaan. Meskipun dmikian, toloransi kesalahan putar ini sering digunakan, misalnya untuk
mengec6k kbagusan suatu pasangan/rokitan {assembly). Pelaksanaan pengukurannya
pun mudah dilakukan. Contoh pemskaian tolransi ini adalah sebagai borikui:
1

Kesalahan putar dalsm arah radial lidak


boleh lebih bssar dari O,'l mm, iika diukur padr setiap bidang ukur vEng berupa bidang rata. sl6ma satu k6li putaran
pada sumbu elemen A dsn B.

.e

silinder acuan B.

14 I
I

Pr*or*r*u

Terrurx

Tounnusr Beurur oeru Posrsr

15

2.

3.

Kesalahan put6r pada arah tanda panah


tidak boleh l6bih besar dari 0,1 mm,
jika diukur pada setiap bidang ukur yang
borbentuk konis selama satu kali putaran pada sumbu elemen C.
Kesalahao puta, pada arah aksial tidak
boleh lebih besar dari O,1 mm, iika diukur pada setiap bidang ukur yang berbentuk silinder selama satu putaran
pada suhbu elomon D.

2'

I.",,
r: )r----J oE <
_--.\r/f
'., ///'///
oror",

Hsgr mktiron K.hrrnn Rda-ratr Artmth q- 32 Fm


Prcc yeg (,oiulta dml untJ* nErEh6[ks rkrur (rupa)
y.no lpcim(

- P8rllrig Ehpd $bo$ 0,8 m unlrrk molakukan po(lukuro


-.--..-. Simb.tu*totcturpenxIql p.damtoh jo,ak/bel(8
id

Ra

prcrot hci. horc @dk - 1116 gads topi ( poimpsng )

ffi:rmAI
td-.--/

17

(R'-10,

//////////
Hdgtr R8 dinrydd.m (hnge
(lSO lmhd)
Angk! l(olffi

Jil6 blJtan paEmrllr Ra mrh

hru ditli*rn noiarldyE dm


bMn imde gnis

diletrkk& d

1.4 CARA PENULISAN SPESIFIKASI


PERMUKAAN PADA GAMBAR TEKNIK

,#-

Klongoue pcmdiM

(dinytupad! gMb., kd4!)

sobos 2
kan

Sampai saat ini tidak ada satupun parameter-paramyang


eter
telah diusulkan dapat digunakan untuk menerangkan ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan
dengan sempurna sehingga ISO memandang perlu untuk
menstandarkan cara penulisan persyaratan permukaan
pada gambar teknik dengan melalui anjurannya R 1302,
"Method of indicating surface texture on drawings".
Simbol persyaratan permukaan u m um nya ditul iskan

seperti pada gambar 1.5, yang berupa segitiga sama-sisi


dengan salah satu ujungnya menempel pada permukaan
yang bersangkutan. Beberapa angka dan tanda spesifik serta keterangan singkat dituliskan di sekitar segitiga ini. Arti
angka-angka serta tanda ini adalah sebagai berikut:

mm

x-#3.2

HlllRr (lSO nnt6..) mlGirum


OipLf*ai Odq trar!! hrtr.i|tlm

Chrooe platrog

Hr!6

diprkri utuk

mwd.

Gambar 1.5 Simbol untuk menyatakan spesifikasi


suatu permukoan

Kekasaran rata-rata aritmetik (CLA; Ra):


Harga kekasaran rata-rata aritmetik R" maksimum
yang diizinkan, misalnya 3,2 Nm, dituliskan di atas simbol
segitiga. Satuan harus sesuai dengan sistem satuan panjang yang digunakan pada gambar teknik (metrik atau inci).
Apabila harga kekasaran minimumnya juga disyaratkan,
angka kekasaran minimum ini dapat dituliskan di bawah
angka kekasaran maksimum.

MILTK
D.rden Pcrpuerrkrel
Ptopieri frwa Timur

L6 I
I

P.*ou*r*ru Trrurr

Tor-rRrnsr Bertrur oeru Posrsr

,,

Tabel 1.5 Angka kekasaran (lSO roughness number) dan


panjang sampelstandar

sesuai dengan tingkat harga kekasaran Ru sebagaimana


yang ditunjukkan tabel 2.'15. Proses pemesinan, kecuali
proses-proses gerinda, honing dan super finishing biasanya akan menghasilkan permukaan dengan kelas kekasaran
dari N 5 sampai dengan N 10. Oleh sebab itu, apabila harga

N8
N7
N6
N5
N4
N3
N2

Mengenai harga

R"

ini lSOtelah mengklasifi kasikannya

menjadi 12 angka kelas kekasaran sebagaimana tabel 1.5.


Angka kekasaran llSO number) ini dimaksudkan
untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan
interpretasi atas satuan harga kekasaran *. Jadi, spesifikasi
mengenai kekasaran dapat dituliskan langsung dengan
menyatakan harga Ru nya ataupun dengan menggunakan
angka kelas kekasaran lSO.

Panjang sampel (F):


Panjang sampel yang harus digunakan sewaktu
mengukur kekasaran ditentukan misalnya 0,8 mm. Harga
suatu parameter permukaan dapat berubah jika digunakan
panjang sampelyang berlainan. Oleh karena itu, dianjurkan
untuk menggunakan suatu panjang sampel yang tertentu

18

PeHcuxuRRu Tgrrutr

panjang sampel tidak dicantumkan pada simbol kekasaran


permukaan, berarti digunakan panjang sampel sebesar 0,8
mm (bila diperkirakan proses pemesinannya adalah halus

sampai sedang) atau sebesar 2,5 mm (jika merupakan


pemesinan kasa).
Harga parameter permukaan yang lain (diletakkan
dalam tandakurung). Apabila diinginkan, harga parameter
permukaan yang lain (selain R.) dapat dituliskan di dalam
tanda kurung (setelah harga panjang sampel; lihat contoh
pada gambar 1.5).

Simbol arah bekas pengerjaan:


Arah bekas pengerjaan pada permukaan dapat dituliskan dengan menggunakan simbol sepertiyang ditunjukkan pada tabel 1.6. Maksud pencantuman arah bekas
pengerjaan pada permukaan adalah untuk memastikan
segi fungsional permukaan yang bersangkutan (mengurangi gesekan, rupa yang menarik dan sebagainya).

Keteran gan mengenai jenis proses


pengerJaan:
Jika diinginkan, simbol permukaan ini dapat digunakan hanya untuk memberikan keterangan atas proses

TouRRlrs Benrur onru Possr

,,

akhir yang diperlukan bagi pengerjaan permukaan ybs.


Keterangan seperti ini kadang-kadang dicantumkan pada
persyaratan permukaan dengan maksud untuk memberikan tekstur (rupa) permukaan sebagaimana yang dikehendaki oleh perencana (karena alasan fungsional). Selain
keterangan jenis proses pemesinan, dapat pula dituliskan
keterangan lain yang merupakan syarat untuk memroses
permukaan yang bersangkutan misalnya, proses pelapisan
(chrome plating, metalsproying), proses pancar pasir, proses

Tabel 1.6 Simbol arah bekas pengerjaan

Kelonggaran pemesin an (machining


allowance)'.
Jika permukaan tersebut harus diberi kelonggaran
(kelebihan material) sebelum dilakukan proses pemesinan,
misalnya setebal 2 mm, harganya dicantumkan di sebelah
kiri tanda segitiga. Tanda kelonggaran pemesinan biasanya
digunakan dalam suatu gambar kerja, misalnya gambar

oh

Selajar dengan bidang pro-

yeksi potongan di mana


tanda dipakai

Tegak lurus pada bidang proyeksi potonganl penampang di


mana tanda dipakai

Bersilangan pada dua arah


terhadap bidang yang diproyeksikan di mana landa
dioakai

pengerasan (hardening) untuk mencapai kekerasan yang

tertentu, dan sebagainya.

Arti

Tanda

Banyak arah, tak teratut

Kurang lebih berupa lingkaran terhadap pusat bidang


di mana tanda dipakai

pusat bidang di mana tanda

aan

-a:-)

tr=ffi
17=

//

#ffi
J"

[-

sBS

Kurang lebih radial terhadap

dipakai

sB$

kerja untuk benda tuangan.

20 I
t

Pr*or*r*oruTgrurr

TounRrus Beurur oeru Posrsr

,,

KONSEP DASAR

engukuran dalam artiyang umum adalah memband-

ingkan suatu besaran dengan besaran acuan/pembanding/referensi. Proses pengukuran akan menghasilkan angka yang diikuti dengan nama besaran acuan
ini. Bila tidak diikuti nama besaran acuan, hasil pengukuran
menjaditidak berarti. Perhatikan dua kalimat berikut.

"Tinggi gedung Fakultas Teknik Unimal itu tiga'i

"Tinggi gedung Fakultas Teknik Unimal itu tiga


pohon kelapa".
Pada kalimat yang kedua digunakan nama besaran

acuan sehingga kalimat tersebut menjadi bermakna. Akan


tetapi, besaran acuannya (pohon kelapa) tidak menggambarkan suatu halyang pasti sehingga masih menimbulkan
keraguan. Oleh sebab itu diperlukan suatu besaran acuan
yang bersifat tetap, diketahui, dan diterima oleh semua

Catatan:

orang. Besaran tersebut harus dibakukan (distandarkan)'


proses
Besaran standar yang dipakai sebagai acuan dalam
pengukuran harus memenuhi syarat-syarat berikut:
o Dapat didefinisikan secara fisik,
o Jelas dan " tidak berubah dalam kurun waktu tertentu': dan
o Dapat digunakan sebagai pembanding, di mana
saja di dunia ini.
Besaran standar yang digunakan dalam setiap proses
pengukuran dapat merupakan salah satu atau gabungan
besaran-besaran dasar. Dalam sistem satuan yang telah disepakati secara internasional (sl units, lnternotional system
of units,le Systeme lnternasional d'unites) dikenal tujuh be-

Satu radial berarti sudut yang din-

yatakan pada.suatu bidang (dinamakan "sudltt bidang\ di antara

dua garis radius (jari-iari suatu


lingkaran) yang memotong lingkaran sehingga panjang busur
lingkaran yang terpotong sama
dengan panjang radius lingkaran

yang dimaksud. Karena keliling


lingkaran sama dengan 2n x radius maka 1 " sama dengan 2n /360

It'c

rad.
Satu steradial adalah "sLtdut ruang"yang bermula dari

saran dasar.

titik pusat bola yang memotong permukaan bola

Tabel 2.1 Sotuon standar bagituiuh besoran dasar menurut


sistem sotuan internasional (Sl units)

hingga luasnya sama dengan luas segi empat dengan


sisisama dengan radius bola yang dimaksud.

Besaran dasar

Simbol

Nama satuan standat

Panjang

meter (meter)

Massa

kiloqram (kilogram)

k9

Waktu

Detik(second)

Arus listrik

amper (ampere)

kelvin (kelvin)

Jumlah zat

mol(mole)

mol

lntensitas cahaYa

lilin (candelo)

cd

Temperatur termo-

dinamika

Tabel 2.2 Besaran turunon dengan satuan standarnya


Besaran turunan
Luas bidanq

Sudut bidang

radial (radian)

Rad

Sudut ruang

steradial (sterodian)

sr

P.*ou*u*u

Trrrutx

Semua besaran standar bagi setiap pengukuran yang

bukan merupakan besaran dasar tersebut di atas adalah


merupakan turunan (gabungan) beberapa besaran dasar.
Contoh besaran turunan adalah seperti yang tercantum
pada tabel 2.2.

Satuan tambahan

24 I

se-

Volume
Kecepatan

Nama satuan turunan

Simbol

meterperseqi
meterkubik
meteroerdetik

m2
m3

m/s

**

Koxsep

Dmnn

,5

meter-per-detik
kuadrat
newton

mls2

I0-t

pascal

Enerqi(keria)
Daya

Percepatan
Gaya

Tekanan

N; ks.m/s2

10-2

Desi (deci)
Senti (centi)

Pa; N/m2; kq/(m.S'?)

10-3

Mili(milli)

ioule

J; N.m; kg.m2ls2

10{

Mikro (micro)

W:)/s: kq.m21t'

watt

10-e

Nano (nono)

A)

10-r2

Piko (pico)

kg.m2l(s3.

10-ts

Femto ( femto)

A2)

Ato (atto)

Potensial listrik

volt

Tahanan listrik

ohm

V;WA;
A;YlA;

kg.m2l(s3.

Untuk menyingkat penulisan angka hasil pengukuran biasanya digunakan nama depan yang khusus dibuat
untuk mengawali nama satuan standar. Dalam sistem satuan internasional ini dikenal beberapa nama depan yang
berfungsi sebagai pernyataan hasil kali dengan bilangan
pokok sepuluh bagi nama-nama satuan standar, lihat tabel
2.3.

Tabet 2.3 Pemakaian namo depan sebagoi cara untuk menyingkat angka hasil pengukuran

kg =1grg

MW= 106W

cm

=10-2 m

1mm=10-3m
1

26 I
I

Pr*or*u*ouTexnrr

pm =10-6m

0r8

nm =10-em

2.1 BESARAN STANDAR PANJANG


Untuk pengukuran geometrik besaran dasar yang digunakan adalah besaran panjang dengan satuan standar
panjang yang diberi nama meter (m) serta satuan tambahan yaitu sudut bidang dengan nama derajat (') atau radial
(rad). Besaran panjang setara pentingnya dengan besaran
dasar yang lain dan mungkin yang pertama dibutuhkan
orang (bersama dengan besaran waktu).
Di muka telah disinggung bahwa besaran standar harus merupakan besaran yang tetap (tidak berubah dengan
berubahnya waktu). Dalam kenyataannya besaran standar
panjang ini berubah sesuai dengan kemajuan teknologi.
Proses pengukuran yang melibatkan benda ukur dan alat
ukur mengalami kemajuan dalam hal kecermatan, ketepatan, dan ketelitian yang bisa dicapainya. Dengan demikian,
besaran panjang yang kita kenal dengan nama meter ini
pun sebenarnya telah mengalami perubahan dari sejak ia
tercipta sampai saat ini baik dalam harganya maupun definisinya.

Koxsep Desan

27

Untuk memahami hal ini berikut disajikan ulasan


singkat mengenai aspek sejarah yang berkaitan dengan besaran panjang dan kondisi ilmu serta teknologi yang mendukung penentuan standar panjang.
4000 5M Mesir kuno Standar Panjang yang mereka anut diberi nama "len-

goni" yaitu sesuai dengan panjang dari


siku sampai ujung jari tengah raja yang
berkuasa saat itu; 463,3 mm menurut
ukuran sekarang. Berdasarkan panjang
batang yang mereka tiru dari ukuran lengan raja mereka dibuat beberapa fraksi
atau bagian satuan standar yaitu:
-1 lengan = 1 1/2 (tapak) kaki
=

jengkal

= 6 (lebar tapak) tangan


=24 jari (lebar telunjuk)

Semua alat ukur panjang dibuat dengan meniru


"tiruan asli" dari satuan di atas. Dari catatan sejarah ini
diketahui bahwa kecermatan alat ukur panjang mereka
adalah 1 jari (harga terkecil fraksi satuan panjangnya, jadi
kecermatannya setara dengan 19.3 mm). Dengan modal
standar panjang ini mereka mampu membangun piramid
(2750 5M) dengan alas kubus berjarak nominal 230 m (500
lengan) dengan ketepatan t 14 mm (sedikit lebih kecil dari
kecermatan alat ukur yang mereka pakai) dan ketepatan
kesikuan

28 I
I

500 SM Protagoros (Yunoni) mengatakan bahwa: "Ma-

nusia merupakan ukuran semua benda'i Perkataan filsuf ini


membawa pengaruh sampai beratus tahun kemudian bagi
masyarakat "dunia" saat itu.
825 Al-Khaworizmi (Baghdad) menulis sistem desimal
(pengenalan angka 0 dan aturan logaritma) yang ia sempur-

nakan dari sistem hitungan bangsa lndia (dengan angka 1


s/d 9). Saat itu telah berkembang ilmu matematika dengan

menggunakan notasiangka sepertiyang kita gunakan sampai kini. Berangsur-an gsu r notasi ang ka arab menggantikan
notasi angka romawi yang dahulu banyakdigunakan dalam
perhitungan. Perkembangan ilmu & teknologi dimulai oleh
umat Muslim. Pada saat itu mulai dirintis ilmu fisika, kimia,
dan matematika termasuk ilmu astronomidan kedokteran.
Dasar-dasar optik yang nantinya digunakan sebagai alat
untuk menetapkan satuan panjang mulai dikenal. Demikian pula dengan satuan waktu dimana Al-Battanimembuat
fraksi satuan waktu (jam) menjadi menit dan detik dengan
bilangan 60, jam hidrolik dan mekanik diciptakan.
I l0l lnggris dikenalsatuan panjang yang diberi nama
1 Yard (Henry l) yaitu jarak dari ujung hidung ke ujung jempol saat tangan raja Henry dibentangkan. Sistem desimal
belum mereka kenal dalam perhitungan.
Abad l5 Al-Koshi (Samarkond) memperkenalkan pangkat negatif bagi sistem bilangan 10 dan juga sistem bilangan 60.
l52B Jean Fernel (Perancis) mengajukan ide untuk
menjadikan bumi sebagai acuan (jarak pada garis bujur
bumi dari Paris sampai Amiens).

2s.

Pr*or*r*N

Trrrurx

KoHsepoesnn

29

l66l

Christopher Wren (lnggris) mengajukan ide un-

tuk menggunakan bandul waktu (setengah panjang tali


bandul: pendulum dengan periode 0,5 detik) sebagaisatuan panjang. Jadi, standar panjang mulai dikaitkan dengan
besaran waktu.
1664 Christiaan Huygens (Belanda) mendukung ide
panjang tali bandul sebagai standar panjang (sepertiga
panjang talibandul bergoyang dengan periode 1 detik).
1670 Gabriel Mouton (Perancis) mendukung ide Fernel.

End-Stondard
1

7 90

Aca d e my of S ci enti st (Parsl mend

ku n g ide bu m i

sebagai acuan karena satuan panjang berdasarkan pendulum tidak tepat atau tak mampu menunjukkan pengulan-

gan yang baik. Mulai saat itu lahirlah nama standar meter
(Yunani: "metron" berarti dimensi) yaitu:
"Satu meterodaloh seperempatpuluh juto keliling bumi
yang diukur podo garis bujuryang melalui Paris dariDunkirk
(pantai utaro Peroncis) sampai Barcelona (Spanyol)'!
Berdasarkan defi nisi meter ini dilakukan pengu kuran
yang sebenarnya dari th'1792 s.d. th 1798 yang kemudian
diwujudkan dengan batang platinum berpenampang segi
empat 25 x 4,05 mm. Karena 1 meter adalah jarak antara
ke dua permukaan ujung batang maka dinamakan sebagai
End-Stondard. Tahun 1799 standar meter ("metre des archives"; definitive reference standard; standar resmi acuan
panjang) diresmikan (oleh Perancis) bersama-sama
dengan standar massa (kilogram).

30

PrrucuxunRN Trxrurx

lB40 Meter sebagai satu-satunya satuan panjang


yang resmi dipakai secara internasional dideklarasikan
pada tanggal 1 Januari 1840 (meskipun masih ada bebera-

pa negara yang menggunakan satuan lain; lnggris dengan


negara-negara jajahannya). Selama kurun waktu 30 tahun

pemerintah Perancis membuat 25 tiruan standar meter


yang diberikan kepada negara-negara lain.
Agustus 1870 Pertemuan lnternational Meter Commission membentuk komisi peneliti standar meter.
April 1872 Komisi peneliti memutuskan untuk membuat standar meter dari paduan 90olo platinum 107o iridium.
Untuk membuat materialyang tahan aus seperti ini secara
teliti komposisinya amatlah sulit. Beberapa usaha telah dilakukan namun hasilnya tidak memuaskan.

Line-Standard
1875 Berdasarkan kontrak tgl. 20 Mei 1875 suatu pe-

rusahaan di London (Johnsons & Matthey) berhasil membuat 30 batang platinum-irridium yang teliti komposisinya.
Sebagian (17 batang) dipilih untuk dibuatkan garis tanda
pada bidang netral pada daerah di dekat ke dua ujungnya.
Batang berpenampang X (ukuran 20x20 mm, berat sekitar

3,3 kg, lihat gambar 2.1) ditumpu secara simetrik (0.559


L) tersebut jika di ukur pada temperatur 0"C, jarak antara
dua garis tanda di ke dua ujungnya adalah 1 meter. Karena
menggambarkan jarak antara dua garis maka acuan panjang inijuga dinamakan sebagai Line-Standard.Yang disimpan di Paris dinamakan sebagai standar primer dan 16

Korsrp Dnsen

31

batang lainnya (disimpan di berbagai negara)disebut standar sekunder.


jarak di antara dua tanda yang dibuat pada bidang netral
merupakan standar meter

--7 auu tumpuan diatur simetrik


fatif terhadap standar panjang
0,559 m

sv"m

( Imaginer ) yeng dirancang persis pada


permukaan tengah sebelah atas balok berpenampang X
bidang netral

Gambar 2.1 Standar ponjang yang diberlokukan pada tahun


1889 oleh Badan lnternasional atas Timbangon dan Ukuran
(CIPM; Comite lnternationol des Poids etMesures).

Oktober 1BB9 lnternational Committee on Weights &


Measures, suatu badan internasional (CIPM; Comite /nter-

Garis tanda jelas mempunyai tebal (tebal-garis) mulai dari sisi yang mana dengan garis tanda ini 1 meter ditetapkan? (kiri, kanan, atau tengah dan di mana

pertengahan garis tanda ini sebenarnya lokasinya?)


o Sulit untuk mereproduksi 1 meter tersebut dengan teliti (tak salah) dan tepat (keterulangan yang baik; pada
saat itu teknologi pengukuran baru mencapai ketepatan + 1 gm untuk ukuran sepanjang I m ) karena bentuk standar ini secara fisik telah dibuat seperti itu.
. Apakah batang standar ini tidak akan berubah dimensinya sampai berpuluh tahun kemudian, sementara
struktur metalografinya mungkin berubah sehingga
menimbulkan perubahan dimensinya?
. Apa yang harus dilakukan jika standar meter ini rusak atau hilang? Membuat yang baru sehingga persis
seperti aslinya boleh dikatakan tidak akan sempurna!
Akibatnya, semua alat ukur dimensi harus ditera ulang
dengan standar yang baru jika standar lama diganti.
1892 Albert Michelson (Jermon) berhasil mengukur
panjang gelombang cahaya (spektrum merah yang dipancarkan lampu Cadmium) dengan menggunakan lnterferometer ciptaannya.

naiionoldes Poids ei Mesures), menetapkan standar meter di


atas sebagai satu-satunya standar panjang yang sah.
Meskipun telah ditetapkan dengan hukum seperti di
atas masih muncul berbagai keberatan untuk menerimanya
dengan alasan antara lain:

Jika dilihat dengan mikroskop, terlihat ketidaksempur-

naan kelurusan garis tanda.

32

Prrucurunmr TExrurx

Kousrp Desen

133

untuk sudut 6 yang sengat kecil maka perbedaan


sebesar V2 akan menyebabkan terulangnya inteferensi yang sama yaitu:
manguatkan (terang) atau
melemahkan

gelap

Meil935 Di lndonesia diberlakukan sistem satuan


metrik (karena Belanda menerapkan sistem metrik di negerinya dan negara-negara jajahannya)

l4 Oktober 1960Pada sidang ke 1l General Conference on Weights

& Measures (CGPM) memutuskan

untuk memberlakukan standar meter yang baru yaitu:

"Sotu meter adolah panjang (dimensi) yong sama dengan


interferensi antaro dua berkas cahaya yang
menjodi dosor penentuan satuan panjang dengan mengaitkannya
pada panjang gelombong sinar akromotik dengan memilih
salah satu spektrumnya.

Gambar 2.2

Proses

1906 Benoit, Fabry & Perrot (Perancis) berhasil meny-

empurnakan prosedur pengukuran panjang gelombang


cahaya.

1927 Dalam sidang ke 7 General Conference on

Weights & Measures (CGPM; Conference Generale des


Poids et Measures) menetapkan definisi meter yaitu:
"Satu meter adalah dimensi (ukuran) yang sama dengan I

552 164,1i kali panjang gelombang spektrum meroh dari


sumber cahaya lampu (berisi gas inert Cadmium) yang diukur di atmosfir!

Karena metode pengukuran dengan cara interferompada


eter
saat itu masih sulit untuk diterapkan oleh berb-

agai pihak maka batang standar meter yang disimpan di


Paris (primer) dan beberapa standar (sekunder) yang disimpan di beberapa negara tetap diberlakukan sebagai acuan
yang sah.

34

PeNcuxunnN

Trxnrr

1 650 763.7i kali panjang gelombang pado ruang hampa


suatu radiosi yang setara dengan perubahan tingkot 2p,o
don 5d, dari otom Krypton-86 (spektrum oranye)'!

Penentuan atom Kripton-86 sebagai medium acuan


dalam penetapan standar panjang inididasarkan atas hasil
berbagai penelitian. Garis spektrum pada panjang gelom-

bang sinar kuningkemerahan dianggap sebagai yang paling tipis dibandingkan dengan garis spektrum pada panjang gelombang yang lain (dari sumber cahaya gas inert
Krypton-86 atau gas inert yang lain). Berdasarkan definisi
meter di atas, dengan menggunakan interferometer, memungkinkan penentuan standar panjang meter dengan
ketepatan sampai + 4 nm (setara dengan penentuan jarak
1000 km dengan ketepatan + 4 mm; jika pengukuran diulang hasilnya dapat/mungkin berbeda dengan beda
maksimum kurang dariS mm).
Dari saat itu ketergantungan atas standar panjang
yang diwujudkan secara fisik (standar yang disimpan di
Paris) tidak dibutuhkan lagi. Di mana saja, kapan saja, dengan peralatan yang memadai (interferometer) seseorang
dapat "memunculkan" standar meterjika diperlukan dalam

KoNseponsan

35

rangka peneraan (kalibrasi) suatu alat ukur dimensi. Dalam

ser Merah yang berasol dari gas Argon yang diionkon yang

hal ini perlu dicatat bahwa prosedur peneraan harus dilakukan dengan sesaksama mungkin guna menjamin ketelitian hasil kalibrasi (kesamaan dengan harga yang dianggap paling benar). Semakin baik peralatan yang digunakan,
berkat kemajuan teknologi, penentuan ketepatan standar
panjang akan semakin baik (jika prosedur diulang akan
menunjukkan harga yang hampir sama).
Februari l962lndonesio masuk menjadi anggota Konvensi Meter lnternasional. Memperoleh standard panjang
(batang berpenampang X dari Platinum-lrridium) bernomor 27 dan standar massa (silinder Platinum-lrridium) bernomor 46. Ke dua standar Nasional ini disimpan di Kantor
Direktorat Metrologi Depa rtemen Perda ga nga n (seka ra n g:
Dep. Perindustrian & Perdagangan) diBandung.
Sejak ditemukonnya |'/'SER (Light Amplification by

distabil-kan panjang gelombangnya) pada ruang hampa selama 1 / 299 792 458 detik'!

Sti m u I ated E m i ssio n of Ra d i ation) oleh T.H Mai ma n (Ameri ka)

pada tahun 1960, riset dibidang ini terus meningkat. Sum-

ber cahaya jenis ini (hanya terdiri atas satu pnjang gelombang; monocromatik) semakin tepat panjang gelombangnya berkat teknik pengontrolan frekwensi yang baik. Pada
tahun 1982 tercatat suatu usaha, dengan menggunakan
laser, pengukuran satu meter sampai ketepatan + 1,3nm.

Light-Standard

Pada definisi 1 meter di atas tercatat bahwa standar

panjang dikaitkan dengan standar waktu. Hal ini sebetulnya bukan suatu hal yang baru karena pada tahun 1661
Christopher Wren (lnggris) mengajukan ide untuk menggunakan tali bandul waktu (setengah panjang tali bandul;
pendulum dengan periode 0,5 sekon) sebagai standar panjang. Baru pada akhir abad ke 20 ini ide pengaitan standar
panjang dengan standar waktu tersebut dapat diterima
berkat kemajuan teknologi pengukuran besaran panjang
dan besaran waktu. Besaran waktu ditetapkan (pada sidang
ke 1 3 CGPM ,1967) sebagai berikut:
"Satu detik adaloh selang woktu yang dibutuhkan oleh 9 t 92
631 770 periode dari radiasi yang setara dengan perubohan

dua tingkat hiperfine pada kondisi ground bagi atom Coesium-|33'!

Uraian di atas menggambarkan bagaimana usaha


manusia untuk menyempurnakan proses pengukuran.
Mengapa hal ini perlu dilakukan? Penguasaan ilmu &
teknologi sebenarnya terletak pada kemampuan orang
dalam menyatakan besarnya sesuatu dalam bentuk angka
yang diyakini kebenarannya.

20 Oktober 1983 Pada sidang ke 17 General Conference on Weights & Measures (CGPM) menetapkan:
"Satu meter odalah jarak (dimensi) yong ditempuh sinor (Lo-

36 I
I

Pr*or*u*ru

Trrrurx

Kousep Desen

t,,

2.2 KALIBRASI & STANDAR PANJANG


PRAKTIS

1.
2.

Dengan hanya memandang definisi pengukuran

kekeliruan pelaksanaan proses pengukuran.

kekurangsaksamaan pengontrolan jalannya proses


pengukuran (adanya pengaruh perubahan besaran
lain).

(perbandingan dengan besaran acuan) dan definisi meter


(jarak yang ditempuh cahaya selama suatu saat) kelihatannya mustahil untuk melakukan pengukuran atas dimensi
suatu produk. Memang, dalam prakteknya pengukuran ti-

3.

dak dilakukan dengan secara langsung membandingkan


dengan standar meter melainkan digunakan alat pembanding yaitu alat ukur.

Kalibrasi

Skala dan Kecermatan


Pada bermacam-macam jenis alat ukur akan ditemukan skala ukuran. Skala tersebut menunjukkan satuan
panjang yang berupa bagian dari meter, dapat merupakan

milimeter ataupun mikrometer yang menunjukkan kecermatan alat ukur yang bersangkutan. Berdasarkan skala ini
dapat dibaca berapa panjang atau dimensi suatu objek
ukur.

Tentu saja alat ukur, yang direncanakan dengan prinsip kerja tertentu dan dibuat sebaik mungkin, harus dipakai
dengan betul supaya harga yang ditunjukkan pada skala

ukuran adalah sesuai dengan harga besaran yang diukur.


Bila hal ini tak dipenuhi akan terjadi kesalahan (error). Kesalahan dapat diakibatkan oleh salah satu atau gabungan
berbagai faktor antara lain:

38 I
I

Pr*or*r*ruTerHrr

kesalahan pada alat ukurnya (ketidakbenaran skalanya).

Faktor pertama dan kedua diatas perlu dihindaridenjalan


gan
mempelajari teknologi pengukuran (yang merupakan ulasan utama buku ini) Faktor ketiga dapat dihindari
dengan melakukan kalibrasi (calibration).
Kalibrasi ' harus dilakukan dengan prosedur tertentu
karena pada hakekatnya mengalibrasiserupa dengan mengukur yaitu membandingkan alat ukur (skalanya atau harga

nominalnya) dengan acuan yang dianggap lebih benar.


Acuan yang dianggap benar absolut boleh dikatakan tak
ada (lihat ulasan pada sub bab 1.1 yang mana standar meter
"beruboh" sesuai dengan kemajuan teknologiyang dicapai
manusia). Sementara itu, yang dimaksud dengan istilah /ebih benor disinimengandung makna praktis.

Kalibrasi dan Kecermatan

Tidaklah praktis jika penggaris dengan kecermatan


mm harus dikalibrasidengan memakai Laser lnterferom-

Korusrp Dnsan

39

eter yang mampu membaca kesalahan sampai orde 1 nm


(buat apa Anda ingin mengetahui kesalahannya sampai
sekecil itu jika penggaris yang Anda pakai hanya mampu
menunjukkan harga terkecil sampai 't mm ?). Jadi, kalibrasi

Kalibrasi memerlukan Standar pada mana


toleransi dinyatakan

umumnya dilakukan sesuai dengan kecermatan alat ukur


ybs. Yaitu, dengan membandingkan dengan alat ukur lain
yang satu atau beberapa tingkat lebih tinggi kecermatan
dan kebenaran skalanya.

harus dilakukan dengan prosedur yang benar, data hasil


kalibrasi harus dianalisis dengan metoda yang diyakini ke-

Rantai-Kalibrasi dan Keterlacakan

ukur ybs. Kesalahan yang ada/tercatat perlu dibandingkan dengan toleransi yang diizinkan sesuai dengan tingkat
ketelitian kalibrasi. Hal ini diatur sesuai dengan standar na-

Untuk mempermudah kalibrasi diperlukan alat ukur


acuan yang cocok, disesuaikan dengan konstruksi alat ukur
ybs. Selanjutnya alat ukur acuan ini pun harus pula telah dikalibrasi dengan menggunakan alat ukur acuan lain yang
lebih tinggitingkat kebenarannya (lebih teliti). Hal ini diterapkan secara bertahap sehingga sampai pada pemakaian
standar meter seperti yang didefinisikan secara internasional. Dengan demikian, terbentuk rantai-kalibrasi (calibration chain) mulai dari alotukurkerja, alat ukur standar kerja,
alat ukur standor, alat ukur standar utoma, alot ukur standar
nasionol, dan standar meter internasionol'. Jika suatu alat
ukur kerja misalnya pernah dikalibrasi dengan alat ukur
standar kerja yang juga pernah dikalibrasi dengan alat ukur
lain yang lebih tinggi (dan seterusnya -...), dikatakan alat
ukur ybs. mempunyai aspek keterlacakan (keter-usutan,
ketel usuran ; traceobility) sa mpai ke suatu ti n g kat tertentu.

40 I
I

Pguou*r*ruTexrurr

Pada suatu tingkat rantai-kalibrasi, selain kalibrasi

baikannya (metoda statistik). Dengan cara ini dapat ditarik


kesimpulan yang sebaik-baiknya mengenai ketelitian alat

sional misalnya 5Nl (Standar Nasional lndonesia), J15 (Japan


lndustrial Standard), DIN (Deutsches lnstitut fur Normung),
dsb.

Konsekuensi pemakaian alat-ukur yang

tak-teliti
Bagialat ukur panjang yang digunakan dalam perdagangan peneraannya (proses kalibrasidan pemberian tanda/tera) diatur secara khusus oleh Departemen Perdagangan dan Koperasi (sebelum disatukan dengan Departemen
Perindustrian; Dirjen Perdagangan Dalam Negri, Direktorat
Metrologi yang dituangkan dalam UUML; Undang-Undang
Metrologi Legal). Datam hal yang terakhir ini mencakup
segi hukum guna melindungi konsumen dariakibat penyalahgunaan alat ukur.

Kolsep Desen

41

Meskipun tidak sampai mencakup aspek legal, pengg u naa n aiat ukur yang tidak teliti ( tak ben ar) bagi keperl ua n

mula dengan tanda nol; ujung kiri) berimpit pada salah satu
tepi objek ukur. Panjang objek ukur "dibaca"dengan meli-

industri jelas harus dihindari. Sebab, pengguna alat ukur


(dalam hal ini produsen) akan menanggung akibatnya secara langsung yaitu dengan merosotnya mutu geometrik
produk. Komponen mesin/ peralatan mungkin tak bisa
dirakit dengan baik ataupun fungsi mesin/peralatan akan
terganggu, bukankah mutu geometrik menentukan mutu
fungsional mesin/peralatan?

hat tepi lain (kanan) objek ukur berimpit dengan garis skala

Kecermatan penggaris
Skala adalah susunan garis-garis sejajar yang jarak
antara garis-garis tersebut dibuat sama. Jarak ini memiliki

arti tertentu jika dikaitkan dengan alat ukur pada mana


skala tersebut digunakan. Pada penggaris yang biasa Anda

tan (re sol uti on) sebesa r


1 mm, karena jarak antara garis-garisnya dibuat sebesar 1

pa ka i s ka la nya mem pu nyai kecerma

mm.

"Pembacaan" skala & Melakukan lnterpolasi

yang keberapa (biasanya "jatuh" pada garis skala yang diberiangka ditambah dengan beberapa garis lagidisebelah
kanannya). Jika tepi objek ukur tidak pas ("benar-benar")
berimpit dengan garis skala, orang akan membulatkan ke
atas (misalnya 39 mm) atau memenggalnya ke bawah (misalnya 38 mm) bila ia tidak ingin menyatakan harga kelebihannya dengan cara mengira-ngira (melakukan "interpolasi"; misalnya dengan menyatakan 38.(8) mm ).
Suatu jenis alat ukur panjang bisa dibuat dengan
skala serupa pada penggaris dari bahan gelas/kaca dengan kecermatan skala garis (garis hitam) sampai misalnya
0.008 mm (sebagaimana yang dipakai pada alat ukur optik dengan prinsip kerja digital-elektronik jenis inoementa!
encoder,lihat gambar 2.3). Dengan kecermatan skala sekecil ini "mata telanjang" tidak mampu lagi melihat garisgaris skalanya melainkan hanya sebagai gelas transparan
dengan sebagian permukaannya (pada bagian skalanya)
terlihat berwarna kelabu. Untuk meng kalibrasi skala seperti
ini dapat digunakan atat ukur standar jenis Michelson lnterferometer.

Penggaris digunakan dengan cara menempelkan


pada objek ukur yang akan diukur panjangnya. Pengguna
akan mengusahakan salah satu garis skala (biasanya garis

42 I
I

Pr"or*r*xTexnrx

Korusep Dnsan

143

porlrl
searruL

,?

rr4 Oarb

+lf2
p.lrilb.(!mk

I
I
3

oads

#-ffilffiffia{4*'r'

Gambar 2.3 Skala pada pelattronsparan yang dimonfastkan sebogai alot ukur posisi, misalnya bagi mesin perkakos. Foto-selyang
terletak di belokang mampu mendeteksi gerakan pelat skala akibat
perubahan intensitas cohaya yong diterimanya.

Untuk mengkalibrasi alat ukur biasanya digunakan


blok ukur (gauge block/slip gauge) yaitu balok (berpenampang) segi empat, umumnya dibuat dari baja karbon
(atau karbida), di mana jarak antara dua sisinya telah diketahui. Dengan menyusun bermacam-macam blok ukur
dari bermacam-macam ukuran, praktis dapat dibuat ukuran panjang sebagaimana yang dikehendaki. Salah satu
pemakaian blok ukur adalah sebagai acuan dalam pengukuran tak langsung seperti yang diperlihatkan gambar 2.4.
Selanjutnya, blok ukur-blok ukur tersebut dapat dikalibrasi
dengan memakai prinsip interferometer (Koster lnterfer-

Gambar 2.4 Sotu blok ukur otau susunan beberapo btok ukur dopat dijadikan acuan dalam pengukuran tinggi objek ukur
secaro tak langsung.

ometer) yang menggunakan sinar secara langsung sebagai

Dengan kemajuan teknologi pengukuran besaran


panjang saat ini secara meluas telah digunakan Laser lnterferometer yang memiliki kecermatan yang tinggi. Jenis yang dipasarkan misalnya HP Laser lnterferometer (Hp
55286/8A) yang digunakan di ruang yang tak terlalu terkondisikan akan memiliki kecermatan sampai 1 prm. Jika
Laser lnterferometer ini dipakai di ruang yang sangat terkondisikan (temperatur, tekanan, dan kelembabannya),
indeks bias udara bisa dianggap tak berubah dan kecermatan pengukuran bisa naik (lebih kecil daripada 0.1 pm;
karena ketelitian/ketidaksalahannya dapat diketahui lebih

standar panjang. Panjang gelombang dari beberapa sinar


yang dipakai dapat ditentukan secara fisik (dengan menggunakan spektrometer) sehingga diketahui hubungannya
dengan standar meter seperti yang didefinisikan di atas.

pengkalibrasijuga dapat digunakan sebagai alat ukur jarak


dengan kapasitas ukur yang cukup besar (sekitar 30 m).
Gambar 2.5 adalah contoh pemakaian Laser lnterferometer

44 I
I

Prror*r*ouTrxrurx

kecil daripada 0.01 pm). Selain digunakan sebagai alat ukur

MILiK
MILIN

Brdeo ?trPustaka*t
Propiusl tawr

{imuJ

i
I

Korvsep Dnsnn

45

untuk mengkalibrasi ketelitian dan ketepatan pemosisian


mesin perkakas NC.

p*
d

s-<]H-.={fo.
h'
ulov-r
leffi

)
bbzL

Gambar 2.5 Ketelitian don ketepatan gerokan sumbu mesin NC


(sumbu tronstosi X,YZ) atas aspek pemosisian,keseioioran, dan
ketegaklurusan nya dapat diperikso dengo n
mem akai Lase r I nterfe ro m eter.

Berbagaijenis interferometer yang disebut di atas secara garis besar diuraikan pada tiga sub-bab berikut. Pembahasan ditekankan pada aspek prinsip kerja dengan harapan pembaca dapat menghayati arti kecermotan, ketelition
dan ketepatan.

laian dan pengakhiran pembacaan skala yang dikalibrasi,


lihat gambar 2.6.
Berkas sinar monokromatis (dipilih dari salah satu
panjang gelombang, misalnya spektrum merah, dari berkas sinar lampu tabung gas mulia misalnya Cadmium)
dipisahkan oleh pelat gelas (dengan orientasi 45') yang
setengah memantulkan dan setengah meneruskan cahaya
yang mengenainya. Sebagian berkas diteruskan (ke bawah)
dipantulkan kembalioleh cermin (di bawah) menuju pelat
gelas. Sebagian berkas yang lain dipantulkan oleh pelat
gelas ini (ke kanan) menuju cermin yang dapat digeserkan
dengan sangat cermat. Oleh cermin (di kanan) berkas cahaya tersebut dipantulkan kembali ke pelat gelas.
Oleh pelat gelas, sebagian berkas yang berasal dari

cermin di bawah akan dipantulkan ke kiri dan sebagian


berkas yang berasal dari cermin di kanan akan diteruskan
ke kiri. Penyatuan ke dua berkas ini menimbulkan interferensi. Tergantung pada posisi cermin di kanan, perbedaan
fase panjang gelombang ke dua berkas yang bersatu akan
menyebabkan interferensi yang menghasilkan berkas cahaya yang intensitasnya lemah (gelap)atau kuat (terang).
Setiap gerakan cermin di sebelah kanan (mendekat
atau menjauh) sepanjang setengah panjang gelombang
sinar (spektrum merah lampu cadmium) akan mengulangi
proses interferensi (lemah atau kuat). Fotoselyang menang-

Michelson lnterferometer
Bagian utama Michelson interferometer terdiri atas
sumber cahaya, pelat gelas dan cermin interferator, peng-

hitung pengulangan interferensi, dan penentu saat pemu-

46 I
I

Pr*or*u*onTrxxtx

kap berkas sinar yang terinterferensikan akan memberikan


sinyal yang dihitung (secara elektronik) berapa jumlah pen-

gulangan gejala interferensinya (misalkan pengulangan


intensitas cahaya yang kuat) akibat gerakan cermin peman-

tul di sebelah kanan.


Konsep Dnsm

47

Kiister lnterferometer
Blok ukur yang akan dikalibrasi terlebih dahulu diukur tebal/tinggi nominalnya dengan memakai komparator
dengan kecermatan misalnya 1 pm. Dengan demikian, bila
ada perbedaan ukuran nominal (yang tercantum pada blok
ukur) terhadap ukuran sebenarnya paling tidak akan diketahui harganya yaitu sama dengan kecermatan komparator.
Untuk memastikan perbedaan tersebut blok ukur inidapat

diukur dengan Koster lnterferometer.


Serupa dengan model Michelson, Koster lnterferometer menEgunakan pelat gelas dengan orientasi45" sebagai
komponen pemisah dan pemersatu berkas sinar monokromatik. Gambar 2.7 memperlihatkan skema bagian-bagian
Koster nterfero meter denga n penjelasan sebagai beri kut.
. sumber cahaya; beberapa lampu tabung dengan isi
gas mulia Ne, He, Ar, atau Kr dapat dipasang secara bergantian. Biasanya digunakan kombinasi 2s.d.4 macam
lampu tabung dengan isi gas yang berbeda-beda untuk mengkalibrasi blok ukur dengan ukuran nominal
0.5 s.d. 120 mm. Suatu lampu dengan berkas cahaya
putih (Halogen) dapat digunakan untuk mengkalibrasi
blok ukur dengan panjang nominal > 120 mm (lihat
penjelasan berikut mengenai pemakaiannya).
. susunan prisma Fabry-Perrot; berkas cahaya yang telah
disejajarkan oleh susunan lensa kalimator diarahkan
ke susunan prisma yang akan memecah berkas cahaya
ini menjadi fraksi berkas-berkas cahaya monokromatik
dengan sudut bias yang beragam. Salah satu berkas
cahaya monokromatik dengan panjang gelombang
I

Gambar 2.6 lnterferometer model Michelson yang dapat digunakan untuk mengkalibrasi pelaVbatang berskala.

"Mikroskop Elektrik" diperlukan untuk mam pu "melihat" saat pemulaian dan pengakhiran penghitungan jumlah interferensi akibat gerakan cermin pada mana skala
yang dikalibrasi diletakkan. Dengan cara ini akan dijamin
ketepatan pengulangan kalibrasiyang dilakukan untuk setiap gerakan sepanjang satu skala. Misalnya, pada kondisi
lingkungan standar (1 atm, 20" C,65olo RH) satu skala dengan jarak 0.008 mm (0.000 008 m) akan memberikan
jumlah interferensi bagi sinar merah lampu cadmium
sebesar:
1

skala = 0.000 008 x 1 552 I tr.l 3 I 2 = 6208 = 6 interferensi

48 I
I

Pr*or*r*HTernrr

KorusrpDnsnn

(warna) tertentu dibiaskan dengan sudut 90" ke bawah.


Jenis berkas yang diteruskan ke bawah ini dapat dipilih

tikan posisi baris-baris gelap di atas blok ukur relatif


terhadap baris-baris gelap diatas meja.

(merah, kuning, hijau, atau biru) dengan memutar susunan prisma Fabry-Perrot.

pelat gelas dan cermin interferator; berkas cahaya


monokromatik dipisahkan dan digabungkan kembali
(tidak tergabung kembali 100o/o, sebab ada yang terpantul dan terbias ke arah lain) oleh pelat gelas berorientasi 45'. Bila pada Michelson lnterferometer penggabungan ini akan menyebabkan proses interferensi
yang sama untuk selebar penampang berkas, pada
Koster lnterferometer proses interferensi akan terjadi
dengan bentuk baris-baris berkas gelap terang akibat posisi 'termin-bawah" dibuat sedikit miring (tidak
tegak-lurus sempurna) terhadap "sumbu" berkas sinar.
meja & blok ukur; blok ukur dengan ukuran nominal
tertentu diletakkan di atas meja. Karena permukaan
blok ukur dan permukaan meja dibuat rata dan halus
(mirror finishing) berkas cahaya akan terpantulkan (berfungsi serupa dengan 'termin-bawah" pada Michelson
lnterferometer). Karena posisi meja sedikit dimiringkan
maka berkas cahaya yang dipantulkan akan tergabung
dengan berkas cahaya pantulan "cermin-kanan" yang
menghasilkan proses interferensi baris-baris gelapterang serupa dengan yang terjadi pada pelat gelas
yang sedikit dimiringkan terhadap cermin di bawahnya.
teleskop; fokus teleskop ditetapkan sehingga permukaan meja dan permukaan atas blok ukur terlihat dengan jelas. Melalui okuler pengamat dapat memperha-

50 I
I

Pr*or^r*HTexrrx

Gambar 2.7 Koster lnterferometeryang dimonfaatkan untuk


Meiadi
mengkalibrasi blok-ukur (g a u gel g o g e b I o c k
atas mona blok ukur diletakkan diatur sedikit miring. Akibotnya,
terjadi interferensi yang terl ihat sebagai garis-garis di permukaan
meja dan di permukaan blok ukur. Berdasarkan posisi garis-garis
ini, yang bisa menyatu otau sedikit menggeser, dilokukon inter
polosi posisi garis di otas permukaan blok ukur terhodop garis di
permukaan meja. Melalui perbandingan hosilyang diperoleh dori
misalnya 3 berkas dengan spektrum yang berbeda dapot diketohui
pe rbed a a n tebal (ketin ggi an) blok- u ku r terh ad a p
harga nominalnya.

).

Korusrp

Dmm

51

ris gelap ke garis gelap berikutnya) dan dinyatakan dengan


suatu angka desimal (f = fraksi).

Jika pengukuran diulang dengan memakaitiga atau


empat spektrum (warna cahaya; 1 = illeroh, 2 = kuning, 3
= hUau,4 = biru; dengan memutar prisma Fabry-Perrot) diperoleh persamaan:

t=(a+b,+f,)72 )\,
t-(a+bo+fo)Vzho
Berdasarkan pengamatan

Analisis pengamatan; bila ketinggian permukaan


blok ukur relatif terhadap permukaan meja (t) benar-benar
merupakan kelipatan setengah panjang gelombang berkas
sinar;

t=

(a+b,) 1/2\

di mana (a + b,) = bilangan genap atau ganjil; a bilangan


mulaidari puluhan ke atas, b, bilangan satuan, maka, interferensidi permukaan blok ukurakan segaris dengan interferensi di permukaan meja.
Bila kondisi di atas tak dipenuhi, garis interferensi
(baris gelap) di permukaan blok ukur tidak akan segaris
dengan garis di permukaan meja. Jarak geseran garis (ditentukan berdasarkan kemiringan meja; dimulai dari posisi
yang tinggi ke arah posisi yang rendah) dapat diperkirakan
(diinterpolasikan; misalnya dengan kecermatan 0.2 jarak ga-

52 I
I

Pr*or*r*nTexnrx

I dengan mengetahui tr;,

setelah dikoreksi akibat perbedaan dengan kondisi udara


standar (temperatur, tekanan, dan kelembaban) dapat dik-

etahui harga b,. Sementara itu, harga a tak perlu dihitung


sebab dalam hal iniyang kita inginkan adalah menentukan
perbedaannya secara cermat (bisa sampai kecermatan 0.01
pm) setelah kita mengetahui ketinggian blok ukur sebagai
hasil pengukuran dengan memakai komparator dengan
kecermatan 1 pm. Dari 3 atau 4 harga b,dan f, inilah ditetapkan harga koreksi yang terbaik bagi ketinggian nominal
blok ukur.

Bila perlu, untuk menaikkan kepercayaan kita atas


kebenaran kalibrasi blok ukur, proses pengukuran diulang
dengan memakai lampu tabung gas yang lainnya (He, Ne,
Ar, Kr, atau Cd). Hasil pengukuran mungkin dapat berbedabeda (pada angka desimaltingkat tertentu). Hal seperti ini
merupakan suatu kewajaran dalam proses pengukuran.
Ketepatan proses pengukuran, yaitu sampai sejauh mana
hasilnya bisa berbeda bila dilakukan pengulangan, dapat

Kousrp DmRR

ss

didefinisikan serupa dengan usaha orang untuk mendefinisikan harga rata-rata.


Bagi blok ukur dengan ukuran nominal > 120 mm
pengaturan fokus teleskop akan menjadi sulit. Jika fokus
diatur sehingga permukaan blok ukur terlihat jelas, pada
saat itu permukaan meja akan terlihat kabur, dan demikian
pula hal sebaliknya. Pada kondisi ini penentuan jarak gel,
seran garis-garis interferensi, akan menjadi sulit. Oleh sebab itu, kalibrasi dilakukan dengan membandingkan blok
ukur dengan satu blok ukur (atau susunan blok ukur yang
telah dikalibrasi) sebagaiacuan yang memiliki kualitas yang
sama (atau yang lebih tinggi). Ke dua blok ukur ini diletakkan berdampingan di atas meja. pada cara perbandingan
ini digunakan berkas cahaya putih (prisma fabry-perrot digantidengan cermin).
Kualitas pembuatan blok ukur ditentukan oleh standar. Dalam hal ini kualitas tersebut dikaitkan dengan ketelitian ukuran nominalnya. Berdasarkan hasil kalibrasi dapat
diketahui harga kesalahan ketinggian nominal blok ukur.
Toleransi kesalahan ini dibuat sesuai dengan ketinggian/
ketebalan nominalnya, L, yaitu:

6=+oL;Lrm
Harga o ditetapkan sesuai dengan angka kualitas
menurut standar kalibrasi yang dianut ( DlN, JlS, lSe atau
SNI ). Jadi, sebagai hasil kalibrasi dengan Koster lnterferometer ini blok ukur tersebut dapat dianggap mempunyai
angka kualitas tertentu misalnya 00, atau 0.

54

Pexcurunnn TexNrx

Sementara itu, blok ukur kualitas '1,2,3, atau 4 biasanya dikalibrasi dengan teknik perbandingan dengan
blok ukur kualitas 0 (atau 00) dengan memakai kompara-

tor dengan kecermatan 1 Um.Tentu saja, dalam hal yang


terakhir ini blok ukur acuan tersebut harus telah lolos dari
kalibrasi pada tingkat yang lebih tinggi (misalnya dengan
Koster lnterferometer) demi untuk menjaga sifat keterlacakan (t raceab i I ity).

Laser Interferometer
Skema prinsip kerja Laser lnterferomefer adalah
sepertiyang ditunjukkan pada gambar 2.8. Dari tabung gelas, yang berisi gas Helium dan Neon yang dieksitasikan di
antara dua reflektor yang dijaga tetap jaraknya dan dilalukan pada medan magnet, dipancarkanlah sinar Laser (Light
Amplified by Stimulated Energy Radiation) dengan polarisasi sirkuler (karena efek Zeeman).
Oleh Converter (2 pelat optik dengan indeks bias berbeda) polarisasi sinar Laser diubah menjadiorthogonal (saling tegak-lurus; misalnya dengan frekuensif, pada bidang
polarisasi datar dan frekuensi f, pada bidang polarisasi
tegak). Berkas Laser ini kemudian disejajarkan oleh Collimator di mana sebelum dikeluarkan dari bagian Laser Head
berkas tersebut dipecah oleh nonpolarizing beam splitter.

Korusrp Dnsen

ls5

oI

tt
T

Sinyal listrik ke dua photocell digabung untuk kemu-

dian dipakaisebagai masukan bagi LoserTuning Regulotar


yang akan menjaga jarak ke dua excitation reflector pada
Gambar 2.8 Peralatan dasar Laser lnterferomoter adalah Laser
Head, Display & Counter, interferator, dan Reflector (Target).
Laser Head dipasang di luar sistem pengkalibrasian yaitu pada

dudukan yang tahan goyang. interferator dan Reflector dipasang pada bagian yang diam (relatif) dan yang bisa bergerak
(relatif) dalam sistem kalibrasi. Jarak pergeseran dapat dimonitor
oleh Laser Interferometer dan digunakan sebagai acuan ketelitian(jarak) gerakan.

Sebagian berkas (20o/o) dibelokkan untuk digunakan


sebagai acuan penghitungan ataupun untuk mengontrol

(menjaga) frekuensi atau panjang gelombang Laser dan


sebagian yang lain (80o/o) dikeluarkan dari Laser Head. Di
dalam Loser Heod bagian berkas 20olo dipisahkan oleh prisma (polarizing beam splitier) menjadi berkas dengan polarisasi datar f, dan polarisasi tegak f, yang selanjutnya ditangkap oleh photocell.

tabung He-Ne. Laser Tuning Requlator juga diberi masukan mengenai kondisi udara sekitar (temperatur, tekanan,
dan atau kelembaban). Dengan teknik inijarak ke dua excrtation reflector akan berubah secara dinamik (berkat batang
piezoelectric yang dieksitasikan oleh Tuning Regulator),
mengikuti perubahan kondisi udara sekitar pada sistem
yang dikalibrasi, sehingga berkas laser akan terjaga panjang gelombangnya (misalnya 632.8 nm).
Jadi, berkas laser ini benar-benar merupakan berkas
cahaya monokromatik" Suatu sistem optik (misalnya peny-

ejajar berka

s;

collimator) yang dirancang untuk berkas sinar

pada panjang gelombang ini akan memiliki kesejajaran


yang jauh lebih tinggi daripada yang ada pada sistem optik
dengan berkas cahaya akromatik. Akibatnya, Laser lnterferometer ini memiliki kapasitas ukur yang sangat besar (20
s.d.30 m).
Di depan Laser Heodterletak lnterferator yang dipasangkan pada salah satu bagian/komponen mesin NC (pada

spindel atau meja, lihat gambar 2.5) atau bagian sistem

56 I
I

Pr*or*r*u

Terrurr

Korusep Dnsnn

57

kalibrasi yang tak bergerak. Oleh interferator, yang terdiri


atas susunan prisma optik, sebagian berkas (f, dengan polarisasi tegak) dibelokkan kembali menuju Laser Head (den-

gan perubahan bidang polarisasi) dan sebagian (f,dengan


polarisasi datar) diteruskan ke Reflector. Jika lnterferatortak

bergerak (diam) Reflector harus merupakan bagian yang


bergerak yang bisa dipasang pada bagian mesin perkakas
NC yang akan dikalibrasi (pada meja atau spindel) atau dipasang pada penggeser seperti halnya pada Michelson lnterferometer, lihat gambar 2.6.
Refl ecto r membelokka n berkas Laser kembal i men uju
lnterferator sehingga berkas tersebut bersatu dengan bagian berkas yang berasal dari satu sumber. Pada saat bersatu
akan terjadi gejala interferensisebab polarisasi ke dua berkas l-aser mempunyai orientasiyang sama.
Jika target digerakkan mendekat (menjauh) dengan
kecepatan v frekuensi berkas laser yang dibelokkan kembali menuju interferatar akan naik (turun) sebesar Af (karena efek Doppler). Berdasarkan hal ini interferensi akan
terjadi setiap perbedaan jarak yang ditempuh oleh ke dua
berkas yang bersatu tersebut memiliki beda fasa. Setiap
perubahan jarak antara lnterferotor dan Reflector sebesar 7u
panjang gelombang (tr)akan menyebabkan penaikan atau
penurunan intensitas berkas Laser yang kembali menuju

lnterferator dengan Target. Sinyal ini kemudian diperkuat


dan dikirimkan ke Counter untuk dihitung jumlah pulsanya
yang menggambarkan jarak pergeseran antara lnterferotor
dengan Reflector (Target).

Setelah dikoreksi terhadap pengaruh perbedaan


temperatur dan tekanan udara standar (20'C, 1 atm,650/0
RH) jarak yang ditunjukkan pada Laser Display ini dipakai
sebagai acuan pada waktu dibandingkan dengan jarak
yang ditunjukkan oleh komputer penEontrolgerakan sum-

ir

bu mesin NC yang diperiksa (atau gerakan sejauh satu skala


yang dikalibrasi seperti pada Michelson lnterferomerer). 5e-

tiap perbedaan penunjukan jarak merupakan

kesalahan

pemosisian bagi sumbu mesin yang bersangkutan (Positio-

ning Error).

i
i

Laser Head.

Melalui Depolarisator di muka Laser Head berkas


l-aser yang kembali ini kemudian diterima Photodetector
(Photocelt) sehingga diubah menjadi sinyal listrik dengan
frekuensi tertentu sesuai dengan pergerakan relatif antara

58

Prncuxunan Trrnrx

Kousrp Desen

59

lli

;l

.IENIS ALAT UKUR DAN

CARA PENGUKURAN

Iat ukur geometrik bisa diklasifikasikan menurut


prinsip kerja, kegunaan, atau sifatnya. Dari cara klasifikasi ini yang lebih sederhana adalah klasifikasi
menurut sifatnya, di mana alat ukur geometrik dibagi menjadi 5 jenis dasar dan 2 jenis turunan yaitu:
1. Jenis Dasar: Alat ukur langsung; yang mempunyai skala
ukur yang telah dikalibrasi. Kecermatannya rendah s/d
menengah (1 s/d 0,002 mm). Hasil pengukuran dapat
langsung dibaca pada skala tersebut.
2. Alat ukur pembanding/komparator; yang mempunyai
skala ukur yang telah dikalibrasi. LJmumnya merniliki
kecermatan menengah ( > 0,01 mm; cenderung clisebut pembanding) s/d tinggi ( > 0.001 mm; lebih sering
dinamakan komparator) tetapi kapasitas atau daerah
skala ukurnya terbatas. Alat ukur ini hanya digunakan
sebagai pembacaan besarnya selisih suatu dimensiterhadap ukuran standar.

3.

4.

Alat ukur acuan/standar; yang mampu memberikan


atau menunjukkan suatu harga ukuran tertentu. Digunakan sebagai acuan bersama-sama dengan alat
ukur pembanding untuk menentukan dimensi suatu
objek ukur. Dapat mempunyai skala sepertiyang dimiliki alat ukur standar yang dapat diatur harganya atau
tak memilikiskala karena hanya mempunyai satu harga
nominal.
Alat ukur batas (kaliber); yang mampu menunjukkan
apakah suatu dimensi, bentuk, dan/atau posisi terletak
di dalam atau di luar daerah toleransinya. Dapat memi-

5.

2.

yang khas, alat ukur jenis ini dapat memiliki skala dan
dapat dilengkapi alat pencatat atau penganalisis data.
Alat ukur koordinat; yang memiliki sensor yang dapat
digerakkan dalam ruang. Koordinat sensor dibaca melaluitiga skala yang disusun seperti koordinat kartesius
(X,Y,Z). Dapat dilengkapi dengan sumbu putar (koordinat polar). Memerlukan penganalisis data titik-titik
koordinat untuk diproses menjadi informasi yang lebih
jelas (diameter lubang, jarak sumbu).

Untuk menetapkan metoda atau cara pengukuran


yang terbaik dan jenis alat ukur. Selain seperti cara diatas, proses pengukuran pun bisa diklasifikasikan sebagai

liki skala, tetapi lebih sering tak mempunyai skala karena memang dirancang untuk pemeriksaan toleransi
suatu objek ukur yang tertentu (khas, spesifik)
AIat ukur bantu; yang tidak termasuk sebagai alat ukur
dalam arti yang sesungguhnya akan tetapi memiliki
peranan penting dalam pelaksanaan suatu proses pengukuran geometrik.

berikut:

1.
2.
3.

Proses pengukuran langsung.


Proses pengukuran tak langsung.

Proses pemeriksaan toleransi (dengan kaliber


batas).

4.
Jenis Turunan:

Proses perbandingan dengan bentuk acuan


(standar).

5.
6.

Dua jenis turunan berikut dapat merupakan salah


satu dari tiga jenis pertama di atas atau gabungannya,
yakni:
Alat ukur khas (khusus, spesifik); yang dibuat khusus

Proses pengukuran geometri khusus, dan


Proses pengukuran dengan mesin ukur koordinat.

Ke enam jenis proses pengukuran

ini diilustrasikan
dengan contoh pada gambar 3.1. Sementara itu, gambar
3.2 adalah contoh pengukuran geometri khusus misalnya
kebulatan dan profil suatu gigi roda-gigi, dan gambar 3.3
memperlihatkan mesin ukur koordinat.

1.

untuk mengukur geometri yang khas misalnya kekasaran permukaan, kebulatan, profil gigi suatu roda-gigi.
Termasuk dalam kategori ini adalah yang dirancang untuk kegunaan tertentu, misalnya Koster lnterferom\r
untuk mengkalibrasi blok ukur. Selain mekanismeny\
I
l

62 I

Pr*or*r*oxTrxrurx

Jrrurs

./

Aur

UruR oeN CRnR Prncuruneru

63

Pengukuran langsung
Adalah proses pengukuran dengan memakai alat
ukur langsung. Hasil pengukuran dapat langsung terbaca.
Merupakan cara yang lebih dipilih jika seandainya hal ini dimungkinkan. Proses pengukuran dapat cepat diselesaikan.
Alat-ukur-langsung umumnya memiliki kecermatan
yang rendah dan pemakaiannya dibatasi yaitu:

)s. Karena daerah toleransi < kecernratan alat ukur,


)s. Karena kondisi fisik objek ukur yang tak memun-

b.

I F..!l&m frarut
(-tr
nft!.*,

XtD.

m/N

ffilC

gkinkan digunakannya alat ukur langsung,


Karena sesuai dengan jenis toleransi yang diberikan pada objek ukur misalnya toleransi bentukdan
posisi sehingga memerlukan proses pengukuran

AFmEtE
f.t ttgn arte.i
t aaerE(s)
(dnss Fqfr' rEal)

khusus.
L P.rElaur lrf ]r!rt.

Contoh pengukuran langsung adalah pengukuran


tebal objek ukur dengan memakai mikrometer:

c. Pemeriksaan dmgan Kaliber GO & NOTGO

Gambar 3.1 Proses pengukuran geometrik dapat dilaksanakan:


(a) secara langsung, (b) tak langsung, (c) pemeriksaan dengan
kaliber batas, atau (d) perbandingan dengan bentuk acuan.
Berdasarkan ilustrasi ini dapat disimpulkan bahwa teknologi
pengukuran geometrik harus dirancang/dipilih sesuai dengan
masalah yang dihadapi, supaya efektif dan efisien. Efektif bermakna menghasilkan data pengukuran/pemeriksaan yang dapat
diyakini kebenaran dan keterulangannya. Efisien berarti dapat
dilakukan dengan usaha yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan cara pelaksanaannya.

64 I

Pr*or*r*N

TexNrr

Jerurs

Aur

Urun oRn CRnR PrrucuxunRru

65

,t-

liki harga yang terletak di dalam atau di luar daerah toleransi ukuran, bentuk, atau posisi. Objek ukur akan dianggap
baik bila terletak di dalam daerah toleransi dan dikatakan
jelek bila batas materialnya berada di luar daerah toleransi

Pengukuran tak Iangsung


Merupakan proses pengukuran yang dilaksanakan
dengan memakai beberapa jenis alat ukur berjenis pembanding/komparator, standar dan bantu. Perbedaan harga
yang ditunjukkan oleh skala alat ukur pembanding sewak-

yang dimaksud. Proses pemeriksaan berlangsung cepat dan

cocok untuk menangani pemeriksaan kualitas geometrik


produk hasil proses produksi massal. Gambar 3.1.c merupakan contoh proses pemeriksaan toleransi lubang dengan
memakai kaliber poros (go & not go gauges).

tu objek ukur dibandingkan dengan ukuran standar (pada


alat ukur standar) dapat digunakan untuk menentukan dimensiobjek ukur. Karena alat ukur pembanding umumnya
rnemiliki kecermatan yang tinggi, sementara itu alat ukur
standar memiliki kualitas (ketelitian) yang bisa diandalkan,

Perbandingan dengan bentuk acuan

maka proses pengukuran tak langsung dapat dilaksanakan

Bentuk suatu produk (misalnya profil ulir atau roda


gigi) dapat dibandingkan dengan suatu bentukacuan yang
ditetapkan atau dibakukan (standar) pada layar alat ukur

sebaik mungkin untuk menghasilkan harga yang cermat serta teliti dan tepat. Proses pengukuran tak langsung umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif
lama. Contoh pengukuran semacam ini ditunjukkan
pada gambar 3.1.b, dengan alat ukur pembanding jenis pupitas (dioltest indicotor) yang dipasangkan pada
dudukan-pemindah (transfer stand; sebagai alat ukur
bantu), alat ukur standar berjenis kaliber-induk-tinggi
(height moster; yang memi I iki ska la pen gatu r keti n gg ia n
muka-ukur) dan meja-rata (surfaceplate) sebagai alat
ukur bantu.

proyeksi. Kebenaran bentuk konis dapat diperiksa dengan


menggunakan kaliber Konis. Pada prinsipnya pemeriksaan
seperti ini tidaklah menentukan dimensi ataupun toleransi
suatu benda ukur secara langsung, akan tetapi lebih kepa-

da menentukan tingkat kebenarannya bila dibandingkan


dengan bentuk standar, lihat contoh pada garnbar 3.1.d.

Pengukuran geometri khusus

Pemeriksaan dengan kaliber batas


Dinamakan sebagai proses pemeriksaan karena tidak
menghasilkan data angka (numerik) seperti halnya yang dihasi I kan proses peng u ku ran. Pemeri ksaan d i la ku kan

i-r*u\

memastikan apakah objek ukur (objek pemeriksaan) memi-

66 I
I

Pr*or*r*H

Texux

Berbeda dengan pemeriksaan secara perbandingan, pengukuran geometri khusus benar-benar mengukur
geometri produk. Dengan memperhatikan daerah toleransinya, alat ukur dan prosedur pengukuran dirancang dan
dilaksanakan secara khusus. Berbagai masalah pengukuran geometri umumnya ditangani dengan cara ini, misal-

Jerurs

Amr Uxun oRN

CRRn PrucuruRRru

67

nya kekasaran permukaan, kebulatan poros atau lubang'


geometri ulir, dan geometri roda gigi' Gambar 3'2 memperlihatkan contoh pengukuran kebulatan dan roda-gigi'
Gambar dengan keterangan yang diberikan dimaksudkan
untuk menunjukkan contoh kerumitan dan kedalaman

permasalahan pengukuran geometri' Dengan mengerti


pengukuran, perancangan dan pembuatan berbagai
komponen mesin dan peralatan pabrik akan lebih mu-

,iarcirr*,

lingkaran daerah minimum (MRZ) dan


g bisa .men g hasi i n g ka ra n kuad rat terf<ecittmasi n g-ma s i n
kan harga parameter kebulatan AR yang berbeda).
Menurut ISO cara analisis MRZ(Minimum RadialZone)
adalah sesuai dengan makna toleransi kebulatan; perhatikan pernyataan toleransi kebulatan seperti yang diperlihat-

dalam

1i

kan pada gambar 3.2.b.

dah untuk dikuasai.

rl

$hdrl Ills F*r, ---r'

taioan

rE+
,!r

tdn i.,ntadq,
(.trr{dil)ytE
CfqtEl.rtrra

I uUrr firrr r*r

c fr-rffiLaC

F-{U utA tnq-,


b..rn alr(t naih
,d
rhtEI

Gambar 3.2. a. Pengukuran Geometri Khusus;

Gambar 3.2. b Pengukuran Geometri Khusus;

Contoh profil kebulatan sebagai hasil pengukuran


denganalatukurkebulatandapatdianalisisberdasarkan
empat cara yaitu cara lingkaran luar minimum' lingkaran

Kebulatan hanya bisa diukur dengan benar dengan


alat ukur kebulatan jenis sensor putar atau meja putar. Ber-

68 I
I

Pr*or*r*nTrxHlx

Jeurs Aunr

Urua olrq CeRe PENcuruRen

69

dasarkan profil kebulatan yang terekam pada grafik polar


bisa ditentukan harga parameter kebulatannya (lihat gambar 3.2.a). Jenis sensor putar bisa digunakan untuk mengu-

Contoh alat ukur kebulatan jenis rneja putar.

kur benda yang panjang dan berat. Titik berat benda tidak
perlu harus berimpit dengan sumbu putar sensor. pemakaian jenis meja putar dibatasi oleh berat benda serta titik
beratnya tidak bisa terlalu jauh terhadap sumbu putar. Meskipun demikian, jenis meja putar (lihat gambar 3.2.c) lebih

mudah dalam pemakaiannya (penyetelan kemiringan dan


kesenteran benda ukur). Penggabungan gerakan translasi
sensor dapat dilakukan sehingga bisa digunakan untuk
pengukuran kelurusan serta kesalahan bentuk yang lain,
lihat gambar 3.2. d.

S.ir bdir{.I Oed.


UM Frloqklm bbu
pD
hb du ldllrl& rah ffi.
urJt

XorlFr *

il.lr?tt!, ddtos
EEOr Flg bac
&frr(ffid
& td.lir8},

_\

Gambar 3.2.d Pe ng u ku ro n Geom etri Kh usu s;


Dengan alat ukur kebulatan ienis meia putar dimungkinkan pengukuran berbagoi kesalahan bentuk. Misalnya, kebulaton, keseiajaran, ketegakluruson, kesamaan sumbu dan keluruson.

Gambar 3.2.c Pengukuran Geometri Khusus;

70l

PrrucuxunRn Trxrurr

JeNrs

Aur

UruR oeu Cnnn Prrucurunnm

71.

Alat UkurVariasiPits (pada lingkaran dasar)

Roda gigi disatukan dengan sektor lingkaran yang


merupakan lingkaran dasar pembentuk involut bagi roda

eJ

db

A. Dengan tumpuan

Silinder/bola.

B.

Dengan tumpuan rahang.

Prinsip kerja alat ukur profil involut dan contoh grafik hasil

pengukuran

W
W
W

du- db tror"d,

du" db t*r"rk

Gambar 3.2.e. Pengukuran Geometri Khusus;

72

FencuxunRru Trxrurr

gigi ybs. Jika sektor lingkaran tsb diputar sebesar 0 rnaka


komponen yang menempel diatasnya akan bergerak translasi seJauh ro(D. Sementara itu sensor yang ditempatkan
persis pada tepinya juga akan ikut bergerak translasi sambil menggeser pada sisi roda-gigi. Karena gerakan sensor
relatif terhadap sisi roda-gigi tsb merupakan gerakan involut murni maka kesalahan profil roda-gigiybs akan terbaca
oleh sensor.
Contoh metrologi Roda-Gigi. Kesalahan Pits (jarak
antar gigi) dapat diperiksa dengan lebih praktis dengan
mengukurnya pada lingkaran dasar. Kesalahan pits, ini
perlu dibatasi terutama bagi roda-gigi penerus daya dan
penerus putaran yang teliti. Sementara itu, profil gigiyang
berupa involut dapat diukur dengan alat ukur profil. Kesalahan bentuk profil involut ini akan mengurangi keandalan
roda gigi dan kebisingan akan timbuljika roda gigi tersebut
dioperasikan.

Pengukuran dengan Mesin Ukur Koordlnat


Alat ukur dinamakan mesin ukur karena dimensinya
yang relatif besar dan dioperasikan dengan prosedur tertentu, memiliki tiga sumbu gerak yang membentuk sumbu
koordinat kartesius (X,Y,Z). Sensor alat ukur dapat digerakkan pada sumbu ini secara manual dan mungkin juga
secara otomatik mengikuti program gerakan pengukuran
yang tersimpan dalam komputer pengontrolnya. Setiap
sumbu memiliki alat ukur jarak berjenisinductosyn, pho-

Jenrs

Aur

Urun onn Cme Perucuxuneru

?3

to co sy

n, atau o pt i co l - g rati n g (seperti yang diperl ihatkan

pada gambar 3.3).

han, demikian pula dengan jenis sensor yang bisa merupakan sensor kontak atau sensor scanning. Proses pengukuran yang rumit bisa dilaksanakan dengan relatif mudah

dan cepat. Meskipun demikian, tetap dibutuhkan operator yang mempunyai keahlian dan keterampilan di bidang
metrologi geometrik.

&

FII [I

\f,

,s.8

cffir
Eor

v
Gambar 3.3.a.

Pengu kuran

dengan

Gambar 3.3. b Pengukuran dengan Coordinote Measuring

Samho

Srs

2D

Co o rd i n

ate

Mochine (CMM)

ea su rin

Machine (CMM)
CMM; Coordinate Measuring Machine merupakan

alat ukur geometrik modern dengan memanfaatkan komputer untuk mengontrol gerakan sensor relatif terhadap
benda ukur serta untuk menganalisis data pengukuran.
Berbagai rancangan mesin dibuat sesuai dengan kebutu-

74

lPrrou*u*nTexrurx
I

#.&

Berbagai jenis CMM dapat dipilih/disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang banyak ditangani di mana ukuran

dan ketelitian memegang peranan. Sementara itu, jenis


sensor dapat dibeli terpisah. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan kemampuan software yang dimiliki CMM untuk mempermudah analisis pengukuran serta berbagai
program statistik yang dimanfaatkan dalam pengontrolan
kualitas geometrik.

Jrrurs

Aur

Urun onu ClRn Pencuxunaru

75

3.
4.
5.
6.

Optik
Hidrolik
Fluida

Pneumatik atau Aerodinarnik

Beberapa jenis alat ukur menggunakan prinsip kerja gabun-

gan, seperti:

1.
2.
3.
4.
Ga m ba

r 3.3.c.P

ku ra n d e n g a n Coord i nate Measu


Machine(CMM)

eng u

ri n g

Terga ntu ng pada kecang gi ha n softwa re ya ng d i m i I iki

CMM, proses pengukuran geometri benda ukur akan lebih

dipermudah. Pada contoh di atas suatu sistem koordinat


benda ukur dapat diaktifkan melalui proses penggeseran
dan pemutaran sumbu koordinat ( A s/d D ).
Selain berdasarkan sifatnya yang menghasilkan klasifikasi dasar dan klasifikasi turunan dengan 7 jenis alat
ukur sepertiyang telah diulas di muka, cara klasifikasi lain
mengenai alat ukur geometrik adalah menurut prinsip kerja-utarna yaitu:
1. Mekanik
2. Elektrik

76 I
I

Pr*or*u*NTrxrurr

Elektromekanik (elektrik + mekanik)


Optomekanik (optik + mekanik)

Optoelektrik (optik + elektrik)


Pneumatikmekanik.

Prinsip kerja gabungan, yang diterapkan untuk alat


ukur geometrik dan besaran teknik lainnya, sebaEai sistem
pengukuran mandiri maLtpun yang tergabung menjadi

suatu sistem kontrol, ditambah denEan pengolahan data


dengan pemanfaatan komputer, saat ini telah berkembang semakin jauh menjadi bidang teknologi mandiri yang
sering dinamakan dengan Mekatronika.

Jexrs

Aur

UruR oeru CnnR PrrucurunRru

77

KONSTRUKS! ALAT UKUR


DAN PR![{SIP KERJA

lat ukur geometrik yang paling sederhana adalah


mistar/penggaris yang mempunyai garis-garis skala

ukuran. Penggaris ditempelkan pada benda ukur


dan diatur posisinya sehingga skalanya berimpit dengan
objek ukur. Penggaris digeserkan ke kiri-kanan sampaiangka nol skala menjadi segaris dengan salah satu tepi/ujung
benda ukur dan tepi/ujung yang Iain dimanfaatkan sebagai
penunjuk pada skala sehingga panjang benda ukur akan
terbaca. Proses pengukuran panjang yang sederhana seperti ini hampir pasti akan dilakukan setiap orang dengan
saksama, tidak tergesa-gesa.
Jika memang hanya dibutuhkan kecermatan pengukuran sampai dengan 1 mm, alat ukur penggaris ini memang memadai. Tukang kayu umumnya cukup memakai
penggaris dengan kecermatan 1 mm untuk mengerjakan
pintu-rumah. Bila dalam membuat ketebalan papan pintu
tersebut ia diharuskan memakaialat ukur, misalnya mistar-

ingsutdengan kecermatan 0.05 mm, pengerjaan papan pintu akan menjadi lebih lama. Tukang kayu akan lebih sibuk
mengukur dan mengasah papan kayu sampai komponen
pintu yang dibuat irri memiliki ketebalan yang sama atau
mendekati ukuran yang diinginkan dengan kecermatan

atau

@=65 96

-0,010

O= 65ao2e mm

sebaiknya diukur dengan kornparator dengan kecermatan


< 0.002 mm.

ukuran 0.05 nnm.


Berclasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
proses pengukuran diperlukan:

1.

2.

alat ukur yang berfungsi dengan baik dengan


kecermatan yang memadai disesuaikan dengan
permintaan. Dalam pembuatan komponen mesin/peralatan permintaan ini tertera pada gambar
tekniklmesin yaitu spesifikasi geometrik dengan
beragam jenis toleransi geometrik,
pelaksanaan pengukuran yang saksama dengan
pnosedur tertentu untuk menghindarkan terjadinya kesalahan pengukuran,

3.

pengukuran yang.tak hanya dilakukan setelah


produk selesai dibuat tetapi juga dilaksanakan
sewaktu produk sedang dibuat. Bila perlu mesim
perka kas d iatur/di-stel untuk memastika n apakah
elernen geometrik telah mencapai ukuran dalam
batas-batas toleransinya.

Sebagai petuniuk urnurn, kecerrnatan alat ukur se'lli0 claerah toleransi objek ukur. Sebagai
cor1toh, suatu poros dengan ukuran:
halknrya sekitar

80

Perueuxunnru Trxrurx

Bentuk objek ukur dan daerah toleransi yang diberlakukan pada objek ukur serta tingginya kecermatan yang

diinginkan memerlukan suatu alat ukur geometrik yang


mungkin harus dirancang secara khusus. Hal ini membuat
ragam alat ukur menjadi banyak, masing-masing dengan
cara kerja yang dapat berlainan. Alat ukur akan lebih rnudah digunakan bila sipengukur (operator) rnemahami cara
kerja alat ukur. Oleh karena itu, dalam sub bab ini beberapa
prinsip kerja alat ukur geometrik akan diuraikan baik secara
agak terperinci maupun garis besar cara kerjanya.

Kontruksi alat ukur dapat lebih mudah diterangkan


melalui komponen utamanya yaitu sensor, pengubah, dan
penunjuk/pencatat serta pengolah data.

4.1 SENSOR
Sensor adalah "peraba" alat ukur, yaitu yang menghubungkan alat ukur dengan objek/benda ukur. Ujungujung kontak mikrometer, kedua lengan mistar ingsut (uernier caliper),jarum alat ukur kekasaran permukaan adalah
merupakan contoh sensor mekanik. Sistem )ensa (objektif)
dapat dimanfaatkan sebagai sensor optik. Suatu poros
dengan lubang-lubang kecil, melalui mana udara tekan
mengalir keluar, adalah contoh sensor pneumatik. Sensor

KoNsrnuxsr

Aur

Uxun onn

Prurusrp

Xrrun

81

mekanik umumnya merupakan jenis sensor kontak, sementara sensor optik dan pneumatik adalah contoh jenis sensor

akan diulas pada sub bab ini den an menonjolk"an ulasan


mengenai ketelitian atau kebenaran penerusan isyarat qer-

non-kontak. Sensor kontak akan memberikan gayaltekanan pengukuran sementara sensor non kontak hampir atau
sama sekali tak memberikan gaya pengukuran.

akan sensor.

4.2 PENGUBAH
Pengubah ( transducer ) adalah

bar 4.1.

bagian terpenting
alat ukur, rnelalui mana isyarat sensor diteruskan, diubah
(bisa menjadi besaran lain) atau diolah terlebih dahulu
sebelum diteruskan ke bagian lain alat ukur. Pada bagian
inilah diterapkan bermacam-macam prinsip kerja yaitu
mekanik (kinematik), optik, elektrik, pneumatik atau prinsip kerja gabungan. Fungsi utama pengubah adalah untuk
memperbesar dan memperjelas isyarat sensor yaitu suatu
perubahan kecil bagi geometri objek ukur menJadi suatu
perubahan yang cukup jelas terbaca pada bagian penunjuk/pencatat alat ukur. Berbagai macam teknik bagi penyempurnaan penerusan atau pengolahan isyarat dirancang
dan diwujudkan pada bagian pengubah ini.

4.2.1 PENGU BAH MEKANIK (KINEMAT!K)


Prinsip kerja pengubah mekanik berdasarkan prinsip

kinematik yang meneruskan serta mengubah isyarat sensor berupa gerakkan translasi menjadi gerakan rotasi yang
relatif lebih mudah untuk diproses/diubah. Secara teoretik
prinsip kinematik rnudah dirancang akan tetapi secara
praktis sulit diterapkan akibat kendala dalam proses pembuatan dan perakitan. Berbagai jenis pengubah mekanik

82

lPr*"u*r*NTerrurr
I

Contoh pengubah mekanik yang paiilrg sederhana


adalah pasangan ulir luar (baut) dan ulir dalam (n'lur] sepertiyang diterapkan pada alat ukur mikrometer, !ihat gam-

hdp Bd

?k\
\";"**f
.----1-.

\Gh:}.

i oi0i - lpsrEit l

p.!e

*"li':ats
#" )"D'

\'

s3:I*g

dp@yq
prddllM
(eturu*r,

Srl&p
g{Lddruleru
wn6yd(ep)
enern

mgft

d4m

Gambar

4.l

ub

Mikrometer

Merupakan alat ukur dengan pengubah berprinsip


mekanik/kinematik. Satu putaran poros ukur secara teoretik akan menggeserkan poros ini sebesar satu pits ulir
utama (0.5 mm)" Skala yang dibuat pada silinder putar dapat
dibagi menjadi 50 bagian yang berarti 1 bagian skala setara
dengan gerakan translasi sebesar 0.01 mm. Kebenaran kecermatan pengukuran ini dapat dicapai berkat ulir utama
yang dibuat dengan geornetri yang teliti serta pemakaian

KoNsrnursr

Aur

Urun

oRru Pruusrp Kgnln

83

racet untuk menjaga keterulangan pengukuran. Meskipun


namanya mikrometer, karena alasan kendala pembuatan
dan kepraktisan pemakaian, alat ukur ini umumnya dibuat
dengan kecermatan tidak mencapai 1 mikrometer.
Beberapa halyang perlu diperhatikan pada mikrometer ini

adalah:

1.

Meskipun ulir utama baut dan mur dibuat dengan


ketelitian geometrik yang tinggi, tetap saja akan
terjadi kesalahan kisar. Hampir tidak mungkin
membuat ulir dengan kesamaan harga pits sepanjang baut dan mur sampai dengan orde misalnya
0.1 pm.
Akibat ketidaksamaan harga pits sepanjang baut
dan mur, satu kali putaran baut tidak mungkin
menggeserkannya benar-benar sebesar 1 pits teoretik (misalnya 0.5 mm), melainkan akan menggeserkan sebesar 1 kisar yang harganya bisa lebih
atau kurang dan 0.5 mm. Akibatnya, n kali putaran
baut akan menyebabkan kesalahan kisar kumulatif (kesalahan terjumlahkan) yang bisa cukup besar
yang mungkin melebihi harga kecermatan pembacaan skala putar.
Satu kali putaran poros ukur (silinder putar) dapat
dibagi 50 dengan cara menuliskan skala putar pada
silinder putar. Karena ulir utama dirancang dengan
harga pits sebesar 0.5 mm berarti satu satuan skala

putar berharga teoretik sebesar 0.01 mm.

84

Prncuruneru TExrurr

Kecermatan sebesar 0.01 mm ini harus dijannin tak


akan salah sampai dengan orde misalnya + 0.001
mm untuk setiap satuan skala putar dan kesalahan
kumulatif misalnya +.0.004 rnm untuk 50 kali pu-

taran yaitu sepanjang geseran maksimunn poros


ukur (untuk kapasitas ukur rnikronretel misalnya
25 mm).
Berdasarkan kenyataan ini, sangatlah sulit membuat mikrometer dengan kecermatan 0.001 mm dan
menjamin ketelitian pembacaan proses pengukuran dengan hasil suatu dimensi objek ukur dengan

kecermatan setinggi itu, misalnya 4,167 mm.


Suatu kekuatan pemutaran (momen puntir) yang

relatif ringan (kecil) akan memberikan Eerakan


translasi dengan gaya dorong yang cukup tinggi.
Bagi benda ukur yang tipis tekanan pengukuran
yang besar akan melenturkan benda ukur yang
menga kibatkan terjadinya kesalaha n peng uku ran.

Tangan manusia tidak sensitif terhadap pemutaran (kadang kuat, kadang ringan) hal ini akan
membuat kita tidak mampu mengulang pemutaran dengan cara sama benar. Akibatnya, bila
pengukuran diulang dan hal ini dilakukan dengan
cara memutar secara langsung silinder putar, hasil
pengukuran bisa jadi tidak sama.
Oleh sebab itu, pengukuran harus dilakukan
dengan memutar silinder putar lewat racet (gigigelincir). Racet ini akan menjamin ketepatan

KoxsrnuxsrAur Uxun oRru PRrrrrsrp KErua

35

hasil pengukuran yang diulang-ulang

putaran (zo= jumlah gigi pinion, misalnya 10). Putaran pinion diteruskan menjajdi putaran jarum
penunjuk melalui pasangan roda-gigi. Bila perbandingan putaran pasangan roda gigi inisebesarzr/
z, (misalnya 50/10), dan satu putaran penuh jarum
penunjuk dinyatakan dengan n skala (misalnya
100), maka kecermatan jarum ukur ini dapat diran-

se-

bab kekuatan putaran silinder putar dijaga


seringan mungkin dan tetap sama sesuai
dengan kekuatan pegas racet.

4.

Jika mulut-ukur ditutup yaitu dengan memutar (melalui racet) poros ukur sehingga berimpit
dengan landasan, pada saat itu garis indeks (garis
memanjang pada silindetetap) harus persis menunjuk skala putar pada harga nol. Untuk memungkinkan hal ini, silinder-tetap, diatas mana garis indeks
dituliskan, harus bisa diatur posisinya.
Hal ini dilaksanakan dengan merancang silindertetap yang terpisahkan dari rangka dengan membuat suaian pas ( transition fits) terhadap silinder
mur utama. Dengan cara ini penyetelan.nol (zero
setting) dimungkinkan dan keterakitan alat ukur
terwujudkan.

Contoh lain bagi pengubah dengan prinsip mekanil</kinematik adalah pasangan roda gigi dengan batang gigi. dan
sistem roda gigi yang diterapkan pada jam ukur (dialindicator) lihat gambar 4.2.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rancangan kinematik ini adalah:
Suatu gerakan translasi sensor sepanjang satu pits

1.

batang-gigi (rack; misalnya 0.25 mm) akan memutar roda-gigi pasangannya (pinion) sebesar 1 /2,

86

PrucurunRN Terrurr

cang dengan rumus:

Kecermatan: I skala:

o'25xlo :o.ooimm
22/Zlxn 50/10x100
PxZp

6.d(-lah Colrpan

et

c*@ -z

/*

l0J

C6{0

{l

Gambar 4.2 Prinsip pengubah kinematik yang diterapkon pado


jam ukur (dial indicator). Perhatikon roncongan pencegah keterlombatan gerak bolik (back-lash compensotor) bagi gerakan
sensor yang diteruskan sebagai putaran jarum penunjuk

Konsrnurg

Aur

Urun oau Pnrusrp KErua

87

Gigisuatu roda gigi (atau batang gigi)tak mungkin


dibuat dengan profil involute ideal. Oleh sebab itu,
tebal gigi umumnya dirancang dengan toleransi
minus yang berarti tebal gigi dibuat sedikit lebih
kecil danpada ketebalan gigi nominal.
Bila pasangan roda gigi ini dirakit dengan jarak
senter nominal, pasangan gigi akan meneruskan
putaran dengan hanya salah satu sisigiginya yang
saling berimpit (sisi gigi lainnya tak saling bersinggungan, jadi ada celah di antaranya untuk menjaga jangan sampai pasangan roda gigi macet garagara ada kesalahan profilyang berharga positif).
Bila putaran diubah arahnya, sementara roda gigi
pemutar dan yang diputar tetap fungsinya, roda
gigi pemutar akan berbalik lebih dahulu untuk
sepanjang celah gigi sebelum berfungsi penuh.
memutar roda gigiyang diputar. Kejadian inidinamakan sebagai keterlambatan gerak balik (backlash). Back-lash yang terjadi pada pasangan roda
gigi pemutar jarum penunjuk akan mengganggu
pembacaan skala karena posisi jarum penunjuk
yang berubah-ubah jika sensor sedikit berubah
(bergetar).

Untuk mengurangi efek back-lash digunakan


back-lash compensotor yaitu roda gigi pemutar
untuk arah putaran. kebalikan dengan arah putaran roda gigi pemutar utama. Roda gigi pemutar
utama berfungsi saat sensor bergerak naik dengan
daya dorong yang berasal dari sensor. Roda gigi
pemutar arah kebalikan berfungsi saat sensor ber-

88

PrncuruRRru Trxnrx
I

gerak turun dengan daya dorong pegas spiral (energidisimpan oleh pegas spiral saat sensor bergerak naik).

3.

Tekanan ringan yang diberikan sensor pada permukaan benda ukur (tekanan pengukuran) berasal
dari pegas penekan pada batanggigi.

Beberapa alat ukur pembanding/ komparator (diat


comparator) menggunakan prinsip pengubah gerakan
secara mekanik yang istimewa. Cara kerjanya sederhana
tetapi menghasilkan perubahan gerakan yang cukup besar.
Kecermatan komparator jenis ini umumnya sebesar 0"001
mm tetapi memiliki kapasitas ukur yang terbatas (jarak gerak sensor sebesar 0.1 mm). Contoh cara kerja mekanik

yang istimewa ini adalah pengubah gerakan pada EdenRolt "Millionth" Comparotor, Johansson Mikrokotor dan SigmaComparator.
Pengubah mekanik Eden Rolt Comparator menggunakan dua buah blok yang diikat dengan pelat tipis (baja;
bersifat pegas) ditunjukkan pada gambar 4.3. Sensor diatur
ketinggiannya relatif terhadap blok ukur acuan. Perbedaan
ketebalan/ ketinggian blok ukur yang dikalibrasi terhadap
blok ukur acuan akan menyebabkan sensor menggeserkan blok M relatif terhadap blok diam F misalnya sebesar
d. Penggeseran ini akan menyebabkan pelat tipis di ujung
ke dua blok melengkung. Karena disatukan dengan batang
penunjuk, maka penunjuk akan terputar sebesar 6. Sistem
mekanik seperti ini dapat dikategorikan sebagai sistem bebas gesekan, bebas dari sifat negatif yang sering menyerKonsrRuxsr

Aur

Urun onru PnrNsp Krrue

89

tai sistem mekanik yaitu histerisis (akan diulas lebih lanjut


pada babl 5 Sifat Umum Alat Ukur).
Perubahan posisi penunjuk ini dapat diamati secara
tak langsung dengan memakai sistem optik (sehingga menjadi sistem gabungan optomekanik) atau langsung melalui
garis tipis relatif terhadap bidang skala. Jarak antar garis
skala dan kecermatan alat ukur ini dapat dirancang seperti
yang diperlihatkan pada gam.bar 4.3.

,rrlrrA*_

1 ,nm

-o.r-

$n

^OG
6.9.o-rq"
xd
b
CD

75

I
t

metal
fib
perqlkat

Gambar 4.3. Penguboh mekanik pada Eden Rolt


"Mi I I i o nth" Co m p a rato

Bila perubahan posisi jarum diamati melalui garis


indeks relatif pada bidang skala, dapat dibuat jarak antar
garis skala sebesar 1 mm. Oleh sebab itu, jarum penunjuk

90

PencuxuRRu

Trrux

dirancang memiliki panjang sebesar 200 mm bila kecermatan dirancang sebesar 1 gm.

,s=

o'oolr2oo:l:mm
0,2

Bagian pengubah alat ukur pembanding Johansson


Mikrokator mempunyai pelat tipis dengan jarum penunjuk
(yang sangat ringan) ditempelkan di tengah-tengahnya.
Mulai dari bagian tengah ini pelat tipis tersebut secara permanen dipuntir/dipilin dalam arah yang berlawanan sehingga membentuk spiral kiri dan spiral kanan, lihat gambar 4.4. Salah satu ujung pelat yang terpilin dipasang tetap
pada batang pengatur, sedang ujung yang lain dipasangkan pada salah satu lengan penyiku. Lengan yang lain bagi
penyiku ini, yang terbuat dari pegas baja, dihubungkan
dengan poros pengukur.
Apabila poros pengukur bergerak naik ataupun turun, sesuai dengan perubahan dimensi objek ukur, penyiku
akan berubah bentuknya dan menyebabkan pelat yang
terpilin (spiral) mengalami perubahan panjang, menjadi
lebih terpilin atau kurang terpilin. Dengan demikian, jarum
yang terpasang di tengah-tengahnya akan bergerak sesuai
dengan isyarat sensor. Aspek lain yang menarik dari alat ini
adalah cara pemasangan poros pada badan alat ukur. Dalam hal ini digunakan pelat pegas berupa cincin dengan
maksud untuk menghindari gesekan. Pembesaran alat ini
dapat dirancang mencapai 5000x.

KorusrRuxsr

Aur

Urun oeN

PRrr.tsp

Krue

91

Karena kepegasan pita pengikat, engsel akan cenderung


kembali ke posisi mula jika beban dihilangkan.

iE um (darl gelaryane aanoaftpb)

rptal
kid

leno8n

['-'*

\ \
Fk-<

Lengan yang berbentukY yang terpasang pada blok


gerak akan memperbesar gerakan serta memutar silinder

sd.al
kman

lu

pengstr+ f

pegar
slls^t

ban

pngdur
nol
Pombesrtsn

9.1. r

w2-

t -penjary rplral ( pada g6ds


w - bbrr.trral (O.OO mm)
n

sensoi

"r

rur.-$t

noud

iumlarr punt.an

(tempat batang penunjuk terpasang) melalui pita baja.


Penekan yang berujung runcing dapat diatur jaraknya terhadap sumbu engsel dengan cara mengencangkan salah
satu baut dan mengendorkan baut yang lain yang keduanya terpasang pada poros pengukur. Jarak gerakan poros
pengukur ini relatif kecil dan dipasang pada badan alat
ukur dengan memakai diafragma. Dengan demikian, gesekan yang merugikan dapat dihindari.

pondok

o**31

Gambar 4.4 Konstruksi pengubah alat ukur pembanding


Johansson Mikrokator

penakan

Alat ini merupakan jenis pengubah mekanik bebas


gesekan. Penyetelan nol (zero setting) dilakukan dengan
mengencang/ mengendorkan baut pengbtur sehingga pita
kurang/lebih terpilin dan jarum bergerak menuju angka nol
(atau angka lain sebagaiacuan pengukuran).
Pengubah pada Sigma Comparator menggunakan
"engsel" yang bebas gesekan. Dua blok yang disatukan
dengan tiga pelat tipis yang saling menyilang, lihat gambar
4.5, berfungsi sebagai engsel. Apabila blok yang bebas bergerak ditekan, blok ini akan terputar relatif terhadap blok
yang diam, persis seperti gerakan yang terjadi pada engsel.

gZ I
I

Pr*or*r*NTrxurr

pita

Ua]a-z.".---.

LR
x'7

owrqna

r
+

tonto

Gambar 4.5 Skema prinsip kerja pengubah mekonik


SigmaComparator

KorusrRurs Ar-nr Uxun oRru PsNsrp KeruR

I
I

gg

4.2.2.PENGU BAH OPTOMEKANIK


Beberapa alat ukur pembanding menggunakan prinsip kerja gabungan yaitu pengubah mekanik dan optik sep-

erti contoh yang diperlihatkan pada gambar 4.6.


Pengubah mekanik berupa sistem kinematik yang
berfungsi untuk memperbesar perubahan silinder pengukur (sensor) menurut perbandingan jarak antara ke dua
ujung batang terhadap engselnya. Sistem mekanik digabung dengan sistem optik melalui cermin yang kemiringannya dapat diubah. Sementara itu, cermin berfungsi
Sebagai pemantul berkas cahaya pada sistem pengubah
optik. Pengubah optik dapat merupakan sistem pembentuk bayangan yang berupa garis yang diproyeksikan pada

antar garis 2 mm, hal ini setara dengan merancang kecermatan sebesar 0.00'l mm.
Faktor pembesaran sebesar 2 pada sistem optiktersebut merupakan pengaruh perubahan kemiringan cermin
pemantul, seperti yang dijelaskan pada gambar 4.6.

iayar kaca buram tempat skala tercantum (atau dibalik; bay-

angan skala diproyeksikan pada kaca buram yang memiliki


garis indeks).
Jika perbandingan jarak antara ke dua ujung batang
kinematik terhadap engselnya adalah 20 ; 'l , sedang perbandingan radius skala dengan jarak antara engsel dengan

ujung cermin pemantul adalah 50 : 1 , maka pembesaran


total alat ukur adalah:
pembesaran mekanik : 1 x20x

:50x2
pembesaran total : 20 x 100

pembesaranoptik

=20satuan.
=100satuan.
= 2000 satuan.

Halini berarti:
Bila jarak perubahan sensor sebesar 1 prm dirancang menimbulkan pergeseran garis indeks pada skala dengan jarak

94 I
I

P.*ou*u*u Trxurx

poi$ltu rnh
Dql66luya
-2 (0+0)-2
-2 E

Gambar 4.6 Prinsip kerja alat ukur optomekanik

4.2.3 PENGUBAH ELEKTRIK


Pengubah dengan prinsip kerja elektrik berfungsi
untuk mengubah isyarat non elektrik baik yang berasal
langsung darisensorataupun yang telah melalui pengubah
primer (pengubah mekanik, optik, pneumatik, atau kombinasinya), menjadi isyarat dengan besaran elektrik.

KoNsrRuxsr

Aur

Urun oex

PRrNsrp KrR.lR

95

Perubahan besaran elektrik (arus atau tegangan listrik) dapat diolah dan diperbesar dengan memakai prinsip

elektronik. lsyarat akhir, yang berupa besaran listrik, diukur


dengan alat ukur besaran listrik. Hubungan atau korelasi
antara isyarat mula dengan isyarat akhir dapat diketahui melalui penyetelan dan kalibrasi sehingga diperoleh
harga kepekaan atau kecermatan seperti yang dirancang. Dua contoh pengubah elektrik yang dibahas berikut
adalah jenis kapasitif dan jenis transformator.

4.2.3.1 Pengu bah

Ka

Pr*or*r*ru

Ga

m ba r

4'7'i!,ii,i;2[:r,::,'{

pasitif

Kapasitor dapat terbentuk apabila dua buah pelat


metal didekatkan sampai sejarak [,. Besarnya kapasitas untuk mengumpulkan muatan listrik bagi kapasitor ini dipengaruhi oleh jarak pelat, luas permukaan pelat, dan dielektrikum yang mengisi celah antara pelat. Jika jarak pelat di u bah,
sementara beberapa faktor lainnya tak diubah harganya,
besarnya kapasitas ini berbanding terbalik dengan jarak 0.
Artinya, semakin jauh jarak pergeseran, kapasitasnya akan
menurun atau sebaliknya. Jadi, dapat dikatakan bahwa
pelat kapasitor ini sensitif terhadap perubahan jarak.
Suatu sirkuit elektronik dapat direncanakan untuk
mengetahui besarnya perubahan kapasitas kapasitor akibat perubahan jarak yang diteruskan oleh sensor. Salah
satu cara yang umum diterapkan adalah dengan penguat
operasional (Op-Amp) dengan skema seperti gambar 4.7.
Tegangan keluarVo (out puq mV) dalam halinisetara dengan jarak (t) dikalikan dengan faktor penguat (K,).

96 I

'v.'C*
Vo----x--l-Kre

p.ldloFslio.

!;'s

a n s ke m

4.2.3.2 Pen gubah Jen is Tra nsformator


( LVDT)
Pengubah jenis Transformator Beda Linier (Linear
Variable Differentiol Transformer, LVDT) bekerja dengan
prinsip transformator yaitu timbulnya tegangan imbas pada
kumparan sekunder akibat adanya tegangan listrik pada
kumparan primer. Tegangan imbas pada ke dua kumparan
sekunder akan sama besarnya apabila kedudukan inti (kern
core; terbuat dari besi) berada ditengah-tengah, lihat gambar 4.8. Apabila letak inti bergeser dari posisi semula (posisi
nol), tegangan imbas pada salah satu kumparan sekunder
akan naik dan yang lain akan turun dengan harga yang
sama sebanding dengan perubahan jarak pergeseran inti,
sepertirumus berikut (hanya berlaku pada daerah linear):

VL:

Ymula +

9lrmuh.Lt
2

TexNrr

KoNsrnurs

Aur

Urun oeru Pnrxsrp Kmtn

97

3.
Y2 =Vmula -9Vmuta.L{,

2
Apabila ke dua kumparan sekunder ini dihubungkan
secara seri dengan orientasi terbalik, tegangan keluar akan
sama dengan:

Vo=V,-Vr= CV.,,".A8

di mana C adalah konstanta yang dipengaruhi oleh konstruksi alat ini.

Suatu sistem optik (atau gabungan optomekanik),


yang dirancang untuk mendeteksi (peka terhadap)

perubahan gerakan, diusahakan untuk mengubah

intensitas cahaya yang mengenai fotosel yaitu


pada saat terjadi perubahan gerakan.
4. Pengolahan sinyal foto sel (besaran listrik) sedemikian rupa sehingga korelasi (hubungan) antara
perubahan intensitas cahaya dengan perubahan gerakan dapat dibaca dengan kecermatan
tertentu.
Berbagai macam teknik penerapan prinsip dasar di
atas dapat diterapkan. Salah satu teknik penerapan yang
sederhana adalah sepertiyang diperlihatkan pada gambar
4.9 yang merupakan bagian sensor dan bagian pengubah
alat ukur kekasaran permukaan.

Ga m ba r

4.2.4

4.8

Li n ea

Va ri a b I e D i ffe re

nt i o I Tra n sfo r m e r, LV DT

PENGU BAH OPTOELEKTRIK

Prinsip kerja pengubah jenis optoelektrik umumnya


dirancang dengan penggabungan beberapa prinsip dasar

berikut:
1.

Fotosel (photocell/photodiode) merupakan komponen elektronik yang peka terhadap sinar yang
jatuh pada permukaan aktifnya.

2.

Berkas cahaya dari suatu sumber cahaya (lampu


atau LED; Light Emitting Diode) diarahkan oleh sis-

tem optik supaya mengenai fotosel.

s8

Pencurunnru TrxNrr
I

Gambar 4.9 Serlsor alat ukur kekasaran permukaan yang meng-

gunakan pengubah (mekono) optoelektrik

KorusrRurs

Aur

Urun oau

PmNsrp

Krrur

I
I

gg

Sensor yang berupa ujung jarum diatur sehingga


menempel permukaan yang akan diukur kekasarannya
(sampai penunjuk skala berhenti pada posisi nol). Disini
bekerja sistem mekanik, optik dan elektrik.

Sistem mekanik:
Akibat tekanan pegas pada batang ayun sensor akan
selalu menempel pada permukaan. Poros alat ukur digeserkan (digerakkan oleh motor yang dikontrol kecepatannya)
sepanjang sampel kekasaron dan sensor menggeser sambil
bergerak turun naik mengikuti profil kekasaran. Gerakan
sensor menggoyangkan batang ayun pada engselnya dan
pelat bercelah mengikutinya sesuai dengan perbandingan
jarak sensor engsel dan pelat engsel.

Sistem optik:
Berkas cahaya diarahkan pada sepasang fotosel me-

4.2.5 PENGUBAH PNEUMATIK


Alat ukur geometrik dengan pengubah pneumatik
bekerja atas dasar suatu gejala bahwa kondisi suatu aliran
udara yang tertentu (tetap) akan berubah apabila ada perubahan pada celah antara permukaan benda ukur dengan
permukaan sensor alat ukur (di mana udara ini mengalir
melaluinya). Perubahan kondisi aliran udara ini dapat diketahui dengan cara mengukur perubahan tekanan atau kecepatan aliran.

Alat ukur pneumatik ini secara keseluruhannya dianggap sebagai suatu sistem aliran udara yang terdiri atas
bagian-bagian sebagai berikut:

1.
2.
3.

Sumber udara tekan,


Sensoryang berfungsi juga sebagai pengubah,
Alat ukur perubahan kondisialiran udara.

Berdasarkan

ca

ra peng ukuran perubaha n kondisi ali-

lalui celah. Akibat goyangan celah, ke dua fotosel akan menerima cahaya dengan bergantian intensitasnya. Saat celah
bergerak ke atas fotosel yang di atas akan menerima cahaya

ran udara dapat diklasifikasikan dua jenis alat ukur pneumatik yaitu,
1. SistemTekanan Balik(Back Pressure System)
2. Sistem Kecepatan Aliran (Flow-Velocity System)

dengan intensitas yang lebih besar daripada yang diterima


foto sel yang di bawah. Hal sebaliknya akan berlaku saat
celah bergerak ke bawah.

4.2.5.1 Sistem Tekanan Balik

Sistem elektrik:
Perubahan sinya! listrik karena perubahan intensitas
cahaya pada sepasang fotosel secara sistematik mengikuti
irama goyangan celah (naikturunnya sensor mengikuti pro-

Prinsip kerja alat ukur pneumatik dengan sistem


tekanan balik dapat diterangkan dengan menggunakan
skema seperti gambar 4.10
Udara dengan tekanan tertentu p, mengalir melalui

lubang pengontrol (yang dapat diatur diameter efektifnya)


menuju ke ruang antara. Sementara diameter lubang pen-

fil permukaan) dapat diproses secara elektronik.


100

PpttcuxunnN TrxNrr

KoNsrnursrAur Uxun

oRru Pmrusrp

Krrun

I
I

fOf

gontrol dibuat tetap, d,, "diameter efektif"d, (melalui mana


udara tekan ini mengalir keluar) dapat berubah sesuai denEan perbedaan antara diameter benda ukur dan diameter
sensor.

Tekanan udara pada ruang antara, po, akan berubah


rnengikuti parubahan dr. Dengan mengatur diameter efek-

tif d, dan d, (mengatur luas lubang efektif A, dan Ar) serta


tekanan p, (biasanya 1 s.d. 29.6 N/cm2) dapat diperoleh
suatu daerah linear yang cukup panjang dari kurva yang
menggambarkan hubungan antara koefisien p, /po dengan A1// o2. Untuk harga p,/po antara 0.6 dan 0.8, yaitu pada
daerah linier, berlaku rumus berikut:
Po

p, -

a - bA'
A1 atru Po'Pt a

A'

- bfi

o'

dengan demikian dapat dicari dengan mendiferensiasi po


(besaran yang ditunjukkan alat ukur)terhadap A, (besaran
yang diukur perubahannya).

-f,

o,;N/cmz/cm2

Rumus di atas menyatakan bahwa kepekaan alat


ukur pneumatik sistem tekanan balik adalah berbanding
lurus dengan tekanan p, dan berbanding terbalik dengan
luas penampang lubang pengontrol A, (atau kuadrat diameter efektit dr).

1OZ

I
I

Pr,,,or*r*ruTexxrr

la.tda

&r

Gambar 4.1O Alot ukur pneumatik dengan sistem tekanan bolik.

Kepekaan atau sensitivitas alat ukur pneumatik ini

#"

A2l A1

4.2.5,2 Sistem Kecepatan Aliran


Berbeda dengan sistem tekanan balik yang mengukur perubahan tekanan, alat ukur pneumatikdengan sistem
kecepatan aliran bekerja atas dasar perubahan kecepatan
aliran udara. Dalam sistem ini lubang pengontrol dengan
diameter efektif d, tidak diperlukan. Jadi, kecepatan aliran
udara hanya dipengaruhi oleh perubahan penampang
efektif Ar, yaitu celah antara permukaan sensor dan permukaan benda ukur.
Biasanya kecepatan aliran udara diukur dengan
menggunakan tabung konis (dari gelas) dan suatu pengapung, Iihat gambar 4.11. Karena adanya aliran udara maka
pengapung akan terdesak ke atas sampai suatu kedudukan
tertentu dia akan mengapung, yang berarti pada saat itu
gaya beratnya seimbang dengan gaya tekan ke atas aliran

Korusrnuxsr

Aur

Urun onru pnrrusrp

Keu I
I

Og

udara yang mengalir melalui celah antara pengapung dan


dinding tabung konis.
Apabila celah antara permukaan sensor dengan permukaan benda ukur menyempit (bila objek ukur, misalnya

Kecopalrnrlrrll

belpuur&n
mngtPurc

diameter lubang mengecil), kecepatan aliran udara akan


turun. Akibatnya, pengapung akan turun sampai suatu
kedudukan tertentu setelah terjadi lagi suatu keseimbangan (karena celah antara pengapung dengan dinding
tabung konis semakin ke bawah akan semakin sempit). Hal
yang sebaliknya akan berlaku yaitu bila celah antara permukaan sensor dan permukaan benda ukur membesar.
Dengan demikian, ketinggian pengapung relatif terhadap tabung konis yang diberi suatu skala tegak (vertikal) menggambarkan ukuran celah antara sensor dengan

benda ukur. Bila ukuran nominal telah ditetapkan dengan


memakai kaliber penyetel (harga nol ditetapkan), skala
yang ditunjuk pengapung merupakan selisihnya terhadap
harga nominal. Pada daerah linier bagi kurva yang menggambarkan hubungan antara kecepatan aliran udara F
(atau kedudukan pengapung) dengan penampang efektif
A, yaitu celah antara sensor dan benda ukur, berlaku rumus
sebagaiberikut:

Gambar 4.1 1 Alat ukur pneumatik dengan


si stem kecepata

=_a+bA2

n ol iran

dankepekaarurya

ffi=t

di mana b adalah faktor kepekaan yang dipengaruhi oleh


konstruksialiran udara yang tekanan dan kecepatan aliran
udara ditentukan dan diatur/di stel.
Bagi ke dua sistem pengukuran diatas (tekanan balik

maupun kecepatan aliran) penyetelan kepekaannya (berartijuga kecermatan atau arti jarak antar garis-garis skala;
misalnya untuk pits 2 mm setara dengan 0.005 mm perubahan dimensi benda ukur) serta kedudukan nol (letak angka
acuan) dilakukan dengan bantuan kaliber penyetel (alat
ukur acuan dengan harga nominal tertentu).

lM I
I

P."or*u*uTerntx

KomsrRuxsl

Aler Urun oRru Pnrrusrp Krrun

105

Di industri komponen mesin & peralatan pabrik, alat


ukur pneumatik jenis kecepatan aliran lebih banyak dipakai
daripada jenis tekanan balik. Meskipun harga satuan alat
ukur inicukup mahal, ongkos pengukuran umumnya akan
relatif murah. Hal ini dimungkinkan karena sensor dapat
direncanakan sesuai dengan kondisi benda ukur serta jenis pengukuran sehingga pemakaiannya sangat cepat dan
mudah, lihat gambar 4.'12.
Kontak antara permukaan sensor dengan permukaan
objek ukur dapat dihindari karena adanya suatu "bantalan
udara". Jadi, keausan sensor dapat dikurangi atau bahkan
tak terjadi sama sekali. Sensor dengan lubang kecil yang
menyemprotkan udara langsung ke permukaan objek ukur
hanya sesuai untuk permukaan objek ukur yang halus.
Semakin kasar permukaan objek ukur aliran udara akan semakin tidak beraturan.
Untuk permukaan yang relatif kasar (Ra > 1,25 pm
perlu digunakan sensor kontak yang mempunyai bagian
mekanik antara lubang aliran udara dengan benda ukur.
Sensor mekanik ini dapat berupa bola, batang, silinder atau
pelat yang bersinggungan langsung dengan permukaan
objek ukur. Suatu gerakan pada sensor mekanik (sensor
kontak) akan menyebabkan perubahan diameter efektif lubang aliran udara pada bagian alat ukur (bukan antara permukaan benda ukur dan sensor).

106

PrHcuxuReru TexNrx

ffi @
ffi@@
4RNi

M ffiffi

Jenis kontak
dengan Sislsm

A.
B,
C.

fotakurtmgen
Bola
Polat

Jonas

Dua

lubrm

A&B:toloransi
diamtd
C
: kesilindrisan

(c)

lb
I ln
J
(A)

-,,iffi

W--'---M (B) --,ED%


(c)

'r"i"l"-"'"'

(o)

d?

fu

ffi- "-5k- @TJ


(E)

Ji?f,."'"*

;[::,:J:1
Zk***J A
cao

(F)

(g)

Gambar 4.12. Berbogoi macom

E.Fdanc

,.,:"#,:lily-

(H)

sensor

alot ukur pneumotik

4.2.6 PENGUBAH OPTIK


Pada dasarnya sistem optik yang digunakan sebagai
pengubah alat ukur berfungsi sebagai pembelok, pembias,
atau pemantul berkas cahaya yang berasal dari suatu
ob_
jek sehingga terbentuk suatu bayangan (maya
atau nyata)
dengan ukuran/penyimpangan yang lebih besar daripada
ukuran/penyimpangan objeknya. Objek dalam hal inidapat
berupa benda ukur atau komponen alat ukur misalnya
skala

KonsrRuxsrAur Uxun onru pnrrusrp Krrun

I nZ
I

atau garis indeks. Sistem optik biasanya terdiriatas gabungan komponen yang berupa cermin, lensa, dan prisma.
Beberapa jenis sistem optik yang digunakan dalam bidang

pengukuran antara lain pembesar, mikroskop, proyektor,


teleskop, autokolimator dan teleskop posisi.

4.2.6.1Lensa Pembesar
Sistem optik yang paling sederhana yang memungkinkan seseorang untuk melihat suatu objek dengan
lebih jelas adalah lensa pembesar. Suatu objek yang diletakkan pada jarak fokus (titik api) lensa pembesar akan
terlihat oleh mata sebagai suatu bayangan objek dengan
ukuran yang lebih besar, lihat gambar 4.13. Lensa pembesar umumnya dipakai pada sistem pembacaan skala atau
sebagai alat ukur pembanding yaitu dengan menyisipkan
gambar transparan bentuk geometri acuan/standar yang
akan terlihat sebagai latar depan objek ukur. Pembesarannya (magnification) lensa pembesar ditentukan dengan rumus sederhana berikut:

OPD

Gambar 4.14 . Prinsip lensa pembesar

4.2.6.2 Mikroskop
Apabila dua lensa pembesar (susunan lensa) diatur
menjadi satu sistem optik dapat dibuat menjadi mikroskop.
Lensa pembesar (susunan lensa)yang berada didekat mata
disebut okuler, sedang yang berada di dekat objek bernama objektif. Skema mikroskop ini diperlihatkan pada gambar 4.15. Suatu objek MN yang diletakkan di depan objektif
akan membentuk bayangan nyata dan terbalik pe. Melalui
okuler bayangan PQ ini akan terlihat oleh mata sebagai
bayangan RS, yang jika dibandingkan dengan ukuran objek
aslinya, pembesaran totaladalah :

R^S R,S PO
MN PQ MN

MN=7
di mana,
D = jarak terdekat benda ukur yang masih dapat terlihat
oleh mata dengan jelas (tanpa lensa). Untuk mata
normaladalah 250 mm.
f = jarak fokus lensa pembesar, mm.

108

I
l

P.*or*u*NTernrx

di mana,
RS

MN

= pembesaran total

KousrnuxsrAr-er Uxun oRN PRrusrp KrR:a

I
I

f Og

RS

MN
.RS

4.2.6.3 Proyektor

= pembesaran okuler

Dua sistem lensa, yaitu kondensor dan proyektor


merupakan komponen proyektor, lihat gambar 4.16. Berkas cahaya dari suatu sumber cahaya diarahkan oleh kondensor menuju objek yang diletakkan di antara kondensor
dan proyektor. Karena benda ukur biasanya tidak tembus
cahaya jadi hanya sebagian berkas cahaya yang diteruskan
dan diproyeksikan ke suatu layar, sehingga terlihat bayangan benda ukur yang gelap dengan latar belakang yang

= pembesaran objektif

MN

terang.
Pemeriksaan bayangan benda ukur (pengukuran

_.1\=-.

. -\\\

Js

Gambar 4.15 . Prinsip mikroskop

Seperti halnya dengan kegunaan mikroskop pada


umumnya alat ukur ini memang digunakan untuk memperbesar objek ukur yang relatif kecil. Dengan sistem optik
objek ukur tak teraba oleh sensor (non kontak)dan pengukuran dimensi dilaksanakan dengan meletakkan
benda ukur pada meja translasi yang digerakkan dengan kepala-mikrometer (micrometerhead). Pengamat
melakukan penyetelan nol, kemudian menggerakkan
meja sehingga garis silang (bayangan gambar yang
disisipkan di sistem lensa okuler) terlihat menempel
pada ujung objek ukur. Panjang objek ukur dilihat dengan membaca skala mikrometer penggerak meja.

110

PrxcuxuReru Trrrurr

atau pembandingan dengan contoh bentuk standar) dilakukan dari balik layar yang terbuat dari kaca buram. Seperti halnya pada mikroskop, benda ukur dicekam pada meja
geser (koordinat X-Y) sehingga bayangan benda ukur dapat
digerakkan relatif terhadap garis silang yang terdapat pada
layar. Jarak yang ditempuh oleh gerakan bayangan dapat
dibaca pada skala kepala mikrometer dengan mana meja
posisi digerakkan; arah X dan/atau

Y.

Alat ukur proyektor profiljenis CNC dilengkapi dengan sistem kontrol gerakan meja. Bayangan digerakkan
secara otomatik sesuai dengan program pengukuran yang

dibuat khusus untuk suatu benda ukur. Serupa dengan mesin ukur CNC (CMM; Coordinate Measuring Machine) atau
mesin perkakas CNC, sistem kontrolgerakan meja memanfaatkan motor servo dan alat ukur jarak (inductosyn atau
encoder). Dalam hal ini sensor jenis fotosel ditempelkan
pada kaca buram untuk mendeteksi saat pemulaian dan/
atau pengakhiran penghitungan jarak gerakan bayangan.

KorusrRuxsr

Amr Urun oeu

Pntrusrp KrruR

11L

menggunakan prisma, cermin ataupun sistem lensa pembalik. Pembesaran yang dapat dicapaiteleskop merupakan
perbandingan antara jarak fokus dari objektif dengan okuler. Dua macam alat ukur geometrik yang menggunakan
prinsip teleskop adalah autokolimator dan teleskop posisi.
otlr*ttr

Gambar 4.16. Prinsip proyektor profrl. Jenis CNC dilengkapidengon sistem kontrol gerakan meja yang menggerokkan
bayangan relatif terhadap fotoselyong ditempelkon di layar

Gambar 4.17. Prinsip teleskop astronomi

4.2.6.4Teleskop
Teleskop adalah nama suatu sistem optik yang digunakan untuk melihat objek yang jauh supaya terlihat dekat

dengan bayangan yang jelas. Dua sistem lensa yaitu objektif dan okuler diatur jaraknya sedemikian rupa sehingga
berkas cahaya yang sejajar (yang berasal dari objek yang
jauh) akan difokuskan oleh objektif pada titik yang sama
dengan jarak fokus okuler.
Oleh okuler berkas cahaya inidibiaskan menjadiberkas cahaya yang sejajar lagi sehingga bayangan objekdapat
terlihat oleh mata dengan lebih jelas tanpa atau dengan sedikit penyesuaian (akomodasi), lihat gambar 4.17. Bayangan
yang terlihat oleh mata posisinya terbalik. Bila dikehendaki,
bayangan tersebut dapat dibuat menjadi tegak dengan

112

PencuruRnl TrrNtx

ll

o-oo

t,

-4i
---n-dc#b
-

Gambar 4.1 8. menunjukkan prinsip autokolimator (autocollimator), dengan suotu kondensor yang mengarahkan berkas cahoya
dari sumber cohaya di otas sumbu optik menuju torget yang
berupo garis. Suatu cermin semi reflektor (sebagion berkas cahoya
dipontulkon, sebagian lain diteruskan) dengan posisimiring 45"
terhodap sumbu optikteleskop akan membuat seoloh-olah target
terletak pada sumbu optik persis poda jarok fokus objektif

Korusrnuxsr

Aur

Uxun

oln

PRrr.rsrp

KrruR

ff3

Dengan rancangan seperti ini berkas cahaya yang


keluar dari objektif akan merupakan berkas cahaya yang
sejajar, dan melalui okuler pengamat tidak akan langsung
melihat sumber cahaya. Berkas cahaya, yang mengandung
bayangan garis target ini, dipantulkan kembali oleh suatu
cermin, disebut reflektor, yang diletakkan pada jarak tertentu di depan autokolimator.
Melalui okuler, pengamat akan melihat bayangan
garis target yang telah dipantulkan oleh reflektor yakni
garis horisontal dengan latar belakang terang. Pada fokus
okuler dipasang pelat gelas tipis yang ditengahnya dibuat
dua garis sejajar horisontal. Pelat gelas tersebut dapat digerakkan naik-turun dengan bantuan mikrometer. Melalui
mikrometer ini pengamat berusaha untuk melingkupi garis
bayangan target dengan dua garis sejajar ini sesimetrik
mungkin. Kemudian, posisi dua garis sejajar (berarti: posisi
garis target) dibaca pada skala mikrometer.

Tergantung pada rancangannya, skala mikrometer


autokolimator bisa memiliki kecermatan 0.1 sekon dengan
kapasitas ukur hanya 10 menit. Autokolimator sebenarnya
memang merupakan alat ukur sudut, yaitu sudut kemiringan cermin reflektor relatif terhadap sumbu optiknya. Jika
posisi reflektor diubah karena dipindahkan posisinya (atau
karena terubah akibat perbedaan yang terjadi pada sistem
pengukuran), posisi garis target yang dipantulkan kembali
menuju objektif akan terletak pada bidang fokus okuler
yang tak selalu pada sumbu optik melainkan dapat di mana
saja di atas atau di bawahnya.

1L4

PeNcuxuRRu TrrNtx

=T=
:

df, lslr -F{r


dg--'larmruX,

ort lrr9.l
b.lui drilnl(

rfnt|(

Teleskop Posisi
Berbeda dengan autokolimator yang mendeteksi
kemiringan suatu target yang berupa cermin, teleskop posisi digunakan untuk mengamati perpindahan posisitarget
relatif terhadap sumbu optiknya dalam arah horisontaldan
vertikal (linear). Dalam hal ini target berupa gambar skala
karan-lingkaran konsentri k. Umumnya
skala konsentrik tersebut dibuat pada gelas transparan, sehingga bila diinginkan dapat diterangi dengan lampu yang

ya

ng terdi ri atas

li n g

dipasang di belakangnya secara langsung atau dengan memakai sistem lensa pembuat sejajar berkas sinar.
Seperti halnya pada teleskop, pengamat dapat melihat target yang berada di depannya. Supaya target yang
diletakkan di dekatnya (> fokus objektif ) atau jauh di depan
(beberapa puluh meter) dapat terlihat dengan jelas dan tak

terbalik, teleskop posisi dilengkapi dengan sistem lensa


pemfokus dan sistem lensa pembalik, lihat gambar 4.19.
Pada fokus okuler dipasang pelat gelas tipis dengan
gambar garis silang dengan titik perpotongan persis pada
sumbu optik. Gambar garis silang ini tak dapat digerakkan
dan dimanfaatkan pengamat untuk melakukan pembacaan

Konsrnursr

Aur

Urun oen

PRrr.rsrp

Krrue

115

posisi target yaitu dengan melihatnya relatif terhadap skala


konsentrik pada target (arah horisontal dan/atau arah verti-

kalrelatif terhadap sumbu optik).

S"

S*
F

"c-

ry
(E!. h

Gambar 4.19 Prinsip teleskop posisi dengan mikrometer optik

Untuk mempermudah dan menaikkan kecermatan


pembacaan posisitarget, teleskop posisi umumnya dilengkapi dengan mikrometer optik. Komponen utama mikrometer optik berupa keping gelas dengan dua sisi rata yang
sejajar (keping parallel). Suatu berkas cahaya dengan sudut
datang nol (berimpit dengan garis normal) akan diteruskan
melalui keping parallel secara lurus. Apabila sudut datang
tidak sama dengan nol, berkas cahaya akan dibiaskan mendekati normal untuk kemudian pada sisi yang lain akan
dibiaskan kembali menjauhi normal, sehingga arah berkos
cahaya ietap seperti semula tetapi telah menggeser sejauh
d, lihat gambar 4.19. Untuk suatu sudut datang yang kecil,
perubahan kemiringan keping parallel akan setara dengan
perubahan jarak d. Pengaturan kemiringan keping parallel
dilaksanakan dengan suatu mekanisme yang berhubungan
langsung dengan dua kepala mikrometer (micrometerhead)
untuk pembacaan pergeseran target dalam arah horisontal
dan vertikal; biasanya dengan kecermatan 0.02 mm.

L16

PrrucuxuRRH

Trrrrx

4.2 PENUNJUK & PENCATAT


(PEREKAM DATA PENGUKURAN)
lsyarat yang telah diperbesar oleh bagian pengubah
diteruskan ke bagian penunjuk yang akan menunjukkan
hasil pengukuran lewat garis indeks atau jarum penunjuk
yang bergerak relatif terhadap bidang skala atau dengan
penunjuk berangka (digital). Skala, yang berupa jajaran garis, dengan orientasi lurus atau lengkung, dibuat dengan

jarak tertentu untuk mempermudah pembacaan. Jarak


antar garis skala mempunyai artitertentu yang menunjukkan kecermatan alat ukur atas besaran yang diukur. pada
penunjuk digital, kecermatan alat ukur diwakili oleh angka
(desimal) terakhir.
Sebagai tambahan, atau sebagai ganti penunjuk,
suatu pencatat dapat merupakan bagian alat ukur. pencatat
diperlukan jika data pengukuran harus direkam secara berkesinambungan. Pada beberapa pengukuran geometrik,

KoNsrnursrAler Urun

oRru Pnrrusrp

KrruR

nZ

misal nya kekasaran atau kebulatan, hasil akhir peng u ku ran


didapat dari analisis rekaman data (secara manual atau oto-

matik) yaitu analisis grafik yang dihasilkan pencatat.


Hampir semua alat ukur, kecuali beberapa jenis alat
ukur standar dan alat ukur batas, mempunyai bagian penunjuk yang dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu :

atau jarum penunjuk pada skala menyatakan harga sebagai

hasil suatu pengukuran.

Hdarlg baca

4.3.1 PENUNJUK BERSKALA


Skala adalah jajaran garis yang beraturan dengan
jarak antara garis (pits) yang tertentu dan mempunyai arti

tertentu. Kerapatan atau jarak antar garis dibuat supaya


mata dapat melihat garis-garis tersebut secara mudah dan
jelas terpisah, baik yang dirancang dengan atau tanpa bantuan sistem optik (lensa pembesar). Jajaran garis ini terletak pada suatu bidang yaitu bidang skala. Biasanya bidang
skala berupa bidang rata namun ada pula yang merupakan
bidang lengkung sebagai permukaan silinder. Garis-garis
ini bisa berjajar lurus (skala lurus) atau melengkung (skala

eri.hdCts
bldangsl(ala.da

Udile

&!-dor
d(drhr!l,

kqmlEt
*{t"t.''['"')

Gambar42OSkola

busur) lihat gambar 4.20.


Jarak antara dua garis skala alat ukur geometrik dapat

berarti bagian dari meter atau bagian dari derajat dan


merupakan kecermatan alat ukur. Secara visual pembacaan
dilakukan dengan mengusahakan mata (sumbu optiknya)
terletak pada bidang baca. Bidang baca ini mengandung
garis indeks atau jarum penunjuk dan merupakan bidang
yang diusahakan tegak lurus atau normal terhadap bidang skala. Bidang baca, pada mana garis indeks atau

jarum penunjuk terletak, bergerak relatif terhadap bidang


skala. Pada saat dimulainya pembacaan, posisi garis indeks

118

I
I

Pr*or*r*N Trrxrr

Skala merupakan jajaran garis yang tersusun pada


bidang skala rata atau bidang skala silinder. pembacaan

dilakukan pada bidang baca yang tegak lurus atau normal


terhadap bidang skala. Pada bidang skala jajaran garis tersebut bisa lurus ataupun membentuk busur lingkaran. Jarak
fisik (mm) antar garis skala (pits) dirancang dengan memperhatikan aspek keterbacaan, kepekaan, dan kecermatan
alat ukur. Selanjutnya, aspek ketepatan dan ketelitian juga
perlu diperhatikan dalam proses pengukuran.

KonsrnusrAur Uxun oan Pmnsp

Kru I f fq
I

4.3.1.1 . Skala Nonius (Nonius/ Vernler


Scale)
Pada saat pembacaan skala dilakukan, tidak selalu
garis indeks persis segaris dengan garis skala melainkan
terletak di antaranya. Dalam situasi seperti ini dapat ditempuh salah satu cara berikut, dengan memisalkan skala me-

miliki nilaiyang membesar ke kanan:


'1. Memenggal (truncating); menuliskan harga skala
disebelah kirigaris indeks, bila garis indeks belum
sampai pada garis skala di sebelah kanan.
2. Membulatkan (rounding),' menuliskan harga skala
di sebelah kiri garis indeks (membulatkan ke bawah; rounding-down) bila garis indeks diperkirakan belum sampai pertengahan jarak antara dua
garis skala atau menuliskan harga skala di sebelah
kanan garis indeks (membulatkan ke atas; rounding-up) jika garis indeks terletak di pertengahan
atau melewatinya.
3. Menginterpolasikan (interpolating),' menuliskan
harga skala di sebelah kiri garis indeks dan menambahkan fraksi (bagian) yang merupakan perkiraan posisigaris indeks diantara ke dua garis skala.
Biasanya jarak garis indeks tersebut diperkirakan
dahulu relatif terhadap garis skala di kiri, garis skala di kanan, atau di pertengahan.
Cara 1 atau 2, digunakan bila keterulangan (ketepatan) proses pengukuran relatif rendah. Cara 3 dapat dipakai,
secara konsisten, bila ketepatan proses pengukuran relatif
tinggi, dengan menuliskan harga interpolasi sebagai ang-

120

PeucurunRru Texntx

ka terakhir yang ditaruh dalam tanda kurung misalnya


1e.(B).

Menginterpolasi posisi garis indeks secara kira-kira,


sebagaimana cara 3, dapat diperbaiki dengan cara interpolasi yang pasti. Untuk itu, garis indeks dibantu dengan jajaran beberapa garis yang dibuat menyerupai skala dan disebut dengan skala nonius. Garis indeks menjadi salah
satu garis pada skala nonius dan diberi tanda dengan
angka nol (pada gambar 4.2'l garis indeks menjadi garis
nonius permulaan; garis nol nonius).
Prinsip pemakaian skala nonius dapat dijelaskan dengan memakai gambar 4.21. Skala alat ukur (skala utama)
misalnya memiliki pits (jarak antar garis) sebesar u dan skala nonius yang digambarkan di bawahnya dibuat dengan
pits sebesar n (n < u). Selisih antara u dengan n sebesar k (k
= u - n) menentukan rancangan pembacaan (penginterpolasian) posisi garis indeks.
A

.uuu

r-.----*r..-----_r--------_l

A+z

ot
Gambar 4.21 Prinsip Skalo Nonius (satu dimensi)

KoNsrRuxsr Ar-er Uxun

oex Pntnsrp KrruR

121

Garis nol nonius (garis indeks) segaris dengan garis A skala

utama.

nu

jarak satu bagian skala utama


jarak satu bagian skala nonius

k= u-n
Garis nol nonius tergeser sejauh k dari garis A; garis

pertama nonius segaris dengan salah satu garis skala utama. Garis nol nonius tergeser sejauh 2k dari garis A; garis
kedua nonius segaris dengan salah satu garis skala utama'
Jika garis indeks (garis nol nonius) berada pada posisiyang segaris dengan salah satu garis pada skala utama'
pada saat itu hasil pengukuran dibaca sama dengan nilai
garis skala utama, misalnya A. Bila garis nol nonius tergeser ke kanan sebesar k, garis pertama nonius akan menjadi
segaris dengan garis skala utama berikutnya (A+ 1)'
Seandainya garis nol nonius tergeser lebih ke kanan sejauh 2k (dari posisi garis A), garis kedua nonius yang
(A+2)'
menjadi segaris dengan salah satu garis skala utama
Proses pergeseran ini dapat dilakukan terus sampai akhgaris
irnya garis nol nonius menjadisegaris kembali dengan
skala utama (A+1).

Dengan demikian, pembacaan hasil pengukuran


adalah dengan mencari garis nonius yang keberapa yang
benar-benar berimpit dengan salah satu garis skala utama.

Jarak k menggambarkan kecermatan pem bacaa n

posisi garis indeks dengan memakai skala nonius. Jadi


dengan kata lain, pengaruh pemakaian skala nonius adalah
menaikkan kecermatan alat ukur. Semakin kecil k kecermatannya semakin tinggi, artinya penentuan posisi garis nol
nonius relatif terhadap suatu garis skala utama menjadi semakin pasti. Akan tetapi, semakin kecil k memerlukan lebih
banyak garis pada skala nonius. Sebab jumlah garis nonius
(kecuali garis nol nonius) atau jumlah bagian skala nonius
adalah sama dengan l/k buah. Dengan demikian k tidak
boleh terlalu kecil, untuk:
ffd .kt rl:ltr
l_-___{

Prn rng
0

L--__!

Prntsp#rno*r

1.
2.

mempermudah pembacaan, yaitu dalam menentukan garis nonius mana yang menjadi segaris
dengan skala utama,
membatasi panjang skala nonius, supaya kapasitas
pengukuran tak menjadi jauh berkurang gara-gara
keefektifan panjang skala utama terkurangi oleh
panjangnya skala nonius.

Dan ini dapat dilakukan dengan cepat bila terlebih dahulu

Beberapa contoh cara pembacaan dengan memakai

posisi
cara ke 3 di atas diterapkan yaitu dengan interpolasi
garis indeks (garis nol nonius) secara kira-kira'

skala nonius ditunjukkan pada gambar 4.22. Untuk garis


nol nonius yang tidak segaris dengan garis skala utama,

122

I
I

P.*ou*u*oxTrxltx

KoxsrRuxsrAur Uxun oar

Pnrusrp

KErun

1 pl
I

penunjukan berharga sama dengan harga skala utama sesudah garis nol nonius ditambah dengan harga garis skala
nonius yang segaris dengan salah satu garis skala utama.
Perhatikan teknik penandaan/penomoran garis-garis skala
nonius.
Sk

f.mp'{.ri,:

.*

r(6)

;;,
2

l(6)

Posisi garis indeks (garis nol nonius) pada berbagai


jenis skala nonius (satu dimensi). Untuk mempercepat pencarian garis nonius yang berimpit dengan garis skala utama

serta untuk menghindarkan kekeliruan pembacaan, terlebih dahulu perlu dilakukan interpolasigaris indeks secara
kira-kira. Kemudian, barulah pandangan diarahkan pada
daerah di mana garis nonius yang menjadi segaris dengan
garis skala utama bakalditemukan.
Tabel 4.1 berikut memperlihatkan beberopa contoh kecermaton skala noniusyong digunakan pada beberapa alot
ukur seperti mistor ingsut don busur bilah

o123,t5

Kecermatan

Cdtblr pcmbam

podJ nol :

ddrkfu

(bdlmph).bogmdoa.llm..
Psh.tke p6ld grt rcl rcilrt ( 0[l.
lndclc ) .p.bh riLad( prda d(& ulrE
yu|g tBnbaqs k kio.far k HrL uruL
ltuot an+d.drd.ahmdalffil
d& kH y.nO ara! dh.ld.

Skala nonius
Besar n

utama

pada skala
nonrus

Jumlah
bagian

Paniang/besar

keseluruhan

to.rol

.-

lmm

0,9 mm

10

9mm

.jo to.ost

--

2mmtt

lmm

O,95 mm

1,95 mm

20
20

19 mm
39 mm

fi

--

1mm

lmm

O,98 mm
O.98 mm

50
25

49 mm
24,5 mm

lo

lo

12

!1o

2o

230
-Tr

l2

1o

b90
-Etr

30

..r.!n

h..poh.f<r.r tr0r srai !m Hn'|C..


Kdrudle 6rlh gufa y0C a.osb

Besar u
pada skala

to.ozt

{ *'r

#,t

'

230

29.50

'+

*)

\'\$1r{1u{fltlff//i
io ol o\'

t\

l.t Ll(l|l,.a7.2OlJ

Skala nonius yang menunjukkan setengah harga jarak skala utama.


+) Digunakan pada alat ukur sudut dengan skala yang dibuat pada
busurdengan radius yang besar, misalnya pada proyektorprofil.
*+) u sama dengan dua bagian
skala utama.

Gambar 4.22 Contoh pembacaan

124

I
I

Pr^or*u*N

TEKNTK

Korusrnuxsr

Aur

Uxun oeru Prunsp KeruR

I pS
I

Angka yang dicantumkan pada skala nonius menyatakan sepersepuluh harga skala utama (dalam menit
kalau skala utama dalam derajat). Bagi skala nonius dengan
setengah panjang aslinya, jika garis nol nonius telah melewati setengah bagian skala utama, dilakukan penambahan
angka lima pada setiap angka skala nonius latau menambah tiga puluh menit untuk skala utama dalam derajat.

4.3.1.2. Skala Nonius Dua Dimensi


Suatu kotak segi empat dengan satu diagonal (miring ke kiri atau kanan) dengan sisi horisontal sepanjang 1

u (atau "l/"lO u; u = pits; kecermatan skala utama) dan sisi


tegak dibagi dalam n bagian yang sama, dapat berfungsi
sebagai skala nonius dua dimensi (untuk membedakan
dengan nonius / vernier scale yang dinamakan sebagai
skala nonius satu dimensi), lihat gambar 4.23 skala nonius
adalah garisgaris horisontal yang berjajar vertikal.
Garis indeks diwakili oleh salah satu sisi tegak. Sisi
tegak sebelah kanan menjadi garis indeks bila skala utama
harganya membesar ke kanan dan garis diagonal miring ke
kanan, dan hal sebaliknya berlaku bila skala utama membesar ke kiri. Pada saat sisi tegak kanan berimpit (segaris) dengan garis skala utama, sisitegak kiri akan berimpit dengan
skala utama bila u dibuat sama dengan jarak satu bagian
skala utama.

126

I
I

Pr"ou*r*nTrxnrx

A.T

fii

A.t

t
A

F_+/r

I vt;*
\t
l;
#)"
ri---l
f ,*1-l
I

/ t,

AA..IA,

IH-:H

v--tl"

poald

bqirplt
nor{ur

po.hl

taroEr

pocblb.imDit pocute.g6.r

ltqfsEl

Gambar 4.23 Prinsip skala nonius dua dimensi

Untuk skala nonius kanan, apabila garis indeks (sisi


tegak sebelah kanan) tergeser ke kanan, posisinya relatif
terhadap garis A dapat diketahui dengan melihat perp$tongan antara garis A dengan diagonal serta membaca
angka pada garis nonius horisontal pada titik perpotonEan
tersebut. Demikian pula halnya dengan skala nonius kiridi
mana skala utama harganya membesar ke kiri (terbalik).
Beberapa alat ukuryang peka dilengkapidengan pen-

gubah optik yang berfungsi sebagai pembesar bayangan


skala utama. Melaluiokuler pengamat dapat melihat jarak
antara dua garis skala utama menjadi lebih jauh terpisah,
dengan demikian beberapa skala nonius (biasanya l0 buah)
dapat disusun untuk pembacaan jarak setiap sepersepuluh
bagian dari skala utama. Gambar4.24 memperlihatkan dua
contoh pembacaan dengan susunan l0 skala nonius dua
dimensiyang mana n sama dengan 10 dan 100.
Untuk n = 100 garis-garis nonius horisontal akan
menjadi terlalu rapat bila harus digambarkan pada kotak dengan ketinggian yang sama bagi susunan nonius

KousrRuxsrAur Urun oRn Pnrnsrp

Krrul

I nz
I

dengan n = 10. Supaya jarak antara garis-garis nonius horisontal tetap terlihat jelas, jajaran kotak nonius dua dimensi
(yang menjadi terlalu tinggi gara-gara harus dibagi dalam
100 bagian) diubah bentuknya menjadi bentuk melingkar
sedemikian rupa sehingga menjadi lingkaran-lingkaran
konsentrik dan garis-garis diagonalnya saling bersambungan menjadi bentuk spiral.
Garis-garis diagonal yang telah diubah bentuknya
menjadi bentuk tersambung spiral ini digantikan dengan
sepasang spiral yang berdekatan. Dengan demikian, saat
pengamat harus mencari titik perpotongan antara garis
diagonal dengan garis (bayangan) skala utama digantikan
dengan mencari posisidua garis spiralyang mana yang melingkupigaris (bayangan) skala utama yang paling simetrik.
Skala nonius dua dimensi spiral seperti ini dibuat
dengan teknik fotografi pada keping gelas yang tipis yang
dipasang pada sumbu optik okuler sehingga terlihat jelas
dengan latar belakang bayangan garis-garis skala utama.
Pengamat hanya akan melihat sebagian dari garis-garis
spiral tersebut, lihat gambar 4.24 b, dan dengan memutar
keping gelas ini pengamat akan mampu mencari posisi pelingkupan yang paling simetrik seperti yang diulas di atas.

SQm
A

hb*md
*r,r@
(ffi0rlm)

Gambar 4.24 Skola Nonius Dua Dimensi Kiri

4.3.1 .3 Skala

Mikrometer

Skala pada semua jenis mikrometer dibuat pada dua


bagian mikrometer, pertama pada silinder tetap (disebut
skala tetap) dan kedua pada silinder putar (dinamakan skala
putar). Tepi silinder putar berfu ngsi sebaga i garis indeks untuk pembacaan skala tetap (pembacaan kasar). Garis aksial
sepanjang skala tetap berfungsi sebagai garis indeks untuk
pembacaan skala putar (pembacaan halus).
grbhdofs

p{teil
'hib'

skala putar

ffiffi
.**

E."ffil

ls.seffi]

lerffil

Gambar 4.25. Pembacaan skala mikrometer


dengan kecermoton 0.01 mm

128

I
!

Pr*or*r*ru

Terrurx

KonsrRursr

Aur

Urun

oRru Pmxsrp

Krrul

129

Biasanya untuk satu kali putaran, tepi silinder putar

akan menggeser sejauh setengah skala tetap (0.5). Oleh


karena itu, angka pada skala putar bermula dan berakhir
pada angka 0 yang juga berarti angka 50 apabila pembagian skala putar adalah 50 buah. Dengan demikian, satu bagian skala putar setara dengan jarak 0.01 mm. Apabila tepi
silinder putar telah melewati setengah bagian skala tetap,
angka pada skala putar yang ditunjuk garis indeks (misalnya 48) harus ditambah dengan 50 (menjadi9S).
Beberapa mikrometer mempunyai silinder putar
dengan diameteryang relatif besar, dengan demikian pembagian skala putar dapat diperhalus. Kecermatan sampai
0.002 mm dapat dicapaidengan membuat pembagian skala putar menjadi250 buah.

Jika silinder putar berdiameter kecil, misalnya untuk


jenis mikrometer tiga sensor pengukur lubang berdiameter
kecil, pembagian skala putar tidak bisa terlalu cermat (misalnya hanya 10 bagian). Dalam hal ini dapat digunakan bantuan skala nonius (satu dimensi). Garis indeks pembacaan
halus (garis aksial pada skala tetap) menjadi garis nol nonius

dan garis-garis lainnya berjajar aksial mengelilingi silinder


tetap di dekat tepi silinder putar. Gambar 3.46 memperlihatkan skala nonius untuk menaikkan kecermatan pembacaan skala putar. Dengan contoh seperti ini kecermatan
mikrometer dinaikkan dari 0.0'l mm menjadi 0.001 mm.

130

I
I

Pr*or*r*u

Trxutx

Jdrrqthr3

l'r'r'r'r'l'l
G.{87ilnl

Gambar 4.26. Pembocaan skalo mikrometer


dengan skala nonius

4.3.1.4. Skala Dengan Jarum Penunjuk

Alat ukur pembanding (komparator)

umumnya

mem punyai jaru m pen u njuk yang bergerak relatif terhada p


skala yang diam. Gerakan jarum penunjuk dapat berdasar-

kan prinsip kerja mekanik ataupun elektrik. prinsip kerja


mekanik dipakai pada alat ukur dengan pengubah mekanik, sedang prinsip kerja elektrik digunakan pada alat ukur
dengan pengubah elektrik.
Suatu kesalahan pembacaan yang dikenal dengan
nama parallaks dapat terjadi pada waktu membaca posisi
jarum penunjuk relatif terhadap skala. Parallaks akan terjadi
bila pengamat tidak mengusahakan (salah satu) matanya
kira-kira terletak pada bidang baca. Bidang baca adalah bidang yang mengandung garis jarum penunjuk dan tegak
lurus bidang skala, lihat gambar 4.27.
Cermin yang dilekatkan pada bidang skala dapat digunakan untuk membantu pengamat supaya dapat memoKoHsrnus

Aur

Uxun oeru PRrNsrp Krrue

faf

sisikan matanya (sebelah kanan atau sebelah kiri) sehingga


berada pada bidang baca. Bila mata pengamattidak berada
pada bidang baca, ia akan melihat bayangan jarum penunjuk pada cermin. Mata digerakkan sedikit ke kanan/kiridan
pembacaan posisijarum penunjuk pada skala boleh dilakukan setelah jarum penunjuk menutupi bayangannya.

Kesalahan akibat parallaks dapat dikurangi dengan


membuat letak jarum penunjuk sangat dekat dengan bi-

dang skala. Dan kesalahan ini bisa ditiadakan jika jarum


penunjuk menempel pada bidang skala.Tentu saja hal yang
terakhir ini tak bisa dilakukan kecuali bila jarum penunjuk
bukan merupakan jarum yang nyata melainkan hanya sebagai bayangan jarum yang diproyeksikan oleh sistem optik
ke bidang skala.

-J

-Y'te4dlpa'allsl'

*(*E
.-

-A'-

- isf'H
b,tsdPr*xs

4.3.2 PENUNJUK BERANGKA (D|G!TAL)


Pada alat ukur dengan penunjuk berangka hasil pen-

gukuran dapat langsung diketahui melalui deretan angka


yang ada padanya. Penunjuk berangka ini dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu jenis mekanik dan jenis elektronik. Penunjuk digital mekanik terdiri atas beberapa silinder yang disusun pada satu sumbu putar. Setiap silinder
diberi angka pada permukaannya mulai dari 0 sampai
dengan 9, lihat gambar 4.28. Mulai dari yang paling kanan
diteruskan ke kiri silinder-silinder tersebut disebut silinder
pertama, kedua dan seterusnya.

i/ffi+
i 1..'l

podrl mataylng b6nar

- harlamolhallrrum
pdd maiay3noaolah

t.

- rnClhdlarumdan

b!y!ngannya

Gambar 4.2
Gambar 4.27 Parollak dan cara menghindarinya

Pen unjuk d igital dengan


sistem penggerok mekonik

Sinyal gerakan dari bagian Pengubah diteruskan sebertingkat ke silinder 1,2,dst. Satu putaran suatu sil-

L32

I
I

Pr*or*r*ouTrxnrr

KorusrRuxsr

Aur

Uxun oeu PRrHsrp KrR:e

I
I

fga

inder akan memutar 1/10 putaran silinder di sebelah kirinya. Contoh ini merupakan penunjuk digital dengan sistem
angka desimal yang disajikan dengan deretan angka yang
terlihat melalui jendela.
Melalui sistem roda gigi, pengubah mekanik memberikan isyarat gerakan berupa putaran yang secara bertahap diteruskan memutar silinder pertama, kedua, ketiga,
dst. Untuk satu kali putaran penuh silinder pertama akan
memutar silinder kedua sebanyak 1/10 putaran. Apabila silinder kedua telah genap berputar satu kali, silinder ketiga
akan terputar sebanyak 'll10 putaran. Proses pemutaran silinder dengan cara bertingkat ini dapat berlangsung terus
sampai ke silinder terakhir. Dengan demikian, deretan angka yang terlihat melaluijendela merupakan susunan angka
dengan sistem desimal.
Penunjuk digital elektronik dapat menggunakan LED
(Light Emitting Diode) atau LCD (Liquid Crystal Display). Suatu
kode angka dapat dibuat dari 7 buah LED atau LCD yang
disusun membentuk konfigurasi angka 8, lihat gambar 4.29.
Bila suatu saat 7 buah LED ini diaktifkan bersamaan, akan
terlihat kode angka 8 yang terang dengan latar belakang
gelap ( LCD yang aktif akan menyerap cahaya sehingga bila
diterangi akan terlihat kode angka 8 yang gelap dengan
latar belakang terang). Jika hanya beberapa LED/LCD yang
aktif pada tempat - tempat tertentu, akan terlihat sebagai
kode angka lain.
Suatu sirkuit elektronik mengaktifkan susunan LED/
LCD ini untuk menunjukkan suatu kode angka. Hal yang
sama dilaksanakan untuk susunan LED/LCD lain yang ber-

134

I
I

P.*or*u*ruTrxrurr

deret menjadi satu barisan angka. lsyarat pengubah etektrik yang berupa pulsa (digital) dihitung secara biner dengan menggunakan suatu sirkuit elektronik. Setelah diubah
oleh pembuat kode desimal isyarat diteruskan ke bagian
pengatur pengaktifan LED/LCD untuk menunjukkan hasil
pengukuran dengan sistem angka desimal (atau sistem
angka lain).
LED

(lodcri.lm

Gambar 4.29

LCD

blhneon)

Penu

njuk

d ig

ital elektronik

Penunjuk digital elektronik saat ini semakin banyak


dimanfaatkan pada berbagai jenis alat ukur karena LED/
LCD dengan rangkaian elektroniknya semakin murah dan
mudah diperoleh oleh pabrik pembuat alat ukur. penunjuk
digital elektronik lebih menguntungkan karena berbagai
halantara lain:
1. Keterbacaan yang tinggi,.tak sesulit membaca
skala melalui jarum penunjuk atau garis indeks
dengan skala nonius.
2. Pengenolan / Reset; pada setiap saat zero reset
dapat dilakukan guna memulai penghitungan si-

Kousrnuxsr

Aur

Uxun oRN Pnlusrp Krn:e

13s

nyal gerakan. Dengan teknik pengenalan seperti


ini (bisa juga dilakukan pada penunjuk digital mekanik) dalam beberapa kasus pengukuran sangat
membantu/mempercepat prosedur pengukuran
maupun penulisan dan analisis data (hal ini tak dimungkinkan bagi penunjuk dengan skala)'
Sistem angka/bilangan yang fleksibel; ter-

3.

gantung pada kemampuan rangkaian elektronik'


angka yang ditunjukkan tidak selalu harus sistem
angka desimaltetapi bisa sistem biner, heksadesimal, derajat dengan format H'MS (Hour'-MinuteSecond) atau format desimal (hal ini merupakan
keterbatasan penunjuk digital mekanik)'
Perlu dicatat bahwa tak semua penunjuk dapat digantikan dengan penunjuk digital elektronik tanpa harus

mengubah teknik pengolahan sinyal yang berasal dari senterutama


sor. Hal ini ditentukan oleh rancangan alat ukur
yang
bagian pengubahnya. Selain itu, tak semua alat ukur
yang
dilengkapi dengan penunjuk digital elektronik adalah
terbaik sebab selain keterbacaan, berbagai sifat / karakteristik alat ukur dan proses pengukuran seperti kecermatan'
kepekaan, ketelitian, dan ketepatan sangat dipengaruhi
prosoleh rancangan pengubah alat ukur dan pelaksanaan
es pengukuran.

4.4

PENCATAT

atau pencatatan harga-harga yang berpasangan, yaitu pasangan harga berupa posisi sensor relatif terhadap objek ukur dan
besar-kecilnya isyarat sensor pada posisi tersebut. Data terse-

but umumnya merupakan sinyal listrik analog yang dapat


direkam secara langsung pada kertas grafik,(kertas berskala)
dengan memakai alat pencatat. Salah satu dari dua cara kerja
yang umum digunakan dapat diterapkan pada alat pencatat
elektrik yaitu prinsip galvanometer atau prinsip servo-motor.
Suatu rotor dengan kumparan, pada mana input arus
listrik DC diberikan, akan berputar pada suatu medan magnit-

tetap adalah merupakan prinsip galvanometer (lihat gambar


4.30.a). Jika pada motor listrik rotor ini akan bebas berputar,
pada galvanometer besar kecilnya arus listrik pada kumparan
rotor hanya akan mengubah posisisudut rotor karena adanya
pegas spiral pengikat rotor.
Jika rotor yang diikat oleh salah satu ujung pegas spiral
dipuntiri pegas spiral akan melawan puntiran inisesuai dengan posisi sudut rotor. Rotor akan berhenti pada posisi sudut
tertentu sesuai dengan besar kecilnya arus listrik pada kumparan rotor karena terjadi keseimbangan momen puntir yang
disebabkan oleh medan elektro-magnetik dengan momen
puntir akibat pegas spiral. Ujung pegas spiral dikaitkan dengan rumah galvanometer pada pengait yang dapat diatur posisinya. Jika kedudukan pengait ini diubah (digeserkan), rotor
akan terubah posisinya. Berarti, posisi nol bagijarum pencatat
yang menyatu dengan rotor dapat diatur letaknya secara langsung (pengaturan secara tak langsung dapat dilakukan lewat
pengaturan pada bagian pengubah darialat pencatat).

keBeberapa masalah pengukuran geometrik seperti

bulaun dan kekasaran permukaan memerlukan perekaman

136

I
I

P.nor*r*N TrxNtr

KoNsrRuxsrAur Urun orru PRrr.rslp KeR.la

I rcf
I

Rotor dengan kumparan, pegas spiral serta jarum


pencatat ini berukuran kecil guna menaikkan reaki alat
(kepasifan diminimumkan). Arus yang lemah sekalipun cukup untuk menggerakkan jarum. Dengan kondisi seperti
ini, jika di ujung jarum diberi pena pencatat, gesekan pena
pencatat pada kertas grafiktidakakan mampu dilawan oleh
galvanometer (alat tak bereaksi). Oleh sebab itu perlu digunakan teknik pencatat yang bebas gesekan misalnya dengan teknik menghanguskan lapisan kertas dengan bunga

apilistrik.

i;
ffi. ()

v-,

iF-.l

-'
td

^^^^^^^J

,,

F-id

\_+"ld
B PrL.bSffir

Gambar 4.3O Alat pencatat dengon prinsip Galvonometer


don prinsip Servomotor

Kertas grafik perlu dibuat khusus untuk keperluan


ini. Bahan dasar berupa kertas hitam yang permukaan aktifnya dilapis dengan serat (biasanya diberi warna kelabu
pada mana garis-garis skala dicetak; grafik linear atau polar) yang tak mudah terbakar secara spontan merambat ke
mana-mana melainkan secara lokalyaitu hanya pada lokasi

138

I
I

P.*or*r*r

Trrnrr

di mana terjadi pembakaran oleh bunga api listrik. Pada lokasi ini serat pelapis akan hilang sehingga warna dasar kertas akan terlihat sebagai titik hitam. Bunga api listrik meloncat berkesinambungan dari ujung jarum galvanometer
menuju pelat logam di bawah kertas yang diberi muatan
listrik bertegangan tinggi. Melalui lubang-lubang di ke dua
pinggirnya kertas digerakkan roda penggerak sehingga di
permukaannya akan tergambarkan grafik linear (atau polar
bila kertas diputar pada sumbu grafik polar) sebagai hasil
proses pengukuran.
Alat pencatat dengan prinsip servo-motor bekerja
atas dasar penyeimbangan beda voltase listrik. Suatu jembatan whetstone, yang berfu ngsi sebagai alat pembandin g,
diberi voltase acuan/referensi pada ke dua ujung yang berseberangan, lihat gambar 4.30.b. Ke dua ujung berseberangan yang lain, yang berupa kontak geser, dihubungkan
dengan bagian pengubah alat ukur yang mengeluarkan
isyarat voltase yang hendak diukur.
Selama ke dua voltase yang diperbandingkan ini belum seimbang, akan ada arus listrik DC yang melalui kontak
geser menuju ke penguat arus. Penguat akan menaikkan
beda voltase tersebut sehingga timbul arus yang cukup
besar untuk menggerakkan motor servo. Karena putaran
motor, kontak geser akan tergeser ke salah satu arah (tergantung pada beda tegangan negatif atau positif) sampai
terjadi suatu keseimbangan voltase. Dengan demikian, pena
yang dipasang pada ujung kontak geser ini akan membuat
suatu garis pada kertas berskala yang digerakkan oleh motor khusus. Kontak geser pada sisi yang lain darijembatan

KorusrnursrAur Urun oex

PRrHsrp

Krrue

I
I

fgq

whetstone berfungsi sebagai penyetel posisi noldari pena


pencatat relatif pada kertas grafik.
Kertas grafik untuk pencatat jenis servo motor merupakan kertas grafik biasa (bukan sepertiyang dipakai pada
pencatat jenis galvanometer) karena motor servo cukup
kuat untuk melawan gesekan akibat goresan pena pada
kertas.Jadi, harga kertas grafikakan lebih murah. Meskipun
demikian, pencatat jenis galvanometer kadang harus dipilih karena alasan kecepatan reaksinya yang tinggi.
Alat pencatat elektrik seperti yang diuraikan di atas
memiliki beberapa karakteristik yang menguntungkan antara lain:
'1. Polaritas dapat dibalik dengan mudah; memungkinkan pembalikan arah positif pada grafik yang
dibuat,
2. Pembesaran (magnification) dapat di atur dengan
attenuator; berarti kecermatannya pun dapat di
atur dengan mudah,
Kecepatan kertas dapat diatur; bentuk grafik dapat
disesuaikan dengan memperhatikan kecepatan
gerakan sensor relatif terhadap benda ukur,
4. Beberapa servo motor dapat dirancang menggerakkan beberapa pena pencatat sesuai dengan
jumlah input yang akan dibuat grafik pengukurannya pada saat bersamaan.

140

PencuxuRRn Trxrurr

SIFAT UMUM ALAT UKUR

lat ukur merupakan alat yang dibuat oleh manusia,


oleh karena itu ketidaksempurnaan merupakan ciri
utamanya. Meskipun alat ukur direncanakan dan
dibuat dengan cara yang paling saksama, ketidak sempurnaan sama sekali tidak bisa dihilangkan. Justru datam
kendala ketidaksempurnaan ini atat ukur sering dianggap
sebagai cukup baik untuk digunakan dalam suatu proses
pengukuran asalkan pengguna memahami keterbatasan_
nya. Untuk menyatakan sifat-sifat atau karakteristik alat
ukur digunakan beberapa istilah teknik yang sewajarnya
diketahui supaya jangan menimbulkan keraguan dan kes_
ala htafsira n da la m meng komu nikasikan hasil penguku ran.
Dengan memahami istilah yang dikaitkan dengan
ketidaksempurnaan alat ukur geometrik ini diharapkan
akan menyadarkan kita untuk lebih memperhatikan isti_
lah-istilah lain yang digunakan untuk menyatakan ketidaksempurnaan sistem optik, sistem mekanik, sistem elek-

tronik sistem pengolahan data, proses pembuatan dan sebagainya.

5.1 Rantai kalibrasi & Keterlacakan


Kalibrasi (Peneraan) pada dasarnya serupa dengan
pengukuran yaitu membandingkan suatu besaran dengan
besaran standar. Dalam kalibrasi yang diukur adalah objek
ukur yang diketahui yang menjadi acuan kalibrasi. Harga
sebenarnya adalah harga yang dianggap benar dalam kaitannya dengan yang diperlukan oleh alat ukur yang dikalibrasi.

Tingkat kebenaran mengandung makna praktis. Untuk menjamin hubungannya dengan satuan standar panjang internasional, alat ukur besaran panjang yang digunakan oleh operator mesin perkakas (alat ukur kerja) dapat
diperiksa melalui suatu prosedur kalibrasi. Jika suatu prosedur kalibrasi ini dianggap sebagai suatu mata rantai, rantai
kalibrasiakan mencakup rangkaian mata rantai sbb:
Tingkat

'l

Kalibrasi alat ukur kerja dengan memakai acuan

alat ukur standar kerja.


Tingkat

Tingkat

Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan memakaiacuan alat ukur standar.
Kalibrasi alat ukur standar dengan acuan alat
ukur standar dengan tingkatan yang lebih tinggi
(standar nasional atau yang telah ditera secara
nasional).

Tingkat

4.

Kalibrasi standar nasional dengan acuan standar

meter (internasional).

142

I
I

P*ou**rTrxxrx

Mata rantai tingkat 1 dan mungkin juga tingkat 2


dapat dilakukan sendiri oleh industri mesin yang bersangkutan, sedangkan tingkat 3 dan mungkin juga tingkat 4
dapat dilaksanakan oleh beberapa Laboratorium Metrologi
Industri yang diberi wewenang. Kewenangan ini diwujudkan pemerintah melalui sistem akreditasi kalibrasi yang
nnenjadl salah satu kegiatan jaringan kalibrasi nasional.
Dengan menjalankan sistem kalibrasi berantai, setiap
alat ukur akan memiliki keterlacakan (keterusutan, ketelusuran; traceability) yaitu sampai sejauh mana mata rantai kalibrasi dirangkai. Jika secara meyakinkan seseorang
(badan) dapat menyatakan bahwa keterlacakan suatu alat
ukur (misalnya alat ukur kerja)adalah sampai pada rantai ke
2 berarti alat ukur tersebut pernah dikalibrasi dengan memakai acuan standar kerja yang mana acuan standar kerja
ini pernah dikalibrasi dengan alat ukur standar. Selanjutnya,
akan menjadi tugas dan kewajiban badan yang melaksanakan kalibrasi tingkat 2 untuk menjamin bahwa alat ukur
standar yang dipakainya memiliki keterlacakan sampai
tingkat nasional atau internasional.
Tingkatan atau mata rantai kalibrasi I s.d.4 ini mengga mbarka n sistemati ka penyam bun gan ra ntai. Tergantu ng
pada kondisi fisik alat ukur yang akan dikalibrasiyang harus
disesuaikan dengan kondisi fi sik alat ukur acuan, mata rantai
ini dapat menjadi lebih banyak atau sebaliknya lebih sedikit. Mungkin pula menimbulkan untaian yang paralel, yang
mencabang mulai dari salah satu mata rantai, kesemuanya
menggambarkan rangkaian kalibrasi mulai dari alat ukur
kerja sampai dengan alat ukur standar internasional.

Srrer Umum

Aur Urun

fae

Secara teoretik rantai kalibrasi kelihatannya mudah

dilaksanakan. Dalam kenyataannya hal initidak mudah untuk dipraktekkan. Banyak industri nasional yang masih be-

lum memahami bahwa mengukur adalah sama pentingnya


dengan membuat Produk.
Setiap alat ukur yang dibeli di pasaran, yang tak me(ketmiliki maupun yang memiliki sertifikat keterlacakan
erlacakan nasional dari negara di mana pabrik pembuat
berada), perlu dikalibrasi ulang setelah sekian lama dipakai.
Jangka waktu pengkalibrasian ulang sangatlah beragam
tergantung pada jenis alat ukur dan intensitas pemakaian'

Meskipuntidakadasangsimenuruthukum(kecualialat
ukur yang dipakai dalam perdagangan yang diatur dalam
undang-undang kalibrasi metrologi legal) kalibrasi ulang
diperlukan karena kemungkinan adanya perubahan kondisialat ukur (misalnya keausan atau kemerosotan fungsi
komponen yang merupakan bagian sensor, pengubah'

atau penunjuk).
Secara terperinci prosedur kalibrasi untuk setiap
jenis alat ukur geometrik dibahas pada buku pedoman
kalibrasi yang dikeluarkan sebagai standar nasional'
yang
Dalam prosedur tersebut dicantumkan kesalahan
masih diperbolehkan bila ada perbedaan antara harga
yang ditunjukkan alat ukur dengan harga acuan'

5.2 Kecermatan

(Reso

Pr*ou*r*uTexrutr

prinsip kerja gabungan dengan isyarat akhir berupa besaran listrik) dengan bagian penunjuk/pencatat elektrik sering
dilengkapi dengan attenuator pemilih harga pembesaran
(mognification). Pembesaran yang dipilih akan mengubah
artijarak antar garis-garis skala (skala pada kertas grafik) sehingga dapat mengubah kecermatan.
Alat ukur dipilih sesuai dengan kecermatannya yang

dikaitkan dengan besar-kecilnya daerah toleransi objek


ukur. Prosedur pengukuran perlu diikuti dengan saksama
supaya kecermatan alat ukur bermanfaat dan mempunyai
makna pada hasilakhiryang dalam hal inisering dinyatakan
dengan istila h ketepata n (keterula ng an, p re c i s i o n, re p eo ta b i I i ty) da n ketel itian (keakuratan; a cc u r o cy).

lutionl

Kecermatan alat ukur ditentukan oleh kecermatan skala dengan cara pembacaannya' Bagi skala
yang dibaca melalui garis indeks atau jarum penunjuk ke-

\M I

cermatan alat ukur sama dengan kecermatan skala yaitu


artijarak antar garis skala. Bila dibaca dengan pertolongan
skala nonius (satu atau dua dimensi), kecermatan alat ukur
sama dengan kecermatan interpolasinonius. Jika digunakan penunjuk digital kecermatan alat ukur diwakili oleh
angka paling kanan.
Kecermatan dirancang sesuai dengan rancangan
bagian pengubah dan penunjuk alat ukur dengan memperhatikan kepekaan, keterbacaan, dan kapasitas ukur. Kecermatan alat ukur biasanya bersifat tetap tetapi ada pula
alat ukur (terutama jenis komparator) yang kecermatannya
dapat diatur. Alat ukur dengan pengubah elektrik (atau

5.3 Kepekaan (Sen sitivityl


Kepekaan alat ukur ditentukan terutama oleh
bagian pengubah, sesuai dengan prinsip kerja yang

Srrnr Umuu

Aur Uxun

I
I

US

diterapkan padanya. Dalam hal ini, kepekaan alat ukur


adalah kemampuan alat ukur untuk menerima, mengubah
dan meneruskan isyarat sensor (dari sensor menuju ke bagian penunjuk, pencatat, atau pengolah data pengukuran).
Tidak semua alat ukur memiliki kepekaan, misalnya
penggaris atau mistar, sebab alat tersebut tak memiliki bagian pengubah. Kepekaan bisa berkaitan dengan kecermatan dan keterbacaan skala alat ukur. Biasanya alat ukur dengan kecermatan rendah juga mempunyai kepekaan yang
rendah, dan sebaliknya. Tetapi tak selalu demikian, karena
skala dapat dibuat dengan pits yang berbeda-beda dapat
saja dua alat ukur yang sejenis, A dan B, memiliki kecerma-

tan yang sama tetapi kepekaannya berbeda. Untuk suatu


perubahan kecil bagi besaran yang diukur, jika alat ukur A
lebih jelas menunjukkan suatu perbedaan jarak gerakan
jarum penunjuk daripada yang ditunjukkan oleh alat ukur
B, dikatakan alat ukur A lebih peka (sensitif) daripada alat
ukur B, perhatikan gambar 5.1.
satoldr
,ibrasi ;E

Fr"*,"

rl!l-

E",'
E

dgth

kets

rlal rkrr A

,1n,1 ; aya /Ax

Kpra.n slsl

r*u
(

dssh lqra
ltrt uaqr B

Gambar 5.1 Contoh grafikkepekaan

PencurunRru TrrNtx
I

t/d I

KDokm alal

dilMii dm

*"T"o,H,I?o

146

: ayg

/Ax

)q)

ksmtl8flrya

dY

/ dx ; I satuan y / satuan x ]

Kelinearan grafik merupakan syarat penting supaya


pits skala dapat dibuat beraturan sehingEa kecermatan
di mana saja dalam daerah tertentu akan sama harganya.

kapasitas ukur.

.]
Eo,o
-?-l:-i--., :

il
:l
;-l il

Kepekaan

Daerah ini merupakan daerah kerja alat ukur sehingga


dapat dinamakan sebagai daerah ukur yang menentukan

Dtult
k

Dengan melakukan kalibrasi, berdasarkan grafik antara keluaran (jarak pergeseran jarum penunjuk; y mm) sebagaifungsi linear masukan (besaran panjang acuan yang
diketahui besarnya; x, mm) dapat ditentukan kepekaan alat
ukur. Garis linear dengan harga kemiringan (slope) yang
besar mencirikan kepekaan yang tinggi. Kapasitas alat ukur
ditentukan oleh besar kecilnya daerah linear. Tergantung
pada pits skala (jarak fisik garis-garis skala) dan harga kepekaan, kecermatan alat ukur terdefinisikan.
Secara matematik kepekaan didefinisikan sebagai
kemiringan (slope) grafik antara keluaran (y output) sebagai fungsi linear masukan (x; inputl, yaitu:

hdgE Yang diukur )

Sesuai dengan isyarat akhir dengan besaran tertentu,

misalnya voltase listrik, bagian penunjuk alat ukur besaran


panjang bisa merupakan suatu alat ukur lain yakniVoltmeter. Melalui kalibrasi dapat dibuat grafik yang menggambarkan besaran keluaran (misalnya mV) sebagaifungsi besaran

masukan (mm).Jadi, dalam hal ini kepekaannya akan memiliki satuan [mV / mm]. Bila skala voltmeter ini tak diganti,
pengamat harus mengubah harga setiap penunjukan [mV]

Srrnr Unauu

Aur Urun

UZ

dengan memakai harga kepekaan tersebut menjadi besaran panjang Imm ].

5.4 Keterbacaan

(Red

dobilityl

Karena pengamat akan dapat lebih mudah dan cepat


membaca hasil pengukuran maka, secara umum, keterbacaan

penunjuk digital dikatakan lebih tinggi daripada keterbacaan


skala dengan jarum penunjuk, garis indek, atau garis indek
dengan skala nonius.lstilah keterbacaan dalam metrologi secara khusus lebih dikaitkan pada bagian penunjuk dengan
skala.

Bagi alat ukur pada bagian penunjuk dengan skala,


keterbacaannya dirancang dengan memperhatikan pits, kepekaan, dan kecermatan. Pits atau jarak fisik antara garis-garis
skala yang dibuat tak terlalu jauh dan tak terlalu dekat (1 s/d

2mm) akan memudahkan pengamatan. Dengan membuat


garis-garis skala yang tipis sefta jarum penunjuk yang tipis
dapat menaikkan keterbacaan dalam arti menghindarkan terjadinya keraguan pembacaan.
Sebagaimana yang telah diulas pada skala nonius, in-

terpolasi pembacaan posisi garis indek dengan memakai


skala nonius juga dibuat dengan memperhatikan aspek keterbacaan. Semakin cermat penginterpolasian nonius, selain
memerlukan jumlah garis noniusyang banya(akan menyulitkan pemilihan garis skala nonius yang mana yang betul-betul
berimpitdengan skala utama, jadi keterbacaannya akan menurun. Perlu dicatat, kesalahan pembacaan gara-gara pengamat
tak paham memakai skala nonius bukan berarti rendahnya
keterbacaan skala nonius melainkan kebodohan pengamat.

148

I
I

Pr*or*r*u

Texxrx

5.5 Histerisis

(Histerysisl

Histerisis adalah perbedaan atau penyimpangan


yang timbul sewaktu dilakukan pengukuran secara berkesinambungan daridua arah yang berlawanan (mulaidari
skala nol hingga skala maksimum kemudian diulangi dari
skala maksimum sampai skala nol). Histerisis muncul karena adanya gesekan pada bagian pengubah alat ukur.
Suatu jam-ukur dapat digunakan untuk mengukur
ketinggian yang berubah secara berkesinambungan naik
dan diulangi dengan secara berkesinambungan turun, sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar 5.2. Dudukan
jam-ukur digeserkan di atas meja-rata sehingga sensor jamukur menggeser di atas permukaan batang-miring (batangsinus).

Apabila kesalahan pembacaan jam-ukur digambarkan sebagai fungsi ketinggian yaitu antara harga kesalahan
sebagai sumbu tegak sedang sumbu datar adalah harga se-

benarnya, dapat diperoleh bentuk kurva kesalahan seperti


gambar 5.2. Meskipun kesalahan adalah hal yang wajar ter-

jadi, kesalahan ini seharusnya sama dalam arti kurva pembacaan naik berimpit dengan kurva pembacaan turun.
Pada contoh jam ukur ini, histerisis disebabkan oleh
perbedaan gaya yang dialami poros ukur. Sewaktu poros bergerak ke atas akan melawan gaya gesek serta gaya
pegas penekan, sewaktu bergerak turun poros menerima
gaya pegas penekan dan melawan gesekan.
Kurva kesalahan saat "pembacaan naik"tak berimpit
dengan kurva "pembacaan turun". Dalam contoh ini gesekan poros-ukur pada dinding bantalan-luncur adalah

Srrnr Umuu

Aur

Urun

149

penyebabnya. Karena gesekan mekanik ini berkaitan dengan kekasaran dua permukaan (poros dan bantalan) yang
dipertemukan dan berciri khas untuk setiap posisi poros
ukur maka histerisis umumnya memiliki keterulangan yang
berkaitan dengan posisi poros-ukur.

to.rvrpembacarn:

5.6 Kepasifan/ Kelambatan

Reaksi

Sepintas istilah kepasifan initerasa memiliki konotasi


kebalikan dari kepekaan, tapi tidaklah demikian. Jika kepekaan dikaitkan dengan kemampuan menerima, mengolah,

dan meneruskan isyarat sensor, kepasifan dikaitkan dengan waktu yang digunakan perjalanan isyarat mulai dari
sensor sampai pada penunjuk. Suatu alat ukur dapat memiliki kepekaan tinggi dengan kepasifan yang tinggi atau
sebaliknya, sebab antara kepekaan dan kepasifan tak ada
keterkaitan.

A-tffi
r -harye$benmF(trm)
mel.-rltr

y -kedahm(pm)

Gambar 5.2 Histerisis yang dapat teriadi poda iam-ukur

Supaya histerisis tidak terjadi, gesekan pada poros


dengan bantalannya harus dihilangkan atau setidak-tidaknya diperkecil. Pengaruh histerisis dapat dikurangi apabila
pengukuran dilakukan sedemikian rupa sehingga hanya
sebagian kecil skala alat ukur tersebut saja yang digunakan
(perubahan posisijarum penunjuk diusahakan hanya melewati beberapa garis skala). Oleh sebab itu, pengukuran
dengan cara tak langsung sebaiknya dilakukan dengan memilih/mengatur tinggi alat ukur standar (susunan blok ukur)
sehingga sama dengan tinggi objek ukur. Bila ada selisih
ketinggian, harga yang ditunjukkan komparator akan relatif kecil(hanya dalam beberapa mikrometer).

L50

PrncuruReH Terrurx

Kepasifan yang rendah sangat menguntungkan sebab alat ukur cepat reaksinya. Alat ukur, terutama bagian

pengubahnya, dirancang dengan memperhatikan hal ini.


Suatu kondisi terburuk harus dihindari yaitu kepekaan yang
rendah dikombinasikan dengan kepasifan yang tinggi. Dalam hal ini isyarat akibat suatu perubahan kecil yang dideteksi sensor tidak sampai ke bagian penunjuk. Beberapa
contoh kepasifan antara lain:
1.
Kepasifan pada alat ukur jenis mekanik yang disebabkan oleh pengaruh kelembaman, misalnya
besarnya masa komponen dan pegas yang tidak
elastik sempurna.
2.
Kepasifan dapat terjadi pada alat ukur jenis pneumatik deng an sistem tekanan balik yaitu bila pipa
elastik yang meng hubungkan sensor dengan
ruang perantara terlalu panjang. Karena volume
udara (yang diukurtekanannya) terlalu besar, maka
pengaruh kompresibilitas udara menjadi terasa,
akibatnya barometer akan terlambat bereaksi.

Srrer Umuu Arer

Uxua

fSr

3.

Kepasifan dapat dialami alat ukur jenis elektrik


(resolver & inductosyn) atau optoelektrik jika kecepatan komponen yang diukur jarak gerakannya

gan periode tertentu. Dengan mengulang proses pengukuran bagi objek ukur acuan (standar atau yang dipilih).

melebihi kecepatan maksimum sesuai dengan


kemampuan/kecepatan penghitung elektro-

5.8 Kestabilan Nol (Zero Stabilityl

niknya. Dalam hal ini isyarat yang dikeluarkan sensor tak sampai pada bagian penunjuk digital.

5.7 Pergeseran (Shifting, Driftl


Pergeseran terjadi bila jarum penunjuk atau pena

pencatat bergeser dari posisi yang semestinya. Proses


pergeseran biasanya berjalan lambat dan pengamat tak
menyadari gara-gara jarum penunjuk atau pena pencatat
berfungsi secara dinamik mengikuti perubahan isyarat
sensor. Pergeseran bisa diamati dengan jelas bila selama
isyarat sensor tak diubah (sensor diusahakan pada posisi
tetap; nol atau harga tertentu) secara perlahan dan pasti
posisi jarum penunjuk atau pena pencatat bergeser ke
satu arah. Jadi, pergeseran merupakan suatu penyimpangan yang membesar dengan berjalannya waktu.
Keadaan ini sering dialami oleh alat ukur dengan
pengubah atau pencatat elektrik. Karena perubahan temperatur (di dalam alat ukur tersebut) dapat mempengaruhi sifat-sifat komponen elektroniknya yang kualitasnya
rendah atau yang mengalami proses degenerasi alias
penuaan.

Untuk memastikan bahwa data pengukuran yang


diperoleh selama jangka waktu tertentu tidak terjadi
pergeseran, sebaiknya dilakukan pengecekan ulang den-

152

PrrucuxuRen Terxrx

Jikalau pergeseran merupakan perubahan yang


menyebabkan penyimpangan yang membesar dengan
berjalannya waktu, kestabilan nol juga menjadi penyebab penyimpangan tetapi dengan harga yang tetap atau
berubah-ubah secara rambang tak stabil.
Serupa dengan pergeseran, kestabilan nol dapat di-

periksa secara periodik dengan melakukan pengukuran


ulang dengan menggunakan objek ukur acuan sehingga
alat ukur menunjukkan harga acuan. Jika harga ini berubahubah secara acak pada setiap kali pengecekan berarti kestabilan nol alat ukur tidak baik.
Bagi sistem pengukuran geometrik penyebab ketidakstabilan nol umumnya karena ketidakkakuan sistem
pemegang alat ukur atau benda ukur, kelonggaran sistem
pengencang, atau keausan sistem pemosisi (alat bantu
cekam posisi).

5.9 Pengambangan/ Ketakpastian (Floatingl


Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk selalu berubah posisinya (bergetaO atau angka terakhir/paling
kanan penunjuk digital berubah-ubah. Hal ini disebabkan
oleh adanya gangguan yang menyebabkan perubahan-perubahan yang kecil yang'Uirasakan sensor"yang kemudian
diperbesar oleh bagian pengubah alat ukur. Semakin cer-

Srrer Uuuna Amr Uxun

153

mat dan peka alat ukur, kemungkinan terjadinya pengambangan sewaktu proses pengukuran berlangsung adalah
besar. Oleh sebab itu, alat ukur yang cermat dan peka harus
dipakai dengan cara yang saksama, getaran pada sistem
pengukuran tidak boleh terjadi.

KESALAHAN/
PENYIMPANGAN
PROSES PENGUKURAN

engukuran merupakan proses yang mencakup tiga


hal/bagian yaitu benda ukur, alat ukur, dan pengukur/pengamat. Karena ketidaksempurnaan masingmasing bagian iniditambah dengan pengaruh lingkungan
maka bisa dikatakan bahwa tidak ada satupun pengukuran
yang memberikan ketelitian yang absolut. Ketelitian bersi_
fat relatif yaitu kesamaan atau perbedaan antara harga ha_
sil pengukuran dengan harga yang dianggap benar, karena
yang absolut benar tak diketahui. Setiap pengukuran, den_
gan kecermatan yang memadai, mempunyai ketidaktelitian
yaitu adanya kesalahan yang bisa berbeda-beda, tergan_
tung pada kondisialat ukur, benda ukur, metoda penguku_
ran, dan kecakapan si pengukur.
Apabila suatu pengukuran, dengan kecermatan yang
memadai, diulang untuk ke dua, ke tiga dan seterusnya un_
tuk n kali pengukuran yang identik, hasilnya tidak selalu
sama, mereka kurang lebih akan tersebar/terpencar di seki_
tar harga rata-ratanya. Jika ada m kelompok pengukuran
yang masing-masing terdiriatas n kali pengukuran tunggal,

154

PerucuxunRru

Trxntx

harga rata-rata setiap grup pengukuran juga akan tersebar


di sekitar harga rata-rata totalnya. Sebaran harga rata-rata

ini lebih mengumpul bila dibandingkan dengan sebaran


hasil pengukuran tunggal. Hal ini merupakan sifat umum
proses pengukuran yang berhubungan dengan ketepatan

atau keterulangan yaitu kemampuan untuk mengulangi


halyang sama.
Dari uraian singkat di atas, dapat didefinisikan dua
istilah penting yang berkaitan dengan proses pengukuran,
yaitu ketelitian dan ketepatan.

Ketelitian (Accuracyl
Hasil pengusahaan proses pengukuran supaya mencapai sasaran pengukuran yaitu penunjukan"harga sebena-

2.

Penyimpangan sistematik (systematic deviation)


jika penyimpangan melebihi kecermatan sasaran.
Tera teliti tak bisa diberikan bagi alat ukur yang
bersangkutan.

Jika alat ukur dengan tera teliti dipakai dengan


benar, hasil pengukuran dapat dikatakan sebagai hargasebenarnya objek-ukur sesuai dengan kecermatan alat
ukur. Selanjutnya, bila harga sebenarnya objek ukur tersebut berada dalam daerah toleransi kesalahan seperti yang
dinyatakan dalam gambar teknik (sasaran ditetapkan), berarti objek ukur termasuk dalam kategori baik kualitasnya
(kualitas geometrik, kualitas material, kualitas proses, dsb.
sesuai dengan jenis besaran yang diukur dan tujuan pengukuran).

rnya" objek ukur.

Jika objek ukur merupakan harga acuan yang dianggap benar, sepertiyang dipakaidalam proses kalibrasi, per-

bedaan antara harga yang ditunjukkan alat ukur dengan


harga yang dianggap benar dinamakan sebagai penyimpangan. Untuk mendefinisikan penyimpangan diperlukan
toleransi penyimpangan (kesalahan) yaitu besar kecilnya

penyimpangan yang masih diperbolehkan sesuai dengan


spesifikasi yang dinyatakan dalam standar pengkalibrasian.
Dua kategori penyimPangan adalah:
1. Penyimpangan rambang (acak; random deviation)
jika penyimpangan tidak melebihi kecermatan sasaran (besarnya toleransi kesalahan)' Predikat atau
tanda (tera) teliti bisa diberikan bagi alat ukur yang
bersangkutan.

156

PrNcuruRnru Texntr

Ketepatan/ Keterulanga n (Precision,


Repeatability)
Kewajaran proses pengukuran untuk menunjukkan
hasil yang sama jika pengukuran diulang secara identik.

Dengan kecermatan alat ukur yang memadai, hasil


pengukuran yang diulang secara identik akan menghasilkan harga-harga yang menyebar di sekitar harga rata-ratanya. Semakin dekat harga-harga tersebut dengan harga
rata-ratanya, proses pengukuran memiliki ketepatan yang
tinggi.
Secara matematik tinggi rendahnya ketepatan dapat
didefinisikan dengan memanfaatkan parameter deviasi
standar untuk menghitung selang kepercayaan dengan

KrsamHnru/PTNyTMpANGAN

Pnosrs PrruGuxunRr.r

157

dua batas. Karena harga rata-rata merupakan titik tengah


maka jarak antara harga rata-rata ke salah satu batas dapat
dinamakan sebagai penyimpangan rambang.
Bagi istilah ketelitian diperlukan target/sasaran pengukuran, sementara itu bagi istilah ketepatan tidak harus
dikaitkan dengan target. Dengan demikian, istilah benar
atau salah dalam hal ketepatan sebetulnya tidak bisa didefinisikan. Ketepatan lebih menekankan pada kewajaran (dalam bertindak sesuai dengan wataknya; sulit diperbaiki) sementara ketelitian menekankan pada kesungguhan (dalam

3.

Proses pengukuran yang tepat tetapi tak teliti; jika

4.

keterulangannya tinggi tetapi harga rata-ratanya


terletak jauh dari titik tengah daerah sasaran sedemikian rupa sehingga kebanyakan hasil pengukuran terletak di luar daerah sasaran.
Proses pengukuran yang tepat dan teliti; jika keterulangannya tinggi dan bersamaan dengan itu
harga rata-ratanya terletak pada atau di dekat titik
tengah daerah sasaran. Seluruh atau hampir semua harga pengukuran terletak di dalam daerah

mengarahkan; cukup dengan memberitahu letak sasaran).


Jika istilah ketepatan dikaitkan pada target, mau tak
mau istilah ketelitian akan muncul mengikutinya. Bila da-

sasaran.
Tak TEPAT : keterulangan rendah

TakTELlTl : kesalahan sistematik

erah toleransi dinyatakan sebagai daerah sasaran dan har-

ga nominal objek ukur adalah titik tengah daerah sasaran,


ada empat kemungkinan yang bisa terjadi mengenai hasil

pengukuran yaitu (lihat gambar 6.1):

1.

Proses peng ukuran yang tak tepat dan tak teliti;


jika keterulangannya rendah (sebarannya lebih be-

sardaripada luas daerah sasaran) dan harga rataratanya ltitik tengah usaha pengulang anl terletak
jauh dan titik tengah daerah sasaran. Seluruh atau
kebanyakan hasil pengukuran terletak di luar daerah sasaran.

2.

Proses pengukuran yang tak tepat tetapi teliti; jika

keterulangannya rendah dengan harga rata-ratanya terletak pada atau di dekat titik tengah daerah
sasaran. Meskipun demikian, cukup banyak hasil
pengukuran yang terletak di luar daerah sasaran.

158

PrncuruRnN Trrrurr

Pl@

1
t8k ropd & hk blitl
( sullt dipdbalkl )
ksbgod

Pr@ kltegdlz
Ek bpat, hpi telld
( $lit dlpo.balki !

ffiffi
Pres. kdegod 3

teliti
dp(b6lH )

tepar , bpi

blsr

hk

P@s kegdi
t6pat &

( tak

,{

btiti

p6du diporbaikl

Gambar 6.1 Empat kategori proses pengukuran (ilustrasi)

Empat kategori proses pengukuran yang.dijelaskan


melalui imajinasi target dan hasil tembakan. Besar daerah
toleransi objek ukur diimajinasikan sebagai lingkaran sasaran paling tengah dengan diameter tertentu. Hasil
tembakan menyebar sesuai dengan kemampuan penembak (proses). Semakin kecil diameter lingkaran sebaran ha-

Krsnmnnu/PTNylMpANGAN

Pnosrs PrucuruRRr,r

159

titik
tengah lingkaran sebaran hasil tembakan terhadap titik
sil tembakan, ketepatan proses semakin tinggi. Jarak

dengan:

r'

tengah sasaran menggambarkan ketelitian, semakin kecil berarti semakin teliti. Pada contoh ini proses kategori4
adalah yang terbaik. Besar kecilnya sasaran (kecermatan

,/

target) merupakan kunci permasalahan. lmajinasikan empat proses ini seandainya lingkaran sasaran diperbesar.
Tanpa usaha perbaikan, ada kemungkinan proses kategori
1,2, dan 3 berubah menjadi proses kategori 4. Gambar ini

dibuat dengan memperhatikan rasio yang wajar (proportional) antara ukuran sasaran (kecermatan target = daerah toleransi) dengan ukuran lubang bekas tembakan
(kecermatan alat ukur).

Karena menyangkut istilah ketelitian, maka dapat


didefinisikan:
1. Kesalahan sisternatik (systematicerrorl, dialami oleh
proses pengukuran kategori 1 dan 3 (takteliti).
. Harga kesalahan sistematik dinyatakan dengan
selisih antara harga rata-rata dengan harga titik
tengah sasaran.
, Kesalahan sistematik umumnya bisa diperbaiki
dengan mencaridan membetulkan sumber penyebab kesalahan. Jadi, proses kategori 3 bisa diperbaiki menjadi kategori 4.
. Pembetulan kesalahan sistematik pada proses kategori 1 umumnya tak bermanfaat, sebab paling

2.

1.60

tidak hanya akan mencapai proses kategori 2.


Kesalahan rambang (acak; random error), dialamioleh
semua proses pengukuran (kategori 1 s.d.4).

PrrucurunRN

TrrNrr

Harga kesalahan rambang dapat dinyatakan

selisih antara harga rata-rata dengan titik


tengah sasaran sepertiyang terjadi pada proses kategori 4,atau

selisih antara harga rata-rata dengan batas se-

lang kepercayaan yang dihitung dalam analisis statistika.


Kesalahan rambang umumnya sulit diperbaiki karena sumber penyebabnya sulit dicari.

Untuk proses pengukuran berbagai sumber yang


bisa menjadifaktor penyebab proses pengukuran menjadi
tidak teliti dan tidak tepat adalah:

1. Alat ukur,
2. Benda ukur,
3. Posisipengukuran,
4. Lingkungan, dan
5. Operator (pengukur;

pengamat).

6.1 PENYIMPANGAN YANG BERASAL DARI


ALAT UKUR
Alat ukur yang digunakan harus mendapat tera teliti.
Dengan demikian, proses pengukuran akan bebas dari penyimpangan yang merugikan yang biasanya berasal (bersumber) dari alat ukur. Apabila alat ukur sering dipakai dan
belum dikalibrasi ulang ada kemungkinan timbul sifat - sifat yang merugikan seperti histerisis, kepasifan, pergeseran
dan kestabilan nol yang jelek.

Krsnuunu/PTNylMpANGAN Pnosrs PrrucuxuRnu

I rct
I

Kesalahan/ penyimpangan sistematik dalam proses


pengukuran dapat bersumber dari alat ukur. Keausan bidang kontak sensor mekanik merupakan contoh sederhana
yang dapat diketahui dengan mudah dengan memeriksa
posisi-nol. Misal nya, jika sensor-gerak mikrometer, berkapasitas 0-25 mm, ditempelkan pada sensor-tetap (rahangukur dikatupkan), saat itu garis indeks untuk pembacaan
"kasar dan halus" pada skala mikrometer harus menunjukkan nol. Jika tidak menunjuk nol berarti ada penyimpangan
yang menjadi sumber kesalahan sistematik. Kesalahan jenis ini dapat diperbaiki dengan cara menyetel garis indeks
"pembacaan halus'i Mikrometer berkapasitas 25-50 mm ke
atas, dan berbagaijenis alat ukur lainnya umumnya diper-

lengkapi dengan kaliber penyetel "posisi-nol"(harga acuan,

tidak selalu angka nol).


Berbagaijenis komparator, yang merupakan alat ukur
dengan kepekaan dan kecermatan tinggi, memerlukan kesaksamaan dalam pemeriksaan nol-nya. Pada alat ukur jenis
ini sifat histerisis, kepasifan, pergeseran nol bisa menjadi
sumber penyebab kesalahan sistematik dan mungkin pula
kesalahan rambang. Sifat-sifat yang merugikan ini harus diperhatikan, dicegah, dan diperbaiki bilamana muncul.
Kesalahan ram bang meru paka n hal yang waja r dalam
proses pengukuran dengan memakai komparator. Kontribusialat ukur sehingga muncul kesalahan rambang dalam
proses pengukuran umumnya relatif kecil, asalkan alat ukur
digunakan dan dipelihara dengan baik.

162

PrNcurunRu Trrrurr

6.2 PENYIMPANGAN YANG BERASAL DARI


BENDA UKUR
Setiap benda elastik akan mengalami deformasi (perubahan bentuk) apabila ada beban yang beraksi padanya.
Beban ini dapat disebabkan oleh tekanan sensor-kontak
alat ukur, berat benda ukur sendiri (yang diletakkan di antara tumpuan), dan tekanan penjepit penahan benda ukur.

Meskipun harga deformasi ini dianggap kecit dan sering


diabaikan dalam hal perhitungan kekuatan, dalam hal pengukuran geometrik yang cermat membuat deformasi ini
menjadi bermakna untuk diperhitungkan dan dapat menjadi sumber kesalahan sistematik.
Supaya perubahan dimensi dapat dirasakan, sensor
kontak perlu memberikan tekanan pada permukaan objek
ukur.Tekanan kontak in i d irancan g dan di usahakan seringan
mungkin dan tak berubah-ubah. Pengguna alat ukur perlu
memperhatikan hal ini dan kesalahan dalam pemakaian
harus dihindari untuk menjaga tekanan kontak tersebut.
Jika silinder-putar diputar secara langsung, alat ukur
jenis mikrometer akan memberikan tekanan yang sangat
besar pada permukaan objek ukur. Hal ini dapat menyebabkan deformasi pada permukaan objek ukur yang relatif lunak (aluminium) ataupun perubahan bentuk silinder
berdinding tipis. Mikrometer harus diputar melalui pemutar
bergigi-gelincir (racet) atau pemutar jenis gesekan supaya
momen puntir terbatasi sehingga tekanan pengukuran selalu sesuaidengan rancangan (ringan dan tetap harganya).
Bila pengukuran dilakukan dengan prosedur yang benar
penyimpangan yang diakibatkan oleh deformasi benda

KrsnmHnru/PTNyTMpANGAN

Pnosrs PruouxunRru

163

ukur akan terhindarkan, akibatnya ketepatan atau keterulangan proses pengukuran akan terjaga.
Deformasi karena tekanan pengukuran dapat dihilangkan jika digunakan sensor non-kontak misalnya jenis optik
atau pneumatik. Jadi, perhatian dapat dicurahkan pada dua
faktor yang masih bisa menjadi sumber kesalahan yaitu berat benda ukur dan tekanan penjepit benda ukur.
Batang-ukur, sebagai alat ukur standar dengan
penampang yang sama sepanjang sumbunya, bila diletakkan pada dua tumpuan akan melentur akibat beratnya sendiri. Besarnya lenturan dipengaruhi oleh jarak ke
dua tumpuan di mana batang tersebut diletakkan secara
simetrik, lihat gambar 6.2. Tiga contoh cara menumpu
batang ini diulas sebagai berikut:

permukaan ke dua
r{ung batang ttap
selalar meskipun ada
lenturan

lonturan dl uJung sama


dengan lonturan dlte ngah dan merupakan
harga lentrran minlmum

tllk Bessel
pemendokan garls
nofd aHbat lenturan
adalah yang ted(odl

l,s-0,5593J

c.

Batang unilorm yang ditumpu simefik

Gambar 6.2 Pengoruh elastisitas benda ukur


pada saat pengukuran

Pengaruh tekenan
konlak pada benda
ukur yang lunak.

Penganrh tekanan kontak


pada benda ukur (slllndet)
yang berdindlng fpls.

1.

Jika ke dua permukaan di ujung batang-ukur diinginkan sejajar, jarak ke dua tumpuan (sl harus sama deng

an 0.577 kali panjang batang (s=0.577 0). Ke dua titik


tumpuan ini disebut dengan Titik Airy (Airy points) dan
batang-ukur biasanya diberi tanda yang menyatakan

letak titik tersebut. Akibat kesejajaran muka-ukurnya beberapa batang-ukur, masing-masing ditumpu
pada titik Airy-nya, dapat dipersambungkan tanpa
kekhawatiran akan timbulnya kesalahan akibat dari
L64

I
I

Prror*r*oNTrrrurx

Krsnmneru/PTNytMpANGAN Pnosrs Perucuxunrru

1.65

2.

ketidaksempurnaan penempelan (untuk menjamin


ketelitian jarak antara ke dua ujung bebas).
Seandainya dikehendaki lenturan d minimum bagi
batang penggaris yang diletakkan pada dua tumpuan,
usahakan jarak ke dua tumpuan tersebut s=0.554 0.
Dengan cara menumpu sepertiini (TitikTumpuan Lenturan Minimum) kelurusan batang penggaris dapat
dipakai sebagai acuan pengukuran kelurusan permukaan di bawahnya (dengan memakai komparator, diukur ketinggian celah pada beberapa titik.

3.

Batang berpenampang X sebag ai standar meter (benda


bersejarah disimpan di Paris) ditumpu secara simetrik
pada jarak s=0.559 {,. Dengan tumpuan seperti ini (Ti-

tik Bessel), bidang netral (permukaan tengah batang X


yang menghadap ke atas) akan mengalami deformasi
arah memanjang yang paling kecil. Jarak antara dua
garis tanda yang dibuat pada bidang netral pada saat
itu dianggap sebagai 1 m (standar meter yang pernah
diberlakukan; 1889 - 1927).
Saat pengukuran berlangsung, benda ukur tak boleh bergerak pada arah yang sama dengan garis pengukuran (garis dimensi objek ukur). Untuk memastikan hal ini,
dalam beberapa kasus diperlukan alat pemegang benda

Berbekal pengetahuan dasar mengenai mekanika


teknik, cukup dengan memahami hal-hal pokok mengenai
gaya dan lenturan tanpa harus melakukan penghitungan
teoretik, seorang teknisi metrologi akan dapat merencanakan lokasi pencekaman yang aman.

6.3 PENYIMPANGAN YANG BERASAL DARI


POSISI PENGUKURAN
Prinsip ABBE: "Garis ukur harus berimpit dengan garis

dimensi'i
Bagi pengukuran objek ukur geometrik prinsip ABBE

sedapat mungkin diikuti. Apabila garis ukur, yaitu garis


pada mana skala ukur dibuat atau garis gerakan sensor, tidak berimpit dengan garis dimensi objek ukur melainkan
membuat sudut sebesar B, hasil pengukuran akan lebih
besar daripada dimensi sebenarnya. Semakin besar sudut 6
kesalahan ini akan membesar sesuai dengan membesarnya
sisi miring pada segitiga siku-siku mengikuti rumus kosinus.
OIeh karena itu, kesalahan ini sering dinamakan sebagai
kesalahan kosinus (cosine error), lihat gambar 6.3.

ukur (pencekam, penjepit). Karena penjepit juga memberikan tekanan pada benda ukur, maka posisi penjepit harus
ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
deformasi yang merugikan.

166

PencurunRn Terutx

-l
MrLrs
Perpustf,knaa

Badau

Propinsl Jawa

Timur

I
i

KesauHnr.r/PTNyIMpANGAN Pnosrs PrncuxunRx

1.67

kaan sensor,lihat gambar 6.4b). Keadaan seperti inidapat


dicegah dengan teknik yang sesuai dengan jenis alat ukur

gadsdimettg

dan cara pemegangannya yaitu; lihat gambar 6.4 (A &

L-Mor0-d$n0
L . M - d.0

B):

(untuk 0 kecil)

garls dlmensl

fT- Mj.ol

gade ukur

garis ukur

smss bola lebh

baik

garis dimensi

i;;-

fiflk kontal(

,:,
rfisor

Gambar 6.3 Kesalohan Kosinus

"Kesalahan Kosinus" muncul akibat dari tidak dipenuhinya prinsip ABBE (garis ukur harus berimpit dengan
garis dimensi). Hasil pengukuran M akan lebih besar daripada dimensi sebenarnya L. Meskipun secara teoretik mudah sekali mengoreksi M sehingga menjadi L, tetapi dalam
prakteknya hal ini tak dimung kinkan, sebab harga B tak
diketahui secara pasti. Oleh sebab itu, yang dapat dilakukan adalah mengusahakan prinsip ABBE inidipenuhi.
Kesalahan kosinus kelihatannya akan diperparah jika
sensor menempel di permukaan benda ukur tidak pada

titik

digaris-ukur melainkan di sampingnya (ditepi luar permu-

1.68

I
I

Pr*or*r*ou

Trxr.lrr

dEerald(8n

kr ldd*rnan

aailord'rgpfrrrg unld(
mncarl harla tf,lccl

0ga tensor.trnfil( putrr dongEn uJulo aearuh ilnder


merupskan r6nts yang btra me4arr rencirl poalsinta

Gambar 6.4 Jenis sensor kontak disesuaikan dengan permosolahon pengukuran untuk menjamin kebenaran posisi pengukuran

KrsamuaN/PeNyrMpANGANPnosesPeNcuxuRRr.r

I
I

Mg

A.

Jika posisi alat ukur relatif terhadap benda ukur tak bisa

diubah (sesuai dengan pengaturan terakhir yang diikuti pencekaman alat ukur danlatau benda ukur pada
dudukannya), sensor bermuka bola lebih baik daripada
sensor bermuka rata.
Bila posisi alat ukur relatif terhadap benda ukur bisa

berubah, akibat gaya pengukuran yang tak segaris


akan menimbulkan momen putar yang saling bereaksi
pada benda ukur dan alat ukur. Jika benda ukur bebas
bergerak, momen tersebut akan memutarnya dan sensor bergerak menjepitnya sehingga garis ukur akan
berimpit dengan garis dimensi. lnilah contoh kondisi
pengukuran yang mampu menyetel sendiri posisinya
(self aligning).

Posisi pengukuran memegang peranan penting sebab

besaran yang diukur adalah dimensi. Sebagai contoh,

gambar 6.4 (C & D) menunjukkan usaha pengukuran


diameter lubang dengan memakai mi krometer batang
(telescopic micrometer). Untuk memastikan bahwa
yang diukur adalah diameter lubang (garis dimensinya
tak bisa dilihat, diraba sebab merupakan garis imajiner
alias khayal) pengukur harus:

c.

D.

Menggerakkan sensor ke kiri-kanan untuk mencari


harga terbesar. Kemudian, dengan posisi akhir seperti yang .pengukur yakini sebagai posisi pengukuran
samping terbaik, dilanjutkan dengan:
Menggoyangkan (menganggukkan) sensor ke depanbelakang untuk mencari harga terkecil. Harga terakhir

170

I
I

Pr*ou*r*tt Ttxutr

inilah yang dianggap paling mewakili harga diameter


lubang.
Pemraktekan cara C diikuti D tidaklah mudah. Pengukur harus berkali-kali melatih sampai ketepatan (keterulangan)-nya cukup baik. lnilah salah satu dari banyak sekali,
contoh keterampilan operator metrologi yang patut kita
hargai.
Gambar 6.4(E) merupakan contoh alat ukurdiameter

lubang (diameter dalam) dengan tiga sensor. Ujung sensor

memiliki permukaan berbentuk silindrik. Dengan posisi


sensor yang simetrik putar seperti ini gaya penekanan sensor pada benda ukur akan membuat alat ukur mampu menyesuaikan sendiri posisinya (self aligning) sehingga garis
ukur berimpit dengan garis dimensi.
Dalam contoh kasus pengukuran diameter lubang,
alat ukur tiga sensor kontak tentunya harus lebih dipilih
daripada alat ukur dua sensor kontak. Tiga sensor kontak
dalam hal ini pun memenuhi segiteori geometri, "melalui
tiga titik yang tak segaris hanya dapat dibuat satu lingkaran'i Sementara itu, "melalui dua titik dapat dibuat banyak
sekali (tak terhingga) lingkaran dengan beragam diameter".
Meskipun demikian dalam beberapa kasus, alat ukur dua
kontak (misalnya telescopic/cylindrical micromefer) lebih
praktis bila dipakai untuk pengukuran lubang berdiameter
besar (tak ada alat ukur jenis 3 sensor yang dibuat untuk
ukuran besar), atau untuk pengukuran tinggi celah.

6.4 PENYIMPANGAN YANG BERASAL DARI


LINGKUNGAN
'Li n g ku n ga n ha ru s mem berikon
bagi pengukur!'

ke

nyo m an

Jika persyaratan ini dipenuhi, pada umumnya akan


memenuhi persyaratan yang diminta alat ukur dan benda
ukur.
Kebersihan; kita menyenanginya dan demikian pula
yang diminta oleh alat ukur dan benda ukur. Debu,

1.

geram, serpihan yang sering terlihat di daerah mesin


produksi perlu disingkirkan dan daerah pengukuran.

Tergantung kebutuhan, hal ini memerlukan: mulai


dan suatu daerah/ruang terpisah, kamar ukur, sampai
dengan suatu laboratorium metrologi dengan lingkungan terkondisikan. Debu, serpihan logam halus di
permukaan benda ukur akan "dirasakan" oleh sensor
alat ukur cermat yang selain mengakibatkan kesalahan
juga dapat merusak permukaan sensor atau muka ukur
(measuring surface) alat ukur standar seperti blok-ukur

2.

3.

172

{gauge-block).

Tingkat kebisingan yang rendah; semua menyenangi.


Getaran lemah yang tak membisingkan pun tidak disenangi oleh alat ukur cermat dan peka sebab akan menimbulkan pengambangan (ketakpastian, fl oating).
Pencahayaan yang mencukupi; supaya operator mampu melaksanakan pengukuran dan membaca hasil
pengukuran. Memang alat-ukur dan benda ukur dalam
hal ini tak mempedulikan pencahayaan. Untuk sistem

PrncuruRnn Trrutr

pengukuran yang berlangsung secara otomatik yang


tergabung dalam sistem produksi otomatik seperti FMS
(Flexible Manufacturing System) dapat bekerja siang
malam tanpa pencahayaan yang mencukupi karena tidak memerlukan operator (unmanned foctory). Pencahayaan diperlukan saat operator mengambil produk,
menyiapkan dan menyetel benda-kerja, perkakas-potong, alat ukur, dan tindakan pembetulan (pengkoreksian proses).

Temperatur 25-27 "C, kelembaban 70-75 o/o; Bagi alat


ukur dan benda ukur temperatur berapapun sebenarnya tak dipentingkan asalkan harganya tidak berubahubah (berfluktuasi). Jadi, kesamaan dan ketetapan
temperatur bagi seluruh komponen dalam sistem
pengukuran perlu diperhatikan. Kelembaban sebenarnya juga tak berperan dalam pengukuran geometri.
Akan tetapi, kelembaban yang terlalu tinggi dalam
jangka waktu lama merupakan media yang baik bagi
perkembangan proses korosi. Kebanyakan komponen
alat ukur maupun benda kerja yang terbuat dari baja
(kecuali stainless-steel) yang permukaannya ternodai
oleh asam (termasuk yang berasal dari keringat manusia) lewat tangan tangan kotor akan mengalami proses
korosi. Kesaksamaan dalam penyimpanan alat ukur
amat perlu diperhatikan. Bila tidak, sewaktu blok-ukur
disimpan "proses korosi mulai melukis sidik jari bekas
tangan operator ceroboh"di muka-ukur yang tak dibersihkan dan tak dilindungi dengan lapisan tipis minyak
(vaseline).

Krseuxer.r/PENyrMpANGANPRosrsPrxcuxuReru

I
I

Ug

Pengaruh temperatur merupakan faktor yang perlu


mendapat perhatian karena semua benda padat, terutama
logam, akan berubah geometrinya (ukuran, bentuk, posisi)

Apabila pengukuran dilakukan secara perbandingan


(pengukuran tak langsung) besar perbedaan panjang antara objek ukur dengan blok ukur (ukuran standar) dapat

jika temperaturnya berubah. Untuk menjaga kesamaan hasil pengukuran, telah disetujui secara internasional bahwa
temperatur ruang untuk pengukuran geometrik dibakukan

dihitung dari rumus berikut:

sebesar 20 "C dengan kelembaban 55-60

o/o.

Apakah syarat ini harus selalu dipenuhi untuk setiap pengukuran geometri benda-ukur? Perhatikan analisis
sederhana berikut.
Perubahan panjang yang terjadi pada pengukuran
langsung dapat dihitung melalui rumus teoretik:

a,=ec(,-',)
di mana

t
c,

= perubahan paniang; mm
= panlang objek ukur; mm
= koefisien-muai-panjang; "C-1

= 23.A 10'6 untuk aluminium


= 16.5 10'6 untuk tembaga
= 12.O 1O'5 untuk baja
= 1O.5 10-6 untuk besi tuang
= temperatur obiek ukur
= temperatur standar =

2O oC

Misalkan, suatu poros baja yang baru saja digerinda


untuk mencapai diameter nominal 100 mm dapat mempunyai temperatur sekitar 40 "C. Andaikata pengukuran
diameter dilakukan pada temperatur ini, diameter poros

tersebut akan lebih besar sekitar 0.023 mm dibandingkan


dengan diameternya pada temperatur standar.

I
I

0,

) * ( !,

d,2

Qt d,r

)(r - r,1

= porbedaan paniang yang diukur oleh alat ukur pemban-

2
t1
o2
ot

=
=

=
=

ding; mm
panjang benda ukur; mm
panjang blok ukur; mm
koefisien-muai-panjang benda ukur; oC'r
koefisien-muai-panlang blok ukur; oC't

A, = ( - t, = perbedaan

temperatur pengukuran

dengan temperatur standar.

At

174

o = ( tz
di mana,

P."or*r*oruTrrxtx

Apabila koefisien-muai-panjang benda ukur sama


atau tidak banyak berbeda dengan koefisien muai panjang
blok ukur, rumus di atas dapat dituliskan sebagai berikut:

o=(0r-0,)*o(o,)o,

Karena Arbiasanya dibuat kecil (dalam beberapa mik-

rometer), sedang A, biasanya tidak lebih dari 10'C (misalnya


temperatur ruang dalam pabrik 30"C) dan harga o sendiri
adalah kecil bagian kedua rumus di atas dapat diabaikan.
Dengan demikian pengukuran secara perbandingan
akan memberikan harga yang mendekati harga sebena-

KrsnmunN/PeNyTMpANGAN Pnosrs PexcuxuRnru

I yS
I

rnya meskipun pengukuran tidak dilakukan pada temperatur standar. Meskipun demikian, bila ada perbedaan
temperatur antara benda ukur dengan blok ukur, mungkin
terjadi kesalahan yang cukup berarti. Dengan demikian,
suatu sistem pengukuran (benda ukur dan alat ukur) harus
selalu diusahakan temperaturnya sama semuanya dan tak
berubah-ubah.
Kamar ukur biasanya diwujudkan untuk memberikan
kenyamanan bekerja dengan udara terkondisikan terutama
untuk menurunkan kelembaban sehingga mencegah atau
mempersulit terjadinya proses korosi pada alat ukur dan
benda ukur. Bila suhu kamar ukur ini dijaga konstan misalnya sebesar 25 "C, alat ukur dan berbagai peralatan lain
yang disimpan dalam kamar ukur akan juga bersuhu 25
oC. Bila benda ukur, terutama yang berdimensi besar yang
oC, perlu
dibawa masuk dari ruang pabrik yang bersuhu 30
waktu untuk menyesuaikan temperaturnya sehingga sama
dengan suhu kamar ukur.
Berbicara mengenaisuhu, jangan lupa bahwa tangan
Anda bersuhu 36 'C. Jadi, jangan terlalu lama memegang
alat ukur atau benda ukur (terutama yang berdimensi kecil)
jika melakukan pengukuran geometri di kamar ukur bersuhu 25 "C. Adalah merupakan kebiasan yang baik untuk
bersikap saksama, sebab pada hakekatnya kesaksamaan
adalah pencegah munculnya kesalahan sistematik maupun

6.5 PENYIMPANGAN YANG BERASAL DARI


OPERATOR
Dua orang yang melakukan pengukuran secara ber-

gantian dengan menggunakan alat ukur dan benda ukur


serta kondisi lingkungan yang dianggap tak berubah
mungkin menghasilkan data yang berbeda. Sumber perbedaan ini dapat berasal dari cara mereka mengukur yang
dipengaruhi oleh pengalaman, keahlian, kemampuan, dan
keterampilan serta perangai masing-masing pengukur.
Pengukuran adalah suatu pekerjaan yang memerlukan kesaksamaan.

Dengan demikian, orang yang pekerjaannya melakukan pengukuran harus:

1.

Mempunyai pengalaman praktek yang didasari


teori yang mendukung penguasaan pengetahuan
akan proses pengukuran. Hal ini bisa dicapai lewat pelatihan pengukuran dan dipelihara, dimantapkan, serta dikembangkan lewat pekerjaan yang
berkesesuaian,

2.
3.

Mempunyai dasar-dasar pengetahuan akan alat


ukur, cara kerja alat ukur, cara pengukuran, cara
mengkalibrasi dan memelihara alat ukur,
Waspada akan kemungkinan letak sumber penyimpangan dan tahu bagaimana cara mengeliminir
(mengurangi sampai sekecil mungkin sehingga

kesalahan rambang.

praktis dapat diabaikan) pengaruhnya terhadap


hasil pengukuran,

4.

176

I
I

Pr*ou*r*oNTrrux

Mampu menganalisis suatu persoalan pengukuran


yakni dalam membaca acuan kualitas (gambar tek-

KeseuHeu/PeNylMpANGAN

Pnosrs PrNcuxunen

ln

nik lengkap dengan spesifikasi geometriknya), me-

5.

nentukan cara pengukuran sesuai dengan tingkat


kecermatan yang dikehendaki, memilih alat ukur
dan kemudian melaksanakan pengukuran dengan
kesaksamaan dan kedisiplina.n tinggi, dan
Sadar bahwa hasil pengukuran adalah sepenuhnya merupakan tanggung jawabnya dalam perwujudan cara kerja kelompok dengan penekanan
tugas dan tanggungjawab.

DAFTAR PUSTAKA

1994. Pengukuron Teknik, Diktat Kuliah lnstitut Tek-

nologiiBandung.
Kreyszic, Erwin. 1988. Advanced Engineering Mothemotics,
-,
John Wiley & Son.
T. Rochim. 2001. Spesifikosi,

metrik, Penerbit lTB.

178

PErucurunlru Trxrlrx

Metrologi& Kontrol Kualitas Geo-

TENTANG PENULIS

M. Sayuthi adalah dosen Teknik Mesin Unimal lahir


28 Juni 1979 ini memiliki pemikiran yang tajam ke depan.
Memiliki segudang Prestasi sebagai dosen teknik mesin
favorit tingkat Unimal, serta peneliti terbaik untuk bidang
kajian Mesin Konversi. Aktivitas sehari-hari beliau selain
menulis buku dan menelitiadalah sebagai pemateridi berbagai forum ilmiah internasional. Penulis pernah menjadi
mahasiswa bimbingan BapakT. Rochim dosenTeknik Mesin
ITB.

Fadlisyah adalah dosen Teknik lnformatika yang


telah menulis 1 7 buku untuk tingkat nasional. Pernah men-

jabat Kepala Laboratorium pertama Teknik

lnformatika

Unimal, wakil Kepala Pengabdian Masyarakat LPPM, Kabag


Akademik D lll Unimus. Pengagum berat Quraish Shihab ini

juga banyak terlibat dalam aktifitas sosial seperti anggota


tim pemberantasan kemiskinan dan keterlantaran akademis masyarakat, panitia pensosilaisasi penulisan buku ajar
untuk guru-guru se Kabupaten Aceh Utara.

Syarifuddin lahir pada 26 Mei 1974, menyelesaikan


S1 teknik lndustri Unimal dan S 2 Teknik lndustri di Universitas sumatera Utara Medan. Penulis bertugas sebagai
dosen Teknik lndustri Unimal dan menjabat sebagai Kepala
Laboraorium Teknik lndustri unimal. Penulis adalah sosok

yang ramah, jujur dan luar biasa sabar, sehingga beliau


menjadi dosen panutan di lingkungan universitas Malikussaleh. Penelitian penulis telah banyak diakui di tingkat
nasional dan disponsori oleh beberapa perusahaan multinasional. Saat ini penulis diprediksikan sebagai pemimpin
fakultas masa depan karena sifat arifnya sesama teman sefakultas.

rglll
ir.ei.,r lu*"

182

PerucuxunRu

Trxux

Anda mungkin juga menyukai